3.1. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arahan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019 - DOCRPIJM 2ca3b35c1b BAB IIIBAB 3 ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAH PENATAAN

3.1. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arahan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019

  RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita). Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015- 2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong”.

  Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015- 2019 adalah sebagai berikut:

  Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 1.

  2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

  3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

  4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga

  air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

  Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, 6. sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar melalui penanganan tingkat regional, Kabupaten/Kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di perdesaan;

  7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

  keserasiannya terhadap lingkungan melaui pembinaan dan pengawasan khususnya BGN, penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan banunan hijau, dan menciptakan building codes.

  Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa; 2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat

  Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

  3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan; 4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

  5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

A. Arah Kebijakan dan Strategi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya (Tahun 2015-2019)

  Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi: a.

  Perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c.

  Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; d.

  Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; e.

  Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; f.

  Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g.

  Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang dibeikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

  

Tabel 3.1.

Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pendekatan Strategi Pelaksanaan Membangun Sistem

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

  2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/ perbatasan/pulau terluar)

  3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan Fasilitasi Pemda

  1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

  2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan. Pemberdayaan

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui Masyarakat kegiatan Pamsimas, Snaimas, dan P2KP.

  

2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Sumber : Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR Tahun 2015-2019

  Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

  Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

  Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Gambar 3.1. Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019 Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah. Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan

  35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

  

Tabel 3.2.

Daftar 35 WPS

  Kelompok WPS WPS WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api- Api;

  Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru; Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang; Malang-Surabaya Bangkalan; Yogyakarta-Solo-Semarang; Balikpapan-Samarinda-Maloy;

Manado-Bitung-Amurang;

Makassar-Pare Pare- Mamuju WPS Pertumbuhan Terpadu Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Seram

  Kemaritiman WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Bintan-Karimun; Kemaritiman Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang) WPS Konektivitas Keseimbangan Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi; Pertumbuhan Terpadu Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sibolga-Padang-Bengkulu; Berkembang Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang; Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya;

  Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas; Gorontalo- Bolaang Mongondow; Palu-Banggai; Sorong-Manokwari; Manokwari-Bintuni

  WPS Konektivitas dan Pusat Denpasar-Padang Bay Pertumbuhan Wisata WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sabang-Banda Aceh-Langsa Berkembang dan Hinterland WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Jayapura-Merauke Hinterland dan Perbatasan

  Kelompok WPS WPS WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Pulau Lombok Hinterland WPS Pertumbuhan Baru dan Kupang-Atambua Perbatasan WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung

  • – Sukabumi – Pangandaran – Cilacap; Mamuju – Mammasa – Toraja - Kendari WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Labuan Bajo – Ende Wisata WPS Pertumbuhan Wisata dan Pulau Sumbawa Hinterland WPS Perbatasan Temajuk

    – Sebatik

    WPS Aksesibilitas Baru Nabire – Enarotali – (Ilaga-Timika) – Wamena WPS Pulau Kecil Terluar Pulau-Pulau Kecil Terluar (tersebar)

  Sumber : Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR Tahun 2015-2019

  Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

  Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

  Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

  Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

  Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014.

  Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi

  15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.

  Untuk mengatasi GAP pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100. Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

  • Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
  • Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;
  • Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;
  • Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);
  • Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;
  • Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
  • Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;

  • Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan perbatasan Gambar 3.2.

  Strategi Gerakan 100-0-100 3.1.2. Arahan Penataan Ruang A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Semarang

  Tujuan penataan ruang menurut RTRW Kota Semarang (2010-2030) yaitu mewujudkan

  Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional yang mempertimbangkan keserasian fungsi pelayanan regional dan lokal. Dalam rangka

  perwujudan tujuan penataan ruang Kota Semarang tersebut, maka tujuan tersebut perlu diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi. Kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas:  Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang B.

   Rencana Struktur Ruang Kota Semarang

1. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

  Unsur-unsur utama yang dijadikan dasar penentuan pusat struktur pelayanan kawasan adalah : hirarki jaringan jalan, infrastruktur dan kegiatan utama kawasan.

  Struktur hirarki kawasan di Kota Semarang dibedakan menjadi 2 kelompok utama, yaitu ; hirarki pusat pelayanan primer (yang terkait fungsi Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah) dan hirarki pusat pelayanan sekunder (fungsi internal perkotaan).

a. Pusat Pelayanan Primer

  Kawasan/ kegiatan dalam konteks ini sebenarnya merupakan turunan given dari pemerintah pusat dan provinsi yang ditetapkan melalui RTRW Nasional dan RTRW Provinsi. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya diperuntukkan bagi Kota Semarang saja, tetapi dapat dimanfaatkan oleh penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Jenis kegiatan yang mencerminkan Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah, adalah :  Simpul transportasi

  Jenis kegiatan simpul transportasi yang ditetapkan sebagai pusat pelayanan regional dan nasional adalah : bandar udara, pelabuhan laut, terminal angkutan jalan raya, stasiun kereta api. Keberadaan simpul transportasi akan sangat mempengaruhi peranan Kota Semarang sebagai salah satu Kota yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) oleh Rencana Tata Ruang Wilayah nasional (RTRWN). Keberadaan fasilitas transportasi ini harus dukungan kebijakan pengembangan yang spesifik, seperti; Penerapan KKOP (kawasan keselamatan operasi penerbangan) untuk bandara, kawasan pengembangan pelabuhan laut, serta penerapan sistem terminal terpadu untuk pergerakan darat, laut dan udara.  Pendidikan Pendidikan yang dikembangkan dalam hirarki ini adalah pendidikan tinggi dan pendidikan khusus. Jenis pendidikan tinggi dikembangkan di Kawasan Pendidikan Tembalang, Sekaran, Pedurungan. Sedangkan pendidikan khusus (Akademi Kepolisian) dikembangkan Kecamatan Gajahmungkur.

   Olah Raga Kawasan olah raga dan rekreasi yang memiliki skala pelayanan regional dan nasional adalah GOR Jatidiri yang berlokasi di Kecamatan Gajahmungkur  Perkantoran Kawasan perkantoran yang ada dalam hirarki ini adalah kawasan pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini berada di Kecamatan Semarang selatan (Jalan Pahlawan) dan Kecamatan Semarang Barat (Jalan Madukoro).

   Budaya Kawasan budaya yang dikembangkan oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah yang berlokasi di Kota Semarang adalah Kawasan PRPP (di Kecamatan Semarang Barat), Masjid Agung (di Kecamatan Pedurungan).

Tabel 3.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang di Kota Semarang POKOK

  KEBIJAKAN STRATEGI –POKOK PENGEMBANGAN

  Pengembangan fungsi regional dan Peningkatan peranan Kota Semarang Meningkatkan peranan terminal angkutan jalan raya dan nasional Kereta api dalam melayani pergerakan manusia dan barang.

  sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah

  Pengembangan lokasi terminal angkutan umum jalan raya

  melalui peningkatan fasilitas transportasi dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi pergerakan regional yang terjadi di Kota Semarang. Darat, Laut dan Udara

  Meningkatkan peranan Pelabuhan Laut sebagai pintu gerbang pergerakan manusia dan barang dalam rangka peningkatan hubungan antara Kota Semarang (dan Jawa Tengah pada umumnya) dengan kota dan provinsi lain. Meningkatkan akses perjalanan Udara ditingkat nasional dan internasional melalui pembangunan Bandar Udara baru dilokasi yang lebih memungkinkan terwujudnya pengembangan Bandara

  Pembukaan potensi investasi perdagangan, Mengembangkan kawasan PETAWANGI (Peterongan-Tawang- jasa, dan industri melalui penyediaan Siliwangi) sebagai CBD kota semarang. kawasan strategis pada koridor Jalan

  Mewujudkan kawasan industri (industrial estate) yang Siliwangi- Kawasan Pusat Kota- Jalan dilengkapi dengan prasarana dan sarana kegiatan industri Kaligawe dan Jalan Majapahit yang memadai Pengembangan fungsi jasa perhotelan dan Mengembangkan kawasan Bendan Duwur sebagai kawasan convention centre sebagai pendukung jasa perhotelan dan convention centre. tumbuhnya kegiatan ekonomi skala regional,

  Mengembangkan kawasan hutan kota di kawasan Bendan nasional dan internasional di kawasan atas Duwur dengan dukungan alam yang hijau dan nyaman

  Pengembangan kawasan metropolitan Penciptaan kondisi ruang kota yang mampu Meningkatkan dan pemantapan peran Kawasan Simpanglima Semarang memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional dan sebagai simpul perkembangan nasional dan nasional. regional, dalam mewujudkan pertumbuhan Mengembangkan kawasan simpul perdagangan-jasa baru ekonomi yang berdaya saing global berskala regional dan nasional di kawasan Pedurungan Mengembangkan simpul-simpul pusat yang berbatasan dengan daerah sekitarnya

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-14

  POKOK KEBIJAKAN

  STRATEGI –POKOK PENGEMBANGAN

  Pengembangan ruang kota yang memacu Koordinasi pembentukan ikon kota bersama antar daerah perkembangan potensi pusat perkembangan yang termasuk dalam kawasan segitiga JOGLOSEMAR regional segitiga Semarang, Solo dan

  Meningkatkan kerja sama sektor pariwisata antar daerah yang Jogyakarta (JOGLOSEMAR) termasuk dalam kawasan segitiga JOGLOSEMAR

  Meningkatkan keterhubungan antara kawasan segitiga JOGLOSEMAR dengan pengembangan moda transportasi yang representatif.

  Perwujudan kondisi ruang kota yang mampu Pengembangan sistem transportasi intermoda yang mendorong keterikatan dan pengembangan menghubungkan Kota Semarang dengan daerah sekitarnya timbal balik dengan kawasan Pengembangan kerja sama peyediaan prasarana dan utilitas metropolitannya (KEDUNGSAPUR) yang terpadu dengan daerah sekitarnya

  Pengembangan struktur pelayanan Pemantapan pelayanan fungsi primer Pengembangan perdagangan dan jasa di kawasan kegiatan Kota Semarang PETAWANGI. Peningkatan pengelolaan dan pengembangan kawasan pendidikan di Tembalang dan Sekaran.

  Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana transportasi (pelabuhan laut Tanjung Mas dan terminal bis Mangkang, Banyumanik dan Terboyo), Pengembangan dan peningkatan fasilitas Olah raga (GOR Jatidiri). Peningkatan kualitas kawasan perkantoran (perkantoran pemerintah provinsi di Jalan Pahlawan dan Jalan Madukoro). Pemantapan peran kawasan budaya (kawasan PRPP dan Masjid Agung Jawa Tengah), dan industri di BWK IV dan BWK X. Pengembangan kawasan jasa pemasaran agro di kawasan BWK V

  Pengembangan pelayanan sekunder Pengembangan simpul-simpul pusat BWK sebagai pusat perdagangan-jasa skala BWK Pengembangan simpul-simpul pusat BWK pusat fasilitas yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, bina sosial, olahraga/rekreasi, pelayanan pemerintah,

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-15

  • Pengembangan fungsi pelayanan transportasi
  • Pengembangan fungsi pelayanan perdagangan-jasa
  • Pengembangan fungsi pelayanan transportasi
  • Pengembangan fungsi pelayanan perdagangan-jasa
  • Pengembangan fungsi pelayanan transportasi
  • Pengembangan fungsi pelayanan perdagangan-jasa
  • Pengembangan fungsi pelayanan transportasi

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-16 POKOK –POKOK PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

  STRATEGI perbelanjaan/niaga, dan transportasi.

  Pengembangan pelayanan perbatasan Kecamatan Genuk;

  Kecamatan Semarang Timur

  Kecamatan Banyumanik

  Kecamatan Ngaliyan & Tugu (Mangkang)

  Sumber : RTRW Kota Semarang Tahun 2010-2030

Tabel 3.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang di Kota Semarang POKOK

  KEBIJAKAN STRATEGI –POKOK PENGEMBANGAN

  Peningkatan pengelolaan kawasan Mempertahankan dan merevitalisasi Melakukan penghijauan kawasan-kawasan yang memiliki lindung kawasan-kawasan resapan air atau kawasan kelerengan >40% yang berfungsi hidrologis untuk menjamin Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ketersediaan sumber daya air dan kesuburan ditetapkan dari alih fungsi tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi Pelestarian dan perlindungan kawasan Melestarikan bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai cagar budaya yang ditetapkan dari alih arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang fungsi memiliki nilai sejarah;

  Melestarikan karakter perumahan lama yang mendukung kawasan cagar budaya Peningkatan penyediaan dan kualitas RTH Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain

  Mengembalikan fungsi RTH yang telah beralih fungsi secara bertahap Pengembangan kawasan RTH di kawasan pusat kota

  Peningkatan pengelolaan kawasan Pengendalian alih fungsi lahan yang tidak Menyusun peraturan zonasi kawasan yang sedang budidaya sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan berkembang maupun yang baru berkembang rencana tata ruang Meningkatkan sistem pengendalian pemanfaatan ruang melalui penggunaan sistem informasi geografis Perwujudan pemanfaatan ruang yang effiien Mengembangkan kawasan perumahan secara vertikal dan kompak lengkap dengan sarana dan prasarana lingkungannya di BWK

  I, II, dan III Mengendalikan perkembangan perumahan, perdagangan dan jasa di kawasan bagian atas Kota Semarang Menetapkan KDB rendah dan KDH tinggi di kawasan Kota Semarang bagian atas

  Peningkatan pengelolaan kawasan pesisir Reklamasi Pantai (Pengembangan Waterfront City Pantai) Mengembangkan kolam tampung air (retarding basin) Mengembangkan Hutan Bakau.

  Pengarahan jenis pengembangan kegiatan Mengurangi luas peruntukan lahan peruntukan industri.

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-17

  POKOK KEBIJAKAN STRATEGI –POKOK PENGEMBANGAN

  industri dalam rangka peningkatan kualitas Membatasi pertumbuhan dan pengembangan kegiatan lingkungan perkotaan industri padat karya di kawasan industri Genuk dan Tugu dan mengarahkan jenis industri yang mengandalkan SDM terdidik dan ramah lingkungan.

  Sumber : RTRW Kota Semarang Tahun 2010-2030 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020

  3-18

b. Pusat Pelayanan Sekunder

  Hirarki internal Kota semarang direncanakan berisi tentang kegiatan komersial (perdagangan dan jasa) dan fasilitas umum yang menjadi pusat pelayanan bagi Kota Semarang dan Sekitarnya, sampai dengan pusat pelayanan lingkungan.

  Hirarki internal di Kota Semarang dalam RTRW 2010-2030 di rencanakan terdiri dari :  Kawasan Pusat Pelayanan Kota Kawasan ini direncanakan sebagai pusat utama kota dengan skala pelayanan regional. Kawasan ini direncanakan sebagai pusat perdagangan-jasa dan fasilitas umum modern dengan dukungan permukiman perkotaan. Permukiman perkotaan yang dimaksud adalah ; Rumah Deret, Townhouse, 1 Rumah Susun Rendah, Rumah Susun Sedang, dan Rumah Susun Tinggi . Kawasan yang direncanakan memiliki hirarki pelayanan I adalah kawasan segitiga PETAWANGI (Peterongan, Tawang, Siliwangi)

   Kawasan Sub Pusat Pelayanan Kota Perbatasan Kawasan ini direncanakan di daerah perbatasan Kota Semarang dengan daerah sekitarnya. Kegiatan komersial yang dikawasan ini selain akan melayani bagian wilayah kota (BWK) Semarang (pelayanan distrik), diharapkan juga melayani kawasan perbatasan diluar Kota Semarang. Kawasan yang direncanakan memiliki hirarki pelayanan II adalah kawasan pusat pelayanan Pedurungan, Banyumanik, Ngaliyan (BSB), dan Mangkang.

   Kawasan Sub Pusat Pelayana BWK Kawasan ini direncanakan hanya akan melayani bagian wilayah kota (BWK) Semarang (pelayanan distrik). Kawasan yang direncanakan memiliki hirarki pelayanan III adalah kawasan pusat pelayanan Tembalang, Gunungpati, dan Mijen.

1 Rumah Deret : Bangunan berada di bawah satu atap yang sama untuk beberapa unit hunian. Umumnya

  memiliki halaman hanya di bagian depan bangunan. Umumnya hanya memiliki 1 lantai

Townhouse : Bangunan gandeng yang hanya dipisahkan oleh dinding. Tiap-tiap unit hunian memiliki atap

tersendiri. Umumnya memiliki lantai lebih dari satu Rumah Susun Rendah : Rumah susun dengan jumlah lantai ≤ 5 lantai Rumah Susun Sedang : Rumah susun dengan jumlah lantai 5 s/d 8 lantai.

  Rumah Susun Tinggi : Rumah susun dengan jumlah lantai lebih dari 8 lantai.

c. Pusat Pelayanan Tersier

  Kawasan ini direncanakan hanya akan melayani unit lingkungan/ blok. Jenis kegiatan yang direncanakan di kawasan ini harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat pada blok yang bersangkutan.

2. Rencana Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK)

  BWK I

  BWK X  Kecamatan Ngaliyan

  

Pembagian BWK di Kota Semarang

BWK WILAYAH

   BWK lain yang berfungsi sebagai sub pusat dengan lokasi penyebaran di daerah pinggiran.

   BWK I, BWK II, dan BWK III merupakan satu kesatuan kawasan pusat Kota Semarang yang memiliki hirarki pelayanan kegiatan lebih tinggi di bandingkan BWK lainnya

  Arahan pengembangan BWK di Kota Semarang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : 1) Setiap BWK memiliki pusat pelayanan yang berada pada pusat-pusat aktivitas, skenario skala pelayanan masing-masing BWK ini ditetapkan sebagai berikut :

   Sumber : RTRW Kota Semarang Tahun 2010-2030

   Kecamatan Tugu

  BWK IX  Kecamatan Mijen

   Kecamatan Semarang Tengah  Kecamatan Semarang Timur

  BWK VIII  Kecamatan Gunungpati

  Mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi pelaksanaan pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka pembagian BWK di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas administratif. Untuk itu, dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun 2010-2030 pembagian BWK ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.5.

   Kecamatan Pedurungan BWK VI  Kecamatan Tembalang

  BWK V  Kecamatan Gayamsari

   Kecamatan Semarang Utara BWK IV  Kecamatan Genuk

   Kecamatan Candisari BWK III  Kecamatan Semarang Barat

   Kecamatan Semarang Selatan BWK II  Kecamatan Gajahmungkur

  BWK VII  Kecamatan Banyumanik

  2) Hubungan antara BWK pusat kota dan BWK sub pusat dihubungkan oleh jalan konsentris, sedangkan antar BWK sub pusat dihubungkan oleh jalan radial yang sekurang-kurang memiliki hirarki kolektor sekunder.

   Setiap BWK memiliki fungsi pelayanan primer dan fungsi pelayanan sekunder yang berbeda sesuai dengan skenario pengembangan kota.

Tabel 3.6. Rencana Pengembangan Fungsi Primer dan Sekunder di Masing-Masing BWK Kota Semarang PELAYANAN PRIMER PELAYANAN SEKUNDER NO

KETERANGAN NASIONAL REGIONAL PERBATASAN KOTA BWK

  I Semua fungsi dengan    Perdagangan Perdagangan Fungsi perdagangan & jasa di BWK I merupakan pengejawantahan Central & jasa & jasa pelayanan lingkungan Bussines   hingga kecamatan/ District (CBD) Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Sehingga Pemerintahan Pemerintahan

    di BWK I pelayanan regional-nasional.

   distrik terdapat terdapat kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan ini direncanakan memiliki skala Pendidikan Pendidikan

  Kesehatan   Kepolisian

  Pusat pemerintahan skala pelayanan regional-nasional dikawasan ini tetap dipertahankan di Jl. Pahlawan Fungsi pemerintahan skala pelayanan kota yang dipertahankan di BWK I

   adalah balai kota. Kawasan balai kota ini akan diisi oleh kantor walikota, DPRD dan institusi-institusi tertentu pendukung utama aktivitas walikota. Pendidikan Pendidikan Perdagangan Pendidikan khusus yang ada di BWK yang memiliki pelayanan regional-

   II Semua fungsi dengan

     khusus & Jasa pelayanan lingkungan nasional adalah Akademi Kepolisian.  hingga kecamatan/ Fungsi kawasan pendidikan perguruan tinggi swasta yang berada di distrik terdapat terdapat Bendan sebagian masih dipertahankan, hanya saja pelayanan di BWK II diturunkan untuk skala pelayanan kota.

  III    

  

Semua fungsi dengan

Pelabuhan Perdagangan Perdagangan Pelabuhan laut diharapkan akan terus berkembang sebagai pintu

Laut & Jasa & jasa pelayanan lingkungan gerbang dan pendorong perkembangan semarang. hingga kecamatan/

     Bandara Budaya Bandara A Yani diharapkan akan hanya berfungsi sebagai bandara Udara Militer distrik terdapat terdapat militer, fungsi pelayanan sipil diarahkan keluar wilayah Kota Semarang.

  Pergudangan di BWK III   Kegiatan budaya yang dikembangkan di BWK III adalah PRPP

   Kawasan perdagangan dan jasa yang ada dikoridor Jl. Siliwangi direncanakan memiliki skala pelayanan kota.

   IV  

Semua fungsi dengan

Industri Perdagangan &

  Industri di BWK IV secara umum masih dipertahankan, hanya saja Jasa pelayanan lingkungan intensitas jenis industri yang bersifat padat karya dikurangi, dan diganti hingga kecamatan/ dengan industri yang lebih mengedepankan teknologi.

   distrik terdapat terdapat Perdagangan & Jasa di BWK IV diarahkan untuk bisa melayani penduduk di BWK IV Kecamatan Sayung & Karangtengah (Kab. Demak)

  V    

Semua fungsi dengan

Transportasi Perdagangan & Pemerintahan Kegiatan budaya yang dikembangkan di BWKV adalah Masjid Agung  Jasa pelayanan lingkungan Jawa Tengah Pendidikan

   Budaya  hingga kecamatan/ Kegiatan pemerintahan yang direncanakan di BWK V adalah Kantor distrik terdapat terdapat Pelayanan Pemerintah Kota Semarang.

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-22

PELAYANAN PRIMER PELAYANAN SEKUNDER NO

   di BWK V Perdagangan & Jasa di BWK V diarahkan untuk bisa melayani penduduk Kecamatan Mranggen & Karangawen (Kab. Demak)

  VI Pendidikan Perdagagangan & Semua fungsi dengan   Kesehatan

  Pendidikan skala regional-nasional diarahkan di kawasan pendidikan Jasa pelayanan lingkungan Tembalang  hingga kecamatan/ Fasilitas kesehatan pelayanan kota di kawasan ini berupa RSU. distrik terdapat terdapat di BWK VI

  VII Militer Semua fungsi dengan Perdagangan &

   

  Kegiatan perdagangan yang dikembangkan di BWK VII diharapkan Jasa pelayanan lingkungan mampu melayani penduduk Kecamatan Banyumanik, Kecamatan  hingga kecamatan/ Ungaran & Bergas (Kabupaten Semarang) Kesehatan distrik terdapat terdapat Fasilitas kesehatan pelayanan perbatasan di kawasan ini berupa RSU.

   di BWKVII Pendidikan skala regional-nasional diarahkan dikawasan pendidikan

   VIII Pendidikan Pertanian Semua fungsi dengan perkotaan pelayanan lingkungan Sekaran.  hingga kecamatan/ Wilayah Kecamatan Gunungpati diarahkan untuk menjadi kawasan distrik terdapat terdapat pertanian modern dengan produk-produk konsumsi masyarakat Kota, di BWK VIII seperti : buah-buahan, bunga, dsb.

   IX Perdagangan & Semua fungsi dengan Kegiatan perdagangan dan jasa di Wilayah Mijen direncanakan melayani Jasa & Jasa pelayanan lingkungan penduduk Kecamatan Mijen dan sebagai wilayah Kecamatan Boja (Kab. hingga kecamatan/ Kendal) distrik terdapat terdapat di BWK IX

  Perdagangan

  X Perdagangan & Semua fungsi dengan   Industri Perdagangan Industri di BWK X secara umum masih dipertahankan, hanya saja luas &

   Pendidikan  Jasa & Jasa pelayanan lingkungan intensitas jenis industri yang bersifat padat karya dikurangi, dan diganti

   hingga kecamatan/ dengan industri yang lebih mengedepankan teknologi.

  Kesehatan distrik terdapat terdapat Perdagangan & Jasa di BWK X (Mangkang) diarahkan untuk bisa melayani di BWK X penduduk Kecamatan Kaliwungu (Kab. Kendal)

  Sumber : RTRW Kota Semarang Tahun 2010-2030 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020

  3-23 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-24

  

Peta 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Menurut RTRW Kota Semarang24 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 3-25

  

Peta 3.2 Peta Pembagian BWK Menurut RTRW Kota Semarang25

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

  Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Semarang adalah:

1. Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi a.

  Kawasan Cepat Berkembang Kawasan strategsi cepat berkembang di Kota Semarang adalah; Kawasan PETA WANGI (Peterongan

  • – Tawang - Siliwangi). Kawasan segitiga ini merupakan kawasan pusat kota yang memiliki kekuatan pengembangan yang sangat besar. Potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan perdagangan dan jasa.

  b.

  Kawasan Perlu Penanganan Khusus Kawasan perlu penanganan khusus adalah; kawasan yang memerlukan dukungan kegiatan dan penataan lingkungan agar kegiatan yang berkembang di kawasan ini dapat menunjang satu sama lainnya. Kawasan yang direncakan sebagai kawasan stretegis perlu penanganan khusus adalah ; Kawasan Pelabuhan Tanjung Mas. Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota Semarang. Namun demikian lingkungan yang ada disekitar kawasan pelabuhan perkembangan kurang tertata dan kurang mendukung keberadaan fungsi pelabuhan laut.

  c.

  Kawasan Perlu Penataan Lingkungan Kawasan yang perlu mendapatkan penataan lingkungan (environment) adalah Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang. Di kawasan ini akan dikembangkan Waduk Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang.

  Selain fungsi hidrologi kawasan Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang juga akan dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya. Adanya percampuran fungsi konservatif dan budidaya ini menyebabkan kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang perlu di kelola dengan baik agar fungsi budidaya tidak sampai menganggu fungsi konservatif.

Dokumen yang terkait

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 6bbb1ab41b BAB IIBab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 14

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.1.1. Arahan Pembangunan Berdasarkan Per tentang RPJMN 2015 - DOCRPIJM 07ef8277a0 BAB IIIBAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS AK

0 1 64

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III

0 0 23

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1478160850BAB II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Bontang Final

0 0 15

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391029BAB 3 Arahan Kebijakan dan R

0 0 53

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391501Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 15

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503468226Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 14

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arah Kebijakan RPJMN Tahun 2015-2019 Bidang

0 3 82

BAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504175285BAB 3 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

0 0 72

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503116661BAB 3 Arahan Kebijakan Prabumulih

0 0 65