Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap
pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang
sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa kehamilan
adalah salah satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon ibu dan bayi yang
dikandungnya membutuhkan gizi yang cukup banyak (Depkes RI, 2004).
Kekurangan gizi pada pertumbuhan janin akan mengakibatkan beberapa keadaan
seperti kekurangan energi protein (KEP), anemia gizi, defisiensi yodium, defisiensi
vitamin A dan defisiensi kalsium. Salah satu yang dikhawatirkan adalah kekurangan
energi protein (KEP) karena dapat menyebabkan kerusakan pada susunan saraf pusat. Hal
ini disebabkan karena kerusakan susunan saraf pusat juga dapat mengakibatkan gangguan
pada otak janin yaitu pada tahap pertumbuhan otak dimana lebih sedikit sel-sel otak yang
berukuran normal terbentuk (Depkes RI, 2004).

Nelly Agustini Simanjuntak : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009


Universitas Sumatera Utara

Walaupun berat badan ibu kecil pada trimester

I

kehamilan tetapi sangat

membutuhkan gizi yang tinggi karena pada trimester pertama ini plasenta terbentuk.
Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trimester I dan II

akan

meningkatkan

kemungkinan lahirnya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Hal ini terjadi karena
plasenta mengecil sehingga mengakibatkan berkurangnya zat-zat makanan ke janin. Bayi
dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko kematian lebih tinggi dibanding
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (Saimin, 2008).
Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya

angka bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah di Indonesia yang diperkirakan
mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Oleh karena itu penanggulangan anemia gizi
menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang telah dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka panjang I
(Sohimah, 2006).
Salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan
angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup (Sarwono, 2002). Masalah yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu hamil yaitu 50,9% dan
sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin, sehingga yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi
(Depkes RI, 2003b).
Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa dan Bali (66,7%)
dan di daerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian yaitu 79,4% adalah angka
kematian neonatal yaitu pada usia 0-7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari.
Penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok
umur 0-7 hari tertinggi adalah prematur dan berat badan lahir rendah (35%), kemudian
asfiksia lahir (33,6%) (Depkes RI, 2003a).
Nelly Agustini Simanjuntak : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, pada
skala nasional juga masih terjadi kesenjangan kematian bayi antar

propinsi dengan

variasi yang sangat besar yaitu propinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000
kelahiran hidup (tertinggi) dan propinsi D.I Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran
hidup (terendah). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur dibawah 1
bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah
(BBLR) (Depkes RI, 2003a).
Pemantauan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik pada awal kehamilan dan
selama masa kehamilan merupakan upaya pendekatan yang potensial dalam kaitannya
dengan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak. Situasi pelayanan obstetrik di Indonesia
dimana sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun (>60%). Sementara lebih
dari 60% bidan di desa-desa masih memerlukan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan terutama keterlambatan dalam mendeteksi kehamilan dapat teratasi apalagi

terhadap kehamilan yang berisiko tinggi sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu
dan perinatal dapat berkurang (Saimin, 2008).
Di Rumah Sakit Pematang Siantar ditemukan 300 kelahiran hidup dengan 66 (22%)
kasus bayi lahir dengan berat lahir rendah dengan ibu hamil yang menderita
anemia180 orang (55%) dari 327 orang ibu hamil (Selvia, 1999).
Demikian juga di daerah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2006 dari 18.782
kelahiran hidup ditemukan bayi yang BBLR sebanyak 2956 orang (15%) dengan ibu
hamil yang menderita anemia sebanyak 8884 orang (47,04%) dari 18.883 orang ibu
hamil dan pada tahun 2007 dari 18.927 kelahiran hidup ditemukan sebanyak 3477
orang (18,37%) bayi yang BBLR dan jumlah ibu hamil yang anemia sebanyak 9120
orang (47,71%) dari 19.112 orang ibu hamil. Terjadi peningkatan jumlah bayi yang
lahir dengan BBLR dan ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2007 dari
tahun sebelumnya (Dinkes Lab. Batu 2006-2007).
Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat di Kabupaten
Labuhan Batu pada tahun 2007 dari 412 ibu yang melahirkan didapati sebanyak 30
orang (7,28%) kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Berdasarkan data-data tersebut di atas yang menyebabkan peneliti ingin melakukan
Nelly Agustini Simanjuntak : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009


Universitas Sumatera Utara

penelitian tentang hubungan anemia pada ibu hamil dengan BBLR di Badan
Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu
tahun 2008.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
permasalahannya adalah tingginya/banyaknya kejadian anemia pada ibu hamil
dengan kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU)
Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan
Batu tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten
Labuhan Batu tahun 2008.

2. Untuk mengetahui hubungan anemia dengan kejadian BBLR setelah dikontrol
faktor kesehatan ibu dan faktor kehamilan di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR
yang dapat dijadikan evaluasi dan pengambilan kebijakan di dinas kesehatan
kabupaten dalam rangka menurunkan angka BBLR

Nelly Agustini Simanjuntak : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan
konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai
deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka mencegah bayi lahir BBLR.
3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat mengenai hubungan anemia pada ibu hamil

dengan kejadian bayi BBLR.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam dua
kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena premature (usia kandungan kurang dari
37 minggu) atau bayi berat lahir rendah karena intrauterine growth retardation
(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk usianya (Depkes RI,
2003). Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Prawirohardjo,
2002) :
a. Bayi dengan berat badan normal, yaitu > 2500 gram.
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram – 2500
gram.
c. Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya adalah
< 1500 gram.

Nelly Agustini Simanjuntak : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di

Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Praktik Bidan Sumiariani, AMKeb Kecamatan Medan Johor

2 37 67

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

0 38 60

Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

2 59 64

Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

1 14 64

Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

0 0 2

Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

0 0 14

Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008

0 0 3