PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN METODE RANGSANG KIMIA SKRIPSI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
Yang diajukan oleh :
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
telah disetujui oleh :
Pembimbing
(Drs. Mulyono, Apt.)
tanggal : …………………….
iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal: 20 Maret 2009
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rita Suhadi, M. Si., Apt.
Dosen Pembimbing:
Drs. Mulyono, Apt.
………………………..
Panitia Penguji:
1. Drs. Mulyono, Apt.
…………………..
2. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt.
…………………..
3. Ipang Djunarko, S. Si., Apt.
…………………..
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Seseorang yang Menyerah di Tengah Jalan Tidak Akan Pernah Tahu
Bahwa Selangkah Lagi Ia Akan Mencapai Keberhasilan
(Anonim)
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, bimbingan, semangat, dan
kemampuan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini
Bapak dan Ibuku tercinta, kak Siska, dik Sela atas kepedulian, motivasi, dan
kasih sayangnya yang besar kepadaku
Christina Maharani Tri Intani, terima kasih untuk kasih sayangmu
Almamaterku
v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Severinus Yan Bertiyanto
Nomor Mahasiswa
: 058114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN METODE RANGSANG
KIMIA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Juni 2009
Yang menyatakan
(Severinus Yan Bertiyanto)
vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang maha mulia atas
segala rahmat dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Stres Terhadap Efek
Analgesik Parasetamol pada Mencit Putih Jantan Dengan Metode Rangsang
Kimia”. Skripsi ini dipersiapkan dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
berupa bimbingan, doa, saran, dukungan, semangat, dan nasehat, oleh karena itu
dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
mengarahkan serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt.
selaku dosen penguji atas kesediaan menguji serta saran-saran yang
diberikan.
4.
Bapak Yohanes Dwiatmaka selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium
Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas
Laboratorium Farmakologi demi terselesaikannya skripsi ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5.
Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta atas cinta, doa, motivasi, dan kasih
sayang yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Christina Maharani Tri Intani, atas dukungan, doa, perhatian, dan kasih
sayangmu.
7.
Stefanus Dani, Nixon Fernando, Widdy Kurniawan, Ines Septi, dan Rias,
teman-teman seperjuangan dalam bimbingan dan menemani berdiskusi.
8.
Teman-teman kuliahku (Yoyok, Berto, Made, David, Gebi, Budi, Fian,
Hadian, Sinta, Sekar, Erlin, Mia, Dewi, Aster, dan Prima) atas dukungan
kalian.
9.
Teman-teman UKK A dan angkatan ’05 atas dukungannya.
10. Teman-teman mudika atas dukungannya, terutama Retno yang telah
membantu menyempurnakan skripsi ini.
11. Laboran Laboratorium (Mas Kayat, Mas Parjiman, dan Mas Heru) yang
telah banyak membantu penyediaan sarana dan prasarana penelitian.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 4 April 2009
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 April 2009
Penulis
Severinus Yan Bertiyanto
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................
vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
INTISARI ......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ........................................................................................................ xviii
BAB I. PENGANTAR ......................................................................................
1
A. Latar Belakang ......................................................................................
1
1. Permasalahan ..................................................................................
3
2. Keaslian penelitian ..........................................................................
3
3. Manfaat penelitian ..........................................................................
5
B. Tujuan Penelitian ..................................................................................
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .............................................................
7
A. Stres .......................................................................................................
7
B. Pendekatan-Pendekatan Stres ............................................................... 10
x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
C. Reaksi Terhadap Stres ........................................................................... 12
D. Stres Memicu Timbulnya Nyeri ............................................................ 14
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin ............................................ 14
F. Nyeri ..................................................................................................... 15
G. Mekanisme Terjadinya Nyeri ................................................................ 17
H. Mekanisme Penghantaran Impuls, Lokalisasi Rasa Nyeri serta
Inhibisi Nyeri Endogen ......................................................................... 20
I. Analgetika ............................................................................................. 22
J. Parasetamol ........................................................................................... 24
K. Metode Pengujian Daya Analgesik Secara in-vivo ............................... 27
L. Pengujian Analgesik Secara in-vitro ..................................................... 30
M. Landasan Teori ...................................................................................... 31
N. Hipotesis ............................................................................................... 32
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 33
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 33
C. Bahan Penelitian ................................................................................... 35
D. Alat Penelitian ....................................................................................... 35
E. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 35
F. Analisis Hasil ........................................................................................ 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41
A. Hasil Uji Pendahuluan .......................................................................... 41
1.
Penentuan kriteria geliat ................................................................ 41
xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2.
Penetapan dosis asam asetat .......................................................... 42
3.
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat ........................... 45
B. Hasil Uji Pengaruh Stres Terhadap Efek Analgesik Parasetamol
Dosis Terapi .......................................................................................... 47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 55
A. Kesimpulan ........................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56
LAMPIRAN ...................................................................................................... 59
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 71
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I
Rata-rata jumlah geliat mencit pada pemilihan dosis asam asetat .. 43
Tabel II
Rata-rata jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu
pemberian asam asetat dengan dosis 100 mg/kg BB ...................... 45
Tabel III Rara-rata jumlah geliat mencit ± SE dan % daya analgesik ± SE
setelah perlakuan beserta hasil Uji Anova ...................................... 49
Tabel IV Hasil analisis variansi satu arah (Anova) kontrol, perlakuan I
dengan pemberian parasetamol tanpa pra perlakuan stres, dan
kelompok perlakuan II dengan pemberian stres .............................. 52
Tabel V
Hasil uji Scheffe daya analgesik kelompok kontrol, kelompok
perlakuan I dengan pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa
pra-perlakuan stres, dan kelompok perlakuan II dengan pemberian
parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-perlakuan stres.................... 53
Tabel VI Perubahan % daya analgesik terhadap perlakuan I dengan
pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra perlakuan stres ..... 54
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Stres sebagai suatu stimulus.......................................................... 10
Gambar 2.
Stres sebagai suatu respon ............................................................ 11
Gambar 3.
Skema General Adaptation Syndorme (GAS) .............................. 13
Gambar 4.
Hubungan stres dengan sistem endokrin....................................... 15
Gambar 5.
Mediator yang dapat menimbulkan rangsang nyeri setelah
kerusakan jaringan ........................................................................ 18
Gambar 6.
Mekanisme terjadinya nyeri .......................................................... 19
Gambar 7.
Mekanisme penghantaran impuls, lokalisasi, dan rasa nyeri
serta inhibisi nyeri endogen .......................................................... 21
Gambar 8.
Struktur parasetamol ..................................................................... 25
Gambar 9.
Skema kerja metode percobaan rangsang kimia ........................... 38
Gambar 10. Diagram batang dosis asam asetat 1% v/v vs rata-rata jumlah
geliat mencit pada orientasi dosis asam asetat .............................. 44
Gambar 11. Diagram batang selang waktu vs rata-rata jumlah geliat mencit
pada orientasi selang waktu pemberian asam asetat dengan
dosis 100 mg/kg BB ...................................................................... 46
Gambar 12. Kurva jumlah geliat mencit pada kelompok kontrol, perlakuan I,
dan perlakuan II terhadap waktu ................................................... 50
Gambar 13. Diagram batang perlakuan vs rata-rata jumlah geliat mencit
pada uji daya analgesik ................................................................. 51
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Gambar 14. Diagram batang perlakuan vs rata-rata % daya analgesik
parasetamol pada uji daya analgesik ............................................. 52
xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto geliat mencit .......................................................................... 60
Lampiran 2. Foto pipa pralon yang digunakan untuk memberi kondisi stres ... 60
Lampiran 3. Foto mencit yang diberi perlakuan stres dalam pipa pralon ......... 61
Lampiran 4. Konversi dosis parasetamol dari manusia ke mencit 20 g BB ...... 61
Lampiran 5. Contoh perhitungan % daya analgesik pada pemberian
parasetamol tanpa pra-perlakuan stres .......................................... 62
Lampiran 6. Contoh perhitungan perubahan % daya analgesik terhadap
perlakuan I, pemberian parasetamol tanpa pra-perlakuan stres .... 62
Lampiran 7. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
penetapan konsentrasi asam asetat ................................................ 63
Lampiran 8. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat ........................... 64
Lampiran 9. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dan II........................... 66
Lampiran 10 Rata-rata jumlah geliat kelompok kontrol, perlakuan I, dan
perlakuan II ................................................................................... 69
Lampiran 11. Data % daya analgesik serta hasil analisis variansi satu arah
pada kelompok parasetamol tanpa stres dan dengan pemberian
stres ............................................................................................... 69
xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang disebabkan oleh
stres dapat meningkatkan rasa sakit/nyeri. Penelitian ini menggunakan senyawa
uji berupa parasetamol karena parasetamol merupakan obat analgesik yang
penggunaannya cukup luas dan banyak digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa stres dapat menurunkan efek analgesik
parasetamol.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode
rangsang kimia, menggunakan subyek uji mencit putih jantan. Mencit dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol dengan pemberian CMC-Na 1%,
kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB tanpa perlakuan stres, dan
kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan
stres, dengan memasukkan mencit ke dalam pipa pralon yang kedua ujungnya
ditutup kawat kasa. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 1 jam dengan
mengamati jumlah geliat. Jumlah komulatif geliat kemudian digunakan untuk
menghitung persen proteksi geliat dengan persamaan Handerson-Forsaith. Data
kuantitatif penghambatan terhadap geliat tersebut dianalisis menggunakan analisis
one-way Anova test dan dilanjutkan Post Hoc test (uji Scheffe) dengan taraf
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres mampu menurunkan efek
analgesik parasetamol. Persen proteksi geliat kelompok perlakuan parasetamol
tanpa pra-perlakuan stres dan dengan pra-perlakuan stres berturut-turut sebesar
47.94% dan 25.29%.
Kata kunci : stres, parasetamol, analgesik, metode rangsang kimia, Anova.
xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Some evidences show that anxiety caused by stress can increase the pain.
This research uses paracetamol because paracetamol is one of analgesic drugs
which have used widely. The aim of this research is to prove that stress will
decrease the analgesic activity of paracetamol.
This research is a pure experimental research with a complete random one
direction research design. The method used in this research is writhing test
method. The research uses white male mice. The mice are divided into 3 groups
based on its treatment, i.e: control group is given CMC-Na 1%; paracetamol
treatment group is given paracetamol 91 mg/kg BB without any stress; and
paracetamol 91 mg/kg BB treatment group is given stress. The output data of this
experiment is data of writhe every 5 minutes in 1 hour which later is used to
calculate the percentage of writhe protection by Handerson-Forsaith equation.
Percentage of writhe protection is analyzed statistically with one-way Anova tests
and Post Hoc tests (Scheffe) with interval 95%.
The result of this research shows that stress can decrease paracetamol’s
effect. The percentage of writhe protection in paracetamol treatment group
without any stress and paracetamol treatment group given stress in a series is
47.94% and 25.29%.
Key words: stress, paracetamol, analgesic, writhing test, Anova.
xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Anggapan bahwa stres merupakan ciri masyarakat modern tidaklah
sepenuhnya benar, karena stres dapat dialami oleh setiap orang, dimanapun,
kapanpun dan di lingkungan masyarakat apapun.
Stres adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang harus kita jalani dan kemampuan
untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita
memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat
mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres,
merasakan distres atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).
Stressor adalah kejadian ataupun keadaan yang dapat memicu terjadinya
stres. Stressor dapat berupa situasi yang menyangkut hidup dan mati seseorang
(contohnya perang) dan dapat pula berupa keadaan yang positif dan
menyenangkan (contohnya pernikahan atau promosi jabatan) karena hal tersebut
membutuhkan perubahan atau adaptasi (Morris, Maisto, dan Levine, 2002).
Stres bukanlah penyakit, tetapi banyak penyakit manusia modern bila
ditelusuri berakar pada kondisi stres sang pengidap. Efek stres pada tiap individu
berlainan, ada yang bersifat psikologis; misalnya menjadi cemas, panik, takut, dan
menurunkan daya ingat atau konsentrasi kerja secara drastis. Ada pula yang
bersifat fisik, contoh efeknya adalah sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut
1
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2
berlebihan, jadwal menstruasi mundur/maju terus, mual, muntah, diare,
kelumpuhan/paralisis, kesulitan mengunyah, halusinasi, kebutaan, ketulian,
bahkan kehilangan kesadaran (Looker dan Gregson, 2005).
Individu yang mengalami stres akan merasakan nyeri yang lebih hebat.
Penderita pasca bedah elektif yang mengalami kecemasan merasakan nyeri lebih
tinggi daripada yang tidak mengalami kecemasan. Pada individu yang diberi
perlakuan restrain test (diletakkan dalam sebuah kurungan) yang merupakan
stresor psikososial, ditemukan adanya inhibisi proliferasi limfosit dan penurunan
ambang nyeri, sehingga intensitas nyeri dinyatakan lebih tinggi (Suwito, Putra,
Sudiana, Mu’afiro, 2004).
Parasetamol merupakan salah satu obat analgesik yang banyak digunakan
pada nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, sakit gigi, otot, perut, haid,
dan lain-lain. Parasetamol termasuk analgetika golongan perifer/non-narkotik
yang bekerja dengan mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP). Salah satu
keunggulan dari parasetamol adalah karena tidak menyebabkan ketergantungan
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Salah satu efek dari stres di dalam tubuh kita adalah meningkatkan aliran
darah dalam otot, yang pada akhirnya akan menyebabkan ketegangan pada otot
sehingga terjadi nyeri (Bishop, 1994). Metode pengujian analgesik dengan
rangsang kimia menggunakan zat kimia seperti asam asetat maupun fenil kuinon
yang diinjeksikan pada hewan uji secara intraperitoneal akan menimbulkan rasa
nyeri dalam rongga perut hewan uji. Pemberian obat analgesik pada metode ini
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
3
akan mengurangi rasa nyeri pada hewan uji, namun karena adanya stres yang
dapat meningkatkan rasa nyeri maka obat analgesik yang diberikan pada hewan
uji perlu diteliti lebih lanjut mengenai khasiatnya sebagai obat analgesik (Turner,
1965).
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini penulis ingin mengamati
pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol sehingga diharapkan
informasi yang diperoleh dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat
mengenai keefektifan penggunaan obat-obat analgesik dalam kondisi stres.
1. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui:
1.) Apakah stres dapat menurunkan efek analgesik parasetamol pada mencit putih
jantan?
2.) Berapakah perubahan persen daya analgesik antara kelompok parasetamol
dosis 91 mg/kg BB (tanpa pra-perlakuan stres) dengan kelompok perlakuan
parasetamol dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan stres?
2. Keaslian penelitian
Sepanjang penelusuran penulis, sampai saat ini belum ada penelitian
tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol. Penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya adalah:
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4
a. Pengaruh Stresor Psikososial Terhadap Peningkatan Kadar Kortisol dan IL-1
Beta Serum Pada Tikus Jantan Galur Wistar (Suwito et al, 2004).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar kortisol dan IL-1 beta pada
kelompok perlakuan berbeda secara nyata dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah stresor psikososial restraint test
meningkatkan kadar kortisol dan IL-1 beta serum pada tikus jantan galur
wistar.
b. Interaksi
Farmakokinetik
Kombinasi
Obat
Parasetamol
dan
Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai Komponen Obat Flu (Rusdiana,
Sjuib, dan Asyarie, 2004)
Hasil menunjukkan bahwa jika parasetamol dan fenilpropanolamin
hidroklorida diberikan bersama maka Cmaks dan AUC0-∞ kedua obat tersebut
lebih kecil, sedangkan t β fenilpropanolamin hidroklorida lebih besar dari
1/2
pada jika diberikan secara tersendiri.
c. Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Batang Brotowali [Tinospora crispa [L.]
Miers.] Pada Mencit Putih Betina Swiss Dengan Metode Rangsang Kimia
(Filirida, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol batang brotowali mempunyai
efek analgesik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis
91 mg/kg BB sebesar 57,86% dan ekstrak etanol batang brotowali dosis 66
mg/kg BB; 132 mg/kg BB; 264 mg/kg BB; 528 mg/kg BB berturut-turut
sebesar 38,81%; 61,19%; 80,95%; dan 84,05%.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5
d. Pengaruh Praperlakuan Pentagamavunon-0 Terhadap Profil Farmakokinetika
Parasetamol pada Tikus Jantan Wistar (Wahyono dan Hakim, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan praperlakuan PGV-0 peroral dosis 20 dan 40
mg/kg BB tidak mempengaruhi parameter farmakokinetika parasetamol dosis
150 mg/kg BB yang diberikan peroral pada tikus jantan (P>0,05).
e. Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel [Stelechocarpus burahol [bi]
hook.f.& th.] Pada Mencit Putih Jantan Swiss Dengan Metode Rangsang
Kimia (Perdana, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kepel mempunyai efek
analgesik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis 91
mg/kg BB sebesar 55,71% dan ekstrak etanol daun kepel dosis 35 mg/kg BB;
140 mg/kg BB; 560 mg/kg BB; dan 2240 mg/kg BB berturut-turut sebesar
38,04%; 58,21%; 77,75%; dan 43,24%.
3. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitin tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik
parasetamol ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis. Manfaat teoritis yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu
memberikan
sumbangan
bagi
ilmu
pengetahuan
khususnya
bidang
kefarmasian mengenai pengaruh stres terhadap efek analgesik.
b. Manfaat praktis. Manfaat praktis yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu
memberikan informasi baru dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat
tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6
c. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
metode alternatif untuk pengujian pengaruh stres terhadap efek analgesik
suatu obat di mana metode alternatif ini merupakan gabungan dua buah
metode yaitu metode perlakuan stres dan metode rangsang kimia.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi mengenai
pengaruh stres terhadap efek analgesik.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa adanya stres
dapat menurunkan efek analgesik dari suatu obat khususnya parasetamol.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Stres
Stres adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk
mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang
tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua
tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres
atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).
Stressor merupakan peristiwa maupun keadaan yang memicu terjadinya
stres. Stressor dapat beraneka ragam dalam hal intensitas dan durasinya, mulai
dari yang ringan, peristiwa dalam jangka waktu yang singkat, maupun peristiwa
atau keadaan yang terjadi dalam waktu yang lama. Biasanya stres dialami ketika
kita mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan kita (Morris et al,
2002).
Hans Selye menemukan bahwa terdapat dua jenis stres, yang pertama
adalah stres akut yang terjadi apabila seseorang mengalami kejadian dalam
hidupnya yang membutuhkan respon secara cepat. Jenis stres yang kedua adalah
stres kronik yang kebanyakan dialami oleh para manager dan profesional. Stres
kronis terjadi ketika krisis situasi yang terjadi terus-menerus tanpa henti terhadap
tubuh. Hal tersebut dapat terjadi ketika suatu krisis diikuti krisis lain tanpa jeda
7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
8
waktu yang lama, sehingga tubuh belum sempat mengatasi stres sebelumnya saat
menghadapi stres yang baru (Leatz and Stolar, 1993).
Stres merupakan sebuah pengalaman yang unik bagi kita semua. Apa
yang mengesalkan (distressful) bagi seseorang dapat menjadi menyenangkan
(eustressful) bagi orang lain. Dengan sengaja menempatkan diri ke dalam situasisituasi yang menantang dapat mengesalkan sekaligus menyenangkan. Seseorang
yang akan melakukan terjun payung untuk pertama kali mungkin saja dirasuki
rasa takut dan tidak mampu melompat (distress). Seorang penerjun payung akan
melompat tanpa merasa cemas tentang situasi yang berpotensial mengancam
jiwanya dan menikmati tantangan lompatan itu-tetapi dengan respon stres mereka,
dalam gairah yang tinggi, mereka akan waspada dan siap untuk menghadapi
masalah-masalah yang mungkin muncul (eustress) (Looker dan Gregson, 2005).
Ketika kita menghadapi jumlah tuntutan yang semakin meningkat atau
memandang tuntutan-tuntutan yang menghadang kita sebagai sulit atau
mengancam dan kita tidak dapat mengatasinya maka akan terjadi distress.
Sebaliknya bila kita merasakan kemampuan yang kita miliki lebih besar dari
tuntutan-tuntutan yang dihadapi maka eustress akan terjadi (Looker dan Gregson,
2005).
Stres tidak terbatas pada keadaan yang berhubungan dengan hidup dan
mati seseorang, namun juga dapat terjadi karena pengalaman yang tidak
menyenangkan. Peristiwa yang menyenangkan juga kadang-kadang merupakan
stressor karena memaksa kita untuk berubah atau beradaptasi untuk memenuhi
kebutuhan kita (Morris et al, 2002).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
9
Stres bukanlah penyakit itu sendiri, tetapi banyak penyakit manusia
modern bila ditelusuri berakar pada kondisi stres sang pengidap. Stres yang tidak
terkontrol akan memicu berbagai jenis penyakit mulai dari insomnia, gangguan
pencernaan, tekanan darah tinggi, asma, migrain, sampai depresi, dan penyakit
kronis lainnya (Looker dan Gregson, 2005).
Pengalaman nyeri seseorang secara signifikan dipengaruhi oleh emosi
orang tersebut dan tingkat stres yang dimiliki. Psychogenic pain merupakan
pengalaman nyeri yang terjadi bukan karena luka fisik, namun karena psikologis
pasien terganggu (Bishop, 1994).
Salah satu efek paling signifikan dari stres yang lama adalah penekanan
sistem kekebalan yang dimunculkan oleh kortisol. Dalam jumlah yang besar
sekali, kortisol akan mengurangi jumlah limfosit-limfosit dan eosinofil (sel-sel
darah yang membantu menyerang infeksi), menyebabkan nodus-nodus timus dan
limpa (tempat limfosit dibentuk) menjadi layu, dan menekan produksi antibodiantibodi (agen-agen yang menyerang infeksi) (Looker dan Gregson, 2005).
Restrain test dapat meningkatkan kadar plasma kortisol. Pada kelompok
tikus dengan ekor dijepit (stresor fisik) serta kelompok tikus lain yang diberi
aroma kucing (stresor psikososial) keduanya menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar dopamin dan kortikosteron. Stres akan meningkatkan sekresi IL-1 beta yang
akan menstimulasi nerve ending medula spinalis dan mensekresi substansi-P lebih
banyak, sehingga memacu cell signaling nyeri (Suwito et al, 2004).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
10
B. Pendekatan-Pendekatan Stres
1. Stres sebagai ’stimulus’
Pendekatan yang pertama menitikberatkan pada lingkungan dan
menggambarkan stres sebagai suatu stimulus. Berikut adalah gambar yang
menunjukkan stres sebagai suatu stimulus :
LINGKUNGAN
stres
s
R
Ketegangan
stres
stres
S = stimulus
R = respon
stres
Gambar 1. Stres sebagai suatu stimulus (Smet, 1994)
Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus menerus
sumber-sumber stressor yang potensial yang ada di dalam lingkungan. Contoh :
kejadian pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat stres yang
tinggi. Orang demikian akan merasa tegang dan tidak nyaman (Smet, 1994).
Kelemahan model ini ditunjukkan dengan tidak adanya kriteria yang
obyektif yang bisa mengukur situasi yang penuh stres, kecuali ukuran pengalaman
individu (Smet, 1994).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
11
2. Stres sebagai ’respon’
Pendekatan yang kedua memfokuskan pada reaksi individu terhadap
stressor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon. Berikut adalah gambar
bagan stres sebagai suatu respon:
LINGKUNGAN
Psikologi
Agen
stres
Respon
stres
Fisiologi
Tingkah Laku
Stimulus Æ Respon
Gambar 2. Stres sebagai suatu respon (Smet, 1994)
Dalam konteks ini sering terdapat contoh sebagai berikut: seseorang akan
merasa stres bila akan berpidato di depan suatu pertemuan. Respon yang dialami
itu mengandung dua komponen yaitu: komponen psikologis yang meliputi:
perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stres; dan komponen fisiologis, berupa
rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat seperti: jantung berdebar-debar,
mulut menjadi kering, perut mules, badan berkeringat. Respon-respon psikologis
dan fisiologis terhadap stressor ini disebut juga strain atau ketegangan. Stres
sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat. Hanya akibatnya saja yang bisa
dilihat (Smet, 1994).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
12
3. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan
Pendekatan ketiga menggambarkan stres sebagai suatu proses yang
meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara
individu dengan lingkungan. Di sini stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah
respon saja tetapi juga suatu proses dimana seseorang adalah pengantara (agen)
yang aktif yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi-strategi perilaku,
kognitif dan emosional (Smet, 1994).
Dengan kata lain stres dapat diartikan sebagai suatu proses tawar-menawar
antara individu dan lingkungannya dimana terjadi penilaian dari individu tersebut
terhadap tantangan yang dihadapinya dengan sumber-sumber coping (cara
mengatasi stres) yang dimilikinya seiring respon fisiologi dan psikologi yang
dirasakan saat itu (Bishop, 2004).
C. Reaksi Terhadap Stres
Menurut ahli fisiologi Hans Selye, terdapat tiga tahap reaksi terhadap
stres secara fisik dan psikologi yang disebut general adaptation syndrome (GAS).
1. Reaksi alarm
Reaksi ini terjadi ketika otak dan tubuh kita merasa bahwa suatu bahaya
membutuhkan perhatian kita secara cepat. Tubuh mengenali bahwa harus ada
perlawanan fisik dan psikologis terhadap bahaya yang terjadi. Adrenalin secara
cepat disekresi dan dikeluarkan untuk mendorong tubuh mempersiapkan diri
melakukan aksi.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
13
2. Proses pertahanan / resistance
Hal ini terjadi ketika tubuh mulai melakukan perlawanan untuk keluar dari
situasi stres. Contoh perlawanan yang dilakukan tubuh adalah berlari, memukul
sesuatu, dan lain-lain. Jika tubuh tidak bisa melakukan apapun terhadap situasi
stres, seperti bila terjadi percekcokan dengan teman kerja maupun suami/istri,
tubuh kita mungkin mengalihkan respon stres ke jantung atau perut. Tahap kedua
ini sangat penting untuk mengatasi stres dan mencegah kerusakan jaringan. Jika
stres dapat diselesaikan pada tahap ini, maka proses GAS berakhir di sini, namun
bila situasi stres tidak dapat diatasi oleh tubuh maka respon tubuh akan mengenali
situasi stres yang kronik dimana adrenalin dan steroid mulai disekresi dalam
jumlah yang besar.
3. Exhaustion (mulai terjadinya kelelahan )
Tahap ini terjadi jika situasi stres tidak dapat diatasi oleh tubuh pada tahap
2 dimana dengan adanya tambahan stressor, individu sudah tidak mampu lagi
bertahan dan melawan karena individu sudah tidak mampu lagi mengatasi situasi
yang terjadi dengan coping yang dimilikinya. Oleh karena itu, kebanyakan
individu mulai berusaha melarikan diri dari situasi tersebut dan mulai muncul
perilaku yang tidak wajar yang dapat membahayakan dirinya dan tidak menutup
kemungkinan mulai muncul gejala penyakit pada dirinya (Leatz and Stolar, 1993).
Berikut adalah bagan General Adaptation Syndrome (GAS) menurut
Hans Seyle secara skematis :
Stressor
Alarm
Pertahanan
Keletihan
Penyakit
Gambar 3. Skema General Adaptation Syndorme (GAS) (Bishop, 1994)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
14
D. Stres Memicu Timbulnya Nyeri
Tanpa mengetahui sumbernya dari mana, nyeri juga dapat dipengaruhi
oleh adanya stres. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang
disebabkan oleh stres dapat meningkatkan rasa sakit/nyeri. Penjelasan yang masuk
akal mengenai fenomena ini adalah bahwa emotional stress mungkin
meningkatkan rasa sakit/nyeri dengan peningkatan kecemasan dimana terjadi
ketegangan otot dan respon fisiologik yang lain, yang memicu timbulnya sensasi
nyeri (Bishop, 1994).
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin
Stres dapat mempengaruhi sistem saraf simpatik dan hipotalamus.
Adrenalin (epinefrin) dan norepinefrin dikeluarkan saat terjadi stres akut, kedua
pembawa pesan kimia tersebut diproduksi oleh tubuh kita untuk mengurangi
waktu reaksi dan menajamkan indera kita, untuk persiapan melakukan perlawanan
terhadap situasi stres. pelepasan epinefrin dan norepinefrin ini menyebabkan
peningkatkan aktivitas kardiovaskular, peningkatkan respirasi, peningkatkan
perspirasi, membawa darah menuju otot, menstimulasi aktivitas mental, dan
meningkatkan metabolisme (Leatz and Stolar, 1993).
Korteks adrenal akan memproduksi hormon glukokortikoid (steroid)
dalam usaha untuk menolong tubuh menghadapi situasi stres yang kronik.
Glukokortikoid berpotensi untuk melukai tubuh. Jika adrenalin dan norepinefrin
mudah dan cepat dimetabolisme oleh tubuh, steroid memiliki struktur yang besar
dan membutuhkan waktu yang lama untuk dieliminasi. Steroid dapat
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
15
menyebabkan peningkatkan pelepasan energi, menekan respon inflamasi, dan
menekan respon imun (Leatz and Stolar, 1993).
Stres
Sistem Sympathoacdrenomedullary (SAM)
Sistem Hypothalmic-pituitaryadrenocortical (HPAC)
Sistem Syaraf
Simpatik
Hipotalamus
Medula Adrenal menghasilkan
Epinefrin dan Norepinefrin :
- meningkatkan aktivitas
kardiovaskular
- meningkatkan respirasi
- meningkatkan perspirasi
- mengalirkan darah menuju otot
- menstimulasi aktivitas mental
- meningkatkan metabolisme
Kelenjar
Pituitari
Korteks Adrenal menghasilkan
kortikosteroid :
- meningkatkan pelepasan energi
- menekan respon inflamasi
- menekan respon imun
Gambar 4. Hubungan stres dengan sistem endokrin (Bishop, 1994)
F Nyeri
Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial. Nyeri merupakan suatu fungsi biologis sebagai penanda adanya bahaya
eksternal (misal: panas atau trauma fisik) dan proses patologi internal (misal:
inflamasi atau penyumbatan saluran kemih oleh batu ginjal) (Greene dan Harris,
2000).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
16
Nyeri dikatakan pula sebagai suatu perasaan pribadi dimana ambang
toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan
sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Jadi intensitas
rangsangan yang terrendah saat seseorang merasakan nyeri. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan gejala, yang berfungsi melindungi tubuh (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Nyeri dapat dibedakan berdasarkan durasi (waktu) timbulnya nyeri yaitu:
nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut merupakan sinyal bahaya yang diperoleh
dari sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Nyeri akut menimbulkan
refleks untuk menghindari sumber nyeri. Nyeri kronik tidak memberi
perlingungan dan tidak memberikan peringatan terhadap jaringan yang terluka.
Nyeri kronik biasanya terjadi karena kerusakan syaraf, seperti: luka pada otak,
pertumbuhan tumor, respon abnormal karena kerusakan sistem saraf pusat
(Anonim, 2001).
Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik
dan nyeri viseral. Nyeri somatik yang muncul dari kulit, hal tersebut dinamakan
nyeri superficial (permukaan) sedangkan nyeri yang muncul dari otot, sendi, atau
jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan
berbeda bermakna dengan nyeri somatik (Anonim, 2001).
Nyeri berdasarkan intensitasnya dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: nyeri
ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri kanker. Nyeri ringan sampai nyeri
sedang misalnya nyeri sakit kepala, gigi, otot, sendi (rematik), perut, haid, nyeri
akibat benturan atau kecelakaan (trauma) efektif diobati dengan menggunakan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
17
analgetika perifer. Nyeri berat misalnya nyeri setelah pembedahan atau fraktur
(patah tulang) yang lebih efektif bila diobati menggunakan analgetika narkotik
atau opioid (Tjay dan Rahardja, 2002).
G. Mekanisme Terjadinya Nyeri
Tahap awal dari timbulnya sensasi nyeri adalah adanya rangsangan atau
stimulasi pada reseptor yang dikenal dengan nosiseptor. Reseptor ini terdapat
pada struktur somatik dan viseral, serta diaktivasi oleh rangsang kimia, suhu, dan
mekanis. Stimulasi noksius dapat memicu pelepasan mediator seperti brandikinin,
K+, prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi P yang nantinya
akan mengaktivasi nosiseptor (Baumann, 2005).
Tahapan selanjutnya adalah tahap transmisi. Rangsang bahaya atau
noksius diteruskan menuju sistem saraf pusat dan menyebabkan eksitasi neuron
sehingga menimbulkan nyeri. Aktivitas serabut C memicu pelepasan Calcitonin
Gene-Related Peptide (CGRP), sedangkan pada jaringan inflamasi akan
dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin,
serotonin, prostaglandin, dan lain-lain (Rang, Dale, Ritter dan Flower, 2007).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
18
Noksius
(rangsang bahaya)
Kerusakan Jaringan
Pembebasan:
Pembentukan:
H+ (pH20 mmol/L)
Prostaglandin
Asetilkolin
Serotonin
Sensibilitasi reseptor
Histamin
Nyeri pertama
Nyeri lama
Gambar 5. Mediator yang dapat menimbulkan rangsang nyeri setelah
kerusakan jaringan (Mutschler, 1986)
Seseorang akan merasakan nyeri secara sadar ketika proses transmisi nyeri
menuju otak berjalan dengan baik. Sensasi nyeri yang dirasakan oleh setiap
individu akan berbeda walaupun mendapatkan rangsangan yang sama, dan hal ini
disebut dengan persepsi nyeri. Tubuh secara alamiah juga dapat menangani
rangsangan nosiseptif melalui tahapan modulasi. Tahapan ini melibatkan sistem
opiat endogen yang terdiri dari neurotransmiter (contoh: enkefalin, dimorfin, dan
β-endorfin) dan reseptornya (antara lain mu, kappa, dan delta). Proses modulasi
alami yang dilakukan tubuh menghambat proses transmisi nyeri. Sistem saraf
pusat juga mempunyai suatu sistem menurun yang terorganisasi untuk mengontrol
transmisi nyeri, neurotransmiter yang penting dalam proses ini antara lain opiat
endogen, serotonin, noradrenalin, asam γ-aminobutirat (GABA) dan neurotensin
(Baumann, 2005).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
19
Fosfolipid
Dihambat Glukokortikoid
Fosofolipase A2
Liso-gliserilfosforilkolin
Arakhidonat
12-Lipoksigenase
siklooksigenase
Dihambat
NSAID
Endoperoksida
siklik
15-Lipoksigenase
Induksi
penghambatan
glukokortikoid
Penghambat
TXA2 synthase
12-HETE
Lipoksin
A dan B
(Kemotaksin)
Dihambat agonis PAF
5-lipooksigenase
5-HPETE
PAF
(vasodilator,
meningkatkan
permeabilitas
pembuluh darah,
bronkokonstriksi,
kemotaksin)
Penghambat 5lipooksigenase
(contoh :
zileutin)
Dihambat
Antagonis
TXA2
Dihambat
Antagonis
PG
PGI2
TXA2
( vasodilator,
hiperalgesik,
stops platelet
aggregation)
(trombotik,
vasokonstriktor)
LTA4
LTB4
LTC4
PGF2α
PGD2
PGE2
(bronkokonstriktor,
kontraksi
miometrial)
(menghambat
platelet
aggregation,
vasodilator)
(vasodilator,
hiperalgesik)
LTD4
(bronkokonstriktor,
meningkatkan
permeabilitas
pembuluh darah)
LTE4
Gambar 6. Mekanisme terjadinya nyeri (Rang et al, 2007)
Dihambat oleh
agonis reseptor
Leukotrien
(Contoh :
zafirukast,
montelukast)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
20
H. Mekanisme Penghantaran Impuls, Lokalisasi Rasa Nyeri
serta Inhibisi Nyeri Endogen
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri
diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang.
Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya
tumpang tindih, tetapi di sini juga terjadi refleks somatik dan vegetatif awal
(misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya
eritema lokal) melalui interneuron (Mutschler, 1986).
Pembentukan impuls nyeri terjadi melalui interneuron pada neuron-neuron
selanjutnya yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju ke arah pusat dalam
tractus spinothalamicus. Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah formatio
reticularis menimbulkan terutama reaksi vegetatif (misalnya penurunan tekanan
darah, pengeluaran keringat). Tempat lain yang penting dari serabut nyeri adalah
thalamus opticus. Di sini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang
menuju ke gyrus postcentralis (celah sentral belakang), tempat lokalisasi nyeri,
melainkan dari sini juga impuls diteruskan ke sistem limbik, yang terutama
terlibat pada penilaian emosional nyeri. Otak besar dan otak kecil bersama-sama
melakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi
(Mutschler, 1986).
Sistem penghambatan nyeri endogen terutama terjadi dalam batang otak
dan dalam sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri dan
dengan demikian menurunkan rasa nyeri. Dengan sistem ini dapat dijelaskan
mengapa nyeri dalam situasi tekanan (stress) (misalnya setelah suatu luka pada
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
21
kecelakaan lalu lintas) mula-mula tidak terasa, dan baru disadari setelah
berhentinya ketegangan (Mutschler, 1986).
Rasa nyeri
Penilaian nyeri
Lokalisasi nyeri
Reaksi
pertahanan
terkoordinasi
korteks
Otak kecil
Sistem
i bik
Thalamus optikus
Formatio
Sumsum tulang
Reaksi vegetatif
Refleks pertahanan
Reseptor nyeri
Pembebasan zat mediator
Rangsang nyeri
Impuls penghantar nyeri yang mengikat
Reaksi nyeri
Inhibisi nyeri endogen
Gambar 7. Mekanisme penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri
serta inhibisi nyeri endogen (Mutschler, 1986)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
22
I. Analgetika
Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi
atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Anonim, 2001).
Efek analgesik dapat tercapai dengan berbagai cara, seperti menekan kepekaan
reseptor terhadap rangsang nyeri mekanik, kimiawi, termik atau listrik di pusat
atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator
sensasi nyeri (Anonim, 1991).
Berdasarkan proses terjadinya, rangsang nyeri dapat dilawan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis
prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer
2. Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris
3. Blokade pusat nyeri susunan saraf pusat dengan analgesik sentral
4. Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai
anastetika lokal
Nyeri ringan dapat diatasi dengan obat perifer, seperti parasetamol,
asetosal, atau propifenazon. Nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau kodein,
sedangkan nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu
analgesik antiradang seperti aminofenazon dan NSAID. Nyeri yang hebat diobati
dengan morfin atau opiat lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002).
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja, dan efek samping,
an
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
Yang diajukan oleh :
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
telah disetujui oleh :
Pembimbing
(Drs. Mulyono, Apt.)
tanggal : …………………….
iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal: 20 Maret 2009
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rita Suhadi, M. Si., Apt.
Dosen Pembimbing:
Drs. Mulyono, Apt.
………………………..
Panitia Penguji:
1. Drs. Mulyono, Apt.
…………………..
2. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt.
…………………..
3. Ipang Djunarko, S. Si., Apt.
…………………..
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Seseorang yang Menyerah di Tengah Jalan Tidak Akan Pernah Tahu
Bahwa Selangkah Lagi Ia Akan Mencapai Keberhasilan
(Anonim)
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, bimbingan, semangat, dan
kemampuan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini
Bapak dan Ibuku tercinta, kak Siska, dik Sela atas kepedulian, motivasi, dan
kasih sayangnya yang besar kepadaku
Christina Maharani Tri Intani, terima kasih untuk kasih sayangmu
Almamaterku
v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Severinus Yan Bertiyanto
Nomor Mahasiswa
: 058114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN METODE RANGSANG
KIMIA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Juni 2009
Yang menyatakan
(Severinus Yan Bertiyanto)
vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang maha mulia atas
segala rahmat dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Stres Terhadap Efek
Analgesik Parasetamol pada Mencit Putih Jantan Dengan Metode Rangsang
Kimia”. Skripsi ini dipersiapkan dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
berupa bimbingan, doa, saran, dukungan, semangat, dan nasehat, oleh karena itu
dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
mengarahkan serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt.
selaku dosen penguji atas kesediaan menguji serta saran-saran yang
diberikan.
4.
Bapak Yohanes Dwiatmaka selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium
Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas
Laboratorium Farmakologi demi terselesaikannya skripsi ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5.
Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta atas cinta, doa, motivasi, dan kasih
sayang yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Christina Maharani Tri Intani, atas dukungan, doa, perhatian, dan kasih
sayangmu.
7.
Stefanus Dani, Nixon Fernando, Widdy Kurniawan, Ines Septi, dan Rias,
teman-teman seperjuangan dalam bimbingan dan menemani berdiskusi.
8.
Teman-teman kuliahku (Yoyok, Berto, Made, David, Gebi, Budi, Fian,
Hadian, Sinta, Sekar, Erlin, Mia, Dewi, Aster, dan Prima) atas dukungan
kalian.
9.
Teman-teman UKK A dan angkatan ’05 atas dukungannya.
10. Teman-teman mudika atas dukungannya, terutama Retno yang telah
membantu menyempurnakan skripsi ini.
11. Laboran Laboratorium (Mas Kayat, Mas Parjiman, dan Mas Heru) yang
telah banyak membantu penyediaan sarana dan prasarana penelitian.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 4 April 2009
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 April 2009
Penulis
Severinus Yan Bertiyanto
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................
vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
INTISARI ......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ........................................................................................................ xviii
BAB I. PENGANTAR ......................................................................................
1
A. Latar Belakang ......................................................................................
1
1. Permasalahan ..................................................................................
3
2. Keaslian penelitian ..........................................................................
3
3. Manfaat penelitian ..........................................................................
5
B. Tujuan Penelitian ..................................................................................
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .............................................................
7
A. Stres .......................................................................................................
7
B. Pendekatan-Pendekatan Stres ............................................................... 10
x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
C. Reaksi Terhadap Stres ........................................................................... 12
D. Stres Memicu Timbulnya Nyeri ............................................................ 14
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin ............................................ 14
F. Nyeri ..................................................................................................... 15
G. Mekanisme Terjadinya Nyeri ................................................................ 17
H. Mekanisme Penghantaran Impuls, Lokalisasi Rasa Nyeri serta
Inhibisi Nyeri Endogen ......................................................................... 20
I. Analgetika ............................................................................................. 22
J. Parasetamol ........................................................................................... 24
K. Metode Pengujian Daya Analgesik Secara in-vivo ............................... 27
L. Pengujian Analgesik Secara in-vitro ..................................................... 30
M. Landasan Teori ...................................................................................... 31
N. Hipotesis ............................................................................................... 32
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 33
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 33
C. Bahan Penelitian ................................................................................... 35
D. Alat Penelitian ....................................................................................... 35
E. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 35
F. Analisis Hasil ........................................................................................ 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41
A. Hasil Uji Pendahuluan .......................................................................... 41
1.
Penentuan kriteria geliat ................................................................ 41
xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2.
Penetapan dosis asam asetat .......................................................... 42
3.
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat ........................... 45
B. Hasil Uji Pengaruh Stres Terhadap Efek Analgesik Parasetamol
Dosis Terapi .......................................................................................... 47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 55
A. Kesimpulan ........................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56
LAMPIRAN ...................................................................................................... 59
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 71
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I
Rata-rata jumlah geliat mencit pada pemilihan dosis asam asetat .. 43
Tabel II
Rata-rata jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu
pemberian asam asetat dengan dosis 100 mg/kg BB ...................... 45
Tabel III Rara-rata jumlah geliat mencit ± SE dan % daya analgesik ± SE
setelah perlakuan beserta hasil Uji Anova ...................................... 49
Tabel IV Hasil analisis variansi satu arah (Anova) kontrol, perlakuan I
dengan pemberian parasetamol tanpa pra perlakuan stres, dan
kelompok perlakuan II dengan pemberian stres .............................. 52
Tabel V
Hasil uji Scheffe daya analgesik kelompok kontrol, kelompok
perlakuan I dengan pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa
pra-perlakuan stres, dan kelompok perlakuan II dengan pemberian
parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-perlakuan stres.................... 53
Tabel VI Perubahan % daya analgesik terhadap perlakuan I dengan
pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra perlakuan stres ..... 54
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Stres sebagai suatu stimulus.......................................................... 10
Gambar 2.
Stres sebagai suatu respon ............................................................ 11
Gambar 3.
Skema General Adaptation Syndorme (GAS) .............................. 13
Gambar 4.
Hubungan stres dengan sistem endokrin....................................... 15
Gambar 5.
Mediator yang dapat menimbulkan rangsang nyeri setelah
kerusakan jaringan ........................................................................ 18
Gambar 6.
Mekanisme terjadinya nyeri .......................................................... 19
Gambar 7.
Mekanisme penghantaran impuls, lokalisasi, dan rasa nyeri
serta inhibisi nyeri endogen .......................................................... 21
Gambar 8.
Struktur parasetamol ..................................................................... 25
Gambar 9.
Skema kerja metode percobaan rangsang kimia ........................... 38
Gambar 10. Diagram batang dosis asam asetat 1% v/v vs rata-rata jumlah
geliat mencit pada orientasi dosis asam asetat .............................. 44
Gambar 11. Diagram batang selang waktu vs rata-rata jumlah geliat mencit
pada orientasi selang waktu pemberian asam asetat dengan
dosis 100 mg/kg BB ...................................................................... 46
Gambar 12. Kurva jumlah geliat mencit pada kelompok kontrol, perlakuan I,
dan perlakuan II terhadap waktu ................................................... 50
Gambar 13. Diagram batang perlakuan vs rata-rata jumlah geliat mencit
pada uji daya analgesik ................................................................. 51
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Gambar 14. Diagram batang perlakuan vs rata-rata % daya analgesik
parasetamol pada uji daya analgesik ............................................. 52
xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto geliat mencit .......................................................................... 60
Lampiran 2. Foto pipa pralon yang digunakan untuk memberi kondisi stres ... 60
Lampiran 3. Foto mencit yang diberi perlakuan stres dalam pipa pralon ......... 61
Lampiran 4. Konversi dosis parasetamol dari manusia ke mencit 20 g BB ...... 61
Lampiran 5. Contoh perhitungan % daya analgesik pada pemberian
parasetamol tanpa pra-perlakuan stres .......................................... 62
Lampiran 6. Contoh perhitungan perubahan % daya analgesik terhadap
perlakuan I, pemberian parasetamol tanpa pra-perlakuan stres .... 62
Lampiran 7. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
penetapan konsentrasi asam asetat ................................................ 63
Lampiran 8. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat ........................... 64
Lampiran 9. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dan II........................... 66
Lampiran 10 Rata-rata jumlah geliat kelompok kontrol, perlakuan I, dan
perlakuan II ................................................................................... 69
Lampiran 11. Data % daya analgesik serta hasil analisis variansi satu arah
pada kelompok parasetamol tanpa stres dan dengan pemberian
stres ............................................................................................... 69
xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang disebabkan oleh
stres dapat meningkatkan rasa sakit/nyeri. Penelitian ini menggunakan senyawa
uji berupa parasetamol karena parasetamol merupakan obat analgesik yang
penggunaannya cukup luas dan banyak digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa stres dapat menurunkan efek analgesik
parasetamol.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode
rangsang kimia, menggunakan subyek uji mencit putih jantan. Mencit dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol dengan pemberian CMC-Na 1%,
kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB tanpa perlakuan stres, dan
kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan
stres, dengan memasukkan mencit ke dalam pipa pralon yang kedua ujungnya
ditutup kawat kasa. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 1 jam dengan
mengamati jumlah geliat. Jumlah komulatif geliat kemudian digunakan untuk
menghitung persen proteksi geliat dengan persamaan Handerson-Forsaith. Data
kuantitatif penghambatan terhadap geliat tersebut dianalisis menggunakan analisis
one-way Anova test dan dilanjutkan Post Hoc test (uji Scheffe) dengan taraf
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres mampu menurunkan efek
analgesik parasetamol. Persen proteksi geliat kelompok perlakuan parasetamol
tanpa pra-perlakuan stres dan dengan pra-perlakuan stres berturut-turut sebesar
47.94% dan 25.29%.
Kata kunci : stres, parasetamol, analgesik, metode rangsang kimia, Anova.
xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Some evidences show that anxiety caused by stress can increase the pain.
This research uses paracetamol because paracetamol is one of analgesic drugs
which have used widely. The aim of this research is to prove that stress will
decrease the analgesic activity of paracetamol.
This research is a pure experimental research with a complete random one
direction research design. The method used in this research is writhing test
method. The research uses white male mice. The mice are divided into 3 groups
based on its treatment, i.e: control group is given CMC-Na 1%; paracetamol
treatment group is given paracetamol 91 mg/kg BB without any stress; and
paracetamol 91 mg/kg BB treatment group is given stress. The output data of this
experiment is data of writhe every 5 minutes in 1 hour which later is used to
calculate the percentage of writhe protection by Handerson-Forsaith equation.
Percentage of writhe protection is analyzed statistically with one-way Anova tests
and Post Hoc tests (Scheffe) with interval 95%.
The result of this research shows that stress can decrease paracetamol’s
effect. The percentage of writhe protection in paracetamol treatment group
without any stress and paracetamol treatment group given stress in a series is
47.94% and 25.29%.
Key words: stress, paracetamol, analgesic, writhing test, Anova.
xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Anggapan bahwa stres merupakan ciri masyarakat modern tidaklah
sepenuhnya benar, karena stres dapat dialami oleh setiap orang, dimanapun,
kapanpun dan di lingkungan masyarakat apapun.
Stres adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang harus kita jalani dan kemampuan
untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita
memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat
mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres,
merasakan distres atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).
Stressor adalah kejadian ataupun keadaan yang dapat memicu terjadinya
stres. Stressor dapat berupa situasi yang menyangkut hidup dan mati seseorang
(contohnya perang) dan dapat pula berupa keadaan yang positif dan
menyenangkan (contohnya pernikahan atau promosi jabatan) karena hal tersebut
membutuhkan perubahan atau adaptasi (Morris, Maisto, dan Levine, 2002).
Stres bukanlah penyakit, tetapi banyak penyakit manusia modern bila
ditelusuri berakar pada kondisi stres sang pengidap. Efek stres pada tiap individu
berlainan, ada yang bersifat psikologis; misalnya menjadi cemas, panik, takut, dan
menurunkan daya ingat atau konsentrasi kerja secara drastis. Ada pula yang
bersifat fisik, contoh efeknya adalah sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut
1
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2
berlebihan, jadwal menstruasi mundur/maju terus, mual, muntah, diare,
kelumpuhan/paralisis, kesulitan mengunyah, halusinasi, kebutaan, ketulian,
bahkan kehilangan kesadaran (Looker dan Gregson, 2005).
Individu yang mengalami stres akan merasakan nyeri yang lebih hebat.
Penderita pasca bedah elektif yang mengalami kecemasan merasakan nyeri lebih
tinggi daripada yang tidak mengalami kecemasan. Pada individu yang diberi
perlakuan restrain test (diletakkan dalam sebuah kurungan) yang merupakan
stresor psikososial, ditemukan adanya inhibisi proliferasi limfosit dan penurunan
ambang nyeri, sehingga intensitas nyeri dinyatakan lebih tinggi (Suwito, Putra,
Sudiana, Mu’afiro, 2004).
Parasetamol merupakan salah satu obat analgesik yang banyak digunakan
pada nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, sakit gigi, otot, perut, haid,
dan lain-lain. Parasetamol termasuk analgetika golongan perifer/non-narkotik
yang bekerja dengan mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP). Salah satu
keunggulan dari parasetamol adalah karena tidak menyebabkan ketergantungan
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Salah satu efek dari stres di dalam tubuh kita adalah meningkatkan aliran
darah dalam otot, yang pada akhirnya akan menyebabkan ketegangan pada otot
sehingga terjadi nyeri (Bishop, 1994). Metode pengujian analgesik dengan
rangsang kimia menggunakan zat kimia seperti asam asetat maupun fenil kuinon
yang diinjeksikan pada hewan uji secara intraperitoneal akan menimbulkan rasa
nyeri dalam rongga perut hewan uji. Pemberian obat analgesik pada metode ini
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
3
akan mengurangi rasa nyeri pada hewan uji, namun karena adanya stres yang
dapat meningkatkan rasa nyeri maka obat analgesik yang diberikan pada hewan
uji perlu diteliti lebih lanjut mengenai khasiatnya sebagai obat analgesik (Turner,
1965).
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini penulis ingin mengamati
pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol sehingga diharapkan
informasi yang diperoleh dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat
mengenai keefektifan penggunaan obat-obat analgesik dalam kondisi stres.
1. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui:
1.) Apakah stres dapat menurunkan efek analgesik parasetamol pada mencit putih
jantan?
2.) Berapakah perubahan persen daya analgesik antara kelompok parasetamol
dosis 91 mg/kg BB (tanpa pra-perlakuan stres) dengan kelompok perlakuan
parasetamol dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan stres?
2. Keaslian penelitian
Sepanjang penelusuran penulis, sampai saat ini belum ada penelitian
tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol. Penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya adalah:
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4
a. Pengaruh Stresor Psikososial Terhadap Peningkatan Kadar Kortisol dan IL-1
Beta Serum Pada Tikus Jantan Galur Wistar (Suwito et al, 2004).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar kortisol dan IL-1 beta pada
kelompok perlakuan berbeda secara nyata dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah stresor psikososial restraint test
meningkatkan kadar kortisol dan IL-1 beta serum pada tikus jantan galur
wistar.
b. Interaksi
Farmakokinetik
Kombinasi
Obat
Parasetamol
dan
Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai Komponen Obat Flu (Rusdiana,
Sjuib, dan Asyarie, 2004)
Hasil menunjukkan bahwa jika parasetamol dan fenilpropanolamin
hidroklorida diberikan bersama maka Cmaks dan AUC0-∞ kedua obat tersebut
lebih kecil, sedangkan t β fenilpropanolamin hidroklorida lebih besar dari
1/2
pada jika diberikan secara tersendiri.
c. Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Batang Brotowali [Tinospora crispa [L.]
Miers.] Pada Mencit Putih Betina Swiss Dengan Metode Rangsang Kimia
(Filirida, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol batang brotowali mempunyai
efek analgesik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis
91 mg/kg BB sebesar 57,86% dan ekstrak etanol batang brotowali dosis 66
mg/kg BB; 132 mg/kg BB; 264 mg/kg BB; 528 mg/kg BB berturut-turut
sebesar 38,81%; 61,19%; 80,95%; dan 84,05%.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5
d. Pengaruh Praperlakuan Pentagamavunon-0 Terhadap Profil Farmakokinetika
Parasetamol pada Tikus Jantan Wistar (Wahyono dan Hakim, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan praperlakuan PGV-0 peroral dosis 20 dan 40
mg/kg BB tidak mempengaruhi parameter farmakokinetika parasetamol dosis
150 mg/kg BB yang diberikan peroral pada tikus jantan (P>0,05).
e. Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel [Stelechocarpus burahol [bi]
hook.f.& th.] Pada Mencit Putih Jantan Swiss Dengan Metode Rangsang
Kimia (Perdana, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kepel mempunyai efek
analgesik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis 91
mg/kg BB sebesar 55,71% dan ekstrak etanol daun kepel dosis 35 mg/kg BB;
140 mg/kg BB; 560 mg/kg BB; dan 2240 mg/kg BB berturut-turut sebesar
38,04%; 58,21%; 77,75%; dan 43,24%.
3. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitin tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik
parasetamol ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis. Manfaat teoritis yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu
memberikan
sumbangan
bagi
ilmu
pengetahuan
khususnya
bidang
kefarmasian mengenai pengaruh stres terhadap efek analgesik.
b. Manfaat praktis. Manfaat praktis yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu
memberikan informasi baru dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat
tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6
c. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
metode alternatif untuk pengujian pengaruh stres terhadap efek analgesik
suatu obat di mana metode alternatif ini merupakan gabungan dua buah
metode yaitu metode perlakuan stres dan metode rangsang kimia.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi mengenai
pengaruh stres terhadap efek analgesik.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa adanya stres
dapat menurunkan efek analgesik dari suatu obat khususnya parasetamol.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Stres
Stres adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk
mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang
tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua
tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres
atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).
Stressor merupakan peristiwa maupun keadaan yang memicu terjadinya
stres. Stressor dapat beraneka ragam dalam hal intensitas dan durasinya, mulai
dari yang ringan, peristiwa dalam jangka waktu yang singkat, maupun peristiwa
atau keadaan yang terjadi dalam waktu yang lama. Biasanya stres dialami ketika
kita mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan kita (Morris et al,
2002).
Hans Selye menemukan bahwa terdapat dua jenis stres, yang pertama
adalah stres akut yang terjadi apabila seseorang mengalami kejadian dalam
hidupnya yang membutuhkan respon secara cepat. Jenis stres yang kedua adalah
stres kronik yang kebanyakan dialami oleh para manager dan profesional. Stres
kronis terjadi ketika krisis situasi yang terjadi terus-menerus tanpa henti terhadap
tubuh. Hal tersebut dapat terjadi ketika suatu krisis diikuti krisis lain tanpa jeda
7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
8
waktu yang lama, sehingga tubuh belum sempat mengatasi stres sebelumnya saat
menghadapi stres yang baru (Leatz and Stolar, 1993).
Stres merupakan sebuah pengalaman yang unik bagi kita semua. Apa
yang mengesalkan (distressful) bagi seseorang dapat menjadi menyenangkan
(eustressful) bagi orang lain. Dengan sengaja menempatkan diri ke dalam situasisituasi yang menantang dapat mengesalkan sekaligus menyenangkan. Seseorang
yang akan melakukan terjun payung untuk pertama kali mungkin saja dirasuki
rasa takut dan tidak mampu melompat (distress). Seorang penerjun payung akan
melompat tanpa merasa cemas tentang situasi yang berpotensial mengancam
jiwanya dan menikmati tantangan lompatan itu-tetapi dengan respon stres mereka,
dalam gairah yang tinggi, mereka akan waspada dan siap untuk menghadapi
masalah-masalah yang mungkin muncul (eustress) (Looker dan Gregson, 2005).
Ketika kita menghadapi jumlah tuntutan yang semakin meningkat atau
memandang tuntutan-tuntutan yang menghadang kita sebagai sulit atau
mengancam dan kita tidak dapat mengatasinya maka akan terjadi distress.
Sebaliknya bila kita merasakan kemampuan yang kita miliki lebih besar dari
tuntutan-tuntutan yang dihadapi maka eustress akan terjadi (Looker dan Gregson,
2005).
Stres tidak terbatas pada keadaan yang berhubungan dengan hidup dan
mati seseorang, namun juga dapat terjadi karena pengalaman yang tidak
menyenangkan. Peristiwa yang menyenangkan juga kadang-kadang merupakan
stressor karena memaksa kita untuk berubah atau beradaptasi untuk memenuhi
kebutuhan kita (Morris et al, 2002).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
9
Stres bukanlah penyakit itu sendiri, tetapi banyak penyakit manusia
modern bila ditelusuri berakar pada kondisi stres sang pengidap. Stres yang tidak
terkontrol akan memicu berbagai jenis penyakit mulai dari insomnia, gangguan
pencernaan, tekanan darah tinggi, asma, migrain, sampai depresi, dan penyakit
kronis lainnya (Looker dan Gregson, 2005).
Pengalaman nyeri seseorang secara signifikan dipengaruhi oleh emosi
orang tersebut dan tingkat stres yang dimiliki. Psychogenic pain merupakan
pengalaman nyeri yang terjadi bukan karena luka fisik, namun karena psikologis
pasien terganggu (Bishop, 1994).
Salah satu efek paling signifikan dari stres yang lama adalah penekanan
sistem kekebalan yang dimunculkan oleh kortisol. Dalam jumlah yang besar
sekali, kortisol akan mengurangi jumlah limfosit-limfosit dan eosinofil (sel-sel
darah yang membantu menyerang infeksi), menyebabkan nodus-nodus timus dan
limpa (tempat limfosit dibentuk) menjadi layu, dan menekan produksi antibodiantibodi (agen-agen yang menyerang infeksi) (Looker dan Gregson, 2005).
Restrain test dapat meningkatkan kadar plasma kortisol. Pada kelompok
tikus dengan ekor dijepit (stresor fisik) serta kelompok tikus lain yang diberi
aroma kucing (stresor psikososial) keduanya menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar dopamin dan kortikosteron. Stres akan meningkatkan sekresi IL-1 beta yang
akan menstimulasi nerve ending medula spinalis dan mensekresi substansi-P lebih
banyak, sehingga memacu cell signaling nyeri (Suwito et al, 2004).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
10
B. Pendekatan-Pendekatan Stres
1. Stres sebagai ’stimulus’
Pendekatan yang pertama menitikberatkan pada lingkungan dan
menggambarkan stres sebagai suatu stimulus. Berikut adalah gambar yang
menunjukkan stres sebagai suatu stimulus :
LINGKUNGAN
stres
s
R
Ketegangan
stres
stres
S = stimulus
R = respon
stres
Gambar 1. Stres sebagai suatu stimulus (Smet, 1994)
Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus menerus
sumber-sumber stressor yang potensial yang ada di dalam lingkungan. Contoh :
kejadian pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat stres yang
tinggi. Orang demikian akan merasa tegang dan tidak nyaman (Smet, 1994).
Kelemahan model ini ditunjukkan dengan tidak adanya kriteria yang
obyektif yang bisa mengukur situasi yang penuh stres, kecuali ukuran pengalaman
individu (Smet, 1994).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
11
2. Stres sebagai ’respon’
Pendekatan yang kedua memfokuskan pada reaksi individu terhadap
stressor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon. Berikut adalah gambar
bagan stres sebagai suatu respon:
LINGKUNGAN
Psikologi
Agen
stres
Respon
stres
Fisiologi
Tingkah Laku
Stimulus Æ Respon
Gambar 2. Stres sebagai suatu respon (Smet, 1994)
Dalam konteks ini sering terdapat contoh sebagai berikut: seseorang akan
merasa stres bila akan berpidato di depan suatu pertemuan. Respon yang dialami
itu mengandung dua komponen yaitu: komponen psikologis yang meliputi:
perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stres; dan komponen fisiologis, berupa
rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat seperti: jantung berdebar-debar,
mulut menjadi kering, perut mules, badan berkeringat. Respon-respon psikologis
dan fisiologis terhadap stressor ini disebut juga strain atau ketegangan. Stres
sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat. Hanya akibatnya saja yang bisa
dilihat (Smet, 1994).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
12
3. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan
Pendekatan ketiga menggambarkan stres sebagai suatu proses yang
meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara
individu dengan lingkungan. Di sini stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah
respon saja tetapi juga suatu proses dimana seseorang adalah pengantara (agen)
yang aktif yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi-strategi perilaku,
kognitif dan emosional (Smet, 1994).
Dengan kata lain stres dapat diartikan sebagai suatu proses tawar-menawar
antara individu dan lingkungannya dimana terjadi penilaian dari individu tersebut
terhadap tantangan yang dihadapinya dengan sumber-sumber coping (cara
mengatasi stres) yang dimilikinya seiring respon fisiologi dan psikologi yang
dirasakan saat itu (Bishop, 2004).
C. Reaksi Terhadap Stres
Menurut ahli fisiologi Hans Selye, terdapat tiga tahap reaksi terhadap
stres secara fisik dan psikologi yang disebut general adaptation syndrome (GAS).
1. Reaksi alarm
Reaksi ini terjadi ketika otak dan tubuh kita merasa bahwa suatu bahaya
membutuhkan perhatian kita secara cepat. Tubuh mengenali bahwa harus ada
perlawanan fisik dan psikologis terhadap bahaya yang terjadi. Adrenalin secara
cepat disekresi dan dikeluarkan untuk mendorong tubuh mempersiapkan diri
melakukan aksi.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
13
2. Proses pertahanan / resistance
Hal ini terjadi ketika tubuh mulai melakukan perlawanan untuk keluar dari
situasi stres. Contoh perlawanan yang dilakukan tubuh adalah berlari, memukul
sesuatu, dan lain-lain. Jika tubuh tidak bisa melakukan apapun terhadap situasi
stres, seperti bila terjadi percekcokan dengan teman kerja maupun suami/istri,
tubuh kita mungkin mengalihkan respon stres ke jantung atau perut. Tahap kedua
ini sangat penting untuk mengatasi stres dan mencegah kerusakan jaringan. Jika
stres dapat diselesaikan pada tahap ini, maka proses GAS berakhir di sini, namun
bila situasi stres tidak dapat diatasi oleh tubuh maka respon tubuh akan mengenali
situasi stres yang kronik dimana adrenalin dan steroid mulai disekresi dalam
jumlah yang besar.
3. Exhaustion (mulai terjadinya kelelahan )
Tahap ini terjadi jika situasi stres tidak dapat diatasi oleh tubuh pada tahap
2 dimana dengan adanya tambahan stressor, individu sudah tidak mampu lagi
bertahan dan melawan karena individu sudah tidak mampu lagi mengatasi situasi
yang terjadi dengan coping yang dimilikinya. Oleh karena itu, kebanyakan
individu mulai berusaha melarikan diri dari situasi tersebut dan mulai muncul
perilaku yang tidak wajar yang dapat membahayakan dirinya dan tidak menutup
kemungkinan mulai muncul gejala penyakit pada dirinya (Leatz and Stolar, 1993).
Berikut adalah bagan General Adaptation Syndrome (GAS) menurut
Hans Seyle secara skematis :
Stressor
Alarm
Pertahanan
Keletihan
Penyakit
Gambar 3. Skema General Adaptation Syndorme (GAS) (Bishop, 1994)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
14
D. Stres Memicu Timbulnya Nyeri
Tanpa mengetahui sumbernya dari mana, nyeri juga dapat dipengaruhi
oleh adanya stres. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang
disebabkan oleh stres dapat meningkatkan rasa sakit/nyeri. Penjelasan yang masuk
akal mengenai fenomena ini adalah bahwa emotional stress mungkin
meningkatkan rasa sakit/nyeri dengan peningkatan kecemasan dimana terjadi
ketegangan otot dan respon fisiologik yang lain, yang memicu timbulnya sensasi
nyeri (Bishop, 1994).
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin
Stres dapat mempengaruhi sistem saraf simpatik dan hipotalamus.
Adrenalin (epinefrin) dan norepinefrin dikeluarkan saat terjadi stres akut, kedua
pembawa pesan kimia tersebut diproduksi oleh tubuh kita untuk mengurangi
waktu reaksi dan menajamkan indera kita, untuk persiapan melakukan perlawanan
terhadap situasi stres. pelepasan epinefrin dan norepinefrin ini menyebabkan
peningkatkan aktivitas kardiovaskular, peningkatkan respirasi, peningkatkan
perspirasi, membawa darah menuju otot, menstimulasi aktivitas mental, dan
meningkatkan metabolisme (Leatz and Stolar, 1993).
Korteks adrenal akan memproduksi hormon glukokortikoid (steroid)
dalam usaha untuk menolong tubuh menghadapi situasi stres yang kronik.
Glukokortikoid berpotensi untuk melukai tubuh. Jika adrenalin dan norepinefrin
mudah dan cepat dimetabolisme oleh tubuh, steroid memiliki struktur yang besar
dan membutuhkan waktu yang lama untuk dieliminasi. Steroid dapat
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
15
menyebabkan peningkatkan pelepasan energi, menekan respon inflamasi, dan
menekan respon imun (Leatz and Stolar, 1993).
Stres
Sistem Sympathoacdrenomedullary (SAM)
Sistem Hypothalmic-pituitaryadrenocortical (HPAC)
Sistem Syaraf
Simpatik
Hipotalamus
Medula Adrenal menghasilkan
Epinefrin dan Norepinefrin :
- meningkatkan aktivitas
kardiovaskular
- meningkatkan respirasi
- meningkatkan perspirasi
- mengalirkan darah menuju otot
- menstimulasi aktivitas mental
- meningkatkan metabolisme
Kelenjar
Pituitari
Korteks Adrenal menghasilkan
kortikosteroid :
- meningkatkan pelepasan energi
- menekan respon inflamasi
- menekan respon imun
Gambar 4. Hubungan stres dengan sistem endokrin (Bishop, 1994)
F Nyeri
Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial. Nyeri merupakan suatu fungsi biologis sebagai penanda adanya bahaya
eksternal (misal: panas atau trauma fisik) dan proses patologi internal (misal:
inflamasi atau penyumbatan saluran kemih oleh batu ginjal) (Greene dan Harris,
2000).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
16
Nyeri dikatakan pula sebagai suatu perasaan pribadi dimana ambang
toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan
sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Jadi intensitas
rangsangan yang terrendah saat seseorang merasakan nyeri. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan gejala, yang berfungsi melindungi tubuh (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Nyeri dapat dibedakan berdasarkan durasi (waktu) timbulnya nyeri yaitu:
nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut merupakan sinyal bahaya yang diperoleh
dari sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Nyeri akut menimbulkan
refleks untuk menghindari sumber nyeri. Nyeri kronik tidak memberi
perlingungan dan tidak memberikan peringatan terhadap jaringan yang terluka.
Nyeri kronik biasanya terjadi karena kerusakan syaraf, seperti: luka pada otak,
pertumbuhan tumor, respon abnormal karena kerusakan sistem saraf pusat
(Anonim, 2001).
Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik
dan nyeri viseral. Nyeri somatik yang muncul dari kulit, hal tersebut dinamakan
nyeri superficial (permukaan) sedangkan nyeri yang muncul dari otot, sendi, atau
jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan
berbeda bermakna dengan nyeri somatik (Anonim, 2001).
Nyeri berdasarkan intensitasnya dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: nyeri
ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri kanker. Nyeri ringan sampai nyeri
sedang misalnya nyeri sakit kepala, gigi, otot, sendi (rematik), perut, haid, nyeri
akibat benturan atau kecelakaan (trauma) efektif diobati dengan menggunakan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
17
analgetika perifer. Nyeri berat misalnya nyeri setelah pembedahan atau fraktur
(patah tulang) yang lebih efektif bila diobati menggunakan analgetika narkotik
atau opioid (Tjay dan Rahardja, 2002).
G. Mekanisme Terjadinya Nyeri
Tahap awal dari timbulnya sensasi nyeri adalah adanya rangsangan atau
stimulasi pada reseptor yang dikenal dengan nosiseptor. Reseptor ini terdapat
pada struktur somatik dan viseral, serta diaktivasi oleh rangsang kimia, suhu, dan
mekanis. Stimulasi noksius dapat memicu pelepasan mediator seperti brandikinin,
K+, prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi P yang nantinya
akan mengaktivasi nosiseptor (Baumann, 2005).
Tahapan selanjutnya adalah tahap transmisi. Rangsang bahaya atau
noksius diteruskan menuju sistem saraf pusat dan menyebabkan eksitasi neuron
sehingga menimbulkan nyeri. Aktivitas serabut C memicu pelepasan Calcitonin
Gene-Related Peptide (CGRP), sedangkan pada jaringan inflamasi akan
dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin,
serotonin, prostaglandin, dan lain-lain (Rang, Dale, Ritter dan Flower, 2007).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
18
Noksius
(rangsang bahaya)
Kerusakan Jaringan
Pembebasan:
Pembentukan:
H+ (pH20 mmol/L)
Prostaglandin
Asetilkolin
Serotonin
Sensibilitasi reseptor
Histamin
Nyeri pertama
Nyeri lama
Gambar 5. Mediator yang dapat menimbulkan rangsang nyeri setelah
kerusakan jaringan (Mutschler, 1986)
Seseorang akan merasakan nyeri secara sadar ketika proses transmisi nyeri
menuju otak berjalan dengan baik. Sensasi nyeri yang dirasakan oleh setiap
individu akan berbeda walaupun mendapatkan rangsangan yang sama, dan hal ini
disebut dengan persepsi nyeri. Tubuh secara alamiah juga dapat menangani
rangsangan nosiseptif melalui tahapan modulasi. Tahapan ini melibatkan sistem
opiat endogen yang terdiri dari neurotransmiter (contoh: enkefalin, dimorfin, dan
β-endorfin) dan reseptornya (antara lain mu, kappa, dan delta). Proses modulasi
alami yang dilakukan tubuh menghambat proses transmisi nyeri. Sistem saraf
pusat juga mempunyai suatu sistem menurun yang terorganisasi untuk mengontrol
transmisi nyeri, neurotransmiter yang penting dalam proses ini antara lain opiat
endogen, serotonin, noradrenalin, asam γ-aminobutirat (GABA) dan neurotensin
(Baumann, 2005).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
19
Fosfolipid
Dihambat Glukokortikoid
Fosofolipase A2
Liso-gliserilfosforilkolin
Arakhidonat
12-Lipoksigenase
siklooksigenase
Dihambat
NSAID
Endoperoksida
siklik
15-Lipoksigenase
Induksi
penghambatan
glukokortikoid
Penghambat
TXA2 synthase
12-HETE
Lipoksin
A dan B
(Kemotaksin)
Dihambat agonis PAF
5-lipooksigenase
5-HPETE
PAF
(vasodilator,
meningkatkan
permeabilitas
pembuluh darah,
bronkokonstriksi,
kemotaksin)
Penghambat 5lipooksigenase
(contoh :
zileutin)
Dihambat
Antagonis
TXA2
Dihambat
Antagonis
PG
PGI2
TXA2
( vasodilator,
hiperalgesik,
stops platelet
aggregation)
(trombotik,
vasokonstriktor)
LTA4
LTB4
LTC4
PGF2α
PGD2
PGE2
(bronkokonstriktor,
kontraksi
miometrial)
(menghambat
platelet
aggregation,
vasodilator)
(vasodilator,
hiperalgesik)
LTD4
(bronkokonstriktor,
meningkatkan
permeabilitas
pembuluh darah)
LTE4
Gambar 6. Mekanisme terjadinya nyeri (Rang et al, 2007)
Dihambat oleh
agonis reseptor
Leukotrien
(Contoh :
zafirukast,
montelukast)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
20
H. Mekanisme Penghantaran Impuls, Lokalisasi Rasa Nyeri
serta Inhibisi Nyeri Endogen
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri
diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang.
Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya
tumpang tindih, tetapi di sini juga terjadi refleks somatik dan vegetatif awal
(misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya
eritema lokal) melalui interneuron (Mutschler, 1986).
Pembentukan impuls nyeri terjadi melalui interneuron pada neuron-neuron
selanjutnya yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju ke arah pusat dalam
tractus spinothalamicus. Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah formatio
reticularis menimbulkan terutama reaksi vegetatif (misalnya penurunan tekanan
darah, pengeluaran keringat). Tempat lain yang penting dari serabut nyeri adalah
thalamus opticus. Di sini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang
menuju ke gyrus postcentralis (celah sentral belakang), tempat lokalisasi nyeri,
melainkan dari sini juga impuls diteruskan ke sistem limbik, yang terutama
terlibat pada penilaian emosional nyeri. Otak besar dan otak kecil bersama-sama
melakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi
(Mutschler, 1986).
Sistem penghambatan nyeri endogen terutama terjadi dalam batang otak
dan dalam sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri dan
dengan demikian menurunkan rasa nyeri. Dengan sistem ini dapat dijelaskan
mengapa nyeri dalam situasi tekanan (stress) (misalnya setelah suatu luka pada
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
21
kecelakaan lalu lintas) mula-mula tidak terasa, dan baru disadari setelah
berhentinya ketegangan (Mutschler, 1986).
Rasa nyeri
Penilaian nyeri
Lokalisasi nyeri
Reaksi
pertahanan
terkoordinasi
korteks
Otak kecil
Sistem
i bik
Thalamus optikus
Formatio
Sumsum tulang
Reaksi vegetatif
Refleks pertahanan
Reseptor nyeri
Pembebasan zat mediator
Rangsang nyeri
Impuls penghantar nyeri yang mengikat
Reaksi nyeri
Inhibisi nyeri endogen
Gambar 7. Mekanisme penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri
serta inhibisi nyeri endogen (Mutschler, 1986)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
22
I. Analgetika
Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi
atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Anonim, 2001).
Efek analgesik dapat tercapai dengan berbagai cara, seperti menekan kepekaan
reseptor terhadap rangsang nyeri mekanik, kimiawi, termik atau listrik di pusat
atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator
sensasi nyeri (Anonim, 1991).
Berdasarkan proses terjadinya, rangsang nyeri dapat dilawan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis
prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer
2. Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris
3. Blokade pusat nyeri susunan saraf pusat dengan analgesik sentral
4. Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai
anastetika lokal
Nyeri ringan dapat diatasi dengan obat perifer, seperti parasetamol,
asetosal, atau propifenazon. Nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau kodein,
sedangkan nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu
analgesik antiradang seperti aminofenazon dan NSAID. Nyeri yang hebat diobati
dengan morfin atau opiat lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002).
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja, dan efek samping,
an