Analisis Penerimaan Pengusaha Ukm Muslim Terhadap Institusi Perbankan Dikota Pematang Siantar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sejak awal ’70-an, gerakan Islam ditingkat nasional telah memasuki bidang

ekonomi

dengan diperkenalkannya sistem ekonomi Islam, sebagai alternatif

terhadap sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Wacana sistem ekonomi Islam itu
diawali dengan konsep ekonomi dan bisnis nonribawi. Sebenarnya sistem
ekonomi Islam itu mencakup semua aspek ekonomi sebagaimana telah
dirumuskan secara komprehensif oleh Umer Chappra dalam bukunya, The Future
of Economics. Namun dewasa ini terkesan bahwa ekonomi Islam itu identik
dengan konsep tentang sistem keuangan dan perbankan.
Di Mesir atas prakarsa Dr. Ahmad Najjar, dibentuk sebuah lembaga
keuangan pedesaan yang bernaman Bank Mit Ghamr pada awal tahun ’60-an.
Bank Mit Ghamr merupakan bank nonribawi yang menjadi sebuah contoh inisiatif

masyarakat, dari ide seorang cindikiawan, untuk melaksanakan syariat Islam
(Adiwarman Karim, 2007:23). Bank itu memang kemudian ditutup untuk alasan
politik di bawah rezim Jamal Abdul Nasr. Ini juga merupakan contoh dimana
sebuah negara ikut campur tangan dalam pelaksanaan ekonomi Islam, bukan
mendukung tetapi malah membubarkannya.
Salah satu tonggak perkembangan perbankan Islam di Dunia adalah
didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975, yang berpusat di
Jeddah. Islamic Development Bank yang fungsinya menyerupai Bank Dunia (The
World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (ADB, Asian Development Bank) ini

Universitas Sumatera Utara

dibentuk oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang anggotannya terdiri dari
negara Islam, termasuk Indonesia. IDB menyediakan bantuan finansial untuk
pembangunan negara-negara anggotanya, membantu negara-negara yang menjadi
anggotanya untuk mendirikan bank Islam dinegaranya masing-masing, dan
memainkan peranan penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan
keuangan Islam.
Perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang pesat dan
menyebar dibanyak negara, bahkan di negara-negara barat. The Islamic Bank

International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi
di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark (Erik Trolle-schultz, 1986:43-52.
Adiwarman karim,2007). Saat ini bank-bank besar dari negara barat, seperti
Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattam Bank dan Jardine Fleming telah
membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang
sesuai dengan syariat Islam.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan
dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif
yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi
prinsip-prinsip syariah. Bank syariah pertama yang berdiri adalah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada tahun 1992. Walaupun eksistensi perbankan syariah di
Indonesia berjalan lambat, tetapi perbankan syariah di Indonesia akan terus
berkembang. Eksistensi perbankan syariah dapat dilihat pada table 1.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Eksistensi Bank Syariah di Indonesia dan Sumatera Utara Tahun 2015

1


PT Bank Syariah Muamalat Indonesia



Sumatera
Utara


2

PT Bank Syariah Mandiri





3

PT Bank Syariah Mega Indonesia






4

PT Bank Syariah BRI





5

PT Bank Syariah Bukopin






6

PT Bank Panin Syariah





7

PT Bank Victoria Syariah



8

PT Bank BCA Syariah




9

PT Bank Jabar dan Banten Syariah



10

PT Bank Sumut Syariah





11

PT Bank Syariah BNI






12

PT Maybank Indonesia Syariah





12

10

No

Bank Umum Syariah

Indonesia


JUMLAH



Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia
Table 1.1 menunjukkan eksistensi perbankan syariah di Indonesia dan di
Sumatera Utara. Dari 12 perbankan syariah yang ada di Indonesia ternyata
sebanyak 10 bank atau 83 % ada dan beroperasi di Sumatera Utara. Dengan kata
lain, hampir semua perbankan syariah yang ada beroperasi di daerah Sumatera
Utara karena hanya 2 saja (PT Bank Victoria Syariah dan PT Bank Jabar dan
Banten Syariah) yang tidak / belum beroprasi di Sumatera Utara. Kondisi ini lebih
sempurna lagi karena masih ada 13 Unit Usaha Syariah yang juga memberikan
layanan dan fasilitas kepada masyarakat Sumatera Utara termasuk para pengusaha
UKM. Eksistensi perbankan syariah sebanyak 10

bank dan 13 Unit Usaha

Universitas Sumatera Utara


Syariah bersama puluhan perbankan konvensional di Sumatera Utara diyakini
memberi corak beragam khususnya dalam hal pendanaan dan pembiayaan UKM.
Pematang Siantar atau yang biasa disingkat Siantar merupakan salah satu
kota di Provinsi Sumatera Utara terbesar kedua setelah Kota Medan. Posisi
koordinatnya adalah 2°53′20” - 3°01′00” LU dan 99°1’00” - 99°6′35” BT. Berada
di tengah- tengah Kabupaten Simalungun dengan luas daratan sebesar 79,971 Km²
terletak 400-500 meter diatas permukaan laut (pematangsiantarkota.go.id). Kota
Pematang Siantar yang berjarak 128 km dari Kota Medan dan 50 km dari Parapat
sering menjadi tempat peristirahatan bagi para wisatawan yang ingin menuju ke
Danau Toba.
Kota Pematang Siantar merupakan tempat yang strategis karena berada di
jalur perlintasan Kabupaten Simalungun. Maka dari itu, kota ini potensial menjadi
pintu gerbang kegiatan ekonomi domestik jika dilihat dari tata letak geografisnya,
dengan demikian Kota Pematang Siantar

bisa menyaingi Kota Medan yang

merupakan salah satu kota yang menjadi pusat perekonomian di Sumatera Utara.
Kota Pematang Siantar dipimpin oleh seorang walikota. Secara administratif,
Pematang Siantar terdiri atas 8 kecamatan, dengan memiliki jumlah penduduk

sebanyak 259.809 jiwa (2014). Selama tahun 2014 perekonomian Kota Pematang
Siantar tumbuh sebesar 5,16 % (pematangsiantarkota.go.id).
Pertumbuhan ini berkaitan dengan terjadinya arus dana, baik dari
masyarakat maupun dunia usaha. Terutama realisasi kredit usaha rakyat dari pihak
perbankan untuk Kota Pematang Siantar yang terus mengalami peningkatan hal
ini dapat dilihat pada data tabel 1.2.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaan kegiatannya usaha kecil menengah (UKM) erat
kaitannya dengan lembaga keuangan yaitu perbankan, baik untuk menyimpan
hasil usahanya yang berupa uang ataupun mendapatkan kredit modal untuk
memulai suatu usaha serta untuk melakukan ekspansi usaha. Semua pihak harus
berkerjasama dan saling membantu satu sama lain, sehingga sasaran dan tujuan
pengembangan UKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi tercapai dengan
efektif.
Sementara di Indonesia terkhususnya Kota Pematang Siantar masih banyak
perbankan yang masih berbasis bunga yang termasuk riba. Dalam agama Islam,

riba termasuk hal yang diharamkan oleh agama Islam, hal ini sejalan dengan
keluarnya fatwa MUI 16 Desember 2003 yang mengharamkan Bunga Bank. Salah
satu alternatif para pelaku usaha Muslim dalam menanggulangi masalah riba
dalam perbankan adalah beralih dari perbankan konvensional kepada perbankan
yang berbasis syariah.
Eksistensi perbankan syariah serta Unit Usaha Syariah di Kota Pematang
Siantar terbilang lambat bila dibandingkan dengan eksistensi bank syariah di
Sumatera Utara. Dari 10 perbankan syariah yang beroperasi di Sumatera Utara,
baru 5 perbankan syariah saja yang beroperasi di Kota Pematang Siantar yang
berarti dari sedemikian banyak perbankan syariah yang ada di Indonesia hanya
41% yang beroperasi di Kota Pematang Siantar. Eksitensi perbankan Syariah yang
ada di Kota Pematang Siantar dapat dilihat pada tabel 1.3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.3
Eksistensi Bank Syariah di Sumatera Utara dan di Kota Pematang
Siantar Tahun 2015

1

PT Bank Syariah Muamalat Indonesia



Pematang
Siantar


2

PT Bank Syariah Mandiri





3

PT Bank Syariah Mega Indonesia





4

PT Bank Syariah BRI





5

PT Bank Syariah Bukopin



6

PT Bank Panin Syariah



7

PT Bank Victoria Syariah

8

PT Bank BCA Syariah

9

PT Bank Jabar dan Banten Syariah

10

PT Bank Sumut Syariah



11

PT Bank Syariah BNI



12

PT Maybank Indonesia Syariah



No

Bank Umum Syariah

JUMLAH

Sumatera Utara



10



5

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

Dengan adanya 2 sistem perbankan di Kota Pematang Siantar yaitu sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah diyakini menimbulkan
konsekuensi kepada para pengusaha UKM khususnya pengusaha Muslim yang
sangat di tuntut agar tidak terlibat dengan riba. Pengusaha Muslim dengan
sendirinya diyakini terklasifikasi kepada 4 golongan berdasarkan sumber dana /
kredit / pembiayaan yang mereka gunakan. Empat golongan ini adalah :
1.

Pengusaha Muslim yang sama sekali tidak terlibat dengan bank
manapun (Gol. A)

2.

Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional
saja (Gol. B)

Universitas Sumatera Utara

3.

Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja
(Gol. C)

4.

Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional
dan perbankan syariah (campuran) (Gol. D)

Penyebab timbulnya 4 golongan pengusaha muslim berasal dari dua sisi.
Pertama, unsur keimanan dam ketaatan pada agama menyebabkan pengusaha
berbeda dalam tindakan dan pilihan. Kedua, unsur tarikan dari pihak perbankan
konvensional versus perbankan syariah dalam memperebutkan market share
menyebabkan pengusaha dengan sendirinya terpecah atau terklasifikasi.
Dengan kata lain eksistensi 2 sistem perbankan yang berbeda di tengah
masyarakat Pematang Siantar yang masyarakatnya mayoritas Muslim berjumlah
57,36%

dari

total

penduduknya

(http://simalungunkab.go.id),

diyakini

menimbulkan konsekuensi yang sangat luas dan beragam sehingga relative
menarik diteliti secara ilmiah. Maka dari itu untuk mengetahui tingkat penerimaan
pengusaha Muslim terhadap perbankan dalam satu daerah yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Penerimaan Pengusaha UKM Muslim Terhadap
Institusi Perbankan di Kota Pematang Siantar”.
1.2

Perumusan Masalah
Dari beberapa penjelasan dilatar belakang, maka perumusan masalah yang

ingin diteliti pada tulisan ini adalah :
1.

Bagaimana profil pengusaha UKM di Kota Pematang Siantar?

Universitas Sumatera Utara

2.

Bagaimana tingkat penerimaan pengusaha UKM Muslim Kota
Pematang Siantar terhadap institusi perbankan ?

3.

Faktor-faktor apa saja yang membuat pengusaha UKM Muslim
menerima

institusi perbankan syariah atau konvensional di Kota

Pematang Siantar?
1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian yang bersifat eksploratif serta menggunakan data-data primer ini

bertujuan :
1.

Untuk mengetahui bagaimana profil pengusaha UKM di Kota
Pematang Siantar.

2.

Untuk mengetahui tingkat penerimaan pengusaha UKM Muslim Kota
Pematang Siantar terhadap institusi perbankan.

3.

Untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat pengusaha UKM
Muslim menerima

institusi perbankan syariah di kota Pematang

Siantar.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diyakini bermanfaat luas terutama bagi :
1.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan
bahan pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan
khususnya yang berkaitan dengan pengembangan UKM khususnya di
Kota Pematang Siantar.

Universitas Sumatera Utara

2.

Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya, yakni sebagai alat
dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan peningkatan
dan perluasan layanan bagi masyarakat khususnya para pengusaha
UKM.

3.

Pengusaha UKM, yakni sebagai data dan informasi kearah
introspeksi dan pengembangan diri dan usaha yang lebih baik serta
kontributif.

4.

Dunia Akademik, yakni sebagai data, informasi, bahan acuan, bahan
perbandingan dan lain-lain terutama bagi mahasiswa, dosen, dan
civitas akademik lainnya.

5.

Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam
menentukan keputusan dan kegiatan terutama yang berkaitan dengan
bisnis dan perbankan.

Universitas Sumatera Utara