Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Informasi Pada Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Acara Wide Shot di Metro TV Terhadap Upaya Pemenuhan Informasi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP USU)

BAB II
URAIAN TEORITIS
2.2 Kerangka Teori
Sebelum terjun ke lapangan, seorang peneliti harus terlebih dahulu
menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan kajian tentang
bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan dalam
perumusan masalah yang akan diteliti.
Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang
dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah
atau sub masalah (Nawawi, 2001:39-40). Adapun teori-teori yang dianggap
relevan dengan penelitian ini yaitu Komunikasi, Komunikasi Masa, Televisi,
dan Uses and Gratification Theory.
2.1.1 Komunikasi
Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu
communis yang berarti sama (Lubis, 2011: 6). Maksudnya ialah dimana membuat
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico,
yang berarti berbagi (Vardiansyah, 2004: 3). Di sini berbagi yang dimaksud
ialah adanya pemahaman melalui pertukaran pesan yang dilakukan bersama.
Jika sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris communicate, komunikasi
berarti untuk saling bertukar pikiran, berisikan informasi serta memiliki perasaan
dalam sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan kata benda (noun) yaitu

communication memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan-pesan yang sama
melalui sistem simbol-simbol di antara individu-individu atau sebagai seni dalam
pengekspresian gagasan atau pendapat.

Universitas Sumatera Utara

Harold Laswell (Fajar, 2009: 32) mendefinisikan komunikasi dengan
membuat formula “Who Says What in Which channel to Whom with What effect?”
(Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek
bagaimana?). Bahwa dengan pernyataan seperti itu, dapat menggambarkan
bagaimana seharusnya berkomunikasi yang baik agar dalam proses komunikasi
dapat dipahami.
Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan, pertanyaan yang di ajukan itu, yakni:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (message)
3. Media (Channel, media)
4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, receipent)
5. Efek (effect, impact, influence).
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimmbulkan efek tertentu.
Seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, Everett M. Rogers
mendefinisikan komunikasi pada studi risetnya, yaitu komunikasi adalah
proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Setelah itu definisi
komunikasi tersebut dikembangkan lagi bersama D. Lawrence Kincaid sehingga
menghasilkan definisi yang baru, bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam (Cangara, 2007: 20).

Universitas Sumatera Utara

Dari berbagai definisi komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses pertukaran informasi
yang disampaikan oleh komunikator dengan menggunakan media (dapat berupa
alat penginderaan, media masa dan sebagainya) kepada komunikan yang pada
akhirnya memiliki efek atau umpan balik. Dalam komunikasi, pemahaman makna
pesan dari komunikator merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika

pesan yang disampaikan diterima begitu saja tanpa diketahui apa yang sebenarnya
telah dimasukkan ke dalam pikiran kita, hal itu akan menjadi sia-sia karena kita
sulit untuk mencerna makna apa yang dimaksud. Jelas, yang menjadi penentu
dalam berkomunikasi ialah adanya pemrosesan pesan.
2.1.1.1 Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga dapat
diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum, tujuan komunikasi
(Effendy, 2005:8) ialah:
1) Mengubah sikap (to change the attitude)
2) Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion)
3) Mengubah perilaku (to change the behaviour)
4) Mengubah masyarakat (to change the society)
Dengan adanya komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta
bagaimana sikap itu dapat berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat
memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki sikap
tidak patuh dan suka melawan kepada kedua orang tuanya, namun bisa saja anak
tersebut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya, karena hasil belajar
dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang menyebabkan si anak memiliki
perubahan dalam sikapnya.


Universitas Sumatera Utara

Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah masyarakat.
Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga melalui komunikasi
mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta mengubah perilaku mereka
menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak mudah untuk mengubah
masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih dekat dan menyeluruh seperti
komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB) dalam sebuah desa,
agar informasi-informasi mengenai hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh
masyarakat bahwa pentingnya untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga
dengan kegiatan bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya
hubungan yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih
nan indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan fungsi
sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy, 2003:27)
yaitu:
1) Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal maupun
eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang

berpengaruh.
2) Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungannya
3) Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik dalam
kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan warisan sosial
pada keturunan selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Lebih singkatnya, fungsi komunikasi itu (Effendy, 2005:8) ialah:
1) Menginformasikan (to inform)
2) Mendidik (to educate)
3) Menghibur (to entertain)
4) Mempengaruhi (to influence)
Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya
memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga kita
bisa mengetahuinya. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru
menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam proses
belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang diterangkan
oleh gurunya. Dan secara langsung, guru telah mendidik sehingga memengaruhi
para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di sekolah. Acara

komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut dan pesulap dalam
sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua dilakukan untuk penyegaran
semata dan sebagai kesenangan individu maupun kelompok.
2.1.1.2 Gangguan dalam Komunikasi
Dalam berlangsungnya komunikasi, tidak semua pesan dari komunikator
pasti diterima oleh komunikan. Hal ini sering kali dialami karena sejumlah
gangguan (noise) sehingga pesan tidak bisa dimaknai sebagaimana yang
dimaksudkan. Gangguan komunikasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan
di mana proses komunikasi berlangsung tidak sebagaimana seharusnya.

Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya, terdapat dua gangguan utama komunikasi, yaitu gangguan
teknis dan gangguan semantik (Vardiansyah, 2004:97). Gangguan teknis ialah
gangguan yang terjadi selama proses penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan, yakni mulai proses pengiriman pesan hingga pada proses penerimaan
(receive). Dari sinilah gangguan terjadi pada saluran atau media komunikasi.
Misalnya, pada saat kita melakukan webcam-an di skype, terjadi gangguan pada
jaringan internet sehingga menghasilkan suara yang kurang jelas dan gambar
di skype menjadi agak kabur.

Sedangkan gangguan semantik ialah gangguan yang terjadi akibat
kesalahan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, seperti kata-kata yang
digunakan terlalu banyak, memakai kata asing serta latar belakang budaya
sehingga menyebabkan sulit dipahami oleh khalayak tertentu. Misalnya seorang
anak yang merantau dari Medan berkuliah di Universitas Indonesia (UI), Jakarta.
Dia ingin mengajak teman-temannya untuk berkeliling kota Jakarta dengan
menggunakan kereta. Di daerah Medan, kereta diartikan sebagai sepeda motor.
Namun teman-temannya bingung, kenapa berkeliling kota harus menggunakan
kereta? Padahal kereta di Jakarta diartikan sebagai kereta api. Hingga pada
saat ingin berangkat ke tujuan terjadi kekeliruan, si anak Medan menunggu di
basecamp, tempat biasa mereka berkumpul dengan kereta Mionya, sedangkan
teman-temannya menunggu di stasiun kereta api.
Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa terjadi gangguan komunikasi
dalam penggunaan kata-kata di dua (2) kota yang berbeda arti, sehingga
menimbulkan persepsi yang keliru dan salah pengertian.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2


Komunikasi Masa
Komunikasi masa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan

kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat (rakhmat, 1995:189). Komunikasi masa dapat diartikan sebagai proses
komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat
mekanis seperti radio, televisi, dan film (Cangara,2002:36).
Komunikasi Masa yang berciri sebagai berikut :
1. Komunikasi ditujukan kepada masa atau orang banyak sebagai komunikasi.
2. Komunikasi dilakukan serentak.
3. Komunikasi

merupakan

suatu

original


lembaga

atau

orang

yang

dilembagakan.
4. Pesannya bersifat umum.
5. Media yang digunakan adalah media masa artinya bias menjangkau sekaligus
banyak orang.
6. Umpan balik atau feed back tidak langsung (sastropoetro, 1990:12).
Komunikasi masa didefenisikan sebagai komunikasi yang berlangsung
dalam situasi yang interposed ketika antar sumber dan penerima tidak terjadi
kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima
melalui saluran media masa seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televisi
(Wiryanto, 2000:3).

Universitas Sumatera Utara


Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi masa
menghasilkan suatu produk yang berupa pesan-pesan komunikasi untuk
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak secara berkelanjutan sesuai dengan
jarak waktu yang ditetapkan. Adanya teknologi yang semakin berkembang
pesat menyebabkan penyampaian pesan komunikasi melalui media masa tersebut
dapat dengan mudah untuk disebar. Sama halnya dengan lembaga sebagai
komunikator. Namun, dalam komunikasi masa, komunikator cenderung sulit
untuk mengetahui umpan balik dengan segera karena umpan balik relatif
tidak ada. Untuk mengetahuinya, biasanya komunikator (lembaga maupun bentuk
organisasi lainnya) melakukan survey atau penelitian.
Berdasarkan pada definisi komunikasi masa yang sudah dikemukakan oleh
para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi masa adalah suatu
proses komunikasi yang menggunakan media masa modern (media cetak dan
media elektronik) dalam menyebarkan informasi yang ditujukan pada khalayak
yang heterogen dan anonim sehingga pesan dapat diterima secara serentak.
Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa komunikasi masa merupakan suatu
proses komunikasi yang menggunakan media dimana dalam penelitian ini yang
digunakan adalah televisi.
2.1.2.1 Proses Komunikasi Masa

Wilbur Schramm (Komala, dalam Karlina. 1999) mengatakan bahwa
untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal memerlukan tiga
komponen yaitu source, message, destination atau komunikator, pesan dan
komunikan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut masih terdapat
komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap.

Universitas Sumatera Utara

Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak akan berpengaruh
terhadaap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama
(komunikator-pesan-komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi,
baik itu komunikasi antar personal (interpersonal), kelompok maupun komunikasi
masa.
Pengertian proses komunikasi masa pada hakikatnya merupakan proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran
(channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio),
media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film).
Yang di maksud media di sini adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai
masa (sejumlah orang yang tidak terbatas).
Pengertian komunikasi masa pada intinya merupakan komunikasi yang
menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan
komunikasi secara masal, bertempat tinggal jauh, heterogen, anonym dan
menimbulkan efek-efek tertentu (Ardianto, 2004:32).
Harold D. Lasswell (komala dalam Karlina. 1999) seorang ahli politik di
Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori
dan penelitian komunikasi masa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula
dalam menentukan scientific studi dari suatu proses komunikasi masa dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut: who (siapa), says what

(berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa),
dan which what effect (dengan efek apa).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Masa
Melalui definisi-definisi komunikasi masa tersebut, dapat diketahui ciri-ciri
komunikasi masa. Menurut Effendy setidaknya terdapat lima ciri dari komunikasi
masa (Fajar, 2009:226) adalah:
1) Komunikasi masa berlangsung satu arah
2) Komunikator pada komunikasi masa melembaga
3) Pesan pada komunikasi masa bersifat umum
4) Media masa menimbulkan keserempakan
5) Komunikan komunikasi masa bersifat heterogen
Dalam komunikasi masa berlangsung satu arah (one-way communication)
tidak terdapat arus balik atau arus balik tertunda (delayed feedback) kepada
komunikator, karena melalui media masa maka komunikator dan komunikannya
tidak dapat melakukan kontak langsung. Arus balik tidak dapat diketahui oleh
komunikator dengan seketika, hanya dapat diketahui setelah proses komunikasi
itu terjadi. Dan jika pun terdapat arus balik, maka hal ini jarang sekali terjadi,
sehingga harus melakukan perencanaan dan persiapan. Misalnya, seorang reporter
dalam program “Headline News” di Metro TV membawakan berita kepada
khalayak. Dalam program itu terdapat selingan “Suara Anda”, yang ditujukan
kepada para penonton untuk memberikan tanggapannya secara langsung
mengenai berita yang dipaparkan melalui telepon, dengan lama waktu yang
ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi pada komunikasi masa melibatkan lembaga, dan komunikatornya
bergerak dalam organisasi yang kompleks karena media masa sebagai saluran
komunikasi. Peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain,
bukan individual. Misalnya, tulisan seorang penulis dalam sebuah majalah
ternama, tentunya didukung oleh redaktur pelaksana, korektor dan yang lainnya
supaya tulisan tersebut dapat dimuat dan dibaca oleh khalayak. Maka dari
itu komunikator pada komunikasi masa disebut juga komunikator kolektif
(collective communicator) karena tersebarnya pesan yang berupa informasi
merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja.
Pesan komunikasi masa bersifat umum (berupa fakta, peristiwa atau
opini), karena disebarkan melalui media masa yang ditujukan kepada semua orang
dan mengenai kepentingan umum.
Media masa dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak mengandung
ciri keserempakan (simultaneity), yakni disebarkan secara bersama-sama dalam
jumlah besar dan jarak jauh.
Dalam proses komunikasi masa, komunikan bersifat heterogen, yaitu di
mana mereka tidak saling mengenal satu sama lain dan keberadaanya yang
terpencar. Tentunya, dalam setiap individu dari khalayak itu memiliki hal yang
berbeda, misalnya jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan
lain-lain. Hal ini menjadi sulit bagi seorang komunikator dalam menyebarkan
pesannya melalui media masa kepada khalayak, dan setiap khalayak berkehendak
agar keinginannya dipenuhi. Untuk mendekati keinginan khalayak sepenuhnya
ialah dengan mengelompokkannya menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan,

Universitas Sumatera Utara

pendidikan, kebudayaan, serta hobi. Pengelompokkan tersebut dilakukan
oleh berbagai media masa dengan membuat acara tertentu, seperti acara kartun
“Si Unyil” yang ditayangkan oleh Trans7 ditujukan secara khusus untuk
anak-anak.
2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Masa
Komunikasi

masa

merupakan

komunikasi

dalam

media

modern

sebagai penyalurnya memberikan pengaruh yang kuat terhadap khalayaknya.
Fungsi komunikasi masa menurut Dominick (Ardianto dan Komala, 2004:16)
adalah sebagai berikut:
a.

Surveilance (Pengawasan)
Pengawasan mengacu pada peranan berita dari media masa. Fungsi pengawasan
meliputi pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) dan
pengawasan instrumental (instrumental surveillance). Fungsi pengawasan
peringatan terjadi apabila media menyampaikan informasi kepada kita
mengenai ancaman. Misalnya mengenai ancaman dari angin topan,
meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, atau adanya
serangan militer.
Sedangkan

fungsi

pengawasan

instrumental

merupakan

penyebaran

informasi yang memiliki kegunaan dapat membantu khalayak dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya berita tentang film yang sedang tayang di
bioskop, peningkatan atau penurunan harga saham di bursa efek, ide tentang
fashion dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

b.

Interpretation (Penafsiran)
Media masa memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting
dimana industri media memutuskan kejadian atau peristiwa tersebut untuk
ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca ataupun
pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya dalam komunikasi
antarpersonal atau komunikasi kelompok.

c.

Linkage (Pertalian)
Media masa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.

d.

Transmission of values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran ini disebut juga socialization (sosialisasi), dimana
mengacu kepada cara bagaimana individu mengadopsi perilaku dan nilai
kelompok. Media masa memperlihatkan kepada kita bagaimana untuk
bertindak dan bagaimana pengharapan mereka. Televisi sebagai salah satu
media masa yang sangat berpotensi dalam terjadinya sosialisasi (penyebaran
nilai-nilai) pada anak muda, terutama melampaui usia 16 tahun dengan
menghabiskan waktu menonton televisi dibanding kegiatan lainnya, kecuali
tidur. Kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya
terutama sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, semakin
maraknya tayangan kekerasan di televisi mengakibatkan terbentuknya
sosialisasi pada anak muda yang menontonnya sehingga berpikir bahwa
metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup.

Universitas Sumatera Utara

e.

Entertainment (Hiburan)
Fungsi media masa sebagai fungsi menghibur adalah untuk mengurangi rasa
kejenuhan ataupun mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan
melihat tayangan di televisi atau membaca berita-berita sehingga dapat
membuat pikiran khalayak menjadi kembali segar.
Dari keseluruhan fungsi tersebut, fungsi komunikasi masa ditentukan

dalam penggunaannya di media masa. Bagaimana media masa memberikan
pengaruh yang baik kepada khalayak untuk dapat menerima pesannya
(berupa data, fakta, informasi, berita maupun yang lainnya) sehingga komunikasi
masa dapat berlaku sebagaimana yang diharapkan oleh khalayak, sesuai dengan
kebutuhan informasi dari masing-masing individu maupun kelompok.
2.1.3 Televisi
Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang
merupakan media dari jaringan komunikasi dengan cirri-ciri yang dimiliki
komunikasi masa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,
pesannya

bersifat

umum,

sasarannya

menimbulkan

keserempakan

dan

komunikasinya bersifat heterogen (Effendy,1992:21).
Televisi adalah salah satu media dalam komunikasi. Dalam semua media
komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan
manusia (Ardianto dkk, 2004:125). Televisi merupakan media yang paling banyak
menarik perhatian komunikan karena kelebihannya yang mmampu menyatukan
unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya yang
bisa dilihat serta didengar dalam waktu yang bersamaan (suhandang, 2005:89).

Universitas Sumatera Utara

Televisi memiliki keunggulan dibandingkan oleh media elektronik lainnya,
karena televisi adalah sebuah media yang mampu memancarkan sebuah siaran
yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Televisi juga mampu
memberikan sebuah pengaruh yang besar terhadap pemirsanya, dan dapat
mengubah pandangan, sikap, persepsi, yang menjadi trend pada saat itu.
Tidak jarang pada kenyataannya televisi menimbulkan sebuah dampak
yang negatif maupun positif bagi yang melihatnya. Pada kenyataannya televisi
mampu mempengaruhi khalayak secara psikologis dan menyebabkan khalayak
yang menonton televisi terhanyut dalam peristiwa yang ditayangkan di televisi
yang pada akhirnya mempengaruhi khalayak dalam persepsi, pola pikir dan
tingkah laku.
2.1.3.1 Perkembangan Televisi di Indonesia
Sejak teknologi televisi hadir, televisi mulai diperkenalkan di berbagai
negara di dunia sebagai sarana yang dapat memberikan informasi kepada
masyarakat umum. Pada saat televisi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1962,
hal itu bertepatan pada pelaksanaan olahraga se-Asia IV (Asian Games IV) di
Jakarta. Televisi dengan nama Televisi Republik Indonesia (TVRI) resmi dibuka
oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1962 (Morissan, 2008:3).
Tujuan utama dari pengadaan televisi itu ialah untuk meliput semua kejuaraan
dan pertandingan selama pesta olahraga berlangsung.
Semakin maraknya perkembangan pertelevisian Indonesia, ditandai sejak
pemerintah mengizinkan kehadiran televisi swasta untuk mengudara pada tahun
1989. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun televisi pertama

Universitas Sumatera Utara

yang mengudara secara nasional pada tanggal 24 Agustus 1989. Kemudian secara
berturut-turut berdiri stasiun Televisi Surya Citra Televisi (SCTV) yang
mengudara pada Agustus 1989. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) mengudara
pada 23 Januari 1991, yang kini sudah mengganti nama menjadi MNC TV,
Andalas Televisi (ANTV) pada tahun 1993 dan Indosiar pada Januari 1995.
Dengan tambahan televisi swasta yang baru mengudara sejak tahun 2001, yakni
meliputi Metro TV, Trans TV, TV 7 (Trans7), Global TV, dan Lativi (TVOne).
Selain itu, banyak bermunculan stasiun televisi daerah yang dikelola oleh
daerah masing-masing, seperti JTV di Jawa Timur, CTV di Banten, Bali TV
di Bali, Borobudur TV di Semarang, dan Deli TV di Sumatera Utara
(http://davenirvana1.wordpress.com).
2.1.3.2 Fungsi Televisi
Televisi melakukan berpikir dalam gambar, yakni mengenai visualisasi
(penerjemahan kata-kata terhadap suatu objek sehingga mengandung suatu
makna) dan penggambaran (kegiatan merangkai gambar-gambar individual
sehingga mengandung makna tertentu). Untuk dapat melakukan fungsinya,
maka pengoperasian dalam televisi melibatkan banyak orang sehingga lebih
kompleks. Berikut fungsi televisi bagi masyarakat (Ardianto dan Komala, 2004: 128),
yaitu:
a) Sebagai media informasi
b) Sebagai media pendidikan
c) Sebagai media menghibur
d) Sebagai media membujuk

Universitas Sumatera Utara

Televisi sebagai media informasi ialah untuk menyiarkan berita bagi
pendengar atau pemirsa sesuai dengan kepentingannya. Televisi sebagai media
pendidikan dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat luas melalui
penayangannya tentang sesuatu hal yang belum dan ingin diketahui, sehingga
menambah pengetahuan mengenai hal yang baru dan sebagai kontrol sosial
masyarakat terhadap fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Tentu saja
masyarakat diharapkan untuk berpikir kritis serta menyaring hal-hal demi
kemajuan manusia.
Televisi sebagai media menghibur, selalu menghadirkan berbagai macam
hiburan, seperti acara konser musik, acara komedi, ataupun acara lainnya yang
tentu saja menghibur. Televisi sebagai media komunikasi untuk membujuk
khalayak dapat kita lihat pada sisi iklan komersial yang terdapat pada celah acara,
yakni membujuk para khalayak untuk melihat, memahami serta mengetahui
maksud dari iklan tersebut, misalnya untuk mau membeli produk yang ditawarkan
oleh iklan. Tetapi bukan itu saja, dalam kejadian ataupun peristiwa yang
ditayangkan di televisi dapat membangkitkan sikap-sikap tertentu. Misalnya
terdapat berita bencana alam, hal ini dapat menggugah hati pemirsa untuk ikut
membantu para korban dengan cara-cara tertentu.
2.1.4 Uses and Gratification Theory
Model ini menentukan fungsi komunikasi masa dalam khalayak.
Herbert Blumer dan Elhu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan
model ini. Model Kegunaan dan Kepuasan ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam
bukunya The Uses of Mass Communication: Current Perspectives on Gratification
Research (Nurudin, 2004:191).

Universitas Sumatera Utara

Teori Uses and Gratifications ini lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia itu punya otonomi,
wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak
hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat
teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana
(lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan
berdampak pada dirinya (Nurudin, 2004:192).
Teori Uses and Gratification merupakan teori dan pendekatan dalam
penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas
kebutuhan seseorang. Namun dalam teori dan pendekatan ini tidak semua yang
mencakup tentang proses komunikasi saja, karena berbagai kebutuhan (needs)
dan kepentingan (interest) oleh sebagian besar perilaku para audience merupakan
suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media), sehingga pendekatan
Uses and Gratification ini memiliki tujuan untuk menggambarkan proses
penerimaan dalam komunikasi masa dan menjelaskan penggunaan media oleh
individu (Bungin, 2006:286).
Pendekatan Uses and Gratification pertama kali dipaparkan oleh
Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel mengenai reaksinya terhadap pernyataan
Bernad Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati.
Katz mengemukakan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi
komunikasi masa sebagai persuasi, sebab kebanyakan penelitian komunikasi
diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi kepada khalayak.
Dalam dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa
khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi (Effendy, 2003: 289).

Universitas Sumatera Utara

Teori Kegunaan dan Gratifikasi (Uses and Gratification Theory)
menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi)
tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu (West dan Turner, 2008:101).
Dikatakan orang aktif, karena mereka mampu untuk mempelajari dan
mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi.
Orang aktif memilih dan menggunakan media untuk memuaskan kebutuhannya,
dengan menekankan posisi pengaruh yang terbatas.
Dalam teori ini melihat media memiliki pengaruh terbatas karena
pengguna mampu memilih dan mengendalikan. Orang-orang memiliki kesadaran
diri serta mampu memahami dan menyatakan alasan kenapa mereka menggunakan
media. Mereka melihat media sebagai salah satu cara untuk memuaskan
kebutuhan yang mereka miliki.
Model ini dimulai dengan adanya lingkungan sosial (social environment)
yang tentunya akan menentukan kebutuhan kita, dimana terdapat ciri-ciri afiliasi
kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs)
dikategorisasikan sebagai cognitive needs, affective, personal integrative needs,
social integrative needs, dan escapist needs. Berikut penjelasannya:
1.

Cognitive needs (Kebutuhan kognitif)
Kebutuhan ini didasari pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan, serta memuaskan rasa penasaran kita akan dorongan untuk
penyelidikan kita.

Universitas Sumatera Utara

2.

Affective needs (Kebutuhan afektif)
Kebutuhan ini berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan dan emosional.

3.

Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)
Kebutuhan ini berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas dan status individual, yang diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4.

Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif)
Kebutuhan ini berkaitan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia
yang didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5.

Escapist needs (Kebutuhan pelepasan)
Kebutuhan ini berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan
dan hasrat akan keanekaragaman.
Menurut para pendirinya Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch

(dalam Jalaludin Rakmat,1984), uses and gratifications meneliti asal mula
kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu
dari media masa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan
media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan
pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Ada beberapa asumsi yang mendasari teori ini, baik yang dikemukakan
oleh Katz, Gurevitch dan Hass (1974), Dominick (1996) maupun oleh McQuail
(2005). Asumsi-asumsi dasar tersebut anatara lain adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Khalayak merupakan sekelompok konsumen aktif yang secara sadar
menggunakan media sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan personal
maupun kebutuhan sosial yang diubah menjadi motif-motif tertentu.
2. Pemilihan media dan isinya merupakan sebuah tindakan yang beralasan serta
memiliki tujuan dan kepuasan tertentu sesuai dengan inisiatif khalayak.
3. Seluruh faktor yang ada pada formasi khalayak aktif seperti motif, gratifikasi
yang diharapkan dan gratifikasi yang diterima secara prinsip dapat diukur
karena khalayak memiliki kesadara diri yang memadai mengenai penggunaan
media, kepentingan dan motivasinya sehingga dapat menjadi bukti bagi
peneliti.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch
(dalam Rakhmat, 2005), uses and gratifications meneliti asal mula motif secara
psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media masa atau
sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan
(atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan motif
dan akibat-akibat lain (Jalaludin Rakhmat, 1984:65). Asumsi-asumsi dasar dari
Uses and Gratification Media sebagai berikut :
1. Audiens dianggap aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
Artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media masa
diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media
spesifik terletak di tangan audiens.

Universitas Sumatera Utara

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
kebutuhan audiens, kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada
perilaku audiens yang bersangkutan.
4. Tujuan pemilih media masa disimpulkan dari data yang diberikan anggota
khalayak atau audiens, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang artikultular dari media masa harus ditangguhkan sebelum
diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Kita menaruh perhatian pada peranan televisi dalam menanamkan
mentalitas pembangunan, sehingga kita bersedia meminjam uang untuk satelit
komunikasi. Semua didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi masa menimbulkan
efek pada diri khalayaknya.
Pentingnya pendekatan Uses and Gratifications ialah bahwa orang-orang
berbeda dapat menggunakan pesan komunikasi masa yang sama untuk tujuan
berbeda (Tommy Suprapto, 2006:41). Maka penjabaran uses and gratification
digambarkan sebagai berikut (Rakhmat, 1993:66) :

Anteseden

Motif

- Variabel Individual

- Personal

- Variabel Lingkungan - Diversi
- Personal
Identity

Penggunaan Media
- Hubungan
- Macam Isi

Efek
- Kepuasan
- Pengetahuan

- Hubungan
dengan Isi

Gambar 2.1 Model Uses and Gratification

Universitas Sumatera Utara

Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa
dilihat dalam bagan di bawah ini :
Gambar 2.2
Uses and Gratification

Kebutuhan
khalayak :
Lingkungan
Sosial :
1. Ciri-ciri
demografis
2. Afiliasi
kelompok
3. Ciri-ciri
personal

1. Kognitif
2. Afektif
3. Integratif
Personal
4. Interatif
Sosial
5. Pelepasan
ketegangan

Sumber
pemuasan
kebutuhan yang
berhubungan
dengan non
media :
1. Keluarga
2. Komunikasi
interpersonal
3. Hobi
4. Tidur
5. Obat-obatan,
dan lain-lain

Pemuasan
media (fungsi) :
1. Pengamatan
lingkungan
2. Diversi/hiburan

Penggunaan
Media Masa :
1. Jenis-jenis
media, SK,
majalah,
radio, TV dan
film
2. Isi media
3. Terpaan
media
4 Konteks sosial

3. Identitas
personal
4. Hubungan
sosial

Sumber : Kriyantono, 2009:208

Universitas Sumatera Utara

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini Kebutuhan dasar
tertentu, dalam interaksinya dengan berbagai kombinasi antara intra dan
ekstra individu, dan juga dengan struktur masyarakat, termasuk struktur media,
menghasilkan berbagai percampuran personal individu, dan persepsi mengenai
solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan berbagai motif untuk mencari
pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan perbedaan pola
konsumsi media dan (perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan
perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi kombinasi karakteristik
intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula struktur media dan
berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat
Kita menaruh perhatian pada peranan televisi dalam menanamkan
mentalitas pembangunan, sehingga kita bersedia meminjam uang untuk satelit
komunikasi. Semua didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi masa menimbulkan
efek pada diri khalayaknya. Pentingnya pendekatan Uses and Gratifications ialah
bahwa orang-orang berbeda dapat menggunakan pesan komunikasi masa yang
sama untuk tujuan berbeda (Tommy Suprapto, 2006:41).
2.1.5

Paradigma Pencarian Informasi
Paradigma pencarian informasi menitikberatkan pada prilaku pencarian

informasi dari individual untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan
perilaku itu. Denis Mc quail (1981:84) mengemukakan bahwa pencarian informasi
dapat diteliti dari berbagai segi, model-model difusi dalam beberapa hal dimana
ada keinginan untuk mengetahui masalah bagaimana orang mencari informasi

Universitas Sumatera Utara

Severin dan Tankard Jr (1979) mengemukakan bahwa paradigm ini mencerminkan
perubahan secara tajam dari penekanan pada komunikator masa atau pesan
yang terdapat pada riset terdahlu menjadi penekanan pada penerima.
Salah satu dari artikel pertama menggunakan istilah”pencarian informasi”
terdapat dalam studi Bruce Westley dan Lionel C. Parrow Jr pada 1959, yang
mengembangkan dua cara pengukuran terhadap prilaku pencarian berita-berita.
Dan memperlihatkan bahwa kedua ukuran tersebut berhubungan dengan retensi
atau ingatan terhadap berita-berita radio. Meskipun demiikian, Westley dan Barrow
tidak memperlakukan pencarian informasi sebagai variabel dependen dan mencoba
untuk menemukan variabel-variabel yang mempengaruhi seperti yang dilakukan
oleh sebagian besar peneliti yang muncul kemudian.
Menurut Donohew dan Tipton dalam McQuail (1981:87) mengemukakan
bahwa model pencarian, penolakan, dan pengelolaan informasi dapat di anggap
sebagai model yang berakar pada tradisi psikologi sosial tentang sikap. Salah satu
asumsi utamanya adalah individu cenderung menghindari informasi yang tidak
sesuai dengan citranya tentang realitas karena terasa terlampau mengancam.
Fred dan Sears (1966) melakukan studi bahwa pencarian informasi banyak
dipengaruhi oleh kerja terpaan selektif dimana orang akan memilih informasi
yang mendukung sikap mereka yang tampak. Kecendrungan ini juga yang telah
disimpulkan oleh hasil riset yang dilakukan oleh Festinger (1957) yang mengemukakan
teori disonasi kognitif dimana keputusan-keputusan, pilihan-pilihan informasi
baru sangat memungkinkan menciptakan perasaan’tidak mantap’ dalam diri
seseorang bahwa disonasi ini secara psikologis kurang nyaman dan akan

Universitas Sumatera Utara

memotivasi individu untuk mencari informasi yang mendukung pilihan-pilihan
informasi yang telah diambilnya.
Para peneliti mulai menyadari bahwa faktor lainnya dapat mempengaruhi
pemilihan pesan-pesan dan kadang kala faktor-faktor ini lebih penting dan
menentukan dari pada keinginan untuk memperoleh informasi yang mendukung.
Beberapa faktor lainnya ini adalah kegunaan informasi, kepentingan hakiki
(intrinsic interest) dalam topik-topik khusus, nilai hiburan, kebudayaan akan
variasi, dan karakteristik-karakteristik kepribadian seperti dokmatisme
Penelitian terhadap pencarian informasi ini telah mengawalinya.
Seperti yang dikemukakan Donohew dan Tipton (1973) pengembangan langsung
model-model yang lebih kompleks yang mencoba untuk mencari hubungan antara
pencarian informasi dengan sejumlah variabel-variabel yang mempengaruhinya.
Paradigma ini dapat dimasukkan di bawah pendekatan Uses dan gratifications
yang tampaknya hampir serupa.

2.2 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai yang
dapat menghantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi, 1995:40). Teori yang
telah dikumpulkan dan diuraikan pada landasan teori akan menghasilkan beberapa
konsep. Apabila konsep ini dihubungkan satu sama lain untuk dapat memberikan
suatu gambaran atau suatu fenomena, maka hubungan antar konsep inilah yang
disebut dengan kerangka konsep (Kountour, 2001:89).

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini diterapkan kerangka konsep metodologi penelitian
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
Variabel ini adalah sejumlah gejala atau faktor unsur yang menentukan atau
mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain
(Nawawi, 2001:56). Atau dengan kata lain merupakan variabel yang diduga
sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 1995:12).
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara wide shot
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang
ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas
dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 2001:57). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah upaya pemenuhan informasi pada mahasiswa
Komunikasi FISIP USU angkatan 2011
3. Variabel Antaseden
Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara yakni
merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal
antara

variabel.

Variabel

anteseden

mendahului

variabel

pengaruh

(Singarimbun, 2008:66). Posisi variabel ini sangat menentukan terhadap motif.
Variabel anteseden dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang
meliputi:

Universitas Sumatera Utara



Jenis kelamin



Program Studi



Stambuk



Usia



Hobi
Gambar 2.3
Model Teoritis

Variabel
Antaseden :
-Jenis Kelamin
-Program Studi
-Stambuk
-Hobi
-Usia

Motif :
1. Orientasi
Kognitif :
• Informasi
• Surveillence
(pengawasan)
• Eksplorasi media
2.Personal Diversi
Kebutuhan
pelepasan dari
tekanan kebutuhan
akan informasi

Penggunaan
Media:

Efek :
1. Kepuasan

1.Hubungan
2.Pengetahuan
2.Macam Isi
3.Hubungan
dengan Isi

Universitas Sumatera Utara

2.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan
di atas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Variabel Penelitian
Variabel Teoritis
1. Variabel Antaseden

Variabel Operasional
1. Variabel Individual:
- Jenis Kelamin
- Hobi
- Usia
2. Variabel Lingkungan:
- Program Studi
- Stambuk

2. Variabel Bebas (X)
Penggunaan Media Televisi

1. Intensitas

Menonton

Wide

Shot

Metro TV
2. Rangkuman acara yang menarik
3. Bahasa

yang

digunakan

mudah

dimengerti
4. Informasi

yang

lengkap

dan

bermanfaat
3. Variabel Terikat (Y)

1. Kepuasan

Tingkat Kepuasan dan Pemenuhan 2. Pemenuhan
Kebutuhan Informasi

Kebutuhan

Informasi

dalam acara Wide Shot

Universitas Sumatera Utara

2.4 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah
suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel.
Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang
amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama
(Singarimbum, 2008:46).
Definisi Operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:
Anteseden:
1. Variabel individu, yakni yang terdiri dari beberapa data demografis:
- Jenis Kelamin : yakni dilihat dari jenis kelamin mahasiswa Komunikasi
FISIP USU Angkatan 2011. Pada Penelitian ini responden
seluruhnya berjenis kelamin Laki-laki dan perempuan.
- Hobi

: yakni hal yang disukai oleh seseorang sehingga
mempengaruhi informasi yang dicarinya.

- Usia

: yakni usia seseorang sehingga mempengaruhi pilihan
informasi yang dicarinya.

2. Variabel Lingkungan, yakni terdiri dari:
- Program Studi : yakni dilihat dari program studi mahasiswa yang diteliti
yaitu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2011.
- Stambuk

: yakni dilihat dari stambuk mahasiswa yang diteliti yaitu
Stambuk 2011.

Universitas Sumatera Utara

Motif :
1. Orientasi kognitif adalah kebutuhan mahasiswa akan informasi dan
pemahaman akan suatu kondisi atau keadaan.
- Yaitu informasi yang di dapat mahasiswa Komunikasi FISIP USU
setelah menonton acara Wide Shot di Metro TV
- Surveillance (pengawasan), yakni menunjuk pada pengumpulan dan
penyebaran informasi mengenai hal-hal yang di dapat pada saat menonton
acara Wide Shot di Metro TV
- Eksplorasi realitas, yakni melihat kesesuaian antara informasi yang di dapat
dari menonton acara Wide Shot di Metro TV dengan realitas.
2. Personal diversi, yakni kebutuhan akan pemenuhan informasi pada saat
menonton Wide Shot Metro TV.
Efek :
1. Kepuasan, yakni kemampuan media untuk memberikan kepuasan. Dalam hal
ini apakah acara Wide Shot Metro TV dapat memberikan kepuasan terhadap
mahasiswa Komunikasi FISIP USU
2. Pengetahuan, yakni apa yang diketahui mahasiswa Komunikasi FISIP USU
perihal persoalan tertentu.

2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah generalisasi atau kesimpulan yang bersifat tentatif
(sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya
(Nawawi, 2001:161).

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis ini merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang
kita amati dalam usahaa untuk memahaminya. Dengan hipotesis, peneliti menjadi
tidak mengambang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat hubungan antara acara Wide Shot di Metro TV dengan
upaya pemenuhan informasi pada mahasiswa Komunikasi FISIP USU
Angkatan 2011.
Ho : Tidak terdapat hubungan antara acara Wide Shot di Metro TV dengan
upaya pemenuhan informasi pada mahasiswa FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

7 89 114

Penggunaan Internet Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Fasilitas Internet Di Perpustakaan USU Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan.

5 39 129

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Informasi Pada Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Acara Wide Shot di Metro TV Terhadap Upaya Pemenuhan Informasi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP USU)

0 0 8

Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Informasi Pada Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Acara Wide Shot di Metro TV Terhadap Upaya Pemenuhan Informasi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP USU)

0 0 1

Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Informasi Pada Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Acara Wide Shot di Metro TV Terhadap Upaya Pemenuhan Informasi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP USU)

0 0 7

Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Informasi Pada Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Acara Wide Shot di Metro TV Terhadap Upaya Pemenuhan Informasi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP USU)

0 0 1

Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Informasi Pada Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Acara Wide Shot di Metro TV Terhadap Upaya Pemenuhan Informasi pada Mahasiswa Komunikasi FISIP USU)

0 0 4

Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 10

Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 0 11