Rizki Ramadhan BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

  a. Definisi

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

  terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

  b. Adopsi Pengetahuan Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa apabila suatu pembuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan

  10 apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut: 1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

  2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek sudah mulai timbul.

  3) Evaluation (menimbang-nimbang) baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

  4) Trial, dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

  c. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam bidang atau ranah kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai pada yang kompleks yaitu: 1) Tahu (Know)

  Mengetahui berdasarkan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Mengetahui dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit seperti fakta (sempit) dan teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat disingkat saja.

  Oleh karena itu tahu merupakan tingkat yang paling rendah.

  2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (Aplication)

  Penerapan adalah kemampuan menggunakan suatu ilmu yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru seperti menerapkan suatu metode, konsep, prinsip atau teori. 4) Analisa (Analysis)

  Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan suatu sama lainnya. 5) Sintesis (Synthesis)

  Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas. 6) Evaluasi (Evaluation)

  Evaluasi berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penelitian terhadap suatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. d. Cara pengukuran tingkat pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuisoner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan (2010) tingkat pengetahuan ada tiga yaitu: 1) Tingkat pengetahuan baik bila jumlah jawaban benar 76%-100% 2) Tingkat pengetahuan cukup bila jumlah jawaban benar 56%-75% 3) Tingkat pengetahuan kurang bila jumlah jawaban benar <56%

  e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan meliputi: 1) Umur

  Umur adalah lamanya hidup seseorang di hitung sejak dia lahir hingga penelitian ini dilakukan dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru dan harapan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketersaingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Dimana semakin tinggi umur seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18 – 40 tahun. Pembagian umur menurut Hurlock (2005) yaitu ; a) Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun.

  b) Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun c) Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian

  2) Tingkat Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk SD / sederajat, SLTP / sederajat, SMA / sederajat, dan Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang banyak pula menjadi tahu, dan ini juga didukung oleh umur dan pengalaman yang didapat (Notoatmodjo, 2007).

  Tingkat pendidikan berperan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap cukup seseorang (Herawati, 2005).

  3) Pekerjaan Pekerjaan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan sehari-hari, dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dengan orang lain. Setiap orang harus bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan atasan (Notoatmodjo, 2007).

  Pekerjaan digunakan dalam suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Pekerjaan seseorang sering dikaitkan pula dengan tingkat penghasilannya. Jenis pekerjaan misalnya : tidak bekerja/IRT, swasta, wiraswasta, pegawai negeri sipil (PNS), buruh dan tani (Notoatmodjo, 2007).

  Seseorang yang bekerja akan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan mendapatkan berbagai macam informasi yang dapat menambah pengetahuannya, hal ini juga akan menambah pengalaman seseorang (Notoatmodjo, 2007).

  4) Sumber Informasi Sumber informasi diartikan sebagai sumber belajar sekalipun banyak orang yang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas dari pada sumber belajar, sumber informasi yang disusun secara sistematis oleh otak, maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan (Soekanto, 2007).

  Sumber informasi yang paling baik adalah tenaga kesehatan karena lebih fokus pada pokok permasalahan (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002).

  Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan dengan melihat dan medengar sendiri melalui alat komunikasi, misalnya surat kabar radio, televisi, serta dari keluarga dan kerabat dekat. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Nursalam, 2005).

  Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain:

  a) Media cetak (1) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. (2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran lipat.

  (3) Poster ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, tempat - tempat umum, atau kendaraan umum. (4) Surat kabar merupakan media komunikasi yang efektif sebagaimana diketahui pengaruh surat kabar sangat sulit dielakan bahkan dapat dikatakan surat kabar sudah menjadi kebutuhan setiap orang.

  (5) Majalah bisa menjadi media yang efektif bila isi majalah disesuaikan dengan kepentingan kepentingan pembaca dan harus berdasarkan materi yang banyak diketahui oleh pembaca. (6) Buku-buku, diperpustakaan sekolah buku telah didefinisikan dan di atur secara sistematis sehingga memudahkan orang untuk mencari dan membacanya.

  b) Media elektronik Sebagai sarana untuk menyapaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan melalui media kesehatan, seperti: (1) Televisi, penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk forum kesehatan. (2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain: obrolan atau tanya jawab, ceramah. (3) Vidio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui vidio.

  5) Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu. Interaksi dengan orang lain, memungkinkan pengalaman yang dialami oleh orang lain akan menambah pengetahuannya. a. Definisi ASI Eksklusif ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI (Marimbi, 2010).

  ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi (Indiarti, 2009). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Weni, 2011)

  b. Manfaat ASI dan Menyusui Menurut Weni (2011), manfaat ASI ada 4 yaitu:

  1) Manfaat ASI bagi bayi

  a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

  b) Mengandung antibodi

  c) ASI mengandung komposisi yang tepa d) Mengurangi kejadian karies gigi.

  e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antar ibu dan bayi f) Terhindar dari alergi

  g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

  h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara 2) Manfaat ASI bagi ibu

  a) Aspek kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

  b) Aspek kesehatan ibu.

  Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mamae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding ibu yang tidak menyusui.

  c) Aspek penurunan berat badan.

  Ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula sebelum hamil.

  Pada saat hamil, badan bertambah berat selain karena ada janin juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

  d) Aspek psikologis.

  Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

  3) Manfaat ASI bagi keluarga a) Aspek ekonomi.

  ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

  b) Aspek psikologi.

  Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

  c) Aspek kemudahan.

  Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan.

  4) Manfaat ASI bagi Negara a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

  Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi. Bayi yang tetap diberikan ASI ternyata juga terlindungi dari diare karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri menjadi lebih kecil.

  b) Menghemat devisa Negara.

  ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.

  c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.

  Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.

  d) Peningkatan kualitas generasi penerus.

  Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

  c. Komponen ASI Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen

  ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Berikut komponen penting dari ASI menurut Proverawati (2010) :

  1) Kolostrum Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi.

  2) Protein Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna.

  3) Lemak Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. 4) Laktosa

  Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber energi, meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

  5) Vitamin A Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl.

  6) Zat Besi Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/ltr), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI mudah dicerna. 7) Taurin

  Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari kelompok molekul yang dikenal sebagai

  

omega fatty acids . DHA (docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok

bangunan utama di otak sebagai pusat kecerdasan dan di jala mata.

  Akumulasi DHA di otak lebih besar dari dua tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan di seluruh tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung visual dan perkembangan mental bayi.

  8) Lactobasilus Berfungsi menghambat pertumbuhan mikoorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

  9) Lactoferin Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang. Memiliki efek langsung pada antibiotic berpontensi berbahaya seperti bakteri Staphylococci dan E.Coli. Hal ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur candida.

  10) Lisozim Dapat mencegah dinding bakteri sekaligus mengurangi insiden

  caries dentis dan maloklusi. Enzim pencernaan yang kuat akan

  ditemukan dalam ASI pada tingkat 50 kali lebih tinggi daripada dalam rumus. Lysozyme menghancurkan bakteri berbahaya dan akhirnya menghambat keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus.

  d. Produksi ASI ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara, hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI (Proverawati, 2010).

  Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormone utama yang mengendalikan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran ASI juga tergantung pada let down reflek, dimana isapan puting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya ASI terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan aliran susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai beberapa hari. Larangan bagi bayi untuk menghisap puting ibu akan banyak menghambat keluarnya ASI, sementara menyusui bayi menurut permintaan bayi secara naluriah akan memberikan hasil yang baik. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung ASI serta adanya faktor kelainan anatomis yang mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan ASI sangat jarang terjadi (Proverawati, 2010).

  Menurut Prasetyono (2009) berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga yaitu, kolostrum, foremilk dan hindmilk.

  1) Kolostrum Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan. Kolostrum mengandung banyak protein dan antibodi.

  Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh.

  Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur-angsur produksi kolostrum berkurang saat ASI keluar pada hari ketiga sampai kelima.

  Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi (Baskoro, 2008).

  2) Foremilk Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal

  (foremilk). Air susu ini hanya mengandung sekitar1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi.

  3) Hindmilk

  Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui

  hampir selesai. Hindmilk sangak kaya, kental dan penuh lemak bervitamin, sebagaimana hidangan utama setelah sup pembuka. Air susu ini sebagian besar energy. yang dibutuhkan oleh bayi.

  e. Pola Pemberian ASI ASI harus diberikan kepada bayinya sesering mungkin dan dalam waktu lama, misalnya hingga bayi berusia 2 tahun. Sesungguhnya, ASI bernutrisi tinggi hanya diproduksi oleh payudara ibu sampai bayi berusia

  6 bulan. Oleh karena itu ibu mesti memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Meskipun setelah berumur 4 bulan atau 6 bulan bayi memperoleh makanan tambahan pemberian ASI harus dilanjutkan minimal sampai 12 bulan atau sebaiknya 24 bulan. Sebab ASI memberikan sejumlah zat-zat yang berguna untuk bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi, vitamin dan mineral (Prasetyono, 2009).

  Ketika bayi menangis, ibu harus segera menyusuinya, meskipun hal itu terjadi pada malam hari, baik bayi tidur bersama ibu ataupun tidur terpisah. Pemberian ASI pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus dari satu payudara tetapi bayi mesti diberi ASI dari kedua payudara secara bergantian. Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan payudara (Prasetyono, 2009).

  Biarkan bayi menyusui sesuai permintaannya. Bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam.

  Biasanya bayi langsung mengosongkan payudara pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui dapat diatur sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin (Prasetyono, 2009).

  f. Masalah dalam Pemberian ASI 1) Puting susu nyeri Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.

  Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar perasaan nyeri akan segera hilang (Weni, 2011).

  Rasa nyeri pada puting dapat mempengaruhi proses menyusui, memiliki puting yang luka dan cedera dapat membuat intensitas menyusui berkurang. Bahkan adanya rasa nyeri tersebut akan membuat ibu berhenti menyusui dan memilih untuk berpindah ke susu formula (Proverawati, 2010)

  2) Puting susu lecet Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang- kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush

  (candidates) atau dermatitis (Weni, 2011).

  3) Payudara bengkak Pada hari-hari pertama payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan oleh bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak (Weni, 2011).

  Payudara yang membengkak dapat membuat areola dapat melembung, yang bisa membuat sulit untuk bayi menyusu dengan benar. Bayi hanya mampu menghisap pada puting susu bukan areola. Hal ini akan menyebabkan bayi untuk menghisap keras pada puting susu sebagai tindakan untuk mencoba mendapatkan susu dan menyebabkan puting crack dan sakit (Proverawati, 2010).

  Untuk mencegah terjadinya bengkak maka diperlukan, menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun (Weni, 2011).

  4) Mastitis atau abses payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI di isap dikeluarkan atau penghisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH (Weni, 2011). 5) Kurang atau salah informasi

  Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi (Weni, 2011). 6) Sindrom ASI kurang

  Sering kenyataanya ASI tidak benar-benar kurang. Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi maka bila perlu dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI (Weni, 2011).

  Sering kali ibu mengeluh bahwa ASI-nya tidak keluar atau tidak mencukupi kebutuhan bayi. Hal ini dapat dipengaruhi kondisi psikis ibu, karena merasa tidak mampu menyusui bayi. Peningkatan produksi ASI seiring jumlah ASI yang dikeluarkan. Semakin tinggi kebutuhan bayi, ASI yang diproduksi semakin meningkat (Prastyono, 2009)

  7) After pains Hormon oksitosin yang menyebabkan refleks aliran air susu menyebabkan kontraksi pada rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat menyusui dapat menyebabkan kontraksi rahim. After

  

pains bisa berupa nyeri ringan dan kontraksi yang benar-benar

  menyakitkan. Rasa sakit tersebut dapat muncul dan menghilang selama 5-10 menit. Sebenarnya tidak semua wanita mengalami after

  

pains , tetapi hal ini dianggap normal dan akan berhenti setelah 4 hari.

  Biasanya after pains lebih sering muncul dan menjadi semakin parah setelah melahirkan anak kedua dan seterusnya (Prasetyono, 2009).

  8) Puting payudara yang datar Jika ibu memiliki puting payudara yang datar, hendaknya ibu menarik-narik puting payudara hingga menonjol atau menggunakan alat bantu pompa susu. Tindakan ini dapat dilakukan setelah ibu mandi pada periode kehamilan di atas 7 bulan. Penarikan puting payudara dilakukan sampai bayi lahir (Prasetyono, 2009).

  9) Masalah pada bayi Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi diantaranya adalah terdapat kelainan sumbing bibir, kelainan bentuk mulut, bayi bingung puting bayi dengan lidah pendek (Weni, 2011).

  g. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Perilaku pemberian ASI adalah suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif yaitu tanpa tambahan makanan dari bayi lahir sampai berusia 6 bulan (Dinkes, 2008). Rendahnya pemberian ASI banyak ditemukan diantara perempuan yang bekerja karena alasan seperti singkat cuti hamil, tempat bekerja dimana tidak diperbolehkan membawa bayi atau tidak ada privasi untuk menyusui bayi (Singh, 2010).

  Penelitian Singh (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan memberikan kecenderungan ibu dalam bersikap dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi. Penelitian serupa oleh Amosu, et. all (2011) telah menunjukkan bahwa perilaku menyusui sangat rendah diantara perempuan berpendidikan tinggi dan bekerja.

  Dalam penelitian Fayed, at all (2012) menyatakan tentang dampak pekerja terhadap praktek pemberian ASI, bahwa sebagian besar ibu – ibu bekerja menghentikan pemberian ASI setelah kembali bekerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penghentian ASI adalah kurangnya fasilitas di tempatkerja terhadap proses pemberian ASI yaitu tempat memerah dan penyimpanan ASI.

  h. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif menurut Zakiyah (2012) antara lain:

  1) Pengetahuan Ibu Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2007).

  Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

  2) Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu berhubungan dengan pola pemberian ASI eksklusif (Yuliandarin,

  2009). Hal yang sama disampaikan Wardah (2013) bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. 3) Pekerjaan Ibu

  Pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang tidak bekerja berpeluang memberikan ASI eksklusif 16,4 kali dibandingkan ibu yang bekerja (Yuliandarin,

  2009). Dunia kerja akan mengubah peran ibu dalam mengasuh anak. Sedikitnya lama cuti pasca melahirkan dan jam kerja yang panjang menjadi faktor beralihnya ibu ke susu formula dan ibu menyapih anak (Andini, 2006).

  4) Usia Ibu Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI yang cukup sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif (Lestarie, 2004). Proporsi pemberian ASI eksklusif paling banyak pada ibu berusia muda lebih besar dari proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia tua (Yuliandarin, 2009). 5) Kondisi kesehatan Ibu dan bayi

  Hampir semua ibu dapat menyusui bayinya sejak awal kelahiran bayi hingga 6 bulan dan meneruskan menyusui hingga usia 2 tahun (WHO, 2009). Namun, sejumlah kecil kondisi kesehatan ibu dan bayi dapat membenarkan alasan ibu tidak menyusui secara permanen atau sementara. Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang ASI, Setiap ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya terkecuali jika ibu tersebut mengalami indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi.

  6) Manajeman Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui (Siregar, 2009). Kegiatan ini dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Sementara itu, yang dimaksud dengan manajemen laktasi ialah suatu upaya yang dilakukan oleh ayah, ibu dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Ruang lingkup pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui (Prasetyono, 2009).

  a) Masa Kehamilan (antenatal) (1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula. (2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh, kehamilan dan kondisi puting payudara. Selain itu, ibu perlu memantau kenaikan berat badan selama hamil. (3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga siap menyusui. Tindakan ini dimaksudkan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

  (4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gizi dan makan tambahan sejak kehamilan trimester II. Makanan tambahan

  1/3

  yang dibutuhkan saat hamil sebanyak 1 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil.

  (5) Ibu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, termasuk mendapatkan dukungan suami yang dapat memberikan rasa nyaman kepada ibu.

  b) Masa setelah persalinan (prenatal) (1) Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya. Dalam hal ini, bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu. (2) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24 jam agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

  (3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan.

  c) Masa menyusui (postnatal) (1) Setelah bayi mendapat ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah lahir. Saat itu, bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman lainnya.

  (2) Ibu mesti mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa menyusi agar bayi tumbuh sehat. Saat menyusui ibu memerlukan makanan 1½ kali lebih banyak daripada biasanya, dan minum minimal 8 gelas sehari.

  (3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya. Ibu perlu ketenangan pikiran, serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. (4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk

  Posyandu atau Puskesmas) bila ada permasalahan yang terkait penyusuan.

  (5) Ibu memperhatikan gizi/makanan anak, terutama pada bayi berusia 4 bulan. Sebaiknya, bayi diberi ASI yang kualitas dan kuantitasnya baik

  7) Promosi Susu Formula Promosi merupakan bentuk dari komunikasi pemasaran dalam bentuk serangkaian aktivitas-aktivitas yang menyeluruh untuk memasarkan sesuatu baik untuk tujuan finansial maupun finansial (Shimp, 2009). Tujuan Promosi menurut Kotler (2008) adalah mengkomunikasikan manfaat dari produksnya, membujuk dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. Susu formula adalah susu yang dibuat khusus untuk bayi yang kandungannya menyerupai dengan kandungan Air Susu Ibu (ASI), tetapi tidak seluruh zat gizi yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh bayi. Susu formula dibuat dengan menggunakan ASI sebagai patokan nutrisi bergizi dan diproduksi secara komersial (Sears, 2007).

  8) Status Ekonomi dan Demografi Berdasarkan RISKESDAS 2010, terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran per kapita rumah tangga dengan pemberian

  ASI eksklusif di kelompok bayi 0-1 bulan, 2-3 bulan maupun 4-5 bulan. Semakin tinggi tingkat pengeluaran seseorang maka semakin sedikit presentase pemberian ASI. Menurut RIKESDAS 2010, Cakupan ASI juga lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan. Presentase pemberian ASI di daerah perkotaan pada usia 0-1 bulan sebanyak 41,7% dan semakin menurun pada bayi berusia 2-3 bulan (34,8%) dan umur 4-5 bulan (26,9%).

  9) Kebijakan Nasional dan Internasional Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif.

  Peraturan ini bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi mendapatkan ASI ekklusif sejak dilahrkan hingga berusia 6 bulan dan untuk meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif. Secara international WHO telah mengeluarkan International Code of Marketing of Breastmilk Subtitudes pada tahun 1981 yang mengatur mengenai penggunaan makanan pengganti ASI.

  10) Dukungan Keluarga Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dukungan keluarga merupakan salah satu unsur penting menyukseskan ASI eksklusif. Dukungan keluarga akan menambah rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi. Interaksi positif dengan keluarga akan menghasilkan kasih sayang dan dukungan moril.

  Hasil penelitian Abdul (2010) membuktikan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu.

  Senada dengan hal tersebut, penelitian Simbolon (2011) juga menguatkan bukti bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Dukungan keluarga, terbukti berpengaruh secara emosional. Dukungan merupakan bagian dari membangun kepercayaan. Selain meningkatkan kepercayaan diri, dukungan jugameningkatkan kepercayaan atas hubungan diantara pasangan.

  11) Dukungan suami Dukungan suami merupakan faktor penting terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Dukungan suami dibutuhkan mulai dari hamil sampai menyusi. Kepercayaan suami aka keberhasilan ibu dalam menyusui serta kemampuan suami memberikan informasi mengenai ASI dapat menghilangkan kendala yang ada dan merubah keadaan psikologis ibu. Keadaan psikologis ibu berpengaruh besar terhadap keberhasilan ibu menyusui secara eksklusif (NMAA, 2011).

  Penelitian yang dilakukan oleh Yuliandarin (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapat dukungan suami yang baik berpeluang 12,98 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang memiliki dukungan suami yang rendah.

  12) Dukungan Keluarga Ibu Penelitian yang dilakukan Dykes (2008) di North West of

  England menyatakan bahwa terdapat dukungan keluarga ibu berpengaruh positif terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu membutuhkan dukungan emosional, informasi dan bantuan dari keluarganya. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Ingram (2004) di South Bristol United Kingdom menyatakan bahwa dukungan keluarga ibu penting untuk mendukung pemberian ASI eksklusif. Keluarga ibu berperan dalam pemberian informasi dan bantuan praktis dalam menyusui.

  13) Dukungan Mertua Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ida (2012) di

  Kelurahan Kemiri Muka, Depok, terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu dan mertua dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh Ingram (2004) dengan metode kualitatif berupa focus group discussion dan wawancara dengan 10 orang mertua di South Bristol United Kingdom menyatakan bahwa dukungan mertua berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

  14) Pelayanan Kesehatan Dukungan dari pelayanan kesehatan diperlukan untuk mendukung ibu memberikan ASI eksklusif. Dukungan dari pelayanan kesehatan berupa informasi mengenai menyusui selama kehamilan dan setelah bayi lahir. Pemerintah telah mengeluarkan “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui” dalam Kepmenkes RI No. 450 tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara sksklusif pada Bayi di Indonesia.

  a. Defenisi Manajemen Laktasi Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Suririnah, 2009).

  Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Manajemen Laktasi adalah upaya

  • – upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui (Siregar, 2009).

  Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusu.

  Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500

  • – 800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, 2011).

  Ruang Lingkup manajemen laktasi adalah periode postnatal, antara lain ASI eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, pemenuhan gizi selama periode menyusui (Maryunani, 2012). Semua tahapan pada manajemen laktasi adalah penting dan berperan untuk keberhasilan ASI eksklusif, sehingga semua tahap harus dipersiapkan dengan baik supaya ASI eksklusif berjalan dengan sukses adalah motivasi bidan, konseling dan perawatan payudara. b. Fisiologi Laktasi Amosuat et.al (2011) mengungkapkan bahwa menyusui merupakan cara terbaik dalam menyediakan makananideal untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi sehat. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis. Sehingga sekresi ASI semakin lancar. Pada ibu ada 2 macam refleks yang menentukan keberhasilan dalam menyusui. Refleks tersebut adalah reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflek) (Perinasia, 2009). Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi berhubungan dengan makanan, faktor endokrin dan faktor fisiologi (Marmi, 2012).

  Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormone yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, airsusu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua dan ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susukan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar (Marmi, 2012).

  Reflek-reflek yang sangat penting dalam proses laktasi sebagai berikut: 1) Reflek Prolaktin

  Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang, rangsangan tersebut dibawa ke hipotalamus oleh

  

serabut afferent , kemudian dilanjutkan ke bagian depan kelenjar

hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.

  Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu.

  2) Reflek Aliran (let down reflek) Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormone oksitosin masuk ke dalam aliran darah. Oksitosin akan memacu otot- otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting susu. 3) Reflek Menangkap (Rooting Reflek) Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan.

  4) Reflek Menghisap Reflek menghisap pada bayi akan timbul jika puting merangsang langit-langit.

  5) Reflek Menelan Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflek menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan puting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut (Marmi, 2012).

  c. Upaya Memperbanyak AS Menurut Marmi (2012), upaya tindakan yang dapat memperbanyak

  ASI yaitu, sebagai berikut: 1) Bimbingan prenatal.

  2) Perawatan payudara dan puting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trimester III.

  3) Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan. 4) Menyusui secara on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.

  5) Menyusui dengan posisi yang benar. 6) Memberikan ASI eksklusif. 7) Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang konsumsi nutrisi lengkap dengan cukup kalori dan cukup air 8) Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan.

  9) Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas. 10) Saat menyusui, sebaiknya ibu berada di lingkungan yang tenang. 11) Pelayanan pascanatal. 12) Setiap menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian tetapi diusahakan satu payudara sampai habis, lalu pindah ke payudara yang lainnya.

  d. Cara Menyusui yang Benar Menurut Marmi (2012), cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut: 1) Posisi madona atau menggendong

  Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan. 2) Posisi football atau mengepit

  Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

  3) Posisi berbaring miring Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan

  e. Tata Laksana Menyusui yang Benar Menurut Marmi (2012), tahap dan tata laksana menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

  1) Posisi badan ibu dan badan bayi a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.