BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FOTOGRAFI 1.docx

Panduan Teori dan Praktikum Fotograf 1 Teguu Setiadi,S.Kom, M.Kom

PANDUAN PRAKTIKUM
FOTOGRAFI 1

OLEH :
Teguh Setiadi, S.Kom, M.Kom

STEKOM
(SEKOLAH TINGGI ELEKTRONIKA DAN KOMPUTER)
Progdi Desain Grafis
2017

1

DASAR-DASAR FOTOGRAFI
1. Antara Mata Manusia Dan Mata Kamera
Secara sekilas melakukan potret-memotret adalah perkara yang
mudah.Beberapa tipe produk kamera saku di era tahun 80-an dan 90-an memang
disediakan untuk kalangan amatir/pemula sehingga fasilitas di dalam kamera
tersebut hampir segalanya serba otomatis, mulai dari pengukuran pencahayaan,

penghitungan kecepatan pencahayaannya, dan bukaan diafragma, sampai pada
loading/penggulungan film setelah pemotretan.Dengan kamera seperti itu,
tugas seorang pemotret tinggal membidik obyek dan jepret selesai.
Tapi mengapa foto yang dihasilkan para pemula ini umumnya lebih banyak
jeleknya dari pada bagusnya?
Bagi pemotret yang profesional, memotret lebih diartikan sebagai
“membuat” daripada ‘mengambil” foto.Para pemotret profesional ini telah
memiliki “foto hasilnya” sebelum memotret. Di kepala mereka sudah ada konsep
total, sedangkan proses memotret hanyalah “sentuhan akhir saja”
Keahlian yang dimiliki para profesional sudah tentu diawali dengan
proses belajar yang panjang, dengan pengorbanan energi dan biaya yang tidak
sedikit. Berapa puluh bahkan ratus rol film yang dihasilkan selama proses
belajar tersebut, baik yang gagal maupun berhasil, menjadi saksi betapa
ketrampilan dan keahlian seorang fotografer profesional memang tidak diperoleh
dengan cara mudah.
Para pemula yang baru belajar fotografi , dapat mulai menanyakan
kepada diri sendiri ketika hendak menjepretkan tombol rana :
 Mengapa saya mengambil foto ini?
 Apa yang paling menarik dari obyek ini?
 Apa arti tempat ini bagi saya ?

 Apa yang menyebabkan saya memilih tempat ini untuk memotret?
 Benarkah pemandangan ini lebih indah daripada tempat lainnya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa berkembang terus bergantung
obyek, tujuan pemotretan serta situasinya, yang pasti, dalam memotret kita
“menterjemahkan” suatu keadaan atau suatu adegan sebuah gambar yang tidak
bergerak. Adegan asli mempunyai cerita karena gerakannya, sedangkan foto kita
yang tidak bergerak harus mempunyai esensi adegan asli walau ia diam.
Selain itu, adegan asli adalah tiga dimensi,sedangkan foto kita hanya
adegan dua dimensi, dan itu pun sangat terbatas pada selembar kertas foto
saja.
2. Dari Tiga Dimensi ke Dua Dimensi
Karena kita melihat dengan dua mata, bayangan yang kita dapatkan
setelah diolah otak adalah bayangan tiga dimensi . Ada kesan ruang, ada kesan
“kedalaman”, serta jelas batasan benda yang dekat dengan benda yang jauh.

Sedangkan foto hanya mempunyaai dua dimensi.Ia hanya kenal panjang
dan lebar.Kesan “kedalaman” foto didapat dari logika kita yang dibantu dengan
kemampuan sang fotografer menceritakan hal itu.Kesan ruang akan terbentuk
dari perspektif yang dipilih pemotretnya. Selain itu, suatu adegan yang tampak
indah di mata belum tentu akan tampak indah di dalam foto.

Disamping masalah penerjemahan suasana tiga dimensi, ada masalah
utama dalam fotografi yaitu, memilih bagian mana yang akan ditonjolkan pada
foto, dan seberapa besar bagian utama yang akan ditonjolkan itu harus
direkam.Di sini perlu diingat, bahwa apa yang dilihat mata sangatlah berbeda
dengan apa yang direkam kamera serta foto jadinya nanti. Mata bisa memilih
dan hanya melihat sesuatu dengan jelas walaupun obyek itu cukup jauh, tapi
kamera tidak.Karena merekam semuanya yang ada di depannya tanpa memilihmilih lagi.
Ada satu cara sederhana untuk melatih penglihatan mata kita terhadap
obyek yang akan kita foto. Yaitu dengan membuat bingkai jari tangan kita
kemudian kita “letakkan” di depan mata kita, dengan mendekatkan bingkai jari
itu ke dekat mata, kita seakan melihat obyek dengan lensa sudut lebar, namun
kalau”bingkai” jauh dari mata seakan kita memakai lensa tele yang mempunyai
cakupan pandang sangat sempit.
3. Mengenal Komponen Dasar Kamera Manual (Slr=Single Lens Reflect)

3.1. Pengaturan Diafragma
Diafragma merupakan salah satu komponen dalam kamera manual yang
fungsinya sebagai pengatur besar kecilnya bukaan lensa.Dalam kamera manual
fungsi diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa.
Simbol yang dipakai adalah huruf f.

Kalau kita perhatikaan di seputar gelang tersebut tertera angka dari
: 1,4 2
2,8
4
5,6
8
11
16
22
Angka tersebut sebenarnya merupakan angka pecahan yang
menggambarkan perbandingan antara besar kecilnya intensitas cahaya di luar
kamera dengan intensitas cahaya yang ada di dalam lensa.Dengan demikian,
misalnya f/1 sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa , itu artinya
intensitas cahaya di luar dan di dalam lensa adalah sama.
Angka 1,4 adalah hasil perkalian dari 2. Kita ambil f/1 tadi sebagai
bukaan yang paling besar dari sebuah lensa maka bukaan-bukaan selanjutnya
merupakan separuh dari kekuatan sebelumnya.Diperoleh 1/1,4=1,4 lalu
1,4x1,4=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi f/2 dan selanjutnya secara
berturut-turut diperoleh f/2,8 –4-5,6 –8 –11 dst. Karena setiap stop selisihnya
separuh atau setengahnya dari angka kiri kanannya, maka dengan mudah dapat

kita
temukan
bahwa
pada
f/4
cahaya
yang
masuk
adaalah
1/2x1/2x1/2x1/2=1/16 dan pada f/8 adalah 1/2x1/2x1/2x1/2x1/2x1/2=1/64

Karena angka-angka yang tertera dalam gelang diafragma tersebut
sebenarnya adalah angka pecahaan maka,
Angka yang kecil menunjukkan bukaan diaafragma terbesar, sedang angka yang
besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil

3.2. Selektor Kecepatan (Shutter speed dial/ring)
Di samping engkol pengokang film kamera kita terdapat komponen yang
disebut Selektor Kecepatan. Fungsinya mengatur cepat lambatnya rana terbuka
sehingga dapat meloloskan seberkas cahaya yang pas dengan kebutuhan kondisi

pada waktu itu. Kalau kita lihat selektor tersebut tertera angka:
B

1

2

4

8

15

30

60

125

500


1000 2000

Angka tersebut juga menggambarkan pecahan dalam skala detik,
demikian misalkan, speed dipilih angka 1/60 maka kecepatan membuka rana
adalah 1/60 detik. Sedangkan huruf B di depan angka 1 itu adalah tanda bahwa
rana akan terbuka terus selama tombol pelepas rana masih kita tekan, atau
fungsi membuka rana sesuai dengan waktu yang kita butuhkan. Fungsi selektor
kecepatan B ini dipakai misalnya kita hendak memotret obyek berupa lampu
reklame di malam hari atau suasana malam.
Pemilihan angka kecapatan membuka rana ini bergantung pada
situasi/kondisi obyek yang hendak kita foto. Untuk menangkap/membekukan
obyek yang bergerak semisal mobil atau motor yang sedang melaju maka kita
memilih kecepatan tinggi katakankah 500 ke atas. Sebaliknya , bila hendak
menghasilkan efek benda bergerak, maka kita pilih speed lambat pada waktu
kita membidik obyek yang sedang melaju tersebut. Kecepatan bisa dipilih mulai
30 ke bawah.Dengan pemilihan speed lambat maka ketika fokus kita arahkan
pada obyek yang bergerak maka background yang tampak pada foto akan terlihat
jelas sementara obyeknya tampak blur/gerak.Tentu saja pemilihan kecepatan
ini disesuaikan dengan besar kecilnya diafragma yang kita pilih juga, agar

pembakaran film pada pemotretan tepat.

3.3. Selektor ASA/kepekaan film
Selektor ASA berada di “dalam” selektor kecepatan tadi. Kalau kita
lihat kamera kita dari sisi atas, maka di dalam bulatan selektor speed di
tengahnya nampak jendela kecil yang tertera angka :
25,

50,

100,

200,

400,

800,

1600


Angka – angka tersebut menandakaan berapa kepekaan terhadap cahaya
pada film yang sedang kita pakai. Semakin besar angkanya maka semakin peka
film tersebut terhadap cahaya. Film-film yang umumnya kita lihat di pasaran
berkisar pada ASA 100,200,400.
Pada bagian TEORI PENCAHAYAAN nanti akan kita pelajari bagaimana
mengombinasikan ketiga unsur penting pemotretan yakni ASA, kecepatan, dan
diafragma.

PANDUAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR FOTOGRAFI
1. Silakan anda mencermati komponen-komponen dasar pada kamera SLR
analog. Kenali satu demi satu fungsi komponen dalam kamera tersebut
dengan mengingat fungsi masing-masing komponen. Tuliskan masingmasing komponen kamera analog dan jelaskan fungsinya:
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
2. Coba anda kokang pada pengait/ shutter release dan jepret beberapa
kali. Ubah posisi kecepatan pada komponen pengatur kecepatan. Jepret
pada kecepatan yang anda ubah tadi dari kecepatan rendah sampai
dengan tercepat. Apa yang terjadi ketika rana bergerak dalam berbagai
kecepatan?
...............................................................................................
...............................................................................................

...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
Tanggal

Tanda Tangan Pengampu

TEORI PENCAHAYAAN
1. Melukis dengan cahaya
Fotografi artinya “melukis dengan cahaya”.Tanpa cahaya, tidak akan
ada karya fotografi.Maka agar bisa terjadi sebuah foto, film yang ada di dalam
kamera yang kedap cahaya haruslah disinari.
Pada film hitam putih, lapisan perak halida yang ada pada film akan
menjadi ‘hangus” setelah terkena cahaya. Hitam atau abu-abu yang terjadi pada
film bergantung pada banyaknya cahaya yang masuk. Kalau cahaya sangat kuat
masuk, pada negatif hitam putih akan terjadi warna hitam pekat, sementara
kalau cahaya hanya sedikit masuk akan terjadi warna abu-abu.Film yang sama
sekali tidak tercahayai akan berwarna bening setelah diproses (dicuci).
Pada pencetakan fotonya, warna hitam pada film akan mengahsilkan
warna putih pada kertas foto, demikian pula sebaliknya.Gradasi dari hitam, abuabu sampai putih inilah yang akan membentuk sebuah gambar. Pada foto
berwarna, proses yang terjadi lebih rumit namun pada intinya sama dengan foto
hitam putih.
2. “Over” dan “Under”
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua warna
yang muncul mempunyai nada sama dengan yang diharapkan sang pemotret.
Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat over saja, “kelebihan “)
yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna yang terjadi lebih hitam
dari pada yang diharapkaan. Film yang over terjadi akibat pencahayaan yang
berlebihan pada saat pemotretan.
Sedangkan sebuah film dikatakaan under exposed( biasa disingkat
under,”kekurangan”)bila kesan yang di dapat pada film itu lebih bening daripada
yang diharapkan. Foto under disebabkan kekurangan pencahayaan pada saat
pemotretan.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat pada saat memotret, kita
harus mengatur dengan tepat seberapa banyaknya cahaya yang dibutuhkan
untuk keperluan kita. Dan inilah inti dasar teori pencahayaan.
3. Diafragma dan Rana
Ada dua bagian penting pada kamera yang mengatur masuknya cahaya
pada kamera, yaitu bukaan diafragma dan rana.
PENCAHAYAAN YANG TEPAT = MENGATUR KOMBINASI YANG TEPAT ANTARA
BESARNYA BUKAAN DAN LAMANYA MEMBUKA RANA
 Bukaan diafragma =mengatur masuknya cahayaa ke film dengan besar
kecilnya lubang yang ada di lensa.
 Rana = mengatur cahaya yang masuk berdasar lamanya cahaya masuk.

Untuk mudahnya, mengatur besarnya cahaya yang masuk ke dalam film
bisa diibaratkan mengisi air ke ember dari kran. Kalau kita membuka kran
dengan sebesar-besarnya, ember akan cepat penuh. Sebaliknya, kalau kita
membuka kran kecil saja, waktu yang diperlukan untuk memenuhi ember pasti
lebih lama.
Demikian pula dalam pemotretan, kran ibarat bukaan diafragma,
sedangkan rana ibarat lamanya waktu mengisi ember.
Kebutuhan cahaya pada sebuah pemotretan bergantung pada hal:
 ISO/ASA film. Makin tinggi ASA film yang kita pakai , yang artinya makin
peka, kebutuhan cahaya kita makin sedikit.
 Suasana di tempat pemotretan.Terang atau gelap di tempat pemotretan
yang membedakan banyak sedikitnya cahaya yang tersedia.
4. “Light Meter”
Untuk mengukur cahaya dapat digunakan light meter, pengukur
cahaya.Kita bisa memakai pengukur cahaya yang ada pada kamera atau dengan
alat yang disebut Hand Held Light Meter
Pengukur cahaya dalam sebuah kamera akan memberikan tanda tertentu
untuk mengatakan bahwa suatu penyetelan sudah selesai. Biasanya, tanda itu
berupa bulatan hijau, atau tanda+ dan – yang muncul bersamaan, atau juga
berhimpitnya dua jarum pengukur.
Kalau kita memanfaatkan pengukur cahaya, akan kita dapati kenyatan
bahwa pencahayaan yang tepat bisa diperoleh dari berbagai kombinasi setelan
bukaan diafragma dan rana. Misalnya, bukaan diafragma f/5,6 dengan
kecepataan rana 1/250 sama artinya dengan f/4 plus rana 1/500
1/1000
1/500
1/250
1/100
1/60
1/30
1/15
3,5
4
5,6
8
11
16
22
Untuk memudahkan kita melakukan pengukuran pencahayaan, patokan berikut
ini mungkin menolong :
 Atur dulu kecepatan rana mendekata angka ASA film yang dipakai,misal
dipakai ASA100, pasanglah kecepataan rana pada 1/125 detik.
 Lalu sambil membidikkan kamera ke arah yang akan dipotret, putar
gelang diafragma sampai didapat pengukuran yang sesuai seperti
disebutkan oleh penngukur cahaya.
 Setelah itu, kita dapat mengubah kombinasi kedua pengatur itu sesuai
selera berdasarkan dua tabel yang telah kita buat tadi.
5. Pengaturan Ruang Tajam
Ruang Tajam atau biasa disebut dengan Depth of Field dalam
fotografi adalah sebuah ruang di depan kamera di mana objek yang berada di
dalamnya mempunyai ketajaman yang layak dalam foto yang terekam nantinya.

Definisi “tajam sacara layak” ini perlu ditekankan sebab secara fakta,
titik fokus sebuah lensa adalah betul-betul cuma satu bidang yang mempunyai
jarak tertentu terhadap bidang film. Namun, dengan pemilihan bukaan
diafragma yang makin kecil(angka diafragmanya makin besar), benda yang
berada di depan atau di belakang benda terfokus sering masih tampak tajam
pada foto.
Hukum pencahayaan :
Bila diafragma dikecilkan,kecepataan harus
dilambatkan Bila diafragma dibesarkan, kecepatan
harus dipercepat.
Misal:
Kalau kita sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan kecepatan1/125
detik, maka kalau kita akan mengubah bukaan diafragma dari f/5,6 jadi f/8,
kecepatan harus kita rendahkan menjadi 1/60 detik. Sebaliknya kalau kita
mengubah diafragma dari f/5,6 jadi f/1,4, kecepatannya harus kita naikkan tiga
stop sehingga menjadi 1/1000 detik.
Selain besar kecilnya bukaan, ada faktor lain yang akan mempengaruhi
dalamnya ruang tajam, yaitu panjang fokal lensa.
Makin panjang suatu lensa, makin tipis ruang tajamnya.
Besar kecilnya ruang tajam juga dipengaruhi oleh jarak obyek dengan
kameranuya
Makin jauh objek makin dalam ruang tajam di sekitar objek
Lensa yang difokuskan ke tempat tak terhingga, mempunyai ruang tajam
yang sangat panjang. Pada pemotretan sangat dekat, pemotretan mikro
misalnya, bisa saja ruang tajamnya cuma seperberapa milimeter

PEDOMAN PRAKTIKUM
TEORI PENCAHAYAAN
1. Melalu jendela bidik kamera analog SLR coba anda amati ligtmeter yang
ada di dalamnya ketika anda mengarahkan kamera pada berbagai objek
dengan berbagai kondisi pencahayaan. Tuliskan apa yang anda amati:
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
2. Amati perubahan ligtmeter ketika anda mengubah posisi diafragma pada
lensa. Tuliskan hasil amatan anda!
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
3. Pada posisi bukaan diafragma yang tetap, coba anda amati perubahan
ligtmeter ketika anda mengubah posisi kecepatan rana.Tuliskan amatan
anda :
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

4. Coba anda amati pada lensa dan temukan skala selang ketajaman yang
ada di lensa tersebut. Ingat kembali fungsi selang ketajaman. Jelaskan:
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
5. Coba anda fokuskan pada beberapa objek yang berjejer semakin menjauh
dengan posisi lensa anda. Misalnya anda meletakkan beberapa baterai di
atas meja. Fokuskan pada sebuah baterai yang ada di urutan depan.
Ubah posisi kecepatan, misalnya pada 1/60 menjadi 1/500. amati apa
yang terjadi dalam jendela bidik gambaran baterai yang anda fokuskan
tersebut. Tuliskan amatan anda!
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
6. Ubah posisi fokus pada baterai yang di tengah, dibelakang dst. Amati apa
yang terjadi. Tuliskan amatan anda!
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

10

...............................................................................................
...............................................................................................
7. Masih dalam eksperimen di atas pada kecepatan tertentu. Misalnya, 1/60
ubah posisi diafragma dari yang posisi bukaan kecil ke bukaan lebar.
Amati apa yang terjadi dalam gambaran jendela bidik. Tuliskan amatan
anda!
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

Tanggal

Tanda Tangan Pengampu

11

MEMFOKUS, KEMAMPUAN MELIHAT DAN KOMPOSISI
1. Memfokus
Memfokus adalah menyetel lensa agar menimbulkan imaji tajam pada
fotonya nanti. Fotografi pada dasarnya memindahkan imaji yang ada di alam
nyata ke dalam gambaran dua dimensi dengan bantuan lensa.maka, dengan
pemindahan dimensi dari tiga menjadi dua ini, ada bagian yang akan lebih
menonjol daripada yang lain akibat keterbatasan lensa.
Memfokus bisa juga menghilangkan sama sekali latar belakang dengan
bukaan diafragma yang sebesar mungkin dan dengan lensa sepanjangmungkin.
Memfokus dengan menonjoklkan obyek tertentu disebut dengan selective focus.
2. Ada beberapa kategori kegiatan memfokus :
Fokus statis :kegiatan memfokus dalam pemotretan yang obyeknya tidak
bergerak, misalnya memotret pemandangan atau memotret manusia yang
memang berpose.
Pada pemotretan manusia, titk yang harus difokus adalah mata manusia.
Yang harus dicatat, depth of field bagian jauh dari lensa sekitar dua kali
lebih panjaang daripada depth of field ke bagian dekat lensa. Dengan
kenyataaan itu, kalau kita memotret orang dalaam tiga baris seperti disebut
tadi, sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser penyetelan lensa
sedikit ke baris yang depan.
Fokus bergerak: Misalnya memotret atlet yang bermain tenis, atau
memotret peragaan busana Kondisi ini menyebabkan pemotret terus menerus
mengubah setelan fokusnya.Di sini , selective focus juga berperan yaitu dengan
mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol.
Fokus jebakan: Menyetel fokus dengan perkiraan tanpa membidik
biasanya disebut dengan preset focus.Ini dilakukan misaalnya ketika kita
memotret obyek yang akan lewat dalam waktu singkat, atau pada waktu yang
tidak terduga, ataau pada keadaan yang tidak memungkinkan kita memotret
dengan normal.
3. Kemampuan Melihat Dan Komposisi
Dalam fotografi kemampuan melihat secara fotografi berarti tidak sekedar
melihat tetapi juga merasakan bagaimana benda-benda di sekeliling kita ini ada
karena terang dan gelap.Bagaimana benda-benda tersebut bisa menjadi suatu
tatanan yaang bermakna.Bagaimanaa kita melihat warna-warna saling
berlawanan atau justru menjadi harmonis. Belajar fotografi berarti juga harus
mempelajari dasar-dasar desain, cahaya, warna dan perspektif.

4. Berbagai Komposisi :
Desain dalam dunia fotografi lebih dikenal sebagai komposisi, yakni
memadukan massa benda, warna dan cahaya. Dalam mempelajari komposisi,
pemotret harus menghilangkan dimensi ketiga yaitu kedalaman atau ketebalan
dari sasaran pemotret.Dimensi ketiga dapat dilihat oleh manusia karena ia
melihat dengan mempergunakan kedua matanya.Sementara , kamera hanya
melihat dengan “satu mata” saja.
Dalam fotografi terdapat beberapa kategori komposisi, meskipun tidak
ada patokan komposisi mana yang baik dan jelek, tetapi ada baiknya kita
mempelajari komposisi seperti yang pernah dikenal selama ini :



KOMPOSISI GRAFIK:

Komposisi grafik adalah suatu gambar , dalam mana unsur-unsur garis dapat
membentuk kotak-kotak, bulatan, segi tiga dll. Misal gambar yang dibentuk
oleh kawat telpon atau rel kereta api nyata sekali sebagai garis.Sekelompok
bantuk-bantuk alami, yang dibentuk oleh garis-garis nyata dapat merupakan
suatu pola. Gambar seperti itu disebut :”pattern” atau “abstract design”.Sifat
dari gambar pola ini sangat teratur, dan pembagian ruang yang diisi oleh
bentuk-bentuk yang lain, dapat merupakan suatu nirmana yang mengasyikkan.


KOMPOSISI TRADISONAL:

Komposisi tradisional ditemukan pada lukisan-lukisan Tiong Hwa dan
Jepang.Format yang digunakan adalah format tinggi (vertikal) dalam mana
panjang(atau tingginya) lebih besar dari tiga kali lebarnya. Atau dalam
komposisi horisontal dalam mana panjang lebih besar dari tiga kali
lebarnya(tingginya)
Sifat-sifatnya adalah :
1. Kesederhanaan dalam nirmana (pola gambar)
2. Ekonomis dalam detail, dengan menghilangkaan atau mengaburkan
bagian-bagian yang tidak esensial dalam nirmana.
3. Peranan garis yang menonjol, dengan sapuan-sapuan kuas yang
halus dan sensitif.
KOMPOSISI BALI:
Komposisi Bali terkenal pada lukisan-lukisan Bali, yang sering tidak memuat
horison sebagai perbatasan antara bumi dan langit.Lukisan-lukisan demikian
seakan-akan dipandang dari posisi-posisi tinggi, hingga pemandangan meluas


ke belakaang. Di samping itu detail diutarakan secara dekoratif, artinya
ditarik garis-garis yang teratur seperti membatik dan warna-warna diisi secara
polos dalam tiap-tiap bidang.



KOMPOSISI SURREALISME:

Surealisme adalah penyajian benda-benda yang hubungan satu dengan yaang
lainnya tidak wajar. Tujuan penyajian surealisme adalah menarik perhatian
dan menggugah khalayaan terhadap sesuatu.itulah sebabnya gaya ini sering
dipakai dalam advertising .


KOMPOSISI YANG MENYIMPANG DARI IDE KONVENSIONAL.

Yang disebut ide konvensional adalah tema atau peraturan-peraturan yang
telah mantap, dan diterima secara universil. Hal itu termasuk “balance”,
keseimbangan pandangaan dan pembagian serta pengisian bidang.
Segala apa yang diutarakan di atas, dapat dilanggar semua pemotret, dan
sama sekali tidak mengikat siapapun.

PEDOMAN PRAKTIKUM
MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH MEMFOKUS
1. Coba anda cari gambar/foto di media massa (koran/majalah ) yang
merupakan contoh fokus statis, bergerak dan jebakan ! Tulis komentar
dan perkiraan kompisi kecepatan dan bukaan diafragma yang
memungkinkan menghasilkan gambar tersebut!
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
2. Coba anda cari gambar/foto di media massa yang merupakan contoh
berbagai jenis komposisi seperti yang telah kita pelajari. Tulis komentar
dan analisis anda mengenai foto tersebut!
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

Tanggal

Tanda Tangan Pengampu

CAHAYA, WARNA DAN PERSPEKTIF
Pemotret yang sudah paham dengan bahasa fotografi akan melihat
cahaya dari sudut kualitatif.Hal yang harus diperhatikan dalam melihat cahaya :
 Arah cahaya : cahaya yang jatuh tidak langsung atau membias terlebih
dahulu akan memberi efek nuansa yang lebih baik ketimbang cahaya yang
jatuh langsung.
 Intensitas cahaya dan warna cahaya. Kalau jumlah cahaya akan
mempengaruhi teknik pencahayaan yang direkam pada film, maka kualitas
cahaya akan sangat mempengaruhi kesan yang akan muncul dari sebuah
karya foto.
WARNA
 Warna adalah bagian dari keseluruhan komposisi sebuah foto. Pemotret
harus mempelajari dan merasakan asosiasi warna terhadap fotonya.Ada
yang harmonis tetapi ada juga yang kontradiktif. Ada warna yang saling
melengkapi, yang keras dan lembut, yang dingin dan panas.
 Pemotret harus belajar melihat warna bukan dengan mata manusia
melainkan dengan mata kamera .Misalnya mata manusia akan melihat
warna neon putih, tetapi mata kamera akan melihatnya sebagaai kehijauhijauan.Warna yang di luar alami ini dikenal sabagaai warna yang
“abnormal”
PERSPEKTIF
 Mata manusia memandang dengan cara yang berbeda dengan mata
kamera.Apa yang terlihat oleh mata ,akan melewati proses koreksi citra
visual oleh otak dan disesuaikan dengan “rekaman’ pengetahuan dan
pengalaman selama ini.Misal kita melihat gedung tinggi dari bawah,otak
mengoreksi citra visual yang dikirim oleh mata sehingga , apa yang dilihat
seakan diabaikan dan diganti dengan apa yang dipikirkan otak.Garis-garis
yang kelihatan melengkung akan diabaikan dan memahami garis-garis itu
harus tegak seperti aslinya.
 Hal lain yang harus diperhatikan adalah , perbandingan antara obyek
dalam sebuah foto(skala).Misal, bila kita memotret pemandangan alam
yang indah, setelah dicetak di atas kertas foto ternyata tidak seindah
aslinya.
Apa sebab? Pertama karena foto dicetak dalam format yang umumnya
postcard, sehingga pemandangan yang indah dan luas akhirnya hilang, karena
telah dipadatkan dalam bidang kertas yang terbatas.
Kedua, karena hukum perbandingan obyek. Obyek yang besar dan luas akan menjadi
kecil dan obyek foto yang kecil akan makin bertambah mungil.

PEMILIHAN LENSA UNTUK PEMAKAIAN YANG TEPAT
1. Jenis Lensa
Berdasarkan panjang fokus (focal length) lensa dapat dibagi dalam tiga
kategori :
 Lensa pendek,untuk lensa bersudut lebar (wide angle)
 Lensa normal atau standar
 Lensa panjang untuk lensa bersudut sempit ( tele)
Panjang fokus yang dimaksud ialah jarak antara titik pusat lensa dan
titik di mana semua berkas cahaya sejajar lensa terfokuskan .Panjang fokus ini
diukur dalam milimeter.
Lensa normal:
Sudut pandang antara 45-55 derajad.Lensa ini menghasilkan perspektif
yang wajar, seperti keadaan pandangan mata manusia .
Lensa normal untuk sebuah kamera belum tentu normal untuk kamera
lainnya. Tergantung besar/format film. Misal, kamera dengan film ukuran 6x6
cm, lensa normalnya berukuran 85mm. Sedangkan untuk format film 35mm
adalah 43 mm. Umumnya lensa-lensa di antara 40mm dan 55 mm termasuk
kategori lensa normal.
Lensa




sudut lebar:
Lensa bersudut lebar sedang dari 24mm-35mm
Lensa bersudut sangat lebar mulai 13 mm- 20mm
Lensa bersudut paling lebar atau lensa mata ikan yaitu 15 mm,16mm,dan
sekitar 6 mm

Lensa bersudut lebar berpotensi memberikan efek perspektif dan
menciptakan distorsi gambar. Salah satu keuntungan lensa bersudut lebar
mempunyai ruang tajam yang luas.Ideal untuk merekam pemandangan atau
pemotretan dalam ruang sempit.
Lensa




tele :
Lensa tele pendek, panjang fokus 80-105mm
Lensa tele panjang 135mm sampai dengan 300mm
Lensa tele sangat panjang , mulai 400 sampai 1200 mm

Lensa tele mempunyai ruang tajam yang sempit, karena itu diperlukan
penajaman gambar yang tepat. Agak sukar digunakan untuk memotret obyek
yang bergerak cepat, terutama bila bergerak ke araah pemotret. Sifat dari lensa
ini adalah memampatkan ataau “menarik ke depan “ benda-benda yang direkam,
sehingga terlihat seperti berdesak-desakan.

MEMOTRET DENGAN LAMPU KILAT
Suatu saat di mana kondisi cahaya alami tidak memadai maka kita
memerlukan cahaya buatan agar tetap dapat memotret. Alat pembuat cahaya
ini bermacam-macam salah satunya adalah LAMPU KILAT .
1. Sinkronisasi rana
Saat kita memotret, rana kamera membuka lalu menutup dalam selang
waktu tertentu, bisa lama dan bisa sebentar bergantung kecepatan yang kita
pilih .dalam pemotretan dengan lampu kilat , seharusnya saat rana terbuka
penuh, saat itu pula kilat memberikan cahaya maksimalnya.
Kalau kondisi ini tercapai, artinya terjadi keserempakan saat antara rana
terbuka penuh dan saat lampu kilat menyala, kondisi ini disebut
terjadi”sinkronisasi”.Ketidaksinkronan terjadi akibat kecepatan rana terlalu
tinggi, atau minimal lebih tinggi dari pada kemampuan sinkron kamera.
Kalau kamera yang kita pakai adaalah kamera dengan rana memusat,
kecepatan berapapun yang kita pakai akan terjadi sinkronisasi.Sedangkaan kalau
kamera kita menggunakan rana celah ,maka masalah sinkronisasi ini harus
diperhatikan.
Dalam selektor kecepatan rana, akan nampak tanda yang menunjukkan
kecepatan sinkron kilat yang sesuai untuk kamera tersebut. Kecepatan sinkron
kilat berbeda-beda untuk tiap jenis/merek. Kamera profesional semacam Nikon
F4 atau canon EOS mempunyai kecepatan sinkron 1/250 detik.
2. Guide Number(GN)
Dalam pemotretan dengan lampu kilat,kecepatan yang dipakai relatif
tidak dapat diubah-ubah, yaitu kecepatan sinkron kameranya. Dalam pemotretan
dengan lampu kilat, bukaan diafragma lah yang menentukan pas atau tidaknya
pencahayaan yang terjadi.
Setiap lampu kilat selalu disertai dengan keterangan kekuatan
dirinya.Kekuatan sebuah lampu kilat dijelaskan dalam suatu pedoman yang
disebut GN atau Guide Number. Makin kuat suatu lampu kilat, makin besar GNnya.
Untuk menentukan berapa bukaan diafragma yang pas sesuai dengan
kekuatan lampu kilat kita, maka dapat dilakukan penghitungan dengan rumus
sebagai berikut :
F =GN : jarak obyek dengan lampu kilat
Jadi misalnya, GN kita 36 dan jaraknya 6 meter, maka bukaan
adalah 5,6 ( angka yang paling mendekati 6)

yang dipilih

3. Mengoptimalkan Penggunaan Lampu Kilat
Pemakaian lampu kilat yang sekadarnya, sering menghasilkan foto yang
datar,bahkan bayangan yang dihasilkan lampu kilat sering merusak isi foto
secara keseluruhan.
Ada beberapa cara untuk menghindari hal tersebut :
 Cara pertama Teknik “bounce”( teknik pantulan ).Cahaya lampu kilat kita
pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi
obyek secara merata, dan jatuhnya bayangan di tempat yang tidak
terlihat foto.
Dengan teknik ini, perhitungan bukaan diafragma memakai jarak yang
merupakan jumlah jarak dari lampu kilat ke bidang pantul ditambah jarak
bidang pantul ke obyak.
Untuk menghindari berkurangnya intensitas cahaya karena di serap bidang
pantul maka bukaan diafragma harus dikoreksi dengan membukanya lebih
besar 1 atau 2 stop.
 Teknik “remote Flash”: Bila kita tidak dapat memperoleh bidang pantul
apapun misalnya ketika berada di luar rumah, maka kita memakai teknik
remote flash yakni melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan
meletakkan di suatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan
.
Dengan teknik ini maka bukaan diafragma diukur dari jarak antara lampukilat
ke obyeknya, dan bukannya jarak antara kamera ke obyeknya.Tentu saja
penyalaan lampu kilat menggunakan bantuan kabel sinkron.
 Memakai beberapa lampu kilat. Dipakai bila kita memotret di dalam
ruangan yang cukup besar dengan tuntutan cakupan bidang pemotretan
yang luas dengan memakai lebih dari satu lampu maka GN yang kita
jadikan patokan bukanlah penjumlahaan GN dari beberapaa lampu kilat
yang dipakai, cara menentukan bukaan diafragma yang dipakai biasanya
dengan cara mencoba-coba.
 Teknik “Fill in”.Selain sebagai sumber cahaya buatan, lampu kilat juga
bisa dipakai sebagai sumber cahaya tambahan.Ini dilakukaan misalnya
ketika kita memotret di luar, siang hari pada pukul 12.00 saat matahari
berada tegak lurus di atas. Kondisi ini adalah kondisi pencahayaan yang
paling buruk karena akan menimbulkan bayangan tajam di wajah obyek
yang manusia.
Yang perlu diingat pemotretan dengan fill ini , kita harus memakai kecepatan
yang diwajibkan pada sinkron kilat kamera kita. Dengan demikan, biasanya
bukaan diafragma yaang dipakai sangatlah kecil seperti f/16,f/22 atau bahkan
lebih kecil kagi.

FOTOGRAFI JURNALISTIK
1. Pengertian Foto Jurnalistik
Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang
dikemukakan oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan
fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal
peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya Word
and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi
verbal dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto
jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang
disajikan dalam bentuk foto. Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro
Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk
menyampaikan baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt
seluas-luasnya, bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam
waktu yang sesungkat-singkatnya.
Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut
sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi, di
mana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan
disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia dalam
hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di seluruh
belahan bumi ini.
Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah:
 Memiliki pengetahuan konspesional;mempersoalkan isi (picture content,
news content)
 Memiliki
keterampilan teknis: mempersoalkan penyajian teknis yang
matang secara fotografi.
Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu
menggambarkan suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga
bersifat ilustratif, yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel,
termasuk di dalamnya adalah foto-foto yang bersifat ‘human interest’ (menarik
perhatian dan membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar
itu secara ‘salah kaprah’ biasa disebut sebagai foto jurnalistik, artinya foto yang
dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan) di lapangan.
Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal yang
diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang
disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit untuk
dilukiskan dengan kata-kata. Berbeda dengan berita tulis di mana wartawan bisa
secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa memengaruhi opini.
Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut.Kepada pembaca
disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran
terhadap foto tersebut; yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka
tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one thousand words”
2. Sekilas sejarah Foto Jurnalistik
Sudah sejak lama, setelah media massa cetak yang berbentuk suratkabar
muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat peristiwa/kejadian secara
20

visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu menggebu teruatama setelah
fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis
pada 19 Agustus mengumumkan penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis
Jacques Daguerre. Alat temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah
kotak diberi lensa dan dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan
bahan kimia tertentu. Alat itu disebut ‘camera obscura’ atau kamar gelap, yang
kemudian secara umum disebut kamera.
Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana
memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam surat
kabar.
Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika
“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat
spotnews atau gambar lukisan (hasil cukilan kayu) yang merupakan reproduksi
sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut
merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat terjadi
pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di dalam
keretanya.
Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal,
yaitu Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew
Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun 1861-1865.
Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu dimuat
dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat
laboratorium dan kamar gelapnya.
Karena belum ditemukannya cara membuat nada warna abu-abu atau
’halftones’ dalam surat kabar, maka sampai tahun 1897 gambar yang dimuat
masih saja dibuat dari cukilan kayu. Baru 21 januari 1897 koran ”Tribune” New
York benar-benar memuat foto di dalamnya. Ini dimungkinkan berkat ditemukan
sistem penggunaan titik-titik (dots) yang kita kenal sekarang dengan sebutan
’raster’ untuk membuat nada-nada warna ’halftones’ tadi.
3. Foto Jurnalistik Yang Menarik
Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah
banyak dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas
khusus bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya
mencari gambar melulu. Spesialisasi mulai diberlakukan di dunia
persuratkabaran maju. Sesudah ada spesialisasi itu , maka para pakar atau
jurnalis mulai memerhatikan apa sebenarnya yang sangat menarik dari sebuah
foto yang patut untuk dimuat di surat kabar.
Dari hasil pengamatan mereka, disimpulkan bahwa gambar/foto jurnalistik
yang menarik itu harus mempunyai tiga aspek utama : daya tarik visual (eye
catching), isi atau arti (meaning) dan daya tarik emosional (impact).
Namanya saja foto berita maka norma-norma atau nilai-nilai yang disandang
suatu berita (tulis) yang menarikpun juga dituntut bagi sebuah newsphoto;
seperti faktor-faktor yang menambah nilai/bobot foto tersebut, antara lain :
21

sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya
(exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers), akibatnya
luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah sex, humor,
konflik dll.
Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis foto
memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu. Untuk
menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang wartawan perlu
memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti memperdalam pengetahuan
dan memperbanyak pengalaman. Seorang wartawan foto dituntut tahu benar
tentang kamera dan proses fotografi, tahu pula memanfaatkan kesempatan yang
baik untuk kameranya serta harus cekatan agar tidak tertinggal oleh peristiwa.
Wartawan foto mesti mampu mengkombinasikan kerja mata, otak dan hati
dalam tugasnya. Sebagaimana tujuan surat kabar yaitu memberikan kepada
pembacanya informasi, edukasi, entertaintment dan (bisa) persuasi, m