A. Tata cara Pendidiran Yayasan - Yayasan Pendidikan

  

Tata cara Pendidiran Yayasan dan Perubahan

Anggaran Dasar

Oleh

  

Dr. Ade Maman Suherman,S.H.,M.Sc

A. Tata cara Pendidiran Yayasan

  Yayasan merupakan salah satu bentuk badan hukum yang mampu bertindak sebagai subjek hukum. Persoalan yang berkaitan dengan yayasan, khususnya mengenai regulasi tentang yayasan telah mengalami perubahan yang semula diatur dalam UU No 16 tahun 2001 dirubah oleh UU no 28 Tahun 2004.

A.Pendidiran Yayasan

  Pendirian suatu Yayasan berdasarkan mengenai Yayasan, sebagaimana diatur dalam pasal pasal

  Yang dimaksud “Satu orang” di sini bisa berupa orang perorangan, bisa juga berupa badan hukum. Pendiri yayasan dapat diajukan oleh WNI, tapi juga dapat diajukan oleh orang asing (WNA atau Badan hukum asing). Namun demikian, untuk pendirian yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (pasal 9 ayat 5).

  2. Pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan. Hal ini sama seperti PT, dimana pendiri “menyetorkan” sejumlah uang kepada Yayasan, untuk kemdian uang tersebut selanjutnya menjadi Modal awal/kekayaan Yayasan.

  Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. Dalam prakteknya, jika seseorang ingin mendirikan suatu yayasan, maka pertama- tama orang tersebut harus memiliki calon nama. Nama tersebut kemudian di cek melalui Notaris ke Departemen Kehakiman. Karena proses pengecekan dan pengesahan yayasan masih dalam bentuk manual (berbeda dengan PT yang sudah melalui sistem elektronik), maka untuk pengecekan nama tersebut calon pendiri harus menunggu selama 1 bulan untuk mendapatkan kepastian apakah nama tersebut dapat digunakan atau tidak. Karena proses yang cukup lama tersebut, sebaiknya calon pendiri menyiapkan beberapa nama sebagai

  Selama menunggu persetujuan penggunaan nama tersebut, calon pendiri dapat menyiapkan beberapa hal yang akan dicantumkan dalam akta pendirian yayasan (lihat contoh akta pendirian yayasan), yaitu:

  1. Maksud dan tujuan yayasan, secara baku terdiri dari 3 unsur saja, yaitu: sosial-

kemanusiaan, dan keagamaan.

  2. Jumlah kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya, yang nantinya akan digunakan sebagai modal awal yayasan.

  3. Membentuk Susunan Pengurus yang minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan

bendahara (pasal 32 ayat 2) untuk jangka waktu kepengurusan selama 5 tahun.

  4. Membentuk Pengawas (minimal 1 orang), yang merupakan orang yang berbeda dengan pendiri maupun pengurus (pasal 40 ayat 2 dan ayat 4).

  5. Menyiapkan program kerja Yayasan, yang ditanda-tangani oleh Ketua, sekretaris dan bendahara.

  Setelah nama yang dipesan disetujui, maka pendiri harus segera menindak lanjuti pendirian Yayasan tersebut dengan menanda-tangani akta notaris. Notaris akan segera memproses pengesahan dari Yayasan tersebut dalam waktu maksimal 1 (satu) bulan sejak persetujuan penggunaan nama dari Departemen Kehakiman. Karena apabila proses pengesahan tidak dilakukan dalam waktu 1 bulan sejak persetujuan penggunaan nama, maka pemesanan nama tersebut menjadi gugur dan nama tersebut bisa digunakan oleh yayasan lain. Untuk melengkapi legalitas suatu yayasan, maka diperlukan ijin-ijin standard yang meliputi:

  1. Surat keterangan domisili Perusahaan (SKDP) dari Kelurahan/kecamatan setempat

  2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Yayasan

  3. Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial) atau

  4. Ijin/terdaftar di Departemen Agama untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika diperlukan).

  Perlu dicermati bahwa pendirian yayasan pada saat ini harus di ikuti tujuan yang benar-benar bersifat sosial. Karena sejak berlakunya Undang-Undang No. 16/2001, maka yayasan tidak bisa digunakan sebagai sarana kegiatan yang bersifat komersial dan harus

B.Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Tinggi Dalam Rangka Penyesuaian Tata Kelola Menurut UU Badan Hukum Pendidikan

  Pada tanggal 16 Januari 2009 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10 dan Penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 4965, selanjutnya disebut UU BHP. UU BHP disusun untuk menjalankan amanat dari Pasal 53 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78 yang Penjelasannya dimuat dalamTambahan Lembaran Negara Nomor 4301, selanjutnya disebut UU Sisdiknas, Pada pasal 53 Ayat (1)

  

mengharuskan penyelenggaraan satuan pendidikan formal yang didirikan oleh

Pemerintah atau masyarakat berbentuk Badan Hukum Pendidikan, selanjutnya

disingkat BHP.

  Berdasarkan Pasal 53 Ayat (4) UU Sisdiknas, pengaturan mengenai BHP harus diatur dengan undang-undang tersendiri. UU BHP ini merupakan upaya mereformasi bidang pendidikan, dimana undang-undang ini secara konseptual bertujuan sebagai sarana untuk meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan, diharapkan disini masyarakat memiliki peran dan kontrol terhadap pendidikan, dengan terlibat langsung secara aktif dalam sebuah proses kelangsungan pendidikan. Berdasarkan Pasal 8 Ayat 3 menyatakan bahwa yayasan pendidikan tinggi

  

yang telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal sebelum berlakunya UU

BHP akan diakui sebagai BHP Penyelenggara dan harus melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya sesuai dengan UU BHP. Bagaimana pelaksanaan penyesuaian

  anggaran dasar yayasan pendidikan tinggi dalam rangka penyesuaian tata kelola menurut UU BHP, serta akibat hukum dari penyesuaian tersebut terhadap yayasan pendidikan tinggi. Implementasi kebijakan tersebut ditindaklanjuti dengan PP No 32 Tahun 2009 tentang perubahan anggaran dasar bagi yayasan dalam mengelola pendidikan. Adapun mekanismenya dapat dipahami melalui pasal 4 sebagai berikut:

   (1) Mekanisme pendirian BHPM sebagai berikut:

  

a. orang atau masyarakat sebagai pendiri menyusun studi kelayakan pendirian BHPM

dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar BHPM yang terlebih dahulu

  

b. studi kelayakan dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar BHPM tersebut

disampaikan oleh pendiri kepada Menteri melalui Direktorat Jenderal untuk

memperoleh persetujuan;

  

c. apabila studi kelayakan dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar BHPM

disetujui, pendiri membuat akta pendirian BHPM di hadapan notaris dengan

menyerahkan studi kelayakan yang telah disetujui Menteri;

  

d. akta notaris tersebut disampaikan oleh notaris kepada Menteri melalui Direktorat

Jenderal untuk memperoleh pengesahan. (Lihat Lampiran)

  

Eksistensi, implikasi dan solusi bagi Yayasan

yang belum melakukan penyesuaian Anggaran

Dasar

  Beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan pemerintah adalah penerbitan peraturan pemerintah baru, perubahan atas PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan, atau penyusunan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu). Pemerintah mempertimbangkan beberapa opsi untuk mengatasi kevakuman payung hukum pengelolaan pendidikan. Langkah ini dilakukan terkait dengan pembatalan Undang- Undang Badan Hukum Pendidikan oleh Mahkamah Konstitusi.

  Payung hukum baru sangat diperlukan untuk menjaga legalitas proses belajar- mengajar yang sebelumnya diatur dengan UU BHP. Payung hukum baru sangat

  diperlukan untuk menjaga legalitas proses belajar-mengajar yang sebelumnya diatur dengan UU BHP," Mohammad Nuh " Beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan pemerintah adalah penerbitan peraturan pemerintah baru, perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan, penyusunan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu). apakah persoalan-persoalan yang muncul sebagai implikasi dibatalkannya UU BHP cukup diakomodasi dengan peraturan pemerintah baru atau perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, atau membutuhkan penyusunan perppu. Arahan lain yang juga ditekankan Presiden adalah tetap diakomodasinya semangat otonomi dalam penyusunan payung hukum baru tersebut.penyusunan payung hukum, harus memerhatikan betul pentingnya otonomi pengelolaan perguruan tinggi, baik aspek otonomi di bidang akademik maupun otonomi dalam pengelolaan sumber daya keuangan, sumber daya manusia, dan sumber daya aset-aset yang lain,"

Implikasi pembatalan

  Keputusan MK tentang pembatalan UU BHP itu antara lain berimplikasi pada sekolah dasar, menengah tingkat pertama dan atas, hingga perguruan tinggi yang dikelola oleh yayasan.

  

"Dalam Undang-Undang Yayasan diamanatkan bahwa yayasan tidak boleh mengelola

pendidikan secara langsung. Yayasan diharuskan membentuk badan usaha, ini pasti

bukan nirlaba karena namanya badan usaha pasti cari untung. Padahal, kalau tidak

  Nasional," Untuk mengharmonikan ketentuan dalam UU Yayasan dan UU Sisdiknas itu sebelumnya digunakan UU BHP. Ketika UU itu dibatalkan maka terjadi kevakuman.

  Sebagai contoh, Pendidikan kesehatan yang dikelola pemerintah daerah dan mendapat perizinan dari Kementerian Kesehatan juga terkena implikasi pembatalan UU BHP. Terdapat 98 lembaga pendidikan kesehatan yang kini mengalami kevakuman landasan hukum itu."Kalau pengelola pendidikan tidak sah atau tidak legal, proses belajar-mengajar dan ijazah juga menjadi tidak sah.

  Rektor Universitas Indonesia menegaskan, terkait dengan keputusan MK itu, penyelenggara pendidikan saat ini membutuhkan payung hukum agar bisa tetap menyelenggarakan kegiatan akademik. Ia juga menekankan pentingnya semangat otonomi diakomodasi dalam aturan yang baru dengan disertai prinsip akuntabilitas, transparansi, dan kepekaan untuk membantu masyarakat dengan keterbatasan kemampuan ekonomi agar tetap dapat memperoleh pendidikan. Pemerintah masih mencari terobosan agar legalitas perguruan tinggi ikatan dinas terselamatkan pascapembatalan UU No 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP) oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Berdasarkan UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), ujarnya, tidak diperbolehkan adanya kementerian yang menyelenggarakan pendidikan kedinasan. Pada awalnya berharap bahwa UU BHP bisa memayungi ini, tapi ternyata dihapus dan perlu dikaji. Legalitas PT kedinasan hilang lantaran UU BHP telah dibatalkan dan di sisi lain,UU Sisdiknas melarang departemen/ kementerian menyelenggarakan pendidikan kedinasan. Salah satu opsi solusi, antara lain perguruan tinggi ikatan dinas dialihkan menjadi perguruan tinggi negeri (PTN).Dampak selanjutnya adalah (perguruan tinggi swasta) dan PTN yang berada di bawah Kementerian Agama,” UU BHP juga berdampak terhadap eksistensi PTS yang berada di bawah yayasan.

  Menurutnya, ada yayasan-yayasan yang sudah seharusnya dilikuidasi karena bertentangan dengan UU Yayasan. Alternatif untuk penyelamatan yayasan, menurutnya, adalah merevisi UU Yayasan. Legalitas yayasan menjadi terancam jika mengikuti UU Sisdiknas. “Pasalnya, di UU Sisdiknas, instansi pendidikan bersifat nirlaba, sementara untuk perguruan tinggi harus berbadan usaha. Kita harus kembalikan ini ke Kemenkumham, bagaimana caranya agar yayasan-yayasan ini menjadi legal solusinya adalah harus ada UU baru. Menurut Akil Muchtar mengungkapkan, putusan tentang UU BHP menegaskan bahwa UU itu telah meminggirkan peran lembaga

  

pendidikan yang telah ada sebelum Indonesia merdeka, yaitu yayasan. Dengan UU

  BHP lembaga seperti yayasan tidak diakui karena itu dibatalkan. UU BHP telah menyeragamkan lembaga pendidikan. Imbasnya,satu lembaga pendidikan dapat tersisih oleh lembaga pendidikan lainnya. Untuk kepentingan hal tersebut, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) merancang Peraturan Pemerintah (RPP) yang baru pasca-pembatalan UU BHP.

  Sementara itu UU Sisdiknas Tahun 1998 telah melahirkan PP 60/1999 dan PP 61/1999. PP 60/1999 itulah yang menjadi “cantolan” (sumber hukum) PTN dalam mengatur dirinya, sedangkan PP 61/1999 yang melahirkan PT BHMN. UU Sisdiknas akhirnya diubah menjadi UU 20/2003, kemudian UU Sisdiknas 20/2003 itu melahirkan PP 17/2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan. Menurut Prof. Dr. Mansyur Ramli Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas menjelaskan, dua alternatif payung hukum tersebut yakni peraturan pengganti undang-undang (perppu) dan revisi PP 17/2010 tentang penyelenggaraan pendidikan. “Naskah perpu sudah siap dan begitu pula revisi PP.

  Pada rapat kerja dengan Komisi X DPR, Prof Dr Mansyur menjelaskan, yang akan diatur dalam perpu adalah landasan hukum bagi ketujuh perguruan tinggi negeri berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yakni UI, ITB, IPB, Unair, UGM, UPI, dan USU. Perppu tersebut nantinya juga akan mengatur pengelolaan keuangan dan otonomi perguruan tinggi. Akan tetapi masalah yayasan masih belum masuk di peraturan pengganti ini. Sementara Johannes Gunawan Konsultan UU BHP Kemendiknas saat raker menjelaskan, dua alternatif itu diajukan untuk mengantisipasi beberapa jenjang pendidikan yang selama ini mengacu pada UU BHP. Diantaranya jenjang pendidikan menengah atau madrasah yang berbentuk atau diselenggarakan yayasan dan pendidikan tinggi berbadan hukum milik negara (BHMN).Selain itu, ada pendidikan tinggi yang berbentuk yayasan dan pendidikan tinggi yang berbentuk badan hukum pendidikan (BHP) seperti universitas pertahanan.

  Lebih jauh dia menambahkan, ketidakjelasan bentuk badan hukum bagi yayasan disebabkan yayasan tidak boleh secara langsung menyelenggarakan pendidikan, melainkan dilakukan dengan membentuk badan usaha. Berdasar pasal 7 ayat (1) UU No 16 Tahun 2001,yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud

  Persoalan yang mendasar adalah menurut Pasal 39 PP No 63 Tahun 2008 tentang Yayasan, yayasan yang sampai tanggal 6 Oktober 2008 belum menyesuaikan dengan UU, tidak diperbolehkan lagi menggunakan kata yayasan serta harus bubar dan melikuidasi kekayaannya. Hingga saat ini masih terdapat ribuan yayasan yang belum sesuai dengan UU tersebut sehingga nasib siswa dan mahasiswa pun tidak jelas. Begitu pula ijazah yang diterbitkan sekolah atau perguruan tinggi yang tidak berbadan hukum menjadi ilegal.

  Menurut Ferdiansyah Anggota Komisi X DPR menyetujui alternatif perpu dapat mengatur tentang tata kelola dan status badan hukum. Karena itu, pihaknya menunggu pengajuan dari Kemendiknas terkait alternatif tersebut. Sementara Abdul Wahid Hamid anggota Komisi X DPR menjelaskan, perppu memang lebih baik karena kondisi darurat yang dialami pengelola pendidikan usai UU BHP ditolak MK. Kemendiknas mesti mempersiapkan PP sebagai substansi di bawah perppu. Sedangkan Dedi Suwandi Gumelar anggota Komisi X DPR lebih memilih revisi PP 17 sebagai peraturan baru. Pasalnya, pasal-pasal dalam PP tersebut sudah mengadopsi elemen-elemen, baik dalam UU BHP dan sudah merujuk ke konstitusi yang telah ada. Yang paling cepat diimplementasikan adalah PP 17. Kalau ajukan UU, butuh waktu yang sangat lama. Sebelumnya kalangan rektor juga masih berbeda pendapat terkait payung hukum pengganti UU BHP. Prof. Dr.Akhmaloka Rektor ITB berharap kalangan perguruan tinggi tetap diberikan otonomi untuk mengelola kampus. Karena itu, apapun payung hukumnya harus bisa menjembatani aspirasi masyarakat kampus. Mendiknas telah meminta kalangan kampus untuk tetap menjalankan aktivitas pendidikan. Meski landasan hukum keberadaan PTN BHMN telah ditolak, status tersebut masih tetap berlaku. Sebab, keberadaannya mengacu pada UU Sisdiknas.

  Berbeda dengan regulasi pendidikan di malaysia, negara jiran telah melakukan pengaturan secara khusus tentang BHPM melalui The Private Higher Educational Institutions Act, 1996. Secara rinci regulasi di malaysia meliputi :

  1. The Education Act 1996 (Act 550)

  2. The Private Higher Educational Institutions Act, 1996

  3. The National Council of Higher Education Act, 1996

  4. The National Accreditation Board Act, 1996 (replaced with the Malaysian

  5. The Universities and University Colleges (Amendment) Act, 1996

  

6. The National Higher Education Fund Corporation Act, 1997 (Amendment 2000)

  YAYASAN NOMOR …………. Pada hari ini. hari……..tanggal (________). —————————- Berhadapan dengan saya (____________), Sarjana Hukum. Notaris di (____________), dengan hadirnya saksi-saksi yang saya…………………. Notaris kenal dan akan disebutkan dalam akhir akta ini: ——————————————————- Para penghadap masing-masing diperkenalkan kepada saya, Notaris, yang satu oleh para penghadap lainnya. Para penghadap untuk diri sendiri dan/atau selaku kuasa seperti tersebut menerangkan dengan ini, dengan mengumpulkan uang sebesar Rp ……… (…………………….) yang telah dipisahkan dari kekayaan mereka telah mendirikan suatu Yayasan, dengan memakai anggaran dasar sebagai berikut: ——— —————————— NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ——- ———————————————– Pasal 1 ———————- Yayasan ini bernama : Yayasan………………….. disingkat “……..” dan bertempat kedudukan di (______), dengan cabang-cabang di tempat-tempat lain menurut keputusan Badan Pengurus. dengan persetujuan Badan Pendiri. —————– ———————————————– WAKTU ———————- ———————————————– Pasal 2 ———————– Yayasan ini didirikan pada waktu akta ini ditandatangani dan didirikan untuk waktu yang lamanya tidak ditentukan. ———————————————— ———————————————— AZAS————————- ———————————————– Pasal 3 ———————–

  Yayasan ini berazaskan Pancasila dan Undang-Undang DASAR 1945 (seribu sembilan ratus empat puluh lima). ——————————————————— ————————————– MAKSUD DAN TUJUAN ————- ———————————————– Pasal 4 ———————– Maksud dan tujuan Yayasan ini adalah: ——————————— - [___] ———————————————– USAHA ———————– ———————————————– Pasal 5 ———————– Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Yayasan ini menjalankan usaha-usahanya sebagai berikut : ———————————————————–

  a. [___];

  b. [___];

  c. [___];

  d. [___];

  e. [___]; ——————————————– KEKAYAAN ——————— ———————————————–Pasal 6———————— 1. kekayaan Yayasan terdiri dari: —————————————

  a. pangkal kekayaan pertama tersebut diatas: ——————-

  b. uang sokongan/sumbangan dari masyarakat, pemerintah maupun swasta, baik dari dalam maupun dari luar negeri yang tidak mengikat;———-

  c. hibah-hibah wasiat dan hibah-hibah biasa; ——————–

  e. bantuan dari orang-orang dan badan-badan yang menaruh minat pada Yayasan;

  f. pendapatan-pendapatan lainnya yang sah. ——————–

  2. Uang yang tidak segera dibutuhkan guna keperluan Yayasan disimpan atau dijalankan menurut cara-cara yang akan ditentukan dalam anggaran rumah tangga. —————————————– BADAN PENDIRI —————- ———————————————– Pasal 7 ———————–

  1. Anggota Badan Pendiri terdiri dari: ———————————-

  a. yang mendirikan Yayasan; —————————————-

  b. mereka yang atas usul seorang atau lebih anggota Badan pendiri yang hendak mengundurkan diri, telah ditunjuk oleh rapat anggota Badan pendiri, untuk menjadi penggantinya; ——————————————-

  c. mereka yang diangkat oleh rapat anggota Badan pendiri mengingat jasa-jasa mereka terhadap Yayasan; —————————————

  d. mereka yang menurut pendapat Badan pendiri selama berdirinya Yayasan ini telah memberikan jasa-jasa yang berguna bagi Yayasan ini; ——

  2. Badan pendiri merupakan badan tertinggi, yang mempunyai wewenang dan kekuasaan; ————————————————————–

  a. menetapkan perubahan anggaran dasar; ———————–

  b. mengangkat dan memberhentikan anggota-anggota Badan pengurus;

  c. menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan yang harus dijalankan oleh Badan pengurus; ———————————————————–

  d. membubarkan Yayasan ——————————————– 3. keanggotaan Badan Pendiri berakhir karena; ———————–

  b. atas permintaan sendiri; ——————————————

  c. dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan (curatele);

  d. diberhentikan oleh rapat badan pendiri; ————————

  4. Rapat badan pendiri dianggap sah jikalau sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan Pendiri hadir. ——————————–

  5. Keputusan-keputusan Badan Pendiri sedapat mungkin ditetapkan secara musyawarah mufakat dengan ketentuan jika tidak tercapai kata mufakat dilakukan dengan pemungutan suara. dengan ketentuan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) ditambah satu dari jumlah anggota Badan Pendiri yang hadir atau diwakili.

  6. Rapat Badan Pendiri dapat diadakan setiap waktu dan setidak-tidaknya setahun sekali manakala dianggap perlu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) dari jumlah Badan Pendiri.

  7. Rapat Badan Pendiri untuk mempertimbangkan persetujuan dan pengesahan (______) bulan terhitung dari penutupan Tahun Buku Yayasan. ———— 8. tata cara rapat Badan Pendiri, diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. —————————————– BADAN PENGURUS ————– ———————————————– Pasal 8 ———————–

  1. Yayasan ini diurus oleh suatu Badan Pengurus, yang terdiri dari sedikit-dikitnya (_______) orang, dengan susunan sebagai berikut: 1 (satu) orang ketua; 1 (satu) orang wakil ketua; ——————————————- 1 (satu) orang sekretaris;———————————————- 1 (satu) orang bendahara; ——————————————– 2 (dua) orang anggota atau lebih.————————————

  2. Anggota Badan Pengurus diangkat untuk (_______) tahun lamanya dan ditetapkan tentang kedudukan mereka masing-masing serta dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh Rapat

  3. Keanggotaan Badan Pengurus berakhir karena; ——————–

  a. meninggal dunia; ————————————————–

  b. atas permintaan sendiri; ——————————————

  c. dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan (curatele);

  d. diberhentikan oleh Rapat Badan Pendiri. ———————–

  4. Jika terjadi lowongan. maka anggota-anggota Badan Pengurus lainnya dapat mengajukan calon-calon untuk mengisi lowongan itu kepada Badan Pendiri yang dapat menguatkan usul itu, akan tetapi Badan Pendiri dapat menunjuk orang lain, dengan tidak mengindahkan calon-calon yang diusulkan oleh anggota-anggota Badan Pengurus. ————————————————————— ————————- HAK DAN KEWAJIBAN BADAN PENGURUS – ———————————————– Pasal 9 ———————–

  1. Badan Pengurus berkewajiban menjalankan peraturan-peraturan tersebut dalam anggaran dasar ini. —————————————————-

  2. Badan Pengurus membuat rencana anggaran rumah tangga mengenai semua hal yang tidak atau tidak cukup diatur dalam anggaran dasar ini dan membuat peraturan-peraturan yang dipandang perlu dan berguna untuk yayasan. termasuk rencana kerja Yayasan untuk (________) tahun. ———————————–

  3. Peraturan-peraturan tersebut dalam ayat diatas tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar Yayasan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Rapat Badan pendiri. ———————————————————-

  4. Selambat-lambatnya dalam waktu (______) bulan terhitung dari penutupan Tahun Buku Yayasan. Badan Pengurus memberi laporan kepada rapat Badan Pendiri tentang jalannya Yayasan mengenai tahun buku yang lampau. ———– ———————————————– Pasal 10 ———————

  1. Ketua bersama-sama dengan sekretaris berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan dan karenanya berhak melakukan segala tindakan. baik yang inengenai pengurusan niaupun yang mengenai pemilikan, akan tetapi untuk:

  a. membuat pinjaman guna atau atas tanggungan Yayasan atau meminjamkan uang Yayasan kepada pihak lain; ————————————–

  b. membeli. menjual atau dengan jalan lain mendapatkan atau melepaskan hak atas atau memberatkan barang-barang yang tidak bergerak: ——

  c. mengikat Yayasan sebagai penanggung/peminjam: ———-

  d. menggadaikan barang-barang bergerak kepunyaan Yayasan;

  e. turut serta sebagai pesero diam dalam perseroan komanditer di bawah firma; Haruslah mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari rapat Badan Pendiri.

  2. Surat-surat keluar harus ditanda tangani oleh Ketua dan Sekretaris dan dalam hal pengeluaran dan/atau penerimaan uang turut ditanda tangani oleh Bendahara.

  3. Wakil ketua membantu ketua, dalam hal ketua berhalangan atau tidak ada, kejadian mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak lain, maka dalam hal demikian Wakil Ketua. mempunyai Wewenang yang sama dengan Ketua. —————-

  4. Dengan tidak mengurangi wewenangnya, Ketua dan Sekretaris berhak memberi kuasa kepada pihak lain dengan surat kuasa. —————————–

  5. Badan Pengurus harus mengadakan pembagian kerja diantara para anggotanya secara efektif dan efisien. —————————————————– ———————————- RAPAT BADAN PENGURUS ———– ———————————————– Pasal 11 ———————

  1. Badan pengurus diwajibkan mengadakan rapat sekurang-kurangnya (___) kali dalam setahun dan setiap waktu jikalau dianggap perlu oleh ketua atau sekurang-kurangnya (_____) dari jumlah anggota Badan Pengurus yang memberitahukan kehendaknya itu

  2. Di dalam semua rapat, Ketua memegang pimpinan. jikalau Ketua tidak hadir, rapat dipimpin oleh Wakil ketua dan jikalau Wakil Ketua pun tidak hadir, maka rapat dipimpin oleh salah seorang yang dipilih dari dan oleh mereka yang hadir.

  3. Rapat Badan Pengurus dianggap sah, jikalau sekurang-kurangnya (________) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota Badan Pengurus hadir atau diwakili.

  4. Jikalau yang hadir tidak cukup, Ketua rapat dapat memanggil rapat baru secepat-cepatnya (____) hari dan selambat-lambatnya (______) hari terhitung dari hari rapat yang tidak dapat diadakan tersebut; setelah itu dalam rapat mana dapat di ambil keputusan- keputusan dari acara rapat yang tidak dapat diadakan tersebut, dengan tidak mengingat jumlah anggota yang hadir. ———————– 5. keputusan rapat diambil dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat; apabila dengan cara tersebut tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan cara pemungutan suara yang harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) ditambah satu dari jumlah anggota Badan Pengurus yang hadir atau diwakili. ———————————- BADAN PENGAWAS ——————– ———————————————– Pasal 12 ——————— 1. Bilamana perlu rapat Badan Pendiri dapat mengangkat Badan pengawas.

  2. Badan Pengawas Yayasan diangkat untuk (______) tahun lamanya dan ditetapkan tentang kedudukannya masing-masing serta dapat diberhen-tikan oleh rapat Badan Pendiri dan dapat diangkat kembali. ——————————– 3. Badan Pengawas mempunyai kewajiban mengawasi pekerjaan Badan Pengurus.

  4. Para anggota Badan Pengawas bersama-sama atau masing-masing setiap waktu jam kerja berhak memasuki bangunan-bangunan dan halaman-halaman serta tempat-tempat lain yang digunakan dan/atau dikuasai oleh Yayasan dan berhak memeriksa buku-buku. surat- surat berharga, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain sebagainya serta mengetahui segala tindakan Badan Pengurus yang telah dijalankan. ————————————————————–

  5. Tiap-tiap anggota badan pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh (para) anggota Badan Pengawas untuk kepentingan pemeriksaan. ———————————————————– ———————————- BADAN YAYASAN/PELINDUNG —— ———————————————– Pasal 13 ———————

  1. Jikalau dianggap perlu, rapat Badan Pediri dapat mengangkat Badan Penasehat/Pelindung yayasan. —————————————

  2. Badan Penasehat/pelindung Yayasan diangkat untuk 5 (lima) tahun lamanya dan ditetapkan tentang kedudukannya masing-masing serta dapat diberhentikan oleh Rapat badan Pendiri dan dapat diangkat kembali. —————–

  3. Badan penasehat/pelindung berhak memberikan nasehat kepada Badan pendiri dan/atau Badan Pengawasan dan/atau Badan Pengurus baik diminta atau tidak.

  4. Nasehat tersebut dapat disampaikan, baik tertulis ataupun lisan.

  5. Nasehat-nasehat tersebut wajib diperhatikan dan dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh oleh Badan Pendiri dan/atau Badan Pengawas dan/atau Badan Pengurus, akan tetapi tidak bersifat mengikat. ——————————– ——————————————- TAHUN BUKU ——————- ———————————————– Pasal 14 ———————

  1. Tahun Buku Yayasan ini dimulai dari awal bulan (_______) sampai dengan akhir bulan (_______) tiap-tiap tahun. ——————————————-

  2. Badan Pengurus diwajibkan membuat laporan tahunan yang disediakan bersama-sama dengan perhitungan yang pertanggung-jawaban mengenai keuangan Yayasan.

  3. Perhitungan dan pertanggungjawaban serta laporan tahunan tersebut harus disahkan oleh Rapat badan Pendiri. ——————————————— —————————— Perubahan Tambahan atau Pembubaran

  1. Keputusan untuk merubah atau inenambah anggaran dasar yayasan ini atau untuk membubarkan yayasan hanya sah jikalau dalam rapat Badan Pendiri dihadiri atau divvakili oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota Badan Pendiri dan usul yang berkenaan disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah suara para anggota Badan Pendiri yang hadir atau diwakili.

  2. Keputusan untuk membubarkan Yayasan dapat diambil apabila atas usul Badan Pengurus ternyata, bahwa Yayasan tidak mempunyai kekuatan hidup lagi atau kekayaan Yayasan telah habis atau sedemikian kurangnya sehingga menurut Badan Pengurus tidak cukup lagi memenuhi ketentuan Yayasan. ——– —————————— CARA MENGGUNAKAN SISA UANG —— ———————————————– Pasal 16 ——————— Jikalau yayasan ini dibubarkan. maka dengan mengindahkan bunyinya pasal 1665 dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Badan Pengurus berkewajiban untuk mengatur dan membereskan semua hutang Yayasan. dibawah pengawasan Badan pengawas. kecuali jika rapat badan pendiri menentukaan cara lain dan rapat badan pendiri menentukan cara mempergunakan sisa uang kekayaan dengan memperhatikan dasar tujuan Yayasan. ———————————————– PENUTUP ——————- ———————————————– Pasal 17 ——————— semua hal yang tidak atau tidak cukup diatur dalam anggaran dasar ini atau dalam anggaran rumah tangga. akan diputuskan oleh Rapat Badan Pendni untuk pertama kali: susunan Badan Pengurus terdiri dari: ———————————— Ketua : …………………………. Wakil Ketua : …………………………

  Sample Deed of Establishment of Foundation

  FOUNDATION NUMBER ... ... ... ....

  • On this day, Tuesday March Thirteen year two -------- thousands one (13-3-2001) Appear before me, ---------- SL, Sarjana Hukum, Notary in Bekasi, in the presence of witnesses, known to me, Notary Public of whom the names will be mentioned at the end of this deed :---------------- The respective The appearers introduced to me, Notary, that one by the other The appearers. The appearers for yourself and / or as powerful as it was explained, by collecting money of USD ... ... ... (... ... ... ... ... ... ... ....) Which has been separated from their wealth has established a foundation, using the basic budget as follows: ---
    • NAME AND PLACE OF POSITION --- Article 1 -------- ---------------- The foundation called: Foundation ... ... ... ... ... ... ... .. abbreviated "... ... .." and domiciled in (______), with branches in other places according to the decision of the Governing Body. Founder Board approval. ------ TIME ---------------- -------- Article 2 -------- ----------------

  This foundation was established at the time this deed was signed and established for a long time is not specified. ---------------- Principle ---------------- ---------

  Article 3 -------- ---------------- The foundation principle Pancasila and the Constitution of 1945 (one thousand nine hundred and forty-five). ------------------- PURPOSE AND OBJECTIVES ------------- ----- Article 4 -------- ---------------- The purpose of this foundation is: -----------

  • [___] BUSINESS ---------------- -------- Article 5 -------- ---------------- To achieve the aims and objectives, the Foundation is running its efforts as follows: --------------------

  a. [___];

  b. [___];

  c. [___];

  d. [___];

  e. [___];

  Article 6 -------- ----------------

  1. Foundation property consists of: -------------

  a. base of the first property mentioned above: -------

  b. dole / donations from the community, government and private sector, both from within and from abroad are not binding ;---- c. testament grants and regular grants; -------

  d. income-income from the efforts of the Foundation; ---

  e. assistance from the people and agencies who are interested in the Foundation;

  f. other revenues are valid. -------

  2. Money that is not immediately required for purposes of the Foundation are saved or executed in ways that will be determined in the household budget.

  AGENCY FOUNDER -------------- ------ Article 7 -------- ----------------

  1. Founder Board Members consist of: ------------

  a. who founded the Foundation; --------------

  b. they are at the proposal of one or more members of the founder who want to resign, has been appointed by the meeting of founding Board member, to become his successor; ---------------

  c. They are appointed by the founding Board member meeting considering their services to the Foundation; -------------

  d. their agency's opinion for the establishment of the Foundation founder has been providing services that are useful for this Foundation; --

  2. Agency founder is the highest body, which has the authority and power; ---------------------

  a. set a basic budget changes; --------

  b. appoint and dismiss members of the Agency Board;

  c. establish lines of policy which must be implemented by the board; --------------------

  d. Foundation dissolve ---------------

  3. Founder Board membership ended because; --------

  a. death or dissolution; ----------

  b. at his own request; --------------

  c. declared bankrupt or placed under incompetent (curatele);

  d. dismissed by the founder of the agency meetings; --------

  4. Meeting body is considered valid if the founders of at least 2 / 3 (two thirds) of the number of Board members present Founder. -----------

  5. Board decisions as possible founders set in consultation with the provisions if the agreement is not reached consensus says done with voting. with the provisions approved by at least 2 / 3 (two thirds) plus one of the founder members of the Board who are present or represented.

  6. Founder Board meeting can be held any time and at least once a year when deemed necessary by at least 2 (two) of the Board of Founders.

  7. Founder Board meeting to consider the approval and ratification (______) months, starting from the year closing Foundation. ----

  8. Board meetings procedures Founder, shall be further regulated in the Bylaws.

  AGENCY BOARD -------------- ----- Article 8 -------- ----------------

  1. The Foundation is managed by a Governing Body, which consists of at least (_______) people, organized as follows: 1 (a) the chairman; 1 (a) the vice-chairman; --------------- 1 (one) person secretary ;---------------- 1 (a) the treasurer; --------------- 2 (two) members or more .------------

  2. Members appointed to the Governing Body (_______) years and is set on the position of each of them and can be dismissed at any time by the Meeting of Founders body. ---------------

  3. Membership Governing Body of the end because; -------

  a. death; -----------------

  c. declared bankrupt or placed under incompetent (curatele);

  d. Board Meeting was dismissed by the Founder. --------