9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  2.1.1 Bank Syariah

  Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang bank syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah (Soemitra, 2009).

  2.1.2 Fungsi Bank Syariah

  BankSyariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, memberikan pelayanandalam bentuk jasa perbankan syariah ( Ismail, 2011).

  1. Penghimpunan Dana Masyarakat Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-Mudharabah. Al-Wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan dala Islam. Al-Mudrabah adalah akad antara pihak yang memiliki dana kemudian menginventasikan dananya (Shahibul mal) dengan pihak kedua atau bankyang menerima dana disebut (mudharib),

  

9 dimana mudharib dapat memanfaatkan dana yang diinvestasikan oleh

shahibul mal untuk tujuan tertentu yang di perbolehkan dalam Islam.

  2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat Bank menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakn bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan.

  Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank. pendapatan dari yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerjasama usaha adalah bagi hasil.

  3. Pelayanan Jasa Bank Aktivitas pelayanan jasa, merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan ialah pelayanan yang cepat dan akurat, dengan pelayanan jasa, bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee based income.

2.1.3 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

  Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sistem teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, tekonologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.

  Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

  Bank Syariah Bank Konvensional

  Melakukan investasi yang halal saja Investasi yang halal dan haram Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, Memakai perangkat bunga atau sewa Berorientasi pada keuntungan (profit Profit oriented oriented) dan kemakmuran serta kebahagiaan dunia akhirat. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk Hubungan dengan nasabah hubungan kemitraan. dalam bentuk hubungan kreditur-debitur Penghimpunan dana dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejenis. harus sesuai dengan Fatwa Dewan Pengawas Syariah

  (sumber : Antonio, 2001)

2.1.4 Perbedaanantara Bunga dan Bagi Hasil

  Islam mendorong pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh pertumbuhan usaha riil. Pertumbuhan usha rill akan memberikan pengaruh positif pada pembagian hasil yang diterima oleh beberapa pihak yang melakukan usaha.pembagian hasil usaha dapat diaplikasikan dengan model bagi hasil. Bagi hasil yang diterima atas hasil usaha, akan memberikan keutungan bagi pemilik modal yang menempatkan dananya dalam kerjasama usaha. Bunga juga memberikan keuntungan kepada pemilik dana atau investor. Namun keuntungan yang diperoleh pemilik dana atas bunga tentunya berbeda dengan keuntungan yang diperoleh dari bagi hasil. Keuntungan yang berasal dari bunga sifatnya tetap tanpa memperhatikan hasil usaha pihak yang dibiayai, sebaliknya keuntungan yang berasal dari bagi hasil akan berubah mengikuti hasil usaha pihak yang mendapatkan dana. Dengan sistem bagi hasil, kedua pihak antara pihak investor dan pihak penerima dana akan menikmati keuntungan dengan pembagian yang adil.

Tabel 2.2 Perbandingan Bunga dan Bagi hasil

  Bagi Hasil Bunga

  Bagi hasil ditetapkan dengan rasio nisbah yang disepakati antara pihak yang melaksanakan akad pada saat akad dengan berpedoman adanya kemungkinan keuntungan atau kerugian.

  Besarnya bunga ditetapkan pada saat perjanjian dan mengikat kedua pihak yang melaksanakan perjanjian dengan asumsi bahwa pihak penerima pinjaman akan selalu mendapatkan keuntungan. Besarnya bagi hasil dihitung berdasarkan nisbah yang diperjanjikan dikalikan dengan jumlah pendapatan atau keuntungan yang diperoleh.

  Besarnya bunga yang diterima berdasarkan perhitungan presentase bunga dikalikan dengan jumlah dana yang dipinjamkan. Jumlah bagi hasil akan dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan atau keuntungan. Bagi hasil akan berfluktuasi.

  Jumlah bunga yang diterima tetap, meskipun usaha peminjam meningkat atau menurun. Sistem bagi hasil adil karena perhitungannya berdasarkan hasil usaha.

  Sistem bunga tidak adil, karena tidak terkait dengan hasil usaha peminjam. Tidak ada agama satupun yang meragukan sistem bagi hasil.

  Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama. ( sumber : Ismail, 2011 ).

2.1.5 Perilaku Konsumen

  James F. Engel et al. (1986) dalam Tjiptono (2007) berpendapat bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang- barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Loudon dan Bitta

  (1984) dalam Tjiptono (2007) juga mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen :

  1. Kekuatan Sosial Budaya

  a) Faktor Budaya Budaya dapat didefinisakan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannyasebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat.

  Fleming Hansen (1972) dalam Tjiptono (2007) mengemukakan bahwa karakteristik budaya adalah hasil karya manusia, proses belajar, mempunyai aturan/berpola, bagian dari masyarakat, menunjukan kesamaan tertentu tetapi pula terdapat variasi-variasinya, pemenuhan kepuasan dan kemantapan/ketetapan, penyesuai terorganisasi dan terintegrasi secara keseluruhan. b) Faktor kelas sosial Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat. Fleming Hansen (1972) dalam Tjiptono (2007) mengemukakan bahwa kelas sosial dapat dikategorikan ke dalam kelas puncak atas, kelas puncak bawah, kelas menengah atas, kelas menengah bawah, kelas bawah atas, dan kelas bawah rendah.

  c) Faktor Kelompok Anutan (Small Reference Group) Kelompok anutan didefinisikan sebagai suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen.

  William J. Stanton (1981) dalam Tjiptono (2007) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok anutan yang mereka menjadi anggotanya atau yang mereka cita-citakan.

  d) Faktor Keluarga Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan nasabah. Keluarga dapat terbentuk keluarga inti yang terdiri dari tokoh ayah, ibu dan anak. Dapat pula berbentuk keluarga besar yang terdiri dari tokoh ayah, ibu, anak, kakek dan nenek serta warga keturunannya.

  2. Kekuatan Faktor Psikologis

  a) Faktor Pengalaman Belajar Belajar dapat didefinifikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pegalaman belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli.

  b) Faktor Kepribadian Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya.

  Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya (motif, IQ, emosi, cara berfikir, persepsi) dan faktor eksternal dirinya (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alam), kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli.

  c) Faktor Sikap dan Keyakinan Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emsional yang tindakannya cenderung kearah berbagai objek atau ide. Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasif dan pemberian informasi yang efektif kepada konsumen.

  d) Konsep Diri atau Self-Concept Konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagi gambaran tentang apa yang kita pikirkan.

2.1.6 Kualitas Pelayanan

  Kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan

  .

  konsumen (Tjiptono, 2007) Untuk mempermudah penilaian dan pengukuran kualitas pelayanan dikembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang disebut SERVQUAL (service Quality). SERVQUAL ini merupakan skala multi item yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi konsumen atas kualitas layanan yang meliputi lima dimensi (Parasuraman, 1988) yaitu:

  1. Bukti fisik (tangible), kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

  2. Reliabilitas (reliability), yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama, untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

  3. Daya Tanggap (responsiveness), suatu kemampuan untuk membantu dan memberi pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam pelayanan.

4. Jaminan (assurance), pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan

  para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication) , kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).

  5. Empati (empathy), memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupayamemahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

2.1.7 Bagi Hasil

  Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatanbersama di dalam melakukan kegiatan usaha (Muchtasib,2009). Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari'ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari'ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.

  1. Pembiayaan dengan menggunakan prinsip bagi hasil :

  a. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

  b. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mdharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, harus bertnggung jawab atas kerugian tersebut.

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil

  a. Faktor Langsung Di antara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

  1) Investment rate merupakan persentase aktual dana yang di investasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

  2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini :

  a) Rata-rata saldo minimum bulanan

  b) Rata-rata total saldo harian 3) Nisbah (profit sharing ratio)

  a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

  b) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda.

  c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposit 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

  d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

  b. Faktor Tidak Langsung 1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

  a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya ( Profit and sharing). Pendapatan yang “ dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang di terima dikurangi biaya-biaya. b) Jika semua biaya di tanggung bank hal ini disebut revenue sharing.

  2) Kebijakan akunting ( prinsip dan metode akunting ).

  Bagi hasil secara tidak langsung di pengarhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

2.1.8 Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah

  Menurut (Karim, 2011) produk penghimpun dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip

  wadi’ah dan

mudharabah. Berikut ini produk penghimpun dana yang diterapkan dalam

  perbankan syariah:

  a. Giro Giro menurut fatwa Dewan Pengawas Syariah NO: 01/DSN-

  MUI/IV/2000 yaitu simpanan dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

  Menurut (Karim, 2011) giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional (DSN) telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip

  wadi’ah dan mudharabah.

  Giro

  wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad

wadi’ah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika

  pemiliknya menghendaki. Dalam kaitan dengan produk giro, bank syariah menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memenfaatkan uang atau barang titipannya.

  Ketentuan umum giro

  wadi’ah sebagai berikut :

  1) Dana

  wadi’ah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial

  dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali noinal dana wadi’ah tersebut.

  2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu isentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan dimuka. 3) Pemilik dana

  wadi’ah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu (on call) baik sebagaian ataupun seluruhnya.

  Giro mudharabah adalah, giro yang dijalankan berdasarkan akad

  

mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib

  (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mall (pengelola dana) .

  Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta bertindak baik dan bertanggungjawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu bank syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yamg diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah.

  Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakatidan dituangkan dalam akad pembukuan rekening. Dalam mengelola dana tersebut bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun apabila yang terjadi adalah salah arus, bank bertanggung jawab penuh atas terhadap kerugian tersebut. Ketentuan umum giro berdasarkan mudharabah sebagai berikut: 1) Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul mall atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

  3) Modal harus dinyatakan denagn jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

  4) Pembagian keuntungan haru dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.

  5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

  6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

  b. Tabungan Tabungan menurut fatwa Dewan Pengawas Syariah NO: 02/DSN-

  MUI/IV/2000 yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

  Menurut (Karim, 2011) tabungan syariah merupakan tabungan yang dijalankan bedasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip

  wadi’ah dan mudharabah.

  Tabungan

  wadi’ah adalah tabungan yang dijalan kan berdasarkan

  akad

  wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan

  setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan

  wadi’ah, bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adh- dhamanah.

  Ketentuan umum tabungan wadi’ah sebagai berikut;

  1) Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta. 2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. 3) Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.

  Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasar kan akad mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai

  

mudharib (pengelol dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul

maal (pemilik dana).

  Ketentuan umum tabungan mudharabah sebagai berikut : 1) Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertinda sebagai mudharib atau pemilik dana.

  2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mngembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

  3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

  4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.

  5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntngan yang menjadi haknya.

  6) Bank tidak diperenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

  c. Deposito Deposito menurut fatwa Dewan Pengawas Syariah NO: 03/DSN-

  MUI/IV/2000 yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

  Menurut (Karim, 2011) deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

  Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana).

  Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termask melakukan akad mudharabah dengn pihak ketiga.

2.1.9 Nilai Nasabah

  Nilai pelanggan (nasabah) adalah tradeoff antara persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang di bayarkan Monroe (1993) dalam Tjiptono (2007).

  Nilai nasabah dapat di ukur dengan :

  1. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/emosi positif yang ditimbulkan dari mengonsumsi produk.

  2. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen.

  3. Quality atau Performance Value, yaitu utilitas yng didaptkan dari produk karena reaksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.

  4. Price atau Value For Money, yaituutilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.

  Nilai bagi nasabah bisa juga dilihat sebagai cerminan dari kualitas, manfaat dan pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkan sebuah produk atau layanan. Sebuah produk atau layanan perbankan dikatakan mempunyai nilai yang tinggi di mata nasabah apabila mampu memberikan kualitas, manfaat dan pengorbanan yang seminimal mungkin.

  Sebuah perbankan dikatakan mempunyai nilai yang tinggi dimata nasabah apabila memberikan pelayanan yang memuaskan, hal tersebut juga akan meningkatkan kepuasan itu sendiri dan menjadikan loyalnya nasabah terhadap bank itu sendiri.

2.1.10 Kepuasan Nasabah

  Kepuasan nasabah adalah dampak dari perbandingan antara harapan nasabah sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya dipercaya oleh nasabah dari produk yang dibeli tersebut (Sumarwan,2003).

  Menurut Kotler (2000), kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk yang diterima dan yang diharapkan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, maka pelanggan akan sangat puas.

  Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan :

  1. Produk sesuai dengan yang diharapkan

  2. Pelayanan sesuia dengan yang diharapkan nasabah

  3. Bagi hasil sesuai dengan akad yang telah disepakati

  4. Merekomendasikan keorang lain Menurut Kotler dan Keller (2007), menyatakan kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas akan:

  1. Melakukan pembelian ulang

  2. Mengatakan hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain atau rekomendasi.

  3. Kurang memperhatikan merk dan iklan produk pesaing.

  4. Membeli produk lain dari perusahaan yang sama.

  Kepuasan pelanggan berbeda dengan kualitas pelayanan, dimana kepuasan merupakan evaluasi spesifik terhadap transaksi pemberi jasa, sedangkan persepsi terhadap kualitas jasa terkait dengan penilaian umum mengenai superioritas pemberi jasa.

  Dengan demikian tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, dan memberi komentar yang baik bagi perusahaan ( Perbankan ).

2.2 Kerangka Pemikiran

  Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh tangible, reliability,

  

reponsiveness, assurance, empathy, bagi hasil dan nilai nasabah terhadap

  kepuasan nasabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Tegal. (1) Bukti fisik

  

(tangible) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana

  komunikasi. (2) Reliabilitas (reliability) kemampuan bank dalam melayani nasabah secara tepat dan akurat. (3) Daya tanggap (responsiveness) membantu nasabah dan memberikan pelayanan yang cepat. (4) Jaminan (assurance) memberikan rasa aman bagi nasabah serta kesopanasantunan. (5) Empati

  

(empathy) memberikan perhatian kepada nasabah dan memahami keinginan

  nasabah. (6) Bagi Hasil perjanjian yang dilakukan antara nasabah dengan bank dalam melakukan kegiatan usaha bersama. (7) Nilai Nasabah (pelanggan)

  

tradeoff antara persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang di bayarkan Monroe (1993) dalam Tjiptono (2007).

  Penelitian terdahulu Menurut Kharisma dan Agus (2012),dalam penelitiannya berhasil menemukan adanya pengaruh kualitas pelayanan, bagi hasil dan nilai nasabah terhadap kepuasan nasabah pada Bank Victoria Syariah. Penelitian Hastuti (2013) juga menemukan pengaruh kualitas pelayanan dan pola bagi hasil terhadap kepuasan nasabah penyimpan pada Bank Syariah, bahwa kualitas pelayanan dan pola bagi hasil berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

  Kualitas Pelayanan

  Tangible

  X1 Reliability H1(+)

X2 H2(+)

  Responsiveness

X3 H3(+)

  Asssurance

  H4 (+)

  Kepuasan Nasabah

  X4 H8 (+) Y

  H5 (+)

  Empathy

  X5 H6 (+) Bagi Hasil

  H7(+)

  X6 Nilai Nasabah

  X7

2.3 Hipotesis

  Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran diatas didapat jawaban sementara atas rumusan masalah tersebut yaitu: H1 : Tangible secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah .

  H2 : Reliability secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.

  H3 : Reponsivenesssecara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.

  H4 : Assurance secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.

  H5 : Empathy secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.

  H6 : Bagi Hasil secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.

  H7 : Nilai Nasabah secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.

  H8 : Tangible, Reliability, Respnsiveness, Assurance, Empathy, Bagi Hasil Dan Nilai Nasabah secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan nasabah.