KONSEP AL-RADHA’AH DAN HUKUM OPERASIONAL BANK ASI MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT MAZHAB

KONSEP AL-RADHA’AH DAN HUKUM OPERASIONAL BANK ASI
MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT MAZHAB

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Islam Jurusan Perbandingan Mazhab
dan Hukum pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
DESRIKANTI BK
NIM: 10400110019

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi Saudari Desrikanti BK, NIM: 10400110019,
mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Alaudddin Makassar, setelah meneliti dan mengoreksi secara seksama

skripsi berjudul, “Konsep Al-Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI
menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab”, memandang bahwa skripsi tersebut
telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk disidangkan.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Samata, 15 Agustus 2014

Pembimbing I

Dr. Abdillah Mustari, M. Ag.
NIP: 1977730710 200003 1 004

Pembimbing II

Achmad Musyahid, S. Ag., M. Ag
NIP: 19711013200003 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama


: Desrikanti BK

NIM

: 10400110019

Tempat/Tgl. Lahir

: Ujung Pandang, 23 Desember 1992

Jur/Prodi/Konsentrasi : Perbandingan Mazhab dan Hukum
Fakultas/Program

: Syari‟ah dan Hukum

Alamat

: Jl. Mannuruki II No.70 Makassar


Judul

: Konsep Al-Radha‟ah dan Hukum Operasional Bank ASI
menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 15 September 2014
Penyusun,

DESRIKANTI BK
NIM: 10400110019

PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Konsep Al-Radha’ah dan Hukum Operasional
Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab”, yang disusun oleh
Desrikanti BK, NIM: 10400110019, mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab dan
Hukum pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan

dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin,
tanggal 15 September 2014 M, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syari‟ah dan Hukum, Jurusan
Perbandingan Mazhab dan Hukum.
Makassar, 15 September 2014 M
20 Dzulqaiddah 1435 H
DEWAN PENGUJI:
Ketua

: Prof. Dr. H. Ali Parman, M. A

(………………………..)

Sekretaris

: Dra. Sohrah, M. Ag.

(………………………..)

Munaqisy I


: Prof. Dr. H. Ali Parman, M. A

(………………………..)

Munaqisy II

: Dr. Muh. Sabir Maidin, M. Ag.

(………………………..)

Pembimbing I : Dr. Abdillah Mustari, M. Ag.

(………………………..)

Pembimbing II: Achmad Musyahid, S. Ag., M. Ag.

(………………………..)

Diketahui oleh :

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar,

Prof. Dr. H. Ali Parman, M. A
NIP. 19570414 198603 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi, dengan judul: “Konsep Al-Radha’ah dan Hukum Operasional
Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab’’ Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada Ayahanda Tercinta (Basri Kasim) dan Ibunda Tersayang (Ratna Dewi) serta
kakakku Agus Prayuda dan Dyan Aryanti, adikku Deri Lestari dan keluarga besar
yang selalu mendo‟akan serta memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Qadir Gassing, HT. MS. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Alauddin Makassar.

2. Prof. Dr. Ali Parman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
3. Ayahanda Dr. Abdillah Mustari, M.Ag., dan Ayahanda Achmad
Musyahid, S.Ag, selaku dosen pembimbing dan ketua jurusan dan
sekertaris jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari‟ah
dan Hukum, yang telah memberi izin dipilihnya judul skripsi dan yang
telah memberi bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sampai
skripsi ini kelar.
4. Dr. Muh. Sabir Maidin, M. Ag. Selaku penguji II yang telah banyak
memberikan masukan-masukan dalam pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Maryam, SE, selaku staf Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum,
Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar, yang telah memfasislitasi dalam mengurus berkas-berkas
kelengkapan penulisan skripsi.
6. Segenap dosen dan staf Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar yang telah membantu dan mendukung kelancaran dan
kesuksesan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh teman satu angkatan Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum,
Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

Makassar Angkatan 2010.
8. Saudara (i) KKN 49 beserta Ibu dan Bapak dusun Posko Desa Boddia,
Galesong, Takalar terima kasih atas support kalian.
9. Yang Spesial Kepada Briptu Achmad, SH. Yang selama ini memberikan
doa dan dukungan.
10. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penulis mudah-mudahan hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin ya rabbal „alamin.

Samata, 15 september 2014

Penulis

DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................


ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................

iii

PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................

v

DAFTAR ISI .......................................................................................................

vii

ABSTRAK ..........................................................................................................


ix

BAB

PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................

4

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian .............

4


D. Kajian Pustaka ........................................................................

6

E. Metodologi Penelitian ............................................................

7

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................

10

BAB

I

II

KONSEP AL-RADHA‟AH MENURUT PANDANGAN ULAMA
EMPAT MAZHAB .................................................................... 12
A. Konsep Radha‟ah menurut Hukum Islam ..............................

12

1. Pengertian Hukum Islam ....................................................

12

2. Pengertian Radha‟ah ..........................................................

14

3. Konsep Radha‟ah menurut Hukum Islam ..........................

16

B. Pandangan Ulama Empat Mazhab terhadap Kadar Sesusuan yang
Mengharamkan Pernikahan .................................................... 24
1. Biografi Ulama Empat Mazhab ..........................................

24

2. Pandangan Ulama Empat Mazhab tentang Kadar Sesusuan yang
Mengaharamkan Pernikahan .............................................. 36
BAB

BAB

III

IV

OPERASIONAL BANK ASI DAN STATUS KEMAHRAMAN
PENERIMA DAN PENDONOR BANK ASI ............................ 43
A. Bank ASI ................................................................................

43

1. Sejarah Bank ASI ...............................................................

43

2. Prosedur Pendonor dan Pengambilan Susu di Bank ASI ...

45

B. Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI ........

47

1. Pengertian Kemahraman .....................................................

47

2. Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI ....

61

PANDANGAN ULAMA KONTEMPORER TENTANG BANK ASI
..................................................................................................... 64
A. Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI ...............

64

1. Pendapat Ulama yang Membenarkan Adanya Bank ASI ...

64

2. Pendapat Ulama yang Tidak Membenarkan Adanya Bank ASI
................................................................................................ 65
B. Konklusi Hukum Seputar Bank ASI .......................................

66

PENUTUP ...................................................................................

70

A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran-saran .............................................................................

70
70

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

72

Daftar riwayat hidup ...........................................................................................

76

BAB

V

ABSTRAK
NAMA
NIM
JUDUL

:DESRIKANTI BK
:10400110019
:Konsep Al-Radha’ah dan Hukum Operasionan Bank ASI
menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab

Pokok masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana Konsep Al-Radha‟ah
dan Hukum Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab,
Pokok masalah tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam beberapa submasalah,
yaitu: 1) Apa yang dimaksud Al-Radha‟ah menurut pandangan Ulama Empat
Mazhab?. 2) Bagaimana Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima
dan Pendonor Bank ASI?. 3) Bagaimana Pandangan Ulama Kontemporer tentang
Bank ASI?.
Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian Yuridis,
pendekatan Syar‟i dan pendekatan Komparasi. Dalam mengumpulkan data, penulis
menggunakan studi kepustakaan. Teknik yang penulis gunakan dalam penelitian
yaitu penelitian perpustakaan (library research), maka sudah dapat dipastikan bahwa
data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang diperoleh
dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur, baik yang
bersifat primer ataupun yang bersifat sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bayi yang mengambil air susu dari
bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI
tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung
dengan cara mengisap putting payudara perempuan yang mempunyai ASI,
sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam bank ASI, sang
bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas.
Adapun implikasi dari penelitian ini ialah mengenai Permasalahan Bank ASI
jika dikembalikan kepada hukum dasar persusuan maka memiliki konsekuensikonsekuensi yang perlu mendapat perhatian dari umat Islam. Megingat ajaran serta
syariat Islam sangat memperhatikan dan menjaga soal kehormatan dan keturunan.
Dalam praktiknya di dunia barat, Bank ASI dalam prosedurnya menimbulkan
ketidakjelasan hubungan antara anak susu dan ibu susu, sehingga tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya penikahan antara anak susu dengan anak kandung ibu
susu. Jika terjadi pernikahan tersebut, maka nikahnya tidak sah karena melanggar
larangan yang menyangkut akad dalam muamalat, sebagaimana dikatakan dalam
kaidah ushul “Larangan dalam muamalah menunjukkan atas batalnya hal yang
dilarangan jika larangan tersebut menyangkut substansi akad”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui anak bagi setiap ibu, dengan cara memberikan Air Susu Ibu (ASI)
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan dan kelangsungan hidup
manusia di dunia ini. ASI merupakan minuman dan makanan pokok bagi setiap anak
yang baru lahir. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan
menunjukan bahwa anak-anak yang di masa bayinya mengkonsumsi ASI jauh lebih
cerdas, lebih sehat, dan lebih kuat daripada anak-anak yang di masa kecilnya tidak
menerima ASI.1 Hal ini dalam Hukum Islam disebut dengan istilah radha‟
(peyusuan).
Pengertian radha‟ (peyusuan) menurut Ulama ialah segala sesuatu yang
sampai ke perut bayi melalui kerongkongan atau melalui jalan lainnya, dengan cara
mengisap atau lainnya.2 Sedangkan proses penyusuan dengan cara menuangkan ASI
ke dalam mulut tanpa melalui peyusuan di sebut al-wajur, dan menuangkan ASI
melalui hidung tanpa melalui penyusuan disebut al-sa‟ut. Mengenal al-wajur dan alsa‟ut ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama Menurut imam Malik,
proses al-wajur dan al-sa‟ut dapat menyebabkan hubungan kemahraman atau nasab
antara perempuan yang memiliki air susu dan bayi yang menghisap atau meminum
susu dengan dua cara tersebut.
Perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam mendefenisikan radha‟
menunjukan bahwa persoalan radha‟ tidak hanya dapat di pandang dari aspek air

1

Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, Alih Bahasa Abdul Rakhman (Jakarta:
Fikahati Aneska, 1993), h. 30.
2

Zakariya al-Ansari, Fath al-Wahhab (Bairut: Dar al-Fikr, t.th), h. 112.

susu yang dikonsumsi oleh bayi tersebut, tetapi juga harus melihat dan
memperhatikan bagaimana proses yang digunakan dalam

radha‟ (penyusuan),

misalnya menetek secara langsung atau menuangkan air susu ke kerongkongan.3
Dalam fikih Islam, persoalan radha‟ mempunyai dampak terhadap timbulnya
hubungan kemahraman antara anak dengan ibu yang menyusui. Dengan
menyusuinya seorang anak kepada wanita lain maka menimbulkan hubungan
mahram antara wanita tersebut dan anak yang disusuinya (anak susuan) beserta
segenap keturunan dan kerabat ibu susuan sehingga haram bagi anak menikah.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-radha' atau susuan.
Menurut Hanafiyah bahwa al-radha' adalah seorang bayi yang mengisap puting
payudara seorang perempuan pada waktu tertentu. Sedangkan Malikiyah mengatakan
bahwa al-radha' adalah masuknya susu manusia ke dalam tubuh yang berfungsi
sebagai gizi. As-Syafi'iyah mengatakan al-radha' adalah sampainya susu seorang
perempuan ke dalam perut seorang bayi. Al-Hanabilah mengatakan al-radha' adalah
seorang bayi di bawah dua tahun yang mengisap puting payudara perempuan yang
muncul akibat kehamilan, atau meminum susu tersebut atau sejenisnya.4
Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika
orang menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman.5 Mayoritas ulama
mengatakan bahwa batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke
bawah.6 Allah swt berfirman dalam (QS. 2 [al - Baqarah] : 233

3

Muhammad Husain Haekal, Hayat Muhammad, Alih Bahasa, Ali Audah (Jakarta: Pustaka
Lintera Antarnusa, 2001), h. 50.
4

Cholil, Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern (Cet. II;
Surabaya: Ampel Suci, 1994), h. 267.
5

Cholil, Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, h. 268-270.

6

Cholil, Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, h. 267.

               

                 

                 

               

    

Terjemahnya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.‟‟7
Bahwa di dalam pembolehan menjual ASI itu ada kemungkaran karena bisa
menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang sesusuan dan
hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum ASI yang
dijual bank ASI tersebut.8 Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual ASI
tersebut membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi karena
kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup baik karena
kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut. Tetapi
pendapat tersebut dapat ditolak karena kemudaratan yang ditimbulkan lebih besar
dari manfaatnya yaitu terjadinya percampuran nasab. Padahal Islam menganjurkan
kepada manusia untuk selalu menjaga nasabnya.9

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit.
Diponegoro, 2010), h. 37.
7

8

Masjfuk Zallum, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam [t.tp.: t.p.,t.t], h. 312.

9

Masjfuk Zallum, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, h. 320.

Muncul persoalan baru yang terkait dengan radha‟ yaitu adanya lembaga
donor ASI atau di kenal sebagai Bank ASI.
Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa
menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang
didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan para ibu
memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank
ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering
membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya.10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi masalah pokok adalah Bagaimana Konsep Al-Radha‟ah dan Hukum
Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab adapun sub
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Al-Radha‟ah menurut Pandangan Ulama Empat
Mazhab?
2. Bagaimana Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima dan
Pendonor Bank ASI?
3. Bagaimana Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI?
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Adapun judul penelitian ini adalah Konsep Al-Radha‟ah dan Hukum
Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab. Agar tidak terjadi

10

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini
(Cet. V; Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 120.

salah penafsiran terhadap judul yang dimaksud, maka akan di jelaskan definisi
operasional dari judul diatas.
Al-Radha‟ (penyusuan) menurut ulama ialah segala sesuatu yang sampai ke
perut bayi melalui kerongkongan atau melalui jalan lainnya, dengan cara mengisap
atau lainnya.11
Operasional ialah cara bekerja; gerak jangkau; lingkup.12 Sedangkan Bank
ialah lembaga keuangan yang usaha pokoknya menerima simpan pinjam; kumpulan;
bank mata, kumpulan (gugus) data; bank sirkulasi, bank yang mengedarkan uang.13
Sedangkan ASI singkatan kata dari Air Susu Ibu.
Bank ASI adalah merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari
donor ASI yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa
memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi
ASI bisa menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau
wadah, yang didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan
para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa
bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang
sering membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada
anaknya.14
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi Ulama Empat mazhab yang
diantaranya: Ulama Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi‟iyyah, dan Hanabilah.

11

Zakariya Al-Ansari, Fath Al-Wahhab (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 112.

12

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamis Ilmiah Populer, h. 549.

13

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamis Ilmiah Populer, h. 299.

14

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini
(Cet. V; Jakarta: Kalam Mulia, 2003) h. 120.

D. Kajian Pustaka
Adapun buku-buku atau kumpulan skripsi yang penulis dapatkan dalam
kaitannya dengan penulisan ini adalah sebagai berikut:
Ulfatmi, Kementrian Agama RI dalam bukunya yang berjudul “Keluarga
Sakinah Dalam Perspektif Islam‟‟. Menjelaskan bahwa perkawinan merupakan
sebuah estafet dalam rangkaian proses kehidupan manusia. Dari kecil, remaja,
dewasa dan akhirnya melangsungkan perkawinan adalah mata rantai yang tidak
terputus dari siklus yang secara umum diakui oleh manusia. Dalam konteks
demikian, pada dasarnya, manusia dibekali dengan insting agar cenderung
mewujudkan keluarga dalam hidup mereka setelah dewasa.15
Skripsi yang disusun Ali Asyar dengan judul: “Akibat Hukum Menyusui
Orang Dewasa (Studi Analisis Pemikiran Ibn Hazm)”.Menurut Ibn Hazm bahwa
secara garis besar hal-hal yang diharamkan dalam hubungan susuan sama dengan
hal-hal yang diharamkan oleh hubungan nasab, yaitu bahwa seseorang perempuan
yang menyusui sama kedudukannya dengan seorang ibu. Oleh karena itu, ia
diharamkan bagi anak yang disusukannya, dan diharamkan pula baginya semua
perempuan yang diharamkan atas anak laki-laki dari segi ibu nasab.
Skripsi yang disusun oleh Nurlaiy Hidayah dengan judul “studi Analisis
Pendapat Ibnu Hazm tentang Batas Minimal Kadar susuan yang Mengharamkan
Nikah”. Menurut Ibnu Hazm bahwa susuan yang menyebabkan keharaman menikah

15

Ulfatmi, Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam (studi terhadap pasanagan yang
berhasil mempertahankan keutuhan perkawinan di kota Padang), (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2011), h. 66.

adalah bila seorang perempuan memberi susuan sebanyak sepuluh kali. Adapun jika
kurang dari itu maka pemberian tidak mengakibatkan haramnya menikah.
Di antara peneliti yang membahas tentang radha‟ atau sususan adalah skripsi
dari Zainal Abidin “Persengketaan Suami-Istri Mengenai Pemberian Air Susu Ibu
bagi bayi (Pasal 104 ayat 2 KHI studi Analisa)”. Dalam skripsi tersebut dibahas
tentang kebutuhan bayi terhadap ASI sebagai makanan dan minuman yang sangat
dibutuhkan dalam perkembangannya. Dalam skripsi tersebut juga dibahas tentang
pengaruh ASI terhadap tubuh Bayi.16
Di antara peneliti yang membahas tentang Bank Asi adalah Khotimatus
Sa‟adah dalam skripsi yang berjudul “Bank ASI dan Implikasinya dalam Hukum
Perkawinan Islam (studi Atas pemikiran Yusuf Qardawi)”. Menurut Qardawi, Bank
ASI memiliki tujuan yang mulia yaitu menolong bayi-bayi prematur yang
membutuhkan Air Susu Ibu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
untuk menambah daya tahan tubuh, maka anak-anak yang minum dari bank ASI
tidak menimbulkan hubungan mahram. Penyusun skripsi ini bertolak belakang
dengan pendapat Qardawi, bahwa bayi yang minum dari ASI dianggap sebagai
mahram karena bank ASI memiliki fungsi yang sama dengan konsep Radha‟ah.17
Setelah dilakukan penelusuran tidak ditemukan hasil penelitian yang sama
atau serupa dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, artinya masalah ini
sama sekali belum pernah diteliti sebelumnya.
E. Metodologi Penelitian

Zainal Abidin, “persengketaan Suami-Istri Mengenai Pemberian Air Susu Ibu bagi Bayi
(studi Analisa pasal 104 ayat 2 KHI”), (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Syariáh, 2002), h.
66.
16

Khotimatus Sa‟adah, “Bank ASI dan Implikasinya dalam hukum Perkawinan Islam (Studi
atas Pemikiran Yusuf Qardawi”), (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Syari‟ah,2004), h. 82.
17

Untuk mendapatkan kajian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,
maka dalam menelaah data, menjelaskan dan menyimpulkan objek pembahasan
dalam skripsi nanti maka peneliti akan menempuh metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Kualitatif deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sumber data
dari buku-buku perpustakaan (lybrary research). Secara definitif, lybrary
reseacrh adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan dan peneliti
berhadapan dengan berbagai macam literatur sesuai tujuan dan masalah yang
sedang dipertanyakan. Sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya
suatu tema yang akan dipaparkan.
Penelitian ini berupa telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah
yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan krisis dan mendalam terhadap
bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya
dilakukan dengan mengumpulkan data informasi dari beberapa sumber data yang
kemudian disajikan dengan cara baru dan untuk keperluan baru.
Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang Konsep Al-Radha‟ah Dan Hukum Operasional Bank Asi Menurut
Pandangan Empat Mazhab dengan bantuan bermacam-macam materi yang
terdapat di perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisahkisah sejarah dan lainnya.
2. Metode Pendekataan
Dalam rangka menemukan jawaban terhadap penelitian tentang Konsep AlRadha‟ah dan Hukum Operasional Bank Asi Menurut Pandangan Empat
Mazhab. Maka peneliti menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:

a.

Pendekatan Syar‟i
Pendekatan ini adalah pendekatan hukum (syar‟i), yakni menjelaskan hukum-

hukum yang berhubungan dengan pendapat dari para Ulama Empat Mazhab Tentang
Konsep Al-Radha‟ah dan Hukum Operasional Bank Asi.
b.

Pendekatan Yuridis
Pendekatan Yuridis yaitu metode yang digunakan untuk menafsirkan

beberapa data-data yang memuat tinjauan hukum, terutama hukum islam.18
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini sesuai dengan jenis penggolangannya ke
dalam penelitian perpustakaan (lybrary research), maka sudah dapat dipastikan
bahwa data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang
diperoleh dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur,
baik yang bersifat primer ataupun yang bersifat sekunder.19
a.

Sumber primer
Adapun yang dimaksud dengan sumber primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data.20
b.

Sumber sekunder

Abd. Kadir Ahmad, “Teknik Pengumpulan dan Analisis Data”, Makalah yang disajikan
pada Pelatihan Penelitian di UIN Alauddin (Makassar: t.p., 2012), h. 8.
18

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 129.
20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), h.253.

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain ataupun dokumen.21 yang
berlangsung
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data nanti teknik yang akan digunakan yaitu:
a.

Kutipan langsung, yaitu peneliti mengutip pedapat atau tulisan orang secara

langsung sesuai dengan aslinya, tanpa berubah.
b.

Kutipan tidak langsung, yaitu mengutip pendapat orang lain dengan cara

memformulasikan dalam susunan redaksi yang baru.
5. Metode Pengolahan data
Dalam pengolahan data nanti teknik yang akan digunakan yaitu:
a.

Metode Komparatif yaitu, digunakan untuk membandingkan antara beberapa

data.
b.

Metode Deduktif yaitu, digunakan untuk mengolah data dan fakta yang bersifat

umum lalu menarik kesimpulan.22
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitan
Adapun tujuan pengertian dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Al-Radha‟ah menurut Pandangan
Ulama Empat Mazhab.
2. Untuk mengetahui Hukum Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman
Penerima dan Pendonor Bank ASI.
3. Untuk mengetahui Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI
Dari penelitian ini, diharapkan pula dapat memberi kegunaan sebagai berikut:
21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, h.253.
Abd. Kadir Ahmad,“Teknik Pengumpulan dan Analisis Data”. Makalah yang disajikan
pada Pelatihan Penelitian di UIN Alauddin (Makassar: t.p., 2012). h. 8.
22

1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang Konsep Al-Radha‟ah
menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana Pandangan
Hukum Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima dan
Pendonor Bank ASI.
3. Memberikan Pemahaman kepada Pembaca tentang bagaimana Pandangan
Ulama Kontemporer tentang Bank ASI.

BAB II
KONSEP AL-RADHA’AH MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT
MAZHAB
A. Konsep Al-Radha’ah Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Islam
Dalam Al-Quran kata hukum Islam tidak akan pernah didapatkan. Tapi
beberapa istilah yang menyamakannya adalah, syari‟at, tasyri‟ atau syara‟, dan fiqh.
Istilah-istilah tersebut memiliki penjelasan penjelasan sebagai berikut.
a.

Syari‟at
Kata syari‟at dalam bahasa Arab berarti tempat air minum yang selalu

menjadi tempat, baik tujuan manusia maupun binatang. Syari‟at dalam pengertian ini
kemudian berubah menjadi sumber air dalam arti sumber kehidupan yang dapat
menjamin kebutuhan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu syari‟at
dalam arti hukum Islam berarti hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan
Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya. Syaria‟at berarti sumber hukum Islam yang
tidak berubah sepanjang masa.23
b.

Tasyri‟
Dalam bahasa Arab dijumpai kata syara‟a yang berarti membuat jalan raya,

suatu jalan besar yang menjadi jalan utama. Dengan demikian kata tasyri‟ berarti
pembuatan jalan raya itu. Oleh karena itu kata tasyri‟ berarti pembentukan hukum
Islam secara sistematis, pembentukan hukum-hukum teoritis dan hukum-hukum
praktis. Tasyri‟ terbagi dua yaitu tasyri‟ samawy (buatan Allah) dan tasyri‟ wad‟id
(buatan manusia).24

23

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam (Bandung: Unisba, 1995), h. 10.

24

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, h.11.

c.

Fiqh
Fiqh dalam bahasa Arab berarti pengertian atau pengetahuan. Fiqh pada

awalnya mencakup hukum-hukum agama secara keseluruhan, namun bersamaan
dengan perkembangan Islam, kata inipun berkembang hingga digunakan untuk
nama-nama sekelompok hukum-hukum yang bersifat praktis. Dalam peraturan
perundang-undangan Islam dan sistem hukum Islam, fiqh didefinisikan sebagai
berikut: Hukum-hukum yang dibentuk berdasarkan syari‟at yaitu hukum-hukum
yang penggalinya memerlukan renungan yang mendalam, pemahaman atau
pengetahuan dan ijtihad. Dengan demikian makna fiqh telah menjadi suatu nama
ilmu yang mempunyai makna tertentu atau istilah khusus dikalangan ahli-ahli hukum
Islam.25
Secara terminology, Prof. Dr. Ismail Muhammad Syah mengemukakan
bahwa hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini
berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.26 Sementara Prof. Dr.
Hasbi As-Shiddieqy memberikan definisi hukum Islam yakni koleksi daya upaya
pola ahli hukum untuk menetapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.27
Dari dua ta‟rif diatas hukum Islam lebih mencakup pada hukum syara‟ dan
hukum fiqh, bukan pada syariat. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
hukum Islam adalah hukum yang berasal dari wahyu Allah Swt.

25

Fazlur Rahman, Islam, ed.II (Chicago-London: Chicago University Press,1979), h.100.

26

Samuel Koening, Mand and Society, the Basic Teaching of Sociology (Cet. I; Net York:
Borners Van Noble Inc, 1957), h. 279.
27

17.

Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.

2. Pengertian Radha’ah
Radha‟ah berasal dari kata (ra, dha dan ain) yang secara leksikal berarti
meminum, atau mengisap susu dari buah dada.28 Jadi, secara bahasa radha‟ah dapat
diartikan menyedot putting, baik hewan maupun manusia.
Dari segi istilah, radha‟ah adalah perbuatan yang dilakukan untuk
mendapatkan susu seseorang perempuan atau susu yang masuk kedalam perut dan
merangsang

otak

seorang

anak.

Dalam

pengertian

secara

bahasa,

tidak

dipersyaratkan bahwa yang disusui itu (ar-radhi‟) berupa anak kecil (bayi) atau
bukan. Adapun dalam pengertian secara istilah, sebagian ulama fiqh mendefinisikan
al-radha‟ah sebagai “sampainya (masuknya) air susu manusia (perempuan) ke dalam
perut seorang anak (bayi) yang belum berusia dua tahun atau 24 bulan.”29
Ulama Fiqh mendefinisikan arti anak yang belum mencapai umur dua tahun
dimana perkembangan biologis anak tersebut sangat ditentukan oleh kadar susu yang
diterima. Dengan demikian, susuan anak kecil pada masa ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik mereka.30
Dikatakan juga bahwa radha‟ah secara syara‟ adalah cara pengisapan yang
dilakukan ketika proses menyusu pada putting manusia dalam waktu tertentu.31
Ibrāhim Anis, Kamus al-Washīt (Mesir: Dār al-Qalam, t.th), 41. Lihat juga Ahmad Warson
al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, Edisi II (Cet XXV; Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 241.
28

Abdurahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh „Ala al-Mazahib al-Arba‟ah, Juz IV (Beirut: Dar alKutub al-„Ilmiyyah, th), h. 250-251.
29

30

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 5 (Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 2003), h. 1475.
31

38.

Abi at-Tayyib, „Aun al-Ma‟bud, Jilid III (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1990), h.

Radha‟ah merupakan perbuatan yang dilakukan satu kali dalam penyusuan,
sebagaimana lafadz darbatan (satu kali pukul) jalsatan (satu kali duduk) dan aklatan
(satu kali makan), yaitu ketika seorang anak kecil mengisap putting susu kemudian
meninggalkan dengan kemauannya sendiri tanpa paksaan maka hal tersebut disebut
dengan radha‟ah.32
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka ada tiga unsur batasan untuk
dapat dikatakan al-radha‟ah asy-syar‟iyyah atau persusuan yang berlandaskan etika
Islam, yakni
a.

Labanu adamiyyatin (adanya air susu manusia)

b.

Wushuluhu ila jawfi thiflin (air susu itu masuk ke dalam perut bayi)

c.

Duna al-hawlayni (bayi tersebut belum berusia dua tahun)

Maka dengan itu, rukun al-radha‟ah asy-syar‟iyyah ada tiga unsur:
a.

Pertama, anak yang menyusui (ar-radhi‟),

b.

Kedua, perempuan yang menyusui (al-murdhi‟ah), dan

c.

Ketiga, kadar air susu (miqdar al-laban) yang memenuhi batas minimal.
Suatu kasus (qadhiyyah) bias disebut al-radha‟ah asy-syar‟iyyah, dan

karenannya mengandung konsekuensi-konsekuensi hukum yang harus berlaku,
apabila tiga unsur ini bias ditemukan padanya. Apabila salah satu unsur saja tidak
ditemukan, maka al-radha‟ah dalam kasus itu tidak bisa disebut al-radha‟ah asysyar‟iyyah, yang karenanya konsekuensi-konsekuensi hukum syara‟ tidak berlaku
padanya. Adapun perempuan yang sudah menyusui itu disepakati oleh para ulama
(mujma‟ „alayh) bisa perempuan yang sudah baligh atau juga belum, sudah
monopause atau juga belum, gadis atau sudah nikah, hamil atau tidak hamil. Semua

32

Muhammad Ibn Muhammad as-Syaukani, Nail al-Authar, Juz VII (Beirut: Dar al-Jil,

1995), h. 241.

air susu mereka bisa menyebabkan al-radha‟ah asy-syar‟iyyah, yang berimplikasi
pada kemahraman anak yang disusuinya.33
3. Konsep Radha’ah Menurut Hukum Islam
a.

Dasar Hukum
Dasar hukum radha‟ah banyak terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis

Nabi. Setidaknya ada enam buah ayat dalam Al-Qur‟an yang membicarakan perihal
penyusuan anak (al-radha‟ah). Enam ayat ini terpisah ke dalam lima surat, dengan
topik pembicaraan yang berbeda-beda. Namun, enam ayat ini mempunyai keterkaitan
(munasabah) hukum yang saling melengkapi dalam pembentukan hukum. Selain
enam ayat ini, al-radha‟ah juga mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad saw
dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut. Baik Al-Qur‟an maupun Al-Hadis, keduaduanya sangat berarti bagi kekokohan landasan hukum dan etika “menyusui”.34
Enam ayat Al-Qur‟an yang dimaksud adalah sebagai berikut:
QS. Al-Baqarah, ayat 233:
               

                 

                 

                

   
Terjemahnya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena ayahnya, dan waris
pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
33

Ibn Ar-Rusyd Al-Qurthubiy Al-Andulusiy, Bidayat Al-Mujtahid wa Nihayat Al-Muqtashid,
Juz I [t.tp.: t.p.,t.t], h. 30.
34

Abdurahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „Ala al-Mazahib al-Arba‟ah, h. 252-253.

atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”35
Secara umum, ayat ini berisi tentang empat hal:
Pertama, petunjuk Allah SWT kepada para ibu (walidat) agar senantiasa
menyusui anak-anaknya secara sempurna, yakni selama dua tahun sejak kelahiran
sang anak.
Kedua, kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada istrinya yang
sedang menyusui dengan cara yang ma‟ruf.
Ketiga, diperbolehkannya menyapih anak (sebelum dua tahun) asalkan
dengan kerelaan dan permusyawaratan suami dan istri.
Keempat, adanya kebolehan menyusukan anak kepada perempuan lain (almurdhi‟ah).
QS. An-Nisa, ayat 23:
          

          

             

              

    

Terjemahnya:
“Diharamkan atas kamu [mengawini] ibu-ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak
perempuan saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudaramu
yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan,
ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan…”36

35

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 37.

36

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 81.

Ayat ini menjelaskan satu hal bahwa penyusuan anak (al-radha‟ah) dapat
menyebabkan ikatan kemahraman, yakni perempuan yang menyusui (al-murdhi‟ah)
dan garis keturunannya haram dinikahi oleh anak yang disusuinya (ar-radhi‟).
QS. Al-Hajj, ayat 2:

َٰٖ ‫ص َٰ َك َش‬
ِ ‫ض ُع ُك ُّم رَا‬
ُ ‫بس‬
َ َ ‫ض َع ۡث َٔج‬
َ ‫ع ًَّب ٓ أ َ ۡس‬
َ ‫ضعَ ٍة‬
ِ ‫يَ ٕۡ َو ج ََش ََۡٔ َٓب ج َۡز َْ ُم ُك ُّم ُي ۡش‬
َ َُّ‫ت َدًۡ ٍم َدًۡ هَ َٓب َٔج ََشٖ ٱن‬
َّ ‫اة‬
٢ ٞ‫ش ِذيذ‬
َ ِ‫ٱّلل‬
ُ ِ‫َٔ َيب ُْى ث‬
َ َ‫عز‬
َ ٍَّ ‫ض َٰ َك َش َٰٖ َٔ َٰنَ ِك‬
Terjemahnya:
“(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua
perempuan yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah
kandungan segala perempuan yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam
keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab
Allah itu sangat keras.”37
QS. Al-Qashash, ayat 7:

ِ ‫ض ِعي ِۖ ِّ فَإِرَا ِخ ۡف‬
ُُِّٔ‫عهَ ۡي ِّ فَأ َۡن ِقي ِّ فِي ۡٱنيَ ِ ّى َٔ ََل جَخَبفِي َٔ ََل ج َۡذزَ َِ ِۖ ٓي إََِّب َسآد‬
َ ‫ث‬
ِ ‫ص َٰ ٓٗ أ َ ٌۡ أ َ ۡس‬
َ ٕ‫َٔأ َ ۡٔ َد ۡيَُب ٓ إِنَ َٰ ٓٗ أ ُ ِ ّو ُي‬
٧ ٍَ‫صهِي‬
َ ‫إِنَ ۡي ِك َٔ َجب ِعهُُِٕ ِيٍَ ۡٱن ًُ ۡش‬
Terjemahnya:
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susuilah dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai [Nil]. Dan janganlah
kamu khawatir dan janganlah [pula] bersedih hati, karena sesungguhnya Kami
akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya [salah seorang] dari
para rasul. ”38
QS. Al-Qashash, ayat 12:

٢٢ ٌَٕ‫ص ُذ‬
ٖ ‫عهَ َٰ ٓٗ أ َ ْۡ ِم ثَ ۡي‬
ِ َََٰ ُّ‫ث يَ ۡكفُهََُٕ ۥُّ نَ ُك ۡى َٔ ُْ ۡى نَ ۥ‬
َ ‫اض َع ِيٍ قَ ۡج ُم فَقَبنَ ۡث ْ َۡم أَدُنُّ ُك ۡى‬
ِ ‫عهَ ۡي ِّ ۡٱن ًَ َش‬
َ ‫َٔ َد َّشيۡ َُب‬
Terjemahnya:
“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang
mau menyusui[nya] sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: “Maukah
kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu
dan mereka dapar berlaku baik kepadanya? ”39

37

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 332.

38

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 386.

39

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 386.

Tiga ayat yang terakhir ini menjelaskan kisah para perempuan yang menyusui
anaknya dalam sejarah, terutama berkaitan dengan masa kecil Nabi Musa. Dijelaskan
betapa pentingnya ASI (ibu kandung) untuk anaknya, sehingga Nabi Musa kecil
dicegah Allah untuk menyusu kepada perempuan lain. Dan dijelaskan pula
kedahsyatan goncangan hari kiamat, bahwa semua perempuan yang tengah menyusui
anaknya akan lalai tatkala terjadi kegoncangan hari kiamat tersebut.
QS. Ath-Thalaq, ayat 6:

ْ‫ث َدًۡ ٖم فَأََ ِفقُٕا‬
ُ ‫أ َ ۡص ِكُُٕ ُْ ٍَّ ِي ٍۡ َد ۡي‬
ِ َ‫عهَ ۡي ِٓ َّۚ ٍَّ َٔإٌِ ُك ٍَّ أ ُ ْٔ َٰن‬
َ ْ‫ض ِيّقُٕا‬
َ ُ ‫ضب ٓ ُّسٔ ُْ ٍَّ ِنح‬
َ ُ ‫ص َكُحُى ِ ّيٍ ُٔ ۡج ِذ ُك ۡى َٔ ََل ج‬
َ ‫ث‬
ٌِ‫ٔف َٔإ‬
ٖ ِۖ ‫ٕس ُْ ٍَّ َٔ ۡأج ًَِ ُشٔاْ ثَ ۡيَُ ُكى ثِ ًَعۡ ُش‬
َ َ‫عهَ ۡي ِٓ ٍَّ َدح َّ َٰٗ ي‬
َ
َ ‫ضعۡ ٍَ َدًۡ هَ ُٓ َّۚ ٍَّ فَإ ِ ٌۡ أ َ ۡس‬
َ ‫ضعۡ ٍَ نَ ُك ۡى فَبجُٕ ُْ ٍَّ أ ُ ُج‬
٦ َٰٖ ‫ض ُع نَ ّٓۥُ أ ُ ۡخ َش‬
ِ ‫ضح ُ ۡش‬
َ َ‫ص ۡشج ُ ۡى ف‬
َ ‫جَعَب‬
Terjemahnya:
“Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu mneyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditolak)
itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka
berikanlah kepada mereka upahnya dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu) dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan, maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”40
Sementara ayat ini menjelaskan dua hal penting berkaitan dengan penyusuan
anak.
Pertama, dalam ayat ini ditekankan adanya jaminan hak upah dari sang suami
bagi sang istri muthallaqah (yang sudah ditalak) jika ia menyusukan anak-anaknya,
di luar kewajiban nafkah yang memang harus diberikan selama belum habis masa
„iddah.
Kedua, adanya kebolehan dan sekaligus hak upah bagi seorang perempuan
yang menyusukan anak orang lain, asalkan dimusyawarah secara baik dan adil.

40

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 559.

Sementara hadis-hadis tentang radha‟ah dapat ditemukan melalui kegiatan
takhrij hadis,41 dan dari hasil takhrij tersebut akan diperoleh informasi bahwa hadishadis tentang radha‟ah termaktub dalam al-kutub al-tis‟ah.42 Hadis-hadis radha‟ah
yang ditemukan dalam berbagai kitab hadis, sebagai berikut:43
1. Dari Ibn „Abbās ra berkata: bersabda Nabi saw tentang anak perempuan
Hamzah. Dia tidak halal bagiku, haram lantaran hubungan sesusuan, apa yang
haram karena hubungan keturunan darah. Dia anak perempuan saudaraku
sesusuan.
2. Dari Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya, penyusuan itu
mengharamkan apa yang diharamkan karena kelahiran.
3. Aisyah berkata: sesungguhnya Aflah saudara Abi al-Qu‟ais meminta izin
kepada saya setelah turunnya ayat hijab, maka saya berkata: demi Allah, saya
tidak memberi izin kepada kamu sehingga saya meminta izin terlebih dahulu
kepada Nabi saw. karena saudaranya Abi al-Qu‟ais bukan orang yang
memberi-kan susu kepada saya, tetapi saya disusukan oleh isterinya Abi alQu‟ais. Kemudian Nabi saw. masuk ke kamar saya, lalu saya berkata: ya
Rasulullah, sesungguhnya laki-laki itu bukan orang yang memberikan susu
kepada saya, tetapi istri Abi al-Qu‟ais yang menyusukan saya. Lalu Nabi saw.

Takhrīj al-hadīś adalah kegiatan pencarian hadis sampai menemukan-nya dalam berbagai
kitab hadis yang disusun langsung oleh mukharrij-nya. Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan hadis
secara lengkap dari segi sanad dan matan. Munir. Pemikiran Hadis-Hadis Radhā‟ah Dalam Kitab
Taysir Allam, Subul Al-Salam dan 2002 Mutiara Hadis. Al-Fikr, Volume 16 No. 1 2002, h. 42.
41

Yang dimaksud al-Kutub al-Tis‟ah, adalah; Shahih al-Bukhāriy, Shahih Muslim, Sunan Abū
Dāwud, Sunan al-Turmuziy, Sunan al-Nasā„i, Sunan Ibn Mājah, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Kitab
Muwaththa‟ Mālik. Munir. Pemikiran Hadis-Hadis Radhā‟ah Dalam Kitab Taysir Allam,
Subul Al-Salam dan 2002 Mutiara Hadis, h. 42.
42

43

Munir. Pemikiran Hadis-Hadis Radhā‟ah Dalam Kitab Taysir Allam, Subul Al-Salam dan
2002 Mutiara