Makalah alasan indonesia menjadi negara
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rakyat Indonesia pada mulanya belum berpikir tentang bentuk negara mereka
jika merdeka nanti. Awal mula pemikiran tersebut adalah dari munculnya golongangolongan terpelajar yang merupakan akibat dari Politik Etis pada tahun 1901. Politik
Etis merupakan politik balas budi yang dampak nyatanya tercermin dari para golongan
priyayi yang pergi ke Belanda untuk menuntut ilmu serta mempelajari tentang
pemerintahan (Anon, t.t:24-30). Berbekal pengetahuan dan pendidikan yang mereka
miliki, para mahasiswa Indonesia terutama yang baru kembali dari Belanda memiliki
keinginan untuk memperjuangkan Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut mereka
mulai mendirikan organisasi – organisasi yang bertujuan untuk membangkitkan
semangat nasionalisme di antara masyarakat Indonesia. Misalnya saja Budi Utomo
dan Indische Partij, dimana pendiriannya mendapat pertentangan dari pihak Belanda
karena dianggap terlalu radikal. Kaum muda berkeinginan untuk membentuk kesadaran
nasional mereka sebagai bumiputra Hindia, dan bergerak bersama bangsa – bangsa lain
dalam garis waktu yang tak terhingga menuju modernitas (Siraishi 1990, 39-42).
Bentuk negara Republik Indonesia Serikat {RIS} yang diterapkan di Indonesia
ternyata tidak sesuai dengan cita-cita kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang
tertuang dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945. Oleh karena itu, pada bulan
Januari 1950, mulai muncul gerakan untuk mengubah bentuk negara RIS menjadi
Negara Kesatuan
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis menemukan beberapa rumusan masalah antara
lain yaitu :
1. Bagaimana Proses Indonesia Menjadi Negara Kesatuan?
2. Apa alasan Indonesia menjadi Negara kesatuan?
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Penentuan Bentuk Negara Indonesia
Awal tahun 1950 merupakan periode krusial bagi Indonesia. Pertentangan
dan konflik untuk menentukan bentuk negara bagi bangsa dan negara Indonesia
tengah berlangsung. Pada satu sisi, secara resmi saat itu Indonesia merupakan
negara federal, sebagaimana hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Akan tetapi,
pada saat yang bersamaan muncul gerakan yang menentang keberadaan negara
federal itu. Gerakan ini eksis bukan saja dari kalangan elit. Tetapi juga dikalangan
masyarakat bawah. Gerakan tersebut menghendaki diubahnya bentuk negara federal
menjadi Negara Kesatuan.
Dengan diratifikasinya hasil-hasil KMB oleh KNIP yang bersidang tanggal
6-15 Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara yang
berbentuk federal ini terdiri dari 16 negara bagian yang masing-masing mempunyai
luas daerah dan jumlah penduduk yang berbeda. Negara bagian yang terpenting,
selain Republik Indonesia yang mempunyai daerah terluas dan penduduk yang
terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan,
Dan Negara Indonesia Timur. Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam
RIS mendukung untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bagian terpenting dari keputusan KMB adalah terbentuknya Negara
Republik Indonesia Serikat. Memang hasil KMB diterima oleh pemerintah Republik
Indonesia. Namun hanya setengah hati. Hal ini terbukti dengan adanya pertentangan
dan perbedaan antar kelompok bangsa.
Dampak dari terbentuknya negara RIS adalah konstitusi yang digunakan
bukan lagi UUD 1945, melainkan konstitusi RIS tahun 1949. Dalam pemerintahan
RIS jabatan presiden dipegang oleh Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad hatta
sebagai perdana menteri. Berdasarkan pandangan kaum nasionalis pembentukan
RIS merupakan strategi pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah
ii
kekuatan bangsa indonesia sehingga belanda akan mudah mempertahankan
kekuasaan dan pengaruhnya di Republik Indonesia. Reaksi rakyat atas terbentuknya
RIS terjadinya demontrasi-demontrasi yang menghendaki pembubaran RIS dan
penggabungan beberapa Negara bagian RIS.
Belanda membentuk federal sementara yang akan berfungsi sampai
terbentuknya negara Indonesia Serikat. Dalam hal ini, RI baru akan diizinkan
masuk dalam NIS jika permasalahan dengan Belanda sudah dapat teratasi. Selain
itu, Belanda berusaha melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi Militer II.
Belanda berharap jika RI dilenyapkan, Belanda dapat dengan mudah mengatur
negara-negara bonekanya. Akan tetapi, perhitungan Belanda melesat. Agresi militer
belanda II, menyebabkan Indonesia mendapatkan simpati dari negara Internasional.
Akhirnya, Belanda harus mengakui Kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil
Konferensi Meja Bundar.
Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan
kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda, Indonesia berubah
menjadi Negara Serikat. Akibatnya terbentuklah Republik Negara Serikat.
Meskipun demikian, bangsa Indonesia bertekad untuk mengubah RIS menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kurang dari delapan bulan masa berlakunya,
RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa Indonesia.
Proses kembalinya ke NKRI:
1. Beberapa negara bagian membubarkan diri dan bergabung dengan RI,
Negara Jawa Timur, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, Negara
Kaltim, Kalteng, Dayak, Bangka, Belitung dan Riau.
2. Negara Padang bergabung dengan Sumatra Barat, Sabang bergabung dengan
Aceh.
3. Tanggal 5 April 1950 RIS hanya terdiri dari : Negara Sumatra Timur,
Negara Indonesia Timur, Republik Indonesia.
4. Ketiga negara ini (Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
Negara Sumatra Timur) kemudian bersama RIS sepakat untuk kembali ke
negara kesatuan dan bukan melabur ke dalam Republik.
ii
5. Pada tanggal 3 April 1950 dilangsungkan konferensi antara RIS- NIS-NST.
Kedua negara bagian tersebut menyerahkan mendatnya kepada perdana
Menteri RIS Moh. Hatta pada tanggal 12 Mei 1950.
6. Pada 19 Mei 1950 diadakan kesepakatan dan persetujuan yang masingmasing diwakili oleh : RIS oleh Moh. Hatta, RI oleh dr. Abdul Halim.
7. Hasil kesepakatan “ NKRI akan dibentuk di Jogjakarta, dan pembentukan
panitia perancang UUD.”
8. Pada 15 Agustus 1950, setelah melalui berbagai proses, dilakukan
pengesahan UUS RIS yang bersifat sementara sehingga dikenal dengan
UUD’S 1950. Ini menunjukkan akan terjadi perubahan. UUDS ini di sahkan
oleh presiden RIS. UUD RIS terdiri dari campuran UUD 45 dan UUD RIS.
9. Pada 17 Agustus 1950. RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali
ke bentuk negara kesatuan.
Indonesia mengalami perubahan bentuk Negara kesatuan menjadi Negara
federal bukan saja disebabkan oleh faktor dalam negeri, tetapi ada hubungannya dengan
kehadiran Belanda. Kuatnya keinginan Belanda sebagai Negara koloni untuk
mempertahankan pengaruh dan kekuasaanya di Indonesia membuat Negara ini sempat
mengalami perubahan bentuk Negara. Terjadinya perubahan dari Negara federal
menjadi Negara kesatuan tidak dapat disangkal disebabkan dukungan politik dari
masyarakat Indonesia terhadap ide Negara federal sesunguhnya sangat lemah. Ide
negara federal muncul dari ambisi politik orang-orang Belanda yang sepertinya takut
negerinya tidak lagi mempunyai peran di Asia. Oleh karena itulah ketika masalah
kemerdekaan Indonesia sudah tidak dapat ditawar lagi, mereka memperkenalkan ide
mengenai pembentukan negara federal.
Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal itu tidak disenangi oleh
sebagian besar rakyat Indonesia, karena sistem federal digunakan oleh Belanda sebagai
muslimat untuk menghancurkan RI selain itu bentuk negara serikat tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945. Disamping itu, konstitusi federal dianggap
hanya menimbulkan perpecahan. Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke
negara kesatuan. Pada dasarnya pembentukan negara-negara bagian adalah keinginan
Belanda, bukan kehendak rakyat karena Belanda ingin menanamkan pengaruhnya
ii
dalam RIS. Rapat-rapat umum diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasidemontrasi yang membentuk pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI termasuk
yang ada dalam parlemen, bertekat untuk secepat mungkin menghapus sistem federal
dan membentuk negara kesatuan. (Echo, 2015)
Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang
berlaku UUDS 1950 pasal 1 ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di
berbagai daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara tidak
optimal sehingga Presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang isinya konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia
kembali menggunakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Hal ini mampu meyakinkan kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik
dan menghilangkan keraguan akan pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat (1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung
prinsip
bahwa
”Negara
Indonesia
ialah
Negara
Kesatuan,
yang
berbentuk
Republik.” dan Pasal 37 ayat (5) "Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan".
Bentuk Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
semakin
kokoh
setelah
dilaksanakan amandemen dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang diawali dari adanya kesepakatan MPR yang salah satunya yaitu tidak
mengganti bunyi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sedikitpun & terus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi
bentuk final negara Indonesia. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara
kesatuan dilandasi pertimbangan bahwa negara kesatuan merupakan bentuk yang
ditetapkan dari mulai berdirinya negara Indonesia & dianggap paling pas untuk
mengakomodasi ide persatuan sebuah bangsa yang plural atau majemuk dilihat dari
berbagai latar belakang.
UUD RI tahun 1945 secara nyata memiliki spirit agar Indonesia terus bersatu,
baik yang terdapat dalam Pembukaan ataupun dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar
yang langsung menyebutkan tentang Negara Kesatuan RI dalam 5 Pasal, yaitu: Pasal 1
ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD RI
tahun 1945. Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas
ii
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam upaya membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dengan
menyadari seutuhnya bahwa dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar berdirinya bangsa Indonesia dalam Negara
Kesatuan, Pembukaan tersebut tetap dipertahankan & dijadikan pedoman. (Echo, 2015)
B. Alasan Indonesia Menjadi Negara Kesatuan
“Mengapa harus berbentuk negara kesatuan?”. Seperti yang telah kita ketahui
bersama bahwa Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki fenomena
tingkat heterogenitas kependudukan yang sangat tinggi. Keragaman etnis dan budaya
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang paling artifisial di muka bumi ini (Anderson,
1991). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan utama mengapa Indonesia memakai
konsep bentuk negara kesatuan dimana pemerintahan yang mengatur jalannya negara
secara umum adalah pemerintah pusat. Selanjutnya, barulah ada sebuah konsep
desentralisasi serta otonomi daerah yang nantinya akan membuat daerah-daerah
mengeluarkan potensi yang mereka miliki masing-masing. Lalu mengapa bentuk negara
kesatuan adalah yang paling cocok dengan Bangsa Indonesia yang heterogen? Hal ini
dikarenakan dengan adanya sebuah pemerintahan yang dikontrol dari pusat maka
seharusnya kebijakan yang diberikan pemerintah pusat terhadap daerah sifatnya adalah
merata dan adil, tidak ada suatu daerah yang diberi sebuah regulasi dan kebijakan yang
bersifat khusus. Jika negara Indonesia menganut sistem federasi, akan ada kesenjangan
yang terjadi di tiap-tiap daerah di Indonesia karena prinsip negara federasi adalah
pemerintah daerah (atau negara bagian) memiliki kekuasaan dan kedaulatannya sendiri
namun tetap sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Bayangkan jika tiap
daerah di Indonesia memiliki kedaulatan mereka masing-masing dan menimbulkan
kesenjangan di antara daerah-daerah tersebut, maka yang berpotensi terjadi adalah
sebuah disintegrasi bangsa. Selain itu, Bangsa Indonesia ingin memilih bentuk
negaranya sendiri, yang mereka anggap sesuai dengan situasi dan kondisi mereka,
bukan sebuah bentuk negara federasi yang merupakan ‘mandat dan syarat’ dari
pemerintahan Belanda pada masa awal kemerdekaan Indonesia (Kahin, 1952 dalam
Ferrazi, 2000).
ii
Pemilihan bentuk negara kesatuan dan republik itu sendiri dilatarbelakangi oleh
situasi sosial dan politik yang terjadi kala itu. Gagalnya sistem pemerintahan federasi
yaitu Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949 yang membuat rakyat semakin gencar
menyerukan adanya bentuk negara kesatuan karena pada awalnya Indoenesia adalah
adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik. Ditambah dengan situasi dan
realitas sosial yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang
heterogen dan memiliki keragaman yang sangat kompleks maka bentuk negara kesatuan
republik adalah sebuah pilihan yang sekiranya cocok bagi bangsa Indonesia itu sendiri.
Penulis sangat menyetujui pendapat berbagai ahli khususnya Hatta yang menyatakan
berbagai alasannya mengenai mengapa Indonesia harus berbentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Untuk memperkuat argumen para ahli di atas, penulis mencoba
menarik sebuah kesimpulan sederhana yaitu Indonesia adalah sebuah negara dengan
tingkat kompleksitas yang sangat tinggi baik dari sisi heterogenitas bangsa maupun
kepentingan yang ada di dalamnya, namun dapat bersatu di bawah panji negara
kesatuan yang tidak memandang etnis, agama, golongan tertentu serta di bawah bendera
republik yang menomorsatukan kepentingan seluruh rakyat (kolektif) di atas
kepentingan golongan ataupun kelompok tertentu sehingga dapat tercipta suatu
hubungan yang terintegrasi dan harmonis di antara Bangsa Indonesia itu sendiri.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum Indonesia berbentuk sebagai
negara kesatuan republik seperti sekarang ini, Indonesia telah mencoba berbagai bentuk
negara akibat dari usaha-usaha Belanda untuk menjadikan Indonesia mudah dipecahpecah antar wilayah. Hasil dari KMB membuat Indonesia menjadi negara federal,
namun para founding fathers Indonesia sudah menyadari adanya usaha penjajah dalam
melakukan devide et impera, yakni politik adu domba. Maka dari itu, Indonesia
ditetapkan berbentuk republik. Pengetahuan ketatanegaraan dalam pembentukan negara
Indonesia dilatar belakangi oleh kondisi sosial politik pada masa itu. Dalam rangka
politik balas budi, para cendikiawan yang telah belajar di Belanda menanamkan idenya
dalam membentuk Indonesia sebagai negara kesatuan republik. Negara republik dipilih
bukan karena tidak ada alasan, alasannya adalah Indonesia mempunyai banyak wilayah
dimana setiap wilayah mempunyai suku maupun bahasa yang berbeda. Selain itu lima
alasan yang dikemukakan Muh. Yamin dalam menentukan Indonesia sebagai negara
republik semakin menguatkan alasan dibalik penetapan tersebut
ii
DAFTAR PUSTKA
Kahin, George. 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia, Ithaca: Cornell
University
Press, 1952, p. 450 dalam Ferrazi, Gabriel. 2000. Using the "F"
Word: Federalism in Indonesia's Decentralization Discourse, Publius : Oxford
University Press, 2000
Tjokroaminoto, O. S., Abdoel Moeis, dan R. Hasan Djajadiningrat. Nasionalisme,
Sistem Pemerintahan dan Mandiri, dalam Soeharto, Pitut dan drs. A. Zainoel
Ihsan. 1981.
"Cahaya di Kegelapan: Capita Selecta Kedua Budi Oetomo dan
Sarekat Islam. Jakarta: Jaya Sakti
Anon. (t.t). Akselerasi Perubahan, 1900-1914 dalam Munculnya Elit Modern Indonesia.
Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya, pp. 54-150.
Bahar, , Saafroedin et al (Ed). 1995. Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
(PPKI) 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945. Edisi III. Jakarta: Sekretariat
Negara RI.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “TAFSIR SURAT AL-FATIHAH”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Langsa,
2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A.Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B.Rumusan Masalah .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
1. Surah Al-Fatihah Beserta Artinya ................................................................2
2. Penjelasan Umum Surat Al-Fatihah.............................................................3
3. Tafsir Surat Al-Fatihah.................................................................................3
BAB III PENUTUP ................................................................................................9
A. Kesimpulan ..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
ii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rakyat Indonesia pada mulanya belum berpikir tentang bentuk negara mereka
jika merdeka nanti. Awal mula pemikiran tersebut adalah dari munculnya golongangolongan terpelajar yang merupakan akibat dari Politik Etis pada tahun 1901. Politik
Etis merupakan politik balas budi yang dampak nyatanya tercermin dari para golongan
priyayi yang pergi ke Belanda untuk menuntut ilmu serta mempelajari tentang
pemerintahan (Anon, t.t:24-30). Berbekal pengetahuan dan pendidikan yang mereka
miliki, para mahasiswa Indonesia terutama yang baru kembali dari Belanda memiliki
keinginan untuk memperjuangkan Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut mereka
mulai mendirikan organisasi – organisasi yang bertujuan untuk membangkitkan
semangat nasionalisme di antara masyarakat Indonesia. Misalnya saja Budi Utomo
dan Indische Partij, dimana pendiriannya mendapat pertentangan dari pihak Belanda
karena dianggap terlalu radikal. Kaum muda berkeinginan untuk membentuk kesadaran
nasional mereka sebagai bumiputra Hindia, dan bergerak bersama bangsa – bangsa lain
dalam garis waktu yang tak terhingga menuju modernitas (Siraishi 1990, 39-42).
Bentuk negara Republik Indonesia Serikat {RIS} yang diterapkan di Indonesia
ternyata tidak sesuai dengan cita-cita kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang
tertuang dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945. Oleh karena itu, pada bulan
Januari 1950, mulai muncul gerakan untuk mengubah bentuk negara RIS menjadi
Negara Kesatuan
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis menemukan beberapa rumusan masalah antara
lain yaitu :
1. Bagaimana Proses Indonesia Menjadi Negara Kesatuan?
2. Apa alasan Indonesia menjadi Negara kesatuan?
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Penentuan Bentuk Negara Indonesia
Awal tahun 1950 merupakan periode krusial bagi Indonesia. Pertentangan
dan konflik untuk menentukan bentuk negara bagi bangsa dan negara Indonesia
tengah berlangsung. Pada satu sisi, secara resmi saat itu Indonesia merupakan
negara federal, sebagaimana hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Akan tetapi,
pada saat yang bersamaan muncul gerakan yang menentang keberadaan negara
federal itu. Gerakan ini eksis bukan saja dari kalangan elit. Tetapi juga dikalangan
masyarakat bawah. Gerakan tersebut menghendaki diubahnya bentuk negara federal
menjadi Negara Kesatuan.
Dengan diratifikasinya hasil-hasil KMB oleh KNIP yang bersidang tanggal
6-15 Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara yang
berbentuk federal ini terdiri dari 16 negara bagian yang masing-masing mempunyai
luas daerah dan jumlah penduduk yang berbeda. Negara bagian yang terpenting,
selain Republik Indonesia yang mempunyai daerah terluas dan penduduk yang
terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan,
Dan Negara Indonesia Timur. Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam
RIS mendukung untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bagian terpenting dari keputusan KMB adalah terbentuknya Negara
Republik Indonesia Serikat. Memang hasil KMB diterima oleh pemerintah Republik
Indonesia. Namun hanya setengah hati. Hal ini terbukti dengan adanya pertentangan
dan perbedaan antar kelompok bangsa.
Dampak dari terbentuknya negara RIS adalah konstitusi yang digunakan
bukan lagi UUD 1945, melainkan konstitusi RIS tahun 1949. Dalam pemerintahan
RIS jabatan presiden dipegang oleh Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad hatta
sebagai perdana menteri. Berdasarkan pandangan kaum nasionalis pembentukan
RIS merupakan strategi pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah
ii
kekuatan bangsa indonesia sehingga belanda akan mudah mempertahankan
kekuasaan dan pengaruhnya di Republik Indonesia. Reaksi rakyat atas terbentuknya
RIS terjadinya demontrasi-demontrasi yang menghendaki pembubaran RIS dan
penggabungan beberapa Negara bagian RIS.
Belanda membentuk federal sementara yang akan berfungsi sampai
terbentuknya negara Indonesia Serikat. Dalam hal ini, RI baru akan diizinkan
masuk dalam NIS jika permasalahan dengan Belanda sudah dapat teratasi. Selain
itu, Belanda berusaha melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi Militer II.
Belanda berharap jika RI dilenyapkan, Belanda dapat dengan mudah mengatur
negara-negara bonekanya. Akan tetapi, perhitungan Belanda melesat. Agresi militer
belanda II, menyebabkan Indonesia mendapatkan simpati dari negara Internasional.
Akhirnya, Belanda harus mengakui Kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil
Konferensi Meja Bundar.
Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan
kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda, Indonesia berubah
menjadi Negara Serikat. Akibatnya terbentuklah Republik Negara Serikat.
Meskipun demikian, bangsa Indonesia bertekad untuk mengubah RIS menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kurang dari delapan bulan masa berlakunya,
RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa Indonesia.
Proses kembalinya ke NKRI:
1. Beberapa negara bagian membubarkan diri dan bergabung dengan RI,
Negara Jawa Timur, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, Negara
Kaltim, Kalteng, Dayak, Bangka, Belitung dan Riau.
2. Negara Padang bergabung dengan Sumatra Barat, Sabang bergabung dengan
Aceh.
3. Tanggal 5 April 1950 RIS hanya terdiri dari : Negara Sumatra Timur,
Negara Indonesia Timur, Republik Indonesia.
4. Ketiga negara ini (Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
Negara Sumatra Timur) kemudian bersama RIS sepakat untuk kembali ke
negara kesatuan dan bukan melabur ke dalam Republik.
ii
5. Pada tanggal 3 April 1950 dilangsungkan konferensi antara RIS- NIS-NST.
Kedua negara bagian tersebut menyerahkan mendatnya kepada perdana
Menteri RIS Moh. Hatta pada tanggal 12 Mei 1950.
6. Pada 19 Mei 1950 diadakan kesepakatan dan persetujuan yang masingmasing diwakili oleh : RIS oleh Moh. Hatta, RI oleh dr. Abdul Halim.
7. Hasil kesepakatan “ NKRI akan dibentuk di Jogjakarta, dan pembentukan
panitia perancang UUD.”
8. Pada 15 Agustus 1950, setelah melalui berbagai proses, dilakukan
pengesahan UUS RIS yang bersifat sementara sehingga dikenal dengan
UUD’S 1950. Ini menunjukkan akan terjadi perubahan. UUDS ini di sahkan
oleh presiden RIS. UUD RIS terdiri dari campuran UUD 45 dan UUD RIS.
9. Pada 17 Agustus 1950. RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali
ke bentuk negara kesatuan.
Indonesia mengalami perubahan bentuk Negara kesatuan menjadi Negara
federal bukan saja disebabkan oleh faktor dalam negeri, tetapi ada hubungannya dengan
kehadiran Belanda. Kuatnya keinginan Belanda sebagai Negara koloni untuk
mempertahankan pengaruh dan kekuasaanya di Indonesia membuat Negara ini sempat
mengalami perubahan bentuk Negara. Terjadinya perubahan dari Negara federal
menjadi Negara kesatuan tidak dapat disangkal disebabkan dukungan politik dari
masyarakat Indonesia terhadap ide Negara federal sesunguhnya sangat lemah. Ide
negara federal muncul dari ambisi politik orang-orang Belanda yang sepertinya takut
negerinya tidak lagi mempunyai peran di Asia. Oleh karena itulah ketika masalah
kemerdekaan Indonesia sudah tidak dapat ditawar lagi, mereka memperkenalkan ide
mengenai pembentukan negara federal.
Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal itu tidak disenangi oleh
sebagian besar rakyat Indonesia, karena sistem federal digunakan oleh Belanda sebagai
muslimat untuk menghancurkan RI selain itu bentuk negara serikat tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945. Disamping itu, konstitusi federal dianggap
hanya menimbulkan perpecahan. Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke
negara kesatuan. Pada dasarnya pembentukan negara-negara bagian adalah keinginan
Belanda, bukan kehendak rakyat karena Belanda ingin menanamkan pengaruhnya
ii
dalam RIS. Rapat-rapat umum diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasidemontrasi yang membentuk pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI termasuk
yang ada dalam parlemen, bertekat untuk secepat mungkin menghapus sistem federal
dan membentuk negara kesatuan. (Echo, 2015)
Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang
berlaku UUDS 1950 pasal 1 ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di
berbagai daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara tidak
optimal sehingga Presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang isinya konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia
kembali menggunakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Hal ini mampu meyakinkan kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik
dan menghilangkan keraguan akan pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat (1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung
prinsip
bahwa
”Negara
Indonesia
ialah
Negara
Kesatuan,
yang
berbentuk
Republik.” dan Pasal 37 ayat (5) "Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan".
Bentuk Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
semakin
kokoh
setelah
dilaksanakan amandemen dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang diawali dari adanya kesepakatan MPR yang salah satunya yaitu tidak
mengganti bunyi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sedikitpun & terus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi
bentuk final negara Indonesia. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara
kesatuan dilandasi pertimbangan bahwa negara kesatuan merupakan bentuk yang
ditetapkan dari mulai berdirinya negara Indonesia & dianggap paling pas untuk
mengakomodasi ide persatuan sebuah bangsa yang plural atau majemuk dilihat dari
berbagai latar belakang.
UUD RI tahun 1945 secara nyata memiliki spirit agar Indonesia terus bersatu,
baik yang terdapat dalam Pembukaan ataupun dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar
yang langsung menyebutkan tentang Negara Kesatuan RI dalam 5 Pasal, yaitu: Pasal 1
ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD RI
tahun 1945. Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas
ii
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam upaya membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dengan
menyadari seutuhnya bahwa dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar berdirinya bangsa Indonesia dalam Negara
Kesatuan, Pembukaan tersebut tetap dipertahankan & dijadikan pedoman. (Echo, 2015)
B. Alasan Indonesia Menjadi Negara Kesatuan
“Mengapa harus berbentuk negara kesatuan?”. Seperti yang telah kita ketahui
bersama bahwa Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki fenomena
tingkat heterogenitas kependudukan yang sangat tinggi. Keragaman etnis dan budaya
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang paling artifisial di muka bumi ini (Anderson,
1991). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan utama mengapa Indonesia memakai
konsep bentuk negara kesatuan dimana pemerintahan yang mengatur jalannya negara
secara umum adalah pemerintah pusat. Selanjutnya, barulah ada sebuah konsep
desentralisasi serta otonomi daerah yang nantinya akan membuat daerah-daerah
mengeluarkan potensi yang mereka miliki masing-masing. Lalu mengapa bentuk negara
kesatuan adalah yang paling cocok dengan Bangsa Indonesia yang heterogen? Hal ini
dikarenakan dengan adanya sebuah pemerintahan yang dikontrol dari pusat maka
seharusnya kebijakan yang diberikan pemerintah pusat terhadap daerah sifatnya adalah
merata dan adil, tidak ada suatu daerah yang diberi sebuah regulasi dan kebijakan yang
bersifat khusus. Jika negara Indonesia menganut sistem federasi, akan ada kesenjangan
yang terjadi di tiap-tiap daerah di Indonesia karena prinsip negara federasi adalah
pemerintah daerah (atau negara bagian) memiliki kekuasaan dan kedaulatannya sendiri
namun tetap sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Bayangkan jika tiap
daerah di Indonesia memiliki kedaulatan mereka masing-masing dan menimbulkan
kesenjangan di antara daerah-daerah tersebut, maka yang berpotensi terjadi adalah
sebuah disintegrasi bangsa. Selain itu, Bangsa Indonesia ingin memilih bentuk
negaranya sendiri, yang mereka anggap sesuai dengan situasi dan kondisi mereka,
bukan sebuah bentuk negara federasi yang merupakan ‘mandat dan syarat’ dari
pemerintahan Belanda pada masa awal kemerdekaan Indonesia (Kahin, 1952 dalam
Ferrazi, 2000).
ii
Pemilihan bentuk negara kesatuan dan republik itu sendiri dilatarbelakangi oleh
situasi sosial dan politik yang terjadi kala itu. Gagalnya sistem pemerintahan federasi
yaitu Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949 yang membuat rakyat semakin gencar
menyerukan adanya bentuk negara kesatuan karena pada awalnya Indoenesia adalah
adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik. Ditambah dengan situasi dan
realitas sosial yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang
heterogen dan memiliki keragaman yang sangat kompleks maka bentuk negara kesatuan
republik adalah sebuah pilihan yang sekiranya cocok bagi bangsa Indonesia itu sendiri.
Penulis sangat menyetujui pendapat berbagai ahli khususnya Hatta yang menyatakan
berbagai alasannya mengenai mengapa Indonesia harus berbentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Untuk memperkuat argumen para ahli di atas, penulis mencoba
menarik sebuah kesimpulan sederhana yaitu Indonesia adalah sebuah negara dengan
tingkat kompleksitas yang sangat tinggi baik dari sisi heterogenitas bangsa maupun
kepentingan yang ada di dalamnya, namun dapat bersatu di bawah panji negara
kesatuan yang tidak memandang etnis, agama, golongan tertentu serta di bawah bendera
republik yang menomorsatukan kepentingan seluruh rakyat (kolektif) di atas
kepentingan golongan ataupun kelompok tertentu sehingga dapat tercipta suatu
hubungan yang terintegrasi dan harmonis di antara Bangsa Indonesia itu sendiri.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum Indonesia berbentuk sebagai
negara kesatuan republik seperti sekarang ini, Indonesia telah mencoba berbagai bentuk
negara akibat dari usaha-usaha Belanda untuk menjadikan Indonesia mudah dipecahpecah antar wilayah. Hasil dari KMB membuat Indonesia menjadi negara federal,
namun para founding fathers Indonesia sudah menyadari adanya usaha penjajah dalam
melakukan devide et impera, yakni politik adu domba. Maka dari itu, Indonesia
ditetapkan berbentuk republik. Pengetahuan ketatanegaraan dalam pembentukan negara
Indonesia dilatar belakangi oleh kondisi sosial politik pada masa itu. Dalam rangka
politik balas budi, para cendikiawan yang telah belajar di Belanda menanamkan idenya
dalam membentuk Indonesia sebagai negara kesatuan republik. Negara republik dipilih
bukan karena tidak ada alasan, alasannya adalah Indonesia mempunyai banyak wilayah
dimana setiap wilayah mempunyai suku maupun bahasa yang berbeda. Selain itu lima
alasan yang dikemukakan Muh. Yamin dalam menentukan Indonesia sebagai negara
republik semakin menguatkan alasan dibalik penetapan tersebut
ii
DAFTAR PUSTKA
Kahin, George. 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia, Ithaca: Cornell
University
Press, 1952, p. 450 dalam Ferrazi, Gabriel. 2000. Using the "F"
Word: Federalism in Indonesia's Decentralization Discourse, Publius : Oxford
University Press, 2000
Tjokroaminoto, O. S., Abdoel Moeis, dan R. Hasan Djajadiningrat. Nasionalisme,
Sistem Pemerintahan dan Mandiri, dalam Soeharto, Pitut dan drs. A. Zainoel
Ihsan. 1981.
"Cahaya di Kegelapan: Capita Selecta Kedua Budi Oetomo dan
Sarekat Islam. Jakarta: Jaya Sakti
Anon. (t.t). Akselerasi Perubahan, 1900-1914 dalam Munculnya Elit Modern Indonesia.
Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya, pp. 54-150.
Bahar, , Saafroedin et al (Ed). 1995. Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
(PPKI) 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945. Edisi III. Jakarta: Sekretariat
Negara RI.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “TAFSIR SURAT AL-FATIHAH”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Langsa,
2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A.Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B.Rumusan Masalah .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
1. Surah Al-Fatihah Beserta Artinya ................................................................2
2. Penjelasan Umum Surat Al-Fatihah.............................................................3
3. Tafsir Surat Al-Fatihah.................................................................................3
BAB III PENUTUP ................................................................................................9
A. Kesimpulan ..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
ii