Welcome to ePrints Sriwijaya University - UNSRI Online Institutional Repository IMG_20130424_0002

ANMS

Volume I, Nomor

1, Januari 2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka
anak usia sekolah bagian dari tunas bangsa dan juga merupakan sebagai sumber
daya manusia yang kelak dapat diandalkan. Anak harus mendapat perhatian dan
bimbingan agar dapat tumbuh kembang secara optimal, karena anak usia sekolah
dasar adalah masa depan yang sangat penting bila ditinjau dari pendidikan

ataupun gizi. Dari segi gizi, masa

ini

adalah saat yang tepat untuk


mempertahankan status giziyzngbaik sebagai kesiapan menghadapi masa remaja
(Sasongko SA, 1990).
Pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar dapat terganggu
apabila menderita gangguan kesehatan dan menderita kurang gizi (Astuti Lamid
dkk, 1992). Hal ini dikarenakan masalah mendasar yang dihadapi oleh anak
sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (MI) khususnya yang berasal dari keluarga
yang tidak mampu adalah rendalurya derajat kesehatan dan status gizi. Diduga
kuat bahwa derajat kesehatan dan status gizi rendah berdampat negatif pada
aktivitas anak di sekolah, karena angka kesakitan manjadi tinggi (Djoko Kartono
dkk, 1998).
Dari hasil Survey Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 1992'1,4,217% anak usia
sekolah dari berbagai daerah di Indonesia adalah kelompok rawan gizi 10,5%
ternyata menderita kurang gizi. Berdasarkan penelitian di Kalimantan Barat dan
Bogor, berat badan terhadap umur, ti.ggi badan terhadap umur dengan actan
standar yang dibuat oleh Puslitbang Gizi Bogor temyata 4"/" anak kurang gizi, So/,
gizi buruk dan 80% orang tuanya petani tradisional dan ekonomi lemah serta 65o/"
orang tuanya hanya tamat SD (Hidayat Syarif, 1992). Sedangkan data yang
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Tk. II Kota Palembang (2000) bahwa dari 28 SD
dengan jumlah 1 4.672 terdapat 5L6 orang anak menderita kurang gtzi ata:u 1.'1.,
04Yo.


Tingginya angka prevalensi gizi kurang seperti disebutkan di ataq maka
tidak tertutup kemungkinan dapat disertai dengan timbulnya masalah gizi latn
seperti anemia, karena menurut Faisol Arr:.a (1987) anemia gizi dapat disebabkan
oleh berbagi faktor anemia gizi dan non anemia, karena faktor gizi biasanya tidak
berdiri sendiri namun sering bersamaan dengan bentuk kekurangan gizi yang lain.
Sebagai contoh, disebutkan pada anak prasekolah dengan gizi buruk 90,9yo
menderita anemia pada anak Sekolah Dasar dengan gizi kurang57,5Yo rnenderita
anemia sehingga permasalahxr gizi umum menjadi permasalahan juga bagi
anemia gizi.
Masalah anemia merupakan salah satu dari empat masalah gizi dan
masalah kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai baik di Indonesia
maupun di dunia, utamanya di negara-negara berkembang. Diperkirakan 35% atau
kira-kira 1.400 juta orang dari diperkiraan populasi 3800 juta orang di negara
berkembang mendarita anernia. Diperkirkan di Asia Timur prevalensi anemia
berkisar 1J% pada laki-laki dewasa sampai 22% pada anak usia sekolah dan secara

9 unnf 9 frnu

1tahraga


rtn

l&sefrafan

79