TAP.COM - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ... - JURNAL UNSYIAH 6736 14255 1 SM

Idea Nursing Journal
ISSN : 2087-2879

Siti Arafah Julianty Hrp, dkk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
The Factors Related to Level of Anxiety of Hemodialysis Patients
in Dr. Pirngadi Medan Hospital
Siti Arafah Julianty Hrp1, Ida Yustina2, Dedy Ardinata3
1

2

Mahasiswa Program Magister Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3
Dosen Program Studi Magister Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Email: siti_arafah88@yahoo.com

ABSTRAK

Proses hemodialisis di rumah sakit dapat menimbulkan stres psikologis (kecemasan) dan fisik yang
mengganggu sistem neurologi seperti kelemahan, fatigue, kecemasan, penurunan konsentrasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman pengobatan,
lama terapi, jenis pembiayaan, dukungan keluarga) yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien
hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif “cross sectional” dan
pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan 62 pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman. Instrumen
yang digunakan kuesioner data demografi, kuesioner faktor-faktor, kuesioner dukungan keluarga, instrumen
Spielberger et al. (1983) State Trait Anxiety Inventory (STAI) Form A-State. Berdasarkan hasil uji statistik
diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis yaitu faktor
usia (p = 0.049), pengalaman pengobatan (p = 0,008), lama terapi (p = 0,021) dan dukungan keluarga (p =
0,021). Faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pembiayaan tidak berhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien dengan hemodialisis. Diharapkan kepada pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya di ruangan hemodialisis, melalui pemberian asuhan keperawatan secara holistik biopsiko-sosial pada pasien gagal ginjal sehingga dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan angka harapan
hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Kata kunci: kecemasan, hemodilisis, gagal ginjal.

ABSTRACT
Hemodialysis process in hospital can cause psychological and physical stresses (anxiety) which disturbs the
neurological systems, such as weakness, fatigue, anxiety, and decrease in concentration. The research

objective is to analyze the factors (age, sex, educational level, curing experience, length of therapy, kinds of
cost, and family support) related to the level of anxiety of patients suffering from hemodialysis in RSUD dr.
Pirngadi, Medan. The research is a descriptive cross sectional and the sample is taken by purposive
sampling technique with 62 patients with kidney failures undergoing hemodialysis. Data are analyzed by
using Spearman’s correlation. The instrument is questionnaires on data of demography, factors, and family
support, and the instrument of Spielberger et al (1983) State Trait Anxiety Inventory (STAI) form AState.Based on the statistical test, it is found that the factors related to the level of anxiety of patients
suffering from hemodialysis are age (p = 0.049), curing experience (p = 0.008), length of therapy (p =
0.021), and family support (p = 0.021). Factors of sex, educational level, kinds of cost are not directly
related to the patients’ anxiety. It is expected that the hospital improve the nursing services, especially in the
hemodialysis wards by providing the holistic bio-psycho-social nursing care to the patients with kidney
failures so that it can decrease the anxiety, figure of life expectancy of patients with kidney failures
undergoing hemodialysis.
Keywords: anxiety, hemodialysis, kidney failure.

PENDAHULUAN
Manusia
merupakan
sasaran
pelayanan asuhan keperawatan, manusia
sebagai klien, adalah suatu kesatuan utuh

dari aspek biologi, psikologi, sosial dan
spiritual. Pada praktek keperawatan, perawat

memiliki peran memenuhi kebutuhan dasar
klien secara komprehensif mencakup
kebutuhan aspek biologi, psikologi, sosial
dan spiritual. Gagal ginjal merupakan salah
satu penyakit menakutkan dikarenakan gagal
ginjal
belum
ada
obat
untuk
1

!

Idea Nursing Journal

penyembuhannya.

Terapi
hemodialisis
merupakan salah satu terapi yang dilakukan
oleh penderita penyakit gagal ginjal yang
dilakukan seumur hidup atau sampai
menemukan
pendonor
organ
untuk
transplantasi ginjal. Angka kejadian gagal
ginjal kronik tahun ke tahun semakin
meningkat, penderitanya bisa siapa saja baik
pria maupun wanita, tua maupun muda
bukan jadi ukuran klien yang terkena gagal
ginjal kronik.
Ginjal merupakan organ penting yang
melakukan berbagai fungsi untuk menjaga
darah tetap bersih dan seimbang secara
kimiawi, bila fungsi ginjal di bawah 25%,
maka individu akan mengalami masalah

kesehatan yang berat. Gagal ginjal kronik
(GGK) merupakan kerusakan fungsi ginjal
di mana ginjal tidak dapat membuang racun
dan produk sisa dari darah, ditandai adanya
protein dalam urin serta penurunan laju
filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3
bulan (Black & Hawks, 2009).
Prevalensi dan insidensi gagal ginjal
terus meningkat di dunia. Data dari United
State Renal Data System (USRDS) di
Amerika pada tahun 2009 diperkirakan
terdapat 116.395 orang penderita GGK yang
baru. Lebih dari 380.000 penderita GGK
menjalani hemodialisis reguler (USRDS,
2011). Di Amerika sekitar 20 juta orang
memiliki kerusakan ginjal (American
Nephrology Nurses Association, 2007), dan
lebih dari 470.000 orang hidup dengan
penyakit ginjal tahap akhir. GGK meningkat
secara dramatis selama dekade terakhir,

meningkat dari 261,3 per juta penduduk
pada tahun 2004 dan karena setiap orang
dengan GGK menggunakan sekitar $ 58.000
untuk melakukan pengobatan setiap tahun
sehingga menempatkan beban keuangan
yang signifikan pada sistem kesehatan
United State Renal Data System (USRD).
Data dari Indonesian Renal Registry (IRR),
tahun 2011 di Indonesia terdapat 15.353
pasien yang baru menjalani hemodialisis
(HD), revalensi gagal ginjal kronik
berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
sebesar 0,2%. Sulawesi Utara menempati
urutan ke 4 tertinggi dari 33 provinsi dengan
prevalensi 0,4% pada tahun 2013 (Riskesdas
2013), dan di Indonesia terdapat 244 unit
hemodialisis (IRR, 2013). Hasil survey dari
berbagai pusat dialisis didapatkan kejadian
baru penyakit ginjal yang memerlukan
2

!

Vol. VI No. 3

dialisis sebesar 30.7% per satu juta
penduduk. Berarti setiap tahun diperkirakan
7.400 pasien baru, penyebab gagal ginjal
yang menjalani hemodialisis di Indonesia
adalah glomerulonefritis (46,39%), diabetes
mellitus (18,65 \%), obstruksi dan infeksi
(12,85%), hipertensi (8,46%), penyebab lain
seperti: nefritis lupus, nefropati urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan,
tumor ginjal, dan penyebab yang tidak
diketahui (13,65%) (Pernefri, 2008).
Jumlah pasien penyakit ginjal di
Sumatera Utara menurut data yang diperoleh
dari RSUP H. Adam Malik Medan yang
menjalani hemodialisis rutin pada tahun 2009
adalah 166 orang, data ini meningkat pada

tahun 2013 menjadi 191 pasien. Data di rumah
sakit Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011
tercatat sebanyak 123 pasien, dan meningkat
menjadi 126 orang pada tahun berikutnya,
tahun 2013 tercatat 173 orang dan terakhir
tahun 2014 bulan November tercatat 174
pasien yang rutin menjalani hemodialisis.
Salah satu terapi pengganti pada
pasien GGK adalah dengan hemodialisis
(HD) yang bertujuan menggantikan fungsi
ginjal sehingga dapat memperpanjang
kelangsungan hidup dan memperbaiki
kualitas hidup pada penderita gagal ginjal
kronik. Proses hemodialisis memerlukan
akses vaskular hemodialisis (AVH) yang
cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah
yang cukup besar, diperlukan kecepatan
darah sebesar 200–300 ml/menit secara
terus-menerus selama hemodialis 4-5 jam.
American Journal of Kidney Diseases

(AJKD) merekomendasikan bahwa pasien
GGK stadium 4 dan 5 sudah harus dipasang
akses vaskuler untuk persiapan tindakan
hemodialisis yang berupa kateter subklavia
atau double lumen dan Arteriovenous (Av)
shunt atau cimino (AJKD, 2006).
Pada umumnya, proses hemodialisis
di rumah sakit dapat menimbulkan stres
psikologis (kecemasan) dan fisik yang
mengganggu sistem neurologi seperti
kelemahan, fatigue, kecemasan, penurunan
konsentrasi, disorientasi, tremor, seizures,
kelemahan pada lengan, nyeri pada telapak
kaki, perubahan tingkah laku (Smeltzer &
Bare, 2008). Penelitian Kring et al (2009)
menunjukkan 61 % kecemasan, depresi dan
persepsi kesehatan umum secara signifikan
berkontribusi terhadap kualitas hidup pasien
hemodialisis.


Idea Nursing Journal

Menurut Kaplan dan Sadock (1997)
dalam Lutfa (2008), faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien antara lain Faktor-faktor intrinsic
(Usia, Jenis Kelamin, tingkat pendidikan,
Pengalaman Pasien Menjalani Pengobatan)
dan factor ekstrinsik (lamanya terapi, jenis
pembiayaan dan dukungan keluarga).
Faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan pada pasien yang menjalani HD
antara lain faktor usia. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Lutfa (2008)
menunjukkan untuk hubungan usia pasien
dengan kecemasan diperoleh koefisien r =0.592 dengan nilai p=0.02, arah korelasi
negatif
sehingga
berarti
semakin

bertambahnya usia pasien maka ada
kecenderungan kecemasan pasien semakin
menurun. Gangguan kecemasan dimulai
pada awal masa dewasa, antara usia 15 dan
25 tahun, tetapi angka terus meningkat
setelah usia 35 tahun (Puri et al, 2011).
Faktor jenis kelamin, diperkirakan
jumlah yang menderita kecemasan baik akut
dan kronik mencapai 5% dari jumlah
penduduk, dengan perbandingan antara
wanita dan pria 2 banding 1 (Hawari, 2013).
Penelitian Yeh et al (2008), menunjukkan
wanita lebih beresiko tinggi mengalami stres
terhadap respon gangguan psikis, akan tetapi
mekanisme koping laki-laki lebih tinggi
dalam mengatasi masalah. Penelitian yang
dilakukan Ratnawati (2011) menemukan,
jenis kelamin/gender sangat berhubungan
terhadap respon penyakit, kecemasan, serta
penggunaan koping dalam menghadapi
masalah kesehatan khususnya pada pasien
yang menjalani terapi hemodialisis.
Faktor tingkat pendidikan, yang mana
pendidikan cukup akan lebih mudah
mengidentifikasi stressor dan memengaruhi
kesadaran dan pemahaman tentang stimulus
(Jatman,
2000).
Pengalaman
pasien
menjalani pengobatan konsep diri, peran dan
faktor ekstrinsik (kondisi medis, akses
informasi, proses adaptasi, sosial ekonomi
dan komunikasi teraupetik) (Kaplan &
Sadock (2010). Penelitian Takaki et al
(2003) di Jepang pada pasien yang
menjalani
HD
lebih
dari
setahun
menunjukkan bahwa pasien yang mengalami
gatal karena HD akan lebih depresi dan
cemas dibandingkan pasien HD tanpa reaksi
gatal.
Penemuan
baru
ini
dapat
menyebabkan perkembangan yang spesifik

Vol. VI No. 3

dan intervensi terfokus untuk depresi atau
kecemasan pada pasien perawatan HD.
Penelitian ini juga menunjukkan kecemasan
berkorelasi positif dengan mekanisme
koping.
Dari segi lama menjalani terapi,
kecemasan banyak dialami oleh pasien yang
baru menjalani hemodialisis, hal ini sejalan
dengan penelitian Bay et al (1998), pada 128
pasien yang menjalani hemodialisis kurang
dari satu tahun yang disurvei, ditemukan 40
pasien mengalami cemas berat selama
menjalani hemodialisis. Penelitian Chandra
(2009), menyatakan pasien GGK yang
menjalani hemodialisis di unit hemodialisa
RSPAD Gatot Subroto, pasien yang baru
menjalani hemodialisis merasa cemas akan
penusukan jarum dialisa, melihat darah yang
ada di selang kateter dialisa, suara alarm unit
dialisa yang berbunyi, cemas sampai kapan
penyakitnya dapat diatasi.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang menggunakan desain
penelitian deskriptif “cross sectional”, yaitu
metode dengan tujuan mencari faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
tingkat
kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan (Notoatmodjo, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah
klien
rawat
jalan
yang
menjalani
hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
pada Desember 2014 sebanyak 176 pasien.
Penelitian
ini
menggunakan
teknik
purposive sampling yaitu penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai dengan kriteria inklusi yaitu
1). Pasien yang menjalani hemodialisis dan
bersedia menjadi responden, 2). Tidak
terjadi penurunan kesadaran, 3). Umur diatas
20 tahun, 4). Lama terapi hemodialisis 0-12
bulan, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili
karakteristik
populasi
(Notoatmodjo, 2002).
Instrument penelitian meng-gunakan
kuesioner tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan
berupa lembar ceklist dan kuesioner kedua
adalah pernyataan untuk mengidentifikasi
dukungan
keluarga
pasien
dalam
menghadapi proses hemodialisis, kusioner
mengukur
tingkat
kecemasan
yaitu
instrumen Spielberger et al. (1983) State
3

Idea Nursing Journal

Trait Anxiety Inventory (STAI) Form A-State
dengan pilihan jawaban “tidak pernah”,
“kadang-kadang”,“sering”, dan “selalu/terus
menerus”.
Data yang telah dikumpulkan diolah
dengan cara Editing, Coding, Entry data
dimana pada langkah proses ini peneliti
memasukkan data ke dalam komputer untuk
keperluan analisis dengan menggunakan
program komputer. Proccessing data hasil
penilaian tiap-tiap variabel pada lembar
observer dalam bentuk “kode” (angka atau
huruf) dimasukkan kedalam program atau
software komputer.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah
pasien yang menjalani hemodialisis di
ruang terapi hemodialisis RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil
pengumpulan data didapatkan bahwa
responden paling banyak bekerja sebagai
wiraswasta 38 orang (61.3%). Status
perkawinan responden paling banyak
kawin 52 orang (83.9%). Penghasilan

Vol. VI No. 3

responden paling banyak < Rp. 1 juta 35
orang (56.5%). Penyakit penyerta
responden paling banyak menderita
hipertensi 25 orang (40.3%). Akses
vaskuler yang digunakan responden
paling banyak dengan cimino 27 orang
(43.5%).
Berdasarkan
hasil
uji
korelasi
Spearman, ada hubungan usia dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisis
diengan nilai signifikansi p = 0.049 dan r =
0.250. Tidak ada Hubungan jenis kelamin
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
hemodialisis dengan hasil uji Spearman
didapat nilai signifikansi p = 0.507 dan r =
0.86. Tidak ada hubungan tingkat
pendidikan
pasien
dengan
tingkat
kecemasan pasien hemodialisis dengan hasil
uji Spearman didapat nilai signifikansi p =
0.563 dan r = 0.75. Ada hubungan
pengalaman pengobatan pasien dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisis
dengan hasil uji Spearman didapat nilai
signifikansi p = 0.008 dan r = 0.334.
Ada hubungan lama terapi pasien
dengan
tingkat
kecemasan
pasien

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Pasien Hemodialisis (N=62).

No.
1

2

3

4

5

4
!

Karakteristik Responden
Pekerjaan
- PNS
- Petani
- Karyawan
- Wiraswasta
Status perkawinan
- Kawin
- Tidak kawin
- Janda/duda
Penghasilan
- < Rp.1.000.000,- Rp.1.000.000 - Rp.3.000.000,
Penyakit Penyerta
- Diabetes Melitus
- Hipertensi
- Asam Urat
- Batu Ginjal
- dan lain-lain
Akses Vaskuler
- Cimino
- Double lumen
- Vena Femoralis

Frekuensi (F)

Persentase (%)

9
3
12
38

14.5
4.8
19.4
61.3

52
6
4

83.9
9.7
6.4

35
27

56.5
43.5

16
25
1
6
14

25.8
40.3
1.6
9.7
22.6

27
11
24

43.5
17.8
38.7

Idea Nursing Journal

Vol. VI No. 3

hemodialisis dengan hasil uji Spearman
didapat nilai signifikansi p = 0.021 dan r =
0.292.
Tidak
ada
hubungan
jenis
pembiayaan pengobatan pasien dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisis
dengan hasil uji Spearman didapat nilai
signifikansi p = 0.430 dan r = 0.102. Ada
hubungan dukungan keluarga pasien dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisis
dengan hasil uji Spearman didapat nilai
signifikansi p = 0.021 dan
r = -0.292.
Uraian
hasil
penelitian
responden
berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hubungan Faktor-Faktor dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan (N=62)
Variabel
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
tingkat kecemasan
pasien hemodialisis
Usia
Jenis kelamin
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Pengobatan
Lama Terapi
Jenis Pembiayaan
Dukungan Keluarga

Tingkat
Kecemasan
p.value
R

*0,049
0,507
0,563
*0,008
*0,021
0,430
*0,021

0,250
0,086
0,075
0,334
0,292
0,102
-0,292

Berdasarkan hasil penelitian didapati
pasien mengalami kecemasan ringan
sebanyak 6 orang (9.7%), kecemasan sedang
sebanyak 32 orang (51.6%), sisanya adalah
kecemasan berat sebanyak 24 orang
(38.7%). Uraian hasil penelitian responden
berdasarkan tingkat kecemasan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat
Kecemasan Pasien Hemodialisis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan (N=62)
No
Kecemasan
F
P
1
Kecemasan ringan
6
9.7
2
Kecemasan sedang
32
51.6
3
Kecemasan berat
24
38.7
Jumlah
62
100

PEMBAHASAN
Salah satu masalah yang dialami
seseorang ketika sakit adalah kecemasan,
jika seseorang tersebut harus menjalani salah
satu terapi yang direkomendasi medis yaitu
hemodialisis. Pasien hemodialisis sering
memikirkan berbagai kemungkinan buruk,
karena bisa saja terjadi hal yang akan
membahayakan bagi dirinya sendiri. Oleh
karena itu tak heran jika seringkali pasien
dan keluarganya menunjukkan sikap yang
agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami (Asmadi, 2008).
Faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan pada pasien yang menjalani HD
antara lain faktor usia. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Lutfa (2008) menunjukkan
untuk hubungan usia pasien dengan
kecemasan diperoleh koefisien r =-0.592
dengan nilai p=0.02, arah korelasi negatif
sehingga berarti semakin bertambahnya usia
pasien maka ada kecenderungan kecemasan
pasien semakin menurun. Gangguan
kecemasan dimulai pada awal masa dewasa,
antara usia 15 dan 25 tahun, tetapi angka
terus meningkat setelah usia 35 tahun (Puri
et al, 2011).
Faktor jenis kelamin, diperkirakan
jumlah yang menderita kecemasan baik akut
dan kronik mencapai 5% dari jumlah
penduduk, dengan perbandingan antara
wanita dan pria 2 banding 1 (Hawari, 2013).
Penelitian Yeh et al (2008), menunjukkan
wanita lebih beresiko tinggi mengalami stres
terhadap respon gangguan psikis, akan tetapi
mekanisme koping laki-laki lebih tinggi
dalam mengatasi masalah. Penelitian yang
dilakukan Ratnawati (2011) menemukan,
jenis kelamin/gender sangat berhubungan
terhadap respon penyakit, kecemasan, serta
penggunaan koping dalam menghadapi
masalah kesehatan khususnya pada pasien
yang menjalani terapi hemodialisis.
Faktor tingkat pendidikan, yang mana
pendidikan cukup akan lebih mudah
mengidentifikasi stressor dan memengaruhi
kesadaran dan pemahaman tentang stimulus
(Jatman,
2000).
Pengalaman
pasien
menjalani pengobatan, konsep diri, peran
dan faktor ekstrinsik (kondisi medis, akses
informasi, proses adaptasi, sosial ekonomi
dan komunikasi teraupetik) (Kaplan &
Sadock (2010). Penelitian Takaki et al
(2003) di Jepang pada pasien yang menjalani
5

Idea Nursing Journal

HD lebih dari setahun menunjukkan bahwa
pasien yang mengalami gatal karena HD
akan lebih depresi dan cemas dibandingkan
pasien HD tanpa reaksi gatal. Penemuan
baru ini dapat menyebabkan perkembangan
yang spesifik dan intervensi terfokus untuk
depresi atau kecemasan pada pasien
perawatan HD. Penelitian ini juga
menunjukkan kecemasan berkorelasi positif
dengan mekanisme koping.
Dari segi lama menjalani terapi,
kecemasan banyak dialami oleh pasien yang
baru menjalani hemodialisis, hal ini sejalan
dengan penelitian Bay et al (1998), pada 128
pasien yang menjalani hemodialisis kurang
dari satu tahun yang disurvei, ditemukan 40
pasien mengalami cemas berat selama
menjalani hemodialisis. Penelitian Chandra
(2009), menyatakan pasien GGK yang
menjalani hemodialisis di unit hemodialisa
RSPAD Gatot Subroto, pasien yang baru
menjalani hemodialisis merasa cemas akan
penusukan jarum dialisa, melihat darah yang
ada di selang kateter dialisa, suara alarm unit
dialisa yang berbunyi, cemas sampai kapan
penyakitnya dapat diatasi.
Angka kejadian kecemasan yang
terjadi baik di dunia maupun di Indonesia
sangat terlihat, dibuktikan dengan beberapa
penelitian yang memaparkan jumlah pasien
yang menjalani hemodialisis dan mengalami
kecemasan. Penelitian yang dilakukan di RS
Universitas Kristen Indonesia menemukan
bahwa dari 54 pasien hemodialisis yang
diteliti, didapati 28 responden menderita
kecemasan ringan dan 26 pasien menderita
kecemasan sedang (Luana, Panggabean,
Lengkong & Christine, 2012).
Penelitian Takaki (2003) di Jepang
menyebutkan pasien yang menjalani
hemodialisis mengalami kecemasan ringan
65,9%, kecemasan sedang 12,8% dan
kecemasan berat 4,2%. Squalli (2005) di
Rumania menemukan angka kejadian
kecemasan yang tinggi pada pasien Penyakit
Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisis
yaitu sebesar 69,3%. Penelitian Dumitrescu
(2009) di Rumania pada pasien yang
menjalani
hemodialisis
mengalami
kecemasan sebesar 85,1%. Penelitian Kohli
(2011). Di India pada pasien yang menjalani
terapi hemodialisis mengalami kecemasan
sebanyak 86,7%.
Penelitian
Situmorang
(2007),
menyatakan pasien yang menjalani tindakan
6
!

Vol. VI No. 3

hemodialisis lebih dari 20 kali seringkali
mengalami kecemasan karena hal-hal berikut
ini yaitu masalah akses vaskuler, lamanya
tindakan hemodialisis dan akibat yang
dirasakan saat hemodialisis berlangsung
seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala,
mual, muntah dan nyeri dada.
Hasil penelitian faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan
adalah usia, pengalaman pengobatan, lama
terapi dan dukungan keluarga. Hasil uji
Spearman didapat ada hubungan usia pasien
dengan kecemasan pasien hemodialisis di
RSUD Dr.Pirngadi Medan. Hasil penelitian
ini hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan Santoso (2008) menunjukan ada
hubungan yang signifikan antara umur
dengan tingkat kecemasan dengan X2 =
10.503 dk = 2 dan p = 0.000. Ada hubungan
pengalaman pengobatan pasien dengan
kecemasan pasien hemodialisis di RSUD
Dr.Pirngadi Medan. Hal sejalan dengan
penelitian
Romani
(2009)
di
unit
hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten menunjukkan terdapat hubungan
pengalaman pengobatan dengan tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal kronik.
Ada hubungan lama terapi pasien
dengan kecemasan pasien hemodialisis di
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Yandrita (2010)
tentang hubungan lamanya menjalani terapi
hemodialisis dengan tingkat kecemasan
pasien di ruangan hemodialisis RSUP M.
Djamil Padang.
Ada hubungan dukungan keluarga
pasien
dengan
kecemasan
pasien
hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Krunwiede et al (2004) meneliti dan
menemukan bahwa dukungan keluarga yang
memberikan perasaan dihargai pada pasien
berupa menyediakan informasi, membantu
mengatasi masalah dan perduli, mengelola
ketidakpastian dan mempertahankan harapan
hidup. Hal ini diterapkan terutama untuk
pasien yang
merasa sangat terganggu
dengan diagnosis dan program pengobatan
mereka, termasuk ketakutan kematian.
Menurut Maslow, dukungan keluarga
termasuk ke dalam kebutuhan kasih sayang
dan kebutuhan harga diri. Manusia

Idea Nursing Journal

bertingkah laku karena adanya kebutuhan
yang harus dipenuhi. Jika terpenuhinya suatu
kebutuhan, maka akan menimbulkan
kepuasan dan motivasi untuk ingin
memenuhi pada jenjang berikutnya.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa :
1. Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor
yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan adalah usia, pengalaman
pengobatan, lama terapi dan dukungan
keluarga.
2. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui
juga bahwa tidak ada hubungan faktor
jenis kelamin, tingkat pendidikan jenis
pembiayaan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Banyak faktor yang
berhubungan dengan kecemasan pasien,
menurut Hawari (2011), mekanisme
terjadinya cemas yaitu psiko-neuroimunologi
atau
psiko-neuroendokrinolog. Akan tetapi tidak semua
orang
yang
mengalami
stressor
psikososial akan mengalami gangguan
cemas.
3. Hasil uji statistik diketahui kecemasan
pasien
hemodialisis
di
RSUD
Dr.Pirngadi Medan yang mengalami
tingkat kecemasan ringan 6 orang
(9.7%), kecemasan sedang sebanyak 32
orang (51.6%) dan kecemasan berat
sebanyak 24 orang (38.7%). Menurut
analisa
penulis
tingginya
angka
kecemasan pada pasien hemodialisis
dari hasil ini tidak terlepas dari hasil
penelitian
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien saat menjalani hemodialisis.
REKOMENDASI
1. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan
rumah
sakit
dapat
meningkatkan
pelayanan keperawatan, khususnya di
ruangan hemodialisis. Melalui pemberian
asuhan keperawatan secara holistik biopsiko-sosial pada pasien gagal ginjal
dapat mengurangi kecemasan dan

Vol. VI No. 3

meningkatkan angka harapan hidup
pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis.
2. Pasien dapat meningkatkan pengetahuan
tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan dan dapat
menambah pengetahuan terhadap proses
hemodialisis. Keluarga pasien diharapkan
dapat lebih memahami peran dan fungsi
sebagai pemberi dukungan kepada pasien
yang menjalani terapi hemodialisis.
Dukungan keluarga merupakan salah satu
poin penting yang harus selalu diberikan
kepada pasien.
3. Perawat dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan sumber daya manusia
sehingga memberikan masukan dalam
pelayanan asuhan keperawatan baik fisik
maupun psikologis pasien sebelum
melakukan prosedur hemodialisis pada
pasien hemodialisis.
4. Peneliti
berikutnya
yang
ingin
mengadakan penelitian serupa agar dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini untuk
dijadikan dasar penelitian selanjutnya.
KEPUSTAKAAN
Andri, (2012). Aspek Psikososial Pasien
Gagal
Ginjal.
Diakses
dari
http://kesehatan.kompasiana.com/keji
waan/2012/07/08/476262.html.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Cetakan 13.
Edisi Revisi IV. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Asmadi.
(2008).
Teknik
Prosedural
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi.
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Azwar. A, Prihartono. J. (2003). Metodologi
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta:Binurupa Aksara.
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y.
(2008). Seri Asuhan Keperawatan:
Klien Gangguan Ginjal. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Basford, L. (2006). Teori dan Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Battistella, M. (2012). Management of
Depression in Hemodialysis Patient.
The CANNT Journal, Volume 22,
Issue 3.
Black, J. M., Hawks, J. H. (2009). Medical
Surgical
Nursing
Clinical
7

Idea Nursing Journal

Management for Passitive Outcame 8
th
Edition.
Philadelphia:
W.B
Saunders Company.
Cahyaningsih, N., 2008. Hemodialisis (Cuci
Darah). Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa
keperawatan Rencana asuhan dan
dokumentasi keperawatan. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Davidson., Reickmann., Rapp. (2005).
Psikologi Abnormal. Edisi 9. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta.
Doengoes, M. E., Townsend, M. C., &
Moorhouse, M. F. (2006 ) Rencana
Asuhan Keperawatan Psikiatrik. Ed.3.
Jakarta: EGC.
Hastono, S. P., (2001). Analisis Data.
Jakarta: Penerbit Pustaka Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI.
Hawari, D. (2014). Manajemen stres, cemas
dan depresi. Edisi kedua cetakan
keempat. Jakarta: FKUI.
Ibrahim, K. (2005). Kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialysis. Majalah Kedokteran
Bandung, 37(3): 99-104
Ignatavicius, D. & Workman, M.L. (2006).
Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative. Piladelphia:
J.B Lippincott.
Iskandarsyah, A. (2006). Hubungan antara
health locus of control dan tingkat
depresi pada pasien gagal ginjal
kronis di RS. NY. R.A. Habibie
Bandung.
Laporan
Penelitian.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran Bandung
Kalender, B., Ozdemir, A. C., Dervisoglu,
E., & Ozdemir, O. (2007). Quality of
life in chronic kidney disease: Effects
of treatment modality, depression,
malnutrition
and
Inflammation.
International Journal of Clinical
Practice, 61,569-576.
Kaplan J.B., & Sadock T.C. (1997). Sinopsis
Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klini, Edisi ketujuh. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Kaplan. (1998). Fundamental of nursing: the
art and science of nursing care. St.
Louis: Missouri.
8
!

Vol. VI No. 3

Kapojos, Suwitra, K., & Susalit, E. (2003).
Hipertensi Sekunder. Dalam: Suyono,
S. dkk. Editor: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Keliat, B. A. (1999). Penatalaksanaan
Stress. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Kozier B., & Erb, G. (1991). Fundamentals
of Nursing: Conxcepts and Procedurs,
Addition
Wesley-Publishing
Company-California.
Kring, D. L., Crane, Patricia, B. (2009).
Factors Affecting Quality of Life In
Persons on Hemodialysis. Nephrology
Nursing Journal. Volume: 36. Edisi: 1
Halaman: 15-24, 55
Kring, D. L. (2006). An exploration of the
good death. Advances in Nursing
Science, 29. E12-E24.
Kurasein N. D, Faktor faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
Pasien yang Akan Menjalani Operasi
Di RSU Fatmawati Tahun 2009.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 61-88
Luana NA, Panggabean S, Lengkong J.V.M,
Christine I. (2012) Kecemasan Pada
Penderita Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RS
Universitas Kristen Indonesia Tahun
2012. Media medika Indonesiana.
2012: 46:153
Maramis, W.E (1998). Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nursalam., & Pariani, S. (2001). Pendekatan
Praktis
Metodologi
Riset
Keperawatan. Jakarta: Indomedika.
Nursalam., Fransisca, B. B. (2009). Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan
Sistem
Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi
penelitian Kesehatan. Cetakan Kedua.
Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Perhimpunan
Nefrologi
Indonesia
(PERNEFRI). (2003). Penyakit Ginjal
Kronik dan Glomerulopati: Aspek
Klinik dan Patologi Ginjal. Jakarta:
PERNEFRI.

Idea Nursing Journal

Potter, P.A., & Perry,A.G. (2005).
Fundamental of Nursing Concept,
Process and Practice. 4th Edition. St
Louis: Mosby Company.
Price, A. S., Wilson M. L. (2006).
Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Alih Bahasa: dr.
Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC
Puri, B. K., Laking, P. J, dan Treasaden, I.
H. ( 2011 ). Buku Ajar Psikiatri. Ed.2.
Jakarta; EGC.
Purba, J.M., Wahyuni S. E., Daulay, W.
Nasution, M. L. (2008). Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan
Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan : USU Pers.
Ratnawati, L. (2011). Hubungan antara
Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Depresi pada Pasien Gagal Ginjal
yang menjalani Terapi Hemodialisis
di RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo.
Jurnal
Health
and
sport.
2011:3:285-362.
Romani N. K, Hendarsih, S., Asmarani F. L.
(2013). Hubungan Mekanisme Koping
Individu Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Di
Unit Hemodialisa Rsup Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Medika respati.
2013:8(1):12.
Santos, P.R. (2011). Depression and quality
of life of hemodilysis patients living in
a poor region of Brazil. Journal Rev
Bras Psiquiatr. 33:332-337.
Santoso B. (2008). Hubungan antara
Karakteristik
Demografi
dengan
Kecemasan Pasien Pra Operasi di
Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen
Tahun 2008. jurnal. Sragen: Akademi
Keperawatan Yappi Sragen.
Saputri VW. (2013). Faktor-faktor yang
berhubungan
dengan
tingkat
kecemasan pada pasien hemodialis di
ruangan hemodialisis RSI Rahmah
Padang.
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan Padang. 2013.
Septiwi,
Amelia.
(2010).
Efektifitas
Pemakaian Ulang Ginjal Buatan.
Jurnal Kedokteran YARSI. Volume 16
(2): 098-102.
Smeltzer, S.C. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Medical bedah (Edisi 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Vol. VI No. 3

Spielberger, C.D. (1966). Anxiety And
Behaviuor. New York: Academic
Press Ltd.
Stuart, R. F., & Sundeen, P. C. (1998). Buku
Saku
Keperawatan
Jiwa.
Diterjemahkan oleh Achir Yani S
Jakarta: EGC.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata,M., Setiati, S. (2009).
Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid
II, edisi 5, interna publishing. Jakarta.
Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Taylor, S. E. (2006 ). Health Psychology.
(6th. Ed), Singapore: Mc. Graw Hill
Book Company.
Takaki J, Nishi T, Shimoyama H, Inada
T, Matsuyama N, Kumano H, Kuboki
T
(2003). Interactions Among a
Stressor, Self-efficacy, Coping With
Stress, Depression, and Anxiety in
Maintenance Hemodialysis Patients.
Medical Sciences-Psychiatry And
Neurology. Volume: 29. Edisi: 3.
Halaman: 107-129.
Tzu, H., & Tel, H. (2010). Quality of Life
and Social Support in Hemodialysis
Patients. Pak J Med Scl, Volume 27
no 1, 64-67.
Vázquez, I., Valderrábano, F., Fort, J., Jofré,
R., López, G. J.M., Moreno, F, Sanz,
G. D. (2004). Psychosocial Factors
and Health-Related Quality of Life in
Hemodialysis
Patients.
Spanish
Cooperative Renal Patients Quality of
Life Study Group. Volume: 14. Edisi:
1 Halaman: 179-90.
Ventegodt, merrick dan Anderson. (2003)
.Qol I. the IQOL theory of global
quality of live concept. The Scientific
World Journal. Volume: 3. Halaman
1030-1040.
Wijaya, A. (2004). Kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis
dan
mengalami
depresi. Jurnal FIK Universitas
Indonesia volume 6.

9