1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Rizal Al Fauzi BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang

  diberi umur panjang, dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut sebagai menuan = aging (Constantinides, 1994 dalam Darmojo, 2006).

  Indonesia pada abad ke 21 akan mengalami peningkatan jumlah tahun 1990 - 2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,29 % (Sekitar 15,2 juta jiwa) dari total jumlah penduduk Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2020 terjadi peningkatan menjadi 11,34% (Darmojo, 2006). Peningkatan jumlah lansia yang tinggi dapat berpotensi menimbulkan berbagai macam permasalahan baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun kesehatan (Nugroho, 2000). Cara untuk meningkatkan aspek utama dari peningkatan kesehatan pada lansia adalah dengan pemeliharaan tidur yang cukup untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk memastikan keterjagaaan di siang hari guna

  

1 menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kualitas hidup yang tinggi (Stanley, 2006). ).

  Nyeri akut tulang belakang atau low back pain meliputi rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah punggung bawah. Nyeri terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat pantat bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sacral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki (Bima, 2009, Baida, 2012). Kejadian nyeri tulang belakang atau low back pain sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Diperkirakan 70-85% dari seluruh penduduk di Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalansia pertahunnya dari 15-45% dengan poin prevalen rata-rata 30%. Sekitar 80-90% pasien low

  

back pain menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk

  mengobati penyakitnya. Amerika serikat untuk keluhan low back pain menepati pernah mengeluhkan low back pain (WHO, 2008).

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan angka kejadian low back pain pada perawat di London didapatkan sekitar 75% dan mereka masih bekerja dirumah sakit (Rakel, 2005). Sedangkan di Indonesia di perkirakan jumlah kejadiannya lebih banyak lagi (Depkes, 2003). Rumah Sakit Fatmawati Jakarta sebanyak 65% dari total perawat yang bertugas dapat di diagnosis low back pain. Hasil penelitian Cropcord Indonesia (2004) menunjukkan bahwa penderita low

  

back pain pada jenis kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita

  sebesar 13,6% (Setyohadi, 2005). Tulang belakang adalah bagian tubuh yang

  2 sering diabaikan oleh manusia, padahal pada tulang punggung belakang banyak tersimpan dan terlindungi oleh saraf-saraf penting, karena kesehatan kita sendiri bisa terjadi kerusakan atau cidera pada tulang belakang, nyeri, pegal, yang akibatnya berbagai macam (Irwanashari, 2010 dalam Baida, 2012).

  Insomnia merupakan gangguan tidur utama dalam memulai dan mempertahankan tidur di kalangan lansia, sehingga insomnia didefinisikan sebagai keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan dari sulitnya memasuki tidur, sering terbangun malam hari kemudian sulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu initial insomnia, intermitten

  insomnia, terminal insomnia (Tarwoto & Wartonah, 2006).

  (Frost, 2001). Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantug, penyakit paru, diabetes, arthritis, atau hipertensi mengatakan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia sehat (Amir, 2007). Hal tersebut terdapat dua faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia diantaranya: faktor dari dalam (intrinsik) yaitu: kecemasan, motivasi dan umur, serta faktor dari luar (ekstrinsik) yang dapat berupa gaya hidup, penggunaan obat- obatan, gangguan medis umum dan lingkungan.

  3 Penatalaksanaan yang sering dilakukan untuk mengurangi gangguan tidur umumnya adalah dengan cara mengkonsumsi obat tidur. Mengkonsumsi obat tidur yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping kecanduan, bila

  overdosis dapat membahayakan pemakainya. Pemakaian obat-obatan tersebut

  tidak disertai dengan perbaikan pola makan, pola tidur serta penyelesaian penyebab psikologis, maka obat-obatan hanya dapat mengatasi gangguan yang bersifat sementara dan tidak menyembuhkan (Coates, 2001).

  Massage (pijatan) adalah suatu tindakan penekanan dengan tangan pada

  jaringan lunak, biasanya otot tendon atau lengan, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan meningkatkan sirkulasi, Gerakan-gerakan dasar dari massage meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk setiap gerakan-gerakan menghasilkan tekanan. Arah kecepatan posisi tangan dan gerakan yang berbeda - beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan dibawahnya (Handerson, 2006).

  Salah satu tehnik memberikan massage adalah tindakan massage punggung dengan usapan yang perlahan (Slow Stroke Back Massage) usapan dengan lotion atau balsam dapat memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal (Kenworthy dkk, 2002).

  4 Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses menyembuhkan luka. Nilai terapeutik yang lain dari pijat punggung termasuk mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis (Kusyati, 2006). Penelitian juga mengidentifikasikan manfaat dari slow stroke massage ini. Salah satunya adalah penurunan secara bermakna pada intensitas nyeri dan kecemasan serta perubahan positif pada denyut jantung dan tekanan darah yang mengindikasikan relaksasi pada pasien lansia dengan stroke (Mok, dkk , 2004).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan di kelurahan Dukuhwaluh bahwa jumlah lansia laki-laki sebanyak 520 orang (Anonim, 2012). dengan cara observasi dan wawancara didapat 70% dari 100% orang lansia yang perlu melakukan penelitian dengan melakukan slow stroke back massage sebagai pengaruh gangguan tidur pada lansia dengan nyeri akut tulang belakang.

B. Rumusan Masalah

  Tidur merupakan proses fisiologi yang amat penting untuk manusia dan merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh manusia (Burton, 2007). Tidur suatu keadaan dimana ketidaksadaran natural, ketika aktivitas otak tidak terlihat (selain daripada pertahanan fungsi tubuh dasar yang berlanjutan, contohnya pernafasan) tetapi bisa dideteksi dengan penggunaan elektroensefalogram (EEG).

  

5

  

6

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan, yang sangat menggangu kenyamanan dan aktifitas tidur penderita nyeri akut tulang belakang pada lansia.

  Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk menangani gangguan tidur dan nyeri akut tulang belakang, salah satunya adalah dengan slow-stroke back massage.

  Dari pernyataan ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah pemberian slow- stroke back massage mempengaruhi tingkat gangguan tidur pada lansia dengan nyeri akut tulang belakang?”

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pengaruh slow stroke back massage terhadap tingkat gangguan tidur pada lansia dengan nyeri akut tulang belakang di Dukuhwaluh.

  a. Mendeskripsikan karakteristik responden (usia, berat badan, tinggi badan, riwayat pekerjaan, status pernikahan dan pendidikan).

  b. Mendeskripsikan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian slow-stroke back massage pada lansia laki-laki di Dukuhwaluh.

  c. Mendeskripsikan tingkat gangguan tidur sebelum dan sesudah pemberian slow-stroke back massage pada lansia laki-laki di Dukuhwaluh.

  d. Mendeskripsikan selisih skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian slow-

  stroke back massage terhadap tingkat gangguan tidur pada lansia laki-laki dengan nyeri akut tulang belakang di Dukuhwaluh. e. Mendeskripsikan selisih skor tingkat ganguan tidur sebelum dan sesudah pemberian slow-stroke back massage terhadap tingkat gangguan tidur pada lansia laki-laki dengan nyeri akut tulang belakang di Dukuhwaluh.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  a. Mendapatkan informasi atau pengetahuan berdasarkan kebenaran ilmiah tentang pengaruh slow-stroke back massage terhadap tingkat gangguan tidur pada lansia laki-laki dengan nyeri akut tulang belakang.

  b. Sebagai wacana untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan khususnya pemberian slow-stroke back massage terhadap tingkat gangguan tidur pada lansia laki-laki dengan nyeri akut tulang

  2. Manfaat Praktis

  a. Sebagai dasar pertimbangan melakukan intervensi keperawatan dalam manajeman penurunan tingkat gangguan tidur pada lansia laki-laki.

  b. Sebagai dasar pertimbangan melakukan intervensi keperawatan dalam manajeman nyeri akut tulang belakang pada lansia laki-laki.

  

7

E. Penelitian Terkait 1.

  Pradiasti, M.R. (2012) dengan judul “Pengaruh Senam Sehat Indonesia pada Lansia Terhadap Penurunan Skala Insomnia Di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap” Metode Jenis penelitian quasi eksperiment pendekatan

  pretest dan posttest desaign. Responden penelitian ini berjumlah 25 orang

  penderita insomnia dari 90 orang lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap sebagai populasi. dengan hasil ada pengaruh senam sehat Indonesia pada lansia terhadap penurunan skala insomnia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Senam sehat Indonesia dilakukan 3 kali seminggu selama 3 minggu dengan karakteristik responden sebagaian besar berumur 60-74 tahun 68% dan berjenis kelamin perempuan 60%. Skala insomnia sebelum senam sehat Indonesia 32% dengan skala insomnia setelah senam sehat indonsia 36% dengan skala tidak mengalami gangguan insomnia, 40% skala insomnia ringan,24% skala insomnia sedang. Dari hasil uji t-p aired diperoleh niai p value sebasar 0,0001 < α (0,05). Ada perbedaan skala insomnia sebelum dan sesudah dilakukan senam sehat Indonesia (Pradiasti, 2012). Persamaanya adalah sampel yang diteliti lansia dan tingkat insomnia, perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah pada sampel yang diteliti yaitu pengaruh slow-stroke back massage terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia dengan nyeri akut tulang belakang.

  

8

2. Baida, S (2012) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

  Nyeri Tulang Belakang pada Perawat Diruang Rawat Bedah RSUD Prof Dr Margono Soekarjo”. Metode penelitian menggunakan metode case control, sampai pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja diruang rawat bedah RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto. pengumpullan data menggunakan kuesioner,dan perhitungan analisis bivariat menggunakan uji

  

mann-whitney. Dengan berdasarkan uji statistic didapatkan bahwa p-value >

  0,05, artinya Tidak ada pengaruh antara umur, jenis kelamin, obesitas, merokok,pekerjaan (lama kerja), aktifitas fisik, olahraga dengan nyeri tulang belakang (Baida, 2012). Persamaannya adalah keduanya meneliti nyeri tulang belakang atau nyeri punggung bawah, Perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah sampelnya berbeda yaitu pada lansia.

  008) dengan judul” Pengaruh Stimulasi Kutaneus: Slow Stroke

  

Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Osteoarthritis pada Lansia di Panti

  Werdha Griya Asih Lawang”. Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode pra eksperimen dengan pendekatan one group pretest-

  

posttest . Dengan berdasakan hasil pengukuran intensitas nyeri dengan

  menggunakan Bourbonais 0-10 pada subyek penelitian sebelum dilakukan pemberian stimulus kutaneus: slow stroke back massage diperoleh hasil bahwa seluruh subyek penelitian mengalami nyeri sedang (100%). Hasil pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan Bourbonais 0-10 pada subyek penelitian setelah dilakukan pemberian stimulus kutaneus: slow stroke

  9

  

back diperoleh sebagian besar subyek penelitian mengalami penurunan nyeri

  (80%) dan sebagian kecil tidak mengalami penurunan nyeri (20%). Setelah dilakukan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil p value < α

  (0,011 < 0,05) maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian stimulus kutaneus: slow stroke back massage mempengaruhi intensitas nyeri orteoartritis pada lansia. Persamaannya pada penelitian ini adalah keduanya meneliti pengaruh slow stroke back massage pada lansia dengan nyeri, perbedaannya pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah mengtahu pengaruh slow stroke back massage pada lansia dengan gangguan tidur.

  10