BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Aplikasi Multimode Fiber Coupler Sebagai Sensor Ketinggian Permukaan Bensin Dan Oli Berbasis Sensor Pergeseran Repository - UNAIR REPOSITORY
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diperlihatkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber
coupler
sebagai sensor ketinggian permukaan dengan menggunakan tiga jenis cairan, yaitu bensin, oli dan air. Penggunaan air dalam penelitian dimaksudkan sebagai data pembanding selain yang diperoleh dari bensin dan oli. Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk plot data penelitian, analisis regresi linier serta pembahasannya.
Hasil dari penelitian aplikasi multimode fiber coupler sebagai sensor ketinggian permukaan bensin dan oli berbasis sensor pergeseran adalah berupa data tegangan keluaran detektor sebagai fungsi ketinggian bensin, oli, dan air. Data tersebut diperlihatkan pada Lampiran 1. Plot grafik data tegangan keluaran detektor terhadap perubahan tinggi permukaan bensin, oli, dan air dapat dilihat pada Gambar 4.1.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.1 Hasil Penelitian
Gambar 4.1. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap Perubahan0.1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Air Oli Bensin
0.8 Tegan g an K e lu ar an Det e kt o r (V) Tinggi (m)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.0
Ketinggian Permukaan Bensin, Oli, dan Air
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
4.2 Pembahasan
Dari grafik pada Gambar 4.1 menunjukkan rentang pengukuran ketinggian yang dilakukan sebesar 4 cm – 74 cm. Batas bawah yang terukur sebesar 4 cm dikarenakan pada rentang pengukuran 0 cm – 4 cm membran tidak mengalami perubahan bentuk (cembung) sebab tekanan pada ketinggian ini terlalu kecil sehingga tegangan keluaran detektor tidak mengalami perubahan. Sedangkan batas atas sebesar 74 cm dikarenakan tangki yang tersedia memiliki ketinggian tersebut. Dari grafik terlihat bahwa daerah dengan ketinggian 4 cm – 74 cm, hubungan antara tegangan keluaran detektor antara bensin, oli, dan air tidak linier. Hal tersebut tidak dapat dianalisis secara teoritis karena hubungan antara tingkat kecembungan membran dengan daya optis berkas cahaya pantulan dari membran yang terkopel ke fiber coupler belum dapat dirumuskan. Namun, jika dikaitkan dengan sensor pergeseran menggunakan fiber coupler dengan target cermin datar dalam hal ini ditunjukkan oleh persamaan 2.1 terlihat bahwa hubungan antara daya optis
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
berkas cahaya pantulan dari cermin yang terkopel ke fiber coupler tidaklah linier, akan tetapi dari hasil eksperimen masih dapat ditemukan daerah yang linier (Gambar 2.7). Dengan demikian, dapat dipahami grafik data hasil eksperimen yaitu data tegangan keluaran detektor terhadap ketinggian bensin, oli, dan air memiliki daerah yang linier. Untuk rentang ketinggian antara 4 cm
- – 24 cm terdapat hubungan yang linier antara tegangan keluaran detektor terhadap ketinggian bensin, oli, dan air yang hasilnya ditampilkan pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4. Untuk daerah linier yang lain yaitu rentang ketinggian antara 24 cm – 74 cm juga terdapat hubungan yang linier antara tegangan keluaran detektor dengan ketinggian bensin, oli, dan air yang hasilnya ditampilkan pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7.
0.12 y = 0.1309x + 0.0711 (V)
0.10 r
R² = 0.9914 to k te
0.08 e d an
0.06 ar lu e k
0.04 gan gan
0.02 0.04 - 0.24 (m)
Te cm
0.00
0.0
0.1
0.2
0.3 Tinggi Bensin (m)
Gambar 4.2. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap PerubahanKetinggian Permukaan Bensin
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
0.12 y = 0.1517x + 0.0721V) (
0.10 R² = 0.9917
r o kt te0.08 e d an
0.06 ar lu ke
0.04 an g
0.02 0.04 - 0.24 (m)
Tegan
0.00
0.0
0.1
0.2
0.3 Tinggi Oli (m)
Gambar 4.3. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap PerubahanKetinggian Permukaan Oli
0.12 V) y = 0.1762x + 0.065 (
0.10 r
R² = 0.993 o kt te
0.08 e d an
0.06 ar lu ke
0.04 an g
0.02 0.04 - 0.21 (m)
Tegan cm
0.00
0.0
0.1
0.2
0.3 Tinggi Air (m)
Gambar 4.4. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap PerubahanKetinggian Permukaan Air
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
0.30 (V)
0.25 y = 0.2857x + 0.027 r o
R² = 0.9943 kt te
0.20 e d an
0.15 ar lu ke
0.10 an g
0.05 0.24 - 0.74 (m)
Tegan cm
0.00
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8 Tinggi Bensin (m)
Gambar 4.5. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap PerubahanKetinggian Permukaan Bensin
0.35 V)
y = 0.3851x + 0.0045
0.30 ( r
R² = 0.9923 o kt
0.25 te e d
0.20 an ar lu
0.15 ke
0.10 an g
0.05 0.24 - 0.74 (m)
Tegan
0.00
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8 Tinggi Oli (m)
Gambar 4.6. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap PerubahanKetinggian Permukaan Oli
Gambar 4.7. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap Perubahan0.1
0.21 - 0.70 (m) cm
0.8 Tegan g an ke lu ar an d e te kt o r ( V) Tinggi air (m)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.0
Ketinggian Permukaan Air Pada plot grafik daerah linier tegangan keluaran detektor terhadap ketinggian bensin, oli, dan air diatas, untuk ketinggian antara 4 cm – 24 cm diperoleh persamaan regresi linier untuk bensin y = 0.1309x + 0.0711 dengan koefisien korelasinya adalah R² = 0.9914, untuk oli diperoleh persamaan regresi linier y = 0.1517x + 0.0721 dengan koefisien korelasinya adalah R² = 0.9917, dan untuk air diperoleh persamaan regresi linier y = 0.1762x + 0.065 dengan koefisien korelasinya adalah R² = 0.993. Sedangkan untuk ketinggian 24 cm – 74 cm, diperoleh persamaan regresi linier untuk bensin y = 0.2857x + 0.027 dengan koefisien korelasinya adalah R² = 0.9943, untuk oli diperoleh persamaan regresi linier y = 0.3851x + 0.0045 dengan koefisien korelasinya adalah R² = 0.9923, dan untuk air diperoleh persamaan regresi linier y = 0.3948x + 0.0117 dengan koefisien korelasinya adalah R² = 0.9951. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata koefisien korelasi mendekati 1 untuk tiga jenis zat cair, yang artinya hubungan antara tegangan keluaran
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
y = 0.3948x + 0.0117 R² = 0.9951
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
detektor terhadap perubahan tinggi permukaan adalah linier. Adanya linieritas dari penelitian ini sangat penting, karena linieritas adalah persyaratan umum sebuah sensor yang menjelaskan bahwa sensor dapat menghasilkan tegangan keluaran detektor yang berubah secara kontinu sebagai tanggapan terhadap tinggi permukaan zat cair sebagai masukan yang juga berubah secara kontinu. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya linieritas dalam penelitian ini adalah sebagai parameter keberhasilan dari penelitian sistem sensor ketinggian permukaan zat cair ini. Semakin linier data hubungan antara tegangan keluaran detektor terhadap perubahan tinggi permukaan zat cair, maka semakin baik pula sensor tersebut.
Selain itu, dari hasil regresi linier di atas didapatkan bahwa daerah dengan rentang ketinggian antara 4 cm – 24 cm memiliki sudut kemiringan grafik (slope) lebih kecil dibandingkan daerah dengan rentang ketinggian antara 24 cm – 74 cm. Dalam hal ini sudut kemiringan grafik (slope) dapat diartikan sebagai sensitivitas dari sensor. Sensitivitas sensor adalah kemampuan sensor untuk mendeteksi perubahan keluaran dibandingkan satuan perubahan masukan. Sensitivitas akan menunjukkan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Semakin besar nilai sensitivitas sebuah sensor, maka semakin peka sensor tersebut terhadap masukannya, sehingga semakin baik pula kualitas sensor tersebut. Dengan demikian, daerah dengan rentang ketinggian antara 24 cm – 74 cm dipilih karena memiliki sensitivitas yang besar serta rentang daerah 24 cm – 74 cm merupakan daerah kerja sensor.
Nilai sensitivitas sensor dapat diketahui dari gradien persamaan garis linier yang sudah diperoleh pada Gambar 4.5, Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. Dari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
persamaan tersebut diperoleh nilai sensitivitas sensor untuk bensin sebesar 0.2857 V/m, untuk oli sebesar 0.3851 V/m, dan untuk air sebesar 0.3948 V/m.
Artinya jika detektor dan mikrovoltmeter yang digunakan mampu membaca perubahan tegangan sebesar 1 mV, maka sensor memiliki kemampuan mendeteksi perubahan ketinggian permukaan sebesar 3,50 mm untuk bensin, untuk oli 2,59 mm, dan untuk air 2,53 mm.
Dari Gambar 4.5, Gambar 4.6 dan Gambar 4.7, selain menunjukkan karakteristik membran yang dipengaruhi oleh ketinggian zat cair, juga menunjukkan karakteristik membran yang dipengaruhi oleh 3 jenis zat cair yang memiliki massa jenis berbeda. Antara tiga jenis zat cair yang dipakai yakni bensin, oli dan air dengan massa jenis masing – masing 0,68 kg/l, 0,889 kg/l dan 1 kg/l, zat cair dengan massa jenis tinggi akan memiliki pola kemiringan grafik yang lebih tajam dibandingkan dengan zat cair dengan massa jenis lebih rendah. Hal ini sesuai dengan perumusan tekanan pada persamaan 2.16, yakni tekanan selain dipengaruhi oleh ketinggian zat cair juga dipengaruhi oleh massa jenis zat cair, yang berarti bahwa semakin besar massa jenis zat cair maka tekanan pada dasar tangki juga akan semakin tinggi. Hal ini diperlihatkan juga pada grafik Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7, yang menunjukkan pada ketinggian 24 cm – 74 cm dari ketiga jenis zat cair yang dipakai, air memiliki pola grafik dengan sudut kemiringan yang lebih tinggi, kemudian oli dan bensin.
Dari pembahasan diatas juga dapat diketahui nilai resolusi dari sistem sensor ketinggian permukaan ini. Nilai resolusi sistem sensor adalah satuan ukuran terendah yang dapat dibaca oleh sensor, dalam hal ini adalah satuan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tinggi permukaan terkecil yang terbaca oleh sensor. Untuk bensin, oli, dan air memiliki nilai resolusi yang sama yakni 0,5 cm.
Karakterisasi pada penelitian ini dilakukan untuk mencari parameter- parameter sensor sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Nilai-nilai tersebut dapat dirangkum yang ditampilkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.1. Karakteristik Multimode Fiber Coupler sebagai Sistem Sensor Ketinggian Permukaan.Rentang Zat Resolusi Sensitivitas
Daerah Linier pengukuran Cair
( ) ( )
( ) ( ) 24 - 74
0, 5
28.57 Bensin 4 –74 24 - 74
38.51
0, 5
Oli 4 –74 21 –70
0, 5
39.48 Air 4 –74 berdasar pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sensor ketinggian permukaan dengan memanfaatkan multimode fiber coupler sangat baik diaplikasikan sebagai sistem sensor.
Selain itu, dalam perancangan sistem sensor ini juga tidak terlepas dari peran membran yang digunakan yakni membran yang terbuat dari bahan nitrile
polymer
. Membran ini terbukti tahan atau resistif terhadap bensin, dimana pada kebanyakan polymer biasanya tidak tahan terhadap bensin yang ketika berinteraksi dengan bensin akan mengalami kerusakan struktur pada bahan tersebut sehingga terjadi pemelaran atau paling buruk adalah bahan/material
polymer
tersebut akan hancur. Disamping itu, sifat elastisitas membran juga berpengaruh terhadap respon ketinggian zat cair. Membran dengan elastisitas tinggi hanya akan sangat responsif untuk tekanan yang rendah, sebaliknya
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
membran dengan elastisitas rendah hanya akan sangat responsif terhadap tekanan yang tinggi. Hal ini tentunya diakibatkan oleh sifat yang dimiliki oleh bahan/material membran tersebut.