Campur Kode Dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata

(1)

CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA

ANDREA HIRATA

SKRIPSI Oleh

VEROWATY PUTRI NAIBAHO NIM 060701015

DEPARTEMEN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2010


(3)

CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA Oleh

Verowaty Putri Naibaho

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kajian tentang campur kode bahasa yang terdapat dalam novel

Edensor karya Andrea Hirata. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

bentuk-bentuk campur kode sekaligus untuk mengetahui frekuensi tiap bentuk-bentuk campur kode. Untuk menganalisis bentuk-bentuk campur kode dalam novel Edensor, digunakan teori campur kode yang mengacu pada pendapat Suwito. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan dengan teknik pilah unsur penentu. Sebagai lanjutan metode padan, digunakan juga metode kuantitatif. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ada enam yaitu: penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata melingkupi kata benda atau nomina (45,9%), kata kerja atau verba (4,98%), kata sifat atau adjektiva (6,5%), kata tugas (0,75%), kemudian penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase melingkupi frase nominal (23,7%), frase verbal (1,24%), frase adjektival (0,24%), frase adverbial (2,24%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster (6,98%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata (1%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom (1,24%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa (5,23%).


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Campur Kode dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Banyak rintangan yang dihadapi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan baik secara material, maupun dalam disiplin ilmu bahasa Indonesia. Oleh karena itu, skripsi ini selesai tidak lain karena bantuan oleh beberapa pihak. Untuk itu, selain mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU beserta Pembantu Dekan I, II, dan III.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai Ketua Departeman dan Ibu Dra. Mascahaya, M. Hum., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

3. Ibu Dra. Sugihana Sembiring, M. Hum., sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Asrul Siregar, M. Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, meluangkan waktu, sumbangan pikiran, serta


(5)

dukungan semangat dalam penyusunan dan perbaikan skripsi ini, sehingga menjadi sebuah tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Bapak Drs. Syahrial Al Isa, S. U., sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Kakande Dede yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra Indonesia. 7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda M. Naibaho dan

Ibunda B. Sagala yang senantiasa memberikan dukungan, nasihat, pengorbanan disertai doa yang tulus dalam membesarkan dan mendidik penulis serta memberikan dukungan moral dan material yang sangat besar mulai dari penulis mengikuti pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Dengan kesungguhan Ananda persembahkan semua ini sebagai tanda sayang dan terima kasihku. Semoga Tuhan selalu memberkati dan menyertai kedua orang tua penulis. Amin

8. Abang-abangku terkasih Lambok Naibaho, Daud Naibaho, dan Deddy Naibaho yang memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh keluarga besar yang saya kasihi, terimakasih untuk dukungan dan doanya.


(6)

10.Kelompok kecilku Keluarga Solagrasia K’Roni Sipayung, terimakasih telah menjadi kakak yang baik bagi penulis disaat suka maupun duka serta telah memberikan nasihat, dukungan, dan doa. Dan juga untuk sodaraku terkasih Marlina Tarigan terimakasih untuk semangat dan doanya. Semoga Tuhan selalu memberkati kehidupan dan kemajuan karir kepada kalian. Amin

11.Sahabat-sahabat tersayang yang tergabung dalam Soulmate yaitu Donna, Fenny, Rinto, Yolanda, Natalia yang telah memberikan dorongan semangat, perhatian agar tidak malas mengerjakan skripsi dan cepat wisuda, serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selalu jaga persahabatan kita ya.

12.Semua teman di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU stambuk ’06 dan khususnya Lely (terimakasih telah menjadi teman bertukar pikiran), Laito, July, Vera dan teman-teman seperjuangan yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih sudah menjadi teman yang baik bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perkembangan ilmu linguistik pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca dan bermanfaat pada masa yang akan datang.


(7)

Medan, Juni 2010

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………i

ABSTRAK ……….ii

PRAKATA ………iii

DAFTAR ISI ……….vi

BAB I PENDAHULUAN ………....1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..1

1.2 Rumusan Masalah ………...6

1.3 Pembatasan Masalah ………...6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………7

1.4.1 Tujuan Penelitian………...7

1.4.2 Manfaat Penelitian ………....7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ……. 9

2.1 Konsep ... 9

2.1.1 Campur Kode ... 9

2.1.2 Novel Edensor ... 10

2.1.3 Andrea Hirata ... 11

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Bilingualisme ... 13


(9)

2.3 Tinjauan Pustaka ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ………20

3.1 Waktu Penelitian ... 20

3.2 Populasi dan Sampel ... 20

3.2.1 Populasi ... .20

3.2.2 Sampel ... 20

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA ………24

4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata……24

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata ………24

4.1.1.1 Kata Benda atau Nomina ………..24

4.1.1.2 Kata Kerja atau Verba ………42

4.1.1.3 Kata Sifat atau Adjektiva ……….…44

4.1.1.4 Kata Tugas ………..……47

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase ………….……48

4.1.2.1 Frase Nominal ……….………….…...48

4.1.2.2 Frase Verbal ……….…57

4.1.2.3 Frase Adjektifal ……….….58

4.1.2.4 Frase Adverbial ……….…58


(10)

4.1.4 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Perulangan Kata …65

4.1.5 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Idiom………..66

4.1.6 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa………..68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………..88

5.1 Simpulan ………..…88

5.2 Saran ………..89

DAFTAR PUSTAKA ………..…90


(11)

CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA Oleh

Verowaty Putri Naibaho

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kajian tentang campur kode bahasa yang terdapat dalam novel

Edensor karya Andrea Hirata. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

bentuk-bentuk campur kode sekaligus untuk mengetahui frekuensi tiap bentuk-bentuk campur kode. Untuk menganalisis bentuk-bentuk campur kode dalam novel Edensor, digunakan teori campur kode yang mengacu pada pendapat Suwito. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan dengan teknik pilah unsur penentu. Sebagai lanjutan metode padan, digunakan juga metode kuantitatif. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ada enam yaitu: penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata melingkupi kata benda atau nomina (45,9%), kata kerja atau verba (4,98%), kata sifat atau adjektiva (6,5%), kata tugas (0,75%), kemudian penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase melingkupi frase nominal (23,7%), frase verbal (1,24%), frase adjektival (0,24%), frase adverbial (2,24%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster (6,98%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata (1%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom (1,24%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa (5,23%).


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, perasaan atau pesan kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada orang lain sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud.

Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga masyarakat saat ini harus mampu menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Menurut Fishman (dalam Chaer dan Aguistina, 1995: 112) bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Bahasa pertama adalah bahasa ibu (B1), dan bahasa kedua adalah bahasa lain (B2). Weinrich (dalam Chaer dan Aguistina, 1995: 115) mengatakan menguasai dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam dari bahasa yang sama.


(13)

Membicarakan suatu bahasa tidak terlepas membicarakan kategori kebahasaan yaitu variasi bahasa. Bahasa merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur ini disebut variasi bahasa. Selanjutnya variasi bahasa memiliki beberapa keanggotaan yang disebut varian. Tiap-tiap varian bahasa inilah yang disebut dengan kode. Hal ini menunjukkan adanya semacam hierarki kebahasaan yang dimulai dari bahasa sebagai level yang paling atas disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian dan ragam-ragam. Istilah kode dalam hal ini dimaksudkan untuk menyebut salah satu varian dalam hierarki bahasa. Weinrich (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 115) mengatakan bahasa dan kode mempunyai hubungan timbal balik, artinya bahasa adalah kode dan sebuah kode dapat saja berupa bahasa. Untuk memperkuat pendapat ini penulis mengutip pendapat sarjana linguistik seperti Kridalaksana (1984: 102) mengatakan kode merupakan:

1. Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.

2. Sistem bahasa dalam masyarakat. 3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa.

Situasi kebahasaan, perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin canggih, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mengakibatkan terjadinya campur kode dalam berbahasa. Menurut Suwito (1985: 74) campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam bentuk lisan


(14)

maupun tulisan, khususnya yang terdapat dalam buku bacaan karya sastra seperti novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI, 2003: 788).

Bahasa sebagai alat berkomunikasi antara individu dapat dikaitkan dengan karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang dapat mengekspresikan perasaan, gagasan, ideologi, dan wawasannya melalui karya sastra. Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang dilihat oleh pengarang baik indrawi maupun hakiki. Pembaca sebagai penikmat karya sastra dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui bahasa yang khas dan menarik.

Saat ini perkembangan karya sastra di Indonesia khususnya novel sangat pesat dan membanggakan. Novel yang mendapat perhatian dari pecinta novel di Indonesia salah satunya adalah karya Andrea Hirata. Karya tersebut tergabung dalam tetralogi novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Keempat karya fenomenal tersebut menarik perhatian masyarakat Indonesia karena sarat makna kehidupan sosial, norma agama, pendidikan, kepemimpinan, kedisiplinan, norma budaya dan adat istiadat.

Novel Edensor karangan Andrea Hirata setebal 290 halaman ini merupakan novel unggulan yang telah mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali semenjak terbit pada September 2008. Novel Edensor merupakan kelanjutan dari cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Novel ini merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang pernah menuntut ilmu di Sorbonne, Prancis. Novel ini bercerita tentang dua orang


(15)

bersaudara dari keluarga miskin yang bernama Arai dan Ikal yang berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan ke luar negeri. Kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi Arai dan Ikal mewujudkan impian untuk bisa bersekolah. Mereka berjuang dengan gigih untuk memberikan kebanggaan bagi kedua orang tua, para sahabat dan saudara-saudara di kampung.

Universitas Sorbonne, Prancis telah mengantar mereka pada pertemuan dan persahabatan dengan mahasiswa dari berbagai negara dengan beragam latar belakang budaya. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal intelektual, dinamis dan efisien telah menunjukkan realita betapa berbedanya kualitas serta sistem pendidikan bangsa Indonesia. Keindahan benua Eropa menarik perhatian Arai, Ikal, dan beberapa temannya untuk menjelajahi berbagai tempat dengan tradisi backpacker. Perjalanan dimulai dari Prancis, Tunisia, Zaire, Casablanca di benua Afrika, dan berakhir di Spanyol. Bagi Ikal penjelajahan ini bukan hanya sekedar berpetualang tapi sekaligus pencarian untuk menemukan A ling, cinta masa kecilnya. Rasa lapar, kelelahan, dan ancaman kematian tidak menyurutkan semangat dan keberanian untuk menjelajahi enigma A ling. Tetapi upaya tersebut pada akhirnya masih belum berhasil. Pencarian cinta pada sosok A ling telah memberikan pembelajaran tentang makna cinta sejatinya yaitu dirinya sendiri untuk terus berjuang melewati kehidupan ini.

Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata, banyak ditemukan campur kode bahasa asing yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh:


(16)

2) “Aku seakan menatap cover majalah Vogue.” (E: 53)

3) Laki-laki dan perempuan saling memanggil love atau dear. (E: 284)

Novel Edensor penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari pengarangnya yang paham betul ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Novel ini dapat dijadikan motivasi bagi pembacanya dan memberikan kesan tentang studi dan kehidupan di luar negeri yang penuh dengan tantangan. Hal inilah yang menjadi keistimewaan novel tersebut, selain belajar bahasa dalam bidang sosiolinguistik juga memperoleh pesan cerita yang menarik untuk mendorong pelajar supaya tidak menyerah dalam meraih pendidikan.

Pengarang biasanya mempunyai kemampuan untuk mengolah kata demi kata dan menghasilkan karya yang indah, menarik, sehingga pembaca dapat terbuai merasakan kebahagiaan, kesedihan, dan bahkan semangat yang berkobar-kobar. Hal ini memungkinkan suatu novel dapat menggunakan berbagai macam bahasa sesuai dengan kreativitas yang ingin dimunculkan oleh pengarang yaitu antara campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa asing dan ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ditemukan campur kode bahasa asing yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia seperti bahasa Arab, bahasa Cina, bahasa Spanyol, bahasa Belanda, bahasa Prancis, bahasa Rusia, dan bahasa Inggris. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bentuk campur kode sekaligus tertarik untuk mengetahui frekuensi penggunaan bentuk campur kode bahasa yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ?

2. Bagaimanakah frekuensi penggunaan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti oleh seorang peneliti sehingga penelitian yang dilakukan dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah serta tujuan dari penelitian dapat tercapai.

Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang sosiolinguistik khususnya campur kode. Suwito (1985: 75) membedakan unsur bahasa yang menyisip itu ke dalam dua golongan yaitu:

a. bersumber dari bahasa daerah (innercode mixing) b. bersumber dari bahasa asing (outercode mixing)

Pada penelitian ini yang diteliti dibatasi pada unsur bahasa yang menyisip bersumber dari bahasa asing (outercode mixing). Dalam novel Edensor pengarang menggunakan beberapa bahasa asing seperti bahasa Arab, bahasa Cina, bahasa Spanyol, bahasa Belanda, bahasa Prancis, bahasa Rusia, dan bahasa Inggris. Peneliti membatasi campur kode bahasa asing yang terdapat dalam novel Edensor berupa penggunaan bahasa


(18)

Inggris. Jadi, campur kode bahasa yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata yaitu bahasa Indonesia (B1) sebagai bahasa inti sedangkan bahasa Inggris (B2) sebagai bahasa yang menyisip berupa serpihan-serpihan (pieces).

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel

Edensor karya Andrea Hirata.

2. Menghitung frekuensi penggunaan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah penelitian terhadap pemakaian bahasa tulis melalui pendekatan sosiolinguistik dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Memberi informasi kepada pembaca tentang bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.


(19)

3. Menambah sumber bacaan, memperkarya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis bidang sosiolinguistik, khususnya yang berhubungan dengan campur kode.


(20)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut KBBI (2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa konsep yaitu konsep campur kode dan novel Edensor.

2.1.1Campur Kode

Menurut Kachru campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu kedalam bahasa lain secara konsisten (dalam Umar, 1994: 14). Unsur-unsur kebahasaan yang menyelusup ke dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disusupinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Menurut Suwito (1985: 78) campur kode itu dapat berupa serpihan kata, frase, dan klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang digunakan. Intinya, ada satu bahasa yang digunakan, tetapi di dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa lain. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan maupun rasa keagamaan.


(21)

2.1.2 Novel Edensor

Novel Edensor menceritakan tentang perjalan hidup dua bersaudara, Ikal dan Arai, yang mendapat beasiswa dari Uni Eropa dan berkesempatan melanjutkan studi masternya ke Prancis. Hal ini menjadi sebuah keberuntungan yang mengantar mereka pada penjelajahan panjang untuk mewujudkan impian-impian masa kecil mereka. Sebuah kerinduan untuk berbuat sesuatu bagi tanah kelahiran, orang tua, dan menyelesaikan mimpi-mimpi para sahabat mereka yang telah terenggut oleh kemiskinan. Universitas Sorbonne, Prancis telah mengantar mereka pada pertemuan dan persahabatan dengan mahasiswa dari berbagai negara dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal intelektual, dinamis, dan efisien telah menunjukkan realita betapa rendahnya kualitas serta sistem pendidikan bangsa Indonesia. Hanya semangat dan tekat kuat yang mampu mengantarkan mereka pada sebuah keberanian untuk menjadi bagian dari sistem pendidikan yang modern itu.

Keindahan benua Eropa dan gemerlapnya dunia malam kota Paris memberikan daya tarik bagi siapapun yang melihatnya. Namun, tradisi dan etika backpacker Kanada yang sangat menarik perhatian Ikal, Arai dan teman-teman kampusnya untuk berpetualang di saat liburan musim panas. Hal ini dilakukan Ikal karena kerinduannya pada A Ling yaitu gadis yang sangat dicintainya di masa kecil yang mengingatkannya kembali tentang Edensor. Edensor adalah sebuah desa yang menjadi latar tempat pada novel Seandainya Mereka Bisa Bicara karya Herriot pemberian A Ling. Hamparan dataran hijau, rumah-rumah petani Edensor yang terbuat dari batu-batu, bunga Daffodil dan semerbak aroma rerumputan telah membawa Ikal berkelana ke setiap desa. Desa khayalan yang telah membuka jalan rahasia, jalan menuju penaklukan terbesar untuk


(22)

menemukan A Ling, untuk menemukan cinta sejati dan jati dirinya. Ikal dan Arai berencana melakukan perjalanan yang dimulai dari Prancis melintasi benua Eropa dan berakhir di Spanyol. Pencarian Ikal akan cinta masa kecilnya telah membawa mereka melintasi benua Eropa hingga Tunisia, Zaire, dan Casablanca di benua Afrika.

Rasa lapar, kelelahan, serta ancaman kematian tidak menyurutkan semangat dan keberanian Ikal untuk menjelajahi enigma tentang A Ling. Sekuat apapun upaya untuk menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya tersebut masih belum berhasil. Pencarian cinta pada sosok perempuan bernama A Ling telah memberikan pembelajaran tentang makna cinta sejatinya, yaitu dirinya sendiri untuk terus berjuang melewati kehidupan ini.

2.1.3 Andrea Hirata

Terlahir dengan nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitong, Provinsi Bangka Belitung. Andrea adalah Sarjana Ekonomi lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universite de Paris Sorbonne, Prancis, dan di Sheffield Hallam University, United Kingdom. Lulus dari kedua universitas tersebut dengan predikat cum laude. Tesisnya mengangkat bidang Ekonomi Telekomunikasi dan mendapatkan penghargaan dari kedua universitas tersebut. Selanjutnya tesisnya tersebut diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku Teori Ekonomi Telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia, dan buku tersebut telah beredar sebagai referensi ilmiah.


(23)

Sukses menulis buku ilmiah, Andrea mulai melirik dunia sastra dan mencoba menulis novel Laskar Pelangi, karya yang bercerita berdasarkan kisah masa kecilnya yang penuh dengan perjuangan dalam meraih pendidikan. Kata demi kata mengalir deras dari jarinya, menjelma menjadi kalimat-kalimat yang indah dan bermuara pada sebuah kisah panjang perjalanan hidupnya.

Novel-novel yang menjadi karyanya, yang merupakan tetralogi laskar pelangi adalah:

1. Laskar Pelangi 2. Sang Pemimpi 3. Edensor, dan 4. Maryamah Karpov

Semua karyanya sudah beredar di pasar dan menuai sukses yang luar biasa. Berbagai pujian dan kritikan dari pembaca diterimanya dengan senang hati.

Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi tetapi ia sangat menggemari bidang sains seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker, dan saat ini sedang mengejar salah satu impiannya yaitu ingin tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di daerah pegunungan Himalaya.


(24)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Bilingualisme

Bilingualisme dapat juga disebut kedwibahasaan. Untuk dapat menentukan seseorang itu bilingual atau tidak ada batasan-batasan mengenai bilingualisme yang dikemukakan oleh beberapa pakar.

Spolsky (1998: 45) mengatakan bilingual adalah seseorang yang mempunyai beberapa kemampuan fungsional dalam menggunakan bahasa keduanya. Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 113) mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Jadi, menurut Bloomfield seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) dengan derajat yang sama baiknya.

Weinrich 1970 (dalam Umar, 1993: 8) mengartikan kedwibahasaan sebagai praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian. Dalam hal ini tidak diisyaratkan tingkat penguasaannya. Mackey 1962 (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 112) bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Nababan (1991: 27) mengemukakan pendapatnya tentang bilingualisme dan bilingualitas. Ia mengatakan langsung sebagai berikut:

Kalau kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan sebut bilingualisme. Jadi, bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua


(25)

bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Jika kita berpikir tentang kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa, yaitu memakai dua bahasa, kita akan sebut ini bilingualitas (dari bahasa Inggris bilinguality).

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bilingualisme adalah kemampuan penutur dalam memahami, mengerti, atau menggunakan dua bahasa.

2.2.2 Campur Kode

Campur kode merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual atau kedwibahasaan, bahkan yang multilingual.

Nababan (1991: 32) mengatakan bahwa:

campur kode adalah suatu keadaan berbahasa apabila orang mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa tersebut. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur atau kebiasaannya yang dituruti.

Kachru (dalam Umar, 1993: 13) mengatakan bahwa:

campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Unsur-unsur kebahasaan yang menyelusup ke dalam bahasa lain itu tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disusupinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi.

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau terdapat campur kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan oleh tidak ada ungkapan yang terdapat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa asing. Kadang-kadang terdapat juga campur kode ini bila pembicaraan ingin memamerkan “keterpelajarannya” atau “kedudukannya”.


(26)

Campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya (Suwito dalam Umar, 1993: 14). Hal senada juga disampaikan oleh Thelander dan Fasol (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 152) Thelander menjelaskan bahwa apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase-frase campuran (hybrid clases, hybrid

phrases) dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi

sendiri-sendiri, peristiwa yang terjadi adalah peristiwa campur kode. Sementara itu, Fasold menjelaskan kalau seseorang menggunakan satu kata atau frase satu bahasa dan dia memasukkan kata tersebut ke dalam bahasa lain yang digunakannya dalam berkomunikasi, maka dia telah melakukan campur kode.

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, antara lain :

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

Kata adalah satuan bebas yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Kata dapat dibagi atas empat bagian yaitu :

1. Kata benda atau nomina 2. Kata kerja atau verba 3. Kata sifat atau adjektiva 4. Kata tugas


(27)

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase.

Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Berdasarkan jenis atau ketegori frase dibagi menjadi :

1. Frase nominal 2. Frase verbal 3. Frase adjektival 4. Frase adverbial

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk baster (Hybrid) atau kata campuran menjadi serpihan dari kata yang dimasukinya.

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata.

Penyisipan unsur yang berwujud perulangan kata maksudnya penyisipan perulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat. 5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom yaitu penyisipan kata-kata kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya.

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.


(28)

Dalam penelitian mengenai bentuk-bentuk campur kode ini peneliti mengambil pendapat Suwito sebagai acuan karena hanya pendapat ahli tersebut yang sesuai dengan penelitian peneliti.

2.2.3 Frekuensi

Menurut Sudjana (2002: 50) frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolud. Jika frekuensi dinyatakan dalam persen, maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif.

Jadi, menggunakan rumus sebagai berikut:

Misalnya:

Jumlah data yang ditemukan untuk bentuk baster = 28

Jumlah keseluruhan daya = 401

Jadi:


(29)

2.3 Tinjauan Pustaka

Menurut KBBI (2003: 1198) tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2003: 912).

Penelitian campur kode sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya Tarihoran (2000) dalam skripsi yang berjudul Analisis Campur Kode dalam

Majalah Tempo. Dalam skripsi tersebut Tarihoran membahas bentuk-bentuk campur

kode dalam majalah Tempo berupa penyisipan unsur-unsur kebahasaan yang berbentuk kata, frase, dan klausa. Penelitian juga berpendapat bahwa peranan dan fungsi kebahasaan sangat menentukan di dalam melakukan campur kode tersebut. Peranan yang dimaksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai penutur dengan tuturannya.

Sitepu (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Campur Kode dalam Majalah

Aneka Yess! membahas tentang bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam majalah

Aneka Yess! dan membahas bagaimana pengaruh campur kode pada kosakata yang

menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini berpendapat bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh campur kode ada yang bersifat positif (integrasi) karena dapat menambah perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia dan bersifat negatif (interferensi) karena dapat merusak perkembangan bahasa Indonesia.

Para peneliti sebelumnya membahas tentang peranan dan fungsi kebahasaan dalam melakukan campur kode serta pengaruh campur kode yang menyisip ke dalam


(30)

bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini, peneliti meneliti bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata serta menghitung frekuensi penggunaan tiap bentuk campur kode dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu metode yang menggunakan angka serta dengan menggunakan rumus frekuensi. Penggunaan rumus tersebut dalam memecahkan masalah dan keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah dalam bentuk persen, sehingga pembaca dapat mengetahui banyak data yang terdapat dalam tiap-tiap bentuk campur kode yang tedapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian terhadap campur kode dalam novel Edensor karya Andrea Hirata terhitung sejak tanggal 20 November 2009 sampai dengan 7 Februari 2010.

3.2 Populasi & Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (KBBI, 2003: 889). Yang menjadi populasi penelitian ini adalah campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar; percontohan. Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak terlalu besar maka seluruh populasi dijadikan sampel. Setelah melakukan penghitungan, yang menjadi sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah populasi yang terdapat dalam novel

Edensor yang seluruhnya berjumlah 338 sampel yang mencangkup bentuk kata, frase,


(32)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Metode dan teknik pengumpulan data yang sesuai perlu diperhatikan agar penelitian terarah. Penggunaan metode dan teknik pengumpulan data yang tepat dapat membantu pencapaian hasil data yang sahih (valid).

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah pertama dalam penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993: 136) metode simak adalah suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa. Peneliti menyimak suatu bahasa dengan cara membaca data yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu dengan membaca langsung novel Edensor karya Andrea Hirata. Selanjutnya untuk mengembangkan metode simak digunakan juga teknik catat yaitu pencatatan pada kartu data dengan menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto, 1993: 135). Peneliti mencatat data-data yang dianggap memiliki hubungan mengenai campur kode.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisis dengan metode dan teknik yang sesuai. Metode dalam pengkajian bentuk-bentuk campur kode tersebut dianalisis dengan menggunakan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 13) metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Contoh :


(33)

(1) Ini gala dinner kami di Eropa. (E: 65)

(2) “Saya dengar suhu drop sampai minus enam belas, bagaimana kalian bisa bertahan?” (E: 72)

Campur kode yang terjadi pada contoh di atas merupakan campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur yang berupa kata. Kata dinner dan drop merupakan kata dalam bahasa Inggris yang sudah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kedua kata itu masing-masing telah diwakili oleh kata ‘makan malam dan turun’ dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa dasar dan bahasa Inggris sebagai bahasa yang dipadankan yang berupa serpihan-serpihan (pieces).

Teknik dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Dengan teknik pilah maka setiap kata yang telah dipadankan tersebut dipilah-pilah dari bahasa pertamanya. Daya dipilah-pilah sebagai pembeda referen digunakan untuk membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis, maka perbedaan referen atau sosok teracu yang ditunjuk oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu (Sudaryanto, 1993: 21). Untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti harus digunakan. Dengan daya pilah itu, dapat diketahui bahwa referen itu ada yang berupa kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Demikian juga dalam penentuan jenis frase, baster, perulangan kata, idiom, dan klausa.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah kedua yaitu metode kuantitatif. Menurut Muclich (1993: 4) metode kuantitatif merupakan metode keputusan yang menggunakan angka. Pemecahan masalah dengan model kuantitatif akan


(34)

menghasilkan nilai atau angka untuk variable keputusan. Dengan perkataan lain, penggunaan model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka.


(35)

BAB IV

CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA

4.1Bentuk-Bentuk Campur Kode

Campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata berupa unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing (outercode mixing), yaitu campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan tersebut, campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

4.1.1Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata

Dalam penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata ini, sebuah kata dari bahasa asing yakni bahasa Inggris menyisip ke dalam bahasa inti yaitu bahasa Indonesia. Jenis kata yang ditemukan dalam novel Edensor karya Andrea Hirata yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata tersebut dapat dilihat pada data di bawah ini:

4.1.1.1Kata Benda atau Nomina

Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi, 2003: 213). Kata benda atau nomina yang berasal dari bahasa Inggris banyak ditemukan dalam novel Edensor karya Andrea Hirata. Kata benda yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata tersebut dibedakan atas beberapa macam, yaitu:


(36)

a. Kata benda atau nomina yang menyatakan sapaan

Contoh:

(1) Kalau sempat Arai mengiyakan Ray itu, aku sudah siap mengenalkan diri sebagai curly. (E: 54)

(2) “And You, bagaimana sebaiknya aku memanggilmu, Kawan?” (E: 54)

(3) “Apa yang kaulakukan, Ranger?” (E: 64)

(4) “Dua tiket, My Friend. Tiket apa pun yang menuju Menara Eiffel.” (E: 77)

(5) “Tapi Madame, pasti banyak pintu di sana. Apakah tertempel nama Anda di pintu?” (E: 84)

(6) Aku memanggilnya, ya ampun, baby. (E: 127)

(7) “Aaa, My Man … cinta adalah channel TV! Tak suka acaranya, raih remote-mu, ganti saluran, beres!” (E: 158)

(8) Apalagi ia selalu memanggilku my man, membuatku merasa ganteng. (E: 127)

(9) “Semburkan taruhanmu, Bitch! Kalau aku main akordion di Piccadilly, aku akan dapat duit lebih banyak darimu!” (E: 167)

(10)“Oke, Gentlemen. Penampilan pertama kalian, Koninklijk Paleis! Sekarang! Ayo, bekerja cepat! Sudah siang!” (E: 181)


(37)

(11)“Sering ada Indonesia tumplek di Masjid Afganistan, yee … very good, understand, yee … tapi … Brother ….” (E: 238)

(12)“Sudah siapkah kau itu, Brother?” (E: 238)

(13)“Bicara apa kau, Brother? Tak terbayangkan susahnya urusan visa,” cetus Arai. (E: 264)

(14)“My Brother, tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Allah.” Sapanya halus. (E: 244)

(15)Laki-laki dan perempuan saling memanggil love atau dear. (E: 284)

Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas adalah kata curly ‘si keriting’, and you ‘dan kamu’, ranger ‘prajurit’, my friend ‘temanku’, madame ‘nyonya’, baby ‘sayang’, my man ‘pacarku’, bitch ‘perempuan jalang’, gentlemen ‘tuan-tuan’, brother ‘saudara laki-laki’, my brother ‘saudaraku’, love ‘cinta’, dear ‘sayang’. Kata-kata tersebut merupakan jenis kata nomina yang menyatakan sapaan.

b. Kata benda atau nomina yang menyatakan nama benda

Contoh:

(16) Esoknya perempuan itu menyuruh kami naik ke bak mobil pick-up. (E: 40)


(38)

(18) Native Eropa pertama yang kami temui di tanah airnya sendiri, keramahannya mencengangkan. (E: 54)

(19) Konon pemerintah republikan pening dibuat gaya hidup ini karena persentase kelahiran native Prancis merosot tajam. (E: 81)

(20) Kami membuntutinya menuruni tangga dan memasuki platform kereta underground. (E: 54)

(21) Baru saja melompat dari pintu kereta, pria wanita hilir mudik di celah-celah pilar platform. (E: 178)

(22) Kami bergegas menuruni tangga yang curam menuju metro, kereta underground. (E: 77)

(23) Yang ada, di samping pintu, hanya deretan kotak kecil, nomor-nomor lantai gedung, tombol-tombol, speaker, dan label nama. (E: 58)

(24) Disambut kumandang seseorang di speaker. (E: 58)

(25) Dari speaker di gagang telepon yang dipegang Arai, jelas kudengar suara Zakiah. (E: 231)

(26) Seorang pria berkulit gelap meneguk kopi dari cangkir besar dalam sebuah booth persegi berjeruji. (E: 77)

(27) Ia pasti telah lama menjadi penjual tiket sehingga menyatu dengan perabot dalam booth. (E: 77)


(39)

(28) Sore itu kami bergegas ke booth telepon umum. (E: 231)

(29) Aku membuang wajah keluar booth telepon, tak tega memandang muka sepupu jauhku itu. (E: 232)

(30) Kuduga mereka pembantu rumah tangga yang berangkat subuh-subuh menuju rumah majikannya di downtown Paris. (E: 78)

(31) Katedral, avenue, taman-taman, ornamen, dan galeri-galeri menghiasi pemandangan kiri kanan kami. (E: 79)

(32) Kami menyelusuri avenue di Interlaken, sebuah mobil Bentley menepi dan menekan klakson hati-hati. (E: 233)

(33) Body tas diapitkan di bawah ketiak, sehingga pemakaiannya seperti mengokang senapan. (E: 83)

(34) Ia terpekur menghayati lagu dari headphone. (E: 91)

(35) Kusimak lagu yang samar mendesis dari headphone itu, dan aku hampir pingsan karena yang kudengar juga lagu yang sama tadi! (E: 91)

(36) Kusimak lagi sayup syair yang berbisik dari headphone, kucoba mengenali suara panyanyinya. (E: 92)

(37) Selalu berkoar-koar seperti angsa trumpeter, tak lain orang-orang Inggris, The Brits. (E: 96)


(40)

(38) Dikabarkan pula bahwa sebagian besar manusia paling eksentrik di muka bumi ini, juga The Brits. (E: 96)

(39) Naomi Stansfield, lebih senang dipanggil nama belakangnya Stansfield, dialah dedengkot The Brits. (E: 96)

(40) Mahasiswa yang dowan meladeni The Brits hanya pemuda-pemudi dari negeri Paman Sam. (E: 97)

(41) The Brits dan pria-pria dari negeri Paman Sam lain pula lagaknya. (E: 120)

(42) Perangai itu ia kibarkan lewat makian British kebanggaannya. (E: 96)

(43) Stansfield senang berdandan sporty: sepatu kets, kaus dengan nomor besar bintang sepak bola favoritnya, dan jaket training yang tak dikancingnya. (E: 97)

(44) Ada empat orang Amerika di kelas kami dan kaum Yankees ini bertabiat sepadan dengan leluhurnya. (E: 98)

(45) Ide mereka lebih besar daripada ide The Brits dan Yankees. (E: 98)

(46) Hanya sesekali keningnya berkerut, pasti sedang tak setuju dengan ucapan dosen, tapi tak lantas menunjuk untuk protes seperti aksi The Brits dan Yankees. (E: 100)

(47) Gonzales bercerita sepak bola, berteriak-teriak saling mendukung tim bersama Yankees, The Brits, dan dua genius Belanda itu. (E: 112)

(48) Sesekali paper mereka mengandung terobosan yang imajinatif. (E: 98)


(41)

(50) Jika menulis paper tentang observasi konsumen melalui kubus. (E: 100)

(51) Oh, Kawan, ternyata mereka berasal dari negeri terompah kayu yang dulu pernah “mengasuh” kita: Holland! (E: 100)

(52) Jarang ada suara bersumber dari kedua perempuan Netherlands itu. (E: 101)

(53) Persetujuan ia nyatakan dengan menggoyang-goyangkan kepalanya, gemulai berirama, persis goyang kepala boneka anjing di atas dashboard. (E: 105)

(54) Awal bulan, ketika baru menerima allowance beasiswa, MVRC Manooj dan Gonzales bertingkah laku seperti tak mengenal aku, Arai, dan Ninoch. (E: 107)

(55) Christian mencabut konektor internet dari PC dan tanpa dikomando, Marcus menginstal transmitter kecil. (E: 108)

(56) Menyambungkan konektor tadi pada transmitter, laptop, dan proyektor. (E: 108)

(57) Sebagian hidup seperti bohemian, mengaitkan anting di hidung, mencandu drugs, musik trash metal, berorientasi seks ganjil, dan tak pernah terlihat tekun belajar, namun mereka sangat unggul di kelas. (E: 111)

(58) Pertama-tama memancing pertengkaran, memprovokasi, lalu mengaku bersalah secara gentleman dan minta maaf dengan takzim. (E: 113)

(59) Namun, ketika ia meningkat pada strategi minta maaf dengan lagak gentleman. (E: 114)


(42)

(60) Kadang mereka sedikit tendensius dan ofensif, namun jika ditolak, mereka bersikap gentleman, mengakui keunggulan pesaing lain. (E: 120)

(61) Pria itu kalem, gentleman, dan sangat baik. (E: 175)

(62) Aku berinisiatif menyatakan kebenaran hakiki pendapatku melalui satu sikap gentleman yang menyebalkan. (E: 215)

(63) Usai salat Arai menghampiri Imam, ia bersikap gentleman, memohon maaf dan mengatakan semua terjadi di luar kesadarannya. (E: 244)

(64) Nada-nada yang riang bereskalasi mengiringi kerak es yang luruh dari tiang-tiang telepon, meteran parkir, kanopi, lengan-lengan jembatan, papan tulis tarif kafe-kafe, batang-batang pohon shagbark hickory dan billboard. (E: 145)

(65) Jika ia melenggok di atas catwalk, membawa rok belah tinggi Christian LaCroix, ekspresinya tak ambil pusing, langkahnya tergesa-gesa, kakinya yang panjang silang menyilang tangkas, seperti pemain center back sepakbola ingin merobohkan

striker. (E: 151)

(66) Satu per satu kemudian berduyun-duyun, melangkah di atas catwalk, cepat bersaling silang, tak peduli. (E: 153)

(67) Ia membuatku memahami bahwa sikap obsesif perempuan terhadap make-up dan busana, memang beralasan. (E: 152)

(68) Artis-artis muda itu sibuk lalu lalang menyiapkan kotak make-up, menyemprotkan cat pada gumpalan terpal. (E: 179)


(43)

(69) Sungguh istimewa rancangan kostum, make-up, dan penataan artistik dari mahasiswa seni. (E: 185)

(70) “Tahukah kalian? Paling tidak, tiga puluh satu negara harus kalian lintasi, dan Rusia? My God! Daratannya hampir separuh dunia.” (E: 165)

(71) Hukuman bagi yang kalah, yang menempuh paling sedikit kota dan negara, amat mengerikan, yaitu mengurus laundry peserta lain selama tiga bulan, membayar

cover charge untuk clubbing. (E: 172)

(72) Peserta pertaruhan menjelajah Eropa kembali berkumpul di Kafe Brigandi et Bougreesses dengan backpack dan properti ngamennya masing-masing. (E: 173)

(73) Kostum ikan duyung itu sangat besar, tak seluruhnya dapat masuk ke dalam backpack. (E: 187)

(74) Tengah malam, aku sontak terbangun karena backpack yang ku jadikan bantal ditarik seseorang. (E: 219)

(75) Lengah sedikit saja, backpack melayang. (E: 246)

(76) Kami tiba di pool bus Amstel lalu naik kereta sebentar ke statiun sentral Amsterdam. (E: 177)

(77) Di Damrak aku melihat Belanda sebagai sanctum kebebasan ekspresi, sekaligus anakronis Babylonia. (E: 178)


(44)

(78) Lewat tengah malam, taman-taman di Eropa menjadi sanctum bagi para psikopat. (E: 257)

(79) Tower gereja, legendaries dengan sebutan Martini Toren, menjulang lesu. (E: 190)

(80) Kami membeli tuna sandwich, sepotong dibagi dua, itulah uang kami yang terakhir. (E: 195)

(81) “Tahukah kau! Meskipun barang second, penjualnya bilang jam ini edisi langka Swiss Military!” (E: 214)

(82) Ia berbaju overall seperti tukang, bersepatu boot, berkacamata gelap, kumisnya baplang (E: 218)

(83) Kostov, laki-laki beruang itu, memutar-mutar pentungan baseball. (E: 220)

(84) Kastov melayangkan pemukul baseball. (E: 222)

(85) Selebihnya, brother muslim berkumpul di Masjid Afghanistan, di Gmunder.” (E: 237)

(86) Nyaman rasanya berada di dalam masjid yang hangat, di antara ratusan brother muslim yang bersahabat. (E: 242)

(87) Brother muslim itu melompat ke dalam gerbong. (E: 263)

(88) Sepintas saja melihatnya aku tahu kalau laki-laki itu pastilah sorang brother muslim. (E: 261)


(45)

(89) Kami tampil di Palermo dan anehnya, salah satu penonton kami adalah brother muslim itu! (E: 264)

(90) Semuanya ada di sana: jalur detail perjalanan, penjemput, bahkan telah disiapkan alamat e-mail internet, lengkap dengan user name dan password untuk akses data warehouse universitas. (E: 51)

(91) Kubalas e-mail Katya, untuk konfirmasi. (E: 125)

(92) Kami menerima e-mail. (E: 150)

(93) Membaca e-mail Famke, aku mendapat firasat, gadis cantik Belanda itu akan memberi solusi untuk kami. (E: 150)

(94) E-mail Famke hari ini membuktikan instingku itu. (E: 152)

(95) Laki-laki di jok belakang itu seorang gay. (E: 234)

(96) Kemeja tipisnya melayang-layang melapisi t-shirt kasual. (E: 255)

Contoh 16 sampai dengan contoh 96 terdapat penyisipan kata-kata bahasa Inggris yang termasuk kategori nomina yang menyatakan nama benda. Kata-kata tersebut adalah kata pick-up ‘mobil pikap’, cover ‘sampul’, native ‘penduduk pribumi’, platform ‘peron’,

underground ‘bawah tanah’, speaker ‘pengeras suara’, booth ‘stan/ warung’, downtown

‘kota bagian yang ramai’, evanue ‘jalan raya’, body ‘badan’, headphone ‘hetset’, the brits

‘orang-orang Inggris’, british ‘bangsa Inggris’, kets ‘sepatu olah raga’, training ‘baju

latihan’, warehouse ‘fasilitas gedung’, yankees ‘orang Amerika’, paper ‘kertas kerja/ karya ilmiah’, holland ‘Belanda’, netherlands ‘orang Belanda’, dashboard ‘papan


(46)

instrumen’, allowance ‘uang saku’, transmitter ‘alat pemancar’, drugs ‘obat-obatan terlarang’, gentlemen ‘laki-laki’, billboard ‘papan iklan’, catwalk ‘jalan’, make-up ‘tata rias’, my God ‘Tuhanku’, laundry ‘pakain kotor/ cucian’, backpack ‘ransel punggung’,

pool ‘pangkalan bus’, sanctum ‘tempat suci’, tower ‘menara’, sandwich ‘roti’, second

‘barang bekas’, overall ‘baju lengkap’, baseball ‘kasti’, brother ‘saudara laki-laki’,

e-mail ‘surat elektronik’, gay ‘homo’, t-shirt ‘kemeja’.

c. Kata benda atau nomina yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan suatu pekerjaan.

Contoh:

(97) Jadilah kami salesman alat-alat dapur, dari pintu ke pintu. (E: 40)

(98) Bukan main kemejaku itu, mereknya Manly Executive, biasa dipakai salesman asuransi tingkat atas. (E: 212)

(99) “Simon Van Der Wall. Ia landlord tempat ini. All set. Aku yakin kita akan berjumpa lagi.” (E: 57)

(100)Monsieur Loreux, landlord apartemen kami, menyerahkan sepucuk surat padaku.

(E: 138)

(101)Landlord Chevalier memberi tahuku nomor pintu ruangan Njoo Xian Ling. (E: 161)


(47)

(103)Otomatis, ia juga seorang monetarist, yakni orang yang percaya bahwa sektor moneter (keuangan) adalah katalisator pembangunan ekonomi. (E: 70)

(104)“Saya tidak menerima tamu selain monetarist! Keluar!” (E: 71)

(105)Kini, aku mengerti secara teoritis maksud-maksud John Maynard Keynes, sang suhu bagi kaum monetarist. (E: 130)

(106)“Semua itu gara-gara kaum monetarist keparat itu!!” (E: 134)

(107)“Kau tahu?! Kaum monetarist bersekongkol mengumpulkan uang agar negeri seperti kalian dapat berutang.” (E: 134)

(108)“Bantu semua keperluan mereka dan registrasikan mereka segera ke Alien Police!” (E: 73)

(109)Nyatanya ia memang hooligan klub Queens Park Ranger. (E: 97)

(110)Bisa juga ia seorang duke, anggota keluarga kerajaan Inggris, sepupu jauh pangeran William, yang banyak berkeliaran menuntut ilmu di Sorbonne. (E: 123)

(111)Lebih spesifik, Arai bercita-cita jadi seorang microbiologist! (E: 138)

(112) Arai yang terobsesi menjadi seorang microbiologist diharapkan ayahku menjadi seorang asisten apoteker. (E: 141)

(113)Tentang dilema seorang mahasiswa Indonesia di Paris yang menjadi guide bagi para petinggi yang ingin berutang. (E: 147)


(48)

(114)Aku bertanya pada seorang rastafari, guide lokal, apakah ia pernah mendengar seorang wanita penghibur bernama Njoo Xian Ling. (E: 202)

(115)Tapi aneh, aku berusaha mengalihkan rindu itu dengan mengamati backpacker Kanada yang sedang mengemasi sleeping bag setelah semalam mereka tidur di taman dekat statiun. (E: 157)

(116)Tak tahu mengapa, aku tak ingin memikirkan Katya, malah yang kubayangkan adalah penjelajahan backpacker Kanada yang mengagumkan. (E: 157)

(117)Aku telah mempelajari bahwa backpacker Kanada adalah explorer dengan jarak tempuh amat jauh. (E: 157)

(118)Kudengar kabar burung dari para backpacker, lokalisasi di Belush’ye sangat liar, tak manusiawi. (E: 192)

(119)Dari jendela kereta kulihat ratusan backpacker bergelimpangan tidur di platform stasiun. (E: 245)

(120)Diantaranya backpacker yang selalu kukagumi, backpacker Kanada! (E: 245)

(121)Kami telah melintasi Rusia dari ujung ke ujung, tapi cerita backpacker Kanada mencengangkan. (E: 245)

(122)Ini satu sisi gelap Italia yang hanya diketahui backpacker. (E: 246)

(123)Berbulan-bulan hidup sebagai backpacker—hidup di jalanan dan tidur disembarang tempat. (E: 257)


(49)

(124)Tim make-up menggiring kami ke meja rias. (E: 181)

(125)Aku menyebut diriku sendiri sebagai … insensitive. (E: 215)

(126)Ia dikelilingi pria-pria tinggi besar semacam bodyguard. (E: 240)

(127)Tiba-tiba pria Afro bodyguard tadi datang. (E: 256)

(128)Ia digandeng mesra oleh seorang pria yang bertubuh seperti si Under Taker, pendekar smackdown itu. (E: 272)

Contoh data 97 sampai dengan 128 terdapat penyisipan kata-kata bahasa Inggris yang termasuk kategori kata benda yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan suatu pekerjaan. Kata-kata tersebut adalah kata salesman ‘penjual barang-barang’,

landlord ‘pemilik penginapan/ rumah sewaan’, interpreter ‘juru bahasa’, monetarist

‘kaum moneter’, alien police ‘kepolisian’, hooligan ‘penjahat’, duke ‘adipati’,

microbiologist ‘ahli mikrobiologi’, guide ‘pemandu’, backpacker ‘para petualang’,

explorer ‘penjelajah’, make-up ‘penata rias’, insensitive ‘orang yg tidak berperasaan’,

bodyguard ‘pengawal’, smackdown ‘pendekar berkelahi’.

d. Kata benda atau nomina yang menyatakan hal, proses atau peristiwa.

Contoh:

(129)Suatu isyarat yang nyata, seperti bubungan tebal asap unggulan Indian Cherokee, bahwa dirinya available. (E: 51)


(50)

(130)Lalu sepanjang hidupnya mati-matian ingin seperti John wayne. John wayne wannabe istilahnya.(E: 60)

(131)Famke Somers, seorang John Wayne wannabe, seorang gadis Skandinavia yang efisien, dan seorang doktor ekonomi pejabat tinggi Uni Eropa. (E: 76)

(132)Laut utara adalah mainstream laut es Artik di Kutub Utara. (E: 62)

(133)Jika winter tiba, bahkan burung-burung red knox di Brugge melarikan diri ke pantai-pantai Italia. (E: 62)

(134)Inilah gala dinner kami di Eropa. (E: 65)

(135)Seminggu penuh kami bekerja keras merumuskan terms riset. (E: 75)

(136)Suatu pilihan gaya hidup yang sedang booming di Prancis. (E: 81)

(137)Gejala ini semacam sixth sense yang tumpul. (E: 89)

(138)Stansfield seorang perempuan yang trendy. (E: 96)

(139)Ini bukan lagi soal cinta, tapi soal memelihara suatu level persaingan, soal survival dalam pertarungan gengsi. (E: 121)

(140)Sekarang, aku memahami arti ekonomi sebagai science, sebagai mazhab, bahkan sebagai seni dan filosofi. (E: 130)


(51)

(142)Bagi Turnbull, seorang mahasiswa pascasarjana di kelas science adalah umat manusia yang seharusnya mampu menciptakan teori. (E: 276)

(143)Buku itu mengandung kristalisasi pemikiran dengan visi yang timeless. (E: 130)

(144)Boho, trend musim panas musim ini. (E: 153)

(145)“Allright, sekarang jadi menarik, bukan?!” (E: 178)

(146)Mataku sampai silau karena sambaran blitz dari ratusan kamera. (E: 185)

(147)Setelah satu jam, Famke menghentikam show kami. (E: 186)

(148)Dari data yang ku print ada Xian Ling di kota pantai Belush’ye nun jauh di tepi utara Rusia sana. (E: 191)

(149)Ia hanya punya enam jari kaki, jemari lainnya terpaksa ia kerat sendiri dengan pisau komando karena frostbite. (E: 246)

(150)Italia menyajikan landscape yang memesona dihiasi adegan-adegan cinta yang memukau. (E: 247)

(151)Bukan sekadar hasil kerja tergopoh-gopoh karena deadline dengan argumentasi spekulatif. (E: 276)

(152)Jika mereka mengatakan enough tidak berbunyi inaf seperti biasa kita dengar. (E: 284)


(52)

Adapun kata-kata yang menyisip pada data 129 sampai data 153 adalah penyisipan kata-kata bahasa Inggris yang termasuk kategori kata benda yang menyatakan hal, proses atau peristiwa yaitu available ‘masih sendiri’, wannabe ‘palsu’, mainstream 'arus utama’,

winter ‘musim salju’, dinner ‘makan malam’, terms ‘terminologi/ syarat-syarat’,

booming ‘berkembang’, sixth sense ‘intuisi’, trendy ‘gaya’, allright ‘baiklah setuju’,

survival ’kekuatan hidup’, science ‘ilmu pengetahuan’, timeless ‘tampa batas waktu’,

trend ‘model’, blitz ‘kilat’, show ‘pertunjukan’, print ‘cetak’, frostbite ‘radang dingin’,

landscape ‘pemandangan alam’, deadline ‘batas waktu’, enough ‘cukup’, bleeding

‘pendarahan’.

4.1.1.2 Kata Kerja atau Verba

Kata kerja atau verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan (aksi), atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas (Alwi, 2003: 87). Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling. Verba juga tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan. Kata kerja atau verba yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia dalam novel Edensor karya Andrea Hirata, dibedakan atas beberapa macam, yaitu:

a. Kata kerja atau verba yang menyatakan aksi atau perbuatan.

Contoh:


(53)

(155)Marcus berdasi dan berjas lengkap seperti alumni Harvard menghadiri interview untuk satu posisi penting di Microsoft. (E: 108)

(156)Selesai make-up sampailah pada kostum ikan duyung yang naudzubillah itu. (E: 181)

(157)Ketika sedang browsing untuk mencari materi paper di perpustakaan, aku terbelalak membaca e-mail dari Katya. (E: 124)

(158)Kami ingin backpacking, tidur dalam sleeping bag di station, terminal, emper toko, dan taman-taman. (E: 149)

(159)Kuat dugaanku, tradisi backpacking dan kode etik tak tertulisnya dimulai oleh

backpacker Kanada. (E: 157)

(160)Secara fisik Ninoch tak mungkin menjelajah Eropa, apalagi dengan cara backpacking. (E: 170)

(161)Jerman telah terbiasa dan menghormati tradisi backpacking. (E: 193)

(162)Seperti di Jerman, polisi Italia menghormati tradisi backpacking. (E: 246)

(163)Tak ada Schengen visa di sana, tak ada budaya backpacking, dan tak dapat diramalkan respons penduduknya pada seni jalanan (E: 262)

(164)Standsfield berlari paling tidak lima kilometer setiap hari dan mampu push-up sebelah tangan sampai lima belas kali. Townsend seorang lifter. (E: 170)


(54)

(165)Sering kami melakukan lifting, yakni mengacungkan jempol di pinggir jalan untuk minta tumpangan truk-truk ternak atau mobil tangki. (E: 207)

(166)Di tempat ini kami berjanji untuk rendezvous. (E: 270)

Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas adalah kata kerja atau verba yang menyatakan aksi atau perbuatan yaitu sit-up ‘gerak tubuh untuk melatih otot perut’, interview ‘wawancara’, make-up ‘menatarias’, browsing

‘mencari data melalui internet’, backpacking ‘berpetualang’, push-up ‘tolak tangan

(gerak tubuh untuk melatih otot lengan)’, lifting ‘mengacungkan jempol’, rendezvous

‘berkumpul’.

b. Kata kerja atau verba yang menyatakan keadaan digunakan di dalam kalimat yang subjeknya berperan sebagai sesuatu yang tengah berada dalam situasi.

Contoh:

(167)Suhu akan drop secara ekstrem. (E: 62)

(168)“Saya dengar suhu drop sampai minus enam belas, bagaimana kalian bisa bertahan?” (E: 72)

(169)Suhu sekoyong-koyong drop. (E: 275)

(170)Mereka sangat tenang, quite, sepi, tenteram, persis kota kecil Purbalingga, pukul sepuluh malam. (E: 99)


(55)

(172)Aku menulis cinta sahabatku Jimbron dan istrinya: Jimbron loves Laksmi—kutulis di tungku. (E: 251)

Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada data tersebut adalah drop ‘menurun’, quite ‘diam’, break ‘beristirahat’, loves ‘mencintai’.

4.1.1.3 Kata Sifat atau Adjektiva

Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Alwi, 2003: 171). Penyisipan kata sifat tersebut dibedakan atas beberapa macam, yaitu:

a. Kata sifat atau adjektiva yang menyatakan penilaian digunakan pada kata benda pada umunya. Penilaian baik mengenai keadaan sikap batin maupun keadaan lahir.

Contoh:

(173) “Memang ada kamar kosong, tapi sistem di sini tidak bekerja seperti ini. Impossible” tukasnya tanpa perasaan. E: 60)

(174)Yang lain komat-kamit, bergumam-gumam, sambil menggeleng-gelengkan kepala, sepakat dengan Townsend. Impossible, celetuk mereka. (E: 165)

(175)Nilai mereka tak pernah kurang dari distingue, artinya excellent, lebih tinggi dari tres bien. (E: 99)


(56)

(176)Jika ide mahasiswa negara lain demikian besar sampai ingin mengubah Prancis, ide

The Pathetic Four sangat sederhana, yaitu bagaimana agar dapat nilai passable. (E:

103)

(177)Katya menyukaiku? Ah, tidak real, tidak mungkin. (E: 125)

(178)Aku berbalik, minggat meninggalkan Tuan Smith yang sedang tidak mood. (E: 132)

(179)Deringnya delay tapi suaranya nyaring. (E: 231)

(180) “Ada beberapa masjid, yeee, understand? Antum, understand, yeeee….. (E: 237)

(181) “Gedung putih juga takut! Understand? Yeee….” (E: 239)

(182)Pria Italia sungguh flamboyan dan mereka passionate. (E: 247)

(183)Satu kata yang dipakai jika boring: membosankan, kurang cukup. (E: 284)

Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada contoh diatas adalah impossible ‘mustahil’, excellent ‘baik sekali/ unggul’, passable ‘cukup baik’, real ‘nyata’, mood

‘selera’, delay ‘lambat’, understand ‘mengerti/ paham’, passionate ‘penuh kasih’, boring

‘bosan’ merupakan kata sifat yang menyatakan penilaian pada kata benda.

b. Kata sifat atau adjektiva yang menyatakan perasaan batin digunakan pada kata benda yang menyatakan orang atau yang diorangkan.


(57)

(184)Cepat dan praktis. Tak ada kejadian seperti yang sering kulihat di TV, misalnya: Congratulations! (E: 40)

(185)Seperti dulu sejak SMA , perempuan itu tetap indifferent, tak acuh. (E: 46)

(186)Ia gadis muda yang luar biasa cantik, gorgeous. (E: 53)

(187) “Sungguh keterlaluan Simon Van Der Wall itu. Unbelievable! Terrible! Horrible! (E: 72)

(188)“Outrageous!! Tapi jangan khawatir, Erika akan membawa kalian kembali ke

Brugge dan membereskan semua persoalan dengan Simon,ok?” (E: 72)

(189)Kami excited membayangkan kesan pertama melihat Eiffel tapi masih belum tahu cara menuju ke sana. (E: 78)

(190)Tergopoh-gopoh tak keruan, bukanlah nature mereka. (E: 99)

(191) Aku nervous mendekati pintu itu. (E: 161)

(192)Kulitku tampak fantastic karena lengket ditaburi teritip dan bulir-bulir mutiara imitasi. (E: 185)

(193) “Fantastic! Bagaimana kalian bisa melakukan semua itu?” (E: 246)

Kata-kata Inggris yang menyisip pada masing-masing data diatas adalah kata

congratulations ‘selamat’, indifferent ‘tak acuh’, gorgeous ‘indah’, unbelievable ‘luar


(58)

excited ‘gembira’, nature ‘sifat’, nervous ‘gugup’, fantastic ‘fantastik’ merupakan kata

sifat yang menyatakan perasaan batin digunakan pada kata benda.

4.1.1.4 Kata Tugas

Salah satu bagian dari kata tugas adalah kata sambung atau konjungsi. Kata sambung atau konjungsi adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa atau klausa dengan klausa (Alwi, 2003: 296).

a. Kata sambung atau konjungsi yang menyatakan ‘gabung biasa’.

contoh:

(194)Prestasi akademik The Brits and Yankee fluktuatif. (E: 98)

(195)Aku pernah melihatnya mengangkat barbell 110 kilogram secara clean and jerk! (E: 170)

(196)Sebagian kecil orang berkerumun di kios-kios fish and chip. (E: 283)

Kata sambung yang menyisip pada contoh kalimat di atas adalah kata and ‘dan’. Kata and merupakan kata sambung atau konjungsi yang menyatakan hubungan penjumlahan.

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase

Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 1995: 151). Penyisipan unsur-unsur yang


(59)

berwujud frase maksudnya adalah penyisipan frase dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang merupakan bahasa inti. Jenis frase yang ditemukan dalam novel Edensor karya Andrea Hirata yaitu frase nominal, frase verbal, frase adjektival, dan frase adverbial. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase dapat dilihat pada data berikut ini:

4.1.2.1 Frase Nominal

Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan nominal (Ramlan, 1995: 158).

a. Frase nominal yang menyatakan hal

Contoh:

(197)Beasiswa itu menawarkan semacam turning point: titik belok bagi hidupku, sebuah kesempatan yang mungkin didapat orang yang selalu mencari dirinya sendiri. (E: 42)

(198) Ia mendalami street performance atau pertunjukan seni jalanan. Perspektifnya tentang seni jalanan amat memikat. (E: 55)

(199)Ini konsep street performance yang genius, yang akan membuat para turis menghujani mereka dengan koin-koin Euro. (E: 174)

(200) Penduduk Prancis memiliki culture litterair, melek budaya, dan bercita rasa tinggi. (E: 87)


(60)

(201) Di sisi lain, manusia gampang sekali menjatuhkan penilaian, judge minded. (E: 95)

(202) Kami terkagum, lalu sampailah mereka pada analisis master plan industri otomotif Jerman. (E: 108)

(203) Kawan, goyang kepala itu bukan perkara sederhana, tapi semacam cultural gesture. (E: 105)

(204) Karena itu, konsentrasi studi yang kuambil di Sorbonne adalah Economics Science. (E: 130)

(205) Minggu depan aku ke Paris, fashion show untuk summer, di Various, ketemu ya…. (E: 150)

(206) Sebuah event organizer mengundangku dan Arai untuk acara fashion show, tentu saja karena permintaan Famke secara pribadi. (E: 152)

(207) Fashion show haute couture di Paris bukan sekadar soal sandang tapi keseluruhan konsepnya adalah karya seni adiluhung. (E: 153)

(208) Biar lebih dramatis, kutambahkan bahwa kami mengalami apa yang disebut pengacara perkara rumah tangga di Hollywood sebagai irreconciable differences. (E: 159)


(61)

(210) Bagi mereka, ini sama sekali bukan soal pertaruhan mengelana Eropa, tapi ini soal hierarki Maslow: self esteem. (E: 168)

(211) Ruangan disesaki euforia musim panas. Winter sickness telah dilungsurkan oleh summer fever. (E: 169)

(212) Kesulitan trombon ibarat rocket science dalam ilmu pasti. (E: 174)

(213) Seni mereka adalah lukisan-lukisan di galeri, seni teknologi, musik klasik, atau performing arts yang terpelajar. (E: 194)

(214) Kiblat bagi pencinta budaya pop, untuk belajar musik, performing arts, dan seni rupa. (E: 283)

(215) Ia merepet. “Jam ini kedap air, tahu! Bullet proof!” (E: 214)

(216)Bergaya sedikit over acting ia mengecek situasi. (E: 256)

(217) Apapun yang kuhaturkan ke haribaan meja besarnya yang berwibawa, sudah harus scientifically acceptable. (E: 276)

(218) “Kalau tak ingin hilang waktu, ikut saja exchange program, pindah ke Sheffield Hallam University, lanjutkan risetmu dengannya.” (E: 278)

Pada contoh di atas terdapat penyisipan frase nominal yang menyatakan hal dalam bahasa Inggris, seperti frase turning point ‘titik penentuan’, street performances ‘pertunjukan jalanan’, culture litterair ‘keanekargaman budaya’, judge minded


(1)

Ayah adalah seorang family man. Sejak muda ia mengencangkan ikat pinggang, bekerja membanting tulang. (E: 48)

• Di lantai tiga kami melihat pintu ditempeli pelat: Simon Van Der Wall, MVgT,

Building Manager. (E: 59)

Isabelle seorang literary agent yang ternama, tugasnya menilai naskah-naskah sastra mendesain intellectual framework sebuah diskusi buku, sampai mengurusi beberapa penulis kondang Prancis. (E: 82)

Maurent akan selalu berhubungan dengan kami karena ia adalah liaison officer, petugas penghubung kami dengan Sorbonne. (E: 83)

Maurent LeBlanch, liaison officer kami, prihatin melihat kondisi Arai. (E: 277)

Aku selalu tertarik menjadi semacam life observer, sejak aku menemukan fakta bahwa sebagian besar orang tak seperti bagaimana mereka tampaknya. (E: 95)

Disitulah daya tarik terbesar menjadi seorang life observer. (E: 95)

Tapi tak tanggung-tanggung, ia adalah seorang calon grand master. (E: 107)

Politisi Georgia sangat bangga akan memiliki grand master perempuan. (E: 107)

Sisanya selalu terlambat, berantakan, dan tergopoh-gopoh adalah the pathetic four. (E: 103)

Ia selalu bersama the pathetic four, tempat segala hal yang marginal. (E: 107)

Kawan-kawanku The Brits, Yankee, kelompok Jerman, dan Belanda adalah para

pub crawler kawakan. (E: 111)

• Alessandro D’Archy, si ganteng itu adalah arjuna kelas kami sekaligus seorang Italia yang agak play boy. (E: 113)

Ia mengaku bahwa sebenarnya ia adalah seorang executive clerk yang punya enam puluh tujuh anak buah. (E: 117)

Langsung kuduga seorang pesaing yang frustasi, yang juga seorang computer

freak telah menggelapkan e-mail account Katya untuk memperolokku. (E: 125) • Lebih dari semuanya, aku ingin sekali menjadi seperti Adam Smith, menjadi

seorang economics scientist, ilmuwan ekonomi. (E: 130)

Aku baru saja merayakan cita-cita menjadi seorang economics scientist tapi rupanya ayahku ingin aku menjadi ahli madya pupuk. (E: 141)

Sungguh konstruktif, sekarang aku ingin menjadi economics scientist dan Arai ingin menjadi microbiologist! (E: 138)

• Meskipun seragamku sangat anggun, lengkap dengan topi tingginya, dan ayahku pasti bangga melihatnya, namun pekerjaan door man adalah pekerjaan yang mengerikan. (E: 148)

Akhirnya, kami hadir dalam acara hebat itu mengenakan setelan jas door man dan


(2)

Di belakang mereka, tak kurang dari hair stylist ternama yang sering kulihat di

Fashion TV. (E: 153)

Para fashion editor, paparazzi, dan fotografer dari Vogue dan majalah-majalah mode terkenal seperti Carine Roitfield, Mario Testino, Robert Rosen, Jennifer Houston, sibuk tak keruan. (E: 153)

Karya mereka adalah master piece. (E: 186)

• Pak Toha ke mana-mana membawa tabung pestisida kerena ia adalah seorang

insect exterminator. (E: 225)

“Tidakkah kau merasa dirimu berlibur terlalu lama, Young Man?!” (E: 275)

Wajahnya anggun, English lady tulen. (E: 286)

Kantor perusahaan itu adalah ruko. Kami memencet bel, rolling door bergulung naik. (E: 39)

Dari central station Amsterdam kami naik kereta menuju Brussel. (E: 55)

• Mengikuti sketsa dari Famke, kami melintasi centang perenang rel trem di luar

central station menuju Damrak, yang terkenal seantero jagat sebagai red zone

Amsterdam. (E: 178)

Dari buku Cillins Word Atlas aku melihat Brugge tepat berada di sisi North Sea, laut terdingin yang disarankan untuk dihindari selama winter, karena dinginnya berbahaya. (E: 62)

Kami meloncat-loncat girang karena di antara jejeran compact disk musisi dunia tampak album Anggun C. Sasmi. (E: 87)

Melalui teknologi video conference, mereka menghadirkan seorang pakar sekaligus eksekutif penting Mercedes Bens secara life, real time, langsung dari Munich. (E: 109)

Katya meningkatkan daya tariknya dengan memainkan laser pointer di tangannya. (E: 109)

Stansfield, Townsend, dan Katya berebutan memasukkan koin ke dalam juke box. (E: 112)

Paris di hari-hari akhir musim salju tak ubahnya gemerincing snare drum musik country jazz Norah Jones: simpel, terduga, dan menimbulkan perasaan senang. (E: 145)

Tiang listrik yang jelita, namun dialah satu-satunya alasanku menonton fashion

TV. (E: 151)

• Bapaknya, yang senang dapat anak perempuan, setelah enam anak laki-laki, mengabarkan berita itu kemana-mana, sehingga Njoo Xian Ling cilik muncul di

search engine Internet. (E: 162)

Halamannya luas berlandaskan paving block hitam dikelilingi toko-toko dan Museum Madame Tussauds. (E: 179)


(3)

Ban mobil gemeratak di atas paving block dan jantungku berderak. Aku nervous. (E: 184)

Berbagai bentuk parodi, sampai big band lengkap dengan section alat tiup puluhan orang. (E: 179)

Sisa tubuhnya yang tak ditutupi kostum ikan duyung, dilabur cat body painting. (E: 182)

“And you, Ikal, sebagai anak ikan duyung, kau berbaring miring seperti wanita mengiklankan sun block di tepi pantai, memeluk ekor ibumu. (E: 183)

Malam terakhir di Jerman, kami membungkus diri dalam sleeping bag, tidur di sudut Stasiun Koln. (E: 193)

Berpura-pura tidur, aku tahu salah satu tentara itu mengancingkan sleeping bag Arai. (E: 193)

Kami meloakkan kamera digital, jaket, dan sleeping bag untuk membantu Lara membeli tiket kereta. (E: 198)

Menjual sleeping bag adalah perbuatan tolol, sebab sebagian besar Rusia Timur sebenarnya tak pernah mengalami musim panas. (E: 198)

Tak mengapa, kami masih punya second skin—baju terusan semacam baju monyet—yang penting untuk melawan dingin. (E: 198)

Padahal jika dingin menyerang, second skin itu nilainya sama dengan nyawa— demi membeli Asiacard untuk Arai. (E: 231)

Ketika kukatakan pada Arai mungkin lingkaran ketiga itu semacam water pass. (E: 214)

Namun mereka broad minded, berpikiran luas, dan akrab pada siapa pun. (E: 103)

• Setiap Jumat, kami melupakan tugas kuliah yang menggunung dengan melakukan ritual pub crawling. (E: 111)

Ia mengatakan aku hanya tinggal meminta saja (just ask) jika ingin dekat dengannya. (E: 124)

Ia mendekatiku dengan suatu gerakan slow motion. (E: 159)

Kuceritakan pada MVRC Manooj bahwa aku walk out dari Katya, ia menggoyangkan kepalanya tujuh kali. (E: 159)

• Kenyataan bahwa ia menggilai musik jazz, membuat Katya semakin cantik bagiku. Katya simply irresistible. (E: 112)

Ia tak mengucapkan apa pun selain good morning. (E: 69)

• “Tampil di jalanan? Dari kota ke kota? Kalian bisa mati kelaparan! Atau diciduk polisi! Kalau aku? Ha! No way, tak sanggup.” (E: 166)

No way! Kostum Famke Somers itu adalah nyawa kami. (E: 222) “Senang sekali telah kenalan dengan kalian, take care.” (E: 57)


(4)

Kenaikan itu disimpan untuk belanja sandang murah pada obral end season. (E: 103)

“Hallo Everyone…,” sapanya akrab. “Saya, Direktur Research and Development Mercedes Benz, siap memberikan second opinion atas analisa Katya, Marcus, dan Christian.” (E: 108)

• Takanan hidupku sebagai minoritas mencair karena semua orang bicara dalam bahasa yang sama: summer time! Liburan! (E: 146)

• Melalui persekongkolan dengan beberapa imigran gelap, aku mendapat pekerjaan

part time sebagai door man, tukang buka pintu di Restoran La Jaconde di

Goncourt. (E: 148)

Semua itu memberiku kesan bahwa aku memiliki informasi yang selalu ter-update. (E: 85)

• Townsend sadar betul kalau dirinya mirip Jennifer Aniston, maka ia habis-habisan meng-copy janda kembang itu. (E: 97)

Ia mengajari cara ber-make-up menggunakan pembersih wajah, alas bedak, two

way cake, bedak tabur, maskara, lipstick, glitter, dan cat body painting. (E: 186). Kukatakan kepadanya bahwa industri jam tangan tak se-innocent yang ia duga. (E:

215)

Aku melengos pergi. Bentley di-start, meluncur pelan mengiriku. (E: 234)

Butuh waktu dua hari me-reset mentalku dari euphoria pengembara untuk kembali menekuni kewajiban sebagai mahasiswa. (E: 276)

Kehadiran di setiap kota dibuktikan dengan meng-up load foto digital ke yahoophoto sehingga dapat dipantau lewat Internet. (E: 172)

Jika mood-nya sedang encok, ia semburkan: bloody moron! (E: 96)

Secara bersamaan Katya mengeluarkan handphone-nya, berbicara sebentar dalam bahasa Jerman, dan tiba-tiba muncul seseorang di layar. (E: 108)

Apalagi gesture-nya secara eksplisit mengetukkan kode-kode Morse: I am very

much available! (E: 112)

Wajah mereka tak jelas tapi kami mengenali gesture-nya. (E: 270)

Backdrop-nya pegunungan hijau Switzerland, awan-awan cerah, dan kawanan

biri-biri gendut. (E: 146)

• Dari sepuluh trombonis yang kudengar, tak lebih dari dua orang yang tak pernah meleset tone-nya. (E: 174)

Imam, bersama empat orang bodyguard-nya tadi, berbalik menuju kami. (E: 241)

Ehmm, maaf ya … ehmmmmmm …, duh, gimana ya… Untukkukah e-mail-mu ini? (E: 125)

Tak suka acaranya, raih remote-mu, ganti saluran, beres!” (E: 158)


(5)

“Peluk backpack-mu kalau tidur.” (E: 246)

Sering, jika kehabisan ide untuk paper-ku, atau kelelahan ditimbuni tugas hingga batok kepalaku menciut. (E: 132)

Jonas menarik backpack-ku, isinya terburai. (E: 222)

• Di Sheffield, aku tinggal di London Road, dalam permukiman komunitas Pakistan. “Sheffield is dull,” kata Zahid, Landlord-ku. (E: 284)

Disudut-sudut terminal, di bantaran lorong-lorong menuju platform kereta

underground, para imigran gelap membenahi sleeping bag-nya. (E: 77) F word merupakan ciri khas makiannya, trade mark-nya. (E: 97)

Terutama karena pembawaannya yang gembira dan paras baby face-nya. (E: 106)

Katya melepaskan sun glasses-nya. Matanya terpicing. (E: 119)

Untuk memetakan interkoneksi telekomukasi, namun karena motivation letter-ku yang hebat luar biasa. (E: 45)

Diam-diam kuloakkan second skin-ku, tindakan yang tolol tak terkira. (E: 230)

Kutatap mata lelaki simpai keramat yang selalu membelaku itu, dialah lone

ranger-ku. (E: 277)

Slide-slide presentasi mereka sangat hebat, berformat flash macromedia yang

canggih sehingga begitu banyak substansi cerdas disajikan dalam waktu singkat, dengan sedikit kata saja. (E: 108)

Hentakan halus tone-tone techno memasuki ruangan, fade in. (E: 153)

Kami memanggut lagi very-very good! (E: 239)

“Imam ingin bertemu kalian! Ah, alangkah beruntungnya! Very-very good……” pekiknya. (E: 239)

• Saat menghujamkan cap itu aku dilanda perasaan menjadi orang penting, dirasuki sindrom kekuasaan. Oh, power is sweet. Sekarang aku paham mengapa orang gila kuasa. (E: 41)

• Mereka melongok lalu kembali ngobrol karena tak kenal mereka merasa tak perlu membuka pintu. Kami mafhum, ini negeri mind your own business! (E: 58)

Motto mereka Tiga P: Preparations Perfect Performance, maksudnya penampilan

yang sempurna tak lain karena persiapan yang matang. (E: 99)

Tawaran mereka tegas: take it or leave it, filosofi mereka menarik, yakni nothing

to loose. (E: 120)

• Sang perempuan, mungkin sudah lima kali kawin dengan empat belas anak dan akhirnya menemukan a love for a lifetime! (E: 252)

Ia memanggilku Tonto dan kami segera menjadi partner in crime. (E: 26)

Disebuah jurnal ternama, Dr. Woodward pernah menulis artikel berjudul Why


(6)

Ia ingin menetralisir suasana. “Ok then, let’s start over!! Maafkan aku atas kejadian semalam, Anak Muda.” (E: 72)

“Seminggu ini kita akan membuat term of reference riset kalian.” (E: 72)

“Anak? Ughhhh….no way man. Ngompol, basah, lengket, bau, ribut, dan sangat egois!” Isabelle bersabda. (E: 81)

• Anggun telah mengharumkan nama bangsa. Ia satu-satuya artis Indonesia yang punya internasional fan club. (E: 88)

Kelasku bukan sekedar ruang untuk belajar science tapi juga university of life. (E: 95)

Orang Inggris sendiri menjuluki orang seperti dia sebagai a dedicated follower of

fashion, orang yang berkejar-kejar dengan mode, kira-kira begitu. (E: 96) “Ini bukan kesalahan,,,.it’s for real” katanya merdu sekali. (E: 126)

Kami menikmati daya tarik turning a friend into a lover, mengubah teman menjadi kekasih, ternyata proses itu menyenangkan. (E: 127)

Raja Artur yang penuh intrik, diganti dengan pentas Sound of Music. (E: 146)

Namun, yang kutonton berulang-ulang adalah parody, inspired by a true story, tentang dilemma seorang mahasiswa Indonesia di Paris. (E: 147)

Sekaranglah saat mewujudkannya, right here, right now. Aku kembali bekerja. (E: 149)

Selanjutnya, kami menikmati saat-saat turning back a lover into a friend, membalikkan lagi dari pacar menjadi teman, rupanya, bisa juga menjadi indah. (E: 159)

Perpisahan yang menyedihkan. Take care, guys, pesan terakhir Famke. (E: 186)

Jika kuiyakan, aku termasuk high class male prostitute. Apa yang dilihat laki-laki itu pada diriku? (E: 234)

Blessing in disguise, berkah terselubung dari turis-turis mabuk kepayang yang

sudah tak lurus lagi akalnya. (E: 251)

Kalau menanyakan kabar: how are you? Cukup satu kata: allright? Itu pun lucu kedengarannya: Oraik? (E: 284)