Bentuk dan Perilaku Hedonisme Dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata: Analisis Sosiologi Sastra

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan refleksi pengarang atau masyarakat yang ada di
sekitar pengarang. Oleh karena itu, karya sastra dapat dijadikan acuan dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui sebuah karya sastra seorang pengarang
menyalurkan karya imajinatifnya agar dapat menyampaikan pesan dan
gambaran tertentu kepada pembaca. Sebagai karya imajinatif, sastra fiksi
menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan serta hidup dan
kehidupan.
Hakikat karya sastra adalah karya sastra mempunyai misi tertentu
menyangkut persoalan kehidupan manusia.
Demikian juga novel menceritakan kehidupan yang terjadi dalam
masyarakat seperti masalah sosial yang tercakup di dalamnya masalah agama,
adat istiadat, pendidikan, ekonomi, dan politik. Novel mampu menggambaran
kehidupan masyarakat yang luar biasa. Sebuah kehidupan yang dapat dijadikan
sebagai cerminan bagi pembaca dalam mengambil pelajaran akan sikap hidup
yang dikandungnya.
Dalam novel muncul kejadian-kejadian yang membuat tokoh dalam cerita
bisa bersikap bijaksana atau bisa mengambil sikap yang sesuai dalam

menghadapi pertikaian yang akan mengubah nasib mereka.
1
Universitas Sumatera Utara

Novel merupakan salah satu dari karya sastra. Novel adalah cerita fiksi
dalam bentuk tulisan dan mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sebuah
novel menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan masyarakat sekitar. Permasalahan dalam masyarakat berupa
pandangan hidup manusia, satu diantaranya mencintai kehidupan keduniawian,
kecendrungan mencintai keduniaan itu disebut hedonisme. Gambaran kehidupan
dalam karya sastra (novel) hadir dari wujud pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki oleh pengarang dan juga imajinasi pengarang. Pelibatan pengalaman
dan pengetahuan yang dimiliki oleh pengarang membuat karya sastra yang
diciptakannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial budaya yang
melatarabelakangi terciptanya karya tersebut. Sastrawan adalah anggota
masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Karya sastra ciptaan sastrawan
menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan sendiri adalah suatu
kenyataan sosial. Kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antara
masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antar peristiwa- peristiwa
yang terjadi dalam batin seseorang (Damono, 1978:1). Beberapa konteks

kehidupan masyarakat yang ada di dalam karya sastra dapat menggambarkan
kesadaran sosial tertentu yang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari realitas
kehidupan sosial-masyarakat.
Sastra memang bukan kenyataan sosial tetapi sastra hadir berdasarkan
kenyataan sosial. Untuk mempelajari sastra yang berkaitan dengan gejala sosial
perlu digunakan ilmu lain yaitu sosiologi. Pendekatan terhadap sastra yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini disebut sosiologi sastra
2
Universitas Sumatera Utara

(Damono, 1978:2). Memahami fenomena-fenomena sosial dalam karya sastra
dapat dilihat dari pemahaman serta perilaku tokoh. pemahaman tersebut akan
mengarahkan pada suatu perilaku tokoh yang dibentuk oleh pengarang dalam
menyampaikan ide cerita sehingga membentuk fenomena sosial. Pembaca akan
mengetahui gambaran kepribadian dan falsafah hidup tokohnya melalui karakter
yang ada. Karakter yang berbeda-beda dari setiap tokoh itulah yang akan
mempengaruhi jalan ceritanya. Karya sastra yang telah dihasilkan pengarang
kemudian dicetak, dikemas, lalu didistribusikan hingga sampai pada tangan
pembaca. Teks karya sastra ditelaah dan dipahami lebih dalam untuk
selanjutnya digunakan memahami gejala-gejala sosial di luar krya sastra.

Menilai tokoh dalam karya sastra dapat dilakukan dengan melihat apa
yang dipahami dan apa yang dilakukan oleh tokoh dalam karya sastra.
Kepribadian tokoh cerita fiksi dapat muncul dari sejumlah peristiwa dan
bagaimana reaksi tokoh tersebut pada peristiwa serta masyarakat sosial yang
berada di sekitarnya.
Dalam penelitian ini, kajian sosiologi sastra difokuskan pada sosiologi
karya sastra yang mempermasalahkan gejala sosial karya itu sendiri yang
diterapkan pada novel karya Andrea Hirata. Novel Edensor dijadikan peneliti
untuk mempelajari sastra melalui pendekatan sosiologi sastra karena novel
tersebut mengandung realitas kehidupan masyarakat. Realitas atau fenomena
masyarakat yang akan diangkat adalah hedonisme. Hedomisme yang merupakan
aliran filsafat yang menyatakan bahwa kesenangan dunia adalah tujuan akhir.
Pandangan ini telah

menyerang kalangan muda Indonesia, pelajar dan
3
Universitas Sumatera Utara

mahasiswa serta menuntut orang- orang untuk mencari kesenangan hidup
semata-mata sehingga menghasilkan perilaku hedonis. Hedonisme muncul

sebagai gaya hidup baru kalangan muda yang memandang kesenangan hidup
sebagai tujuan utama. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas pelajar atau
mahasiswa berlomba untuk hidup berfoya- foya mengejar kesenangan dunia.
Pandangan hedonisme pada saat ini, banyak menerpa kehidupan manusia.
Seolah menganggap, bahwa kebahagian hidup hanya bisa diraih dengan harta.
Pandangan hedonisme ini mengusik keharmonisan ketenangan di dalam rumah
tangga.
Pemilihan novel Edensor didasari pertimbangan novel ini bercerita
tentang kisah serta

kejadian yang dialami oleh pengarangnya dengan

penambahan cerita imajinasi yang dipikirkan oleh pengarang. Novel yang
bercerita tentang pendidikan, kisah romantisme, serta pengkisahan tentang kisah
cintanya. Novel Edensor karya Andrea Hirata ini merupakan novel ketiga dari
tertralogi Laskar Pelangi.
Dalam novel ini diceritakan bagaimana kehidupan Tokoh Ikal dan Arai
melanjutkan S2 ke Eropa setelah mendapatkan beasiswa. Dengan semangat dan
kerja keras mereka akhirnya mewujudkan mimpi untuk melanjutkan kuliah S2
di Eropa. Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi,

Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan
Arai mendapat beasiswa untuk sekolah Prancis. Selama berada di Prancis, Ikal
dan Arai menemukan hal- hal baru ketika berinteraksi dengan mahasiswa dari
berbagai negara yang juga kuliah di sana. Gaya hidup berlebihan, serta tidak
4
Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan apa yang mereka yakini di Tanah Air. Perbedaan kondisi
masyarakat di kampung halaman serta di Eropa dirasakan oleh tokoh Ikal dan
Arai. Kondisi ini mengakibatkan berubahnya pemahaman serta perilaku awal
mereka sebelum sampai di Eropa.
Adanya keterkaitan antara tokoh, paham hedonisme yang disajikan oleh
penulis akan menarik untuk dikaji selain nilai pendidikan, religius dan moral
yang sudah pernah dibahas oleh peneliti sebelumnya, menjadikan penelitian ini
menarik unruk dikaji menggunakan teori sosiologi sastra.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penelitian ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk hedonisme dalam novel Edensor karya

Andrea Hirata?
2. Bagaimana perilaku hedonisme dalam novel Edensor karya Andrea
Hirata?
3. Apakah faktor-faktot faktor penyebab perilaku hedonisme dalam novel
Edensor?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk hedonisme dalam novel Edensor.

5
Universitas Sumatera Utara

2. Mendeskripsikan perilaku hedonisme dalam novel Edensor.
3. Mendeskripsikan faktor penyebab perilaku hedonisme dalam novel
Edensor.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.2.1 Manfaat Teoretis:

1. Penelitian ini dapat memperluas kajian terhadap kajian sosiologi sastra
Indonesia.
2. Penelitian dapat menambah pengetahuan apresiasi

sosiologi sastra

Indonesia.

1.3.2.2 Manfaat Praktis:
1. Hasil penelitian ini dapat memperluas apresiasi pembaca terhadap studi
sosiologi sastra.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian
sosiologi sastra selanjutnya.

6
Universitas Sumatera Utara