Menguak Kemu’jizatan Al Qur’an, Kadar dan Aspeknya Jamaluddin Abstarak: Allah menantang manusia yang mengingkari al Qur’an supaya

  

Menguak Kemu’jizatan Al Qur’an, Kadar dan Aspeknya

  • * Jamaluddin

  Abstarak: Allah menantang manusia yang mengingkari

  al Qur’an supaya membuat kitab tandingan, kemudian membuat tandingan dengan sepuluh surat saja, kemudian satu surat saja yang sama dengan al Qur’an dan kepada setiap orang yang ragu-ragu terhadap al Qur’an kapanpun dan dimanapun. Kemu’jizatan al Qur’an itu tidak hanya terdapat pada kadar tertentu, sebab kemu’jizatan al Qur’an dapat juga ditemukan pada bunyi huruf-hurufnya dan alunan kata-katanya. yang terdapat dalam setiap ayat dan kemu’jizatan al Qur’an itu dapat digolongkan menjadi empat aspek, yaitu, aspek kebahasaan, isyarat ilmiah,

  tasyri’, dan pemberitaan hal-hal yang ghaib.

  Kata Kunci: Mu’zijat dan Al Qur’an Pendahuluan

  Kadar kemampuan, kelemahan, dan keterbatasan akal manusia merupakan realitas empiris yang sulit untuk dibantah. Untuk menyempurnakan keterbatasan tersebut, manusia sangat memerlukan pertolongan wahyu Allah swt. yang akan membimbingnya menuju keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

  Tidak semua manusia dapat berhubungan langsung dengan Allah untuk memperoleh informasi-Nya. Oleh karena itu Allah memilih orang-orang tertentu yang memiliki kesucian jiwa dan kecerdasan pikiran untuk menyampaikan informasi tersebut kepada umat manusia. Orang yang terpilih itulah dalam terminologi agama lazim disebut “Nabi dan Rasul”.

  Dalam menyampaikan risalahnya, nabi dan rasul berhadapan dengan masyarakat yang memiliki karakter (watak) dan pemikiran yang beragam. Ada watak dan pemikiranya lurus sehingga langsung menerima apa yang disampaikan nabi dan rasul, tetapi ada kelompok masyarakat yang memiliki watak yang keras, angkuh dan tidak mudah menerimanya begitu saja. Oleh karena itu para nabi dan rasul diberi wahyu, juga dibekali kekuatan dengan hal-hal luar bisa yang dapat menegakkan hujjah, sehingga mereka mengakui dan tunduk. Kekuatan yang luar biasa itulah yang disebut dengan

  “Mu’jizat”.

  Mu’jizat dapat dibagi 2 (dua), yaitu mu’jizat yang bersifat material indrawi

  1

  (hissi ) dan mu’jizat aqliah (logis). Mu’jizat indrawi diberikan kepada para nabi dan rasul sebelum Muhammad. Mereka diberi

  mu’jizat Indrawi karena umat yang

  dihadapi belum mencapai kemajuan dalam bidang pengetahuan dan penikiran, maka yang paling relevan adalah jika setiap para nabi dan rasul itu hanya diutus untuk menyampaikan kepada umatnya secara khusus pada masa itu.

  mu’jizat Aqliah berupa “al Qur’an” diberikan kepada Nabi

  Muhammad saw. sebagai rasul yang terakhir, karena peradaban manusia sudah mengalami kemajuan dibidang ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Mu’jizat al Qur’an menantang akal manusia sepanjang zaman. Akal manusia betapapun majunya tidak akan sanggup menandinginya al Qur’an. Kelemahan akal manusia yang bersifat substantif ini merupakan pengakuan akal itu sendiri bahwa al Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya dan sangat diperlukan untuk dijadikan petunjuk yang lurus.

  Manusia yang secara potensial memiliki akal

  “organ” terkadang menolak

  atau tidak mempercayai informasi-informasi dari Allah swt. yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul. Mereka bahkan tidak percaya bahwa manusia terpilih

  2 itu adalah Nabi dan Rasul yang mengemban tugas khusus dari Allah swt.

  Para Nabi dan Rasul terdahulu memiliki mu’jizat-mu’jizat yang bersifat

  “temporal, lokal dan material”. Hal ini karena missi kenabian dan kerasulan terbatas pada wilayah/daerah dan kurun waktu tertentu. Secara diametral jelas berbeda dengan missi Nabi Muhammad saw. beliau diutus untuk seluruh umat manusia, di mana saja berada dan kapanpun waktunya hingga pada akhir zaman.

1 Jalaluddin al Suyuthi, al Itqon fi Ulum al Qur’an , Juz II, Bairut ; Dar al Fikr, tt., hlm.

  166 2

  Pengertian Mu’jizat

  Mu’jizat secara etimologis (bahasa) adalah suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau menakjubkan. Sedangkan mu’jizat menurut terminology (istilah) adalah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya,

  3 sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan.

  Kata mu’jizat itu sendiri tidak terdapat di dalam al Qur’an. Namun untuk menerangkan mu’jizat. Al Qur’an menggunakan istilah “ayat atau bayyinat”. Baik ayat maupun bayyinat mempunyai dua macam arti. Pertama artinya “perkabaran Illahi”, yang berupa ayat-ayat al Qur’an”. Kedua artinya “mencakup

  4 mu’jizat atau tanda bukti”.

  Pada dasarnya mu’jizat para nabi dan rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya pada masa Nabi Musa as. yang terkenal pada waktu itu adalah persoalan tukang sihirnya, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan tukang-tukang sihir itu. Sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an surat al A’raf ayat 103 – 126, tentang mu’jizat Nabi Musa terhadap tantangan Fir’aun dan ahli sihir. Pada masa Nabi Isa as. kemajuan yang muncul pada waktu itu adalah ilmu kedokteran

  , maka mu’jizat utamanya adalah menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang buta sejak dalam kandungan dan dapat menghidupkan orang yang sudah mati, sesuai dengan surat Ali Imran ayat 49 dan surat al Ma’idah ayat 110.

  Pada masa Nabi Muhammad saw. adalah masa keemasan kesusasteraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah al Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat membuat serupa dengan al Qur’an. Mu’jizat al Qur’an menantang akal manusia sepanjang masa. Akal manusia betapapun majunya, tidak akan sanggup menandingi al Qur’an. Kelemahan akal manusia yang bersifat substantif ini 3 Said Aqil Husain al Munawar, (Abd. Halim, ed)

  al Qur’an Membangun Tradisi merupakan pengakuan akal itu sendiri bahwa al Qur’an adalah wahyu Allah swt.

  5 yang diturunkan kepada rasul-Nya untuk dijadikan petunjuk yang lurus.

  Kadar Kemu’jizatan al Qur’an

  Allah swt. melalui kitab al Qur’an mencanangkan al Qur’an untuk ditandingi oleh manusia yang mengingkari dengan membuat kitab yang sama s eperti al Qur’an. Akan tetapi hingga saat ini belum ada seorang manusiapun yang mampu menandinginya. Para pujangga bahasa Arab pada waktu turunya al Qur’an balaghah Arab, akan te tapi mereka tidak akan mampu menandingi al Qur’an. Kemudian pada kejayaan ilmu pengetahuan, bahasa Arab ikut memuncak sampai ke tingkat yang sangat tinggi, tetapi al Qur’an tetap tidak dapat ditandingi, karena al Qur’an berada di atas puncak yang tidak mungkin diungguli oleh

  6

  siapapun dan al Qur’an bukan kalimat manusia. Al Qur’an menantang dengan tiga kali tantangan secara bertahap, yang pertama, dari tantangan dengan seluruh isi al Qur’an, kemudian tantangan kedua, dengan sepuluh surat al Qur’an, dan tantangan ketiga dengan satu surat saja seperti yang sudah dijelaskan dalam al Qur’an.

1. Tantangan Pertama

  Allah melalui al Qur’an pertama kali menantang manusia yang mengingkari supaya membuat kitab tandingan yang sama dengan seluruh isi al Qur’an. Allah berfirman dalam surat al Thur ayat 33 – 34, sebagai beikut;

             

   Artinya: “Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang- 5 orang yang benar. (QS al Thur, 33-34).

  Manna al Qattan, Mabahits fi Ulum al Qur’an, (Mansyurat al Ahsr al Hadits, 1973) hlm. Tantangan di atas tidak dapat dilawan sebagaimana diindikasikan dalam al Qur’an surat al Isra’ ayat 88, maka kadar kemu’jizatan al Qur’an adalah seluruh surat dan ayatnya yang melemahkan seluruh yang mengingkarinya.

  Untuk melawan tantangan pertama ini nampaknya sangat berat, karena harus membuat kitab tandingan yang besar dan lengkap. Hal ini sangat wajar kalau tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Oleh karena itu Allah menurunkan dan meringankan tantangan berikutnya.

  Tantangan Kedua Tantangan yang kedua ini tidak seberat tantangan yang pertama, hanya supaya membuat tandingan dengan sepuluh surat saja, sebagaimana yang tertuang dalam al Qur’an surat Hud ayat 13, sebagai berikut:

                  

    ) 12 : دوه )

  Artinya: Bahkan mereka mengatakan “Muhammad telah membuat al Qur’an itu”.

  Katakanlah (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggilah orang-orang yang sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS Hud, 13)

  Kalimat (dibuat-buat) bukan saja dalam arti ayat-ayat tersebut dinisbatkan kepada Allah secara bohong, tetapi juga berarti meskipun kandunganya salah atau bohong asal saja redaksinya tersusun dengan baik, indah dan sete liti al Qur’an, maka yang demikian itu sudah cukup untuk mengakui kebenaran dengan para

  7 pengingkar.

  Tantang kedua ini kadar kemu’jizatan al Qur’an hanya sepuluh

  surat

  saja, dalam arti yang menjadi mu’jizat hanya sepuluh surat al Qur’an saja sudah membuat seluruh manusia tidak sanggup membuatnya yang persis sama dengan al Qur’an.

3. Tantangan Ketiga

  Tantangan ketiga ini lebih ringan dibanding dengan tantangan peretama dan kedua, oleh karena itu tantangan ketiga ini untuk membuat tandingan al Qur’an satu surat saja yang sama dengan satu surat dalam al Qur’an. Sebagaimana tertuang dalam surat Yunus ayat 38, sebagai berikut;

         

          

  ( سنوي : 38 )

  Artinya: “Atau (patutkah) mereka mengatakan; “Muhammad membuat-buatnya”.

  Katakanlah; (kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sbuah surat seumpamanya dan panggilah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang- orang yang benar (QS Yunus, 38).

  Tantangan yang ketiga ini berarti kadar kemu’jizatan al Qur’an hanya satu ayat saja, dalam arti walaupun yang menjadi mu’jizat al Qur’an hanya satu surat, tetapi t idak ada yang sanggup menandingi seperti al Qur’an. Ketiga tantangan tersebut di atas seluruhnya disampaikan ketika Nabi Muhammad saw. di Makkah. Kemudian (tantangan ke empat) disampaikan ketika Nabi Muhammad telah hijrah ke Madinah, dengan firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 23, sebagai berikut;

          

       

       ( ةرقيلا

  :

  23 )

  Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (QS al Baqarah 23).

  Tantangan di atas merupakan tantangan terakhir yang ditutup dengan pernyataan yang jelas dan tegas dalam surat al Baqarah ayat 24, sebagai berikut;    

       

     24  ) : ةرقبلا (

  Artinya: Maka jika kamu sudah tidak mampu membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS al Baqarah 24).

  Tantangan terkhir ini tidak hanya ditunjukan kepada orang yang hidup pada masa turunya al Qur’an, tetapi juga ditunjukan kepada setiap orang yang ragu-r agu terhadap al Qur’an kapanpun dan dimanapun. Dari uraian di atas para ulama berbeda pendapat dalam mencermati kadar kemu’jizatan al Qur’an. Ada yang berpendapat bahwa kadar kemu’jizatan al Qur’an itu cukup hanya dengan satu surat saja dari al Qur’an, baik surat pendek maupun panjang. Ulama lain berpendapat bahwa kemu’jizatan al Qur’an itu keseluruhan isi al Qur’an, bukan

  8 dengan sebagianya.

  Sesungguhnya kemu’jizatan al Qur’an itu tidak hanya terdapat pada kadar tertentu, sebab kemu’jizatan al Qur’an dapat juga ditemukan pada bunyi huruf- hurufnya dan alunan kata-katanya yang terdapat dalam setiap ayat dan suratnya. Bagi orang yang mengkaji al Qur’an secara detail dan obyektif untuk mencari kebenaran kemu’jizatan al Qur’an secara jelas, tidak harus melihat kadar tertentu dalam mengkaji al Qur’an.

  Aspek Kemu’jizatan al Qur’an

  Yang dimaksud dengan aspek kemu’jizatan al Qur’an adalah hal-hal yang ada pada al Qur’an yang menunjukkan bahwa kitab suci al Qur’an benar-benar wahyu Allah swt. dan ketidak mampuan manusia dalam menandingi al Qur’an. Dalam kajian aspek kemu’jizatan al Qur’an, dikalangan para ulama ada perbedaan pendapat dalam menetapkan kemu’jizatan al Qur’an. Ada yang menetapkan hanya satu aspek kemu’jizatan al Qur’an, ada yang menetapkan tiga aspek kemu’jizatan al Qur’an bahkan ada yang menatapkan sepuluh aspek kemu’ji’atan al Qur’an. 8

  Abu Bakar al Baqillany mengemukakan bahwa aspek kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi: (1) aspek pemberitaan mengenai hal-hal yang ghaib; (2) pemberitaan mengenai kisah-kisah umat terdahulu beserta nabi-nabinya; dan (3)

  9 aspek kemu’jizatan al Qur’an dalam hal susunan dan bahasa yang indah.

  Al Qurthuby dalam memaparkan aspek- aspek kemu’jizatan al Qur’an mencakup: (1) susuan dan bahasanya yang indah; (2) uslub yang berbeda dengan seluruh uslub bahasa Arab; (3) kepastian ungkapan yang tidak dapat diimbangi oleh siapapun; (4) pengaturan bahasa yang utuh dan bulat; (5) pemberitaan kejadian pada awal dunia sampai turunya al Qur’an dari seorang umi yang tidak pernah membaca kitab sebelumnya dan tidak pernah menulis; (6) pemenuhan hal-hal yang telah dijanjikan, dapat dilihat dengan mata kepala; (7) pemberitaan tentang hal-hal yang ghaib pada masa yang akan datang yang tidak dapat ditampakkan kecuali dengan wahyu; (8) berisi aturan-aturan tentang halal dan haram serta seluruh hukum; (9) hikmah yang tinggi yang tidak biasa terjadi;

  10

  dan (10) persesuaian seluru h kandungan isi al Qur’an dari awal hingga akhir. Dengan demikian secara garis besarnya aspek kemu’jizatan al Qur’an itu dapat digolongkan menjadi empat aspek, yaitu, aspek kebahasaan, isyarat ilmiah,

  tasyri’, dan pemberitaan hal-hal yang ghaib.

  Penutup

  Kemu’jizatan al Qur’an merupakan kemu’jizatan terbesar yang pernah Allah berikan kepada para utusannya. Atas kebesarannya, al Qur’an dijadikan pegangan dan pedoman sampai akhir jaman. Secara garis besarnya aspek kemu’jizatan al Qur’an itu dapat digolongkan menjadi empat aspek, yaitu: aspek

  kebahasaan , isyarat ilmiah, tasyri’, dan pemberitaan hal-hal yang ghaib.

  

Daftar Rujukan

  al Baqilani, Abu Bakar Muhammad bin al Thayib,

  I’jazul al Qur’an, (Bairut: Dar 9 al Ulum, 1990 Cet. II) 10 I b i d , hlm. 62-88.

  al Munawar, Said Aqil Husain, (Abd. Halim, ed)

  al Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki , (Jakarta, Ciputat Press, 2003)

  al Shaleh, Subhi,

  Mabahits fi Ulum al Qur’an, (Jakarta ; Dinamika, tt)

  al Suyuthi, Jalaluddin,

  al Itqon fi Ulum al Qur’an, Juz II, Bairut ; Dar al Fikr, tt.)

  al Qattan, Manna, Mabahits

  fi Ulum al Qur’an, (Mansyurat al Ahsr al Hadits,

  1973) al Qurthuby, Abdullah Muhammad bin Ahmad al Anshori,

  Al Jami’ li Akhkam al Qur’an, Juz I, t.tp. tt.)

  Shihab,M. Quraish,

  Mu’jizat al Qur’an, (Bandung; Mizan, 1997, Cet II)