ARTIKEL PENELITIAN EVALUASI PENETAPAN TARIF PELAYANAN DI UNIT RAWAT INAP VIP CENDRAWASIH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO TAHUN 2011DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIAYA SATUAN Nasrani widiyanata sibarani Abstract Evaluation of Tariff Implementation in VIP

  

ARTIKEL PENELITIAN

EVALUASI PENETAPAN TARIF PELAYANAN DI UNIT RAWAT INAP

  

VIP CENDRAWASIH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO

TAHUN 2011DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIAYA SATUAN

Nasrani widiyanata sibarani

  

Abstract

Evaluation of Tariff Implementation in VIP Cendrawasih Nursing Room

General Hospital Sawahlunto in 2011 Applying Analysis Unit Cost

By

  

Nasrani widiyanata sibarani

In order to rising up the quality of health care and remind that the hospital was

an organitation of act, capital and technology it need to carry out by capable

system of financing that can make a balance cost and revenue. In this context, the

determination of a rational tariff based on unit cost becomes necessary. Analysis

unit cost helps find maintenance and operational cost in VIP Cendrawasih

nursing room General Hospital Sawahlunto which is useful to determine with

tariff and can be used as basic to implementation the tariff. The research of this

descriptive study applying cost analysis with using double distribution method

and instrument spreadsheet double distribution to calculate the unit cost and the

component included in the unit cost in VIP Cendrawasih nursing room General

Hospital Sawahlunto and compare it with the currently tariff. The data for this

study were obtained from the medical record, the financial reports for the period

of January to December 2011.The result of this study reveals that the unit cost

actual calculated Rp. 812.256,- and the variable cost Rp.408.048 is larger than

the VIP Cendrawasih nursing room currently existing tariff in the hospital

Rp.260.000,- that mean VIP Cendrawasih nursing room general hospital

Sawahlunto get defisit.It is suggested that the of General Hospital Sawahlunto

still need subsidize from the goverment Key words: Unit Cost, Double Distribution Method,Tariff.

  PENDAHULUAN

Latar belakang : Rumah sakit berdasarkan Undang-undang RI nomor 44 tahun

  2009 didefinisikan sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

  1

  rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan usaha yang padat karya dan padat modal.Hal ini menyebabkan rumah sakit dalam menjalankan fungsi sosialnya perlu memperhatikan fungsi ekonominya agar

  2

  kegiatan operasional rumah sakit dapat tetap berjalan. Dalam rangka menjalankan fungsi ekonomi rumah sakit perlu diperhatikan asas-asas ekonomi seperti asas

  3 efisiensi dan produktifitas dalam pembiayaan rumah sakit.

  Pembiayaan rumah sakit terutama rumah sakit pemerintah hampir seluruhnya mendapatkan subsidi dari Pemerintah yang biasanya tidak mencukupi untuk pelaksanaan operasional rumah sakit. Untuk mengatasi permasalahan fungsi ekonomi rumah sakit ini, maka Pemerintah menganjurkan penerapan Badan

  4,5

  Layanan Umum (BLU) di setiap rumah sakit pemerintah. Dalam konsep BLU, sistem pengelolaan keuangan ditetapkan berdasarkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), dimana Pemerintah tidak lagi mengatur pendapatan rumah sakit sepenuhnya namun hanya memberikan subsidi bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumah sakit diperbolehkan melakukan swakelola, swadana serta diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dalam menjalankan fungsinya

  6,7

  dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu bentuk kefleksibilitasan rumah sakit dalam mengelola keuangannya adalah dengan mengatur sendiri pendapatan rumah sakit.

  Hal yang dapat dilakukan untuk mengatur pendapatan rumah sakit salah

  7,8,10

  satunya dengan mengatur pola tarif rumah sakit. Untuk menentukan pola tarif pelayanan, rumah sakit harus mampu mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan pada setiap pelayanan yang disebut sebagai unit cost. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawahlunto merupakan rumah sakit milik Pemerintah Untuk menutupi kekurangan biaya operasional di URI kelas III, RSUD Sawahlunto melakukan subsidi silang tarif pelayanan URI kelas III ke tarif rawat inap pasien kelas VIP di URI Cendrawasih untuk golongan masyarakat yang mampu. Sampai saat ini penetapan tarif pada URI Cendrawasih RSUD Sawahlunto belum menggunakan analisis biaya satuan.

  

Perumusan Masalah :Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

  pada penelitian ini adalah apa sajakah yang menjadi komponen biaya langsung dan tidak langsung, berapa besaranya biaya langsung dan tidak langsung, berapa biaya satuan di Unit Rawat Inap VIP Cendrawasih dan bagaimana perbandingan tarif yag berlaku dengan biaya satuan sebenarnya?

  Tujuan penelitian Tujuan umum

  Dilakukannya evaluasi tarif pelayanan di Unit Rawat Inap(URI) VIP Cendrawasih Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto tahun 2011 dengan menggunakan analisis biaya satuan.

  Tujuan Khusus 1.

  Dilakukannya identifikasi pusat-pusat biaya 2. Diketahuinya macam-macam kegiatan yang termasuk komponen pembiayaan langsung dan besarnya biaya langsung pada pelayanan di URI VIP

  Cendrawasih RSUD Sawahlunto 3. Diketahuinya macam-macam kegiatan yang termasuk komponen pembiayaan tidak langsung dan besarnya biaya tidak langsung pada pelayanan di URI VIP

  Cendrawasih RSUD Sawahlunto di URI VIP Cendrawasih RSUD Sawahlunto 4. Dilakukannya analisis biaya pada pelayanan di URI VIP Cendrawasih RSUD

  Sawahlunto 5. Dilakukannya evaluasi tarif pelayanan tahun 2011 di URI VIP Cendrawasih

  RSUD Sawahlunto

  METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

  Variabel penelitian ini adalah 1.

  Biaya langsung (biaya tetap dan biaya variabel)di pelayanan rawat inap VIP Cendrawasih 2. Biaya tidak langsung di pelayanan rawat inap VIP Cendrawasih 3. Biaya satuan di pelayanan rawat inap VIP Cendrawasih 4. Wawancara pada wakil direktur rumah sakit mengenai tarif dan biaya satuan yang ada di pelayanan rawat inap VIP Cendrawasih

  Pengolahan dan analisis data Pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara manual dan komputerisasi.

  Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi biaya yang terkait di Unit Rawat Inap VIP Cendrawasih, mendistribusikan biaya yang terkait ,menghitung biaya langsung dan tidak langsung dan menghitung biaya satuan. Analisis biaya yang dilakukan menggunakan metode distribusi ganda yang dihitung dengan sistem komputerisasi excel dan dideskripsikan dalam spreadsheet

  HASIL PENELITIAN Identifikasi Pusat Biaya

  Bagian unit penunjang dikelompokkan menjadi 5 kelompok( Administrasi dan Manajemen, Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit, Unit Gizi, Unit Laundry, Unit Farmasi).Bagian unit produksi dikelompokkan menjadi sebelas kelompok(Unit Rawat Inap VIP Cendrawasih, Cempaka, Bougenvillek, Melati,Wijaya Kusuma,Unit Rawat Jalan,Instalasi Gawat Darurat,Instalasi Laboratorium,Unit Radiologi,Unit Bedah Sentral / OK,Unit Hemodialisa,Unit Transfusi Darah,Fisioterapi)

  Identifikasi kegiatan dan besarnya biaya langsung Biaya tetap

  Perhitungan pada biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan biaya gaji pada unit penunjang dan unit produksi dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Biaya penyusutan (AFC) unit penunjang RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  1 URI Cendrawasih

  AFC alat non medik lebih besar dari AFC gedung yaitu sebesar Rp. 118.681.029,- (45,1%).

Tabel 4.2 Biaya penyusutan (AFC) unit produksi RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  N o Unit Penunjang (Rp)

  AFC Gedung (Rp)

  AFC Alat Medik & Non Medik

  Total Penyustan

  %

  7.408.420 74.807.837 82.216.257 3,4

  Persentase 22,32 45,1 32,58 100.00

  2 URI Cempaka 17.915.221 44.399.518 62.314.739 2,6

  3 URI Bougenville

  15.128.409 28.916.220 44.044.629 1,8

  4 URI Melati 11.060.702 129.577.719 140.638.421 5,8

  5 URI Wijaya Kusuma

  11.908.862 54.976.445 66.885.307 2,7

  6 IRJA 7.00.573 173.339.580 180.348.153 7,5

  10 Sumber : Hasil Penghitungan Pada tabel 4.1 diatas terlihat bahwa biaya penyusutan terbesar adalah ruangan administrasi dan manajemen yaitu sebesar Rp. 211.588.204,- (80%) dan

  6 118.681.029 85.732.75 263.143.035

  No Unit Penunjang (Rp)

  1 98.906.243 85.732.75 211.588.204

  AFC Gedung (Rp)

  AFC Alat Non Medik

  AFC Kendaraan

  Total Penyusutan

  %

  1 Adm dan Manajemen

  26.949.21

  80

  3 Jumlah 58.729.25

  2 IPRS 5.784.799 1.823.800 - 7.608.599

  3

  3 Gizi 20.857.81

  8 9.979.656 - 30.837.474

  12

  4 Laundry 4.586.989 1.698.800 - 6.285.789

  2

  5 Farmasi 550.439 6.272.530 - 6.822.969

  7 IGD 11.424.199 124.971.478 136.395.677 5,7

  8 Laboratorium 861.835 88.110.410 88.972.245 3,7

  00 127.782.0

  39 % 70,6 5,3 10,6 3,4 10,2

  46 514.025.8

  17 168.371.9

  14 529.990.6

  19 264.703.8

  39 Jlh 3.546.987.4

  6 121.769.8

  17 40.589.94

  4 138.005.8

  576.377.236 64.943.91

  2 Tambaha n penghasi lan

  00

  00 392.256.0

  00 391.984.8

  9 Radiologi 2.717.575 405.995.300 408.712.875 17,1

  83 199.759.9

  1 Gaji 2.970.610.1

  IPRS Gizi Laundry Farmasi

  Administras i dan manajemen

  N o Kompo- nen Biaya

Tabel 4.3 Biaya gaji unit penunjang RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa perbandingan antara biaya penyusutan alat medik dan non medik jauh lebih besar (92,6%) dibandingkan dengan jumlah penyusutan gedung rumah sakit (7,4%).

  Persentase 7,4 92,6 100 Sumber : Hasil Penghitungan

  6 100

  7 2.212.916.519 2.389.927.38

  13 Fisioterapi 13.958.294 13.873.350 27.831.644 1,1 Jumlah 177.010.86

  12 UTD 26.348.357 171.443.740 197.792.097 8,2

  11 Hemodialisa 38.219.138 97.197.020 135.416.158 5,6

  10 Bedah Sentral 13.051.282 805.307.902 818.359.184 34,2

  Sumber: Hasil Perhitungan Pada tabel 4.3 diatas terlihat gaji penunjang yang paling besar adalah pada unit direksi yaitu Rp. 3.546.987.419,- (70,6%) sedangkan yang paling kecil adalah pada unit laundry Rp. 168.371.946,- (3,4%).

Tabel 4.4 Biaya gaji unit produksi RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  No Unit produksi Gaji Tambahan Jlh % penghasilan

  1 Cendrawasih 282.454.800 227.303.699 509.758.49 7,1

  9

  2 Cempaka 766.930.800 219.185.710 986.116.51 13,

  8

  3 Bougenville 418.365.600 121.769.839 540.135.43 7,6

  9

  4 Melati 516.166.000 154.241.796 670.407.79 9,4

  6

  5 Wijaya 477.964.800 129.887.828 607.852.62 8,6 Kusuma

  8

  6 IRJA 879.594.000 186.893.752 1.066.487.

  15 752

  7 IGD 973.518.000 292.247.613 1.265.765. 17, 613

  9

  8 Labor 250.396.800 73.061.903 323.458.70 4,6

  3

  9 Radiologi 170.042.400 48.707.935 218.750.33 3,1

  5

  10 Bedah sentral 412.712.400 113.651.849 526.364.24 7,5

  9

  11 Hemodialisa 106.149.600 32.471.957 138.621.55

  2

  7

  12 UTD 121.723.200 48.707.935 170.431.13 2,4

  5

  13 Fisioterapi 58.082.400 16.235.978 74.318.378

  1 Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa unit produksi yang memiliki biaya gaji paling besar adalah Instalasi Gawat Darurat yaitu sebesar Rp. 1.265.765.613,-

  (17,9%), sedangkan unit produksi yang paling kecil biaya gajinya adalah unit fisioterapi yaitu sebesar Rp. 74.318.378,-(1%) dari total pembiayaan gaji.

  9 IX 213.600.000

  15 XV 325.000

  00

  14 XIV 131.097.550 23.360.00 49.640.000 14.600.00 43.800.0

  13 XIII 2.998.500

  25

  2 30.493.9

  7 34.559.782 10.164.64

  12 XII 144.337.913 16.263.42

  11 XI 16.927.419 5.769.141 20.813.817 4.577.312 552.732

  9

  10 X 17.533.826 1.975.642 4.198.240 1.234.776 3.704.32

  8 VIII 43.884.000

  Biaya variabel

  7 VII 220.455.000

  6 VI 27.685.532

  5 V 148.261.900

  4 IV 326.495.480

  3 III 128.312.500

  2 II 195.387.490

  1 I 2.576.000

  IPRS Gizi Laundry Farmasi

  Administras i dan manajemen

  No Komp onen Biaya

Tabel 4.5 Biaya variabel unit penunjang RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  Untuk biaya variabel ini tidak semua item dari biaya tersebut ada pada setiap unit produksi maupun penunjang.

  16 XVI 19.908.884 6.785.273 24.479.802 5.383.525 650.086

  94

  IGD Labor Radiologi Bedah sentral

  5 12.981.40

  5 13.976.84

  9 Jlh 236.934.290 396.428.789 297.432.8

  11 268.186.4

  52 229.976.4

  53 % 11,1 18,4 13,8 12,4 10,6

  N o Komp onen Biaya

  IRJA

  1 X 5.679.971 8.890.391 2.222.598 1.481.732 3.457.374

  26

  1

  1 XI 7.012.789 11.400.099 863.644 2.711.842 13.023.74

  9

  1

  2 XII 46.757.350 73.185.421 18.296.35

  5 12.197.57 28.460.99

  7

  1

  16 XVI 8.694.901 21.026.220 17.755.47

  89 167.637.7

  3

  11 XI 7.392.791 17.877.427 15.096.49

  5

  72 % 84,4 2,8 6,9 1,9

  4 Sumber: Hasil Perhitungan Pada tabel 4.5 diatas terlihat variabel pada unit penunjang yang paling besar adalah pada unit direksi yaitu Rp. 1.639.786.994,- (84,4%) sedangkan yang paling kecil adalah pada unit laundry Rp. 35.960.255,- (1,9%).

Tabel 4.6 Biaya variabel unit produksi RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  N o Kom ponen Biaya

  Cendrawasi h Cempaka Bougenvil le

  Melati Wijaya kusuma

  10 X 6.914.748 6.667.793 3.704.329 4.692.151 3.951.285

  4 11.037.36

  88 200.849.8

  8 11.883.73

  9

  12 XII 56.921.994 54.889.065 30.493.92

  5 38.625.63

  9 32.526.85

  4

  13 XIII

  14 XIV 157.009.856 295.968.284 230.382.5

  4 XIV 57.224.000 75.920.000 23.688.00 16.368.00 40.880.00

  1 XVI 8.247.966 13.408.024 1.015.759 3.189.485 15.317.65

  6

  2 Jlh 124.922.076 182.803.935 46.086.35 35.948.62 101.139.7

  6

  9

  72 % 5,8 8,5 2,2 1,7 4,7

  N Kompone Hemodialisa UTD Fisioterapi o n Biaya

  1 X 987.821 1.481.732 493.912

  1 XI 38.138.512 26.289.318 13.921.939

  1

  1 XII 8.131.713 12.197.570 4.065.858

  2

  1 XIV 11.680.000 17.520.000 4.976.000

  4

  1 XVI 44.855.936 30.919.716 16.374.042

  6 Jlh 103.793.982 88.408.336 39.831.751 % 4,9 4,1 1,8

  Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel 4.6 diatas terlihat bahwa unit produksi yang memiliki biaya variabel paling besar adalah Unit Rawat Inap Cempaka yaitu sebesar Rp.

  396.428.789,-(18,4%), sedangkan unit produksi yang paling kecil biaya operasionalnya adalah unit radiologi yaitu sebesar Rp. 35.948.629,-(1,7%) dari total biaya variabel.

  Keterangan: Komponen biaya I : Biaya bahan bacaan

  II : Biaya Diklat

  III : Biaya perjalanan dinas

  IV : Biaya alat tulis kantor V : Biaya Cetakan

  VI : Biaya Telepon dan internet

  VII : Biaya penatausahaan keuangan dan barang

  VIII : Biaya pengelolaan limbah rumah sakit

  IX : Biaya jasa non PNS X : Biaya pakaian dinas

  XI : Biaya listrik

  XII : Biaya bahan habis pakai

  XIII : Biaya surat menyurat

  XV : Biaya jasa transaksi keuangan

  XVI : Biaya Air

  XVII : Biaya pemeliharaan gedung

  XVIII : Biaya pemeliharaan alkes

  XIX : Biaya pemeliharaan jaringan

  XX : Biaya pemeliharaan peralatan kantor

  XXI : Biaya pemeliharaan perlengkapan kantor

  XXII : Biaya pemeliharaan kendaraan bermotor

  XXIII : Biaya pemeliharaan kebersihan

  Identifikasi kegiatan dan besarnya biaya tidak langsung

  Perhitungan besarnya biaya tidak langsung diperoleh dari setiap unit penunjang dan unit produksi. Dimana biaya tidak langsung terdiri dari biaya pemeliharaan gedung, pemeliharaan alat-alat medik, alat non-medik, peralatan kantor, perlengkapan kantor serta kendaraan bermotor.Perhitungan biaya tidak langsung dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Biaya tidak langsung unit penunjang RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  No Komp Administras

  IPRS Gizi Laundry Farmasi onen i dan Biaya manajemen

  1 XVII 7.600.180 2.590.265 9.345.119 2.055.151 248.169

  2 XVII 5.953.979 2.029.213 7.320.964 1.610.004 194.416

  3 XIX 30.231.300

  4 XX 129.831.050

  5 XXI 8.303.700

  6 XXII 92.885.874

  7 XXIII 62.770.431 805.951 337.375 18.649.32

  2 Jlh 337.576.514 5.425.429 17.003.45 3.665.155 19.091.90

  8

  7 % 88,1 1,4 4,5 0,9

  5 Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel 4.7 diatas terlihat bahwa unit penunjang yang memiliki biaya tidak langsung paling besar yaitu administrasi dan manajemen yaitu sebesar Rp. 337.576.514,-(88,1%), sedangkan unit produksi yang paling kecil biaya operasionalnya adalah unit radiologi yaitu sebesar Rp. 3.665.155,-(0,9%).

Tabel 4.8 Biaya tidak langsung unit produksi RSUD Sawahlunto Tahun 2011

  

N Kompone Cendrawas Cempak Bougenvil Melati Wijaya

o n Biaya ih a le kusuma

  1 XVII 3.319.262 8.026.72 6.778.120 4.955.627 5.335.63

  1

  6

  2 XVII 2.600.309 6.288.13 5.309.977 3.882.237 4.179.93

  1

  6

  7 XXIII 63.482.666 45.695.5 21.310.833 41.796.97 57.747.2

  24

  2

  97 Jlh 69.402.237 60.010.3 33.398.930 50.634.83 67.262.8

  76

  6

  69 13,3 11,5 6,3 9,7 12,9

  % N Kompone

  IRJA

  IGD Labor Radiologi Bedah o n Biaya sentral

  1 XVII 3.148.646 5.118.48 387.764 1.217.580 5.847.48

  8

  5

  2 XVII 2.466.648 4.009.88 303.774 953.852 4.580.91

  2

  8

  7 XXIII 70.098.960 16.775.0 14.732.02 11.283.30 31.057.2

  18

  7

  8

  12 Jlh 75.714.254 25.903.3 15.423.56 13.454.74 41.485.6

  88

  5

  15

  % 14,5

  5 2,9 2,6 7,9

  No Komponen Hemodialisa UTD Fisioterapi Biaya

  1 XVII 17.123.671 11.803.546 6.250.760

  2 XVII 13.414.679 9.246.894 4.896.844

  7 XXIII 337.375 5.491.710 1.555.672

  

Jlh 30.875.725 26.542.150 12.703.276

% 5,9

  5 2,5 Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel 4.8 diatas terlihat bahwa unit produksi yang memiliki biaya tidak langsung paling besar yaitu Instalasi Rawat Jalan yaitu sebesar Rp.75.714.254,-(14,5%), sedangkan unit produksi yang paling kecil biaya operasionalnya adalah unit radiologi yaitu sebesar Rp. 12.703.276,-(2,5%).

  Biaya Satuan Unit Rawat Inap

  Perhitungan biaya satuan ini terdiri dari dua jenis yaitu biaya satuan sebenarnya (actual cost), kedua menghitung biaya tanpa memperhitungkan biaya penyusutan dan biaya gaji (variable cost). Kedua perhitungan biaya tersebut diajikan dalam tabel dibawah ini.

  

Tabel.4.9 Biaya satuan actual Unit Rawat Inap RSUD Sawahlunto tahun

2011

  No Unit Ruang Inap Total Cost Output Unit Cost (Rp) (Hari) Actual

  (Rp)

  1 Cendrawasih 1.891.744.730 2.329 812.256

  2 Cempaka 2.490.674.658 10.450 238.342

  3 Bougenville 1.476.876.484 7.249 203.735

  4 Melati 1.821.032.764 5.989 304.063

  5 Wijaya Kusuma 1.566.066.308 5.526 283.400 Sumber: Hasil Perhitungan

  Pada tabel 4.9 diatas dapat terlihat variasi biaya satuan actual dari masing- masing kelas perawatan, dimana biaya satua Unit Rawat Inap paling tinggi adalah biaya satuan di Unit Rawat Inap VIP Cendrawasih yaitu sebesar Rp.812.256,- sedangkan biaya satuan terkecil ada di Unit Rawat Inap Bougenville yaitu sebesar Rp. 203.735,-

  

Tabel.4.10 Perbandingan tarif Unit Rawat Inap Cendrawasih RSUD

Sawahlunto tahun 2011 dengan unit cost actual dan unit cost variable

  Unit Rawat Unit cost Unit cost Tarif Selisih tarif Selisih tarif Inap actual variable (Rp) dengan unit dengan unit (Rp) (Rp) (Rp) cost actual cost variable

  (Rp) (Rp) Cendrawasih 812.256 408.048 260.000 552.256 148.048

  Sumber: Hasil Perhitungan Pada tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa tarif pelayanan rawat inap rumah sakit yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto masih jauh dari biaya satuan actual dan biaya satuan variable.

  PEMBAHASAN

  Total pembiayaan di RSUD Sawahlunto dalam satu tahun 2003 ternyata menyerap pembiayaan sebesar Rp. 19.775.880.151,- dan total pembiayaan pada Unit Rawat Inap sebesar Rp. 9.246.394.944,-. Total pembiayaan pada Unit Rawat Inap ini sekitar 46,75% dari total pembiayaan rumah sakit. Total pembiayaan di Unit Rawat Inap ini terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terkecuali biaya penyusutan digunakan sebagai biaya operasional rumah sakit. Dari hasil perhitungan yang ada didapatkan biaya penyusutan sebesar Rp.503.571.559,- (5,4%), biaya operasional dan biaya pemeliharan adalah Rp.8.742.823.385,- (95,6%)Biaya operasional dan pemeliharaan di RSUD Sawahlunto ini cukup tinggi oleh karena kebutuhan biaya untuk gaji pegawai yang relatif besar, sementara biaya penyusutan sebesar Rp.503.571.559,- (5,4%) dari seluruh pembiayaan pelayanan di Unit Rawat Inap ini tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena telah melakukan penggantian sarana dan prasarana bangunan/ alat yang ada sekarang sehingga masih layak pakai.

  Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elmaidah (2004) menganalisis biaya satuan di Instalasi Bedah di RSUD Rantau Parapat dimana biaya gaji menyerap (55%) dari seluruh total pembiayaan rumah sakit. Biaya gaji yang cukup banyak menyerap pembiayaan di RSUD Sawahlunto dan RSUD Rantau Parapat ini mungkin saja disebabkan karena rumah sakit pemerintah pada dasarnya memiliki jumlah pegawai yang cukup banyak dan di dominasi oleh pegawai negeri sipil dibandingkan pegawai honorer.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan biaya satuan actual di Unit Rawat Inap VIP Cendrawasih sebesar Rp.812.256,- lebih besar daripada biaya variable Rp. 408.048,-. Hal ini dikarenakan biaya satuan variabel yang tidak mengikutkan biaya penyusutan dan biaya gaji. Biaya actual dan biaya variable yang masih jauh dengan tarif yang diberlakukan di Unit Rawat Inap Cendrawasih yang memiliki selisih yang cukup besar yaitu Rp. 552.256,- dan Rp. 148.048,-. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hendadi Setiaji (2008) yang juga menemukan hasil analisis biaya satuan lebih tinggi daripada tarif pelayanan yang diberlakukan di ruang rawat inap VIP RSUD Soeselo Tegal tahun 2006, dimana dalam penelitiannya didapatkan tarif yang sesuai perda yaitu sebesar Rp. 117.250,- yang masih jauh dari biaya satuan yang sebenarnya yaitu sebesar Rp.450.000,-.Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elmaidah dalam melakukan analisis biaya satuan di Instalasi bedah Rumah Sakit Umum Daerah Rantau Parapat tahun 2004, dimana dalam hasil penelitiannya didapatkan biaya satuan untuk tindakan besar sebesar Rp. 778,245.-tindakan sedang Rp.194.563, tindakan kecil Rp.129,709,- dan tarif yang berlaku masih jauh dibawah biaya satuan dimana tarif untuk tindakan besar Rp.425.000,- tindakan sedang Rp.175.000,- tindakan kecil Rp.50,000,-. Penetapan tarif dibawah biaya satuan yang ada mungkin diakibatkan karena dalam penetapan tarif belum disesuaikan dengan biaya satuan yang ada karena beberapa kendala seperti kemampuan masyarakat dan kemauan masyarakat untuk membayar, sehingga tarif yang ditetapkan hanya mengikuti tarif pesaing sekitar.

  Simpulan penelitian tentang evaluasi penetapan tarif pelayanan di unit rawat inap VIP cendrawasih rumah sakit umum daerah sawahlunto tahun 2011dengan menggunakan analisis biaya satuan dapat diambil kesimpulan bahwa Biaya langsung pada URI VIP Cendrawasih terdiri dari biaya tetap seperti biaya penyusutan dan biaya variabel dimana biaya variabel disini seluruh biaya operasional yang dipengaruhi jumlah output yang ada seperti biaya air, bahan habis pakai, biaya makan, biaya perjalanan dinas, biaya pakaian dinas dan biaya umum lainnya.Komponen pembiayaan tidak langsung di URI VIP Cendrawasih RSUD Sawahlunto terdiri dari biaya pemeliharaan gedung, alat medik, non medik, kendaraan dan biaya pemeliharaan kebersihan.Biaya dari komponen biaya langsung dalam pelayanan di URI VIP Cendrawasih RSUD Sawahlunto terdiri dari biaya penyusutan Rp.101.350.718,- dan biaya variabel Rp. 1.672.977.544, Biaya dari komponen biaya tidak langsung dalam pelayanan URI VIP Cendrawasih RSUD Sawahlunto Rp.117.416.468,-Biaya total yang digunakan oleh RSUD Sawahlunto dalam setahun (tahun 2011) adalah sebesar Rp. 19.775.880.151,00,- Biaya satuan di yang dihitung di Unit Rawat Inap VIP CendrawasihRSUD Sawahlunto adalah biaya satuan actual dan variable, adapun hasil dari biaya satuan tersebut adalah : biaya satuan actual URI VIP Cendrawasih sebesar Rp. 812.256,- dan biaya satuan variable sebesar Rp. 408.048,-.Tarif yang diberlakukan di RSUD Sawahlunto untuk URI VIP Cendrawasih adalah sebesar Rp.260.000,-, tarif yang diberlakukan ini masih jauh dibawah biaya satuan actual dan biaya satuan variable yang ada. Pengusulan tarif sudah dilakukan rumah sakit ke Walikota, hanya saja belum mendapatkan persetujuan untuk menetapkan tarif berdasarkan biaya satuan saat ini.

  Saran

  Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto

  1. Perlu dilakukan penyesuaian tarif di Unit Rawat Inap VIP Cendrawasih sesuai dengan biaya satuan yang ada

  2. Dalam pembuat rencana tarif baru perlu mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat dan dapat menarik kemauan masyarakat (ATP dan WTP) untuk memanfaatkan pelayanan ruang

  VIP Cendrawasih dengan tetap mempertimbangkan agar penerapan tarif nantinya bisa bersaing dengan tarif rumah sakit pesaing Kepala Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto

  1. Pembenahan pencatatan dan pelaporan keuangan dan berbagai data antara lain pemilahan data aktivitas per ruang rawat inap untuk mempermudah melakukan analisis biaya

  Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Rumah Sakit Daerah Sawahlunto atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

  Daftar Pustaka 1.

  Departemen kesehatan. Tentang rumah sakit. [halaman utama dari Internet].Indonesia[disitasi tanggal 28 maret 2012].Diakses dari

  2. Bukit R. Evaluasi atas penerapan sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan efisiensi pada pelayanan rawat inap di rumah sakit umum bina kasih medan[skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008[disitasi tanggal

  28 maret 2012]. Diakses dari:

  3. Adikoesoemo S. Manajemen rumah sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2003 4.

  Thabrany H. Rumah sakit publik berbentuk Badan Layanan Umum. 2005.

  5. Chalidyanto D. Rumah sakit umum sebagai Badan Layanan Umum mendukung universal coverage. Surabaya. Juli 2007

  6. Trisnantoro L . Inovasi dalam pelayanan otonomi rumah sakit daerah. 2007 7.

  Departemen kesehatan RI, Peraturan menteri dalam negeri No 61 tahun 2007 8. Keputusan menteri kesehatan RI nomor : 1165/ Menkes/ SK/X/2007. Tentang pola tarif rumah sakit Badan Layanan Umum

  9. Setiaji H. Analisa biaya rawat inap VIP Cendrawasih pada Rumah Sakit Umum Daerah DR.Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2006[tesis].Semarang: Universitas Diponegoro; 2008[disitasi tanggal 12 april2012]. Diakses dari:

  10. Provinsi Sumatera Barat. Tentang Badan Layanan Umum. [halaman utama dari Internet].Indonesia[disitasi tanggal 28 maret 2012].Diakses dari: 11. Peraturan menteri dalam negeri No 61 tahun 2007 tentang tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

  12. Departemen Kesehatan RI, 2005. Sistem kesehatan nasional. Jakarta