Spektrum Jurnal Pendidikan Vol 2

- 105 -

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

2

Yasniarti

Penerapan Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Plantae

Yasniarti

3

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

4

Yasniarti

PENERAPAN THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PLANTAE
Yasniarti
Pengajar Bidang Studi Biologi SMA Negeri Jatinangor
yasniarti13@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi siswa
kelas X3 SMA Negeri Jatinangor melalui penerapan metode Think Pair Share
(TPS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classrom Action
Research) yang terdiri dari tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah kelas X3
dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 29 perempuan dan 11 lakilaki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument berupa
lembar observasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses
pembelajaran dengan penerapan metode TPS terdiri empat tahapan yaitu tahap
think (berpikir secara individu), tahap pair (berpasangan), tahap share (berbagi
jawaban dengan pasangan lain) dilanjutkan dengan mempresentasikan jawaban
kelompoknya di depan kelas, dan tahap penghargaan; (2) Dengan penerapan
metode PTS dalam pembelajaran Biologi kelas X3 SMA Negeri Jatinangor
ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ditunjukkan dengan rata-rata
hasil evaluasi tiap siklus mengalami peningkatan yaitu dari 66,25 pada pra
tindakan menjadi 75,63 pada siklus 1 serta terjadi peningkatan ratata-rata secara

klasikal menjadi 84,63 pada siklus 2, kemudian terjadi peningkatan ratata-rata
kembali secara klasikal menjadi 89,50 pada siklus 3.

Kata Kunci: hasil belajar, metode TPS
Pendahuluan
Proses belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting bagi guru dalam
mengaktualisasikan keterampilannya dalam mengajar. Guru dianggap orang yang
mampu merubah manusia yang tadinya tidak ada apa-apanya menjadi manusia yang
serba bisa dan serba tahu. Pembelajaran adalah membangun pengalaman belajar siswa
dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan baru. Sedangkan kreatif dimaksudkan agar guru mampu menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayanan
pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa. Di sisi lain menyenangkan
dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh. Seperti halnya yang dikemukakan
oleh Subana (2002) bahwa pembelajaran kreatif dan menyenangkan merupakan usaha
membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar
yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga tingkat kemampuan siswa
bertambah, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.

Pendapat di atas, menunjukkan bahwa melalui proses belajar, siswa dapat
memiliki perubahan tingkah laku ke arah keberhasilan pengetahuan, dan peningkatan
kompetensi sebagaimana yang telah menjadi target pendidikan.

- 105 -

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

Namun untuk mewujudkan tuntutan sebagaimana harapan di atas, sudah tentu
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa siswa Kelas X 3 SMA Negeri Jatinangor, kurang mampu menguasai kompetensi
jamur sebagaimana tuntutan dalam pembelajaran. Salah satu faktor penyebabnya
dimungkinkan karena kurang kreatifnya guru dalam memilih model pembelajaran.
Seperti dikemukakan Slameto (1995) bahwa cara guru mengajar yang kurang menarik
dapat menimbulkan kebosanan pada siswa, sehingga siswa terkesan kurang memiliki
motivasi yang baik untuk mengikuti pembelajaran guru.
Salah satu upaya yang diperkirakan mampu mengatasi masalah tersebut, adalah
penerapan Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu type dari model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) yang dikembangkan oleh Frank Lyman (Lie, 2005).
TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama

dengan orang lain baik itu teman sebangkunya, maupun teman sekelasnya.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengetahui peningkatan proses
pembelajaran Biologi tentang plantae dengan menggunakan TPS (Think-Pair-Share) di
kelas X3 SMA Negeri Jatinangor; dan (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran Biologi tentang plantae dengan menggunakan model TPS
(Think-Pair-Share) di kelas X3 SMA Negeri Jatinangor.
Think-Pair-Share merupakan tahap inti dari teknik ini, yaitu membagi
pembelajaran dalam tiga waktu yaitu ―think time‖, ―pair time‖, dan ―share time‖. Pada
―think time‖ siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri dengan mengerjakan
sendiri tugas atau masalah yang diberikan dan berusaha mencari pemecahan masalah
tersebut secara individu. Selanjutnya pada tahap ―pair time‖ siswa berbagi informasi
atau pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan dengan cara perpasangan
dengan rekannya. Pada tahap ini mereka berdua atau bisa lebih, melakukan interaksi
dan pertukaran informasi bahkan satu sama lain bisa saling melengkapi. Pada tahap
selanjutnya adalah ―share time‖ yaitu berbagi informasi ke wilayah yang lebih luas
misalnya ke pasangan lain maupun ke kelas.
Pembelajaran kooperatif merupakan prosedur belajar mengajar yang dilakukan
melalui kegiatan berkelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi,
pembentukan kelompok merupakan karakteristik dari pembelajaran tipe kooperatif.
Siswa belajar dalam kelompok kecil kemudian di dalam kelompoknya mereka saling

membantu satu sama lain. Kegiatan di dalam kelompok dapat dilakukan dengan diskusi
antar anggota kelompok maupun tanya jawab antar anggota kelompok, dan lain
sebagainya.
Dengan dikakukannya pembelajaran secara kooperatif maka ruang interaksi
antar indivudu akan semakin luas. Bahkan kemungkinan baik lainnya adalah timbulnya
rasa kebersamaan dalam diri individu, munculnya tekad untuk belajar, dan rasa
tanggung jawab.
Teknik belajar mengajar Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dikembangkan oleh Frank Lyman
(Lie, 2005). TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain baik itu teman sebangkunya, maupun teman
sekelasnya.

106

Yasniarti

Penerapan Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Plantae

Think-Pair-Share merupakan tahap inti dari teknik ini, yaitu mebagi

pembelajaran dalam tiga waktu yaitu ―think time”, “pair time‖, dan ―share time‖. Pada
tahap ―think time‖ siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri dengan mengerjakan
sendiri tugas atau masalah yang diberikan dan berusaha mencari pemecahan masalah
tersebut secara individu. Selanjutnya pada tahap ―pair time‖ siswa berbagi informasi
atau pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan dengan cara perpasangan
dengan rekannya. Pada tahap ini mereka berdua atau bisa lebih, melakukan interaksi
dan pertukaran informasi bahkan satu sama lain bisa saling melengkapi. Tahap
selanjutnya adalah ―share time‖ yaitu berbagi informasi ke wilayah yang lebih luas
misalnya ke pasangan lain maupun ke kelas.
Secara umum, tahapan-tahapan (sintaks) dalam pembelajaran ini adalah guru
mengajukan masalah atau pertanyaan bagi siswa untuk dicari pemecahannya dan untuk
diselesaikan. Kemudian memberi waktu kepada siswa untuk memecahkan masalah
tersebut dengan ide-ide dan metodenya sendiri. Kemudian berpasangan untuk
mendiskusikan hasil pemikiran mereka, dan pasangan yang terpilih akan berbagi
informasi dan kesimpulan dengan teman-temannya dalam satu kelas.
Dalam menerapkan TPS, pertanyaan atau permasalahan yang disajikan oleh guru
harus menarik dan menantang siswa untuk menyelesaikannya. Agar siswa tergugah,
biasanya permasalahan bisa diambil dari kehidupan sehari-hari. Dengan pertanyaan
tersebut kemudian akan menuntut siswa untuk mengerjakan masalah secara
berkelompok untuk tujuan memastikan jawaban atau membandingkan jawaban

mereka.
Ciri utama model pembelajaran teknik TPS adalah tiga langkah utama yang
terdiri dari think (berpikir secara individu), pair berpasangan dengan teman sebangku),
dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).
Think (berpikir secara individu). Pada tahap think, siswa diminta untuk berpikir
secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini,
siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat
memantau semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut,
guru dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan
dan pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan
adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang
mengobrol karena pada tahap think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat
menyelesaikan masalah.
Pair (berpasangan dengan teman sebangku). Langkah selanjutnya adalah
berpasangan dengan teman disampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan
agar siswa yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan saling
melengkapi ide-ide atau jawaban yang belum terpikirkan pada tahap think. Langkah ini
dapat berkembang dengan meminta pasangan lain untuk membentuk kelompok
berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan
kelompok lainnya yang lebih besar, misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan

tertentu, terkadang kelompok yang besar akan bersifat kurang efektif karena akan
mengurangi ruang dan kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir dan
mengungkapkan idenya.

Yasniarti

107

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau kelas). Pada tahap ini, setiap
pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka
dengan pasangan atau kelompok lain atau kelompok yang lebih besar yaitu kelas.
Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam artian
bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir pada titik yang sama yaitu
jawaban yang paling benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang
sempurna atau belum menyalesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih
memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain
yang berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika waktu masih
memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada semua kelompok untuk maju

dan menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya.
Pada kesempatan ini guru dapat meluruskan dan mengoreksi maupun
memberikan penguatan jawaban di akhir pembelajaran.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga
siklus yang dilaksanakan di kelas X-3 SMA Negeri Jatinangor. Subjek penelitian
terdiri atas 40 siswa yang terdiri dari 29 perempuan dan 11 laki-laki. Jenis data yang
dikupulkan berupa data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes, dan data
kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas maupun kemampuan
ilmiah siswa, yang dijaring dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan tes.
Pedoman observasi keterlaksanaan pembelajaran mempunyai 4 alternatif jawaban,
yaitu dengan cara memberikan skor pada rentang skor 1, 2, 3 dan 4. Untuk mengetahui
ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata
pelajaran Biologi pada materi Plantae, dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata
hasil tes pada tiap siklus.
Tindakan Siklus I
Perencanaan penelitian meliputi: Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP); Menyusun dan menyiapkan lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran TPS (thinking-pairshare); Menyusun media pembelajaran yaitu LKS dengan materi plantae; dan
Mempersiapkan kuis dan soal tes yang diajukan kepada siswa.

Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan rencana
pembelajaran menggunakan model TPS masalah sesuai dengan yang telah
direncanakan. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengajar sesuai dengan
RPP yang sudah dibuat peneliti, yaitu pembelajaran biologi menggunakan model TPS
pada materi Plantae. Tindakan yang dilakukan sifatnya fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi pada saat pembelajaran.
Pengamatan atau observasi. Pengamatan atau observasi merupakan upaya
mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan team
peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat. Kegiatan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran.
Refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan
maupun kelebihan-kelebihan yang terjadi selama pembelajaran. Refleksi
108

Yasniarti

Penerapan Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Plantae

dilakukan oleh peneliti dan team yang bersangkutan dengan cara berdiskusi.

Diskusi tersebut dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan
perencanaan berikutnya.
Langkah-langkah tersebut dituangkan dalam rencana terevisi untuk
melakukan tindakan pada siklus II hingga aktivitas dan hasil belajar siswa
meningkat.
Tabel 01 Data Perolehan Skor Peningkatan Individu dan Kriteria-kriteria Masingmasing Kelompok

No

Nama kelompok

1

Kelompok 1

2
3
4
5
6
7
8

Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Kelompok 7
Kelompok 8

Jumlah siswa yang
mendapatkan skor
peningkatan
5
15
25
30
1
1
1
1
1
1
1
2

2
2
3
2
1
1
2
1

2
2
1
1
2
3
1
2

Rata-rata

Kriteria

17

Cukup

17
15
18
20
19
18
15

Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Cukup

1
1
1

Tabel 02 Nilai kuis 1 dan kuis 2
No

Rentang Nilai

Kuis 1

Kuis 2

1
2
3
4
5

0,00 – 20,00
21,00 – 40,00
41,00 – 60,00
61,00 – 80,00
81,00 – 100,00

6
17
14
3

2
10
23
5

Tabel 03. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan
Pertemuan
Persentase
Kualifikasi
Pertama
79 %
Baik
Kedua
88 %
Sangat Baik

Yasniarti

109

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

Tabel 04 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Skor
Persentase
Kelompok
Skor Perolehan
Keterangan
Ideal
(%)
Kelinci
10
16
62.5
Gajah
9
16
56.25
Rusa
13
16
81.25
Tertinggi
Sapi
10
16
62.5
Bebek
9
16
56.25
Terendah
Ular
12
16
75
Buaya
10
16
62.5
Banteng
11
16
68.75
Rata-rata
10,5
65.62
Tindakan Siklus II
Pelaksanaan siklus II ini didasari dari hasil refleksi pada siklus I. berdasarkan
masalah-masalah yang timbul pada siklus I, kemudian ditetapkan alternatif
pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II nantinya.
Apabila hasil refleksi pada siklus II menunjukkan belum tercapainya indikator
ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dilanjutkan, dan sebaliknya apabila
refleksi pada siklus II telah menunjukkan tercapainya indikator ketercapaian
pembelajaran maka siklus akan dihentikan.

Gambaran tentang aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus II
dapat disajikan pada grafik 01 berikut.

Selain aktivitas guru dalam PBM, dan juga aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran, dalam hal ini penelitipun melakukan tes
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaranpun hal ini dilakukan untuk
mengetahui ketercapaian proses pembelajaran dalam hal hasil belajar siswa.
Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata secara klasikal baru mencapai ratarata 84, 63.
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama penelitian yang dilakukan
mulai dari siklus 1 sampai siklus 2 ini, yaitu ditandai dengan adanya
110

Yasniarti

Penerapan Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Plantae

peningkatan hasil baik dari sisi keterlaksanaan proses langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dari sisi aktivitas siswa, hasil
perolehan nilai kelompok serta hasil evaluasi penguasaan materi pembelajaran
siswa, adalah sebagai berikut.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya
aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran
yang mengarah pada langkah-langkah pembelajaran berdasarkan model TPS.
Guru sangat intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami
kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam
PBM meningkat apabila dirata-ratakan dari tiap siklus dari 83,5 % pada siklus 1
menjadi 94,0 % pada siklus 2.

Meningkatnya rata-rata nilai pos tes tiap tindakan dari 66,25 pada pra
tindakan menjadi 75,63 pada siklus 1 serta mengalami peningkatan ratata-rata
menjadi 84,63 pada siklus 2, dan sudah dikatakan tuntas. Untuk lebih jelasnya
berikut ini disajikan grafik peningkatan hasil evaluasi tiap tindakan.

Yasniarti

111

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

Dengan demikian dari hasil data yang diperoleh dalam penelitian, maka
perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjutan karena penelitian ini dikhawatirkan
belum memperoleh nilai yang konstan. Maka diperlukan nilai hasil
pembelajaran selanjutnya.
Tindakan Siklus III
Pelaksanaan siklus III ini didasari dari hasil refleksi pada siklus II. Masalahmasalah yang timbul pada siklus II ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya
dengan harapan tidak terulang pada siklus III nantinya. Apabila hasil refleksi pada
siklus III menunjukkan belum tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran
maka siklus akan dilanjutkan, dan sebaliknya apabila refleksi pada siklus III telah
menunjukkan tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan
dihentikan.
Hasil dan Pembahasan
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama penelitian yang dilakukan mulai dari
siklus 1 sampai siklus 3 ini, yaitu ditandai dengan adanya peningkatan hasil baik dari
sisi keterlaksanaan proses langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
aktivitas siswa, hasil perolehan nilai kelompok serta hasil evaluasi penguasaan materi
pembelajaran siswa.
Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran Biologi dengan
kompetensi dasar menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke
dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta
mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi berdasarkan langkahlangkah model TPS secara lebih baik. Siswa sudah mampu membangun kerja sama
dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa sudah
mampu mempresentasikan hasil kerja, dengan peningkatan aktivitas siswa tiap
kelompok disajikan grafik.
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama penelitian mulai siklus 1 sampai
siklus 3 ini, ditandai dengan adanya peningkatan hasil baik dari sisi keterlaksanaan
proses langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru, aktivitas siswa, hasil
perolehan nilai kelompok serta hasil evaluasi penguasaan materi pembelajaran siswa,
adalah sebagai berikut.
Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran Biologi dengan
kompetensi dasar menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke
dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta
mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi berdasarkan langkahlangkah model TPS secara lebih baik. Siswa sudah mampu membangun kerja sama
dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa sudah
mampu mempresentasikan hasil kerja. Maka dengan itu untuk lebih jelasnya berikut
akan disajikan grafik peningkatan aktivitas siswa tiap kelompok, seperti dapat dilihat
pada grafik 04 berikut ini.

112

Yasniarti

Penerapan Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Plantae

Aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam
mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada
langkah-langkah pembelajaran berdasarkan model TPS. Guru sangat intensif
membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat
dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat apabila dirata-ratakan dari
tiap siklus dari 83,5% pada siklus 1, menjadi 93,5% pada siklus 2 dan terakhir pada
siklus 3 menjadi 96%, seperti dapat dilihat pata grafik 05.

Meningkatnya rata-rata nilai pos tes tiap tindakan dari 66,25 pada pra tindakan
menjadi 75,63 pada siklus 1 serta mengalami peningkatan ratata-rata menjadi 84,63
pada siklus 2, kemudian terakhir mengalami peningkatan kembali pada siklus 3 yaitu
sebesar 89,50 dan dengan demikian bahwa nilai siswa sudah dikatakan tuntas. Untuk
lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik peningkatan hasil evaluasi tiap tindakan pada
Gambar 06.

Yasniarti

113

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

Dengan demikian dari hasil data yang diperoleh dalam penelitian, maka tidak
perlu dilakukan pembelajaran lanjutan karena penelitian ini telah menunjukkan adanya
peningkatan sesuai dengan harapan dan standar ketuntasan yang telah di tetapkan di
sekolah ini.
Kesimpulan
Proses pembelajaran dengan penerapan model TPS terdiri empat tahapan yaitu
Pertama, tahap think (berpikir secara individu). Kedua, tahap pair (berpasangan),
Ketiga, tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau kelas), dan Keempat,
tahap penghargaan, pada tahap akhir siswa diberi penghargaan baik dari segi individu
maupun kelompok. Nilai individu didapatkan berdasarkan hasil jawaban pada tahap
think, sedangkan nilai kelompok diambil berdasarkan tahap pair dan share, terutama
sekali yaitu ketika pada tahap presentasi di depan kelas.
Dengan penerapan model PTS dalam pembelajaran Biologi kelas X3 SMA N
Jatinangor ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan rata-rata hasil evaluasi tiap siklus mengalami peningkatan yaitu dari 66,25 pada
pra tindakan menjadi 75,63 pada siklus 1 serta terjadi peningkatan ratata-rata secara
klasikal menjadi 84,63 pada siklus 2, serta mengalami peningkatan juga pada siklus 3
yaitu menjadi 89,50 dan sudah dikatakan tuntas.
Saran

Degnan terbuktinya penerapan type TPS dalam meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Biologi dengan kompetensi dasar menerapkan prinsip
klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan
morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam
kelangsungan kehidupan di bumi, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Dalam
kegiatan belajar mengajar guru diharapkan mampu menggunakan TPS (Think-pairshare) sebagai suatu alternatif dalam mengelola pembelajaran biologi khususnya pada
pokok bahasan Plantae (Tumbuhan) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa; dan (2) Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa,

114

Yasniarti

Penerapan Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Plantae

maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam
pembelajaran mata pelajaran Biologi maupun mata pelajaran lain.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dahar, Ratna Willis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Margono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan :Komponen MKDK. Jakarta : Rineka
Cipta.
Natawijaya, Rohman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan (Action Research).
Bandung : IKIP Bandung.
Slameto (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
cipta
Subana.2002. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta :Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : Direktorat Tenaga
Kependidikan.
Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja
Rosda Karya.

Yasniarti

115

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

116

Yasniarti

PENERAPAN MODEL PENILAIAN PORTOFOLIO
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI TRIGONOMETRI DI KELAS XI-A3 SMAN TANJUNGSARI
Idah Isnendawati
Pengajar Bidang Studi Matematika SMAN Tanjungsari

ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas XI-A3 SMAN
Tanjungsari, menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap
pembelajaran trigonometri. Data tersebut mengindikasikan bahwa siswa kelas XIA3 SMAN Tanjungsari perlu mendapatkan perhatian lebih dalam pembelajaran.
Tindakan yang dianggap paling sesuai untuk perbaikan pembelajaran di kelas
tersebut adalah dengan menerapkan model penilaian portofolio. Penilaian
portofolio merupakan suatu kumpulan bahan pilihan yang dapat memberi
informasi bagi suatu penilaian kerja yang obyektif. Cara pembelajaran
trigonometri dengan penilaian portofolio adalah membahas hasil pemeriksaan,
penilaian dan komentar kepada siswa yang tertera dalam hasil kerja siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian
tindakan kelas yang desainnya mengacu pada model spiral yang dikembangkan
oleh Stephen Kemmis dan Mc Taggart, yang terdiri dari empat komponen, yaitu:
perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi
(reflecting). Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi kinerja guru
dan aktivitas siswa, lembar wawancara, catatan lapangan dan tes. Dari keseluruhan
penelitian selama 3 siklus, diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai
rata-rata kelas pada siklus I sebesar 64%, siklus II sebesar 75%, dan siklus III
sebesar 89%.
Kata kunci: Model penilaian portofolio, Hasil Belajar

Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang telah berkembang cukup
pesat, baik secara konten materi maupun aplikasinya. Oleh sebab itulah maka konsepkonsep dasar matematika harus dikuasai anak didik sejak dini yang pada akhirnya
siswa terampil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Matematika di SMA khususnya, dapat menumbuhkembangkan
kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam
mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah, karena unsur utama
matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
selanjutnya, sehingga antar konsep atau pernyataan dalam Matematika merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan, yakni: materi matematika yang dipahami melalui
penalaran, dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.
Dalam pembelajaran, sebuah konsep sering muncul sebagai pengalaman atau
intuisi, atau dari pengalaman peristiwa nyata (yaitu pemahaman konsep sering diawali
secara induktif), walaupun kebenaran harus dibuktikan secara deduktif. Penalaran
induktif didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada pemikiran
- 117 -

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

tertentu. Tetapi pemikiran ini, harus dibuktikan secara deduktif, dengan argument yang
konsisten.
Cara belajar secara deduktif dan induktif digunakan dan sama-sama berperan
penting dalam matematika. Dari cara kerja matematika tersebut diharapkan akan
membentuk sikap, kritis, kreatif, jujur dan komunikatif bagi peserta didik. Seperti yang
tercantum dalam kurikulum mata pelajaran matematika (Muchtar A. Karim, 1997:10),
tujuan umum pada jenjang pendidikan dasar adalah: (1) Mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional,
kritis, cermat, jujur dan efektif; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
Matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajarinya berbagai ilmu pengetahuan. Begitu juga dalam kurikulum 2004,
proses pembelajaran matematika menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam bentuk
penyelidikan dan penemuan, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah.
Melalui proses pembelajaran tersebut, maka siswa dapat memiliki kompetensi dasar
Matematika sesuai dengan tuntunan kurikulum dan tuntutan zaman.
Tujuan tersebut di atas, dianggap tercapai bila para siswa telah memiliki
sejumlah kemampuan di bidang matematika yang salah satunya adalah terampil dalam
pengerjaan hitungan trigonometri dengan tepat. Dalam KTSP mata pelajaran
Matematika pada kelas XI, terdapat standar kompetensi: ―Menentukan sifat-sifat
operasi hitung, faktor kelipatan bilangan bulat dan pecahan, serta menggunakannya
dalam pemecahan sehari-hari‖ (Depdiknas, 2006:39). Namun, kenyataannya di
lapangan berdasarkan hasil observasi penulis, terbukti bahwa untuk mencapai tujuan di
kelas XI tersebut ditemukan masalah bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam
trigonometri dengan teknik menyimpan.
Kesulitan tersebut timbul dari factor internal dan eksternal, baik dari guru, siswa,
materi, media, dan penilaian. Dalam pembelajaran guru hanya memberikan tugas untuk
mengalikan soal-soal perhitungan sehingga siswa tanpa mengetahui cara-cara
penyelesaian soal, tidak mengetahui kesalahan dan kemajuan yang dibuat oleh dirinya.
Kemudian dalam penilaian hanya mencantumkan angka atau huruf sehingga tidak ada
bukti-bukti siswa membuat kesalahan dan kemajuan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, dari siswa 20
orang diperoleh data bahwa ketika para siswa diberi soal trigonometri dengan teknik
menyimpan berjumlah 10 soal, maka sebagian besar siswa mendapatkan kesulitan
dalam mengerjakan soal trigonometri dengan teknik menyimpan.
Dari hasil observasi awal, selanjutnya dihubungkan dengan teori yang telah
penulis kaji, maka pembelajaran trigonometri di kelas XI SMAN Tanjungsari perlu
ditingkatkan, salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran trigonometri tersebut
adalah melalui penilaian portofolio.
Hal ini didasarkan pada mutu penilaian kelas di SMA dalam konteks
pembelajaran Matematika menjadi tanggung jawab bersama, maka perlu direncanakan
dan diatur sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Hal ini
dimaksudkan untuk memberdayakan sekolah sesuai dengan prinsip penilaian berbasis
kelas yang merupakan prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang
akurat dan konsisten tentang kompetensi atau hasil belajar siswa serta pernyataan yang
jelas mengenai kemajuan siswa sebagai akuntabilitas publik.
118

Idah Isnendawati

Penerapan Model Penilaian Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Trigonometri Di Kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari

Salah satu komponen dalam KTSP, penilaian harus dilaksanakan secara terpadu
dengan kegiatan belajar mengajar, untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat
pencapaian siswa diperlukan pelaksanaan penilaian, salah satunya dengan penilaian
portofolio.
Pernilaian portofolio ini merupakan koleksi atau kumpulan yang dikembangkan
oleh guru yang dapat member informasi bagi suatu penilaian kinerja yang objektif.
Untuk mengembangkan portofolio, siswa dengan bimbingan guru harus
mengembangkan sejumlah karya, kemudian karya tersebut dikoleksi atau dikumpulkan
serta dikomentari oleh guru mengenai kelebihan dan kekurangannya.
Pentingnya penilaian portofolio dilaksanakan untuk mengatasi siswa kesulitan
dalam menyelesaikan trigonometri dengam teknik menyimpan didasarkan pada
pertimbangan bahwa: (1) Penilaian portofolio adalah acuan penilaian yang merupakan
kumpulan hasil pekerjaan siswa yang disimpan secara bertahap dan sistematis,
sehingga sangat diperlukan untuk peningkatan dan kemajuan prestasi siswa; (2)
Portofolio merupakan kumpulan pengalaman belajar dengan proses social pedagogis
yang terdapat dalam pikiran siswa berupa pengetahuan, nilai dan sikap yang dapat
meningkatkan pemahaman pembelajaran trigonometri; (3) Siswa dapat melihat catatan
kemajuan prestasi dan memperbaiki kesalahan yang dibuatnya, sehingga nilai yang
diperoleh lebih bermakna.
Berdasarkan latar belakang tersebut atas, peneliti untuk mengangkat
permasalahan ke dalam makalah dengan judul ―Penerapan Model Penilaian Portofolio
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Trigonometri di Kelas XI
SMAN Tanjungsari‖.
Kajian Teori
Kata matematika berasal dari bahasa Inggris yaitu Mathematics. Namun arti atau
definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan
singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar untuk dibuat, karena
cabang-cabang makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya.
Dapat disimpulkan, bahwa matematika adalah ilmu tentang pola yang saling
berhubungan suatu sama lainnya ke dalam beberapa bidang antara lain aljabar,
analisis, geometri, aritmatika, yang mencakup teori bilangan dan statistik.
Trigonometri
Depdikbud (1994:85), berpendapat bahwa: ―Trigonometri adalah pemjumlahan
berganda dengan suku-suku yang
sama.‖
Misalnya
3 + 3 + 3 +3 disebut
penjumlahan berulang. Di sini terdapat empat suku yang sama, yaitu 3, penjumlahan
ini disajikan dalam bentuk: 4 x 3 disebut trigonometri 4 dan 3.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, trigonometri merupakan salah
satu prasyarat untuk dapat menyelesaikan persoalan trigonometri dua bilangan atau
lebih.
Portofolio
Portofolio merupakan suatu pendekatan dalam pelaksanaan penilaian hasil kerja
siswa. Pendekatan ini telah lama berkembang, terutama di Amerika Serikat dan
Australia, dan digunakan dalam pelaksanaan penilaian kinerja dipelbagai bidang,
Idah Isnendawati

119

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

termasuk dunia usaha dan pendidikan. Namun di Indonesia pendekatan ini masih agak
terasa asing, terutama dalam dunia pendidikan, karena baru mendapat perhatian dan
belum banyak digunakan. Depdiknas (2002:97), pengertian portofolio adalah: ―Suatu
kumpulan bahan pilihan yang dapat member informasi bagi suatu penilaian kinerja
yang obyektif.‖
Dari pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa portofolio merupakan koleksi
atau kumpulan karya yang dikembangkan siswa dan guru. Dari pendapat ini, dapat kita
bayangkan bahwa untuk mengembangkan portofolio, siswa dengan bimbingan guru
harus mengembangkan sejumlah hasil karya pembelajaran.
Dipersekolahan bahan-bahan yang dimaksud menjadi ukuran kerja siswa, dan seberapa
baik tugas-tugas yang diberikan kepada siswa telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pengajaran yang ditentukan. Dari ciri-ciri dasar pada pengertian di atas, dapat kita lihat
manfaat portofolio terutama dalam kegiatan penilaian, sehingga nampak jelas bahwa
portofolio menawarkan sebuah kerangka yang dapat memudahkan perbaikan bagi
siswa dalam pembelajaran matematika.
Dengan demikian, portofolio memberikan sebuah kerangka yang dapat
merespon tuntutan keberdayaan siswa, keadaan kelas yang selalu rubah dan dapat
menjadi kesepakatan baru dalam kaitan kebutuhan peningkatan dan perbaikan praktikpraktik pengujian matematika khususnya trigonometri. Dengan penilaian portofolio
menawarkan sebuah kerangka yang berkembang dan berlandaskan pada apa yang
sedang dilakukan siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dengan berdasarkan kepada studi kepustakaan
disamping dilakukannya pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang terjadi di
lapangan serta hasil-hasil penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan fokus kajian
dalam penelitian ini.
Fokus utama dari kajian penelitian ini adalah mengenai peningkatan pembelajaran
trigonometri dengan penerapan model penilaian portofolio pada siswa kelas XI.
Dengan demikian, melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi
yang positif bagi kemampuan pemahaman terhadap pembelajaran trigonometri dengan
penerapan model penilaian portofolio pada siswa kelas XI SMAN Tanjungsari
Kecamatan Tanjungsari.
Hasil Pembahasan
Setelah dilakukan wawancara yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data-data
terkait kelemahan atau kesulitan siswa, kemudian disusun instrumen tes awal untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai trigonometri. Peneliti menugaskan
kepada para siswa untuk mengerjakan soal-soal trigonometri tanpa diberikan teknik
maupun model mengerjakan soal trigonometri tersebut mengumpulkan hasil pekerjaan
siswa yang sudah diperiksa dan diberi nilai oleh guru. Berdasarkan hasil tes
kemampuan belajar siswa, diperoleh data dari jumlah 20 siswa, maka 14 siswa yang
belum menguasai trigonometri dua buah bilangan dengan teknik menyimpan. Dari tes
awal tersebut tertuang pada tabel di bawah ini.

120

Idah Isnendawati

Penerapan Model Penilaian Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Trigonometri Di Kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari

Tabel 1
Data Tes Awal Pembelajaran Trigonometri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama Siswa
Ajah Sopian R.
Agustiar
Ato
Cucu Mulyana
Dea Andreana
Deni Akbar
Diah Rodiah
Dian Sopian
Egi Ginanjar
Elsa Yulia R.
Eva Nopiani
Gusmia Daniati S.
Lukman
M. Rizal Yanpa
Mamat Hidayat
Mulyana Sopian
Nanang Dian N.
Neng Elsa T.
Nisa Cahyani
Nopi Nopiani
Eva Nopiani
Gusmia Daniati S.
Lukman
M. Rizal Yanpa
Mamat Hidayat
Mulyana Sopian
Nanang Dian N.
Neng Elsa T.
Nisa Cahyani
Nopi Nopiani
Jumlah
Presentase (%)

Nilai
50
70
50
80
50
40
50
50
50
70
50
60
50
40
80
40
50
70
40
50
50
60
50
40
80
40
50
70
40
50
1090
55

KKM
Tercapai
















6
30

Tidak





















14
70

Prosedur yang akan ditempuh dalam pembelajaran trigonometri adalah kegiatan
guru dalam menerapkan model penilaian portofolio dan aktivitas para siswa dalam
tahapan-tahapan model penilaian portofolio. Kegiatan tersebut, dilakukan selama
penerapan model penilaian portofolio di dalam kelas adalah sebagai berikut.
Idah Isnendawati

121

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

1. Guru memberikan contoh trigonometri dengan cara-caranya dan para siswa
menyimak dengan seksama tentang contoh trigonometri.
2. Guru menugaskan seorang siswa untuk menyelesaikan soal trigonometri dengan
teknik menyimpan dan siswa yang lain menyimpan dan salah seorang maju ke
depan untuk mengerjakannya.
3. Guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran sambil bertanya kepada
siswa tentang trigonometri dan siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru
tentang cara-cara trigonometri dengan teknik menyimpan.
4. Guru menugaskan untuk mengerjakan soal-soal trigonometri dengan teknik
menyimpan dan mengumpulkan hasil pekerjannya.
5. Guru mengomentari dan memberikan catatan hasil kerja siswa sesuai dengan
kemampun secara bertahap dan sistematis dan siswa melihat dan menelaah hasil
mengerjakan soal-soal yang telah diberi komentar atau catatan mengenai
kemajuan-kemajuan, kekurangan, perbaikan, dan tindak lanjutnya.
6. Guru menyediakan tempat file dokumen kepada masing-masing siswa dan para
siswa mengumpulkan dan menyusun dalam berkas portofolio yang telah
disediakan.
7. Guru mendiskusikan hasil siswa untuk membahas komentar dan catatan dengan
teman sekelas dan siswa berdiskusi tentang hasil pekerjaan soal trigonometri dan
membahas kemajuan, kekurangan, dan perbaikan.
8. Guru menyortir dan mamampangkan hasil pekerjaan siswa yang dianggap
istimewa untuk dipublikasikan pada papan portofolio yang telah disediakan dan
siswa ikut menilai hasil kerja teman sekelas dan dipublikasikan pada papan
portofolio
Siklus I
Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal trigonometri sebagai tes akhir dengan
model penilaian portofolio. Hasil yang diperoleh masing-masing siswa sangat
memuaskan, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2
Data Tes Pembelajaran Trigonometri Siklus I
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

122

Nama Siswa
Ajah Sopian R.
Agustiar
Ato
Cucu Mulyana
Dea Andreana
Deni Akbar
Diah Rodiah

Nilai
60
75
55
85
65
50
60

KKM
Tercapai





Tidak






Idah Isnendawati

Penerapan Model Penilaian Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Trigonometri Di Kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari

No.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama Siswa
Dian Sopian
Egi Ginanjar
Elsa Yulia R.
Eva Nopiani
Gusmia Daniati S.
Lukman
M. Rizal Yanpa
Mamat Hidayat
Mulyana Sopian
Nanang Dian N.
Neng Elsa T.
Nisa Cahyani
Nopi Nopiani
Jumlah
Presentase (%)

Nilai
55
60
80
50
70
50
70
80
60
55
70
50
70
1270
64

KKM
Tercapai








13
65

Tidak







7
35

Tabel di atas, adalah hasil tes siklus I siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam
pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 64% dan KKM baru mencapai
65%. Kalau dibandingkan dengan data awal sudah ada peningkatan dari 55% menjadi
64% pada siklus I. Berdasarkan pada data siklus I, maka siswa yang dinyatakan
mencapai KKM sebanyak 13 atau 65% dan 7 siswa atau belum mencapai KKM.
Siklus II
Setelah selesai siswa melaksanakan pembelajaran, para siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya kepada guru. Seperti biasa, beberapa orang siswa diminta untuk
membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Adapun hasil penilaian yang
dilakukan sebagai berikut.
Tabel 3
Data Tes Pembelajaran Trigonometri Siklus II
KKM
No.
Nama Siswa
Nilai
Tercapai
Tidak
1. Ajah Sopian R.
70

2. Agustiar
85

3. Ato
65

4. Cucu Mulyana
90

5. Dea Andreana
75

6. Deni Akbar
55

7. Diah Rodiah
70

8. Dian Sopian
65

9. Egi Ginanjar
75

10. Elsa Yulia R.
100

Idah Isnendawati

123

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

No.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama Siswa
Eva Nopiani
Gusmia Daniati S.
Lukman
M. Rizal Yanpa
Mamat Hidayat
Mulyana Sopian
Nanang Dian N.
Neng Elsa T.
Nisa Cahyani
Nopi Nopiani
Jumlah
Presentase (%)

Nilai
55
80
55
80
100
70
75
80
70
80
1495
75

KKM
Tercapai

Tidak













17
85

3
15

Tabel di atas, adalah hasil tes siklus II siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam
pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 75% dan KKM baru mencapai
85%. Kalau dibandingkan dengan data awal sudah ada peningkatan dari 64% menjadi
75% pada siklus II. Berdasarkan pada data siklus II, maka siswa yang dinyatakan
mencapai KKM sebanyak 17 atau 85% dan 3 siswa atau belum mencapai KKM.
Siklus III
Setelah selesai siswa melaksanakan pembelajaran, para siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya kepada guru. Seperti biasa, beberapa orang siswa diminta untuk
membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Adapun hasil penilaian yang
dilakukan sebagai berikut.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
124

Tabel 4
Data Tes Pembelajaran Trigonometri Siklus III
KKM
Nama Siswa
Nilai
Tercapai
Ajah Sopian R.
80

Agustiar
100

Ato
85

Cucu Mulyana
100

Dea Andreana
95

Deni Akbar
75

Diah Rodiah
80

Dian Sopian
75

Egi Ginanjar
90

Elsa Yulia R.
100

Eva Nopiani
60

Gusmia Daniati S.
100


Tidak

Idah Isnendawati

Penerapan Model Penilaian Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Trigonometri Di Kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari

No.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama Siswa
Lukman
M. Rizal Yanpa
Mamat Hidayat
Mulyana Sopian
Nanang Dian N.
Neng Elsa T.
Nisa Cahyani
Nopi Nopiani
Jumlah
Presentase (%)

Nilai
75
100
100
80
85
100
90
100
1770
89

KKM
Tercapai








20
100

Tidak

Tabel di atas, adalah hasil tes siklus II siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam
pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 89% dan KKM mencapai 100%.
Kalau dibandingkan dengan data siklus II peningkatan yang signifikan dari 75%
menjadi 89%.
Kesimpulan
Gambaran hasil analisis data setiap siklusnya setelah dilaksanakan tindakan model
penilaian portofolio dalam pembelajaran trigonometri adalah sebagai berikut.
1. Siklus I
Siklus I sudah mencapai rata-rata 64% dan KKM baru mencapai 65%. Kalau
dibandingkan dengan data awal sudah ada peningkatan dari 55% menjadi 64% pada
siklus I. berdasarkan data siklus I, maka siswa dinyatakan mencapai KKM sebanyak 13
atau 65% dan 7 siswa atau 35% belum mencapai KKM.
2. Siklus II
Siklus II mencapai rata-rata 75% dan KKM baru mencapai 85%. Kalau dibandingkan
dengan data siklus I sudah ada peningkatan dari 64% menjadi 75% pada siklus II.
Berdasarkan pada data siklus II, maka siswa yang dinyatakan mencapai KKM
sebanyak 17 atau 85% dan 3 siswa atau 15% belum mencapai KKM.
3. Siklus III
Siklus III mencapai rata-rata 89% dan KKM mencapai 100%. Kalau dibandingkan
dengan data siklus II peningkatan yang signifikan dari 75% menjadi 89%. Berdasarkan
perhitungan batas KKM untuk pembelajaran trigonometri pada siswa kelas XI SMAN
Tanjungsari, maka batas KKM minimal harus dicapai oleh siswa kelas XI ada mata
pelajaran Matematika semester 2 adalah 60.
Pembahasan Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan dengan jalan menemukan pola-pola
hubungan hasil penelitian yang mengacu pada konsep atau teori-teori yang mendukung
Idah Isnendawati

125

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

sesuai dengan pelaksanaan dan hasil dari pembelajaran trigonometri dengan
menerapkan model penilaian portofolio di kelas XI SMAN Tanjungsari. Secara rinci
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam tahap-tahap pelaksanaan
modek penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Pembahasan dalam materi trigonometri kurang jelas dan siswa tidak diberi kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat dan tanya jawab dalam diskusi. Faktor penyebabnya
adalah :
- Penjelasan guru kurang jelas
- Metode dan teknik guru monoton, sehingga pembelajaran terfokus pada guru
- Siswa kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran
- Pengelolaan kelas kurang terkendali
- Pembelajaran kurang diarahkan dalam situasi yang menyenangkan
2. Siklus II
Pembahasan dalam materi trigonometri sudah jelas, namun siswa kurang diberi
kesempatan untuk mengeluarkam pendapat dalam diskusi. Penyebabnya adalah:
- Metode dan teknik guru monoton, sehingga pembelajaran terfokus pada guru
- Siswa kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran
- Pengelolaan kelas kurang terkendali
3. Siklus II
Pada siklus III adanya peningkatan yang signifikasn dalam pembelajaran tigonometri,
karena semua siswa kelas XI SMAN Tanjungsari yang berjumlah 20 orang sudah
mendapatkan nilai di atas 60 atau 100% dengan rata-rata kelas mencapai 89. Hal ini
terjadi karena guru menggunakan alat peraga yang maksimal, penjelasan guru
terhadapat materi pembelajaran jelas dan lebih rinci, metode dan teknik guru
bervariasi, sehingga pembelajaran terfokus pada siswa. Siswa begitu perhatian dalam
mengikuti pembelajaran, pengelolaan kelas terkendali, pembelajaran diarahkan dalam
situasi yang menyenangkan dan variasi teknik pembelajaran, dalam menjelaskan maetri
pelajaran secara rinci, penggunaan media dan metode pembelajaran dilaksanakan
secara optimal, serta guru dapat membangkitkan aktivitas, motivasi dan perhatian
siswa secara maksimal. Factor penyebabnya adalah:
- Penjelasan guru jelas dan lebih rinci.
- Metode dan teknik guru bervariasi, sehingga pembelajaran terfokus pada
siswa.
- Siswa memperhatikan penjelasan guru dan aktif mengikuti pembelajaran.
- Pengelolaan kelas sangat terkendali.
- Pembelajaran diarahkan dalam situasi yang nyaman dan menyenangkan.
- Catatan ditulis dengan jelas setiap kekurangan atau kelebihan siswa, sehingga
siswa sangat mengerti maksud catatan guru.

126

Idah Isnendawati

Penerapan Model Penilaian Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Trigonometri Di Kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari

Hal yang menghambat keberhasilan siswa, berdasarkan hasil pengamatan dan
tes hasil belajar yang dilakukan oleh peneliti tentang pembelajaran trigonometri di
kelas XI SMAN Tanjungsari, ditemukan beberapa hambatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Ada pun hambatan tersebut adalah:
1. Ada siswa belum dapat memahami komentar yang diberikan oleh guru pada hasil
pekerjaannya, sehingga siswa tersebut belum bisa mengoreksi kesalahan pada
pekerjaannya dan belum bisa memperbaiki kesalahan yang dilakukanya tersebut.
2. Ada siswa yang sudah dapat memahami komentar yang diberikan oleh guru pada
hasil pekerjannya, namun kurang hati-hati dan tergesa-gesa dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru, sehingga hasil pekerjaannya masih ada yang salah.
3. Ada siswa yang selalu tidak bisa diam, cenderung hiperaktif dan senang
mengganggu teman-temannya bila pekerjaan yang ditugaskan oleh guru telah
diselesaikannya.
Solusi guru untuk mengatasi hambatan pada setiap siklus di atas adalah :
1. Guru memberikan komentar bukan hanya secara tertulis pada hasil pekerjaan siswa
tersebut melainkan juga menambahkan penjelasan secara verbal dan melakukan
bimbingan individu tentang kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut. Pada
akhirnya, siswa tadi mengerti dan memahami komentar dan penjelasan yang
disampaikan oleh guru dalam bimbingannya.
2. Guru berulang kali mengikatkan pada para siswa untuk berhati-hati dan tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tergesa-gesa, sehingga hasil yang
diperoleh siswa lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dilakukan guru kepada siswa
yang mengalami kesulitan tersebut dan juga kepada seluruh siswa secara klasikal
dan pada akhirnya, para siswa jadi lebih hati-hati dan berkonsentrasi dalam
mengerjakan tugasnya.
3. Guru menyiapkan beberapa tugas tambahan soal untuk siswa tersebut bila
kemungkinan siswa itu menganggu teman-temannya yang belum menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Selain itu, guru memindahkan tempat duduknya ke
tempat yang lebih terkontrol oleh guru, misalnya dipindahkan ke barisan depan
berdekatan dengan meja guru. Siswa tersebut kini sudah dapat mengerti dan tidak
terlalu mengganggu teman-temannya lagi.

Idah Isnendawati

127

Spektrum, Jurnal Pendidikan Vol. II. No.1, Desember 2013

Pustaka Rujukan
Depdikbud. 1994. Matematika 2. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Muchtar, A.K. 1997. Pendidikan Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Rachmat, dkk. 2005. Belajar Matema