BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI eksklusif - Danang Wisanggeni BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI eksklusif

  1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006).

  ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual.

  ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Purwanti, 2007).

  ASI merupakan makanan pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI tidak tergantikan oleh susu fomula yang paling hebat dan mahal sekalipun. Selain itu ASI juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi.

  11 Akibatnya program pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Yuliarti,2010).

  ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, yang dimaksud murni adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa pemberian makanan tambahan lain seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia 6 bulan, barulah bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

  Dalam Al- Qur’an juga telah dijelaskan bahwa seorang ibu dianjurkan menyusui anaknya bukan hanya 6 bulan menyusui melainkan selama 2 tahun. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah berikut : “ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya

  

selama 2 tahun penuh, yaitu bagi ibu yang ingin menyempurnakan

penyusuan” (QS al-Baqoroh : 233).

  ASI selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobulin (Munasir, 2008). Roesli (2007) menambahkan bahwa ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. ASI juga mengandung berbagai komponen anti inflamasi, seperti vitamin A, C dan E, sitoksin, enzim dan inhibitor enzim.

  Selain mempunyai komposisi yang sesuai berbagai penelitian epidemiologis menunjukkan pemberian ASI pada bayi mempunyai keuntungan terhadap kesehatan pada umumnya, pertumbuhan, perkembangan dan pengurangan resiko terkena penyakit akut dan kronik. Selain keuntungan bagi bayi, menyusui juga memberi keuntungan kepada ibu. Menyusui meningkatkan kadar hormon

  

oksitosin yang mengurangi pendarahan pasca persalinan dan

mempercepat involusi uterus.

  Pemberian ASI merupakan metode pemberian makanan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya (Roesli, 2008).

  Program ASI eksklusif merupakan program promosi pemberian air susu ibu pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MENKES/SK/VI/2004 dan PP RI Nomer 33 tahun 2012 (Kemenkes dalam Jafar, 2012).

  Berdasarkan Undang - Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 mengatur bahwa setiap bayi hingga berusia 6 bulan berhak mendapatkan ASI eksklusif, kecuali tidak dimungkinkan atas indikasi medis. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia [SDKI], (2012) juga menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif karena semua komposisi yang terkandung dalam ASI merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi dalam enam bulan pertama kehidupan bayi. Manfaat ASI eksklusif meliputi menjaga kelangsungan hidup bayi (WHO, 2013).

  2. Komposisi ASI ASI yang pertama keluar disebut dengan fore milk dan selanjutnya disebut dengan hind milk. Fore milk merupakan ASI awal yang banyak mengandung air berfungsi sebagai makanan pembuka dan penghilang haus, sedangkan hind milk lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak berfungsi untuk mengenyangkan bayi (Yuliarti, 2010). Pernyataan ini juga didukung oleh Khasanah (2011) bahwa komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi dipengaruhi stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.

  Menurut Roesli (2007), kandungan yang terdapat di dalam ASI diantaranya: a. Kolostrum

  Adalah cairan pertama ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua sesudah melahirkan dengan komposisi yang selalu berubah-ubah berwarna kekuning-kuningan, agak kental dan kasar, banyak mengandung protein, mineral dan vitamin dan berfungsi untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi karena mengandung zan anti-infeksi 10-17 kali lebih dibanding ASI matang. Kolostrum terasa agak kasar karena mengandung butir- butir lemak, bekas-bekas epitel, dan limfosit. Dapat diartikan sebagai cairan pelancar dan pembersih saluran-saluran ASI. Volume kolostrume antara 150-300 ml/24 jam.

  b. Karbohidrat Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula susu) yang merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai sumber energi dan membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lainnya. ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya sekitar 20-30% lebih banyak dari susu sapi. c. Protein Terdapat dua jenis protein utama dalam ASI yaitu casein dan whey. Protein whey sangat mudah dicerna dibandingkan protein casein. Dalam ASI lebih banyak terdapat protein whey (60%) dari pada casein sehingga tidak memberatkan pencernaan bayi. Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu formula.

  d. Taurin Adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan syaraf, susunan syaraf, juga penting untuk pertumbuhan retina.

  e. Lemak Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak. Lemak dalam ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi karena ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase).

  Lemak ASI lebih benyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga lemak ASI dapat lebih baik diserap oleh usus bayi.

  f. Mineral Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral dan jumlahnya tidak terlalu banyak dalam ASI. Mineral ini berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang .

  g. Vitamin 1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.

  2) Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D juga berasal dari sinar matahari.

  3) Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah.

  4) Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. 5) Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan terdapat dalam ASI.

  h. Zat kekebalan Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI adalah

  

imunoglobulin (IgA) yang dapat melindungi bayi pada tempat-

  tempat yang sering menjadi serangan kuman dan infeksi, yakni membran mukosa tenggorokan, paru-paru, dan saluran cerna.

  ASI juga mengandung laktoferin, lisozim dan sel darah putih (leukosit) yang melengkapi sistem kekebalan tubuh bayi.

  3. Fisiologi laktasi Laktasi atau menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi (pembuatan) dan pengeluaran ASI (Ariani, 2010).

  a. Produksi (pembuatan) ASI Keadaan saat hamil membuat hormon prolaktin meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang begitu tinggi. Hari kedua atau ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih besar.

  Alveoli mulai menghasilkan ASI saat kadar estrogen dan

  progesteron turun. Mekanisme ini yang membuat produksi ASI

  seorang ibu akan optimal dalam waktu sekitar 72 jam setelah melahirkan. Menyusui bayi setelah melahirkan sangatlah penting karena dengan menyusui lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin sehingga pembuatan ASI semakin lancar (Ariani, 2010).

  b. Pengeluaran ASI Pengeluaran air susu dari payudara adalah faktor penting dalam kelanjutan produksinya, terdapat bahan kimia dalam ASI yang dirancang untuk menghentikan produksi ASI jika tidak digunakan, jika ASI yang sudah diproduksi tidak diisap atau dikeluarkan dari payudara dalam waktu yang lama, bahan kimia

  (penghambat) atau inhibitor autokrin ini akan menghentikan sel-sel pembuat ASI memproduksi ASI.

  Bayi yang sudah berusia lebih dari 6 bulan dan akan diberikan makanan tambahan reflek prolaktin akan terhenti, sekresi ASI pun akan terhenti. Alveoli akan meluruh, kemudian seiring siklus menstruasi alveoli akan terbentuk kembali.

  Mekanisme ini mencegah penuhnya payudara yang diperlukan ketika bayi berhenti menyusu atau tidak menyusu sama sekali.

  Proses menyusui ataupun diperah untuk mengeluarkan ASI inhibitor autokrin tetap dikeluarkan sehingga produksi ASI terus berlanjut. Intensitas yang tinggi pada bayi untuk menyusu maka semakin banyak ASI diproduksi, sebaliknya jika semakin jarang bayi untuk menyusui makin sedikit payudara menghasilkan ASI (Ariani, 2010).

  4. Manfaat ASI eksklusif Menurut Roesli, (2007), ASI banyak sekali manfaatnya baik bagi bayi dan ibu bayi itu sendiri, antara lain: a. Manfat bagi bayi

  Manfaat utama yang dapat diperoleh dari ASI yaitu bayi bisa mendapatkan nutrisi terlengkap dan terbaik baginya. ASI juga dapat melindungi bayi dari berbagai alergi dan penyakit, serta meringankan kerja pencernaan. Manfaat lain yang diperoleh dari ASI antara lain:

  1) ASI sebagai sumber nutrisi bayi ASI adalah makanan yang paling sempurna baik kualitas dan kuantitasnya. Salah satu hal yang menyababkan ASI sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi baru lahir adalah kandungan minyak omega-3. Selain sebagai zat penting bagi otak dan mata omega-3 juga penting selama masa kehamilan dan pada tahap-tahap awal usia bayi yang dengannya otak dan saraf berkambang optimal (Roesli, 2007). 2) ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi

  Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah ia mendapatkan zat kekebalan tubuh (imunoglobulin) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan turun setelah kelahirannya, padahal dari waktu bayi lahir hingga usia beberapa bulan bayi tidak bisa membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Hal tersebut dapat diatasi jika bayi diberi ASI, sebab ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi tubuhnya. ASI awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan ASI keluar selanjutnya. ASI menyediakan lingkungan bagi bakteri flora normal yang keberadaannya dapat menghambat perkembangan bakteri, virus, dan parasit berbahaya.

  3) ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi (meningkatkan kecerdasan) Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel-sel otak yang banyaknya 14 miliar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami sehingga mambutuhkan nutrisi, seperti lemak dan protein. ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok

  

omega- 6 dan DHA (Asam Dekosa Heksanoat) kelompok

omega- 3, dan nutrisi lain seperti protein, laktosa dan lemak

  lainnya yang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Banyak penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberikan ASI memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan ASI.

  4) Menyusui dapat menjalin interaksi antara ibu dan anak Pengaruh kontak langsung antara ibu dan anak secara langsung dapat membentuk ikatan kasih sayang antara mereka karena berbagai rangsang, seperti sentuhan kulit (skin

  

to skin contact) akan memberikan rasa aman dan tentram

  terutama karena ia mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

  5) ASI menghindarkan bayi dari alergi Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas masuknya zat asing ke dalam tubuh. Alergi sering terjadi pada bayi karena sistem pertahanan yang belum sempurna. Bayi yang diberi ASI akan terhindar dari alergi karena mengandung antibodi IgA tinggi yang fungsi sebagai pencegahan sistem imun terhadap zat pemicu alergi.

  b. Manfaat bagi ibu Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, melainkan bagi ibu juga banyak manfaatnya antara lain:

  1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk penutupan pembuluh darah (kontriksi) sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu (Roesli, 2007). 2) Mengurangi terjadinya anemia

  Mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat besi, menyusui mengurangi pendarahan.

  3) Menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli, 2007).

  4) Mempercepat pengecilan ukuran rahim Saat menyusui ada hormon oksitosin yang berperan dalam produksi ASI yang berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebh cepat dibandingkan ibu yang tidak menyusui.

  5) Lebih cepat langsing kembali Menyusui akan membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.

  Dengan demikian berat badan ibu akan lebih cepat kembali keberat badan sebelum hamil.

  6) Mengurangi resiko kanker payudara Diperkirakan zat innate immune system yang terdapat dalam ASI bisa memberikan perlindungan terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa terhindar dari ancaman kanker payudara (Roesli, 2007).

  7) Lebih ekonomis/murah Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai berumur 4 atau 6 bulan. Menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula dan bisa dialokasikan untuk memberi makanan bergizi bagi ibu, karena menyusui memerlukan gizi yang lebih.

  8) Praktis dan portabel ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin menyusui langsung dapat diberikan tanpa ribet mempersiapkan susu botol. 9) Memberi kepuasan bagi ibu

  Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

  Menurut Astutik (2014), beberapa alasan yang menyebabkan seseorang ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah

  1. Pekerjaan ibu Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu diluar pekerjaan rutin rumah tangga yang tujuannya untuk mencari nafkah dan membantu suami. Di sebagian negara berkembang, rata-rata wanita bekerja 12-18 jam per hari sedangkang pria bekerja 10-12 jam per hari. Kaum ibu dituntut untuk mampu membagi waktu antara bekerja dan waktu untuk keluarga. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, arena waktu kerja bayi bisa diberi ASI perah sehari sebelumnya (Roesli, 2007).

  2. Budaya sekitar

  a. Meniru teman Persepsi mansyarakat akan gaya hidup mewah membawa dampak menurunnya ketersediaan menyusui. Bahwa adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik (Astutik, 2014).

  b. Merasa ketinggalan zaman Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya (Siregar, 2004).

  3. Produksi ASI tidak mencukupi Alasan ini merupakan alassan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa

  ASI-nya kurang, hanya sedikit sekali (2%-5%) yang secara biologis memang kurang produksinya. Selebihnya 95%-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2007). Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu sebagai berikut:

  a) Inisiasi menyusui dini Hal-hal yang mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusui dini (IMD), menjadwalkan pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberinya dengan dot/botol, kesalahan posisi dan perlekatan bayi pada menyusu, serta tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar (Astutuik, 2014).

  b) Faktor psikologi ibu Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai kenyakinan mampu memproduksi ASI, umumnya memang produksi ASI-nya berkurang. Stres, khawatir dan ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri sangat besar (Astutuik, 2014).

  c) Faktor fisik ibu Faktor fisik ibu seperti sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang menggunakan hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.

  d) Faktor bayi Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Seorang ibu yagn mempunyai bayi kembar, baik kembar dua maupun tiga sekalipun dapat menyusui kedua bahkan ketiga bayinya. Ada beberpa faktor yang bersumber dari bayi misalnya bayi sakit dan bayi dengan kelainan bawaan (Astutuik, 2014).

  4. Pengetahuan Ibu sering kurang mengetahui dan memahami tata laksana laktasi yang benar (Dagun dalam Astutuik, 2014). Misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar secara optimal.

  5. Takut ditinggal suami Sebuah survey dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen

  Indonesia (YLKI) terhadap ibu-ibu se-Jabodetabek diperoleh data bahwa alasan pertama memberikan ASI pada anaknya adalah takut ditinggal suami (Astutuik, 2014). Ini semua karena mitos yang salah, menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelak. Sebenarnya mengubah bentuk payudara adalah kehamilan buka menyusui.

  6. Tidak diberi ASI tetap jadi orang Pendapat bahwa jika bayi diberi ASI maka bayi akan tumbuh menjadi tidak mandiri dan manja karena terlalu sering didekap dan dibelai ternyata salah. Pendapat yang benar adalah seorang anak akan tumbuh kurang mandiri, manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua.

  7. Takut badan gemuk Pendapat tentang ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Timbunan lemak yang terjadi saat hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak (Roesli, 2008).

  8. Promosi susu formula Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat merupakan salah satu media untuk mempromosikan susu formula.

  Walaupun sekarang promosi susu formula sudah dilarang, pada kenyataannya di fasilitas kesehatan justru masih ada yang memberikan susu formula kepada ibu postpartum dengan alsan kolostrum belum keluar (Astutuik, 2014).

C. Pengetahuan ibu

  1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan

  terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan rasa dan raba. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, semakin banyak aspek positif dari suatu objek diketahui oleh seseorang, maka semakin positif juga sikap seseorang terhadap objek tersebut. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal. Perilaku yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan (Potter dan Perry, 2009).

  Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek teretentu (Mubarak, 2011).

  Ada beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmojo, 2007) yaitu:

  a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian, kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tersebut menerima informasi.

  b. Pengalaman Pengalaman belajar dalam bekerja dan berkembang memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik.

  c. Umur Dapat di perkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejak bertambahnya usia.

  Menurut Notoatmodjo (2005),mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu merupakan kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

  b. Memahami (Comprehention) Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

  d. Analisa (Analisys) Analisa merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut.

  e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

  2. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

  Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.

  b. Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis dan ilmiah.

  Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian.

  Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan- pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitian.

D. Pekerjaan ibu

  1. Pengertian Menurut Anoraga (2009), kerja merupakan penggunaan proses mental dan fisik dalam mencapai beberapa tujuan yang produktif.

  Sedangkan Wales (2009), mengemukakan pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.

  Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah bernilai imbalan dalam bentuk Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama kariernya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama (Wales (2009).

  Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. (Nitno, 2009).

  Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan bisa mendapatkan cuti 40 minggu, yang diambil mulai 11 minggu sebelum hari perkiraan lahir sampai 29 minggu setelah melahirkan. Artinya, mungkin sekali bagi ibu di sana untuk memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya. Ironis sekali jika melihat keadaan di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dicanangkan, dan informasi tentang manfaat ASI Eksklusif disebarluaskan merata di tengah masyarakat, tetapi pada kenyataannya hanya penyebarluasan informasi saja yang bisa berhasil dengan baik, tetapi semua itu hanya sebatas informasi yang sulit sekali diwujudkan sebagai tindakan nyata (Akida, 2004)

  Khusus bagi ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir ibu sudah harus kembali bekerja dan meninggalkan bayinya mengganggu pemberian ASI Eksklusif. Sebenarnya kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusukan si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. Namun pada kenyataannya hal itu sulit dilakukan terutama bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Sejumlah ibu yang baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus kembali bekerja. Produksi ASI pun menurun lantaran kelelahan setelah seharian bekerja (Rachmawati, 2006).

  Roesli (2007), juga menambahkan pekerjaan bukanlah menjadi alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Banyak upaya yang bisa dilakukan agar bayi tetap bisa mendapatkan ASI aksklusif diantaranya dengan cara memerah ASI sebelum Ibu berangkat bekerja. Dengan begitu bayi akan tetap mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan ibu tetap bisa bekerja. Dukungan lingkungan tempat bekerja yang ramah ibu berpengaruh sangat positif terhadap keberhasilan realisasi ASI eksklusif bagi bayi-bayi Indonesia.

  Perusahaan hendaknya juga memberi keleluasaan bagi para karyawati untuk menyusukan bayi atau memerah ASInya di luar waktu istirahat.

  2. Manfaat memerah ASI Menurut Roesli (2007) banyak manfaat yang bisa didapat dengan memerah ASI, yaitu: a. Memerah ASI untuk persediaan saat ibu bekerja.

  Bagi ibu bekerja yang tidak dapat membawa bayinya ketempat kerja, pemberian ASI perah akan tetap memungkinkan bayi memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa harus mendapat cuti tambahan.

  b. Memerah ASI untuk bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bayi sakit yang lemah.

  Bila bayi terlalu kecil atau terlalu lemah sehingga belum dapat minum langsung pada ibu, ASI perah dapat diberikan melalui sonde lambung, pipet, atau sendok. Hal ini dikerjakan supaya tidak menyebabkan lelah pada bayi.

  c. Menghilangkan bendungan Perahlah sesering mungkin dan sebanyak mungkin yang diperlukan agar payudara tetap nyaman dan kelenturan puting susu terjaga.

  d. Menjaga kelangsungan persediaan ASI saat bayi sakit atau berat badan bayi sangat rendah.

  Saat bayi sangat sakit atau sangat kecil sehingga belum dapat diberi minum melalui mulut, memerah ASI merupakan jalan untuk mempertahankan persediaan ASI. Ibu harus memerah ASI sesering dan sebanyak mungkin agar pasokan ASI terjaga.

E. Susu Formula

  1. Pengertian Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak sapi dan harganya pun murah (Khazanah, 2011).

  Menurut Roesli (2007), susu formula adalah cairan yang berisi zat yang mati di dalamnya, tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, serta tidak mengandung enzim maupun hormon yang mengandung faktor pertumbuhan. (Khasanah (2011), juga berpendapat bahwa susu formula adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak- anak yng berfungsi sebagai pengganti ASI.

  Susu formula atau pengganti ASI adalah semua makanan dan minuman yang diberikan pada bayi sebelum ia berusia 6 bulan untuk menggantikan air susu ibu. Dan pada usia 6 bulan sampai 2 tahun makanan atau minuman ini akan menggantikan bagian dari makanan atau diet bayi. Maraknya iklan susu formula yang terdapat di televisi, internet, koran maupun di pinggir-pinggir jalan cukup memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan ASI eksklusif pada masyarakat. Permasalahan menyusui di Indonesia sekitar 50 % akibat pengaruh dari pemasaran iklan susu formula. Karenanya jika produsen susu formula tidak boleh membuat iklan di semua sektor, maka setengah dari permasalahan menyusui di Indonesia mungkin bisa teratasi (Februhartanty, 2007).

  Sejumlah alasan menjadi penyebab mengapa para ibu tidak memberikan ASI kepada anaknya. Termasuk alasan kesibukan bekerja dan ketakutan akan berubahnya bentuk badan bila mereka menyusui. Ditambah lagi gencarnya iklan-iklan susu formula disertai himpitan ekonomi keluarga membuat para ibu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini menyebabkan para ibu mengabaikan fungsi ASI bagi perkembangan hidup bayinya. Dengan semakin gencarnya promosi susu formula dan makanan pendamping ASI menyebabkan ibu beralih memberikan makanan pendaping ASI pada bayi umur kurang dari 6 bulan dengan alasan bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi gizi bayi (Februhartanty, 2007).

  Perkembangan pertelevisian khususnya televisi swasta telah membawa konsekuensi logis pada semua aspek kehidupan tidak terkecuali pada dunia usaha. Dunia usaha telah memanfaatkan sarana televisi untuk menunjang keberhasilan usahanya yang ditandai dengan persaingan iklan yang kian marak dan inovatif. Susu formula dan makanan pendamping ASI sebagai salah satu produk dunia usaha tidak ketinggalan ikut serta mengiklankan produknya. Seringnya iklan yang ditayangkan di televisi sedikit banyak pasti berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat (Nuryati, 2008).

  2. Manfaat susu formula Menurut Khasanah (2011), dalam bukunya yang berjudul “ASI

Atau Susu Formula Ya?”, Manfaat Pemberian Susu Formula adalah sebagai berikut :

  a. Manfaat susu formula bagi bayi Manfaat pemberian susu formula bagi bayi yaitu kepuasan yang lebih lama bagi bayi karna formula susu sapi yang di buat dari susu sapi lebih sulit dicerna dari pada ASI, dan endapan besar sehingga meningalkan rasa kenyang pada bayi yang lebih lama. b. Susu formula sebagai nutrisi.

  Susu formula bayi adalah susu yang jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencapai tumbuh kembang yang optimal. Penggunaan merek susu formula yang sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak bila gangguan saluran cerna anak baik dan tidak terganggu.

  c. Susu formula meningkatkan kecerdasan Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Terdapat dua faktor penentu kecerdasan anak, yaitu faktor genetika dan faktor lingkungan (Khasanah (2011).

  3. Komposisi susu formula Menurut Khasanah (2011), komposisi zat gizi susu formula selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai aturan pakai), hanya sedikit mengandung imunoglobulin yang sebagian besar merupakan jenis yang salah (tidak diperlukan oleh tubuh). Meskipun pembuatan susu formula dibuat semirp mungkin dengan ASI, tetap saja susu formula tidak sebaik ASI. Adapun kandungan yang terdapat dalam susu formula antara lain: a. Lemak Kadar lemak disarankan antara 2,7 – 4,1 g tiap 100 ml.

  Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85% lemak (Khasanah, 2011).

  b. Protein Kadar protein harus berkisar antara 1,2 dan 1,9 g/100 ml.

  Dengan rasio laktalbumin/kasein kurang lebih 60/40. Pemberian protein yang terlalu tinggi dapat menyebabkan meningginya kadar

  

ureum, amoniak , serta asam amino tertentu dalam darah.

  Perbedaan antara protein ASI dan susu formula terletak pada kandungannya (susu formula mengandung 3,3 g/100 ml) dan rasio antara protein whey dan kaseinnya, yaitu pada ASI 60/40, sedangkan pada susu sapi 20/80. Bayi baru lahir dan terutama yang dilahirkan sebagai prematur dapat megubah asam amino metionin menjadi sistein, hingga pemberian susu sapi tanpa diubah dahulu dapat menyebabkan kekurangan relatif sistein. Penambahan protein whey akan memperbaiki susunan asam aminonya hingga mendekati kandungan sistein yang terdapat dalam ASI. Beberapa produsen susu menambahkan Taurin pada produk formula susu bayinya (Khasanah, 2011).

  c. Karbohidrat Kandungan karbohidrat yang disarankan pada susu formula antara 5,4-8,2 gr tiap 100 ml. Dianjurkan supaya sebagai karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau destrin-maltosa. Tidak dibenarkan pada pembuatan susu formula ini untuk memakai tepung atau madu, maupun diasamkan (acidified) karena belum diketahui efek sampingannya dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Khasanah, 2011).

  d. Mineral Mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, khlorida, lebih tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0,25 - 0,34 gr tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI. Penurunan kadar mineral sangat diperlukan oleh karena bayi baru lahir belum dapat mengekresi dengan sempurna kelebihannya (Khasanah, 2011).

  e. Vitamin Biasanya berbagai vitamin ditambahkan pada pembuatan susu formula hingga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

F. Kerangka Teori

  Berdasarkan teori Roesli (2007), digabungkan dengan teori faktor- faktor ibu tidak memberikan ASI eksklusif (Astutik, 2014) maka dapat dibentuk kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Teoritis

  • Meniru teman
  • Merasa ketinggalan jaman
  • IMD
  • Psikologi ibu
  • Fisik ibu
  • Bayi Takut ditinggal suami Tidak diberi ASI tetap jadi orang Takut badan gemuk

  Sumber : Roesli (2007) & Astutik (2014) G.

  Mengingat tidak semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori tidak dapat dilakukan pengukuran karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, sehingga yang dipilih adalah variabel yang dianggap benar- benar mempunyai hubungan terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan berdasarkan gabungan teori dari Roesli, (2007) dan Astutik, (2014).

  Pengetahuan ibu Pekerjaan ibu Promosi susu formula Sosial budaya

  Produksi ASI tidak cukup

  Kegagalan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan

Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka konsep

  Variabel dependent Variabel independent

  • Pengetahuan ibu

  Kegagalan pemberian

  • Pekerjaan ibu

  ASI eksklusif 0-6 bulan

  • Promosi susu formula H.

Hipotesis

  Menurut Notoatmojo (2005), ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis kerja atau disebut juga dengan hipotesis alternatif disingkat Ha dan hipotesis nol disingkat Ho. Hipotesis kerja (Ha) menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

  a) Adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan.

  b) Adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan.

  c) Adanya hubungan antara promosi susu formula dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan.