BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - Arifin Hanif Abidin Bab II

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang Problematika Sosial Remaja Dalam Kumpulan Cerpen Bukan Karena Aku Tak Cinta karya Eko Sri Israhayu sebagai bahan pengajaran sastra

  di SMA, berbeda dari penelitian sejenis yang telah ada. Ada beberapa perbedaan dalam ruang lingkup penelitian. Untuk membuktikan peneliti tinjau dari beberapa skripsi mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto, diantaranya: (1) Nilai-nilai sosial dalam novel Tikungan karya Achmad Munif sebuah tinjauan sosiologi sastra, (2) Kajian sosial novel Surau Tercinta karya Sutirman Eka Ardhana dan saran penerapanya untuk pengajaran sastra di SMU, (3) Kajian sosial kumpulan cerpen Kurma terbitan buku kompas November 2002 dan relevansinya sebagai bahan pengajaran sastra di SMA. Skripsi tersebut berbeda dari penelitian yang akan peneliti kaji. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya: 1.

   Nilai-nilai sosial dalam novel Tikungan karya Achmad Munif sebuah tinjauan sosiologi sastra oleh Daisah

  Pada skripsi yang berjudul Nilai-nilai sosial dalam novel Tikungan karya Achmad Munif sebuah tinjauan sosiologi sastra, NIM 9901040011, tahun 2003, menggunakan rumusan masalah nilai-nilai sosial apa sajakah yang terdapat dalam novel Tikungan?.. kajian teori untuk melakukan penelitian dalam skripsi antara lain: pengertian sosialogi sastra, sastra sebagai cerminan masyarakat, dan nilai- nilai sosial.

  Metodologi dalam penelitian ini antara lain: sumber data, objek penelitian, metode

  7 analisis data, langkah kerja. Sub pembahasan diantaranya: kritik sosial, aspek ekonomi, dan relevansi sosial. Penelitian ini memfokuskan penelitian pada nilai-nilai sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

2. Kajian sosial novel Surau Tercinta karya Sutirman Eka Ardhana dan saran

  

penerapanya untuk pengajaran sastra di SMU oleh Sri Nanik Puji Lestari

  Pada skripsi yang berjudul Kajian sosial novel Surau Tercinta karya Sutirman Eka Ardhana dan saran penerapanya untuk pengajaran sastra di SMU, NIM 9901040071, tahun 1997, menggunakan rumusan masalah diantaranya: Bagaimana problema sosial yang terdapat dalam novel Surau Tercinta karya Sutirman Eka Ardhana?, Bagaimana saran penerapanya untuk pengajaran sastra di SMU?. Tinjauan teori untuk melakukan penelitian dalam skripsinya antara lain: pengertian novel, tinjauan sosiologi sastra, problema sosial, pengajaran sastra, dan pemilihan bahan pengajaran sastra. Metodologi dalam penelitian ini antara lain: objek penelitian, pendekatan penelitian, dan teknik. Isi pembahasan meliputi masalah kemasyarakatan, ketidakharmonisan, dan masalah agama. Pada penelitian tersebut menggunakan menggunakan sosiologi sastra untuk membahas problema sosial yang ada dalam novel tersebut. Penelitian ini membahas kajian sosial dan problema sosial secara umum.

  

3. Kajian sosial kumpulan cerpen Kurma terbitan buku kompas November

2002 relevansinya sebagai bahan pengajaran sastra di SMA oleh Siti Ma’sumah

  Skripsi berjudul Kajian sosial kumpulan cerpen Kurma terbitan buku kompas November 2002 dan relevansinya sebagai bahan pengajaran sastra di SMA,NIM 04010400055 tahun 2008. Menggunakan rumusan masalah diantaranya : nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung kumpulan cerpen Kurma terbitan buku kompas November 2002 ?, bagaimana relevansinya sebagai bahan pengajaran sastra?. Metodologi dalam penelitian ini antara lain: objek penelitian, sumber data, pendektan, metode penelitian, langkah kerja penelitian. Tujuan penelitian ini adalah menggungkapkan nilai-nilai sosial dan relevansinya sebagai bahan pengajaran sastra di SMA. Pada mengkaji dan memfokuskan pada penelitian nilai-nilai sosial dan relevansinya sebagai bahan pegajaran sastra di SMA.

  Dalam setiap penelitian yang telah disebutkan diatas terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan tersebut terletak pada kajian sosial dan pendekatan yang digunakan. Sedangkan perbedaan dengan skripsi sebelumnya terletak pada landasan teori , fokus penelitian, dan bahan pengajaran yang digunakan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang penulis lakukan masih memiliki kebaruan dari penelitian sebelumnya, karena pada penelitian sebelumnya mengkaji nilai-nilai sosial, sosiologi dalam masyarakat, dan mengkaji sosial secara umum, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan mengkaji Problematika Sosial Remaja Dalam Kumpulan Cerpen

  

Bukan Karena Aku Tak Cinta karya Eko Sri Israhayu sebagai bahan pengajaran sastra

  di SMA mengkaji problema sosial yang dalam masyarakat khususnya remaja. Jadi penelitian ini menfokuskan pada masalah sosial remaja ditinjau dari aspek ekonomi, biologis, psikologis, dan budaya. Peneltian ini juga berpijak pada tinjauan pustaka dan landasan teori diantaranya problematika sosial remaja, sosiologi sastra, dan pembelajaran sastra di SMA. Dengan adanya perbedaan tersebut maka terbukti bahwa penelitian ini berbeda dengan skripsi sebelumnya.

B. Problematika Sosial Remaja

  Problema sosial adalah usaha meneliti gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, dengan maksud memperbaikinya bahkan untuk menghilangkanya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam usaha memperbaikinya, merupakan bagian dari pekerjaan sosial. Menurut Kartono (2011: 2) problema sosial adalah situasi sosial yang dianggap oleh sebagian warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak. problem sosial hanya terbatas pada usaha untuk menemukan dan menelaah apa saja yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Jadi yang dimaksud dengan problema sosial adalah suatu permasalahan yang timbul dalam masyarakat yang disebabkan oleh tuntutan-tuntutan kehidupan yang sulit dicapai baik dari segi ekonomis, sosial, psikologis, dan kebudayaan.

  Munculnya problematika sosial karena adanya kekurangan, kepincangan-kepincangan dan penyimpangan terhadap norma-norma dalam masyarakat. Problema sosial yang terjadi dalam masyarakat diklasifikasikan menjadi empat kategori: (1) Ekonomi, antara lain: kemiskinan, pengangguran dan sebagainya, (2) Problema yang berasal dari faktor biologis,(3) Problema yang berasal dari faktor psikologis, misalnya bunuh diri, ketidakharmonisan dan sebagainya, (4) Problema yang berasal dari faktor kebudayaan, persoalan, keagamaan dan sebagainya (Soekanto, 2009: 315).

1. Problematika sosial dalam aspek ekonomi

  Sumber-sumber problematika sosial memang sulit diklasifikasikan dalam faktor tertentu. Hal ini dikarenakan suatu masalah dapat digolongkan lebih dari satu kategori. kesesuaian antara nilai-nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial, merupakan suatu permasalahan yang suatu waktu dapat bersamaan terjadi di tempat lain. Sebab memang dalam kehidupan dimasyarakat hal yang sama dialami dan dihadapi dalam masyarakat pada kemiskinan, Menurut Soekanto(2009: 319) seorang dianggap miskin karena ia tidak sanggup antara lain Memelihara dirinya yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompok, Kejahatan yang dapat disebabkan dari berbagai tekanan-tekanan, Ketidakharmonisan keluarga, seperti anggota keluarga yang tidak lengkap dari perceraian, Masalah generasi muda, dimana pada masa ini kaum muda tengah megalami masa transisi dalam masyarakat yang disesuaikan dengan nilai-nilai kaum muda, Peperangan,merupakan suatu bentuk pertentangan, Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat seperti alkoholisme, Masalah kependudukaan, Masalah lingkungan hidup. Tidak menutup kemungkinan timbulnya problema-problema sosial dari sumber-sumber lain, seperti halnya perubahan sosial. Masalah sosial dapat menghasilkan perubahan sosial, sedangkan sebaliknya mungkin perubahan sosial menghasilkan masalah sosial.

  Problema-problema sosial yang telah ada dikemukakan di atas barulah sebagian kecil dari berbagai permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi dalam masyarakat. Persoalan diatas baru mencakup pada aspek ekonomi berupa kemiskinan dan perbedaan kelas sosial. Persoalan sosial dalam masyarakat sangat beragam.

  Manusia tidak bisa lepas dari adanya masalah. Memang setiap hidup dan kehidupan selalu ada saja permasalahan yang selalu menyertai, karena masalah memang bagian dari kehidupan. Namun setiap masalah pasti ada jalan keluar dan pemecahanya. Masalah sosial merupakan masalah kita bersama, perlu menyatukan pemikiran dan solusi untuk pemecahanya. Contoh problema sosial ekonomi antara lain: perbedaan kelas sosial dan kesenjangan sosial. Perbedaan kelas sosial adalah: Perbedaan kelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.

  Sedangkan Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial dalam masyarakat yang menjadikan perbedaan yang sangat mencolok. Bisasanya timbul ketidakpedulian terhadap sesama dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara si kaya dan si miskin.

2. Problema sosial dalam aspek biologis Menurut Wilis (1986:32) Kebutuhan biologis disebut juga motive atau drive.

  Kebutuhan biologis sering juga disebut Physicological Drive atau Biological Motivation. Pengertian kebutuhan atau motive ialah segala yang mendorong makhluk(Manusia dan binatang) untuk bertingkah laku mencapai sesuatu yang diinginkan atau dituju. Kebutuhan biologis ialah motif yang berasal daripada dorongan-dorongan biologis. Motif ini sudah dibawa sejak lahir, jadi tanpa dipelajari.

  Boleh dikatakan bahwa motif biologis sama-sama dimiliki oleh semua makhluk Allah seperti lapar, haus, bernafas, mengantuk, dorongan seks. Motif biologis bersifat artinya dipunyai manusia dan binatang. Motif biologis diperinci menjadi dua yaitu motif makan, minum, bernafas, istirahat, kemudian yang kedua dorongan seks bertujuan untuk mengembangkan keturunan. Dalam pemenuhan kebutuhan biologis tentunya manusia mengalami beberapa problema. Hal inilah yang menjadi sumber terjadinya problema sosial biologis. Masalah sosial biologis dikarenakan adanya kepincangan-kepincangan, penyimpangan-penyimpangan, dan kekurangan- kekurangan sosial yang bersifat biologis. Problema sosial biologis diantaranya: kekurangan gizi, wabah penyakit, penyakit menular. Problema sosial biologis disebabkan karena faktor kebutuhan biologis yang terpenuhi misalnya apabila kebutuhan makan tidak terpenuhi maka timbul masalah sosial kekurangan gizi, kemudian apabila kebutuhan air bersih untuk sehari-sehari tidak terpenuhi maka akan timbul masalah sosial wabah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi air yang kurang bersih.

3. Problema sosial dalam aspek psikologis

  Fase remaja adalah fase perpindahan dan peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Mereka bukan anak-anak namun belum bisa melakukan berbagai tugas seperti orang dewasa. Remaja masih banyak bergantung pada orang dewasa. Mereka mencoba lepas dari ketergantungan namun justru bisa membuatnya berperilaku labil dan tidak terkendali. Remaja perlu menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat. Menurut Yusuf (201

  0:198) masa remaja berkembang”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahamanya ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan. Remaja sebagai penerus bangsa dan kepemimpinan di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Maksudnya dia memiliki penyesuaian sosial yang tepat. Penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap suatu realitas sosial, situasi dan juga relasi. Remaja harus menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

  Penyesuaian diri munurut Wilis (1986: 44) dibagi menjadi beberapa penyesuaian diri yaitu: 1) Penyesuaian diri di dalam keluarga : Keluarga menjadi ikatan sosial pertama. seseorang belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial yang mampu berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan masyarakat; 2) Penyesuaian diri di sekolah: Penyesuaian diri di sekolah meliputi penyesuaian diri terhadap guru, mata pelajaran, teman sebaya dan lingkungan sekolah; 3) Penyesuaian diri di masyarakat: Masyarakat juga amat menentukan bagi penyesuaian diri anak karena sebagian besar waktu anak-anak dihabiskanya di rumah. Rumah mereka berada di dalam lingkungan masyrakat. Banyak hal yang terdapat di lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian diri anak dan perkembanganya.

  Klasifikasi tersebut berdasarkan penyesuaian diri pada tiga lingkungan sosial. Remaja harus bisa menyesuaikan diri di tiga lingkungan sosial tersebut.

  Menurut Yusuf (2011:198) Karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut adalah Di Lingkungan keluarga diantaranya: a)Menjalin hubungan yang baik maksudnya antar anggota keluarga saling menjalin komunikasi yang baik agar tercipta hubungan yang harmonis, b) Menerima otoritas orang tua maksudnya anak harus patuh terhadap peraturan orang tua walaupun bersifat keras dan mengatur, c) Menerima tanggung jawab maksudnya mau menerima resiko dan tanggung jawab dalam keluarga serta menghindari larangan-larangan dalam keluarga,

  d) Berusaha untuk membantu anggota keluarga maksudnya antar anggota keluarga saling membantu dalam menghadapi masalah sehingga dapat tercipta tujuan bersama, Di lingkungan Sekolah diantaranya: a) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah maksudnya setiap warga sekolah harus mentaati peraturan sekolah yang berlaku, b) Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah maksudnya setiap anggota sekolah wajib mengikuti berbagai kegiatan disekolah, c) Menjalin persahabatan dengan teman- teman disekolah maksudnya antar teman sebaya menjalin persahabatan dan menciptakan kerukunan, d) Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah maksudnya siswa harus menghormati warga sekolah lain terutama guru dan staf-staf yang lain, e)Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuanya maksudnya seluruh warga sekolah harus merealisasikan visi dan misi sekolah agar lebih maju, Di Lingkungan Masyarakat diantaranya: a) Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain maksudnya tanggap dan menghargai hak dan kewajiban setiap warga masyarakat , b) Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain maksudnya memberikan rasa kepedulian pada warga masyarakat yang membutuhkan,

  Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Kebutuhan itu bersangkutan dengan psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang khas. Menurut Garrison dalam Mappiare (1982: 152) mencatat 7 kebutuhan khas remaja sebagai berikut: 1) Kebutuhan akan kasih sayang, terlihat adanya sejak masa yang lebih muda dan menunjukkan berbagai cara perwujudan selama masa remaja, 2) Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok merupakan hal yang sangat penting, sejak remaja “melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan-hubungan dengan lawan jenis, 3) Kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting selama mas remaja manakala dituntut untuk membuat berbagai pilihan dan mengambil keputusan, 4) Kebutuhan untuk berprestasi menjadi sangat penting dan pasti seirama dengan pertumbuhanya secara individual mengarah pada kematangan atau kedewasaan, 5) Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain sangat penting sejak mereka bergantung dalam hubungan teman sebaya dan penerimaan teman sebaya, 6) Kebutuhan akan dihargai dirasakanya berdasarkan pandangan atau ukuranya sendiri yang menurutnya pantas bagi dirinya dan bertambah penting seirama dengan pertambahan kematangan, 7) Kebutuhan memeroleh falsafah hidup yang utuh terutama nampak dengan bertambahnya kematangan (kedewasaan). Untuk mendpatkan ketetapan dan kepastian, remaja memerlukan beberapa petunjuk yang akan memberikanya dasar dan ukuran dalam membuat keputusan-keputusan falsafah hidup lah yang berperan untuk itu.

  Menurut Panuju (2005:27-41) kebutuhan remaja sebagaimana kebutuhan manusia lainya dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: kebutuhan fisik jasmaniah dan kebutuhan fisik rohaniah. Kebutuhan fisik jasmaniah merupakan kebutuhan pertama yang disebut juga dengan kebutuhan primer, seperti makan dan minum, seks dan sebagainya tidaklah dipelajari manusia akan tetapi merupakan fitrah sejak manusia itu lahir kedunia. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan hilang keseimbangan fisik. Remaja sebagaimana layaknya manusia dewasa dalam pemenuhan kebutuhan fisik jasmaniah ini tidak hanya berbeda dibandingkan dengan makhluk lainya. Perbedaanya hanya terletak pada tata cara memenuhi kebutuhan itu. Remaja atau manusia meletakkan pemenuhan kebutuhanya dengan jalan tidak mengurangkan kebutuhan-kebutuhan jiwa.

  Kebutuhan mental rohaniah remaja sebagai manusia di samping berusaha memenuhi kebutuhanya yang bersifat fisik atau jasmaniah, ia juga harus memenuhi kebutuhan mental rohaniahnya. Kebutuhan mental rohaniah inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Yang terpenting dari kebutuhan yang bersifat rohaniah ini adalah sebagai berikut:(1) Kebutuhan akan agama, (2) Kebutuhan akan kasih sayang, (3) Kebutuhan akan rasa aman, (4) Kebutuhan akan penyesuain diri, (5) Kebutuhan akan kebebasan, (6) Kebutuhan akan pengendalian diri, (7) Kebutuhan akan penerimaan sosial. Sebagai manusia, anak remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi,dan merupakan pula sumber daripada timbulnya berbagai problema di dalam dirinya terutama dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkunganya di mana remaja itu hidup dan berkembang. Jika mereka tidak dapat menyesuaikan diri dan memenuhi kebutuhan maka timbul problema remaja dalam aspek psikologis, problema tersebut diantaranya: a.

   Perbedaan pendapat dengan anggota keluarga

  Remaja biasanya memiliki masalah-masalah yang pelik. Salah satu masalah remaja adalah masalah dengan orang tua. Seperti halnya anak-anak remaja juga masih membutuhkan orang tua dan masih bergantung padanya. Akan tetapi remaja memiliki pandangan hidup sendiri. Ia mencoba lepas dari peranan orang tua dan mencoba hidup mandiri. Ia harus mempersiapkanuntuk menerima dan menjalankan peranan orang dewasa. Perjuangan kearah persamaan hak iniseringkali penuh konflik dan kecemasan baik bagi para remaja sendiri maupun orang tuanya. Hal ini yang memnyebabkan pertentangan dengan orang tua karena mereka ingin mempertahankan pandangan mereka sebagai sesuatu yang benar.

  Perbedaan pendapat antara remaja dengan anggota keluarga dapat menjadi sebuah problema remaja. Maka dari itu perlu diperhatikan dalam membina hubungan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hal itu dapat dilakukan dengan cara antara lain: menghormati hak dan kewajiban antar anggota keluarga baik itu anak terhadap orang tua maupun orang tua terhadap anak, Keterlibatan remaja sebagai anak dalam membicarakan dan memecahkan masalah yang dihadapi keluarga, adanya toleransi anak terhadap orang tua maupun orang tua terhadap anak terhadap perbedaan pendapat, antara anak dan orang tua harus memiliki kemampuan untuk memberikan alasan yang masuk akal terhadap suatu perbuatan atau keputusan yang diambil. Perbedaan pendapat dalam keluarga memang menjadi sebuah problema namun jika semua anggota keluarga saling menghargai dan saling menghomati tentu masalah tersebut dapat terselesaikan.

  b. Kurang komunikasi antar anggota keluarga

  Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimana pun dan kapanpun, termasuk dalam lingkungan keluarga. komunikasi intensif, dinamis dan harmonis dalam keluarga pun menjadi harapan setiap orang. Peranan keluarga terutama orangtua, menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak, terlebih lagi bila anak tersebut mulai memasuki masa remaja. Di awal masa remaja, sang remaja biasanya masih bingung mengenai banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Orangtua seharusnya memberikan informasi- informasi penting yang seharusnya remaja dapatkan. Perbincangan dengan anak harus penuh kasih sayang dan rasa empati sehingga remaja merasa bahagia. Selanjutnya membuat remaja senang untuk mencurahkan isi hatinya, sehingga pengawasan dan bimbingan orangtua terhadap remaja menjadi mudah. Pemantauan meliputi seluruh aspek kehidupan remaja. Baik pemantauan pergaulan, pendidikan, psikologis jiwa, kesehatan reproduksi, maupun kondisi fisik. Komunikasi yang efektif dan menyenangkan dalam keluarga dapat menjadi jalan bagi orang tua untuk dapat membina anaknya supaya anaknya dapat tercipta sebagai remaja tegar dalam menghadapi masa depan. Oleh sebab itulah remaja perlu diberikan komunikasi yang intensif. Apabila kurang komunikasi dalam keluarga maka akan timbul sebuah problema.

  c. Pengaruh kuat dengan teman sebaya

  Remaja yang sedang mengalami tumbuh kembang terus melakukan interaksi sosial baik antara remaja maupun terhadap lingkungan lain. Melalui proses adaptasi, remaja mendapatkan pengakuan sebagai anggota kelompok baru yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Remaja melakukan berbagai kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok remaja. Kebutuhan untuk diterima dalamsuatu kelompok merupakan suatu hal yang mutlak dalam interaksi sosial. Setiap anak remaja biasanya mengalami problema penyesuaian sosial diantaranya adalah problema pergaulan teman sebaya. Pembentukan pola tingkah laku remaja ditentukan oleh lingkungan dan teman sebaya. Hubungan teman sebaya mempunyai pengaruh kuat yang tidak dapat diremehkan pada masa remaja. Jika pengaruh yang diberikan bernilai positif mungkin tidak menjadi masalah. Tetapi jika nilai yang dianut bernilai negative maka akan membentuk pribadi . remaja menjadi bermasalah Hal inilah yang menjadi problema remaja dalam hal pengaruh kuat teman sebaya.

d. Masalah penerimaan dan penolakan teman sebaya

  Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun lawan jenis. Yusuf menguraikan (2006:72) bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Jika seorang remaja tidak dapat melewati tugas perkembangannya dengan baik atau melakukan melakukan kesalahan dalam hubungan sosialnya maka dapat berdampak pada penerimaan sosial dan dampak sosial yang rendah sehingga menyebabkan remaja ditolak dan dibaikan teman sebaya.

  Dalam proses interaksi sosial siswa dengan teman sebaya di sekolah, tidak semua siswa bisa berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa berinteraksi dengan baik akan diterima teman-temanya, sebaliknya siswa yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya akan ditolak oleh teman-temannya. Remaja yang dapat melewati tugas perkembangannya dengan baik akan dapat berinteraksi sosial dengan baik. Hal tersebut akan memberikan pengaruh yang positf terhadap remaja, seperti memiliki keinginan untuk terlibat dalam dunia dengan teman sebaya.

  Remaja yang ditolak atau diabaikan oleh teman sebayanya akan cenderung bertingkah laku negatif seperti membohongi orang tua teman. hal inilah yang menjadi problema dalam penerimaan dan penolakan teman sebaya.

  e. Problema remaja dengan pendidik

  Salah satu kebutuhan remaja ketika di sekolah maupun di lembaga pendidikan adalah kebutuhan akan penyesuaian diri. Penyesuaian diri di sekolah meliputi penyesuaian diri dalam

  “peer’ (kelompok teman sebaya), penyesuaian diri terhadap

  guru atau pendidik. Kebutuhan penyesuaian diri remaja terhadap para pendidik timbul karena remaja dalam perkembangannya yang melepaskan diri dari keterikatan pada orang tua dan ingin mendapat orang tua kedua atau orang dewasa lainya yang dapat dijadikan sahabat dan pembimbingnya. Hubungan remaja dengan pendidik sangat penting karena mereka dapat bergaul secara baik dan harmonis. Namun jika remaja mengalami ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dari para pendidik, remaja pun menjadi kecewa karena remaja tersebut tidak merealisasikan untuk menuju kedewasaan bergaul dengan orang dewasa diluar rumah. Hal inilah yang menyebabkan problema pada remaja ketika mereka disekolah.

  f. Problema ingin dikenal

  Remaja merupakan masa dimana mereka mulai mengenal cinta. Mereka sudah memiliki ketertarikan dan cenderung ingin berkenalan dengan lawan jenis. hal itu ditunjukan dengan melakukan berbagai perilaku yang dapat menarik perhatian lawan jenis seperti memakai pakaian yang mencolok, berpenampilan rapi, mencari perhatian dll. Perilaku tersebut merupakan kebutuhan untuk dikenal. Kebutuhan untuk dikenal ini berkaitan dengan kebutuhan untuk memperoleh response lawan jenis. Response tersebut dimaksudkan agar ia memperoleh cinta lawan jenis. Remaja dan cinta merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, Khususnya cinta dengan lawan jenis. Hal ini wajar karena usia remaja dibarengi dengan masa puber seorang remaja akan mulai belajar dan berteman dengan lawan jenis. Hubungan remaja lebih dari sekedar pertemanan karena adanya rasa cinta. Mereka biasanya melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian lawan jenis agar mau menerima cintanya. Dalam menjalin pertemanan dengan lawan, remaja masih memerlukan arahan agar dapat bersikap dalam menghadapi masalah cinta remaja.

g. Minder dalam pergaulan Secara umum remaja biasanya belum bisa memecahkan suatu masalah sendiri.

  Karena tidak bisa memecahkan masalah sendiri mereka cenderung mengalami gangguan psikologis. Hal inilah yang menjadi sumber dari permasalahan psikologis.

  Salah satu permasalahn psikologis yang serin dialami oleh remaja adalah minder. Minder atau terlalu rendah diri adalah perasaan menganggap diri nggak mampu dan menganggap orang lain lebih baik dari dirinya. Orang minder cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai korban, merasa tidak puas sama dan selalu mengasihani diri sendiri. Sering kali remaja minder lebih menghargai orang lain daripada diri sendiri. Sikap ini membuat remaja menjadi “minder” dan bahkan mungkin tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

  Tentu saja sikap “minder” akan merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Sebab ia tidak bisa membuat diri kita berharga bagi orang lain. Untuk mengatasi sikap minder tersebut ada satu syarat, yakni menghargai diri sendiri. Remaja yang minder akan cenderung gelisah dan tidak percaya diri. Maka dari itu peran orang dewasa sangat dibutuhkan untuk memotivasi remaja agar lebih percaya diri dan tidak minder.

h. Problema ingin diakui

  Remaja mempunyai kebutuhan untuk diakui dan diterima dalam kelompok teman sebaya. mereka melakukan berbagai cara agar diakui oleh kelompoknya.

  Bahkan mereka melakukan hal-hal negatif agar diterima dan diakui kelompok lain. Salah satu perilaku negatif itu adalah gengsi. Gengsi adalah sifat yang kurang dengan memaksakan diri agar dipandang hebat orang lain dan menyembunyikan rasa malu dalam dirinya. Penyebab remaja gengsi itu lebih banyak dari faktor pertemanan. ia halal-kan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut agar terlihat sama bahkan lebih dengan temannya dan inilah kelakuan negatif yang harus di hilangkan. Gengsi juga timbul karena ada perasaan ingin diakui. Karena ada perasaan ingin dihargai dan dihormati. Karena ada perasaan tidak mau kalah dari orang lain. Karena ada rasa senang dan puas jika bisa menyamai bahkan melebihi orang lain. Gengsi justru akan membuat seseorang menjadi tersiska karena memaksakan diri. Maka dari itu peran orang dewasa dibutuhkan untuk memberikan pengarahan pada remaja agar ia tidak gengsi dalam pergulan i.

   Kurang bisa beradaptasi.

  Masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik baik menyangkut sifat-sifat pribadi, mnat nilai-nilai maupun perasaanya. Remaja diharapkan dapat mencapai perkembanga sosial yang tepat. Dalam arti ia harus memiliki penyesuaian sosial yang tepat. Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa remaja mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk

  .

  melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan Hal ini lah yang menjadi problema remaja dalam beradaptasi dalam lingkungan sosial.

4. Problema sosial dalam aspek budaya

  Pengaruh globalisasi sudah sangat sulit terbendung.karena banyak remaja masa kini yang pergaulannya sangat bebas dan tidak teratur. Proses interaksi dan saling pengaruh-mempengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antar-bangsa terjadi . dengan cepat dan mencakup masalah yang semakin kompleks. Golongan remaja yang paling mudah terikut-ikut trend semasa. Mereka akan meniru cara pergaulan, berpakaian, berkomunikasi atau apa saja yang ditelevisi. Hal ini terjadi karena remaja memang memiliki sifat suka meniru dan cepat terpengaruh dengan segala sesuatu yang dianggap menarik. Mereka memiliki sikap suka mencoba sesuatu yang baru tanpa berfikir panjang tentang baik atau buruknya. Remaja suka meniru pola hidup masyarakat barat. Tidak adanya filter budaya barat yang masuk membuat pengaruh negatif pada remaja. Hal inilah yang menjadi sumber terjadinya problema sosial budaya. Problema sosial budaya tersebut antara lain:

  a. Materialisme

  Remaja bukan anak-anak lagi namun mereka belum bisa mengemban dan melakukan tugas sebagai orang dewasa. Remaja masih memerlukan bantuan orang lain dalam mengatasi masalahnya. Mereka juga memiliki kebutuhan untuk dipenuhi. Hal ini lah merupakan sumber dari problema remaja. Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi remaja adalah kebutuhan dalam hal materi. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut tentu saja mereka belum bisa melakukanya secara mandiri karena pada umumnya remaja belum memiliki penghasilan. Maka dari itu remaja akan mencari jalan pintas dalam pemenuhan kebutuhan materi. Tidak jarang mereka akan melakukan berbagai perilaku menyimpang. Salah satu penyimpangan tersebut adalah budaya matrealisme. Materialis adalah sebutan bagi pengikut faham materialisme. Sedangkan Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam kebendaan semata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra (Tim KBBI, 2007 : 723). Sifat materialis lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat materi atau kebendaan dan mengabaikan sesuatu yang bersifat indrawi. Materialisme mengajarkan bahwa pada akhirnya adalah thing, benda, sama seperti benda-benda lainnya. secara mendasar manusia dipandang hanya sebagai materi atau kebendaan. Jadi Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata. Dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indera.

  b. Geng

  Geng atau kelompok teman sebaya adalah kelompok anak-anak yang hampir sama umurnya dan motivasi bergaulnya (Wilis, 1986: 47). Geng juga merupakan kelompok atau gerombolan remaja yang terkenal karena kesamaan latar belakang sosial, sekolah, daerah dan sebagainya. Terbentuknya geng karena adanya kesamaan tujuan, hobi, kemauan dll. Geng dapat tercipta di lingkungan sekolah sebab sebagian besar waktu siswa remaja dihabiskan di lingkungan sekolah. Terlebih remaja di tingkat SMA merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang berkembang dan adanya keinginan memperluas pergaulan.

  Elizabeth B. Hurlock membagi pengelompokan sosial remaja dalam beberapa kategori, diantaranya: (1) Teman dekat, remaja biasanya mempunya dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat karib. Teman dekat ini biasanya terbentuk antara anak dengan jenis kelamin yang sama, (2) Kelompok kecil, biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari teman yang sesama jenis, tetapi kemudian meliputi teman yang berlainan jenis, (3) Kelompok besar, terdiri dari beberapa kelompok kecil dan teman dekat. Karena kelompok ini jumlah anggota kelompoknya besar, maka penyesuaian minat berkurang dan terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara anggotanya, (4) Kelompok yang terorganisir, kelompok yang dibina oleh kelompok dewasa dan dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial, (5) Kelompok geng, remaja yang tidak termasuk dalam kelompok besar dan merasa tidakpuas dengan kelompok organisasi mungkin akan mengikuti kelompok geng. Anggota geng biasanya terdiri dari anak-anak berjenis kelamin sama dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial. Geng ada yang bersifat positif ada pula yang negatif. Namun istilah geng mengandung konotasi yang negatif. Geng yang bersifat positif seperti klik, geng kelompok belajar dll. Sedangkan geng yang negatif seperti geng motor yang suka tawuran, balap liar, minum-minuman keras.

  c. Cemburu

  Cemburu adalah merasa tidak senang melihat orang lain beruntung atau curiga kekasihnya berjalan dengan orang lain (Tim KBBI, 2007: 204). Perasaan cemburu merupakan kekesalan karena seseorang yang dia sayangi menunjukkan kemesraan bersama orang lain. Remaja yang umumya sudah menjalin asmara tentu pernah merasakan rasa cemburu. Cemburu adalah bentuk emosi perasaan yang timbul dari diri seseorang, suatu perasaan tidak nyaman atau tidak suka terhadap orang lain pihak ketiga dan kesal marah kepada pasangan yang kelihatannya dekat dengan pihak ketiga tersebut. ini adalah perasaan dan kecurigaan, kenyataannya belum tentu demikian. Ada anggapan yang salah bahwa cemburu selalu diidentikan dengan tanda cinta. Jika tidak cemburu dianggap sudah tidak memiliki rasa cinta.Cemburu memang tanda cinta, namun akan menjadi salah bila kita menjadikan kecemburuan sebagai satu-satunya ekspresi cinta.

  d. Hedonisme

  Dalam bahasa yunani kata untuk kenikmatan adalah hedone. Dari kata tersebut terbentuk istilah hedonisme. Hedonisme berpendirian bahwa kenikmatan, khususnya kenikmatan pribadi, merupakan nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir hidup manusia (Mangunhardjana, 1997: 90). Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Namun Pemahaman negatif melekat dan pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan. Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan.

  Kenikmatan cenderung lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang bersifat sementara.

C. Sosiologi Sastra

  Sosiologi sastra menurut Ratna berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sosio(yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan,teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna sosio/socius berarti masyarakat, logi/ logos berarti ilmu jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan masyarakat atau ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Sastra dari akar kata sas (sansakerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat sarana. Jadi sastra merupakan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.

  Sosiologi dan sastra memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Namun pada hakekatnya sosiologi dan sastra berbeda. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini, bukan apa yng harusnya terjadi. Sebaliknya karya sastra jelas bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Perbedaan antara sastra dan sosiologi merupakan perbedaan hakikat, sebagai perbedaan ciri-ciri, sebagaimana ditunjukan melalui perbedaan antara rekaan dan kenyataan, fiksi dan fakta (Ratna, 2006: 1-2). Sedangkan menurut Hartoko dalam Noor (2004:89) sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari sastra dalam hubunganya dengan kenyataan sosial mencakup pengertian konteks pengarang dan pembaca (produksi dan resespsi) serta sosiologi karya sastra (aspek-aspek sosial dalam teks sastra).

  Pitirin Sorokin dalam Soekanto (2001:19) mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmuu yang mempelajari: a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi, gerak masyarakat dengan politik).

  b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (gejala geografis, biologis) c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.

  Karya sastra sebagai wujud kehidupan manusia yang berusaha merekam semua yang terjadi dalam masyarakat dan berusaha untuk mengungkapkan proses sosial. Sedang proses sosial itu dipelajari oleh ilmu sosiologi. Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial akan memicu lahirnya karya sastra. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakat. Dengan demikian, meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda namun dapat saling melengkapi.

D. Pembelajaran Sastra di SMA Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum.

  Kurikulum menurut Mulyasa (2009:46) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Mulyasa (2013:68) Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

  Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaian dapat diamati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

  Dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, sedikitnya dapat diidentifikasi delapan sumber yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi, yaitu: (1) daftar yang ada (existing list); (2) menerjemahkan mata pelajaran (course translation); (3) menerjemahkan mata pelajaran dengan perlindungan (course translation with safeguard); (4) analisis taksonomi (taxonomic analysis); (5) masukan dari profesi (input from the profession); (6) menbangu teori (theoritical constructs); (7) masukan peserta didik dan masyarakat (input from clients, including pupils and the community); dan (8) analisis tugas (task

  

analisyis ). Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific

  

appoach ) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi

  melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Menurut Sugito (1994: 100) pada dasarnya jenis bahan belajar disesuaikan dengan klasifikasi tujuan yang umum digunakan dalam hal belajar pada manusia. Secara umum klasifikasi tujuan yang umum digunakan dalam hal belajar pada manusia. Terdiri dari tiga kategori atau kawasan belajar, yaitu: 1) belajar kognitif, 2) belajar afektif, dan 3) belajar psikomotor.

  Bahan ajar menurut Sugito (1994: 100) dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Bahan belajar kognitif atau ilmu pengetahuan, termasuk diantaranya fakta, keterangan, ide, konsep, prinsip,teori, rumus definisi, (2) Bahan belajar psikomotor atau ketrampilan, termasuk diantaranya membaca, menulis, menyimak/mendengarkan, berbicara, berhitung, menari, memperagakan sesuatu, berpikir kritis, berkomunikasi lisan dan tulisan, (3) Bahan belajar afektif atau nilai- nilai dan sikap, termasuk diantaranya konsep baik buruk, betul salah, indah jelek. Menurut Rahmanto (1993: 27-31) ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan pengajaran. Berikut ini akan dibicarakan tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

1. Bahasa

  Bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang terlihat jelas pada setiap individu. Sedangkan karya sastra berkembang melalui berbagai aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah- masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Bahasa merupakan pertimbangan utama, dalam pelajaran bahasa perlu disediakan bacaan-bacaan khusus sebagai proses pengayaan pelajaran bahasa itu sendiri. Untuk itu guru mengadakan pemilihan bahan berdasarkan wawasan yang ilmiah, misalnya: memperhitungkan kosakata yang baru, memperhatikan segi ketatabahasaan dan sebagainya.

2. Psikologi

  Perkembangan psikologi dari fase anak menuju kedewasaan ini melalui tahap- tahap tertentu yang jelas untuk dipelajari. Pemilihan bahan pengajaran sastra, sangat berpengaruh terhadap minat dan motivasi anak dalam berbagai hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap: daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Pengelompokkan berdasarkan tahap- tahap perkembangan psikologis yang disajikan harus disertai pertimbangan- pertimbangan lain. Beberapa tingkatan perkembangan psikologis anak-anak sekolah dasar dan menengah diantaranya: 1) tahap pengkhayal (8-9 tahun): Pada fase ini anak masih memikirkan hal-hal yang berisfat imajinatif dan dipenuhi dengan berbagai fantasi; 2) tahap romantik (10-12 tahun): pada fase ini, anak meninggalkan hal yang berisfat imajinasi dan lebih tertarik pada suatu realitas namun pandangan mereka belum terlalu luas, Anak mulai menyukai cerita-cerita bertemakan heroik ; 3) tahap realistik (13-16 tahun): pada fase ini anak sudah sepenuhnya lepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas, atau apa yang benar-benar terjadi; mereka mulai terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata; 4) tahap generalisasi (16 tahun sampai selanjutnya): pada fase ini, anak memiliki minat yang besar terhadap suatu yang bersifat abstrak dalam menganalisis fenomena. Mereka berusaha memecahkan dan merumuskan fenomena yang bersifat filsafati.

3. Latar belakang budaya

  Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkunganya seperti:geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga, hiburan, moral, etika dan sebagainya. Biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya- karya sastra yang berasal dari latar belakang budaya mereka, terlebih pada karya sastra yang berisi nama tokoh dan kesamaan pola hidup dari lingkugan mereka. Guru sastra haruslah memahami apa yang diminati oleh para siswanya sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran diluar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswanya. Karya sastra yang dipelajari hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat kaitanya dengan kehidupan siswa. Siswa terlebih dahulu memahami budayanya sebelum mencoba mengetahui budaya lain.