Karakteristik Sarang Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman jenis primata yang
tinggi, salah satu diantaranya adalah orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Orangutan merupakan salah satu primata yang sekarang paling terancam di dunia.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan status
orangutan sebagai endangered species atau spesies dalam keadaan genting. Pada
tahun 1993, diperkirakan jumlah orangutan Indonesia dan Malaysia telah menurun
30-50 % dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sementara habitatnya telah
menyusut sebanyak 80% dalam kurun waktu 20 tahun terakhir (Primack et al.,
1998).
Orangutan biasanya hidup di hutan hujan tropis dalam batas-batas alam
yang tidak dapat dilampaui seperti sungai atau gunung yang tingginya lebih dari
2000 m, orangutan hidup di dataran rendah dan juga di dataran tinggi hutan
Indonesia (Hidayah, 2007). Penyebaran orangutan di Indonesia saat ini paling
banyak berada di Sumatera, sedangkan tempat tinggal terbesar dan tidak
terganggu adalah Kalimantan Timur.
Orangutan sumatera (Pongo abelii) dapat ditemukan di kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser yang merupakan salah satu habitat terbesar orangutan di

pulau Sumatera. Berdasarkan data Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
(BBTNGL, 2010), Taman Nasional Gunung Leuser ini adalah kawasan
pelestarian alam di Indonesia dengan luas 1.094.692 Ha, Taman Nasional ini
meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan oleh hutan lebat tinggi
yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis.
Pada awal tahun 1970, Rijksen (1998) memperkirakan bahwa kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 2.000-5.000 orangutan, terutama di
kawasan pinggiran. Selanjutnya Meijard et al, (2001), menjelaskan bahwa
orangutan berada di petak-petak habitat yang luasnya antara 35% (lahan kering)
dan 50% (rawa) di kawasan ini, sehingga jumlah total orangutan dalam batas1
Universitas Sumatera Utara

batas suaka ini kemungkinan berkisar 2.000 ekor. Namun sejak akhir 1970-an
banyak kawasan dataran rendah ini mengalami degradasi, perambahan dan
konversi hutan yang parah sehingga habitat orangutan terganggu sehingga
berpindah tempat.
Salah satu habitat orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang terdapat di
TNGL yaitu kawasan hutan sekunder Resort Sei Betung. Berdasarkan data Balai
Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL, 2010) kawasan restorasi,
Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan areal

bekas perkebunan sawit PT. Putri Hijau dan PT. Rapala yang terletak di pinggiran
TNGL dengan memiliki luas 9.734 Ha. Resort Sei Betung memiliki dua jenis
hutan yaitu hutan primer dan hutan sekunder. Hutan sekunder hasil restorasi yang
terdapat di Resort Sei Betung ini seluas 500 Ha, walaupun masih tergolong
kedalam hutan baru atau sekunder, orangutan sudah menepati kawasan tersebut
untuk bersarang dan beraktivitas. Hal tersebut terbukti karena ditemukan sarang
orangutan dalam jumlah yang banyak disekitar kawasan hutan ini, namun
demikian jarang dijumpai individu orangutan secara langsung, karena kawasan
tersebut berbatasan langsung dengan hutan primer dan sulit untuk menemukan
individu orangutan yang selalu berpindah-pindah untuk mencari makan dan
bersarang.
Wardaningsih (1992), menyatakan bahwa orangutan sering berpindahpindah dari suatu tempat ketempat lain, maka tiap harinya orangutan membuat
sarang-sarang baru. Dalam membuat sarang, orangutan memilih pohon yang
sesuai dengan seleranya. Kebanyakan disesuaikan dengan strategi dan pohon
makanan terakhir yang dikunjunginya. Menurut Walkers (1983), sarang dibuat
dari ranting dan daun yang masih segar, biasanya pada ketinggian 15 meter
sampai 20 meter dari permukaan tanah.
Sarang orangutan tidak permanen sifatnya (Sugardjito, 1983). Lebih lanjut
Rijksen (1978), menyatakan bahwa orangutan seringkali membuat sarang baru
dilokasi yang berbeda atau dengan memperbaiki sebuah sarang lama. Sarangsarang tersebut dapat digunakan selama dua malam atau lebih, sedangkan

ketahanan sarang orangutan dapat bervariasi dari dua minggu sampai lebih dari
satu tahun.

2
Universitas Sumatera Utara

Sarang orangutan lebih mudah dijumpai dibanding hewannya sendiri dan
dapat terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat dilakukan
pengamatan dalam jangka waktu tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut maka
perlu dilakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Sarang Orangutan
Sumatera (Pongo abelii) Di kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung
Taman Nasional Gunung Leuser”.
1.2. Permasalahan
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) ditemukan hidup di hutan sekunder
kawasan Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser. Hutan ini
merupakan hutan yang masih baru ditempati oleh orangutan Sumatera sebagai
tempat bersarang dan beraktifitas, namun demikian sampai saat ini belum
diketahui bagaimanakah karakteristik sarang orangutan di lokasi tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sarang orangutan

Sumatera (Pongo abelii) berdasarkan kelas sarang, posisi sarang, ketinggian
sarang dan dominasi pohon tempat bersarang di kawasan hutan sekunder, Resort
Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang
karakteristik sarang orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang berada di kawasan
Resort Sei Betung TNGL, sehingga dapat dijadikan acuan untuk konservasi dan
restorasi hutan sebagai habitat orangutan. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaatsebagai informasi dan acuan untuk penelitian selanjutnya.

3
Universitas Sumatera Utara