Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun sumbangan.
Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang
bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak
lain demi kebaikan bersama. Dengan berkontribusi berarti individu tersebut telah
terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya. Dengan cara berkontribusi
berarti individu tersebut juga berarti berusaha meningkatkan efisiensi dan
efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan
perannya,

sesuatu

yang

kemudian

menjadi


bidang

spesialis.

(http://patriotproklamasi.blogspot.com/2009/06/afiliasi-partisipasi-dan
kontribusi.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2014 pukul 12:08 wib). Dalam hal ini
kontribusi dapat diartikan seorang anak memposisikan dirinya dalam peran
keluarga dalam membantu dalam aspek social maupun aspek ekonomi.
2.2.

Anak

2.2.1. Pengertian Anak
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, anak juga
penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan
mempunyai cirri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan
eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anak perlu mendapat kesempatan

10

Universitas Sumatera Utara

seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan mempunyai akhlak yang mulia.
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari
perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak
menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah
melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa
dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah aset bangsa.
Masa depan bangsa dan negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak
sekarang. Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula
kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila kepribadian anak
tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang. Pada
umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang
panjang dalam rentang kehidupan. Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak
seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu
saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi
anak-anak tapi orang dewasa
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk pada saat
dalam kandungan. Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan
pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga
mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap11
Universitas Sumatera Utara

tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu
fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Menurut Konvensi Hak Anak pasal 1,
anak berarti setiap manusia yang berusia dibawah delapan belas tahun kecuali,
berdasarkan undang undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah
dicapai lebih cepat.
Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 (1973), pengertian
anak adalah seorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sementara itu UNICEF
mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun.
Undang–undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum
menikah. Sedangkan undang – undang perkawinan menetapkan batas usia 16
tahun. (Huraerah, 2006:31).
Sebagai anak tentu mereka mempunyai hak dan kewajiban, anak

mempunyai hak asasi yang disebut Hak Asasi Anak. Hak Asasi Anak meliputi:
1. Hak untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2. Hak atas suatu nama sebagai indentitas diri dan status
kewarganegaraan.
3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan
orang tua.

12
Universitas Sumatera Utara

4. Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri.
5. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka
anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak
angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
6. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai

dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
7. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan bakatnya.
8. Hak

memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak

yang

menyandang cacat dan mendapatkan pendidikan khusus bagi anak
yang memiliki keunggulan.
9. Setiap anak berhak menyatakan dan didengarkan pendapatnya,
menerima, mencari dan memberikan informasi, sesuai dengan
tingakt kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
10. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi seusai minat,
bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.


13
Universitas Sumatera Utara

11. Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.
Dan setiap anak juga memiliki kewajiban yaitu:
1. Menghormati orang tua, wali, dan guru
2. Mencintai keluarga, masyarakat dan teman.
3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara.
4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.
5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Kewajiban negara dalam memberikan hak – hak anak tertuang pada
Konvensi Hak – Hak Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia, yaitu:
1. Menghormati dan menjamin hak – hak anak
2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak
3. Menjamin adanya perlindungan anak
4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya
5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya
6. Jaminan hak pribadi anak (Prinst, 1997: 103-109)
Demikian juga pengakuan terhadap anak secara internasional dilakukan

oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui suatu konvensi yaitu pada tahun
1989. Prinsip-prinsip yang dianut dalam konveksi hak anak adalah
a. Non Diskriminasi (Pasal 2), semua hak anak yang diakui dan terkandung
dalam KHA (Konvensi Hak Anak) harus diberlakukan kepada setiap anak
tanpa perbedaan apapun.
14
Universitas Sumatera Utara

b. Kepentingan terbaik untuk anak (Pasal 3), semua tindakan yang
menyangkut anak, pertimbangannya adalah apa yang terbaik untuk anak.
c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6), hak hidup yang
melekat pada diri setiap anak harus diakui atas perkembangan hidup dan
perkembangannya harus dijamin.
d. Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal 12) pendapat anak terutama
yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya perlu
diperhatikan

dalam

setiap


pengambilan

keputusan

(http://Pekerja.anak,erka.htm/diakses tanggal 15 mei 2014 pukul 22.05
WIB).
Sistem struktural masyarakat, anak seringkali dianggap sebagai pelaksana
dari keputusan yang ditetapkan oleh orang dewasa karena masih belum memiliki
kapasitas untuk mandiri. Anak hanya dianggap sebagai konsumen dari budaya
yang telah dikembangkan oleh orang dewasa. Agar proses menuju kematangan
sebagai seorang individu diperlukan tindakan sosialisasi dari orang-orang dewasa
sekitarnya. Sehubungan dengan konsep pemaknaan anak (children), pada masa
kanak-kanak (childhood) beberapa ahli sosiologi seperti Jenks serta James dan
Prout menyatakan ada beberapa ciri-ciri paradigma tentang anak yaitu:
a.

Masa kanak-kanak (childhood) dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial.
Pandangan ini memilki perbedaan dan kematangan biologis yang
memandang bahwa masa kanak-kanak sebagai sebuah gambaran natural

dan universal. Memandang childhood sebuah komponen struktural dan
kultural yang khusus dari berbagai masyarakat.

15
Universitas Sumatera Utara

b.

Childhood merupakan sebuah variabel dari analisis sosial. Hal ini tidak
bisa terlepas dari variabel lain seperti gender, kelas, dan etnisitas. Analisis
komparatif dan cross-kultrural lebih mengungkapkan keberagaman dari
childhood dari pada sebuah fenomena yang bersifat tunggal dan universal.

c.

Hubungan sosial anak. Hubungan sosial anak dan budaya merupakan studi
yang berguna dalam hak (right) anak, bebas dari perspektif dan
kepentingan orang dewasa (adults).

d.


Anak merupakan dan harus dipandang sebagai subjek yang aktif dalam
konstruksi dan determinasi dari kehidupan sosial mereka sendiri,
kehidupan di seputar mereka dan dari masyarakat dimana mereka tinggal.
Anak bukanlah subjek pasif dari struktur dan proses sosial

e. Childhood merupakan sebuah fenomena dalam kaitan dengan mana
hermeneutik ganda dari ilmu pengetahuan sosial merupakan pernyataan
yang benar atau tajam (acutely). Untuk menyatakan sebuah paradigma
baru dari sosiologi, childhood juga perlu ikut terlibat dalam proses
rekonstruksi childhood dalam masyarakat (James, Prout, & Allans, 1997:
8).
2.2.2.

Pekerja Anak
Pekerja anak merupakan sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil,

dimana istilah pekerja anak ini memilki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas
tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pertimbangan bagi perkembangan
pribadi mereka, keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depannya

(Ensiklopedia Wikipedia).

16
Universitas Sumatera Utara

Ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 25 Tahun 1997 Pasal 1
Ayat 20 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seorang laki-laki
atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun. Disamping itu, Instruksi Menteri
Dalam Negeri No. 3/1999 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Januari 1999 tentang
Pelaksanaan Penanggulangan Pekerja Anak juga menyatakan bahwa yang disebut
pekerja anak adalah anak yang berusia di bawah 15 tahun yang sudah melakukan
pekerjaan berat dan berbahaya baik yang tidak bersekolah maupun yang
bersekolah.
Pekerjaan berat dan berbahaya yang dimaksudkan di sini adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh pekerja anak yang dapat mengganggu proses
tumbuh kembang anak, baik fisik maupun nonfisik.
Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pengertian pekerja
anak sebagai berikut:
a. Tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
b. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 15 tahun. Pengertian
tersebut berlaku bagi tenagakerja anak yang bekerja di sektor formal
seperti perusahaan/lembaga.
Sedangkan batasan usia tenagakerja di sektor informal tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO 138
tentang Usia Minimum Anak Untuk Diperbolehkan Bekerja (Lembaran Negara
No. 56 Tahun 1999). Dalam Undang-Undang tersebut berdasarkan Pasal 2

17
Universitas Sumatera Utara

konvensi ini dijelaskan bahwa dalam hal pekerjaan nonindustri (pertanian,
perdagangan, dan sektor informal lainnya) usia minimum tidak kurang dari 15
tahun. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud pekerja anak adalah
anak usia kerja (10-14 tahun) yang melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan keuntungan dan lamanya
bekerja paling sedikit 1 jam secara kontinu dalam seminggu yang lalu. Bekerja
juga mengandung arti yang luas yang mencakup semua sektor baik secara formal
maupun informal. Namun BPS hanya mengenal pengkategorian pekerjaan sektor
pertanian, industri, perdagangan, kontruksi, serta transportasi dan jasa (diolah dari
data situs www. BPS.go.id).
Secara teori, batasan pengertian tenaga kerja anak bermacam-macam
tergantung siapa yang memberikan batasan dan untuk tujuan apa. Pekerja anak
diartikan sebagai anak yang harus melakukan pekerjaan yang menghalangi
mereka bersekolah dan membahayakan kesehatan, fisik dan mentalnya (Damanik,
2006). Para ahli mendefenisiskan pekerja anak juga diartikan sebagai anak yang
aktif bekerja, yang membedakannya dengan anak yang pasif bekerja, karena tidak
semua pekerjaan yang dilakukan oleh anak dapat menjadikan anak sebagai
pekerja.
Selain itu, Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara
rutin untuk orang tuanya atau untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah besar
waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Tjandraningsih, 1995). Kertonegoro
(1997), pekerja anak merupakan tenaga kerja yang dilakukan anak dibawah umur
15 tahun. Pengertian anak menurut Putranto (dalam Bagong, 1999), menyebutkan

18
Universitas Sumatera Utara

bahwa pekerja anak adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari
15 tahun selain membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya pada sektor
pertanian, perikanan, dan industri kerajinan yang dari sejak kecil mereka sudah
dididik untuk bekerja. Menurut Manurung (1998), Pekerja anak adalah mereka
yang berusia 10-14 tahun dan sedang bekerja paling sedikit satu jam secara
kontinyu dalam seminggu.
Fenomena pekerja anak di Indonesia merupakan masalah serius karena
mengancam kualitas kehidupan anak, hak-hak mereka dan masa depan mereka
sekaligus masa depan bangsa. Oleh karena itulah pekerja anak merupakan salah
satu kategori anak-anak yang perlu mendapat perlindungan khusus. Konvensi ILO
No.138 (disahkan Pemerintah Indonesia melalui UU No.1 Tahun 2000) mengenai
usia minimum untuk diperbolehkan bekerja menyatakan bahwa usia minimum
bagi anak untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun jika pekerjaan itu tidak
mengganggu

kesehatan,

keselamatan,

pendidikan,

dan

pertumbuhannya.

Sementara usia minimum untuk diperbolehkan bekerja atau melakukan pekerjaan
yang berbahaya tidak boleh kurang dari 18 tahun. Namun ternyata masih banyak
anak berusia kurang dari 15 tahun yang harus bekerja di Indonesia.

2.2.3. Karakteristik Pekerja Anak (Buruh Anak)
Pekerja anak bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumah
tangganya secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja yang
diterapkan pada pekerja anak ada bermacam-macam bentuk, yaitu buruh, magang,
dan tenaga keluarga. Sebagai buruh, anak-anak diberi imbalan atau upah. Untuk

19
Universitas Sumatera Utara

pekerjaannya sebagai magang, dan tenaga kelurga, mereka ada yang dibayar dan
ada yang tidak dibayar (Tjandraningsih, 1995).
Menurut Usman dan Nachrowi (2004), jika ditinjau dari pendidikan pekerja anak,
pekerja anak baik disektor garmen maupun rotan atau kayu adalah anak-anak yang
minimal menduduki bangku sekolah dasar (SD), ataupun tamatan SD. Namun
karena pekerjaan inilah yang menyebabkan anak-anak yang asih duduk di bangku
SD sebagan harus drop-out dari sekolahnya dikarenakan waktu mereka sebagian
besar dihabiskan untuk bekerja
Menurut Tjandraningsih (1995), sebagian besar pekerja anak disektor
industri manufaktur hanya mempunyai pendidikan rendah. Dari segi pendidikan,
anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus
sekolah lantaran bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian
bekerja (Bagong, 1999). Menurut White & Tjandraningsih (1999), di sektor
industri formal, pekerja anak umumnya berada dalam kondisi jam kerja yang
panjang, berupah rendah, menghadapi resiko kecelakaan kerja dan gangguan
kesehatan, atau menjadi sasaran pelecehan dan sewenang-wenang orang dewasa.
Secara umum karakteristik tenaga kerja anak tidak jauh berbeda, kecuali
dari segi usia, dengan karakteristik tenaga kerja dewasa perempuan, bahkan
tenaga kerja laki-laki (Tjandraningsih & Haryadi, 1995).
2.2.4. Faktor Penyebab munculnya Tenaga Kerja anak (Buruh Anak)
Menurut Usman dan Nachrowi (2004: 100), faktor-faktor yang menjadi
penyebab anak-anak bekerja dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu penawaran (supply)
dan permintaan (demand). Sisi penawaran ditunjukkan untuk melihat faktor-faktor

20
Universitas Sumatera Utara

yang melatarbelakangi masyarakat yang menyediakan tenaga anak-anak untuk
bekerja, sedangkan sisi permintaan untuk menunjukkan faktor-faktor yang
mendukung pengusaha memutuskan untuk menggunakan pekerja anak sebagai
faktor produksi.
Dari sisi penawaran, menurut berbagai penelitian yang dilakukan di dalam
maupun luar negeri, kemiskinan merupakan faktor utama yang membuat anakanak masuk ke pasar tenaga kerja. ILO dan Unicef (1994) menyebutkan bahwa
kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam dan faktor utama anak-anak
terjun ke dunia kerja. Bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan, kurangnya
pilihan untuk bertahan hidup, serta kemiskinan orangtua yang membuat semakin
buruknya keadaan yang dihadapi oleh keluarga sehingga mereka merasa terpaksa
meletakkan anaknya ke dunia kerja.
Penjelasan di atas dapat diringkas bahwa faktor utama yang membuat anakanak masuk ke pasar kerja adalah sebagai berikut:
a. Kemiskinan
b. Pendidikan
c. Perubahan proses produksi
d. Ketidaktauan oang tua tentang konvensi hak-hak anak dan undang-undang
tentang anak. sesuai dengan konvensi hak anak
e. Faktor nilai budaya masyarakat
2.2.3. Kesejahteraan Anak
Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani,

21
Universitas Sumatera Utara

maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD
1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka
kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin (Siregar, 2014: 43).
Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan hakhak anak sebagai berikut:
a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang di dalam keluarga maupun di dalam asuhan
khusus untuk tumbuh kembang secara wajar
b. Anak berhat atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa
untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna
c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam
kandungan maupun seseudah dilahirkan
d. Anak berhak atas perindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannnya
secara wajar
Menurut kamus istilah kesejahteraan sosial, defenisi kesejahteraan sosial
adalah keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi keadaan jasmaniah,
rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan
sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan,
1983:58).

22
Universitas Sumatera Utara

2.3. Pengertian Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi tidak dapat di bahas secara bersamaan, kedua
kata ini, dalam pengertiannya selalu di bahas secara sendiri–sendiri. Istilah sosial
(social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda,
misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas
kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto
apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat,
sosialisme suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat
alat produksi dan jasa jasa dalam bidang ekonomi.
Sedangkan istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada
kegiatan-kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan-kegiatan yang di tujukan
untuk

mengatasi persoalan yang di hadapi

masyarakat

dalam bidang

kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak
yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1993: 464) mengemukakan bahwa
istilah sosial pun berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan
dengan proses proses sosial. (Supardan, 2009: 27).
Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal
dari bahasa Yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan
rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dalam rumah tangga,
tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan
hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-

23
Universitas Sumatera Utara

anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga
bangsa, negara, dan dunia.
Definisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan.
Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam
kehidupan manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak
nyata. Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik melalui audio dan
visual. Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajinasi,
kenangan, khayalan, dan lain sebagainya. Definisi sosial ini terkait pada
hubungan-hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan
manusia lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi
yang diikutinya. Hal ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia
merupakan makhluk sosial di muka bumi. Karena manusia tidak bisa hidup
sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya
sehari-hari (http://www.anneahira.com/definisi-sosial.htm. Diakses pada tanggal
15 mei 2014 pukul 10.00).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan lain lain. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai
sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian bagian atau unsur-unsur yang
saling berhubungan dalam satu kesatuan.
Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi seseorang dilihat dari
pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan.

24
Universitas Sumatera Utara

1.

Pendapatan
Pendapatan dapat didefinisikan sebagai upah, gaji, keuntungan, sewa, dan

setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat
generasi sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi
pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau dividen, royalti,
piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat, atau
bantuan keuangan keluarga.
Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan
mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonom John Maynard Keynes, adalah
hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan
meningkatkan konsumsi, tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan
relatif menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan
pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah
sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi
masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang individu.
Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan
kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (tersier)
tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi
dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang
rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (tersier), bahkan mereka
terkandang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya.
2.

Pendidikan

25
Universitas Sumatera Utara

Tingkat pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan
fenomena “cross cutting” untuk semua individu. Pencapaian pendidikan
individu dianggap sebagai cadangan untuknya atas semua prestasi dalam hidup,
yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya. Akibatnya, pendidikan
memainkan sebuah peran dalam pendapatan.
Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan
penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar
profesional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara
mereka tanpa ijazah sekolah tinggi terhukum secara finansial. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan
psikologis yang lebih baik (yaitu: pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan
dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).
Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan
seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan
memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang
dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah.
Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, di mana orang tua
kelas menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan
anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan
mendorong rasa hak melalui diskusi.
Laureau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak
berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki
rasa kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan demikian

26
Universitas Sumatera Utara

lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori, keluarga
berpenghasilan rendah memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak
berpenghasilan menengah, yang merasa berhak, yang argumentatif, dan lebih
siap untuk kehidupan dewasa.
3.

Pekerjaan
"Pekerjaan yang bergengsi" sebagai salah satu komponen status sosial

ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan. Status pekerjaan
sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik, mengeskplorasi dan mempertahankan posisi yang
lebih baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi
sosial kita atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan karakteristik
pekerjaan, pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi, dan
psikologis tuntutan pada pekerjaan.
Pekerjaan dirangking oleh jajak pendapat (antara organisasi lainnya) dan
pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan yang
paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan
biomedis, spesialis komputer, dan komunikasi analis. Pekerjaan ini, dianggap
dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan
lebih banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih
besar terhadap kondisi kerja. pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah
adalah pekerja pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu,
pencuci piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih
kendaraan, dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar

27
Universitas Sumatera Utara

secara signifikan kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan
memberikan otonomi yang kurang.
Berdasarkan dari pendapatan, pekerjaan, pendidikan, maka masyarakat
dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi.
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal,
mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat
menabung.
3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi
kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan
dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.
(http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/faktor-yang-mempengaruhistatus-sosial.html. Diakses pada tanggal 15 mei 2014 pukul 11.00).
Untuk melihat kedudukan seseorang ditengah-tengah masyarakat, banyak
faktor yang harus di perhatikan, baik dari sudut pandang sosial maupun ekonomi.
Sebab dari dalam suatu masyarakat pasti terdapat sesuatu yang dihargai dan di
pandang masyarakat mungkin berupa, perumahan, makanan, rekreasi, kesehatan
maupun lingkungan.
4. Kesehatan

28
Universitas Sumatera Utara

Seseorang belum dianggap sehat sekalipun ia tidak berpenyakit jiwa dan
ataupun raga. Orang tersebut masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini
dianggap perlu karena penyakit yang diderita seseorang atau sekelompok
masyarakat umumnya ditentukan selaku oleh perilakunya tahu keadaan sosial
budayanya yang tidak sehat.(Selamet: 2009, 4-5).
2.3.1. Sosial Ekonomi Dalam Bingkai Kesejahteraan Masyarakat
Kesejateraan

sosial

sering

diidentifikasikan

dengan

kesejahteraan

masyarakat atau kesejehateraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut
diilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), istilah sejahtea artinya aman, sentosa makmur, selamat. Sedangkan
kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup,
dan kemakmuran. Di dalam kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa
kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah,
rohaniah, dan sosail tertentu saja. Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal yang
baru dalam wacana global dan nasional. PBB telah mengatur masalah ini
sebagai salah satu bidang kegaiatan masyarakat internasional. Di Indonesia
sendiri, kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
(Suharto,2009:1)
Dalam Undang – undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejateraan Sosial
menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya
(www.kemensos.go.id) diakses pada tanggal 10 april 2014 pada 17.11 WIB).

29
Universitas Sumatera Utara

PBB mendefiniskan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang
terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timba balik anatara indiviu –
individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama
melalui teknik – teknik dan metode – metode dengan maksud supaya
memungkinkan individu – individu, kelompok – kelompok, maupun komunitas
– komunitas untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan memecahkan masalah
– masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola – pola masyarakat
serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan
sosial. (www.mediaedukasi.com/pengertian -kesejateraan-sosial/ diakses pada
tanggal 6 april pukul 01.13 WIB).
Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial, yang
pertama yaitu untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya
standart kehidupan pokok seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan
relasi – relasi yang harmonis dengan lingkungannya. Yang kedua yaitu untuk
mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di
lingkungannya, dengan menggali sumber – sumber, meingkatkan dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep
kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Kesejhateraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun
substansinya tetap sama dan mencakup tiga konserpasi, yaitu :
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya
kebutuhan – kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

30
Universitas Sumatera Utara

2. Institusi, bidang kegaiatan yang melibatkan lembaga kesejateraan
sosial dan berbsgai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan
usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas,

yakni

suatu

kegiatan



kegiatan

usaha

yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
Kesejahteraan sosial dapat diukur dari indikator – indikator yang pertama
jumlah dan pemerataan pendapatan. Pendapatan berhubungan dengan lapangan
kerja, kondisi usaha dan faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja
mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapatan tetap
untuk keberlangsungan hidupnya. Adapun yang menjadi indikator dalam
pendapatan adalah, jenis pekerjaan orang tuam jumlah pendapatan setiap bulan,
tabungan, dan kepemilikan rumah. Indikator kedua adalah pendidikan. Pendidikan
yang merata dan dapat diakses dengan mudah oleh setiap lapisan masyarakat
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indikator ketiga adalah
kesehatan. Menurut WHO, kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Keadaan yang sehat dari individu adaah hal yang diperlukan untuk
mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Mayarakat yang sakit akan sulit
memperjuangkan kesejahteraan diri dan keluarganya. Indikator kesehatan ini
dapat diukur dari frekuensi makan setiap hari, kemampuan untuk berobat ke
dokter, dan kemamuan untuk membeli obat – obatan. Ketiga hal tersebutlah yang
menjadi faktor penentu dalam usaha – usaha yang dilakukan semua pihak dalam

31
Universitas Sumatera Utara

mencapai kesejahteraan (http://kompasiana.com/bisnis/indikator-kesejahteraan/
diakses pada tanggal 6 april 2014 pukul 00.12 WIB).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
sosial adalah berbagai usaha yan dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup
manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi dan kehidupan
spiritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.
2.4. Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.
Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutama pihak – pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan, dengan kata lain, keluarga tetap
merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang
secara berangsur – angsur akan melepaskan ciri – ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan
dari organisasi – organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses
(Khairuddin, 1997:4).
Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun
tambahan yang di atur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan

32
Universitas Sumatera Utara

keturunannya yang merupakan satuan khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan
suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap.
(Su’adah,2005:22-23).
Pengertian lain mengenai keluarga oleh Mudzakkir, keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat didalamnya terdapat konsep dan nilai serta
pembagian kerjanya masing – masing. Di dalam keluarga tradisional, peran
domestik merupakan wilayah yang identik dengan perempuan sedangkan peran
public adalah wilayahnya laki – laki ( Mudzakkir, 2010:20).
Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri – ciri umum keluarga yang
meliputi:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata – tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.
5.

Ketentuan – ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota – anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan –
kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.

6. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga (Su’adah, 2005:22).
Bentuk - bentuk keluarga menurut Polak (dalam Khairuddin, 1997:9)
yaitu:

33
Universitas Sumatera Utara

1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak – anak yang belum menikah.
2. Keluarga Besar ( Extended Familiy) yaitu satuan keluarga yang meliputi
lebih dari satu generasi dan satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas
daripada ayah, ibu dan anak – anaknya.
Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat
anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan
interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman – pengalaman dalam interaksi sosial
keluarganya turut menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam
pergaulan sosial diluar keluarga (Gerungan, 2004:195).

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah
disebut keluarga batih (Soerjono, 2004:23)
Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga
batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):
a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang
menjadi anggota, dimana ketentraman dan keterlibatan diperoleh dalam
wadah tersebut.
b. Keluarga

batih

menumbuhkan

dasar-dasar

bagi

kaidah-kaidah

pergaualan hidup.
c. Keluarga batih merupakan unit sosial ekonomis yang secara materil
memenuhi kebutuhan anggotanya.

34
Universitas Sumatera Utara

d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses
sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari
suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan
dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008) .Suatu
keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak merupakan keluarga batin / inti. Dalam
keluarga besar masih ada pribadi-pribadi lain seperti nenek, kakek, paman dan
lain-lain.
Keluarga sebagai landasan Utama dan pertama bagi anak yang
memberikan berbagai macam bentuk dasar sebagai berikut :
a. Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera seorang anak
termasuk anak dengan kecacatannya akan memperoleh latihan-latihan
dalam mengembangkan sikap social yang baik dan kebiasaan berprilaku
misalnya anak melakukan tugas-tugas tertentu dan mengikuti tatacara
keluarganya, belajar disiplin diri dan disiplin waktu agar kelak kebiasaan
disiplin sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam pergaulan dan

35
Universitas Sumatera Utara

hubungannya dengan teman-teman, serta mendukung kelancaran
perkembangan daya pikir (kognitif) dan prestasi disekolah.
b. Didalam keluarga dan hubungan-hubungan antar anggota keluarga
membentuk pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan social dan
interaksi social yang lebih luas. Anak akan belajar dari latihan-latihan
dasar untuk mengembangkan sikap social yang baik, kebiasaankebiasaan bertingkah laku yang memudahkan terbentuknya perilaku
positif.
Dengan demikian melalui keluarga maka kebutuhan fisik, intelektual,
social, emosional dan kebutuhan moral anak termasuk anak dengan kecacatan
dapat terpenuhi dengan baik oleh keluarganya serta lingkungannya.
Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994
mengenai penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan
delapan fungsi keluarga sebagai jawaban menuju terbentuknya sumber daya
pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri
yaitu :
1. Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan
dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemian nilai –
nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya

36
Universitas Sumatera Utara

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh
anggotamya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam suatu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan
ayah dan ibu untuk dapat mengajar dan meneruskan tradisi, kebudayaan
dan sistem nilai moral kepada anaknya.
3. Fungsi Cinta Kasih
Untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan
anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan
kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama
bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi Melindungi
Fungsi ini menambah rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota
keluarga.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
direncanakan dapat menunujang terciptanya kesejahteraan manusia di
dunia yang penuh iman dan takwa.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunan agar bisa melakukan penyesusain dengan alam kehidupan
dimasa yang akan dating.
7. Fungsi Ekonomi
Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

37
Universitas Sumatera Utara

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Agar setiap keluarga mampu menempatkan diri secara serasi, selaras,
seimbang.
fungsi keluarga tidak saja didalam lingkungan keluarga sendiri tetapi juga
didalam masyarakat. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa tugas dan fungsi
keluarga bukan merupakan fungsi yang tunggal tapi jamak. Secara sederhana
dapat dikemukakan bahwa tugas orang tua adalah :
1. Menstabilkan situasi keluarga: dalam arti stabilitasi situasi ekonomi
rumah tangga
2. Mendidik anak
3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan
religious (Ahmadi, 2002:246)
Keluarga juga dikenal sebagai dasar umat manusia, karena itu keluarga
sebagai fundamental bagi kehidupan masyarakat.Tidak satupun lembaga
masyarakat yang lebih efektif membentuk anak secara fisik tetapi juga sangat
berpengaruhi secara psikologis.Dalam usaha kesejahteraan anak ada program
penting untuk anak yang terdiri dari usaha untuk meningkatkan ksejahteraan
sosial anak termasuk bagi anak didalam keluarga maupun di dalam keluarga
pengganti. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadan anak (Kartono,
1998 : 57).
Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) ada lima yaitu :
1. Fungsi Biologis

38
Universitas Sumatera Utara

a. Untuk meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarganya
d. Memelihara dan merawat anggota keluarganya
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membina norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkah
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai – nilai keluarga
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang
anak dating.
Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5. Fungsi Pendidikan

39
Universitas Sumatera Utara

a. Menyekolahkan

anak

untuk

memberikan

pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan arti pentingnya
keluarga dalam perkembangan anak baik secara fisik maupun
psikologis.

2.5.

Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan faktor utama pekerja anak. Suatu rumah tangga

dikatakan sebagai rumah tangga miskin atau tidak, tentunya akan tergantung pada
pendapatan rumah tangga tersebut, semakin kecil pendapatan dari suatu rumah
tangga, maka kemungkinan adanya pekerja anak akan semakin besar. Sebaliknya
semakin besar pendapatan dari ruma tangga, maka kemungkinan adanya pekerja
anak akan semakin kecil.
Sekalipun kemiskinan merupakan pendorong utama anak-anak terjun ke
dunia kerja, tidak semua orang miskin membiarkan anak-anaknya terjun ke dunia
kerja. Berarti ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi anak bekerja. Anak-anak
cepat masuk ke pasar tenaga kerja karena dipengaruhi beberapa faktor seperti
faktor ekonomi, sosial, budaya, dan psikososial. Dapat juga dari penawaran
sebuah perusahaan, jika perusahaan meminta dan masyarakat menyediakan
adanya pekerja anak maka terciptalah pekerja anak.

40
Universitas Sumatera Utara

Sebagian anak merasa harus membantu orang tua khususnya dalam bidang
ekonomi, karena itu mereka memasuki dunia kerja, tetapi terkadang mereka
memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan umur mereka, seperti hal nya dalam
pekerja batu bata, zat-zat yang terkandung dapan menggangu pernapasan si anak,
sehingga dapat membahayakan kesehatan mereka

Bagan Alur Pikir
Pekerja Anak

Sosial ekonomi keluarga
1. Pendapatan
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Kesehatan

Berkontribusi

2.6.

Tidak
berkontribusi

Konsep Penelitian
Konsep adalah proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep

dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep
konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan
dan membatasi makna konsep konsep yang di teliti. (Siagian, 2011: 138).

41
Universitas Sumatera Utara

Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil
penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan
oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu
konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk lebih
memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka
peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Kontribusi adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun
sumbangan.
2. Pekerja anak adalah anak yang harus melakukan pekerjaan yang
menghalangi mereka bersekolah dan membahayakan kesehatan, fisik dan
mentalnya
3. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kondisi dimana msyarakat sendiri
yang menjadi penentu dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan
bersama.
4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

42
Universitas Sumatera Utara