PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SDN 1 TATURA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT Hamsinah Abstrak: Masalah yang dikaji dalam PTK ini adalah Apa

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS

  

BELAJAR SISWA KELAS II SDN 1 TATURA PADA MATERI

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT

Hamsinah

Abstrak: Masalah yang dikaji dalam PTK ini adalah Apakah hasil belajar (prestasi

  belajar) siswa kelas II SDN 1 Tatura pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)?

  Tujuan penelitian Untuk mengetahui dan menjelaskan peningkatan

  prestasi belajar siswa kelas II SDN 1 Tatura dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang menerapkan model

  . Untuk

  pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

  menjawab permasalahan di atas, maka dilakukan pengumpulan data dengan mengikuti alur PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa

  penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan

  hasil belajar (prestasi belajar) siswa baik ditinjau dari segi nilai rata-rata persiklus maupun persentase ketuntasan klasikal. Nilai rata-rata pada siklus I 74,18, pada siklus II berhasil ditingkatkan menjadi 84,07. Mengenai ketuntasan klasikal yang berhasil diperoleh pada siklus I mencapai 64,10%, pada siklus II berhasil dinaikkan menjadi 87,18% Selain hasil belajar siswa, . aktivitas siswa meningkat bila digunakan

  model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) . Dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 1 Tatura.

  Kata Kunci : Teams Games Tournament (TGT) , Prestasi Belajar, Bilangan Bulat .

  Keberhasilan pembelajaran

  

Pendahuluan tidak terlepas dari persiapan guru

  Pendidikan merupakan usaha dalam mengajar dan siswa dalam untuk mengembangkan dan menerima menerima pelajaran. Menurut Jaeng potensi sumber daya manusia melalui

  (2006:4) bahwa ―pembelajaran lebih berbagai kegiatan belajar mengajar menekankan pada bagaimana upaya yang diselenggarakan pada semua pembelajar (guru) mendorong, jenjang pendidikan tingkat dasar, membimbing, mendampingi, dan menengah, sampai perguruan tinggi. memfasilitasi pebelajar (siswa) Pendidikan sekolah mempunyai tujuan belajar‖. Dari pernyataan tersebut untuk membentuk perubahan prilaku terlihat bahwa guru merupakan unsur hasil belajar sepertit memiliki utama dalam pembelajaran karena guru pengetahuan, keterampilan dan sikap memiliki tugas dan tanggung jawab belajar (Doni Eko Sulisyanto, 2010). terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

  Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 37 Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti; menguasai materi dengan baik yang tentunya menuntut guru untuk rajin belajar dan membaca sebelum melaksanakan pembelajaran, menguasai psikologi anak sehingga mampun memotivasi sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi siswa, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menguasai dan mampu menerapkan berbagai macam metode pembelajaran.

  Matematika merupakan ilmu universal yang turut serta dalam pencapaian tujuan pendidikan, tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Oleh karena itu, matematika wajib dipelajari oleh siswa mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Dalam jenjang pendidikan tersebut diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa yang kurang paham akan materi yang diajarkan, bahkan diantara mereka ada yang kurang tertarik untuk belajar matematika. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan matematika, di mana tujuannya menurut Depdiknas (2006:346) yaitu:

  Agar siswa memiliki kemampuan yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru di SDN 1 Tatura, diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa belum paham terhadap penjumlahan bilangan. Selain itu siswa juga tidak dapat mengerjakan soal apabila soal itu berbeda dengan contoh, hal ini disebabkan karena mereka belum paham terhadap materi yang diajarkan. Ketidakpahaman ini menyebabkan mereka melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi rendah. Contoh kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dua angka tanpa menyimpan ataupun dengan cara bersusun panjang.

  Dari hasil wawancara dengan guru di SDN 1 Tatura, juga diperoleh informasi bahwa siswa tidak percaya diri dengan jawabannya, bahkan siswa malu untuk bertanya kepada gurunya jika mengalami kesulitan. Tidak hanya itu, kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika membuat siswa tersebut malas untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.

  Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan solusi yang tepat yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih banyak mengaktifkan siswa, melatih siswa untuk mengerjakan soal dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan serta dapat memberikan efek rekreatif bagi siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 38 Dalam model pembelajaran perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, ini terdapat adanya pertandingan antar (3) observasi dan (4) refleksi. kelompok untuk menguji kemampuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Setting dan Subjek Penelitian Untuk itu diperlukan keaktifan seluruh Penelitian ini dilaksanakan di siswa dalam menguasai materi yang kelas II SDN 1 Tatura. Subjek diajarkan, karena setiap siswa akan penelitian ini adalah seluruh siswa memberikan kontribusi kepada kelas II yang terdaftar pada tahun kelompoknya masing-masing. Dalam ajaran 2011/2012. Pemilihan lokasi berkelompok siswa dituntut untuk penelitian didasarkan atas informasi dapat saling berinteraksi, saling dari salah seorang guru matematika di bertukar pendapat atau ide, dan dapat sekolah tersebut yang menyatakan bekerja sama dalam menyelesaikan bahwa siswa kelas II SDN 1 Tatura tugas kelompok. kurang paham terhadap materi

  Berdasarkan uraian di atas, penjumlahan sehingga menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan rendahnya hasil belajar. penelitian dengan judul ―Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jenis Data dan Teknik Pengumpulan

  Teams Games Tournament

  (TGT) Data

  a. Jenis Data

  Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDN 1 Tatura Pada Data kualitatif, berupa situasi Materi Penjumlahan belajar mengajar yang diperoleh ‖. dari hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada setiap tindakan

  METODE

  berupa lembar observasi dan

  Pendekatan dan Rancangan disajikan dalam bentuk Penelitian prosentase dan Data kuantitatif,

  Dalam penelitian ini, akan berupa prestasi belajar yang digunakan pendekatan kualitatif. diperoleh dari hasil evaluasi yang Pendekatan ini digunakan karena diberikan pada setiap akhir peneliti hendak menyelidiki dan tindakan. memaparkan data sesuai dengan apa

  b. Teknik Pengumpulan Data yang terjadi pada saat penelitian.

  a). Tes Tertulis Adapun rancangan penelitian yang Tes yang digunakan digunakan adalah rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah tindakan kelas partisipan, yakni peneliti tes awal dan tes akhir. Tes terlibat langsung dalam proses awal diberikan untuk penelitian mulai dari pelaksanaan mengetahui pengetahuan tindakan sampai berakhirnya tindakan prasyarat yang dimiliki berupa penyusunan laporan hasil siswa, mengenai materi penelitian penjumlahan. Tes akhir

  Rancangan penelitian ini diberikan untuk mengetahui mengacu pada model Kemmis dan Mc. kemampuan siswa dalam Taggart (Wiriaadmadja, 2005:66) yang menyelesaikan materi terdiri atas 4 komponen yaitu (1) penjumlahan setelah diberikan tindakan.

  Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 39

  b). Observasi 3.

  Kesimpulan/Verifikasi Observasi (Conclusion

  Drawing/Verification

  dilaksanakan selama proses ) pembelajaran berlangsung Penarikan kesimpulan dengan menggunakan dimaksudkan untuk lembar observasi. memberikan kesimpulan Tujuannya adalah untuk terhadap hasil penafsiran dan mengamati aktivitas guru evaluasi. Penarikan kesimpulan dan siswa selama proses merupakan pengungkapan akhir pembelajaran. dari hasil tindakan.

  c). Catatan Lapangan.

  Catatan lapangan Kriteria Keberhasilan Tindakan dilakukan untuk Untuk mengetahui memperoleh data yang tidak keberhasilan siswa setelah terekam dalam lembar diberikan tindakan, maka kriteria observasi. Catatan ini keberhasilan yang digunakan dalam memuat segala aktivitas penelitian ini yaitu mengacu pada guru dan siswa selama Kriteria Ketuntasan Minimal proses pembelajaran baik (KKM) yang diterapkan di SDN 1 dilakukan oleh peneliti, Tatura. Adapun KKM dalam guru, ataupun oleh teman penelitian ini dinyatakan dengan sejawat. angka minimal 60 (enam puluh) dan maksimal 100 (seratus). Angka

  

Teknik Analisis Data maksimal 100 merupakan kriteria

  Analisis data dilakukan ketuntasan ideal. Jadi seorang dengan mengacu pada model Miles siswa dikatakan tuntas jika dan Huberman (Sugiyono, mencapai nilai lebih dari atau sama 2007:91), yaitu: (1) reduksi data dengan 60 dan suatu kelas (data reduction), (2) penyajian data dikatakan tuntas belajar secara (data display ) dan (3) klasikal jika diperoleh persentase kesimpulan/verifikasi (conclusion ketuntasan belajar secara klasikal

  drawing/verification

  ) lebih dari atau sama dengan 75% 1. yang dihitung dengan

  Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berarti menggunakan rumus: merangkum, menyeleksi, memfokuskan dan Tahap-tahap Penelitian menyederhanakan data sejak Penelitian ini terdiri dari dua awal pengumpulan data sampai tahap, yaitu tahap pra tindakan dan dengan penyusunan laporan. tahap pelaksanaan tindakan.

  2.

  a. Tahap Pra Tindakan

  Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, Kegiatan yang maka langkah selanjutnya dilakukan pada tahap ini, yaitu: adalah menyajiakan data. Data Melakukan wawancara dengan yang disajikan bersifat naratif. guru untuk mengetahui Setelah data disajikan, lalu dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya.

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 40 kemampuan siswa pada akan diurutkan sesuai materi penjumlahan, dengan skor yang diperoleh Menentukan subjek penelitian, kemudian dibentuklah Menyiapkan tes awal, dan kelompok dengan Membentuk kelompok belajar klasifikasi 1 siswa berdasarkan hasil tes awal. berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan sedang dan

  1 siswa Kegiatan yang berkemampuan rendah. dilakukan pada tahap ini

  c. Observasi mengacu pada model penelitian Pada tahap ini, akan yang dikemukan oleh Kemmis dilaksanakan proses dan Mc. Taggart pengamatan terhadap (Wiriaadmadja, 2005:66) yang aktivitas peneliti yang terdiri atas 4 komponen, yaitu: dilakukan oleh guru (a) perencanaan, (b) matematika kelas II SDN 1 pelaksanaan tindakan, (c) Tatura, dan aktivitas siswa observasi dan (d) refleksi. yang diamati oleh teman a. sejawat selama proses

  Perencanaan Kegiatan yang pembelajaran dengan dilakukan pada tahap menggunakan lembar ini, yaitu: Membuat observasi. Tujuannya adalah rencana pelaksanaan untuk mengamati aktivitas pembelajaran, guru dan siswa selama Menyiapkan LKS, proses pembelajaran Menyiapkan kartu-kartu dengan menerapkan model yang berisi pertanyaan pembelajaran kooperatif mengenai materi tipe TGT. penjumlahan, Membuat

  d. Refleksi tes akhir tindakan, dan Berdasarkan hasil Membuat lembar observasi, dan hasil tes yang observasi diperoleh, diadakan refleksi b. Pelaksanaan Tindakan berkaitan dengan kelebihan

  Kegiatan yang akan dan kekurangan yang terjadi dilakukan pada tahap ini selama tindakan didasarkan pada rencana berlangsung guna pelaksanaan pembelajaran merencanakan tindakan yang telah dibuat, yaitu yang lebih efektif pada dengan menerapkan model siklus berikutnya.

  C. Hasil dan Pembahasan

  pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi Hasil Penelitian penjumlahan di kelas II SDN 1 Tatura. Penempatan siswa pada kelompok berdasarkan pada hasil tes awal, dimana siswa Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 41 pembelajaran mengalami peningkatan

  N Siklus Aspek yang diamati o

  1

  2 dari siklus I.

  I PENDAHULUAN

  Tabel 2 Hasil Observasi Pengamat

1. Mengingat kembali materi pada

  2

  3 pertemuan sebelumnya

  2

  3

  terhadap aktivitas guru 2.

  Menjawab pertanyaan atau bertanya

  I KEGIATAN INTI

  I

  1. Memperhatikan penjelasan guru

  3

  4 Berdasarkan hasil observasi

  2. Kesadaran siswa untuk duduk

  2

  3

  tabel 2 pada umumnya pengelolaan

  dikelompoknya masing-masing 3.

  3

  4 Berdiskusi dalam kelompok saat

  kegiatan pembelajaran yang dilakukan

  mengerjakan tugas

  3

  4

  peneliti sudah baik. Peneliti telah

  4. Mengikuti permainan

  3

  4

  5. Bertanding dengan anggota dari

  4

  4

  dapat mengelola waktu pembelajaran

  kelompok lain

  dengan baik, mengaktifkan dan 6.

  Menerima penghargaan

  I PENUTUP

  memotivasi siswa pada kerja

  I

  1. Memperhatikan penjelasan guru

  3

  4

  kelompok, memberikan bimbingan

  I

  2. Mengerjakan tes yang diberikan guru

  3

  4

  ketika siswa mengalami kesulitan, serta

  V Aktif dalam proses pembelajaran

  3

  4 I

  melaksanakan permainan dan pertandingan dengan baik. Tabel 1 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa

  Refleksi Berdasarkan Tabel hasil observasi

  N Aspek yang diamati Sikl

  siklus 1 dan 2 yang dilakukan oleh

  o us

  1

  2

  pengamat, diperoleh informasi bahwa

  I PENDAHULUAN

  secara keseluruhan siswa telah

  1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

  4

  4 memotivasi siswa.

  menunjukkan aktivitas yang cukup baik 2.

  4

  4 Mengingatkan kembali materi pada

  dalam proses pembelajaran, meskipun pertemuan sebelumnya.

  3. Menyampaikan kegiatan yang harus

  4

  4

  dalam pelaksanaannya masih terdapat

  dilakukan siswa selama pambelajaran

  siswa yang kurang aktif dalam berlangsung.

II KEGIATAN INTI

  pembelajaran dan ada beberapa siswa 1. Guru menjelaskan materi secara singkat.

  3

  4

  yang belum bisa bekerja sama dan

  2. Memberikan kesempatan kepada siswa

  4

  4 untuk menanyakan hal-hal yang belum

  berdiskusi dengan teman kelompoknya dipahami.

  4

  4

  dalam menyelesaikan dan menjawab 3.

  Membentuk kelompok belajar, masing- masing terdiri dari 4-6 orang.

  LKS yang diberikan. Mereka masih

  4. Membagikan LKS dan meminta siswa

  4

  4

  suka bekerja sendiri dan ada juga yang

  menyelesaikan dengan kerjasama dalam kelompok.

  diam yang lebih suka mendengarkan 5.

  4

  4 Mengontrol kerja siswa dalam kelompok

  dan memperhatikan temannya

  dan memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.

  berdiskusi.

  6.

  4

  4 Menunjuk perwakilan masing-masing

  Pada siklus dua, diperoleh

  kelompok untuk duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan

  informasi bahwa pada umumnya siswa anggota kelompok lain.

  4

  4

  telah menunjukkan aktivitas yang baik 7. Menyampaikan aturan permainan.

  4

  4 8. Memantau pertandingan yang berlangsung.

  4

  4

  dalam proses pembelajaran. Tampak 9.

  Memberikan penghargaan kepada

  dari siswa yang dapat mengingat

  kelompok sesuai dengan skor yang diperoleh berdasarkan hasil pertandingan.

  kembali materi pada pertemuan

III PENUTUP

  sebelumnya, serta mengikuti permainan

  1. Bersama siswa merefleksi kembali hasil

  3

  4 jawaban soal-soal dalam

  dan pertandingan dengan baik dan

  permainan/pertandingan dan diskusi

  sangat antusias, semakin kompak kelompok.

  4

  4

  2. Memberikan tes mengenai materi yang

  dalam berkelompok, aktif bertanya dan telah diajarkan.

  4

  4

  menjawab pertanyaan dari peneliti, 3.

  Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

  sehingga secara keseluruhan proses

  IV Penegelolaan waktu

  4

  4 V Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran

  3

  3 VI Performance Guru Dalam Proses Pembelajaran

  4

  4 Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 42 Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat merencanakan tindakan yang lebih efektif pada siklus II.

  Berdasarkan analisis hasil tes akhir tindakan pada siklus I (tabel 3), diperoleh data bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai adalah sebesar 64,10% dan untuk jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 sebanyak dua puluh lima orang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa kurang dapat menyelesaikan soal tes akhir tindakan dengan baik khususnya soal nomor 2 dan 3. Oleh karena data yang diperoleh belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu sebesar 75%,

  Tabel 3 Analisis Hasil tes akhir siklus 1 dan siklus 2

  Siklus Skor total yang diperoleh pada soal nomor Skor total

  1

  2

  3

  4

  99 98 405 Skor Ideal 117 117 156 156 546

  % Daya serap

  90.

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, diperoleh data dari hasil analisis yaitu untuk tes awal diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 46,15% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 sebanyak 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang materi penjumlahan masih rendah. Untuk tes akhir tindakan pada siklus I diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai adalah sebesar 64,10% dan untuk jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 sebanyak 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal mengenai penjumlahan bilangan sampai 500 lebih tinggi dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes awal, namun belum mencapai ketuntasan klasikal. Rendahnya hasil belajar siswa pada tes akhir tindakan pada siklus I disebabkan karena pada siklus I, peneliti belum dapat mengelola waktu pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa belum paham terhadap cara pengerjaan LKS sehingga peneliti kembali menjelaskan mengenai materi penjumlahan bilangan sampai 500. Data yang diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan tindakan belum tercapai. Oleh sebab itu, peneliti melaksanakan siklus II dengan memperbaiki hal-hal yang masih kurang pada siklus I.

  Pembahasan

  74.1

  62.8

1 Jumlah 106 102

  46

  KETUNT 8 % ASAN 64.10

  2 Jumlah 114 114 119 112 459 Skor Ideal 117 117 156 156 546

  % Daya serap

  97.

  44 97.

  44 76.

  28 71.

  79 84.

  07 Hasil analisis tes akhir tindakan pada siklus II, diperoleh data bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai adalah sebesar 87,18% serta terdapat lima orang siswa yang belum memperleh nilai lebih dari atau sama dengan 65. Data yang diperoleh pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan belajar sebesar 75%. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah berhasil.

  18 63.

  60 87.

  Setelah melaksanakan tindakan siklus II, dari analisis hasil tes akhir

  2

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 43 tindakan diperoleh persentase sebagai salah satu alternatif untuk ketuntasan belajar klasikal sebesar meningkatkan hasil belajar siswa.

  D. Kesimpulan

  87,18% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama Berdasarkan hasil dan dengan 65 adalah sebanyak 34 orang. pembahasan, maka dapat Hal ini menunjukkan bahwa disimpulkan beberapa hal sebagai kemampuan siswa dalam berikut: menyelesaikan pengurangan bilangan 1.

  Penerapan model pembelajaran sampai 500 sudah cukup baik dan telah kooperatif tipe TGT pada meningkat dari kemampuan siswa materi penjumlahan dan dalam menyelesaikan soal tentang pengurangan bilangan sampai sudut-sudut yang terbentuk jika dua 500 dapat meningkatkan hasil garis sejajar dipotong oleh garis lain. belajar siswa kelas II SDN 1 Tidak hanya kemampuan siswa dalam Tatura. Hal ini terlihat pada menyelesaikan soal-soal yang peningkatan persentase meningkat, tetapi proses ketuntasan belajar klasikal dari pembelajaranpun meningkat. Terlihat 64,10% menjadi 87,10%. dari rasa percaya diri siswa terhadap 2.

  Penerapan model pembelajaran jawabannya yang semakin meningkat kooperatif tipe TGT merupakan sehingga jika mengalami kesulitan, salah satu alternatif untuk tidak malu untuk bertanya baik kepada melatih siswa bekerja sama teman ataupun kepada guru. Kemudian dalam mengumpulkan poin dengan adanya permainan juga, untuk kelompoknya serta dapat menyebabkan meningkatnya motivasi memberikan efek rekreatif bagi siswa untuk belajar matematika siswa. sehingga tidak ada lagi rasa malas 3.

  Model pembelajaran kooperatif untuk mengerjakan tugas-tugas yang tipe TGT dapat meningkatkan diberikan. aktifitas siswa dalam proses Dari hasil observasi yang pembelajaran. dilakukan pengamat, diperoleh DAFTAR PUSTAKA informasi bahwa dalam pelaksanaan Amin Mustopa, Buchori, Erna Juliatun model pembelajaran kooperatif tipe dan Isti Hidayah, 2008. Senang TGT, pada umumnya aktivitas siswa Matematika

  2 , Pusat maupun aktivitas guru menunjukkan Pembukuan Jakarta.

  peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan aktivitas siswa terutama Austriansyah. 2008. Penerapan Metode

  Discovery pada Pokok Bahasan

  pada kegiatan kerja sama dan diskusi antar-siswa, baik dalam satu kelompok Luas Trapesium dan Layang- maupun dengan kelompok yang lain. layang untuk Meningkatkan Peningkatan aktivitas guru terutama Hasil Belajar Siswa Kelas V pada kemampuan guru untuk Madrasah Ibtidaiyah

  Muhammadiyah Al-Haq Palu.

  mengelola waktu yang menjadi cukup baik.

  Skripsi tidak diterbitkan. Palu: Berdasarkan uraian di atas, FKIP UNTAD. peneliti memperoleh gambaran bahwa penerapan model pembelajaran Depdikbud. 1996. Petunjuk

  Pelaksanaan Penelitian.

  kooperatif tipe TGT dapat dijadikan Palu:

  Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 44 Bagian Proyek Peningkatan Balai Penataran Guru. diakses 22 Januari 2012). Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat

  Satuan Pendidikan (KTSP) Jaeng, Maxinus. 2006. Belajar dan 2006 Mata Pelajaran Pembelajaran Matematika . Palu: Matematika. Jakarta. FKIP UNTAD.

  Pembelajaran

  Ditnaga. 2009. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian

Kooperatif . (Online), Kualitatif . Bandung: CV Alfabeta.

   Kooperatif Tipe TGT (Teams diakses 7 Januari Games Tournament). 2012). (Online),

  Ilmiati, Rahma. 2009. Meningkatkan

  Motivasi dan Kemampuan

Siswa Kelas VIIIAMTs Syekh diakses 23 januari 2012).

Lokiya Towale dalam Menyelesaikan Soal-Soal Model

  Widyantini. 2006.

  Faktorisasi Suku Aljabar Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembalajaran dengan Pendekatan Kooperatif .

Kooperatif Tipe TGT (Teams Yogyakarta: DEPDIKNAS.

Games Tournament). Skripsi

  tidak diterbitkan. Palu: FKIP Wiriaadmadja, Rochiati. 2005. Metode UNTAD. Penelitian Tindakan Kelas.

  Bandung: PT Remaja Indramunawar. 2009. Hasil Belajar. Rosdakarya. (Online), diakses 7 September 2009).

  Ipotes. 2008. Metode Pembelajaran

  Kooperatif. (Online),

   diakses 7 Januari 2012).

  Ipotes. 2008. Pembelajaran Kooperatif

  Tipe TGT (Teams Games Tournament). (Online),

   Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

Dokumen yang terkait

View of Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Melambungkan, Melempar, Menangkap, Memukul Bola Dan Berlari Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Untuk Siswa Kelas 5 Sdn Patengteng 1 Modung Kabupaten Bangka

1 1 14

View of Penggunaan Media Cerita Bergambar Dalam Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bumi dan langit Bagi Siswa Kelas 4 SDN Patereman 1 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan

0 0 13

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Matakuliah Bimbingan Konseling Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pgsd Semester 1 Stkip Pgri Bangkalan

0 0 11

View of Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Multikultural dalam Pembinaan Keberagaman Masyarakat Indonesia

1 2 13

View of Peran PKn dalam Menanamkan Nilai-Nilai Multikultural Untuk Membentuk Warga Negara Muda Yang Toleran

0 0 8

View of Analisis Eksistensi Pedagang Berpindah Pada Pasar Nagari di Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, di Tinjau dalam Kajian Sosiologi Ekonomi

0 0 10

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII MTS NURUL HUDA

1 1 10

View of BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BILANGAN MERSENNE

0 0 16

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI TIPE TALKING STICK (TONGKAT BERBICARA) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 07 BANGKALAN PADA MATERI PECAHAN Munifah Guru SDN Martajasah Bangkalan Email:

0 0 10

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

0 1 7