PENGARUH TINGKAT PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP INFORMATION ASYMMETRY DENGAN VARIABEL KONTROL FIRM SIZE DAN EARNING QUALITY PADA PERUSAHAAN TERBUKA DI INDONESIA

  

PENGARUH TINGKAT PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

TERHADAP INFORMATION ASYMMETRY DENGAN VARIABEL KONTROL FIRM SIZE

DAN EARNING QUALITY PADA PERUSAHAAN TERBUKA DI INDONESIA

Devina Andriani Tandiono dan Juniarti

  Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra Email

  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan Corporate

  Social Responsibility (CSR) terhadap asimetri informasi. Pengungkapan CSR diukur menggunakan skor tingkat pengungkapan CSR yang dinilai menggunakan kriteria guidelines dari GRI versi G3. Asimetri informasi diukur menggunakan bid-ask spread. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol firm size dan earning quality. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan publik di Indonesia yang menerbitkan sustainability report yang terdaftar dalam GRI Database dengan jumlah sampel sebanyak 104 pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif signifikan terhadap asimteri informasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi, sementara earning quality berpengaruh negatif signifikan terhadap asimetri informasi. Kata kunci : Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), Asimetri Informasi, Tingkat Pengungkapan CSR, Sustainability Reporting, Bid-Ask Spread, Firm Size dan Earning Quality.

  ABSTRACT This study aimed to examine and to prove the affect of corporate social responsibility disclosure level on information asymmetry. Corporate social responsibility disclosure was measured by Corporate Social Responsibility Disclosure Level that valued by GRI criteria. Information asymmetry measured by bid-ask spread. This research used firm size and earning quality as control variables. This research was carried out on public companies in Indonesia which published sustainability report with a sample of 104 observations. The result showed that there was a positive significant correlation of corporate social responsibility disclosure on bid-ask spread. The result also showed that firm size had no affect on bid-ask spread, while the earning quality had negative significant correlation on bid-ask spread. Keywords : Corporate Social Responsibility Disclosure, Information Asymmetry, Corporate Social Responsibility Disclosure Level, Bid-Ask Spread, Firm Size, and Earning Quality

  PENDAHULUAN kinerja CSR organisasi dan secara aktif

  menggunakan informasi tersebut dalam keputusan Selama beberapa dekade terakhir Corporate Social investasinya (Alniacik et al., 2010 ; CICA, 2010; Responsibility (CSR) telah menjadi topik yang Cohen et al., 2011). Meskipun keberadaan menarik banyak perhatian para akadem isi, informasi mengenai kinerja CSR perusahaan pebisnis, praktisi, regulator dan bidang keuangan semakin penting bagi investor, bukti peranannya lainnya (Cui et al., 2012; Lu & Chueh, 2015). dalam penilaian investor atas perusahaan masih Banyak organisasi memandang bahwa kinerja kurang (Cormier et al., 2010; Cohen et al., 2011; Cho corporate social responsibility dapat membawa et al., 2013). organisasi ke posisi yang lebih baik, yang akhirnya Di dalam penelitian-penelitian sebelumnya, berdampak pada kelangsungan hidup jangka mayoritas penelitian membahas mengenai panjang organisasi (Chang et al., 2008). Beberapa hubungan antara CSR dan Corporate Financial hasil studi juga menunjukkan bahwa kini investor Performance (CFP). Sementara itu, penelitian yang mencari informasi yang dapat dipercaya tentang membahas hubungan antara CSR dan asimetri adalah Cormier et al., Cormier et al. (2010), Cui et al. (2012), Hung et al. (2013), Cho et al. (2013), Lopatta et al. (2014), Mirhosseini et al. (2014), Lopatta et al. (2015), Hapsoro (2015), Sumenescu & Curmei (2015), Lu & Chueh (2015), Martinez et al. (2015) Diebecker (2016), Cui et al. (2016). Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan penelitian lainnya yang mayoritas membahas hubungan CSR dengan CFP, dapat dikatakan bahwa topik pembahasan CSR dan informasi asimetri masih kurang dieksplorasi. Bukti-bukti empiris apakah pengungkapan CSR berpengaruh terhadap informasi asimetri masih sangat sedikit. Secara teoritis pengungkapan CSR dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi. Dengan perusahaan memberikan sinyal berupa pengungkapan informasi non-keuangan seperti CSR kepada investor, transparansi perusahaan akan meningkat (Norwegian Ministry of Foreign Affairs, 2009). Transparansi ini berkaitan dengan ketersediaan informasi bagi pihak luar perusahaan (Bushman et al., 2004). Dengan banyaknya pengungkapan informasi kepada pihak eksternal perusahaan (investor) maka ketersediaan informasi bagi investor juga meningkat sehingga jumlah informasi yang dimiliki oleh manajem en dan investor akan menjadi lebih setara dan oleh karena itu asimetri informasi dapat berkurang (Kreps, 1990; Diamond & Verrecchia, 1991; Bhardwaj & Brooks, 1992; Leuz & Verrecchia, 2000; Lambert et al., 2007; Cui et al., 2012). Hal ini juga didukung oleh penelitian El Ghoul et al. (2011) yang mengklaim bahwa asimetri informasi lebih parah bagi perusahaan dengan tingkat CSR yang lebih rendah. Oleh karena itu topik hubungan antara pengungkapan corporate social responsibility dengan asimetri informasi menjadi semakin penting untuk diteliti karena baik secara teoritis maupun secara empiris pengungkapan CSR dapat mengurangi asimetri informasi, kendati demikian penelitian yang membahas isu ini masih jarang ditemui, bukti-bukti empiris apakah pengungkapan CSR berpengaruh terhadap informasi asimetri masih sangat sedikit. Dengan demikian penelitian ini akan menyelidik i hubungan antara pengungkapan CSR dan asimetri informasi di Indonesia.

  Corporate Social Responsibility (CSR)

  Social responsibility atau tanggung jawab sosial mengasumsikan bahwa tanggung jawab secara ekonomi dan hukum perusahaan harus dilanjutkan dengan pemenuhan tanggung

  1963). World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (1998) mendefinisik an CSR sebagai komitmen berkelanjutan oleh bisnis untuk berperilaku etis dan berkontribus i terhadap pembangunan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Definisi oleh WBCSD (1998) diatas didukung oleh Hopkins (2016) yang memandang CSR sebagai konsep yang memayungi perusahaan dan institusi untuk bertindak secara bertanggungjawab dengan melihat sustainability sebagai tujuannya. ISO 26000 (2010) dalam Hahn (2013) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sebuah organisasi atas dampak dari keputusan dan kegiatan operasionalnya kepada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangk u kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilak u internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

  Asimetri Informasi

  Ketika salah satu pelaku pasar (manajer) mengetahui sesuatu informasi tentang aset yang diperdagangkan yang tidak diketahui pelaku pasar yang lain (investor), maka pasar dapat dikarakteristikkan sebagai asimetri informasi (Scott 2003). Konsep asimetri informasi pertama kali diperkenalkan oleh Akerlof (1970) dalam tulisannya The Market for "Lemon": Quality Uncertainty and the Market Mechanism. Dalam tulisannya Akerlof (1970) menyebutkan bahwa dalam pasar yang tergolong asimetri informasi, nilai rata-rata komoditi cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang berkualitas baik. Hal ini dikarenakan pembeli tidak mengetahui apakah barang yang mereka beli akan menjadi “lemon” (barang yang berkualitas buruk), sehingga pembeli melihat nilai rata-rata dari keseluruhan pasar. Akerlof (1970) berpendapat bahwa asimetri informasi memberikan insentif kepada penjual untuk menjual barang yang kurang dari rata-rata kualitas pasarnya dengan harga yang sama dengan barang yang berkualitas baik, sehingga menyebabkan banyak pembeli yang menolak untuk bertransaksi dalam pasar seperti ini atau menolak untuk membayar dengan harga yang lebih dalam transaksi tersebut. Akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang yang berkualitas baik

Tandiono : Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR 99

  merugi karena barangnya dinilai lebih rendah dari nilai yang sesungguhnya sehingga menjadi tidak laku. Oleh karena itu, selisih perbedaan harga yang ditawarkan oleh penjual dan harga yang diminta oleh pembeli, atau yang dikenal dengan istilah bid- ask spread, digunakan sebagai proxy asimetri informasi karena ketidaksetaraan informasi antara 2 pihak akan menyebabkan perbedaan harga yang bersedia dibayarkan dan harga yang diminta (Hasan et al., 2013).

  Stakeholder Theory

  Stakeholder theory berpendapat bahwa organisasi memiliki hubungan dengan banyak kelompok stakeholder dan untuk mempertahank an dukungan dari kelompok-kelompok ini perusahaan perlu mempertimbangkan dan menyeimbangk an kepentingan mereka (Freeman, 1984; Evan & Freeman, 1993; Clarkson, 1998; Jones et al., 1999). CSR merupakan wujud tanggung jawab perusahaan kepada para stakeholdernya (Branco & Rodrigues, 2007; Jamali, 2008; Brown & Forster, 2012). Stakeholder theory menunjukkan bahwa perusahaan dengan karakter CSR yang lebih tinggi akan melakukan upaya lebih untuk bertanggung jawab tidak hanya kepada shareholder mereka saja, tetapi juga kepada stakeholdernya (Lu & Chueh, 2015). Ketika perusahaan mampu untuk memenuhi dan menyeimbangkan kebutuhan para stakeholdernya, maka kelangsungan hidup perusahaan yang berkelanjutan dapat terjamin (Freeman, 1984; Freeman & McVea, 2001). Hal serupa juga dinyatakan oleh Stanford Research Institute International yang menyebutkan bahwa perusahaan perlu memberikan perhatian kepada shareholder, karyawan, pelanggan, supplier, lender serta lingkungan masyarakat agar mendapatk an dukungan dari kelompok-kelompok stakeholder ini. Dukungan tersebut penting bagi kesuksesan jangka panjang perusahaan.

  Signalling Theory

  Spence (1973) sebagai pioner signalling theory (Tirole, 1988; Hopkins, 2012; Shehata, 2014), mendefinisikan sinyal sebagai suatu aktivitas di mana individu berusaha untuk mengubah keyakinan atau memberikan informasi kepada orang lain sehingga dapat mengurangi asimetri informasi. Signalling theory digunakan untuk menggambarkan perilaku antara dua pihak yang memiliki akses informasi yang berbeda, ketika sender memberikan sinyal berupa pengungk apan informasi kepada receiver maka receiver dapat menerima dan menginterpretasikan informasi sesuai dengan yang diharapkan oleh sender

  (Spence, 1973). Tindakan atau upaya dalam pengungkapan CSR merupakan salah satu bentuk sinyal, di mana perusahaan akan mengungkapk an informasi CSR sebagai sinyal bahwa perusahaan mereka lebih baik (Mahoney, 2012; Thorne et al., 2014). Dengan demikian ketika investor memperoleh sinyal terkait informasi tentang kebenaran kualitas perusahaan, yaitu salah satunya melalui adanya upaya atau tindak an pengungkapan informasi CSR maka akan mempengaruhi penilaian investor atas nilai perusahaan (Mahoney, 2012; Omran & El-Galfy, 2014; Thorne et al., 2014).

  Firm Size

  Firm size merupakan suatu ukuran dimana perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan besar atau kecil (Bishop & Megicks, 2002; Aryani & Hanani, 2011). Firm size menjadi peranan penting dikarenakan beberapa bukti menyatakan bahwa perusahaan kecil tidak dapat mengadopsi kegiatan CSR karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki (Udayasankar, 2007; Karagiorgos, 2010).

  Earning Quality

  Barth et al. (2008) mendefinisikan laba berkualitas tinggi ketika memiliki tingkat manajemen laba yang rendah, yaitu laba yang tidak dimanipulasi dan tidak bias. Kim et al. (2012) mengemuk ak an bahwa perusahaan dengan kinerja CSR yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat manajemen laba yang lebih rendah.

  Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Asimetri Informasi

  CSR merupakan wujud dari stakeholder theory (Branco & Rodrigues, 2007; Jamali, 2008; Brown & Forster, 2012), yang menyatakan bahwa perusahaan perlu memenuhi kebutuhan berbagai stakeholder-nya. Tidak hanya memenuhi kebutuhan shareholder dengan memberikan kinerja ekonomi yang baik, namun merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan para stakeholder lainnya (Freeman, 1984; Evan & Freeman, 1993; Clarkson, 1998; Jones & Wicks, 1999). Di Indonesia informasi mengenai kinerja CSR dapat diungkapkan salah satunya melalui laporan tersendiri yaitu pada laporan keberlanjutan (sustainability report).

  Tindakan atau upaya untuk mengungkap informasi CSR merupakan salah satu bentuk sinyal yang diberikan kepada investor, di mana

  100 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (97-108)

  keuangan seperti CSR sebagai sinyal bahwa perusahaan mereka lebih baik dan bertanggung jawab secara moral (Cormier et al., 2011; Mahoney, 2012; Thorne et al, 2014). Dengan pengungkapan informasi non-keuangan seperti CSR ini, transparansi perusahaan akan meningkat (Norwegian Ministry of Foreign Affairs, 2009), transparansi ini berkaitan dengan ketersediaan informasi yang diungkapkan bagi pihak luar perusahaan (Bushman et al., 2004). Dengan banyaknya pengungkapan informasi kepada pihak eksternal perusahaan (investor) maka ketersediaan informasi bagi investor juga meningkat sehingga jumlah informasi yang dimiliki oleh manajemen dan investor akan menjadi lebih setara dan oleh karena itu asimetri informasi dapat berkurang (Kreps, 1990; Diamond & Verrecchia, 1991; Bhardwaj & Brooks, 1992; Leuz & Verrecchia, 2000; Cheng et al., 2005; Lambert et al., 2007; Cui et al., 2012). Berdasarkan signalling theory, ketika sender (perusahaan) mengirimkan sinyal berupa tindakan pengungkapan informasi kepada receiver (investor) maka investor dapat menerima dan menginterpretasikan informasi sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan (Spence, 1973). Maka dari itu dengan pengungkapan informasi non-keuangan seperti CSR, semakin banyak ketersediaan informasi bagi investor dan dengan demikian investor diharapkan dapat menilai ask yang mendekati bid, dan oleh karena itu bid-ask spread menjadi semakin sempit. Didukung pula dengan hasil penelitian oleh Cormier et al. (2009), Cormier et al. (2010), Cui et al. (2012), Hung et al. (2013), Cho et al. (2013), Lopatta et al. (2014), Mirhosseini et al. (2014), Lu & Chueh (2015), Sumenescu & Curmei (2015) dan Martinez et al. (2015) yang menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi, maka dihasilkan hipotesa sebagai berikut :

  H1 : Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi yang diukur dengan bid-ask spread. Pengaruh Firm Size Terhadap Asimetri Informasi

  Watson et al. (2002) membuktikan bahwa lebih mudah bagi perusahaan besar untuk memberik an pengungkapan sukarela pada pihak eksternal perusahaan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki sumber daya untuk melakukan pengungkapan, sehingga memiliki tingkat pengungkapan yang lebih tinggi (Bilal et al., 2013). Dengan banyaknya pengungkapan informasi kepada pihak eksternal perusahaan (investor) maka ketersediaan informasi bagi investor juga meningkat sehingga jumlah informasi yang dimiliki oleh manajem en dan investor akan menjadi lebih setara dan oleh karena itu asimetri informasi dapat berkurang (Kreps, 1990; Diamond & Verrecchia, 1991; Bhardwaj & Brooks, 1992; Leuz & Verrecchia, 2000; Cheng et al., 2005; Lambert et al., 2007; Cui et al., 2012). Dengan demikian, tingginya kemampuan perusahaan besar dalam mengungkapk an informasi yang sebanyak-banyak nya meningkatkan kepercayaan investor atas keraguan prospek masa depan perusahaan dan kinerja perusahaan saat ini sehingga investor akan menilai ask yang mendekati bid dan oleh karena itu bid-ask spread menjadi semakin sempit (Omran & El- Galfy, 2014; Thorne et al., 2014). Didukung pula dengan penelitian oleh Cho et al. (2013), Lopatta et al. (2014), Martinez et al. (2015), Diebecker (2016) yang menemukan bahwa perusahaan besar umumnya memiliki tingkat asimetri informasi yang lebih rendah, maka dihasilkan hipotesa sebagai berikut :

  H2 : Firm size berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread. Pengaruh Earning Quality Terhadap Asimetri Informasi

  Praktik manajemen laba yang besar mengindikasikan kualitas laba yang rendah (Barth et al., 2008). Beyer et al. (2014) mengemuk ak an bahwa praktik manajemen laba menyebabk an keraguan investor atas asimetri informasi antara manajer dan investor karena adanya distorsi pelaporan. Investor menjadi ragu atas arus kas masa depan dan aset perusahaan yang terdapat dalam neraca perusahaan (Beyer et al, 2014). Dengan adanya keraguan atas prospek masa depan perusahaan, investor akan mengantisipasinya dengan menilai perusahaan secara lebih rendah dengan meminta harga yang lebih rendah (Omran & El-Galfy, 2014; Thorne et al., 2014), sehingga investor akan menilai ask yang semakin jauh dari bid dan oleh karena itu bid-ask spread menjadi semakin lebar. Didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar (2008), Jayaram an (2008), Kim et al. (2012) dan Bhattacharya et al. (2013) yang membuktikan bahwa kualitas laba yang buruk meningkatkan asimetri informasi, maka dihasilkan hipotesa sebagai berikut : SPREAD i,t

  ) − , Semakin tinggi discretionary accrual (DA) maka kualitas laba akan semakin rendah dan sebaliknya.

  i,t

  , , −1

  c. Menentukan tingkat akrual yang tidak normal (Discretionary Accrual) , = (

  =

  i,t

  diperoleh dari proses regresi persamaan diatas. Kemudian koefisien tersebut akan dimasukkan kembali pada persamaan berikut untuk memperoleh nilai NDA : NDA

  2

  1,

  , 

  1

  = 

  , , −1

  b. Menentukan tingkat akrual yang normal (Non-discretionary accruals)

  TA i,t = NI i,t

  Tandiono : Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR 101 H3 : Earning Quality berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread. METODE PENELITIAN

  dihitung dengan rumus sebagai berikut: a. Menentukan total akrual

  accrual (Modified Jones Model) yang

  4. Earning Quality Kualitas laba diukur dengan tingkat manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Semakin tinggi tingkat manajemen laba maka kualitas laba semakin rendah. Kualitas laba akan diukur menggunakan discretionary

  3. Firm Size Ukuran perusahaan mengindikasik an besarnya sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan, diukur dengan total asset yang di log-kan. Rumus yang akan digunakan untuk mengukur firm size adalah sebagai berikut : FSIZEi,t = log(Total Asset i,t) Semakin tinggi FSIZE maka ukuran perusahaan juga semakin besar dan sebaliknya.

  Semakin tinggi skor TCSR maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR pada sustainability reporting dan sebaliknya.

  = ∑ ∑

  TCSR i,t

  0. Penilaian sustainability reporting index didapat dari total skor sustainability reporting perusahaan pada tahun tertentu, dibagi dengan total kriteria pengungkapan pada masing-masing versi G3.0, G3.1 dan G4 yang digunakan pada laporan SR yang diterbitkan. Pengukuran variabel TCSR dapat dirumuskan sebagai berikut :

  Jumlah pengungkapan informasi CSR perusahaan yang diungkapkan dalam sustainability reporting. Sustainability reporting diukur dengan menggunakan kriteria yang berasal dari GRI. Kriteria dari GRI Index yang diungkapk an dalam sustainability reporting akan diberi skor 1, jika tidak maka diberi skor

  Bid-Ask Spread (SPREAD) Bid-Ask Spread akan diukur menggunakan rumus sebagai berikut : Semakin tinggi nilai SPREAD maka asimetri informasi akan semakin tinggi dan sebaliknya.

  dari masing-masing variabel diatas: 1.

  quality. Berikut ini adalah definisi operasional

  Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR dengan variabel dependen bid-ask spread. Sedangkan variabel kontrolnya adalah firm size, dan earning

  • – OCF

  102 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (97-108)

  kuantitatif. Data Tingkat Pengungkapan CSR heteroskedastisitas sehingga dilakukan (TCSR) akan diperoleh dari GRI Database dan transformasi data dengan merubah variabel website perusahaan. Data bid dan ask akan FSIZE ke dalam bentuk lag sehingga uji diperoleh dari Bloomberg. Sementara data total heterokedastisitas terpenuhi. Berikut adalah assets, net income, Operating Cash Flow hasil pengujian dari masing-masing uji asumsi (OCF), revenues, account receivables dan klasik: Plant, Property and Equipment (PPE) akan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan

  1. Uji Normalitas yang diperoleh dari website perusahaan dan Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov website idx. Sampel dipilih dengan menggunakan menunjukkan signifikansi sebesar 0,200. metode purposive sampling, yaitu populasi yang

  Signifikansi dari uji normalitas lebih besar dari akan dijadikan sampel adalah populasi yang 10%, dapat disimpulkan bahwa error pada memenuhi kriteria-kriteria penelitian. Berikut persamaan regresi telah memiliki distribusi adalah kriteria penelitian: (1) Merupakan yang normal. perusahaan yang menerbitkan Sustainability Reporting (SR) yang terdaftar pada GRI

  Tabel 2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik - Database selama periode 2008-2014. (2)

  Normalitas Merupakan perusahaan go public yang terdaftar di IDX selama periode 2008-2014. (3) Merupakan perusahaan diluar sektor perbankan. (4) Merupakan perusahan yang memiliki data bid dan ask tahunan yang lengkap. (5) Merupakan perusahaan yang memiliki data-data keuangan yang lengkap.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Penelitian ini menggunakan software Statistic

  for Social Science (SPSS) versi 24 untuk mengolah

  dan menganalisa seluruh data penelitian. Berikut statistik dari penelitian ini: Tabel 1. Statistik Deskriptif 2.

Uji Autokorelasi

  Uji autokorelasi menghasilkan nilai Durbin Watson sebesar 1,944. Nilai tersebut terletak

  Penelitian ini melakukan empat macam diantara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulk an uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji bahwa tidak terjadi autokorelasi. autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji

  Tabel 3. Hasil Pengujian Asumsi Klasik - multikolinearitas. Uji asumsi klasik ini penting Autokorelasi untuk dilakukan, karena dapat memastikan apakah data penelitian layak untuk digunakan. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar α= 10%.

  Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali, karena terdapat masalah pada uji normalitas dan pada uji heteroskedastisitas. Pengujian pertama menunjukkan bahwa data penelitian tidak normal, oleh karena itu dilakukan penghapusan outlier pada pengujian kedua

  3. Uji Heteroskedastisitas Tandiono : Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR 103

  Hasil dari uji Glejser menunjukkan bahwa Tabel 6. Hasil Uji F 2. )

  Koefisien Determinasi (R

  2 Nilai adjusted R adalah 0,138 yang berarti

  13,8% perubahan variabel dependen dapat dijelaskan oleh seluruh variabel independen. Tabel 7. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi signifikansi dari masing-masing variabel berada diatas 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas.

  Tabel 4. Hasil Pengujian Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas

  Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, berikut adalah hasil uji t: Tabel 8. Hasil Pengujian Hipotesis 4.

  Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas menghasilkan nilai VIF lebih kecil dari 10 dan TOL lebih besar dari 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Variabel TCSR memiliki signifikansi lebih kecil multikolinearitas pada model regresi. dari 0.10 yaitu 0.065. Selain itu, β TCSR adalah - 0.181, hal ini mengindikasikan bahwa TCSR

  • – Tabel 5. Hasil Pengujian Asumsi Klasik memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

  Multikolinearitas SPREAD. FSIZE memiliki signifikansi 0.369 dan β sebesar -0.088 sehingga dapat dikatakan FSIZE tidak berpengaruh terhadap SPREAD. EQUALIT Y memiliki nilai signifi kansi sebesar 0.000 dan β sebesar -0.379, namun pada penelitian ini

  EQUALITY diukur menggunakan discretionary accrual dimana semakin tinggi discretionary accrual maka akan semakin rendah EQUALIT Y. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

  Setelah uji asumsi klasik kemudian dilakukan EQUALITY berpengaruh negatif signifik an uji kelayakan model regresi untuk mengetahui terhadap SPREAD. kelayakan model regresi untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunak an

  KESIMPULAN

  dua uji kelayakan model regresi, yaitu koefisien determinasi dan uji F.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social

  1. Responsibility (CSR) terhadap asimetri informasi Uji F yang diukur menggunakan bid-ask spread. Hasil

  Hasil uji F menunjukkan nilai signifik ansi penelitian menunjukkan bahwa Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif signifik an sebesar 0,001. Nilai tersebut kurang dari 10%,

  1

  terhadap bid-ask spread, sehingga H ditolak. Hasil jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian ini didukung oleh pernyataan independen berpengaruh secara signifik an Friedman (1970) yang mengkritik bahwa CSR terhadap variabel dependen dan model regresi hanyalah distribusi kekayaan shareholder bagi layak digunakan untuk menguji hipotesis. kepentingan manajer sendiri. Dalam

  104 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (97-108)

  sejalan dengan penelitian oleh Bachtiar (2008), Jayaraman (2008), Kim et al. (2012) dan Bhattacharya et al. (2013) yang membuktikan bahwa kualitas laba yang buruk meningkatkan asimetri informasi. Praktik manajemen laba yang besar mengindikasikan kualitas laba yang rendah (Barth et al., 2008). Beyer et al. (2014) mengemukakan bahwa praktik manajemen laba menyebabkan keraguan investor atas asimetri informasi antara manajer dan investor karena adanya distorsi pelaporan. Investor menjadi ragu atas arus kas masa depan dan aset perusahaan yang terdapat dalam neraca perusahaan (Beyer et al, 2014). Dengan adanya keraguan atas prospek masa depan perusahaan, investor akan mengantisipasinya dengan menilai perusahaan secara lebih rendah dengan meminta harga yang lebih rendah (Omran & El-Galfy, 2014; Thorne et al., 2014), sehingga investor akan menilai ask yang semakin jauh dari bid dan oleh karena itu bid-ask spread menjadi semakin lebar.

  DAFTAR REFERENSI A. Omran, M., & M. El-Galfy, A. (2014).

  tingkat pengungkapan CSR (TCSR) menggunak an kriteria guidelines dari GRI. Asimetri informasi akan diukur menggunakan bid-ask spread. Selain itu penelitian ini tidak dilakukan pada sektor perbankan sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada sektor perbankan di Indonesia.

  option. Pengungkapan CSR diukur menggunak an

  yang terdaftar pada Global Reporting Initiat iv es (GRI) Database. Pengungkapan CSR diukur menggunakan tingkat pengungkapan CSR (TCSR) menggunakan kriteria guidelines dari GRI dimana dalam penelitian ini scoring CSR yang menggunakan kriteria G4 hanya didasarkan pada kriteria core option sehingga tidak fair bagi perusahaan yang menggunakan comprehensive

  sustainability reporting sepanjang tahun 2008-2014

  Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya dilakukan pada perusahaan di Indonesia yang telah go public yang menerbitk an

  KETERBATASAN PENELITIAN

  earning quality berpengaruh negatif signifikan

  Meckling’s (1976), Barnea & Rubin (2010) menganggap bahwa keterlibatan CSR sebagai konflik dalam hubungan principal-agent antara manajer dan shareholder. Para peneliti berpendapat bahwa manajer memiliki kepentingan tersendiri dalam investasi yang berlebih atas CSR, hal ini dilakukan untuk memberikan manfaat pribadi dengan membangun reputasi sebagai warga sosial yang baik meskipun menimbulkan biaya bagi

  Penelitian juga menemukan bahwa

  Cho et al. (2013), Lopatta et al. (2014), Martinez et al. (2015), Diebecker (2016) yang menyatak an ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifik an terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Beretta & Bozzolan (2004) dan Hassan (2009) yang menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap kuantitas pengungkapan kepada pihak luar perusahaan (investor). Arthana (2013) menyatak an bahwa perusahaan-perusahaan besar tidak selalu akan melakukan pengungkapan CSR yang lebih banyak, karena CSR bukan lagi sekedar kegiatan namun merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan agar dapat menjaga kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan itu sendiri. Selain itu tidak berpengaruhnya ukuran perusahaan juga dapat dikarenakan adanya Undang-Undang Perseroan Terbatas (RUU PT) No. 40 tahun 2007 yang mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan, tidak terbatas pada perusahaan besar ataupun perusahaan kecil selama bentuk badan hukumnya adalah Perseoran Terbatas (Rahayu, 2016).

  firm size tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

  Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

  manajer yang terlalu percaya diri ini membuat lingkungan informasi menjadi tidak transparan (buram) dan dengan demikian pasar akan merespon negatif CSR yang terlalu tinggi sehingga bid-ask spread akan semakin lebar.

  Overinvestment CSR yang dilakukan oleh

  manajer melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial meskipun biaya atas tindakan CSR yang dikeluarkan lebih tinggi daripada manfaat yang diterima oleh shareholder, hal ini dilakukan agar mereka mendapat manfaat pribadi, seperti penghargaan atau apresiasi dengan mempromosikan kegiatan CSR. Goel & Thakor (2007) menyatakan bahwa manajer yang terlalu percaya diri terkadang melakukan investasi yang bersifat value-destroying.

  shareholder. Mereka mengklaim bahwa

  Theoretical perspectives on corporate disclosure: a critical evaluation and literature survey. Asian Review of Accounting, 22(3), 257-286. Agrawal, A., & Knoeber, C. R. (1996). Firm performance and mechanisms to control

Tandiono : Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR 105

  Blowfield, M., & Frynas, J. G. (2005). Editorial Setting new agendas: critical perspectives on Corporate Social Responsibility in the developing world.

  C. Larson. 2003. Assessing the relative informativeness and permanence of street earnings and GAAP operating earnings. Journal of Accounting and Economics 36 (1-3) 285-319. Bhattacharya, N., Desai, H., & Venkataraman,

  K. (2013). Does earnings quality affect information asymmetry? Evidence from trading costs. Contemporary Accounting Research, 30(2), 482-516. Bilal, Tufail, S., Khan, J., Abbas, A., Saeed, A.

  (2013). The Association Between Firm- Spesific Characteristics and Corporate Disclosure: Evidence From Pakistan.

  Journal of Contemporary Issues in Business Research, 2(4), 124-134.

  Bishop, P., & Megicks, P. (2002). Competitiv e strategy and firm size in the estate agency industry. Journal of Small

  Business and Enterprise Development, 9(2), 150-161.

  International affairs, 81(3), 499-513.

  The Journal of Finance, 47(2), 553-575.

  Botosan, C. A. (1997). Disclosure level and the cost of equity capital. Accounting review, 323-349. Brammer, S., Brooks, C., & Pavelin, S. (2006).

  Corporate social performance and stock returns: UK evidence from disaggregate measures. Financial management, 35(3), 97-116. Brown, C. S. (2005). The sustainable enterprise:

  Profiting from best practice. London: Kogan Page. Brown, J. A., & Forster, W. R. (2013). CSR and stakeholder theory: A tale of Adam

  Smith. Journal of business ethics, 112(2), 301-312. Brown, S., & Hillegeist, S. A. (2007). How disclosure quality affects the level of information asymmetry. Review of Accounting Studies, 12(2-3), 443-477. Bushman, R., J. Piotroski, and A. Smith. (2004).

  What determines corporate transparency? Journal of Accounting

  Research, 42 (2): 207 –252.

  Bhattacharya, N., E. Black, T. Christensen, and

  shareholders. Journal of financial and quantitative analysis, 31(03), 377-397. Akerlof, G. (1970), The market for lemons: quality uncertainty and the market mechanism. Quarterly Journal of Economics, 85:488-500. Alniacik, U., Alniacik, E., & Genc, N. (2011).

  How corporate social responsibility information influences stakeholder s' intentions. Corporate social responsibility

  Aslan, H., Easley, D., Hvidkjaer, S., & O'hara, M. (2011). The characteristics of informed trading: Implications for asset pricing.

  and environmental management, 18(4), 234-245.

  Amihud, Y., & Mendelson, H. (1986). Asset pricing and the bid-ask spread. Journal

  of financial Economics, 17(2), 223-249.

  Arthana, R. (2013). Pengaruh Karakteristi k Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ45 Bursa Saham Indonesia (BEI). Universitas Brawijaya Malang.

  Arya, A., Glover, J., & Sunder, S. (2003). Are unmanaged earnings always better for shareholders? Accounting Horizons,

  17(1), 111 –116.

  Journal of Empirical Finance, 18(5), 782- 801.

  Beretta, S., & Bozzolan, S. (2004). A framework for the analysis of firm risk communication. The International Journal of Accounting, 39(3), 265-288. Beyer, A. (2004). Capital market prices, management forecasts, and earnings management. The Accounting Review, 84(6), 1713-1747. Bhardwaj, R. K., & Brooks, L. D. (1992). The

  Bachtiar, Y. S. (2008). Accrual and Information Asymmetry. Field Research: Accounting.

  Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

  Baral, K. J. (2006). Determinants of capital structure: A case study of listed companies of Nepal. Journal of Nepalese Business Studies, 1(1), 1-13. Barth, M. E., Landsman, W. R., & Lang, M. H.

  (2008). International accounting standards and accounting quality.

  Journal of accounting research, 46(3), 467-498.

  Berman, S. L., Wicks, A. C., Kotha, S., & Jones, T. M. (1999). Does stakeholder orientation matter? The relationship between stakeholder management models and firm financial performance.

  Academy of Management journal, 42(5), 488-506.

  January anomaly: Effects of low share price, transaction costs, and bid ‐ask bias.

  106 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (97-108)

  (2011). The informational contribution of social and environmental disclosures for investors. Management Decision, 49(8), 1276-1304. Cui, J., Jo, H., & Na, H. (2012). Does corporate social responsibility reduce information asymmetry. Journal of Banking and Finance. Dadbeh, F., & Mogharebi, N. (2013). A study on effect of information asymmetry on earning management: Evidence from Tehran Stock Exchange. Management Science Letters, 3(7), 2161-2166.

  El Ghoul, S., Guedhami, O., Kwok, C. C., & Mishra, D. R. (2011). Does corporate social responsibility affect the cost of capital?. Journal of Banking & Finance, 35(9), 2388-2406.

  Disclosure, liquidity, and the cost of capital. The journal of Finance, 46(4), 1325-1359. Diebecker, J., & Sommer, F. The impact of corporate sustainability performance on information asymmetry: the role of institutional differences. Review of Managerial Science, 1-47.

  Demsetz, H. (1968). The cost of transacting. The quarterly journal of economics, 33-53. Diamond, D. W., & Verrecchia, R. E. (1991).

  Accounting review, 193-225.

  (1995). Detecting earnings management.

  Earnings quality. Dechow, P. M., Sloan, R. G., & Sweeney, A. P.

  Dechow, P. M., & Dichev, I. D. (2002). The quality of accruals and earnings: The role of accrual estimation errors. The accounting review, 77(s-1), 35-59. Dechow, P. M., & Schrand, C. M. (2004).

  Dechow, P. M. (1994). Accounting earnings and cash flows as measures of firm performance: The role of accounting accruals. Journal of accounting and economics, 18(1), 3-42.

  Dalbor, M. C., Kim, A., & Upneja, A. (2004). An initial investigation of firm size and debt use by small restaurant firms. The Journal of Hospitality Financial Management, 12(1), 41-48.

  Connelly, B. L., Certo, S. T., Ireland, R. D., & Reutzel, C. R. (2011). Signaling theory: A review and assessment. Journal of Management, 37(1), 39-67. Cormier, D., Aerts, W., Ledoux, M. J., & Magnan, M. (2009). Attributes of social and human capital disclosure and information asymmetry between managers and investors. Canadian Journal of Administrative Sciences/Revue Canadienne des Sciences de l'Administration, 26(1), 71-88.

  conceptual model of corporate performance. Academy of management

  D. (2011). Retail investors' perceptions of the decision-usefulness of economic performance, governance, and corporate social responsibility disclosures. Behavioral Research in Accounting, 23(1), 109-129. Cohen, D. A., & Zarowin, P. (2010). Accrual- based and real earnings management activities around seasoned equity offerings. Journal of Accounting and Economics, 50(1), 2-19.

  Cohen, J., Holder-Webb, L., Nath, L., & Wood,

  Stakeholders: Classic and Contemporary Readings. University of Toronto Press.

  E. (1995). A stakeholder framework for analyzing and evaluating corporate social performance. Academy of management review, 20(1), 92-117. Clarkson, M. E. (1998). The Corporation and Its

  Corporate social responsibility performance and information asymmetry. Journal of Accounting and Public Policy, 32(1), 71-83. Clarkson, M.

  Europe. Prague Economic Papers, 2015(6), 638-661. Chen, C. M., & Delmas, M. (2011). Measuring corporate social performance: An efficiency perspective. Production and Operations Management, 20(6), 789-804. Cho, S. Y., Lee, C., & Pfeiffer, R. J. (2013).

  (2007). Positioning stakeholder theory within the debate on corporate social responsibility. Cerqueira, A., & Pereira, C. (2015). Accounting accruals and information asymmetry in

  B. (1999). Corporate social responsibility evolution of a definitional construct. Business & society, 38(3), 268- 295. Castelo Branco, M., & Lima Rodriques, L.

  Carroll, A.

  review, 4(4), 497-505.

  Eriotis N, Vasiliou D & Neokosmidi V Z. (2007), How firm characteristic affect capital structure: an empirical study, Journal of Managerial Finance, 33(5): 321-331. Ewert, R., & Wagenhofer, A. (2011). Earnings quality metrics and what they measure.

Tandiono : Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR 107

  (2007). Accounting information, disclosure, and the cost of capital.

  of accounting and economics, 39(1), 163- 197.

  KPMG, U. (2010). Carrots and Sticks

  Kreps, David M. (1990). Corporate culture and economic theory. Kurniawan, A. (2013). The Effect Of Earnings

  Management And Disclosure On Information Asymmetry. International

  Journal of Technology Enhancements and Emerging Engineering Research, 2(8), 98-107.

  Lambert, R., Leuz, C., & Verrecchia, R. E.

  Journal of accounting research, 45(2), 385-420.

  Kamal Hassan, M. (2009). UAE corporations - specific characteristics and level of risk disclosure. Managerial Auditing Journal, 24(7), 668-687. Kim, O., & Verrecchia, R. E. (1994). Market liquidity and volume around earnings announcements. Journal of accounting and economics, 17(1-2), 41-67. Kim, Y., Park, M. S., & Wier, B. (2012). Is earnings quality associated with corporate social responsibility?. The Accounting Review, 87(3), 761-796. Kothari, S. P., Leone, A. J., & Wasley, C. E.

  Leland, H. E., & Pyle, D. H. (1977).

  Informational asymmetries, financial structure, and financial intermediation.

  The journal of Finance, 32(2), 371-387.

  Leuz, C., & Verrecchia, R. E. (2000). The economic consequences of increased disclosure (digest summary). Journal of accounting research, 38, 91-124No. Lopatta, K., Buchholz, F., & Kaspereit, T.

  (2014). Asymmetric information and international corporate social responsibility. Lopatta, K., Buchholz, F., & Kaspereit, T.

  (2015). Asymmetric information and

  (2005). Performance matched discretionary accrual measures. Journal

  Journal of accounting research, 193-228.

  Evan, W. M., Freeman. R. E. (1993). A stakeholder theory of the modern corporation : Kantian capitalism. Ethic Theory and Business. FASB, 1980, Statement of Financial Accounting Concepts No. 2: Qualitative

  ISO 26000 and the standardization of strategic management processes for sustainability and corporate social responsibility. Business Strategy and the Environment, 22(7), 442-455.

  Journal of Accounting Research, 46(4), 809-851.

  Jayaraman, S. (2008). Earnings volatility, cash flow volatility, and informed trading.

  Association (AsFA) 2013 Conference.

  Characteristics of Accounting Information, Financial Accounting Standards Board, Connecticut 06856. Freeman, R. E. (1984). Strategic management:

  A stakeholder approach. Boston: Pitman Freeman, R. E., & McVea, J. (2001). A stakeholder approach to strategic management. Gerayli, M. S., Yanesari, A. M., & Ma'atoofi, A.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN KEPEMILIKAN MAYORITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATOR

0 0 15

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KINERJA PASAR PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA

0 0 16

PERAN VARIABEL PEMODERASI PADA PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PERAN VARIABEL PEMODERASI PADA PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN PROFITABILITAS TERHADAP FIRM VALUE DENGAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN Muhammad Fadhil STIE Perbanas Surabaya

0 0 12

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN PROFITABILITAS TERHADAP FIRM VALUE DENGAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

0 0 16

SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE, DAN BUILDING CONSTRUCTION YANG

0 0 14

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS DENGAN NILAI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

0 0 17

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT MELALUI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

0 0 14

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22