3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam RPJMN 2010-2014 - DOCRPIJM 15018436233 BAB III Rencana Pembangunan Wilayah

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA
3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG
ARAHAN PENATAAN RUANG

CIPTA

KARYA

DAN

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam RPJMN 2010-2014
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5
Tahun 2010.


Visi dan Misi RPJMN 2010-2014


Kerangka Visi Indonesia 2014 adalah:
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS,
DAN BERKEADILAN”

Dengan penjelasan sebagai berikut:
Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini
dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,
berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung
jawab serta hak asasi manusia.
Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh
bangsa Indonesia.
Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi
pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut:
BAB I I I -1


RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

 Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
 Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
 Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang


Agenda Pembangunan
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2009-2014,

ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2009-2014, yaitu:
Agenda I

: Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi
Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi
Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan



Sasaran Pembangunan
Sasaran utama pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1: Sasaran Utama Pembangunan RPJMN 2010-2014
No
I.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.

b.

c.
d.


Pembangunan
Sasaran
Sasaran Pembangunan Kesejahteraan Rakyat
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
Rata-rata 6,3 – 6,8 persen pertahun
Sebelum tahun 2014 tumbuh 7%
Inflasi
Rata-rata 4 - 6 persen pertahun
Tingkat Pengangguran (terbuka)
5 - 6 persen pada akhir tahun 2014
Tingkat Kemiskinan
8 - 10 persen pada akhir tahun 2014
Pendidikan
Status Awal 2008
Target 2014
Meningkatnya rata-rata lama sekolah 7,50
8,25
penduduk berusia 15 tahun ke atas

(tahun)
Menurunnya
angka
buta
aksara 5,97
4,18
penduduk
berusia 15 tahun ke atas (persen)
Meningkatnya APM SD/SDLB/MI/Paket 95,14
96,00
A (persen)
Meningkatnya APM SMP/SMPLB/MTs/ 72,28
76,00
Paket B (persen)
BAB I I I -2

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

No
e.

f.
g.

3.
a.
b.
c.
d.

4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
a.
b.
c.
d.

6.
a.

b.

c.
d.

Pembangunan
Sasaran
Meningkatnya
APK
SMA/SMK/ 64,28
85,00
MA/Paket C (persen)
Meningkatnya APK PT usia 19-23 tahun 21,26
30,00
(persen)
Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan
antarwilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
Kesehatan
Status Awal 2008
Target 2014
Meningkatnya umur harapan hidup 70,7
72,0
(tahun)
Menurunnya angka kematian ibu 228
118
melahirkan per 100.000 kelahiran hidup
Menurunnya angka kematian bayi per 34
24
1.000 kelahiran hidup
Menurunnya prevalensi kekurangan gizi 18,4
< 15
(gizi kurang dan gizi buruk) pada anak
balita (persen)
Pangan
Produksi Padi
Tumbuh 3,22 persen per tahun

Produksi Jagung
Tumbuh 10,02 persen per tahun
Produksi Kedelai
Tumbuh 20,05 persen per tahun
Produksi Gula
Tumbuh 12,55 persen per tahun
Produksi Daging Sapi
Tumbuh 7,30 persen per tahun
Energi
Peningkatan
kapasitas
pembangkit 3.000 MW pertahun
Listrik
Meningkatnya rasio elektrifikasi
Pada tahun 2014 mencapai 80 persen
Meningkatnya produksi minyak bumi
Pada tahun 2014 mencapai 1,01 juta
barrel perhari
Peningkatan pemanfaatan energy panas Pada tahun 2014 mencapai 5.000 MW
bumi

Infrastruktur
Pembangunan Jalan Lintas Sumatera, Hingga
tahun
2014
mencapai
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa sepanjang
Tenggara Barat,
19.370 km
Nusa Tenggara Timur, dan Papua
Pembangunan jaringan prasarana dan Selesai tahun 2014
penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antar-pulau yang terintegrasi
sesuai dengan Sistem Transportasi
Nasional dan Cetak Biru Transportasi
Multimoda
Penuntasan pembangunan Jaringan Serat Selesai sebelum tahun 2013
Optik di Indonesia Bagian Timur
Perbaikan
sistem
dan
jaringan Selesai tahun 2014


BAB I I I -3

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

No

II.
1.

Pembangunan
Sasaran
transportasi d 4 kota besar (Jakarta,
Bandung, Surabaya, dan Medan)
Sasaran Pembangunan Demokrasi
Meningkatnya
kualitas
demokrasi 1) Semakin terjaminnya peningkatan
Indonesia
iklim
politik
kondusif
bagi
berkembangnya kualitas kebebasan
sipil dan hak-hak politik rakyat yang
semakin
seimbang
dengan
peningkatan kepatuhan terhadap
pranata hukum;
2) Meningkatnya kinerja lembagalembaga demokrasi, dengan indeks
rata-rata 70 pada akhir tahun 2014;
3) Menyelenggarakan pemilu tahun
2014 yang dapat dilaksanakan
dengan adil dan demokratis, dengan
tingkat partisipasi politik rakyat 75%
dan berkurangnya diskriminasi hak
dipilih dan memilih;
4) Meningkatnya layanan informasi
dan komunikasi
Pada tahun 2014: Indeks Demokrasi
Indonesia: 73

III. Sasaran Pembangunan Penegakan
Hukum
1.
Tercapainya suasana dan kepastian 1) Persepsi
masyarakat
pencari
keadilan melalui penegakan hukum (rule
keadilan
untuk
merasakan
of law) dan terjaganya ketertiban umum.
kenyamanan, kepastian, keadilan
dan keamanan dalam berinteraksi
dan mendapat pelayanan dari para
penegak hokum
2) Tumbuhnya
kepercayaan
dan
penghormatan publik kepada aparat
dan lembaga penegak hukum
3) Mendukung iklim berusaha yang
baik sehingga kegiatan ekonomi
dapat berjalan dengan pasti dan
aman serta efisisen
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun
2014
sebesar 5,0 yang meningkat dari 2,8
pada
tahun 2009

BAB I I I -4

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung



Prioritas Nasional
Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, dirumuskan dan dijabarkan lebih

operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional
di bawah ini bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan
negara di masa mendatang.
Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk
menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu:
(1) reformasi birokrasi dan tatakelola;
(2) pendidikan;
(3) kesehatan;
(4) penanggulangan kemiskinan;
(5) ketahanan pangan;
(6) infrastruktur;
(7) iklim investasi dan usaha;
(8) energi;
(9) lingkungan hidup dan bencana;
(10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta
(11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.


Prioritas Pembangunan Bidang Cipta Karya.
RPJMN 2010-2014 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah

satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka
pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan
bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan
prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah,
persampahan dan drainase.

BAB I I I -5

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014,
dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum
non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga
akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem
pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik
melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun
sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta
penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah
setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.
c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di
daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air
minum dan sanitasi yang memadai, melalui:
a.

menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

b.

memastikan ketersediaan air baku air minum,

c.

meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

d.

meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan
air limbah, dan pengelolaan persampahan,

e.

meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,

f.

meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g.

Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS),

h.

Mengembangkan

alternatif

sumber

pendanaan

bagi

pembangunan

infrastruktur,
i.

meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j.

mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
BAB I I I -6

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

3.1.2 Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk
melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian
nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas,
strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan Peraturan Presiden
tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025.
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung
sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen
perencanaan.
Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi
dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada
kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk
menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi
atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra
produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas
dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi,
pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat
dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

BAB I I I -7

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Penjelasan umum koridor ekonomi :
1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra
Produksi dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah
kelapa sawit, batu bara, karet, dan besi baja. Selain itu ada tambahan satu
kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan
jembatan selat sunda.
2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong
Industri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil,

peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi
baja, dan sektor lain.
3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan
Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.
4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema
“Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah:

pariwisata, peternakan, dan perikanan.
5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan
Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan peternakan.

6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat
Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional”

adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.
3.1.2.2 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan
Indonesia.
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009
mendesain program

Masterplan Percepatan

dan Perluasan Pengurangan

Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat
bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program
andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar
pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

BAB I I I -8

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong
percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat
dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama
pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan,
reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM)
dan inovasi teknologi.
Dengan telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan
kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di
semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan
pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan

sistem

terintegrasi,dan

perlindungan

mampu

sosial

melindungi

nasional

masyarakat

yang

dari

menyeluruh,

kerentanan

dan

goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga
dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan

penghidupan

berkelanjutan

(sustainable

livelihood)

masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di
tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan
penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/ P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas
dsb) serta Program Pro Rakyat.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama,
penanggulangan

kemiskinan

eksisting

Klaster

I,

berupa

bantuan

dan

jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah pemberdayaan
masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi
perlindungan

dan

bantuan

sosial. Ketiga,

pengembangan livelihood,

pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis
potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

BAB I I I -9

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada
tahun 2014;
• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara
“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI

LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti :
Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
• Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,
termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
• Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;

BAB I I I -10

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
• Penguatan sustainable livelihood.
TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
• Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
• Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

3.1.2.3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk
mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis
bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan
kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,
diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang
memiliki

keunggulan

geoekonomi

dan

geostrategis.

Kawasan

tersebut

dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan
ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan
BAB I I I -11

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan
pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri,
pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di
bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi,
maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain.
Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain
Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata,
dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam
negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai
KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi
mengganggu

kawasan

lindung,

adanya

dukungan

dari

pemerintah

provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang
strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan
perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas
yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK
yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat
provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk
melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK.
Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya
saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas
fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan
retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan,
perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan
kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur
oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I I I -12

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas
pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini
diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut
sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
3.1.2.4 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan.
Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010
Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga
negara, Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masingmasing.
Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan
Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program
peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian
MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air
minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.
Dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang
berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang
meliputi program :
1.

Pro rakyat;

2.

Keadilan untuk semua (justice for all);

3.

Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals
- MDG’s).

Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:
1.

Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a.

Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

b.

Program

penanggulangan

kemiskinan

berbasis

pemberdayaan

masyarakat;
c.

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
mikro dan kecil;
BAB I I I -13

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

2.

3.

Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a.

Program keadilan bagi anak;

b.

Program keadilan bagi perempuan;

c.

Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

d.

Program keadilan di bidang bantuan hukum;

e.

Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

f.

Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan
pada:
a.

Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

b.

Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

c.

Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

d.

Program penurunan angka kematian anak;

e.

Program kesehatan ibu;

f.

Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
lainnya;

g.

Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

h.

Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium.

3.1.2.5 Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya
Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya
selalu dilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya,
antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang
Sumber Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.
A.

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

BAB I I I -14

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan
kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya
membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.
Pemerintah perlu berperan lebih dalam pertumbuhan dan pembangunan
wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat
berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memperoleh
rumah yang layak dan terjangkau.
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:
a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman
b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR;
c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman;
e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.
Alat ukur pencapaian keluaran/output penyelenggaraan infrastruktur
kawasan permukiman kumuh adalah meningkatnya kualitas lingkungan
permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan cara pengembalian fungsi
kawasan permukiman sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kawasan
BAB I I I -15

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

permukimannya dan menjadi bagian penting dalam pengembangan kota secara
keseluruhan.
Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru mencakup:
a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;
b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana,
sarana dan utilitas umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah.
Sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib
memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang
wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi
persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas
dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.

Pemerintah

Kabupaten/Kota

dalam

penyelenggaraan

permukiman mempunyai tugas:
a.

Menyusun

dan

melaksanakan

kebijakan

dan strategi

pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

BAB I I I -16

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

b.

Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c.

Menyelenggarakan

fungsi

operasionalisasi

dan

koordinasi

terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,
permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d.

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e.

Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f.

Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan
dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.

g.

Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h.

Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i.

Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman.

j.

Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k.

Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya
yaitu:
a.

Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten/kota.

b.

Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c.

Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d.

Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan
serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

BAB I I I -17

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

e.

Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi MBR.

f.

Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada
tingkat kabupaten/kota.

g.

Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.

h.

Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh
dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i.

Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak
kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan
peningkatan

kualitas

pemberdayaan masyarakat, serta

permukiman,

yaitu

pemugaran,

peremajaan,

upaya
dan

permukiman kembali.
B.

Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan
produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan
gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan
serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung
yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.

BAB I I I -18

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.
Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan
bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara
tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap
tahap penyeleng-garaan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat
dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan
penutup.
Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :
1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. mewujudkan

tertib

penyelenggaraan

bangunan

gedung

yang

menjaminkeandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan;
3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung;
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung
dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan
dan berkeadilan.
Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan
hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk
kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan
persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada
umumnya.

BAB I I I -19

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia
jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen
konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji
teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga
harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dengan

diberlakukannya

undang-undang

ini,

maka

semua

penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan,
yang dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh
ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi
maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan
tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan
karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai
kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung
mempunyai hak:
a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana teknis
bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;
b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;
c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan yang
dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Daerah;
d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundangundangan dari
Pemerintah Daerah karena bangunannya ditetapkan sebagai bangunan yang
harus dilindungi dan dilestarikan;
e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah
Daerah;

BAB I I I -20

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundangundangan apabila
bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain yang bukan
diakibatkan oleh kesalahannya.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai
kewajiban:
a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;
b. memiliki izin mendirikan bangunan (IMB);
c. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan rencana teknis
yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin
mendirikan bangunan;
d. meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana teknis
bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan mengetahui
tata cara/proses penyelenggaraan bangunan gedung;
b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan
pada lokasi dan/atau ruang tempat bangunan akan dibangun;
c. mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan bangunan
gedung;
d. mendapatkan keterangan tentang ketentuan bangunan gedung yang laik fungsi;
e. mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/atau lingkungan yang
harus dilindungi dan dilestarikan memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya;
f. memelihara dan/atau merawat bangunan gedung secara berkala;
g. melengkapi pedoman/petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan
bangunan gedung;
h. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunan
gedung.
i. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi;

BAB I I I -21

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

j. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan
tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya, atau
tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan tidak mengganggu
keselamatan dan ketertiban umum.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang
sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong,
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat
memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga jaminan
keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan
bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara
adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta
dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan
administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan
bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis
meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas
bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian
dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a.

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan
gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan
pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).

b.

Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya
sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan

harus

dilindungi

dan

BAB I I I -22

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

dilestarikan.

Pelaksanaan

perbaikan,

pemugaran,

perlindungan,

serta

pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat
dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya
yang dikandungnya.
c.

Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

C.

Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk

hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan
sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa
menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada
musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan.
Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air
tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan
dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang
Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro
maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses
penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan
berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak
(water is everyone's business).
Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong
lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi
tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah
dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan
sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih
memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber
daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini

lebih

memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi
lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu
menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

BAB I I I -23

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut
termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang
lain yang berbatasan dengan tanahnya.

Pemerintah atau pemerintah daerah

menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi
ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap
menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus
sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan
bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsipprinsip:
1. Good governance principle,
2. Subsidiary principle,
3. Equity principle,
4. Priority use principle,
5. Prior appropriation principle,
6. Sustainable development principle,
7. Good sustainable development governance,
8. Principle of participatory development.
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya
air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah
sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b. wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah
provinsi;
c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

BAB I I I -24

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan
pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan
nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat
dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan
memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber
daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan
pengendalian daya rusak air.
Pengusahaan

sumber

daya

air

diselenggarakan

dengan

tetap

memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup.
Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang
pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan
untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial,
fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya
air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan
dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik
negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum
rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum
tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian
mikrobiologi Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air
minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan
sarana sanitasi.
D.

Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan

yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah

BAB I I I -25

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau
sulit diurai oleh proses alam.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan
dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan
volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas
gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan
memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat
terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan
penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir
sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan
sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang
mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi,
kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah
dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu
pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian
dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan
paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan
kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan
publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan
hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

BAB I I I -26

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana termuat pada
Undang-undang No.18 Tahun 2008 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan
sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha
agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan
nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan
sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan
sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah
sesuai dengan kewenangannya.

BAB I I I -27

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat
pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud diatas merupakan bagian dari
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Sesuai Undang-undang No.18 Tahun 2008 Pengurangan sampah dimaksud
meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
Dalam hal ini Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan Kegiatan
penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Dalam mewujudkan usaha bersama pengelolaan sampah terpadu,
Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dan
dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam melakukan pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya
pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran
ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan
penanganan sampah meliputi:

BAB I I I -28

RPI JM Bidang Cipta Karya Kab. Sijunjung

a.

pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b.

pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu,

c.

pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau daritempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d.

pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,

e.

pemrosesan akhir sa

Dokumen yang terkait

3.1. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arahan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019 - DOCRPIJM 2ca3b35c1b BAB IIIBAB 3 ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAH PENATAAN

0 0 127

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.1.1. Arahan Pembangunan Berdasarkan Per tentang RPJMN 2015 - DOCRPIJM 07ef8277a0 BAB IIIBAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS AK

0 1 64

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III

0 0 23

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 6950b07b71 BAB IIIBab 3 Arahan Kebijakan RPIJM

0 0 125

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1501564209Bab 3 Arahan Kebijakan RPIJM 8122016

0 1 199

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arah Kebijakan RPJMN Tahun 2015-2019 Bidang

0 3 82

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1508998682Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 15

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.1.1. Arahan Pembangunan Berdasarkan Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat

0 0 58

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.1.1. Arahan Pembangunan Berdasarkan Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015- 2019 - DOCRPIJM a4fa8da468 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan

0 1 43

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1509002278Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 15