ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMECAHAN SOALCERITA MATERI KESEBANGUNAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS IX SMP NEGERI2 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2016 2017 | Juniarti | Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika SOLUSI 11205 23553 1
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
PEMECAHAN SOALCERITA MATERI KESEBANGUNAN
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS IX
SMP NEGERI2 TAWANGSARI
TAHUN AJARAN 2016/2017
Ninik Tri Juniarti1), Ikrar Pramudya2), Yemi Kuswardi3)
1)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
2),3)
1)
niniktrijuniarti@yahoo.com2)ikrarpramudya@staff.uns.ac.id
3)
yemikuswardi@gmail.com
Alamat Instansi:
Gedung D lantai 1, FKIP, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
siswa gaya kognitif strongly field dependent, slightly field dependent, slightly field
independent, dan strongly field independent dalam pemecahan soal cerita materi
kesebangunan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi
kasus. Subjek penelitian ialah6 siswa kelas IX G SMP Negeri 2 Tawangsari tahun
ajaran 2016/2017. Pengambilan subjek penelitian dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah metode tes dan wawancara. Analisis data
meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pengujian validitas data dilakukan dengan triangulasi waktu. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa strongly field dependent memiliki kemampuan interpretation
kurang sempurna dalam membaca dan mengeksplorasi, belum memiliki kemampuan analysis dalam memilih strategi, belum memiliki kemampuan inferencedalam menyelesaikan masalah, serta belum memiliki kemampuan evaluation, analysis, daninference dalam meninjau kembali dan mendiskusikan. Siswa slightly field dependent memiliki kemampuan interpretation kurang sempurna dalam membaca dan mengeksplorasi, belum memiliki kemampuan analysis dalam memilih
strategi, belum memiliki kemampuan inference dalam menyelesaikan masalah,
serta belum memiliki kemampuan evaluation, analysis, daninference dalam meninjau kembali dan mendiskusikan. Siswa slightly field independent memiliki kemampuan interpretation dalam membaca dan mengeksplorasi, memiliki kemampuan analysis dalam memilih strategi, memiliki kemampuan inference dalam menyelesaikan masalah, tetapi belum memiliki kemampuan evaluation, analysis,
daninference dalam meninjau kembali dan mendiskusikan. Kemampuan berpikir
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
99
kri-tis siswa strongly field independent tidak dapat diketahui karena tidak ada
siswa bergaya kognitif strongly field independent.
Kata Kunci : berpikir kritis, pemecahan masalah, kesebangunan, gaya kognitif
PENDAHULUAN
Saat ini segala informasi dapat
rapa pakar. Pada penelitian ini, inti
diakses secara bebas melalui internet
berpikir kritis Facione digunakan pe-
dan tidak ada jaminan informasi yang
neliti tetapi hanya berfokus pada in-
tersebar melalui internet tersebut ber-
terpretation, analysis, inference, dan
nilai benar. Oleh karena itu, kemam-
evaluation.
puan memilah dan memilih semua in-
Menurut Sahin dalam Aydogdu
formasi yang ada harus dimiliki oleh
dan Kesan [3], geometri merupakan
setiap individu. Hal yang perlu dila-
salah satu bidang yang penting dalam
kukan untuk memenuhi tuntutan glo-
pembelajaran matematika dan tujuan
bal yakni melahirkan generasi yang
dari pengajaran geometri ialah mem-
memiliki kemampuan berpikir kritis.
bekali siswa dengan kemampuan ber-
Hal tersebut didukung oleh pendapat
pikir kritis, memecahkan masalah,
As’ari [1] yang menyatakan perbau-
serta kemampuan berpikir tingkat
ran antara informasi yang valid dan
tinggi.Jadi, guru dapat mengem-
reliabel dengan informasi hoax (tipu-
bangkan kemampuan berpikir kritis
an) menuntut seseorang untuk meme-
siswa melalui bidang geometri teruta-
riksa secara kritis. Dengan demikian,
ma materi kesebangunan.
berpikir kritis harus dimiliki oleh se-
Data Badan Standar Nasional
tiap individu agar tidak mudah per-
Pendidikan (BSNP) tahun 2014 dan
caya terhadap suatu informasi yang
2015 menunjukkan persentase pengu-
belum tentu kebenarannya dan tidak
asaan materi kesebangunan siswa
terburu-buru mengambil keputusan.
SMP Negeri 2 Tawangsari hasil UN
Haryani [2] mengungkapkan un-
(Ujian Nasional) tahun 2013/2014
tuk mengetahui kemampuan berpikir
hingga 2014/2015 mengalami penu-
kritis seseorang dapat dihubungkan
runan sekitar 5 %. Berdasarkan wa-
dengan inti dari kemampuan berpikir
wancara peneliti dengan Jujuk Sla-
kritis yang dikemukakan oleh bebe-
met Wiyana, guru matematika SMP
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
100
Negeri 2 Tawangsari, diperoleh in-
matika berbentuk soal cerita terutama
formasi bahwa siswa mengalami ke-
pada materi kesebangunan. Siswa se-
sulitan dalam menyelesaikan materi
ring kesulitan menentukan ide awal
kesebangunan. Hal ini dikarenakan
pengerjaan karena belum dapat me-
pada materi tersebut siswa dituntut
mahami konsep-konsep matematika
berpikir abstrak dan logis.
dengan baik. Selain itu, diperoleh in-
Aktivitas dalam pembelajaran ma
formasi bahwa siswa biasanya hanya
tematika yang membutuhkan kemam-
mempelajari jawaban dari contoh-
puan berpikir kritis ialah pemecahan
contoh soal kemudian menghafal tan-
masalah. Ini diperkuat pendapat Sta-
pa memahami konsepnya. Ini meng-
nick dan Killpatrick dalam Haryani
indikasikan bahwa kemampuan ber-
[2] yang mengungkapkan bahwa pe-
pikir kritis siswa masih rendah dalam
mecahan masalah merupakan inti da-
memecahkan masalah matematika.
ri matematika karena memerlukan
Dengan demikian, diperlukan analisis
kemampuan
kritis.Dalam
lebih lanjut terkait kemampuan ber-
aktivitas pemecahan masalah diperlu-
pikir kritis siswa dalam memecahkan
kan langkah-langkah yang membantu
masalah matematika berbentuk soal
untuk mengetahui kemampuan berpi-
cerita materi kesebangunan.
berpikir
kir kritis. Salah satunya ialah langkah
Salah satu karakteristik yang di-
pemecahan masalah yang dikemuka-
miliki siswa adalah gaya kognitif.
kan oleh Krulik dan Rudnick. Krulik
Hasil penelitian Feldhusen dan Goh
dan Rudnick dalam Riadi [4] menya-
dalam Emir [5] menunjukkan terda-
takan langkah pemecahan masalah
pat hubungan yang signifikan antara
antara lain membaca, mengeksplora-
gaya kognitif dan kemampuan berpi-
si, memilih suatu strategi, menyele-
kir kritis seseorang. Gaya kognitif di-
saikan masalah, meninjau kembali
bedakan menjadi 2 macam, yaitu fi-
dan mendiskusikan.
eld dependent dan field independent.
Berdasarkan hasil observasi pene-
Siswa field dependent menerima sua-
liti dan pengalaman guru selama me-
tu pola sebagai suatu keseluruhan,
ngajar, siswa mengalami kesulitan
kesulitan menganalisis pola menjadi
dalam memecahkan masalah mate-
bagian berbeda, kesulitan memproses
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
101
informasi yang diberikan, kecuali in-
dengan kehidupan sehari-hari disaji-
formasi tersebut telah diubah atau di-
kan dalam bentuk soal cerita. Jadi,
manipulasi ke dalam bentuk yang bi-
masalah matematika berbentuk soal
asa dikenal. Siswa field dependent
cerita adalah persoalan matematika
memerlukan instruksi lebih jelas me-
yang disusun berkaitan dengan masa-
ngenai bagaimana memecahkan ma-
lah kehidupan sehari-hari dimana pe-
salah. Sebaliknya, siswa field inde-
nyelesaiannya membutuhkan analisis
pendent lebih menerima bagian-bagi-
dan tidak terdapat prosedur rutin de-
an terpisah dari suatu pola yang me-
ngan cepat dapat diambil.
nyeluruh dan mampu menganalisis
Pemecahan masalah matematika
pola ke dalam komponennya karena
adalah usaha untuk mencari jalan ke-
dapat menganalisis informasi kom-
luar guna mencapai suatu tujuan di-
pleks, tidak terstruktur, dan mengor-
mana siswa memiliki kesempatan un-
ganisasinyauntuk memecahkan ma-
tuk berinisiatif dan berpikir sistema-
salah [6].
tis dalam menghadapi masalah mate-
Pada penelitian ini, akan dibahas
matika dengan menerapkan pengeta-
mengenai kemampuan berpikir kritis
huan yang didapat sebelumnya. Kru-
siswa dalam pemecahan masalah ma-
lik dan Rudnick dalam Riadi [4] me-
tematika berbentuk soal cerita mate-
ngemukakan 5 langkah pemecahan
ri kesebangunan ditinjau dari gaya
masalah, yaitu:
kognitif berdasarkan inti berpikir kritis interpretation, analysis, inference,
dan evaluation serta tahapan pemecahan masalah Krulik dan Rudnick.
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah matematika adalah persoalan matematika yang membutuhkan analisis dan tidak terdapat prosedur rutin dengan cepat dapat diambil.
Masalah matematika yang berkaitan
a. Membaca (Read)
Aktivitas yang dilakukan siswa
pada tahap ini adalah mencatat
kata kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau menyatakan kembali masalah ke
dalam bahasa yang lebih mudah
dipahami.
b. Mengeksplorasi (Explore)
Proses ini meliputi pencarian pola untuk menentukan konsep/
prinsip dari masalah. Pada tahap
ini, siswa mengidentifikasi masalah, menyajikan masalah ke da
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
102
lam cara yang mudah dipahami.
Pertanyaan yang digunakan pada
tahap ini adalah “seperti apa masalah tersebut?”. Pada tahap ini
biasanya dilakukan kegiatan menggambar/membuat tabel.
c. Memilih Suatu Strategi (Select a
Strategy)
Pada tahap ini, siswa menarik
simpulan atau membuat hipotesis bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap pertama.
d. Menyelesaikan Masalah (Solve
the Problem)
Pada tahap ini, semua keterampilan matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan jawaban.
e. Meninjau Kembali dan Mendiskusikan (Review and Extend)
Pada tahap ini, siswa mengecek
kembali kebenaran jawabannya
dan melihat variasi cara memecahkan masalah.
presikan makna atau arti dari
permasalahan.
b. Analysis, yaitu kemampuan mengidentifikasi hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi, atau bentuk lainnya.
c. Evaluation, yaitu kemampuan
menilai kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu menilai secara logika hubungan antar
pernyataan, deskripsi, pertanyaan, dan konsep.
d. Inference, yaitu kemampuan dapat mengidentifikasi dan mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik simpulan
yang masuk akal.
Dalam penelitian ini, indikator
yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika
berbentuk soal cerita pada materi kesebangunanadalah sebagai berikut.
Kemampuan berpikir kritis ialah
1. Pada tahap membaca dan meng-
kemampuan siswa yang tidak begitu
eksplorasi, jika siswa menentu-
saja menerima informasi tetapi siswa
kan informasi yang diketahui dan
berpikir reflektif dan logis dalam me-
ditanyakan serta membuat sketsa
mahami, menalar, mensintesis, dan
gambar ke dalam bentuk geome-
mengevaluasi informasi untuk me-
tri berdasarkan masalah yang di-
mutuskan apakah informasi dapat di-
berikansecara tepat maka siswa
percaya sehingga dapat menarik sim-
memiliki kemampuan interpreta-
pulan yang akurat dan masuk akal.
tion dalam berpikir kritis.
Facione [7] mengemukakan 4 inti
berpikir kritis sebagai berikut.
a. Interpretation, yaitu kemampuan
dapat memahami dan mengeks-
2. Pada tahap memilih strategi, jika
siswa memilih rumus yang cocok
dan menemukan langkah-langkah
untuk menyelesaikan masalah de-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
103
ngan benar maka siswa memiliki
pendent dan field independent. Me-
kemampuan analysis dalam ber-
nurut Desmita [6], individu dengan
pikir kritis menurut Facione
gaya field dependent menerima suatu
3. Pada tahap menyelesaikan masa-
pola sebagai suatu keseluruhan, sulit
lah, jika siswa menjalankan lang-
memfokuskan pada satu aspek dari
kah
yang
satu situasi, atau menganalisis pola
sistematis,
menjadi bagian-bagian yang berbeda,
penyelesaian
ditemukansecara
menemukan so-lusi akhir yang
danmenemukan
tepat,
simpulan
memproses, tetapi mudah memper-
berdasar apa yang dita-nyakan
sepsi apabila informasi dimanipulasi
secara logis maka siswa memiliki
sesuai dengan konteksnya. Sebalik-
kemampuan
nya,individu field independent lebih
dan
menarik
inference
dalam
berpikir kritis.
4. Pada tahap meninjau kembali dan
mendiskusikan, jika siswa memeriksa kebenaran hasil pemecahan
yang didapat dan menggunakan
cara lain untukmencari penyelesaian maka siswa memiliki kemampuan berpikir kritisevaluation, analysis, daninference.
Salah satu karakteristik yang dimiliki siswa ialah gaya kognitif. Gaya kognitif adalah karakteristik/cara
khas siswa dalam memahami, berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi, dan memproses informasi
yang relatif tetap. Witkin dalam
Mahmud [8] membedakan gaya kognitif menjadi 2 macam yakni field de-
kesulitan
dalam
menerima bagian-bagian terpisah dari
pola menyeluruh dan mampu menganalisis pola ke dalam komponennya.
METODE PENELITAN
Metode penelitian kualitatif dan
pendekatan studi kasus digunakan
dalam penelitian ini.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data gaya kognitif siswa dan data
kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kesebangunan. Data
gaya kognitif diperoleh dari hasil tes
Group Embeded Figure Test (GEFT)
sedangkan data kemampuan berpikir
kritis didapat dari transkrip wawancara dengan siswa. Sumber data
adalah informan (narasumber) dan
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
104
sumber data pendukung. Informan
wancara berbasis tugas II. Analisis
dalam penelitian ini ialah siswa kelas
data dilakukan dengan reduksi data,
IX SMP Negeri 2 Tawangsari se-
penyajian data dan verifikasi. [9]
dangkan sumber data pendukungnya
adalah rekaman hasil wawancara de-
HASIL PENELITIAN DAN PEM-
ngan siswa dan hasil tes GEFT. Sub-
BAHASAN
jek penelitian dipilih dengan teknik
purposive sampling.
Hasil tes GEFT siswa kelas IX G
diperoleh bahwa 20 siswa termasuk
Pengumpulan data dilakukan de-
dalam strongly field dependent, 9 sis-
ngan metode tes dan wawancara. Tes
wa termasuk dalam slightly field de-
dalam penelitian ini adalah tes GEFT
pendent, 5 siswa termasuk slightly fi-
dan tes pemecahan masalah matema-
eld independent, dan tidak ada siswa
tika materi kesebangunan. Tes GEFT
yang termasuk kategori strongly field
digunakan untuk mengelompokkan
independent. Berdasarkan teknik pe-
siswa ke dalam kategori gaya kog-
milihan subjek yang digunakan da-
nitif strongly field dependent, slightly
lam penelitian ini, 6 siswa dijadikan
field dependent, slightly field inde-
sebagai subjek penelitian. Subjek pe-
pendent, dan strongly field indepen-
nelitian ini terdiri dari 2 siswa stro-
dent. Wawancara yang digunakan pa-
ngly field dependent,2 siswaslightly
da penelitian ini adalah wawancara
field dependent, dan 2 siswa slightly
berbasis tugas. Wawancara ini dipilih
field independent.
karena memungkinkan data yang le-
1. Kemampuan Berpikir Kritis Sis-
bih banyak dan mendalam didapat-
wa Strongly Field Dependent
kan peneliti untuk mendeskripsikan
a. Tahap Membaca
kemampuan berpikir kritis siswa da-
Subjek strongly field depen-
lam memecahkan soal cerita pada
dent dapat menentukan infor-
materi kesebangunan.
masi yang diketahui dan dita-
Uji validitas data dilakukan de-
nyakan pada soal pemecahan
ngan teknik triangulasi waktu yakni
dengan tepat. Namun, kedua
membandingkan data hasil wawanca-
subjek belum memilah infor-
ra berbasis tugas I dan data hasil wa-
masi penting pada soal. Ini ka-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
105
rena kedua subjek belum me-
Subjek strongly field depe-
ngungkapkan masalah dengan
ndent belum menyajikan per-
bahasa sendiri (sama dengan
masalahan yang diberikanda-
kalimat pada soal).
lam bentuk gambar dengan benar. Karena tidak memahami
maksud dari kalimat pada soal,
kedua subjek melakukan kesalahan ketika menggambarkan
kondisi soal. Pada soal lain,
kedua subjek melakukan kesalahan saat menarik garis tinggi
dimana sudut antara garis tinggi segitiga dengan sisi di hadapannya tidak membentuk sikusiku. Kedua subjek tidak memahami konsep garis tinggi
Gambar 1. Hasil Tes Subjek 1
padahal konsep tersebut telah
dipelajari pada jenjang sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal kedua
subjek terkait konsep kesebangunan dan konsep garis tinggi
masih kurang. Oleh karena itu,
kedua subjek mampu memahami masalah tetapi tidak dapat
mengekspresikan makna dari
permasalahan dengan tepat.
c. Tahap Memilih Strategi
Gambar 2. Hasil Tes Subjek 2
b. Tahap Mengeksplorasi
Subjek strongly field dependent menyebutkan rumus-ru-
mus dengan lengkap meskipun
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
106
belum tepat padasoal yang
sebagai strategi untuk menye-
menyiratkan penggunaan kon-
lesaikan soal. Kedua subjek
sep kesebangunan untuk me-
juga terlihat tidak mengguna-
nyelesaikannya. Kedua subjek
kan semua informasi pada soal
keliru dalam menyebutkan ru-
dalam langkah penyelesaian.
mus kesebangunan. Sementara
Kedua subjek tidak menyadari
itu, kedua subjek belum me-
informasi penting pada soal se-
nyebutkan rumus kesebangu-
hingga kesulitan dalam mem-
nan pada soal yang tidak seca-
buat rencana penyelesaian. Hal
ra langsung menyiratkan peng-
tersebut sesuai dengan karakter
gunaan konsep kesebangunan
siswa strongly field dependent
untuk menyelesaikannya. Ke-
yang dijelaskan Desmita [6]
dua subjektidak mengetahui
bahwa siswa sulit menganali-
jika rumus kesebangunan digu-
sis pola menjadi bagian-bagian
nakan untuk menyelesaikan
yang berbeda. Selain itu, pa-
soal. Padahal kedua subjek
paran tersebut juga memper-
memiliki pengetahuan terkait
kuat hasil penelitian Ngilawa-
konsep kesebangunan tetapi
jan [11] bahwa siswa field de-
pengetahuan ini tidak diguna-
pendent kurang baik mengolah
kan untuk menyelesaikan ma-
informasi sehingga memberi-
salah. Menurut Carson dalam
kan
Fithriyah, et.al [10], meskipun
jelas.Ini menunjukkan subjek
siswa mengetahui suatu kon-
tidak dapat mengidentifikasi
sep tetapi belum tentu siswa
hubu-ngan antara informasi
dapat menerapkan bagaimana
yang
menggunakannya. Kedua sub-
pengetahuan dan konsep yang
jek tidak sadar dan bingung
dimiliki
untuk menerapkan pengetahu-
penyelesaian.
an yang dimilikinya.
jawaban
yang
di-ketahui
seba-gai
tidak
dengan
strategi
d. Tahap Menyelesaikan Masalah
Subjek belum menemukan
Subjek strongly field depen-
langkah pemecahan yang tepat
denttelah menjalankan lang-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
107
kah yang ditemukan tetapi ke-
ran jawabannya karena tidak
dua subjek tidak dapat menye-
mampu menyelesaikan soal
lesaikan masalah secara tuntas.
yang diberikan. Kedua subjek
Kedua subjek tidak menemu-
tidak dapat mengerjakan de-
kan solusi akhir yang ditanya-
ngan cara lain untuk menyele-
kan soal sehingga tidak mam-
saikannya.
pu menarik simpulan logis pada hasil pekerjaannya. Namun,
2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Slightly Field Dependent
kedua subjek mampu menyelesaikan soal bentuk sederhana
dan tidak diubah konteksnya
meskipun konsep kesebangunan yang diterapkan salah satu
subjek kurang tepat. Ini sejalan
dengan pendapat Desmita [6]
terkait karakter strongly field
dependent yakni menemukan
kesulitan dalam memproses
dan persepsinya lemah ketika
terjadi perubahan konteks tetapi mudah mempersepsi apabila
informasi
Gambar 3. Hasil Tes Subjek 3
dimanipulasi
sesuaikonteksnya. Jadi, subjek
be-lum mendapatkan unsurunsur yang dibutuhkan untuk
mena-rik
simpulan
masuk
akal.
e. Tahap Meninjau Kembali dan
Mendiskusikan
Subjek strongly field depedent tidak memeriksakebena-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
108
kurangnya pengetahuan awal
Gambar 4. Hasil Tes Subjek 4
a. Tahap Membaca
kedua subjek terkait konsep
kesebangunan dan garis tinggi.
Subjek slightly field depen-
Jadi, subjek mampu memaha-
dent telah memahami masalah
mi masalahakan tetapi tidak
dengan menentukan informasi
mengekspresikan makna dari
yang diketahui dan ditanyakan
masalah dengan tepat.
pada soal yang diberikan te-
b. Tahap Memilih Strategi
tapi kedua subjek belum men-
Subjek slightly field depen-
jelaskan dengan bahasa sendiri
dent menyebutkan rumus de-
(sama seperti kalimat soal).
ngan lengkap meskipun belum
a. Tahap Mengeksplorasi
tepat pada soal yang menyirat-
Subjekslightly field depen-
kan penggunaan konsep kese-
dent belum menggambarkan
bangunan untuk menyelesai-
kondisi masalah dengan benar
kannya. Kedua subjek keliru
karena terdapat kesalahan. Ke-
dalam menyebutkan rumus ke-
dua subjek melakukan kesala-
sebangunan. Sementara itu, ke-
han dalam menggambarkan
dua subjek belum detail dalam
kondisi masalah karena tidak
menyebutkan rumus padasoal
memahami maksud dari kali-
yang tidak secara langsung
mat pada soal. Pada soal lain,
menyiratkan penggunaan kon-
kedua subjek melakukan kesa-
sep kesebangunan untuk me-
lahan saat menarik garis tinggi
nyelesaikannya akan tetapi su-
dimana sudut antara garis ting-
dah ada upaya kedua subjek
gi segitiga dengan sisi di hada-
menyebutkan rumus keseba-
pannya tidak membentuk siku-
ngunan meskipun kurang te-
siku. Kedua subjek tidak me-
pat. Kedua subjek hanya asal
mahami konsep garis tinggi
membandingkan sisi-sisi pada
padahal konsep tersebut telah
kedua bangun. Ini karena ke-
dipelajari pada jenjang sebe-
dua subjek menyimpulkan ru-
lumnya. Hal ini dikarenakan
mus kesebangunan hanya me-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
109
lihat gambar tanpa memperha-
jalan dengan pendapat Desmita
tikan sudutnya. Bahkan, kedua
[6] yang menyatakan bahwa
subjek hanya menemukan satu
karakter siswa slightly field de-
pasang segitiga yang menurut-
pendent sulit menganalisis po-
nya sebangun. Padahal kedua
la menjadi bagian-bagian yang
subjektelah memiliki pengeta-
berbeda. Selain itu, temuan ini
huan terkait jumlah sudut da-
memperkuat hasil penelitian
lam segitiga yang dipelajari
Ngilawajan [11] bahwa siswa
pada kelas VII tetapi pengeta-
field dependent kurang baik
huan ini tidak digunakan. Car-
dalam mengolah informasi se-
son dalam Fithriyah, et.al [10]
hingga memberikan jawaban
berpendapat bahwa meskipun
yang tidak jelas. Ini menunjuk-
siswa telah mengetahui suatu
kan kedua subjek tidak dapat
konsep tetapi belum tentu sis-
mengidentifikasi hubungan in-
wa dapat menerapkan bagai-
formasi yang diketahui dengan
mana menggunakannya. Ke-
pengetahuan yang dimiliki se-
dua subjek tidak sadar dan bi-
bagai strategi penyelesaian
ngung untuk menerapkan pe-
c. Tahap Menyelesaikan Masalah
ngetahuan yang dimiliki dalam
Subjek slightly field depen-
menyelesaikan masalah.
denttelah menjalankan lang-
Subjek belum dapat mene-
kah yang dituliskan sebelum-
mukan langkah pemecahan se-
nya tetapi kedua subjek tidak
bagai strategi pemecahan ma-
dapat menyelesaikan soal seca-
salah. Kedua subjek juga tidak
ra tuntas. Hal ini dikarenakan
menggunakan semua informasi
kedua subjek tidak menemu-
dalam langkah penyelesaian-
kan langkah pemecahan yang
nya. Kedua subjek tidak me-
tepat. Kedua subjek tidak me-
nyadari informasi penting da-
nemukan solusi akhir sehingga
lam soal sehingga mengalami
tidak mampu menarik simpu-
kesulitan dalam membuat ren-
lan yang logis pada hasil pe-
cana penyelesaian. Hal ini se-
kerjaannya. Akan tetapi, kedua
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
110
subjek mampu menyelesaikan
soal rutin sederhana dan tidak
diubah konteksnya meskipun
konsep kesebangunan yang diterapkan salah satu subjek keliru. Hal ini sesuai dengan karakter seseorang dengan gaya
kognitif slightly field dependent yang dijelaskan Desmita
Gambar 5. Hasil Tes Subjek 5
[6] yakni menemukan kesulitan dalam memproses dan persepsinya lemah ketika terjadi
perubahan konteks tetapi mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai de
ngan konteksnya. Dengan demikian, subjek belum mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik simpulan yang masuk akal.
d. Tahap Meninjau Kembali dan
Mendiskusikan
Subjek slightly field dependent tidak memeriksa kebena-
ran jawabannya karena tidak
mampu menyelesaikan soal sehingga subjek tidak dapat mengerjakan dengan cara lain.
Gambar 6. Hasil Tes Subjek 6
a. Tahap Membaca
Subjek slightly field inde-
3. Kemampuan Berpikir Kritis Sis-
pendent dapat menentukan in-
wa Slightly Field Independent
formasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal dengan te-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
111
pat. Kedua subjek dapat men-
nggunaan konsep kesebangu-
jelaskan permasalahan dengan
nan untuk menyelesaikannya,
bahasanya sendiri. Hal ini me-
salah satu subjek mengguna-
nunjukkan subjek memilah in-
kan rumus praktis kesebangu-
formasi penting pada soal.
nan pada segitiga siku-siku se-
a. Tahap Mengeksplorasi
dangkan subjek lain menggu-
Subjek slightly field indepe-
nakan rumus perbandingan si-
ndent mampu menggambarkan
si-sisi pada kesebangunan de-
kondisi masalah yang diberi-
ngan memanfaatkan sudut da-
kandengan benar. Pada tahap
lam segitiga. Namun, salah sa-
ini, gambar yang dibuat me-
tu subjek cenderung menghafal
rupakan interpretasi soal yang
rumus praktis tersebut tanpa
digunakan hingga akhir penye-
mengetahui asal penurunan ru-
lesaian. Ini membuktikan bah-
mus.
wa subjek mampu memahami
Selanjutnya, subjek mampu
masalahdan dapat mengeks-
menemukan langkah pemeca-
presikan makna dari masalah
han sebagai strategi penyele-
dengan tepat.
saian soal dengan sistematis
b. Tahap Memilih Strategi
dan tepat. Menurut Desmita
Subjek slightly field inde-
[6], siswa slightly field inde-
pendent menyebutkan rumus
pendent mampu menganalisis
dengan lengkap yang akan
pola ke dalam komponennya
digunakan untuk menyelesai-
tetapi cenderung lemah. Ini
kan soal. Pada soal yang me-
terlihat dari salah satu subjek
nyiratkan penggunaan konsep
yang tidak menggunakan se-
kesebangunan untuk menyele-
mua informasi pada salah satu
saikannya, kedua subjek me-
soal dalam langkah penyelesai-
nggunakan rumus yang sama
an karena menggunakan rumus
yakni kesebangunan. Sementa-
praktis kesebangunan tanpa
ra itu, pada soal yang tidak se-
mengetahui asal penurunan ru-
cara langsung menyiratkan pe-
mus tersebut. Paparan terse-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
112
but juga memperkuat temuan
bekerja
penelitian dari Ngilawajan [11]
subjek mampu mendapatkan
bahwa siswa field independent
unsur-unsur yang dibutuhkan
dapat mengolah informasi de-
untuk menarik simpulan yang
ngan baik sehingga memberi-
masuk akal.
kan jawaban yang jelas dan
terstruktur. Dengan demikan,
sendiri.Jadi,
kedua
d. Tahap Meninjau Kembali dan
Mendiskusikan
kedua subjekdapat mengiden-
Subjek slightly field inde-
tifikasi hubungan antara in-
pendent hanya meyakini kebe-
formasi yang diketahui dengan
naran jawaban yang diperoleh
pengetahuan yang dimiliki se-
pada soal tanpa melakukan pe-
bagai strategi penyelesaian.
meriksaan ulang terhadap hasil
c. Tahap Menyelesaikan Masalah
pekerjaannya. Selain itu, kedua
Subjek slightly field inde-
subjek juga belum mampu me-
pendentmenjalankan
langkah
nemukan cara lain untuk me-
yang ditemukan dan mampu
nyelesaikan soal tersebut.
menyelesaikan soal dengan te-
4. Kemampuan Berpikir Kritis Sis-
pat. Kedua subjek dapat me-
wa Strongly Field Independent
nemukan solusi akhir dengan
Dalam penelitian ini, kemam-
benar sehingga dapat menarik
puan berpikir kritis pada siswa
simpulan secara logis pada ha-
strongly field independent tidak
sil pekerjaannya. Hal ini diper-
dapat diketahui karena tidak ada
kuat pendapat Shuell dalam
siswa dengan gaya kognitif ter-
Mahmud [8] bahwa siswa
sebut di kelas IX G SMP Negeri
slightlyfield independent lebih
2 Tawangsari.
gampang mengurai hal yang
kompleks dan lebih mudah
memecahkan persoalan-persoalan, tidak sulit mempelajari
ilmu pengetahuan alam dan
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut.
matematika, serta lebih sukses
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
113
1. Siswa bergaya kognitif strongly
tis interpretation dalam membaca
field dependent memiliki kemam-
dan mengeksplorasi, memiliki ke-
puan berpikir kritis interpretation
mampuan berpikir kritis analysis
kurang sempurna dalam memba-
dalam memilih strategi, memiliki
ca dan mengeksplorasi, belum me
kemampuan berpikir kritis infe-
miliki kemampuan berpikir kritis
rence dalam menyelesaikan ma-
analysis dalam memilih strategi,
salah, tetapi belum memiliki ke-
belum memiliki kemampuan ber-
mampuan berpikir kritis evalua-
pikir kritis inference dalam me-
tion, analysis, daninference da-
nyelesaikan masalah, serta belum
lam meninjau kembali dan men-
memiliki kemampuan berpikir kri
diskusikan.
tis evaluation, analysis, daninfe-
Berdasarkan simpulan yang di-
rence dalam meninjau kembali
buat,untuk mengembangkan kemam-
dan mendiskusikan.
puan berpikir kritis siswa dalam me-
2. Siswa bergaya kognitifslightly
mecahkan masalah matematika ber-
field dependent memiliki kemam-
bentuk soal cerita materi kesebangu-
puan berpikir kritis interpretation
nan disarankan untuk melakukan tin-
kurang sempurna dalam memba-
dakan-tindakan sebagai berikut.
ca dan mengeksplorasi, belum me
1. Dalam membuat rancangan pem-
miliki kemampuan berpikir kritis
belajaran untuk meningkatkan ke-
analysis dalam memilih strategi,
mampuan berpikir kritis dalam
belum memiliki kemampuan ber-
pemecahan masalah, guru sebaik-
pikir kritis inference dalam me-
nya lebih menekankan proses me-
nyelesaikan masalah, serta belum
mahami masalah sehingga siswa
memiliki kemampuan berpikir kri
dapat menggunanakan informasi
tis evaluation, analysis, dan infe-
pada soal untuk membuat rencana
rence dalam meninjau kembali
penyelesaian masalah serta mem-
dan mendiskusikan.
berikan tambahan latihan soal di-
3. Siswa slightly field independent
ubah konteksnya dari soal seder-
memiliki kemampuan berpikir kri
hana dan bervariasi supaya siswa
tidak hanya menghafal prosedur
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
114
penyelesaian masalah yang dibe-
4. Dalam pembelajaran, sebaiknya
rikan guru terutama siswa strong-
guru selalu melibatkan siswa un-
ly field dependent dan slightly fi-
tuk berpikir kritis, memberikan
eld dependent.
tugas berisi soal berpikir kritis,
2. Pada siswa strongly field depen-
memantau kemampuan berpikir
dent dan slightly field dependent
kritis siswa dengan memberikan
diketahui belum menggambarkan
tes kemampuan berpikir kritis se-
kondisi permasalahan yang dibe-
hingga siswa terbekali kemampu-
rikan dengan benar dikarenakan
an berpikir kritis.
pengetahuan awal pada beberapa
konsep yang kurang. Untuk itu,
sebaiknya guru selalu memberikan pre-test sebelum pembelajaran dimulai sehingga dapat diketahui sejauh mana konsep awal
yang dimiliki siswa.
3. Pada hasil penelitian ini, siswa
slightly field independent meyaki-
ni kebenaran jawaban tanpa melakukan pemeriksaan ulang dan
tidak menentukan cara lain dalam
penyelesaian soal pemecahan masalah. Untuk itu, sebaiknya guru
membiasakan siswa untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang diperoleh dan mendorong siswa
agar dapat menemukan cara lain
DAFTAR PUSTAKA
[1]As’ari, A. R. (2014). Ideas for
Developing Critical Thinking
at Primary School Level. Dalam Seminar Internasional
Addressing Higher Order
Thinking Issues in Primary
Education. Diselenggarakan
oleh Universitas Muhammadiyah Makassar, 12-13 April
2014. Diperoleh pada 11
September 2016 dari http://
www.reseachgate.net.
[2] Haryani, D. (2011). Pembelajaran
Matematika dengan Pemecahan Masalah untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, hlm. 121-126,
Fakultas MIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.
dalam penyelesaian soal sehingga
dapat membuat rencana dan mengerjakan kembali soal dengan
cara berbeda.
[3] Aydogdu, M. Z. & Kesan, C.
(2014). A Research on Geometry Problem Solving Strategies Used by Elementary
Mathematics Teacher Candi-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
115
dates. Journal of Educational
and Instructional Studies in
the World, 4 (1) 1. Diperoleh
pada 11 September 2016 dari
http://www.ijonte.org.
[4] Riadi, M. (2016). Pengertian dan
Tahapan Pemecahan Masalah.
Diperoleh pada 1 Januari2017
darihttp://www.kajianpustaka.
com/2016/04/pengertiandantahapan-pemecahanmasalah.html.
[5] Emir, S. (2013). Contributions of
Teacher’s Thinking Style to
Critical Thinking Disposition
(Istanbul-Fatih Sample). Educational Sciences : Theory &
Practice, 13 (1) 337-347. Diperoleh 25 September 2016
dari
http://www.files.eric.ed.gov/f
ulltext/EJ1016649.pdf.
[6] Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik :
Panduan Bagi Orang Tua
dan Guru dalam Memahami
Psikologi Anak SD, SMP, dan
SMA. Bandung : Remaja Rosdakarya.
[7] Facione, P. (2015). Critical Thinking : What It Is and Why It
Counts. Insight Assessment.
Diperoleh pada 25 September
2016 dari http://www.insightassessment.com/pdf_files/wh
at&why2006.pdf.
[8] Mahmud, D. (2009). Psikologi
Pendidikan : Studi Pendekatan Terapan Edisi Pertama .
Yogyakarta : BPFE.
[9] Sugiyono.(2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
[10] Fithriyah, I., Sa’dijah, C., & Sisworo. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D SMP N 17
Malang. Prosiding Konferensi
Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya ,
hlm. 580-590 Universtas Muhammadiyah Surakarta.
[11] Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah
Matematika Materi Turunan
Ditinjau dari Gaya Kognitif
Field Independent dan Field
Dependent. Pedagogia , 2 (1),
71-83.Diperoleh pada 9 Mei
2017
darihttp://www.ojs.umsida.id/
index.php/pedagogia/article/v
iew/48/0.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
116
PEMECAHAN SOALCERITA MATERI KESEBANGUNAN
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS IX
SMP NEGERI2 TAWANGSARI
TAHUN AJARAN 2016/2017
Ninik Tri Juniarti1), Ikrar Pramudya2), Yemi Kuswardi3)
1)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
2),3)
1)
niniktrijuniarti@yahoo.com2)ikrarpramudya@staff.uns.ac.id
3)
yemikuswardi@gmail.com
Alamat Instansi:
Gedung D lantai 1, FKIP, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
siswa gaya kognitif strongly field dependent, slightly field dependent, slightly field
independent, dan strongly field independent dalam pemecahan soal cerita materi
kesebangunan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi
kasus. Subjek penelitian ialah6 siswa kelas IX G SMP Negeri 2 Tawangsari tahun
ajaran 2016/2017. Pengambilan subjek penelitian dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah metode tes dan wawancara. Analisis data
meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pengujian validitas data dilakukan dengan triangulasi waktu. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa strongly field dependent memiliki kemampuan interpretation
kurang sempurna dalam membaca dan mengeksplorasi, belum memiliki kemampuan analysis dalam memilih strategi, belum memiliki kemampuan inferencedalam menyelesaikan masalah, serta belum memiliki kemampuan evaluation, analysis, daninference dalam meninjau kembali dan mendiskusikan. Siswa slightly field dependent memiliki kemampuan interpretation kurang sempurna dalam membaca dan mengeksplorasi, belum memiliki kemampuan analysis dalam memilih
strategi, belum memiliki kemampuan inference dalam menyelesaikan masalah,
serta belum memiliki kemampuan evaluation, analysis, daninference dalam meninjau kembali dan mendiskusikan. Siswa slightly field independent memiliki kemampuan interpretation dalam membaca dan mengeksplorasi, memiliki kemampuan analysis dalam memilih strategi, memiliki kemampuan inference dalam menyelesaikan masalah, tetapi belum memiliki kemampuan evaluation, analysis,
daninference dalam meninjau kembali dan mendiskusikan. Kemampuan berpikir
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
99
kri-tis siswa strongly field independent tidak dapat diketahui karena tidak ada
siswa bergaya kognitif strongly field independent.
Kata Kunci : berpikir kritis, pemecahan masalah, kesebangunan, gaya kognitif
PENDAHULUAN
Saat ini segala informasi dapat
rapa pakar. Pada penelitian ini, inti
diakses secara bebas melalui internet
berpikir kritis Facione digunakan pe-
dan tidak ada jaminan informasi yang
neliti tetapi hanya berfokus pada in-
tersebar melalui internet tersebut ber-
terpretation, analysis, inference, dan
nilai benar. Oleh karena itu, kemam-
evaluation.
puan memilah dan memilih semua in-
Menurut Sahin dalam Aydogdu
formasi yang ada harus dimiliki oleh
dan Kesan [3], geometri merupakan
setiap individu. Hal yang perlu dila-
salah satu bidang yang penting dalam
kukan untuk memenuhi tuntutan glo-
pembelajaran matematika dan tujuan
bal yakni melahirkan generasi yang
dari pengajaran geometri ialah mem-
memiliki kemampuan berpikir kritis.
bekali siswa dengan kemampuan ber-
Hal tersebut didukung oleh pendapat
pikir kritis, memecahkan masalah,
As’ari [1] yang menyatakan perbau-
serta kemampuan berpikir tingkat
ran antara informasi yang valid dan
tinggi.Jadi, guru dapat mengem-
reliabel dengan informasi hoax (tipu-
bangkan kemampuan berpikir kritis
an) menuntut seseorang untuk meme-
siswa melalui bidang geometri teruta-
riksa secara kritis. Dengan demikian,
ma materi kesebangunan.
berpikir kritis harus dimiliki oleh se-
Data Badan Standar Nasional
tiap individu agar tidak mudah per-
Pendidikan (BSNP) tahun 2014 dan
caya terhadap suatu informasi yang
2015 menunjukkan persentase pengu-
belum tentu kebenarannya dan tidak
asaan materi kesebangunan siswa
terburu-buru mengambil keputusan.
SMP Negeri 2 Tawangsari hasil UN
Haryani [2] mengungkapkan un-
(Ujian Nasional) tahun 2013/2014
tuk mengetahui kemampuan berpikir
hingga 2014/2015 mengalami penu-
kritis seseorang dapat dihubungkan
runan sekitar 5 %. Berdasarkan wa-
dengan inti dari kemampuan berpikir
wancara peneliti dengan Jujuk Sla-
kritis yang dikemukakan oleh bebe-
met Wiyana, guru matematika SMP
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
100
Negeri 2 Tawangsari, diperoleh in-
matika berbentuk soal cerita terutama
formasi bahwa siswa mengalami ke-
pada materi kesebangunan. Siswa se-
sulitan dalam menyelesaikan materi
ring kesulitan menentukan ide awal
kesebangunan. Hal ini dikarenakan
pengerjaan karena belum dapat me-
pada materi tersebut siswa dituntut
mahami konsep-konsep matematika
berpikir abstrak dan logis.
dengan baik. Selain itu, diperoleh in-
Aktivitas dalam pembelajaran ma
formasi bahwa siswa biasanya hanya
tematika yang membutuhkan kemam-
mempelajari jawaban dari contoh-
puan berpikir kritis ialah pemecahan
contoh soal kemudian menghafal tan-
masalah. Ini diperkuat pendapat Sta-
pa memahami konsepnya. Ini meng-
nick dan Killpatrick dalam Haryani
indikasikan bahwa kemampuan ber-
[2] yang mengungkapkan bahwa pe-
pikir kritis siswa masih rendah dalam
mecahan masalah merupakan inti da-
memecahkan masalah matematika.
ri matematika karena memerlukan
Dengan demikian, diperlukan analisis
kemampuan
kritis.Dalam
lebih lanjut terkait kemampuan ber-
aktivitas pemecahan masalah diperlu-
pikir kritis siswa dalam memecahkan
kan langkah-langkah yang membantu
masalah matematika berbentuk soal
untuk mengetahui kemampuan berpi-
cerita materi kesebangunan.
berpikir
kir kritis. Salah satunya ialah langkah
Salah satu karakteristik yang di-
pemecahan masalah yang dikemuka-
miliki siswa adalah gaya kognitif.
kan oleh Krulik dan Rudnick. Krulik
Hasil penelitian Feldhusen dan Goh
dan Rudnick dalam Riadi [4] menya-
dalam Emir [5] menunjukkan terda-
takan langkah pemecahan masalah
pat hubungan yang signifikan antara
antara lain membaca, mengeksplora-
gaya kognitif dan kemampuan berpi-
si, memilih suatu strategi, menyele-
kir kritis seseorang. Gaya kognitif di-
saikan masalah, meninjau kembali
bedakan menjadi 2 macam, yaitu fi-
dan mendiskusikan.
eld dependent dan field independent.
Berdasarkan hasil observasi pene-
Siswa field dependent menerima sua-
liti dan pengalaman guru selama me-
tu pola sebagai suatu keseluruhan,
ngajar, siswa mengalami kesulitan
kesulitan menganalisis pola menjadi
dalam memecahkan masalah mate-
bagian berbeda, kesulitan memproses
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
101
informasi yang diberikan, kecuali in-
dengan kehidupan sehari-hari disaji-
formasi tersebut telah diubah atau di-
kan dalam bentuk soal cerita. Jadi,
manipulasi ke dalam bentuk yang bi-
masalah matematika berbentuk soal
asa dikenal. Siswa field dependent
cerita adalah persoalan matematika
memerlukan instruksi lebih jelas me-
yang disusun berkaitan dengan masa-
ngenai bagaimana memecahkan ma-
lah kehidupan sehari-hari dimana pe-
salah. Sebaliknya, siswa field inde-
nyelesaiannya membutuhkan analisis
pendent lebih menerima bagian-bagi-
dan tidak terdapat prosedur rutin de-
an terpisah dari suatu pola yang me-
ngan cepat dapat diambil.
nyeluruh dan mampu menganalisis
Pemecahan masalah matematika
pola ke dalam komponennya karena
adalah usaha untuk mencari jalan ke-
dapat menganalisis informasi kom-
luar guna mencapai suatu tujuan di-
pleks, tidak terstruktur, dan mengor-
mana siswa memiliki kesempatan un-
ganisasinyauntuk memecahkan ma-
tuk berinisiatif dan berpikir sistema-
salah [6].
tis dalam menghadapi masalah mate-
Pada penelitian ini, akan dibahas
matika dengan menerapkan pengeta-
mengenai kemampuan berpikir kritis
huan yang didapat sebelumnya. Kru-
siswa dalam pemecahan masalah ma-
lik dan Rudnick dalam Riadi [4] me-
tematika berbentuk soal cerita mate-
ngemukakan 5 langkah pemecahan
ri kesebangunan ditinjau dari gaya
masalah, yaitu:
kognitif berdasarkan inti berpikir kritis interpretation, analysis, inference,
dan evaluation serta tahapan pemecahan masalah Krulik dan Rudnick.
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah matematika adalah persoalan matematika yang membutuhkan analisis dan tidak terdapat prosedur rutin dengan cepat dapat diambil.
Masalah matematika yang berkaitan
a. Membaca (Read)
Aktivitas yang dilakukan siswa
pada tahap ini adalah mencatat
kata kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau menyatakan kembali masalah ke
dalam bahasa yang lebih mudah
dipahami.
b. Mengeksplorasi (Explore)
Proses ini meliputi pencarian pola untuk menentukan konsep/
prinsip dari masalah. Pada tahap
ini, siswa mengidentifikasi masalah, menyajikan masalah ke da
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
102
lam cara yang mudah dipahami.
Pertanyaan yang digunakan pada
tahap ini adalah “seperti apa masalah tersebut?”. Pada tahap ini
biasanya dilakukan kegiatan menggambar/membuat tabel.
c. Memilih Suatu Strategi (Select a
Strategy)
Pada tahap ini, siswa menarik
simpulan atau membuat hipotesis bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap pertama.
d. Menyelesaikan Masalah (Solve
the Problem)
Pada tahap ini, semua keterampilan matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan jawaban.
e. Meninjau Kembali dan Mendiskusikan (Review and Extend)
Pada tahap ini, siswa mengecek
kembali kebenaran jawabannya
dan melihat variasi cara memecahkan masalah.
presikan makna atau arti dari
permasalahan.
b. Analysis, yaitu kemampuan mengidentifikasi hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi, atau bentuk lainnya.
c. Evaluation, yaitu kemampuan
menilai kredibilitas pernyataan/
representasi serta mampu menilai secara logika hubungan antar
pernyataan, deskripsi, pertanyaan, dan konsep.
d. Inference, yaitu kemampuan dapat mengidentifikasi dan mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik simpulan
yang masuk akal.
Dalam penelitian ini, indikator
yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika
berbentuk soal cerita pada materi kesebangunanadalah sebagai berikut.
Kemampuan berpikir kritis ialah
1. Pada tahap membaca dan meng-
kemampuan siswa yang tidak begitu
eksplorasi, jika siswa menentu-
saja menerima informasi tetapi siswa
kan informasi yang diketahui dan
berpikir reflektif dan logis dalam me-
ditanyakan serta membuat sketsa
mahami, menalar, mensintesis, dan
gambar ke dalam bentuk geome-
mengevaluasi informasi untuk me-
tri berdasarkan masalah yang di-
mutuskan apakah informasi dapat di-
berikansecara tepat maka siswa
percaya sehingga dapat menarik sim-
memiliki kemampuan interpreta-
pulan yang akurat dan masuk akal.
tion dalam berpikir kritis.
Facione [7] mengemukakan 4 inti
berpikir kritis sebagai berikut.
a. Interpretation, yaitu kemampuan
dapat memahami dan mengeks-
2. Pada tahap memilih strategi, jika
siswa memilih rumus yang cocok
dan menemukan langkah-langkah
untuk menyelesaikan masalah de-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
103
ngan benar maka siswa memiliki
pendent dan field independent. Me-
kemampuan analysis dalam ber-
nurut Desmita [6], individu dengan
pikir kritis menurut Facione
gaya field dependent menerima suatu
3. Pada tahap menyelesaikan masa-
pola sebagai suatu keseluruhan, sulit
lah, jika siswa menjalankan lang-
memfokuskan pada satu aspek dari
kah
yang
satu situasi, atau menganalisis pola
sistematis,
menjadi bagian-bagian yang berbeda,
penyelesaian
ditemukansecara
menemukan so-lusi akhir yang
danmenemukan
tepat,
simpulan
memproses, tetapi mudah memper-
berdasar apa yang dita-nyakan
sepsi apabila informasi dimanipulasi
secara logis maka siswa memiliki
sesuai dengan konteksnya. Sebalik-
kemampuan
nya,individu field independent lebih
dan
menarik
inference
dalam
berpikir kritis.
4. Pada tahap meninjau kembali dan
mendiskusikan, jika siswa memeriksa kebenaran hasil pemecahan
yang didapat dan menggunakan
cara lain untukmencari penyelesaian maka siswa memiliki kemampuan berpikir kritisevaluation, analysis, daninference.
Salah satu karakteristik yang dimiliki siswa ialah gaya kognitif. Gaya kognitif adalah karakteristik/cara
khas siswa dalam memahami, berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi, dan memproses informasi
yang relatif tetap. Witkin dalam
Mahmud [8] membedakan gaya kognitif menjadi 2 macam yakni field de-
kesulitan
dalam
menerima bagian-bagian terpisah dari
pola menyeluruh dan mampu menganalisis pola ke dalam komponennya.
METODE PENELITAN
Metode penelitian kualitatif dan
pendekatan studi kasus digunakan
dalam penelitian ini.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data gaya kognitif siswa dan data
kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kesebangunan. Data
gaya kognitif diperoleh dari hasil tes
Group Embeded Figure Test (GEFT)
sedangkan data kemampuan berpikir
kritis didapat dari transkrip wawancara dengan siswa. Sumber data
adalah informan (narasumber) dan
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
104
sumber data pendukung. Informan
wancara berbasis tugas II. Analisis
dalam penelitian ini ialah siswa kelas
data dilakukan dengan reduksi data,
IX SMP Negeri 2 Tawangsari se-
penyajian data dan verifikasi. [9]
dangkan sumber data pendukungnya
adalah rekaman hasil wawancara de-
HASIL PENELITIAN DAN PEM-
ngan siswa dan hasil tes GEFT. Sub-
BAHASAN
jek penelitian dipilih dengan teknik
purposive sampling.
Hasil tes GEFT siswa kelas IX G
diperoleh bahwa 20 siswa termasuk
Pengumpulan data dilakukan de-
dalam strongly field dependent, 9 sis-
ngan metode tes dan wawancara. Tes
wa termasuk dalam slightly field de-
dalam penelitian ini adalah tes GEFT
pendent, 5 siswa termasuk slightly fi-
dan tes pemecahan masalah matema-
eld independent, dan tidak ada siswa
tika materi kesebangunan. Tes GEFT
yang termasuk kategori strongly field
digunakan untuk mengelompokkan
independent. Berdasarkan teknik pe-
siswa ke dalam kategori gaya kog-
milihan subjek yang digunakan da-
nitif strongly field dependent, slightly
lam penelitian ini, 6 siswa dijadikan
field dependent, slightly field inde-
sebagai subjek penelitian. Subjek pe-
pendent, dan strongly field indepen-
nelitian ini terdiri dari 2 siswa stro-
dent. Wawancara yang digunakan pa-
ngly field dependent,2 siswaslightly
da penelitian ini adalah wawancara
field dependent, dan 2 siswa slightly
berbasis tugas. Wawancara ini dipilih
field independent.
karena memungkinkan data yang le-
1. Kemampuan Berpikir Kritis Sis-
bih banyak dan mendalam didapat-
wa Strongly Field Dependent
kan peneliti untuk mendeskripsikan
a. Tahap Membaca
kemampuan berpikir kritis siswa da-
Subjek strongly field depen-
lam memecahkan soal cerita pada
dent dapat menentukan infor-
materi kesebangunan.
masi yang diketahui dan dita-
Uji validitas data dilakukan de-
nyakan pada soal pemecahan
ngan teknik triangulasi waktu yakni
dengan tepat. Namun, kedua
membandingkan data hasil wawanca-
subjek belum memilah infor-
ra berbasis tugas I dan data hasil wa-
masi penting pada soal. Ini ka-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
105
rena kedua subjek belum me-
Subjek strongly field depe-
ngungkapkan masalah dengan
ndent belum menyajikan per-
bahasa sendiri (sama dengan
masalahan yang diberikanda-
kalimat pada soal).
lam bentuk gambar dengan benar. Karena tidak memahami
maksud dari kalimat pada soal,
kedua subjek melakukan kesalahan ketika menggambarkan
kondisi soal. Pada soal lain,
kedua subjek melakukan kesalahan saat menarik garis tinggi
dimana sudut antara garis tinggi segitiga dengan sisi di hadapannya tidak membentuk sikusiku. Kedua subjek tidak memahami konsep garis tinggi
Gambar 1. Hasil Tes Subjek 1
padahal konsep tersebut telah
dipelajari pada jenjang sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal kedua
subjek terkait konsep kesebangunan dan konsep garis tinggi
masih kurang. Oleh karena itu,
kedua subjek mampu memahami masalah tetapi tidak dapat
mengekspresikan makna dari
permasalahan dengan tepat.
c. Tahap Memilih Strategi
Gambar 2. Hasil Tes Subjek 2
b. Tahap Mengeksplorasi
Subjek strongly field dependent menyebutkan rumus-ru-
mus dengan lengkap meskipun
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
106
belum tepat padasoal yang
sebagai strategi untuk menye-
menyiratkan penggunaan kon-
lesaikan soal. Kedua subjek
sep kesebangunan untuk me-
juga terlihat tidak mengguna-
nyelesaikannya. Kedua subjek
kan semua informasi pada soal
keliru dalam menyebutkan ru-
dalam langkah penyelesaian.
mus kesebangunan. Sementara
Kedua subjek tidak menyadari
itu, kedua subjek belum me-
informasi penting pada soal se-
nyebutkan rumus kesebangu-
hingga kesulitan dalam mem-
nan pada soal yang tidak seca-
buat rencana penyelesaian. Hal
ra langsung menyiratkan peng-
tersebut sesuai dengan karakter
gunaan konsep kesebangunan
siswa strongly field dependent
untuk menyelesaikannya. Ke-
yang dijelaskan Desmita [6]
dua subjektidak mengetahui
bahwa siswa sulit menganali-
jika rumus kesebangunan digu-
sis pola menjadi bagian-bagian
nakan untuk menyelesaikan
yang berbeda. Selain itu, pa-
soal. Padahal kedua subjek
paran tersebut juga memper-
memiliki pengetahuan terkait
kuat hasil penelitian Ngilawa-
konsep kesebangunan tetapi
jan [11] bahwa siswa field de-
pengetahuan ini tidak diguna-
pendent kurang baik mengolah
kan untuk menyelesaikan ma-
informasi sehingga memberi-
salah. Menurut Carson dalam
kan
Fithriyah, et.al [10], meskipun
jelas.Ini menunjukkan subjek
siswa mengetahui suatu kon-
tidak dapat mengidentifikasi
sep tetapi belum tentu siswa
hubu-ngan antara informasi
dapat menerapkan bagaimana
yang
menggunakannya. Kedua sub-
pengetahuan dan konsep yang
jek tidak sadar dan bingung
dimiliki
untuk menerapkan pengetahu-
penyelesaian.
an yang dimilikinya.
jawaban
yang
di-ketahui
seba-gai
tidak
dengan
strategi
d. Tahap Menyelesaikan Masalah
Subjek belum menemukan
Subjek strongly field depen-
langkah pemecahan yang tepat
denttelah menjalankan lang-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
107
kah yang ditemukan tetapi ke-
ran jawabannya karena tidak
dua subjek tidak dapat menye-
mampu menyelesaikan soal
lesaikan masalah secara tuntas.
yang diberikan. Kedua subjek
Kedua subjek tidak menemu-
tidak dapat mengerjakan de-
kan solusi akhir yang ditanya-
ngan cara lain untuk menyele-
kan soal sehingga tidak mam-
saikannya.
pu menarik simpulan logis pada hasil pekerjaannya. Namun,
2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Slightly Field Dependent
kedua subjek mampu menyelesaikan soal bentuk sederhana
dan tidak diubah konteksnya
meskipun konsep kesebangunan yang diterapkan salah satu
subjek kurang tepat. Ini sejalan
dengan pendapat Desmita [6]
terkait karakter strongly field
dependent yakni menemukan
kesulitan dalam memproses
dan persepsinya lemah ketika
terjadi perubahan konteks tetapi mudah mempersepsi apabila
informasi
Gambar 3. Hasil Tes Subjek 3
dimanipulasi
sesuaikonteksnya. Jadi, subjek
be-lum mendapatkan unsurunsur yang dibutuhkan untuk
mena-rik
simpulan
masuk
akal.
e. Tahap Meninjau Kembali dan
Mendiskusikan
Subjek strongly field depedent tidak memeriksakebena-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
108
kurangnya pengetahuan awal
Gambar 4. Hasil Tes Subjek 4
a. Tahap Membaca
kedua subjek terkait konsep
kesebangunan dan garis tinggi.
Subjek slightly field depen-
Jadi, subjek mampu memaha-
dent telah memahami masalah
mi masalahakan tetapi tidak
dengan menentukan informasi
mengekspresikan makna dari
yang diketahui dan ditanyakan
masalah dengan tepat.
pada soal yang diberikan te-
b. Tahap Memilih Strategi
tapi kedua subjek belum men-
Subjek slightly field depen-
jelaskan dengan bahasa sendiri
dent menyebutkan rumus de-
(sama seperti kalimat soal).
ngan lengkap meskipun belum
a. Tahap Mengeksplorasi
tepat pada soal yang menyirat-
Subjekslightly field depen-
kan penggunaan konsep kese-
dent belum menggambarkan
bangunan untuk menyelesai-
kondisi masalah dengan benar
kannya. Kedua subjek keliru
karena terdapat kesalahan. Ke-
dalam menyebutkan rumus ke-
dua subjek melakukan kesala-
sebangunan. Sementara itu, ke-
han dalam menggambarkan
dua subjek belum detail dalam
kondisi masalah karena tidak
menyebutkan rumus padasoal
memahami maksud dari kali-
yang tidak secara langsung
mat pada soal. Pada soal lain,
menyiratkan penggunaan kon-
kedua subjek melakukan kesa-
sep kesebangunan untuk me-
lahan saat menarik garis tinggi
nyelesaikannya akan tetapi su-
dimana sudut antara garis ting-
dah ada upaya kedua subjek
gi segitiga dengan sisi di hada-
menyebutkan rumus keseba-
pannya tidak membentuk siku-
ngunan meskipun kurang te-
siku. Kedua subjek tidak me-
pat. Kedua subjek hanya asal
mahami konsep garis tinggi
membandingkan sisi-sisi pada
padahal konsep tersebut telah
kedua bangun. Ini karena ke-
dipelajari pada jenjang sebe-
dua subjek menyimpulkan ru-
lumnya. Hal ini dikarenakan
mus kesebangunan hanya me-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
109
lihat gambar tanpa memperha-
jalan dengan pendapat Desmita
tikan sudutnya. Bahkan, kedua
[6] yang menyatakan bahwa
subjek hanya menemukan satu
karakter siswa slightly field de-
pasang segitiga yang menurut-
pendent sulit menganalisis po-
nya sebangun. Padahal kedua
la menjadi bagian-bagian yang
subjektelah memiliki pengeta-
berbeda. Selain itu, temuan ini
huan terkait jumlah sudut da-
memperkuat hasil penelitian
lam segitiga yang dipelajari
Ngilawajan [11] bahwa siswa
pada kelas VII tetapi pengeta-
field dependent kurang baik
huan ini tidak digunakan. Car-
dalam mengolah informasi se-
son dalam Fithriyah, et.al [10]
hingga memberikan jawaban
berpendapat bahwa meskipun
yang tidak jelas. Ini menunjuk-
siswa telah mengetahui suatu
kan kedua subjek tidak dapat
konsep tetapi belum tentu sis-
mengidentifikasi hubungan in-
wa dapat menerapkan bagai-
formasi yang diketahui dengan
mana menggunakannya. Ke-
pengetahuan yang dimiliki se-
dua subjek tidak sadar dan bi-
bagai strategi penyelesaian
ngung untuk menerapkan pe-
c. Tahap Menyelesaikan Masalah
ngetahuan yang dimiliki dalam
Subjek slightly field depen-
menyelesaikan masalah.
denttelah menjalankan lang-
Subjek belum dapat mene-
kah yang dituliskan sebelum-
mukan langkah pemecahan se-
nya tetapi kedua subjek tidak
bagai strategi pemecahan ma-
dapat menyelesaikan soal seca-
salah. Kedua subjek juga tidak
ra tuntas. Hal ini dikarenakan
menggunakan semua informasi
kedua subjek tidak menemu-
dalam langkah penyelesaian-
kan langkah pemecahan yang
nya. Kedua subjek tidak me-
tepat. Kedua subjek tidak me-
nyadari informasi penting da-
nemukan solusi akhir sehingga
lam soal sehingga mengalami
tidak mampu menarik simpu-
kesulitan dalam membuat ren-
lan yang logis pada hasil pe-
cana penyelesaian. Hal ini se-
kerjaannya. Akan tetapi, kedua
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
110
subjek mampu menyelesaikan
soal rutin sederhana dan tidak
diubah konteksnya meskipun
konsep kesebangunan yang diterapkan salah satu subjek keliru. Hal ini sesuai dengan karakter seseorang dengan gaya
kognitif slightly field dependent yang dijelaskan Desmita
Gambar 5. Hasil Tes Subjek 5
[6] yakni menemukan kesulitan dalam memproses dan persepsinya lemah ketika terjadi
perubahan konteks tetapi mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai de
ngan konteksnya. Dengan demikian, subjek belum mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik simpulan yang masuk akal.
d. Tahap Meninjau Kembali dan
Mendiskusikan
Subjek slightly field dependent tidak memeriksa kebena-
ran jawabannya karena tidak
mampu menyelesaikan soal sehingga subjek tidak dapat mengerjakan dengan cara lain.
Gambar 6. Hasil Tes Subjek 6
a. Tahap Membaca
Subjek slightly field inde-
3. Kemampuan Berpikir Kritis Sis-
pendent dapat menentukan in-
wa Slightly Field Independent
formasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal dengan te-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
111
pat. Kedua subjek dapat men-
nggunaan konsep kesebangu-
jelaskan permasalahan dengan
nan untuk menyelesaikannya,
bahasanya sendiri. Hal ini me-
salah satu subjek mengguna-
nunjukkan subjek memilah in-
kan rumus praktis kesebangu-
formasi penting pada soal.
nan pada segitiga siku-siku se-
a. Tahap Mengeksplorasi
dangkan subjek lain menggu-
Subjek slightly field indepe-
nakan rumus perbandingan si-
ndent mampu menggambarkan
si-sisi pada kesebangunan de-
kondisi masalah yang diberi-
ngan memanfaatkan sudut da-
kandengan benar. Pada tahap
lam segitiga. Namun, salah sa-
ini, gambar yang dibuat me-
tu subjek cenderung menghafal
rupakan interpretasi soal yang
rumus praktis tersebut tanpa
digunakan hingga akhir penye-
mengetahui asal penurunan ru-
lesaian. Ini membuktikan bah-
mus.
wa subjek mampu memahami
Selanjutnya, subjek mampu
masalahdan dapat mengeks-
menemukan langkah pemeca-
presikan makna dari masalah
han sebagai strategi penyele-
dengan tepat.
saian soal dengan sistematis
b. Tahap Memilih Strategi
dan tepat. Menurut Desmita
Subjek slightly field inde-
[6], siswa slightly field inde-
pendent menyebutkan rumus
pendent mampu menganalisis
dengan lengkap yang akan
pola ke dalam komponennya
digunakan untuk menyelesai-
tetapi cenderung lemah. Ini
kan soal. Pada soal yang me-
terlihat dari salah satu subjek
nyiratkan penggunaan konsep
yang tidak menggunakan se-
kesebangunan untuk menyele-
mua informasi pada salah satu
saikannya, kedua subjek me-
soal dalam langkah penyelesai-
nggunakan rumus yang sama
an karena menggunakan rumus
yakni kesebangunan. Sementa-
praktis kesebangunan tanpa
ra itu, pada soal yang tidak se-
mengetahui asal penurunan ru-
cara langsung menyiratkan pe-
mus tersebut. Paparan terse-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
112
but juga memperkuat temuan
bekerja
penelitian dari Ngilawajan [11]
subjek mampu mendapatkan
bahwa siswa field independent
unsur-unsur yang dibutuhkan
dapat mengolah informasi de-
untuk menarik simpulan yang
ngan baik sehingga memberi-
masuk akal.
kan jawaban yang jelas dan
terstruktur. Dengan demikan,
sendiri.Jadi,
kedua
d. Tahap Meninjau Kembali dan
Mendiskusikan
kedua subjekdapat mengiden-
Subjek slightly field inde-
tifikasi hubungan antara in-
pendent hanya meyakini kebe-
formasi yang diketahui dengan
naran jawaban yang diperoleh
pengetahuan yang dimiliki se-
pada soal tanpa melakukan pe-
bagai strategi penyelesaian.
meriksaan ulang terhadap hasil
c. Tahap Menyelesaikan Masalah
pekerjaannya. Selain itu, kedua
Subjek slightly field inde-
subjek juga belum mampu me-
pendentmenjalankan
langkah
nemukan cara lain untuk me-
yang ditemukan dan mampu
nyelesaikan soal tersebut.
menyelesaikan soal dengan te-
4. Kemampuan Berpikir Kritis Sis-
pat. Kedua subjek dapat me-
wa Strongly Field Independent
nemukan solusi akhir dengan
Dalam penelitian ini, kemam-
benar sehingga dapat menarik
puan berpikir kritis pada siswa
simpulan secara logis pada ha-
strongly field independent tidak
sil pekerjaannya. Hal ini diper-
dapat diketahui karena tidak ada
kuat pendapat Shuell dalam
siswa dengan gaya kognitif ter-
Mahmud [8] bahwa siswa
sebut di kelas IX G SMP Negeri
slightlyfield independent lebih
2 Tawangsari.
gampang mengurai hal yang
kompleks dan lebih mudah
memecahkan persoalan-persoalan, tidak sulit mempelajari
ilmu pengetahuan alam dan
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut.
matematika, serta lebih sukses
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
113
1. Siswa bergaya kognitif strongly
tis interpretation dalam membaca
field dependent memiliki kemam-
dan mengeksplorasi, memiliki ke-
puan berpikir kritis interpretation
mampuan berpikir kritis analysis
kurang sempurna dalam memba-
dalam memilih strategi, memiliki
ca dan mengeksplorasi, belum me
kemampuan berpikir kritis infe-
miliki kemampuan berpikir kritis
rence dalam menyelesaikan ma-
analysis dalam memilih strategi,
salah, tetapi belum memiliki ke-
belum memiliki kemampuan ber-
mampuan berpikir kritis evalua-
pikir kritis inference dalam me-
tion, analysis, daninference da-
nyelesaikan masalah, serta belum
lam meninjau kembali dan men-
memiliki kemampuan berpikir kri
diskusikan.
tis evaluation, analysis, daninfe-
Berdasarkan simpulan yang di-
rence dalam meninjau kembali
buat,untuk mengembangkan kemam-
dan mendiskusikan.
puan berpikir kritis siswa dalam me-
2. Siswa bergaya kognitifslightly
mecahkan masalah matematika ber-
field dependent memiliki kemam-
bentuk soal cerita materi kesebangu-
puan berpikir kritis interpretation
nan disarankan untuk melakukan tin-
kurang sempurna dalam memba-
dakan-tindakan sebagai berikut.
ca dan mengeksplorasi, belum me
1. Dalam membuat rancangan pem-
miliki kemampuan berpikir kritis
belajaran untuk meningkatkan ke-
analysis dalam memilih strategi,
mampuan berpikir kritis dalam
belum memiliki kemampuan ber-
pemecahan masalah, guru sebaik-
pikir kritis inference dalam me-
nya lebih menekankan proses me-
nyelesaikan masalah, serta belum
mahami masalah sehingga siswa
memiliki kemampuan berpikir kri
dapat menggunanakan informasi
tis evaluation, analysis, dan infe-
pada soal untuk membuat rencana
rence dalam meninjau kembali
penyelesaian masalah serta mem-
dan mendiskusikan.
berikan tambahan latihan soal di-
3. Siswa slightly field independent
ubah konteksnya dari soal seder-
memiliki kemampuan berpikir kri
hana dan bervariasi supaya siswa
tidak hanya menghafal prosedur
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
114
penyelesaian masalah yang dibe-
4. Dalam pembelajaran, sebaiknya
rikan guru terutama siswa strong-
guru selalu melibatkan siswa un-
ly field dependent dan slightly fi-
tuk berpikir kritis, memberikan
eld dependent.
tugas berisi soal berpikir kritis,
2. Pada siswa strongly field depen-
memantau kemampuan berpikir
dent dan slightly field dependent
kritis siswa dengan memberikan
diketahui belum menggambarkan
tes kemampuan berpikir kritis se-
kondisi permasalahan yang dibe-
hingga siswa terbekali kemampu-
rikan dengan benar dikarenakan
an berpikir kritis.
pengetahuan awal pada beberapa
konsep yang kurang. Untuk itu,
sebaiknya guru selalu memberikan pre-test sebelum pembelajaran dimulai sehingga dapat diketahui sejauh mana konsep awal
yang dimiliki siswa.
3. Pada hasil penelitian ini, siswa
slightly field independent meyaki-
ni kebenaran jawaban tanpa melakukan pemeriksaan ulang dan
tidak menentukan cara lain dalam
penyelesaian soal pemecahan masalah. Untuk itu, sebaiknya guru
membiasakan siswa untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang diperoleh dan mendorong siswa
agar dapat menemukan cara lain
DAFTAR PUSTAKA
[1]As’ari, A. R. (2014). Ideas for
Developing Critical Thinking
at Primary School Level. Dalam Seminar Internasional
Addressing Higher Order
Thinking Issues in Primary
Education. Diselenggarakan
oleh Universitas Muhammadiyah Makassar, 12-13 April
2014. Diperoleh pada 11
September 2016 dari http://
www.reseachgate.net.
[2] Haryani, D. (2011). Pembelajaran
Matematika dengan Pemecahan Masalah untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, hlm. 121-126,
Fakultas MIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.
dalam penyelesaian soal sehingga
dapat membuat rencana dan mengerjakan kembali soal dengan
cara berbeda.
[3] Aydogdu, M. Z. & Kesan, C.
(2014). A Research on Geometry Problem Solving Strategies Used by Elementary
Mathematics Teacher Candi-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
115
dates. Journal of Educational
and Instructional Studies in
the World, 4 (1) 1. Diperoleh
pada 11 September 2016 dari
http://www.ijonte.org.
[4] Riadi, M. (2016). Pengertian dan
Tahapan Pemecahan Masalah.
Diperoleh pada 1 Januari2017
darihttp://www.kajianpustaka.
com/2016/04/pengertiandantahapan-pemecahanmasalah.html.
[5] Emir, S. (2013). Contributions of
Teacher’s Thinking Style to
Critical Thinking Disposition
(Istanbul-Fatih Sample). Educational Sciences : Theory &
Practice, 13 (1) 337-347. Diperoleh 25 September 2016
dari
http://www.files.eric.ed.gov/f
ulltext/EJ1016649.pdf.
[6] Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik :
Panduan Bagi Orang Tua
dan Guru dalam Memahami
Psikologi Anak SD, SMP, dan
SMA. Bandung : Remaja Rosdakarya.
[7] Facione, P. (2015). Critical Thinking : What It Is and Why It
Counts. Insight Assessment.
Diperoleh pada 25 September
2016 dari http://www.insightassessment.com/pdf_files/wh
at&why2006.pdf.
[8] Mahmud, D. (2009). Psikologi
Pendidikan : Studi Pendekatan Terapan Edisi Pertama .
Yogyakarta : BPFE.
[9] Sugiyono.(2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
[10] Fithriyah, I., Sa’dijah, C., & Sisworo. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D SMP N 17
Malang. Prosiding Konferensi
Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya ,
hlm. 580-590 Universtas Muhammadiyah Surakarta.
[11] Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah
Matematika Materi Turunan
Ditinjau dari Gaya Kognitif
Field Independent dan Field
Dependent. Pedagogia , 2 (1),
71-83.Diperoleh pada 9 Mei
2017
darihttp://www.ojs.umsida.id/
index.php/pedagogia/article/v
iew/48/0.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017
116