Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Aset Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
1
Endang
Widayanti

2

Ary
Wahyuni

Judul Penelitian


Alat Analisis Hasil Penelitian

Pengaruh manajemen
aset terhadap
Optimalisasasi
pemanfataan aset tetap
Pemerintah daerah
(Studi
Kasus
di
Kabupaten Sragen)

Analisis data Bukti empiris bahwa variabel
inventarisasi, identifikasi dan
regresi
penilaian berpengaruh terhadap
berganda
optimalisasi aset Pemerintah
(multiple
Kabupaten Sragen.

regression)
Namun demikian, legal audit atas
aset tidak berpengaruh terhadap
optimalisasi aset Pemerintah
Kabupaten sragen.
Analisi
Variabel inventarisasi, identifikasi
Regresi
dan legal audit berpengaruh
dan Data
positif terhadap optimalisasi
Envelopm
pemanfaatan
aset
tetap
ent
Pemerintah
Kabupaten
Analysis
Sumbawa Barat, sedangkan

(DEA)
variabel
penilaian
aset
berpengaruh negatif terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset
tetap
Pemerintah
Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat.
Hasil
analisa
data
dengan
menggunakan
data
envelopment analysis (DEA)
menunjukkan dari 8 SKPD
yang
ditetapkan

sebagai
lembaga teknis daerah yang
memiliki target pencapaian
pendapatan asli daerah hanya 3
SKPD yang optimal dalam
pemanfaatan aset tetapnya
sedang 5 SKPD lainnya belum
optimal dalam pemanfaatan
aset tetapnya.

Pengaruh Manajemen
Aset
Terhadap
Optimalisasi
Pemanfaatan Aset
Tetap Pemerintah
Kabupaten
Sumbawa Barat

22

Universitas Sumatera Utara

23

Tabel 2.1. Lanjutan…
No Nama
Peneliti
Agustina
3
Ester Antoh

4

Riyono

Judul Penelitian

Alat Analisis Hasil Penelitian

Manajemen Aset

Uji Regresi Secara individual inventarisasi
Dalam Rangka
aset tidak terbukti berpengaruh
Linier
Optimalisasi Aset
positif dan signifikan terhadap
Berganda
Tetap (Tanah Dan
optimalisasi aset tetap (tanah
Bangunan) Pemerintah
dan bangunan)
Daerah (Studi Di
Secara individual legal audit aset
terbukti berpengaruh positif dan
Kabupaten Paniai)
signifikan terhadap optimalisasi
aset tetap (tanah dan bangunan),
Secara individual penilaian aset
tidak
terbukti

berpengaruh
positif terhadap optimalisasi
aset tetap (tanah dan bangunan),
Pengawasan dan pengendalian aset
terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap optimalisasi
aset tetap (tanah dan bangunan).
Sedangkan hasil analisis secara
bersama-sama/serentak
menunjukan bahwa ke-empat
variabel yaitu inventarisasi aset,
legal audit aset, penilaian aset
serta
pengawasan
dan
pengendalian
aset
terbukti
berpengaruh signifikan/positif
terhadap optimalisasi aset tetap

(tanah dan bangunan)
Laboratorium dengan kategori
Pengendalian
mutu Studi
laboratorium kimia
Kualitatif tidak baik mutu hasil analisis
laboratoriumnya memiliki rata-rata
klinik dilihat dari
jumlah pasien, tenaga analis relatif
aspek mutu analisis
lebih banyak. Lebih popular di
laboratorium
di
mata
dokter
spesialis
dan
Kabupaten Sragen
masyarakat umum dibandingkan
dengan laboratorium yang lebih

baik kualitasnya.

Universitas Sumatera Utara

24

Tabel 2.1. Lanjutan…
No Nama
Judul Penelitian
Alat Analisis
Peneliti
5
Angkasawati Studi utilisasi alat Studi
kedokteran canggih
Kualitatif
di
RS
Syaiful
Anwar
Malang

Jawa Timur

6

Noerhadi

2.2.

Optimalisasi dan arah Studi
pengembangan
Kualitatif
laboratorium
anatomi, fisiologi
dan
histologi
Fakultas
Ilmu
Keolahragaan
Universitas Negeri
Yogyakarta


Hasil Penelitian
Menemukan 3,33% alat yang
rusak sebelum dimanfaatkan.
Perencanaan
yang
tidak
berdasarkan
kebutuhan
menyebabkan tidak terpakainya
alat yang sudah dibeli.
Klinisi tidak tahu keberadaan
sehingga
tidak
pernah
menggunakannya.
Tidak adanya tenaga yang terlatih
serta tidak adanya anggaran
operasional
juga
menjadi
penyebab tidak terpakainya alat
yang sudah ada.
Meskipun 90% dari peralatan yang
diteliti mempunyai SOP, namun
60% dari peralatan tersebut
mengalami kerusakan.
Sebagian
mahasiswa
masih
mengalami
kesulitan
untuk
memahami materi kuliah dan
praktikum dikarenakan bekal yang
didapat
dirasakan
belum
mencukupi

Manajemen Aset

2.2.1. Pengertian
Menurut Daft yang diterjemahkan oleh Tanujaya & Shirly (2007)
“Manajemen (management) adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara
yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sumber daya organisasi”. Dalam manajemen mencakup istilah

Universitas Sumatera Utara

25

proses, efektif, dan efisien. Selanjutnya istilah efisien dalam manajemen disini
adalah melakukan pekerjaan dengan benar dan mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan istilah efisien dalam manajemen melakukan tugas dengan benar yang
mana mengacu pada hubungan antara input dan output.
Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard
Board (AASB) mendefenisikan aset yaitu sumber daya yang mempunyai manfaat

ekonomik masa datang yang cukup pasti atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu
entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut Siregar (2004), aset memiliki pengertian secara umum adalah
barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi
(economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange
value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan),

sebagaimana dirumuskan dalam berbagai kamus di bawah ini.
Asset

= Thing which belong to company or person, and which has a value.
= Anything having commercial or exchange value that is owned by a
business, institution, or individual (Dictionary of Finance and
Investment Terms, by John Downes and Jordan Elliot Goodman)
= Something of value (Dictionary of Real Estate Terms)

Contoh tanah, rumah, mobil, furniture, deposito bank, saham-saham,
yang dimiliki adalah assets
Asset Value = Value of a company calculated by adding together all its asset

Dalam terminologi akuntansi, aset adalah sumber daya yang dimiliki dan
atau dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historis dan dari

Universitas Sumatera Utara

26

mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
serta dapat diukur dalam satuan uang (Komite Penyusun Standar Penilaian
Indonesia, 2007)
Pada umumnya aset terbagi menjadi 2 yaitu aset tidak bergerak dan aset
bergerak. Aset tidak bergerak adalah aset yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan ekonomi organisasi.
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya
dalam aktivitas operasi entitas tanah, peralatan, gedung, jalan dan sebagainya.
Aset bergerak adalah jenis aset yang tidak memiliki jenis fisik, contoh dari aset ini
yaitu kendaraan, mesin atau peralatan, furniture, dan lain-lain.
Menurut Britton, Connellan, Croft (1989) mengatakan Asset Management
adalah “Define good asset management in term of measuring the value of
properties (asset) in monetary term and employing the minimum amount of
expenditure on its management (lihat Siregar, 2004).

Menurut Danylo dan A. Lemer (dalam Hariyono: 2007), Asset
Management is a methodology to efficiently and equitably allocate re sources
amongst

valid

and

competing

goals

and

objectives . Sedangkan

menurut Kaganova dan McKellar (dalam Hariyono: 2007), mendefinisikan
manajemen aset sebagai Property asset management can be defined as the
process of decision making and implementation relating to the acquisition,
use, and disposal of real property. Definisi manajemen aset menurut Siregar

(2004) “Manajemen Aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang

Universitas Sumatera Utara

27

belum sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan
maupun di satuan kerja atau instansi”
Di dunia internasional manajemen aset telah berkembang cukup pesat,
namun di Indonesia hal ini khususnya dalam konteks pengelolaan aset
pemerintah daerah sepenuhnya belum dipahami oleh para pengelola daerah.
Manajemen aset pemerintah daerah dapat dibagi dalam lima tahap kerja yang
meliputi;

inventarisasi

aset,

legal

audit,

penilaian

aset,

optimalisasi

pemanfaatan dan pengembangan SIMA (sistem informasi manajemen aset), di
mana kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan terintegrasi satu
dengan yang lainnya.
2.2.2. Tahapan dalam Manajemen Aset
Manajemen aset sebagai kumpulan disiplin, metoda, prosedur dan
perangkat untuk mengoptimalisasi dampak bisnis keseluruhan atas biaya-biaya,
kinerja dan resiko yang timbul (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai
dan regulasi/keselamatan/kepatuhan pada aturan lingkungan hidup) dari aset fisik
perusahaan. Selanjutnya menurut Siregar (2004) bahwa manajemen aset akan
melibatkan rangkaian kegiatan penting sebagai berikut:
1. Perencanaan dengan tahapan kegiatan
a. Identifikasi dan Inventarisasi Aset
b. Legal Audit
c. Penilaian (Valuation)
d. Studi Potensi Ekonomi dan Optimalisasi Aset

Universitas Sumatera Utara

28

2. Pemanfaatan berupa
a. Digunakan untuk kepentingan langsung operasional pemda
b. Dikerjasamakan (diguna-usahakan) dengan pihak ketiga
3. Evaluasi dan Monitoring yang meliputi kegiatan
a. Penilaian kinerja aset berdasarkan kemanfaatan ekonomi aset
b. Pembaruan (up-date) data aset
c. Penambahan atau penjualan aset
d. Perawatan (perbaikan) aset
e. Penyelesaian seluruh kewajiban yang berhubungan dengan keberadaan
aset.
Perkembangan ruang lingkup manajemen aset lebih berkembang dengan
memasukkan aspek nilai aset, akuntabilitas pengelolaan aset, land audit yaitu
audit

atas

pemanfaatan

tanah, property survey dalam

kaitan

memonitor

perkembangan pasar properti, aplikasi sistem informasi dalam pengelolaan aset
dan optimalisasi pemanfaatan aset. yang terbaru. Ruang lingkup manajemen aset
bertambah hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset dan juga
strategi investasi untuk optimalisasi aset
Menurut Siregar (2004) manajemen aset dapat dibagi dalam lima tahap
kerja, yaitu : 1)Inventarisasi aset, 2) Legal audit, 3) Penilaian aset, 4) Optimalisasi
asset, 5) Pengawasan dan pengendalian
2.2.2.1 Inventarisasi aset
Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis

Universitas Sumatera Utara

29

alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis/legal adalah status penguasaan,
masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja
yang dilakukan adalah Pendataan, kodifikasi/labeling pengelompokan dan
pembukuan/administrasi sesuai tujuan manajemen aset.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah
kegiatan

atau

tindakan

untuk

melakukan

perhitungan,

pengurusan,

penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam
pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang
menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data
yang meliputi nomor, spesifikasi barang, bahan, asal/cara perolehan barang,
ukuran barang/konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga,
keterangan.
Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat penting dalam rangka:
1. Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap barang;
2. Usaha untuk menggunakan, memanfaatkan setiap barang secara maksimal
sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing;
3. Menunjang pelaksanaan tugas pemerintahan.
Dalam usaha tertib administrasi pengelolaan barang daerah, khususnya
pelaksanaan inventarisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat
dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: kegiatan pencatatan, dan kegiatan pelaporan.

Universitas Sumatera Utara

30

Dalam pencatatan dimaksud dipergunakan buku-buku dan kartu-kartu sebagai
berikut:
1. Buku induk inventaris (BII);
2. Buku inventaris (BI);
3. Kartu inventaris barang (KIB); dan
4. Kartu inventaris ruangan (KIR).
Dalam pelaksanaan pelaporan dipergunakan daftar-daftar yaitu:
1. Daftar Rekapitulasi (jumlah barang hasil sensus, daftar mutasi barang);
2. Daftar Mutasi Barang.
Buku Induk Inventaris adalah merupakan gabungan/kompilasi dari Buku
Inventaris. Buku Inventaris adalah himpunan catatan data teknis dan administrasi
yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang sebagai hasil sensus
ditiap-tiap unit/satuan kerja yang dilaksanakan secara serempak pada waktu
tertentu. Untuk mendapatkan data barang dan pembuatan Buku Inventaris yang
benar, dapat dipertanggungjawabkan dan akurat maka dilakukan melalui sensus
barang daerah setiap lima tahun sekali.
Buku Inventaris Barang adalah kartu untuk mencatat barang-barang inventaris
secara tersendiri atau kumpulan/kolektif dilengkapi data asal, volume, kapasitas,
merk, type, nilai/harga dan data lain mengenai barang tersebut, yang diperlukan
untuk inventarisasi maupun tujuan lain dan dipergunakan selama barang itu
belum dihapuskan. Kartu Inventaris Barang terdiri dari:
1. Kartu Inventaris Tanah;
2. Kartu Inventaris Gedung;
3. Kartu Inventaris Kendaraan; dan
4. Kartu inventaris Lainnya.

Universitas Sumatera Utara

31

Kartu Inventaris Ruangan adalah kartu untuk mencatat barang-barang
inventaris yang ada dalam ruangan kerja. Kartu Inventaris Ruangan ini harus
dipasang di setiap ruangan kerja. Pemasangan maupun pencatatan inventaris
menjadi tanggung jawab pengurus barang setiap unit/satuan kerja.
Daftar

rekapitulasi

inventaris

disusun

oleh

Kepala

Daerah

selaku

kuasa/ordonatur barang dengan mempergunakan bahan berasal dari rekapitulasi
inventaris barang yang disusun oleh pengurus barang unit. Daftar mutasi barang
memuat data barang yang berkurang dan atau bertambah dalam jangka waktu
tertentu (1 semester dan 1 tahun). Mutasi barang bertambah dapat disebabkan
oleh pengadaan baru karena pembelian/pembangunan, sumbangan/hibah,
tukarmenukar dan perubahan peningkatan kualitas (guna susun). Mutasi barang
berkurang dapat disebabkan oleh dijual/dihapuskan, musnah/hilang/mati,
dihibahkan, dan tukar menukar/ruislag/tukar guling/ dilepaskan dengan gantirugi
Untuk mengurus dan menertibkan pencatatan barang dalam proses pemakaian
maka Kepala Daerah menunjuk/menetapkan kembali pengurus barang pada
masing-masing unit. Dengan mengingat prinsip organisasi dalam rangka
tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka
fungsi atau wewenang pengurusan tersebut dilimpahkan kepada aparat
pembantunya tanpa mengurangi tanggung jawab Kepala Daerah. Dengan
demikian mekanisme pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator
(Kepala Daerah), ordonatur (Unit Kerja yang berwenang/ dilimpahi tugas) dan
Bendaharawan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang

Universitas Sumatera Utara

32

Milik Daerah, menjelaskan bahwa inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan
pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah.
Menurut Siregar (2004) inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi
fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain, sedangkan aspek yuridis adalah status
penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerjanya
adalah dengan melakukan pendaftaran labeling, cluster, secara administrasi sesuai
dengan manajemen aset.
Mardiasmo (2004) menjelaskan bahwa pemerintah daerah perlu mengetahui
jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai
maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau dimanfaatkan.
Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi nilai
dan potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan
untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir mengenai
kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.

2.2.2.2. Legal audit
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, legal audit juga merupakan
tindakan pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya
pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum.
Pengamanan tersebut menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara
fisik dan administrasi, sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/
dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil
alihan atau klaim dari pihak lain. Pengamanan terhadap barang tidak bergerak

Universitas Sumatera Utara

33

(tanah dan bangunan) dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan plang
tanda kepemilikan dan penjagaan.
Penguasaan dan pemilikan tanah dan bangunan (real property) meliputi
semua hak, hubungan-hubungan hukum, dan manfaat yang berkaitan dengan
kepemilikan real estate. Sebaliknya real estate meliputi tanah dan bangunan
itu sendiri, segala benda yang keberadaannnya secara alami di atas tanah yang
bersangkutan, dan semua benda yang melekat dengan tanah itu, misalnya
bangunan dan pengembangan tapak. Benda tak bergerak (real property)
berupa tanah dan bangunan yang melekat diatasnya, serta hak-hak yang terkait
dan juga potensi kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 6 ayat 1 tentang
Keuangan Negara ditetapkan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota diserahkan
kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah, dan oleh karenanya juga
pengelolaan kekayaan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2004 pasal 49 tentang Perbendaharaan Negara ditetapkan bahwa
barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai pemerintah
pusat/daerah

harus

disertifikatkan

atas

nama

pemerintah

Republik

Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Bangunan milik negara/daerah
harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara
tertib.

2.2.2.3

Penilaian aset
Penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian

atas aset yang dikuasai/dimiliki. Biasanya ini dilakukan oleh konsultan

Universitas Sumatera Utara

34

penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk
mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi aset yang
akan dijual. Standar Penilaian Indonesia disusun untuk mencapai maksud dan
tujuan berikut (SPI, 2007):
a. Mendorong penilai untuk secara berhati-hati menentukan dan memahami
kebutuhan dan persyaratan dari pemberi tugas, dan untuk memberikan
kepastian kepada penilai bahwa penilai dibekali dengan suatu standar
penilai yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b. Memajukan penggunaan dasar penilai dan asumsi secara konsisten dalam
penilaian dan pemilihan dasar penilaian yang tepat sesuai dengan
kebutuhan pemberi tugas.
c. Membantu penilai untuk mencapai kompetensi profesional dengan standar
yang mengikuti pedoman internasional dalam persiapan dan pelaksanaan
pekerjaan penilai.
d. Memastikan

bahwa

laporan

penilaian

yang

dihasilkan

bersifat

komprehensif dan tidak bersifat menyesatkan, berisi informasi yang
mudah dimengerti yang dibutuhkan dan harus didapatkan oleh
pembacanya.
e. Memastikan bahwa referensi yang dipublikasikan dalam laporan penilaian
mengandung informasi yang jelas, akurat dan memadai sehingga tidak
menyesatkan.

Universitas Sumatera Utara

35

2.3.

Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah

2.3.1. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan pedoman teknis ini ialah meyeragamkan langkah dan
tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan barang sesuai dengan pereturan
perundang – undangan.Tujuan daripada pedoman teknis ini adalah sebagai
pedoman pelaksanaan bagi pejabat/aparat pengelola barang milik daerah secara
menyeluruh sehingga dapat dipakai sebagai acuan oleh semua pihak dalam rangka
melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.
2.3.2. Siklus pengelolaan barang milik daerah
Siklus pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan dan
/atau tindakan yang meliputi antara lain yaitu :
a. Pengadaan

adalah

kegiatan

untuk

melakukan

pemenuhan

kebutuhan barang daerah dan jasa.
b. Pemanfaatan adalah pendayagunaan

barang milik daerah yang

tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa,pinjam
pakai,kerjasama pemanfaatan,bangun guna serah dan bangun guna
dengan tidak mengubah status kepemilikan.
c. Pemeliharaan adalah kegiatan tindakan atau tindakan yang
dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan
baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil
guna.

Universitas Sumatera Utara

36

d. Penghapusan adalah tindakan penghapusan barang milik daerah
dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat
yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa
pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan
fisik atas barang yang berada dalam pengasaannya.

2.4.

Optimalisasi

2.4.1. Pengertian
Optimalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995)
berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi, sedangkan optimalisasi
berarti suatu proses meninggikan atau meningkatkan. Menurut Tim Penyusun
kamus bahasa (1994) Optimalisasi merupakan proses, cara atau perbuatan
mengoptimalkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik, paling tinggi
atau paling menguntungkan.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
bahwa peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keselamatan dan layak pakai. Peralatan kesehatan harus diuji
dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan (BPFK)
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. Untuk
mengoptimalkan pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan,
perlu didukung dengan kebijakan Menteri Kesehatan berupa standar dan pedoman
yang mengatur mengenai pemanfaatan peralatan kesehatan. Dalam meningkatkan
mutu peralatan kesehatan diperlukan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Universitas Sumatera Utara

37

yang telah ditetapkan disahkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) agar
peralatan kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan yang diimpor sesuai
dengan SNI.
2.4.2. Optimalisasi Aset
Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal,
dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut, Siregar (2004). Pada tahap ini aset-aset
yang dimiliki negara diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan potensi dari
aset tersebut. Sedangkan menurut Nugent (2010) optimizing the utilization of
asset is terms of service benefit and financial returns . Optimalisasi pemanfaatan

aset adalah hubungan antara kegunaan layanan dan imbalan keuntungan. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa optimalisasi aset merupakan
pengoptimalan pemanfaatan dari sebuah aset dimana dapat menghasilkan manfaat
yang lebih atau juga mendatangkan pendapatan.
Kurang optimalnya penggunaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan
kesehatan juga diakibatkan karena kurang dilakukannya perencanaan pengadaan
peralatan dan pemeliharaannya. Di beberapa negara kurang dari separuh peralatan
yang ada tidak digunakan secara rutin. Karena lemahnya pengoperasian dan
kurangnya kemampuan pemeliharaan serta tidak tersedianya biaya pemeliharaan
(yang seharusnya di sediakan sekurangnya 1% dari nilai investasi peralatan
tersebut), optimalnya biaya pemeliharaan adalah 7-8% dari biaya peralatan.
Kurang baiknya pemeliharaan peralatan medik sering kali berakibat pada
pendeknya masa pakai peralatan tersebut, dan berdampak pada meningkatnya

Universitas Sumatera Utara

38

tambahan biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan mencapai 20%-40%.
Berkurangnya inventaris peralatan yang dapat digunakan meningkatkan biaya
pelayanan hingga 60%-80% (Sheina, 2010).
Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah
diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak
memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan
sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan
ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan sektor-sektor unggulan tersebut
harus terukur dan transparan. Aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari
penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah
ataupun faktor-faktor lainnya. Pemerintah Daerah biasanya memiliki aset yang
berada di bawah pengusahaannya. Namun cukup banyak aset yang belum
dioptimalkan dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Pemerintah Daerah.
Studi optimalisasi aset Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan (1)
identifikasi aset-aset Pemerintah Daerah yang ada, (2) pengembangan data base
aset Pemerintah Daerah, (3) studi untuk menentukan pemanfaatan aset dengan
nilai terbaik (highest and best use) atas aset-aset Pemerintah Daerah dan
memberikan hasil dan laporan kegiatan baik dalam bentuk data-data terkini
maupun dalam bentuk rekomendasi, (4) pengembangan strategi optimalisasi asetaset milik Pemerintah Daerah. Optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Daerah
dapat dilakukan dengan adanya perantara investasi guna memasarkan aset-aset
Pemerintah Daerah yang potensial dan kerja sama dengan investor, membuat dan

Universitas Sumatera Utara

39

memadukan dalam MOI (memorandum of investment) antara Pemerintah Daerah
dan investor, dan memberikan jasa konsultansi kepada Pemerintah Daerah
berkenaan dengan kerjasama dengan investor.Barang daerah/aset Pemerintah
Daerah yang belum dimanfaatkan perlu didayagunakan secara optimal sehingga
tidak akan membebani Anggaran Belanja Daerah khususnya biaya segi
pemeliharaan dan kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak ketiga yang tidak
bertanggungjawab.

Pemanfaatan

barang/aset

daerah

yang

optimal

akan

menciptakan sumber Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik/dikuasai daerah oleh
suatu instansi dan atau Pihak Ketiga dalam bentuk pinjam pakai, penyewaan, dan
pengguna-usahaan tanpa merubah status kepemilikan. Pinjam pakai adalah
penyerahan penggunaan barang daerah kepada suatu instansi pemerintah atau
pihak lain yang ditetapkan dengan perundang-undangan untuk jangka waktu
tertentu, tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tertentu berakhir,
barang daerah tersebut diserahkan kembali kepada pemiliknya.
2.4.3. Perencanaan Pengadaan Peralatan Kesehatan
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanaan logistik adalah merencanakan
kebutuhan

logistik

yang

pelaksanaannya

dilakukan

oleh

semua calon

pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masingmasing organisasi (Mustikasari, 2007). Subagya (1994) menyatakan perencanaan

Universitas Sumatera Utara

40

adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan,
pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam
memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanaannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem
monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan
balik untuk tindakan pengendalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan
akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar
dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara
pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).
Fungsi

pengadaan

merupakan

kegiatan

untuk

merealisasi

atau

mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan
dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan
organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan
adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian (hibah)
e. Penukaran
f. Pembuatan

Universitas Sumatera Utara

41

g. Perbaikan
Proses

pengadaan

peralatan

dan

perlengkapan

pada

umumnya

dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyusunan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian undangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
2.4.4. Penggunaan Peralatan Kesehatan
Dalam Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2006 yang dimaksud dengan
Barang milik Negara atau Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dalam
rangka menjamin tertib penggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepada
pengelola

barang

atas

semua

barang BMN/BMD

yang

diperoleh

kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah untuk ditetapkan status
penggunaannya. Dalam rangka menjamin terlaksananya tertib administrasi dan
tertib pengelolaan BMN/BMD diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah
secara integral dan menyeluruh dari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

42

BMN/BMD.Menurut Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007,
pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,
kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan
kepastian nilai.
Berikut penjelasan dari azas pengelolaan Barang Milik Daerah,
menurut Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2007:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di
bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa
pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang, dan Kepala Daerah
sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing;
2. Azas Kepastian Hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah
harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang
benar;
4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang
milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang
diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
pemerintah secara optimal;
5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung
oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi

Universitas Sumatera Utara

43

pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan
neraca Pemerintah Daerah
Dalam pengelolaan BMD siklus yang terjadi pertama mulai dari
pembinaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian. Di dalam pengawasan
dan pengendalian terdapat beberapa tahap yaitu: Perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, Pengadaan, Pengamanan, Penggunaan Pemeliharaan, Penatausahaan, Penilaian dan Evaluasi.
2.4.5. Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan
Manajemen pemeliharaan

peralatan

kesehatan

merupakan

suatu

sistem rancangan yang disusun untuk membantu personil biomedik rumah sakit
dan atau teknisi rumah sakit dalam mengembangkan, memonitor dan
mengatur (manage) pemeliharaan

peralatan

kesehatan (American

Hospital

Association, 1996).
Pelaksanaan

manajemen

pemeliharaan

peralatan

kesehatan,

yang

selanjutnya dalam penelitian ini disebut sebagai sistem pemeliharaan peralatan
laboratorium kesehatan, meliputi pekerjaan dokumentasi, pengoperasian, dan
pemeliharaan.
1. Dokumentasi
Dokumentasi disini adalah dokumen pemeliharaan (POPPK, Depkes,
2001), yang terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil pemeliharaan.
Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu
pengadaannya, meliputi: brosur, installation manual, installation report,
operating manual, service manual, yang mencakup schematic diagram, part list,

Universitas Sumatera Utara

44

recommended parts, prosedur tetap pengoperasian, prosedur tetap pemeliharaan

dan sertifikat kalibrasi juga merupakan dokumen teknis.
Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data
yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan peralatan meliputi inventaris
peralatan, yang berisi data setiap peralatan yang dimiliki rumah sakit, disertai
aspek teknis, yaitu nama alat, merk, model/type, tahun pembelian, nama
perusahaan

yang menanganinya, apakah mempunyai operating manual dan

service manual, kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen
atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi,

berapa

jumlahnya

alat

yang

type/modelnya sama. Selain Inventaris peralatan, setiap peralatan mempunyai
kartu pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan alat, dan pelaporan dan evaluasi.
2. Pengoperasian
Operasionalisasi peralatan kesehatan harus didukung dan memenuhi
berbagai aspek, yaitu :
1. Alat dalam keadaan layak pakai berfungsi dengan baik dan aman
digunakan.
2. Aksesori alat lengkap dan baik.
3. Ruangan pelayanan memenuhi syarat untuk menunjang pengoperasian alat
4. Prasarana listrik, air, gas dan lain-lain memadai.
5. Sumber daya manusia (SDM) siap.
6. Bahan operasional tersedia.
7. Prosedur tetap pelayanan tersedia, dipahami dan dilaksanakan.
8. Prosedur tetap pengoperasian tersedia, dipahami dan dilaksanakan.
Untuk menjamin operasionalisasi peralatan kesehatan, maka aspek-aspek

Universitas Sumatera Utara

45

tersebut di atas perlu diupayakan keberadaannya. Operasionalisasi peralatan dalam
menunjang

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

terhadap

masyarakat,

memerlukan prosedur yang baku mengenai pengoperasian dan pemeliharaan
peralatan kesehatan. Prosedur yang baku tersebut adalah “Prosedur tetap (Protap)
Pengoperasian” dan “Prosedur tetap (Protap) Pemeliharaan” (Indrajit, 2003).
3. Pemeliharaan Peralatan Kesehatan
a. Pengertian
Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan untuk menjaga
suatu alat agar mencapai suatu kondisi yang bisa diterima, yaitu kondisi alat dapat
berfungsi normal. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan
yang dilakukan untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya, sampai pada
kondisi yang bisa diterima (Corder, 1992).
Pemeliharaan adalah seluruh kegiatan yang berlangsung dalam dan
sekitar fungsi pemeliharaan biasanya mencakup salah satu diantara kategori sebagai
berikut yaitu: teknik-teknik manajemen, prosedur-prosedur administratif, praktek
teknologi, manajemen personalia dan pengendalian atas aspek pelaksanaannya.
Jika kelima unsur fungsi pemeliharaan tersebut dikombinasikan, barulah akan
didapatkan sistem yang paling sesuai dengan kebutuhan (Priel, 1974).
Pemeliharaan

yang

sistematik

merupakan

pengembangan

suatu

pelayanan yang didasarkan atas tata urutan operasi yang terinci, sedangkan
rincian operasinya sendiri dalam implementasinya dapat dipilih dengan
mencocokkan dengan kondisi dan lingkungan yang ada (Priel, 1974).
Pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan

oleh petugas

operator alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah sakit, oleh tehnisi yang

Universitas Sumatera Utara

46

mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan yang bersangkutan atau oleh
tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan khusus (WHO, 1994).
Menurut Corder (1992), tujuan utama dari pemeliharaan adalah :
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset. Hal ini penting terutama di
Negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian.
2. Untuk menjamin ketersediaan yang optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi (jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment)
semaksimal mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat seperti peralatan cadangan dan pemadam kebakaran.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan atau sarana
tersebut.
Iskandar (1998) mengatakan bahwa salah satu dari kewajiban umum
Rumah Sakit adalah memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu
dalam keadaan siap pakai dan merujuk kepada Rumah Sakit lain jika tidak
tersediaManajemen perbaikan yang modern adalah untuk menjaga suatu barang
atau peralatan dapat bekerja dan berjalan dengan fungsi yang maksimal dan
menghasilkan produk yang berkualitas dengan menekan biaya serendah mungkin.
Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga suatu barang /memperbaikinya sampai
pada suatu kondisi /standar yang dapat diterima atau suatu aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga semua fasilitas dalam kondisi siap pakai/operasi dan
tetap dalam kondisi seperti semula.Pemeliharaan peralatan kesehatan laboratorium
merupakan suatu upaya yang dilakukan agar supaya peralatan kesehatan selalu
dalam kondisi layak pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia

Universitas Sumatera Utara

47

pakai lebih lama. Aspek-aspek yang berkaitan

dalam pelaksanaan

pemeliharaan yaitu Sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan peralatan
kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Aspekaspek ini pada umumnya memerlukan pembiayaan (Indrajit, 2003).
Terdapat dua kriteria pemeliharaan dalam pemeliharaan peralatan yaitu
pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana, seperti terlihat pada
bagan kriteria pemeliharaan (Indrajit, 2003).
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Pemeliharaan
terencana

meliputi

pemeliharaan preventif/pencegahan dan

pemeliharaan

korektif/perbaikan. Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan
yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang tidak
terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam
pelayanan.
Pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin apabila pihak
rumah sakit membuat jadwal kegiatan pemeliharaan terencana dan disiplin
melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan, termasuk pemeliharaan terencana yaitu pemeliharaan preventif, pada
saat inspection seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

48

PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN
TERENCANA

Inspection : lihat,
rasakan, dengarkan,
tanpa/dengan alat ukur

PEMELIHARAAN
DARURAT

PEMELIHARAAN
KOREKTIF

PEMELIHARAAN
PREVENTIVE

Pemeliharaan
waktu
operasional
(Running
maintenance)

PEMELIHARAAN
TIDAK
TERENCANA

Pemeliharaan waktu
tidak operasional
(Shut down
maintenance)

Perbaikan terhadap
kerusakan alat yang
terencana

Overhaul

Perbaikan terhadap
kerusakan alat yang
mendadak /tidak
terduga (bersifat
korektif)

Pembersihan, pelumasan,
penyetelan, penggantian
bahan pemeliharaan

Pelumasan,
penyetelan

Gambar 2.1. Kriteria Pemeliharaan
Sumber: Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan
Kesehatan, 2001

Universitas Sumatera Utara

49

b. Biaya Pemeliharaan Alat Kesehatan
Menurut Gani (1991), biaya pemeliharaan rumah sakit adalah biaya yang
fungsinya untuk mempertahankan/memperpanjang kapasitas barang investasi terdiri
atas biaya pemeliharaan gedung, alat medis (alat kesehatan) dan alat non medis
serta latihan personil.
Biaya pemeliharaan alat kesehatan merupakan biaya pemeliharaan
preventif atau pencegahan dan biaya pemeliharaan korektif atau perbaikan. Biaya
pemeliharaan preventif meliputi biaya pemeliharaan berkala sampai dengan
pengukuran unjuk kerja alat dan keamanan alat atau pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan.
Biaya pemeliharaan berkala adalah biaya pembelian bahan pemeliharaan
dan material bantu seperti pembelian cairan pembersih, kain lap, contact cleaner ,
oli untuk pelumasan atau pemeliharaan suction pump, pergantian bagian dari alat
seperti manset dan balon untuk tensimeter, filter anti bakteri untuk inkubator
perawatan. Biaya pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan adalah biaya untuk
pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang dilakukan oleh BPFK
Medan.
Biaya (tarif) pengujian dan kalibrasi alat kesehatan telah ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2001 tentang tarif atas jenis penerimaan
Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial.

Universitas Sumatera Utara

50

2.5.

Peralatan Kesehatan

2.5.1. Definisi Alat Kesehatan
Permenkes nomor : 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang pengamanan alat
kesehatan dan perbekalan rumah tangga pada bab 1 ayat 2, bahwa alat kesehatan
adalah instrument, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagensia/produk
diagnostic invitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait termasuk komponen,
bagian dan perlengkapannya yang;
a.

Disebut dalam farmakope Indonesia, ekstra farmakope Indonesia dan
formularium nasional atau suplemennya dan atau;

b.

Digunakan

untuk

mendiagnosa

penyakit,

menyembuhkan,

merawat,

memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit pada manusia dan atau;
c.

Dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh manusia
dan/atau;

d.

Dimaksudkan untuk menopang atau menunjang hidup atau mati;

e.

Dimaksudkan untuk mencegah kehamilan dan atau;

f.

Dimaksudkan untuk pensucihamaan alat kesehatan dan atau;

g.

Dimaksudkan untuk mendiagnosa kondisi bukan penyakit yang dalam
mencapai tujuan utamanya;

h.

Memberi informasi untuk maksud medis dengan cara pengujian invitro
terhadap specimen yang dikeluarkan dari tubuh manusia;

i.

Dan tidak mencapai target dalam tubuh manusia secara farmakologis,
imunologis dan atau cara metabolisme tetapi mungkin membantu fungsi
tersebut;

Universitas Sumatera Utara

51

j.

Digunakan, diakui sebagai alat kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu
Pengetahuan dan teknologi.
Pada bab VI pasal 71 disebutkan bahwa untuk menjamin mutu, manfaat

dan keamanan Alat Kesehatan Elektromedik dan Radiologi perlu dilakukan
kalibrasi alat secara periodik sesuai ketentuan yang berlaku.
2.5.2. Pengukuran Pengujian dan Kalibrasi Peralatan Kesehatan
Permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan, antara lain menyatakan bahwa setiap
alat kesehatan wajib dilakukan pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin
kebenaran nilai keluaran dan keselamatan pemakai, dan dianjurkan untuk
melaksanakan kalibrasi setiap satu tahun sekali. jumlah alat kesehatan yang wajib
diuji dan / atau dikalibrasi adalah 125 alat dan pembinaan serta pengawasan
terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan cakupan
Manfaat dari pengujian dan atau kalibrasi terhadap peralatan kesehatan
dimaksud antara lain :
1. Mengetahui sejauh mana peralatan yang diuji / dikalibrasi mempunyai tingkat
keakurasian (ketepatan).
2. Mengetahui seberapa besar penyimpangan pada output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi alat kesehatan yang diuji dan dikalibrasi.
3. Untuk menjamin keamanan terhadap pasien, operator dan lingkungan sekitar
dari bahaya yang ditimbulkan dari peralatan kesehatan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

52

4. Dengan diketahui nilai keluaran sebenarnya, maka akan membantu proses
diagnosa dan terapi yang tepat.
5. Sebagai data yang menunjang program pemeliharaan peralatan kesehatan.
Dalam prakteknya pengukuran dan kalibrasi peralatan kesehatan tersebut
meliputi :
1. Pengukuran nilai keluaran: Tegangan, frekuensi, putaran, temperature,
tekanan, kecepatan, dan lain-lain.
2. Pengukuran Keamanan : Arus bocor, pelindung radiasi, timer, mekanik,
balance dan otomatisasi.
3. Penilaian

performance:

kelengkapan,

hasil pembacaan,

kenyamanan

operasional.

Universitas Sumatera Utara