20160801-05 Usulan E-Audit (Bandi UNS)

USULAN E-AUDIT DALAM AUDIT
PERGURUAN TINGGI UNTUK
MENINGKATKAN TATA KELOLA PERGURAN
TINGGI YANG AKUNTABEL DAN
TRANSPARAN
Oleh : Dadit Herdikiagunga, Bandib, Agung Nur Probohudonoc
a Inspektur 2 Kementerian Ristek Dikti
b Ketua SPI Universitas Sebelas Maret
cKepala Pusat Studi Transparansi Publik dan Anti Korupsi (Pustapako)
Universitas Sebelas Maret

PENDAHULUAN

Tuntutan melaksanakan
tata kelola yang
transparan dan akuntabel
(Good Governance
Goverment)

Kemajuan Teknologi dan
Informasi


Pembaharuan di Bidang
Audit

Kondisi
• Indonesia merupakan negara yang besar dengan wilayah yang luas. Dengan jumlah pulau
lebih dari 13.000, menjadikan Indonesia sebagai negara yang besar. Pengelolaan
anggaran yang transparan dan akuntabel menjadi hal yang wajib diterapkan di Indonesia.
• Penerapan anggaran yang transaparan dan akuntabel dapat diterapkan apabila
pemerintah/ sektor publik menerapkan Good Governance Goverment dalam sistem
pemerintahnya.

• Kotb, Roberts (2011) mengatakan bahwa bisnis secara elektronik memiliki dampak
signifikan terhadap teknik dan proses audit. Ditambah dengan pendapat Pathak, Lind
(2010) yang menyebutkan bahwa kemampuan teknologi auditor akan bermanfaat bagi
auditor dalam penilaian audit. Pemeriksaan di era kemajuan teknologi dituntut untuk
ekonomis, efektif, dan efisien.

kondisi
• Kemajuan teknologi saat ini sedikit banyak telah mengubah cara dalam bertindak

termasuk juga mempengaruhi akuntansi dan juga proses audit (Marwanto, 2010). Saat
ini sangat memungkinkan untuk mengembangkan e-audit, e-commerce, ecommunication, e-procurement, e-marketing, e-finance, e-business dan yang terkait
dengan bisnis lainya (Chen, Chen, Shao, 2003; Clarke dan Wallsten, 2006; Bojnec dan
Fertö, 2009).
• Undang-undang tentang Prinsip Tata Kelola Keuangan yang diatur dalam UU No. 17
tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Undang-undang tersebut mengatakan bahwa
prinsip keuangan negara harus dikelola dengan prinsip Transparan, Akuntabel, Efisien,
Efektif, dan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan. Undang-udang tersebut
mengamanatkan pengelolaan organisasi pemerintah (sektor publik) transparan dan
akuntabel dalam proses tata kelolanya. Pilar penting seperti transparan dan akuntabel
tersebut kemudian diterjemahkan menjadi fungsi pengawasan yang akan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas (Baltaci dan Yilmaz, 2006; Szymanski, 2007; Szymanski dan
Compact, 2007).

Tujuan Penelitian
Mengkaji Proses Audit
Perguruan Tinggi

Analisis SWOT terhadap eaudit di perguruan tinggi


Menghasilkan usulan
mekanisme pelaksanaan eaudit di pergurruan tinggi
yang berbasiskan CAATTs dan
GAS

Kerangka Teoritis
Agency Theory di
Sektor Publik

E-audit (Electronic
Audit)

Inspektorat Jenderal
(Itjen)

Penggunaan Teknologi
Informasi untuk Auditor

Agency
Relationship


Pemanfaatan
teknologi
informasi

Unsur
Kementerian

CAATTs (Computer
Assisted Audit
Technique Tools)

Agency Cost

Bergesernya
paradigma audit
saat ini

Berkoordinasi
dengan SPI

(Satuan Pengawas
Internal)

GAS (Generalized
Audit Software)

E-Audit
• E-audit muncul karena kemajuan teknologi seperti saat ini (Fang, 2002). E-audit
adalah sebuah mekanisme yang baru dalam proses audit. Dalam penerapan eaudit digunakan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi sehingga
pemeriksaan dapat berjalan dengan mudah, efektif, dan efisien. Kemudahan ini
diartikan sebagai sebuah sistem tertentu yang menghasilkan kemudahan
sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor (Davis, 1989). Tujuan dari e-audit
adalah menerapkan efisiensi dan efektifitas.
• Dalam konteks hubungan keagenan, Jensen, Meckling (1976) menyebutkan
adanya biaya agensi (agency cost) untuk mengatasi konflik keagenan. Biaya
tersebut terdiri dari tiga yaitu (1) the monitoring expenditures, (2) the bonding
expenditure, dan (3) the residual loss. Dalam tiga biaya agensi tersebut terdapat
the bonding expenditure yang berarti memperkerjakan auditor guna melakukan
audit. Tujuan dari audit ini adalah mengurangi asimetri informasi antara
principle dan agent.


Metode Penelitian

Pengumpulan sampel
dengan teknik studi
pustaka dan telaah
literatur

Pendekatan

Pendekatan penelitian
adalah pendekatakan
deskriptif kualitatif

Analisis Data

Menggunakan Analisis
SWOT

Pengumpulan

Sampel

CAATTs (Computer Assisted Audit Technique Tools).
• CAATTs telah diperkenalkan sejak lama untuk membantu auditor untuk
mendeteksi misalnya beberapa penyimpangan atau kesalahan pernyataan
di laporan keuangan. CAATTs dapat membantu auditor untuk melakukan
berbagai tugas audit yang berkaitan dengan teknologi informasi (TI). Rafeq
(2004) mendefinisikan CAATTs sebagai perangkat lunak untuk auditor untuk
mengakses, menganalisis dan menafsirkan data dan menggambar
pendapat untuk tujuan audit. Zhao, Yen, Chang (2004) juga mengatakan
bahwa penggunaan CAATTs dapat meningkatkan produktifitas serta
meningkatkan fungsi audit. Janvrin, Lowe, Bierstaker (2008) menyebutkan
bentuk CAATTs adalah GAS (Generalized Audit Software) yang
mempunyai banyak fungsi termasuk mengevualuasi risiko kecurangan,
mengidentifikasi jurnal entri dan penyesuaian, dan lain sebagainya.

E-Audit di Indonesia
• Menurut Pratama (2013) e-audit merupakan sinergi antara sistem
informasi internal milik BPK-RI (e-BPK) dengan sistem Informasi
Internal milik auditee (auditee) dimana sinergi tersebut membentuk

jaringan komunikasi. Sedangkan Nograšek (2011) dan Fang (2002)
berpendapat bahwa e-audit merupakan media yang memungkinkan
auditor dan auditee terhubung melalui teknologi informasi.


Piloting dan usulan pelaksanaan e audit
Piloting E-audit
Tiga hal yang perlu dipersiapkan:
1. Mempersiapkan sumber daya
manusia yang memadai
2. Mempersiapkan sarana dan
prasarana
3. Memersiapkan SOP (Standar
Operating) atau regulasi yang
mengatur teknis pelaksanaan
e-audit

Teknis Pelaksanaan E-Audit di
Perguran Tinggi
1. Menetapkan Risiko

2. Mempersiapkan Portal e-audit
3. Setelah itu menerapkan
mekanisme spt di flow chart
usulan:

Langkah-langkah yg harus disiapkan
• Sumber daya manusia termasuk dalam urutan pertama tahap persiapan
piloting e-audit karena menurut menurut beberapa ahli menyebutkan
bahwa sumber daya manusia (people human resource) atau user
merupakan pendukung yang sangat penting untuk terciptanya ereadiness (McAdam dan Donaghy, 1999; Azab, Kamel, Dafoulas, 2009; Park,
Choi, Bok, 2013). Menurut Okab (2013) salah satu tantangan e-audit juga
bersal dari kurangnya auditor yang memiliki kualifikasi/ kemampuan
dalam bidang teknologi informasi. Sumber daya manusia digunakan untuk
pengoperasian sistem e-audit. Sistem e-audit hanyalah sistem yang harus
dijalankan oleh operator. Sumber daya manusia yang digunakan dalam
sistem e-audit ini adalah seseorang yang menguasai teknologi informasi
dan juga audit.

langkah2
• Kemudian untuk memudahkan berkomunikasi, berkoordinasi, dan

melakukan evaluasi antara auditor diperlukan : 1) Mailing list yang
beranggotakan person in charge dan anggota auditee yang terlibat
dalam piloting e-audit; 2) Ruang operasi yang digunakan untuk
menyelenggarakan rapat koordinasi teknis, dukungan teknis, dan
proses pembelajaran anggota.

langkah3
• Untuk SOP (Standar Operating) atau regulasi dibuat berdasarkan
tingkat kebutuhan. Secara umum SOP yang dibuat harus mengatur
proses dan mekanisme, sebaiknya SOP berisi Jukinis (Petunjuk
Teknis) Implementasi e-audit, Juknis (Petunjuk Teknis) Tindak Lanjut
Rekomendasi BPK, Juknis (Petunjuk Teknis) Pengelolaan Kertas Kerja
Audit, dan SOP sistem manajemen pemeriksaan. Setidaknya SOP
harus mengatur sebagai berikut: 1) Perencanaan yang mengatur
assesment kesiapan Teknologi Informasi entitas; 2) Implementasi
yang mengatur pengelolaan data dan pemeliharaan sarana
Tekhnologi Informasi; dan 3) Pengendalian yang mengatur masalah
penjaminan kualitas pengendalian mutu, koordinasi teknis dengan
pihak eksternal (BPK, 2011).


Resiko penggunaan TI
• Proses e-audit dimulai dengan penilaian risiko audit. Arens, Elder, Beasley (2012)
mengatakan bahwa penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan
pengendalian internal, teknologi informasi juga bisa mempengaruhi risiko
pengendalian secara keseluruhan. Beberapa risiko penggunaan teknologi
informasi dalam audit diterangkan sebagai berikut:
• Jejak Audit yang berkurang
• Dalam kaitannya dengan teknologi informasi, komputer lebih sering digunakan.
Komputer menyebabkan jejak audit menjadi berkurang.
• Risiko terhadap data dan perangkat keras
• Penggunaan teknologi informasi yang tidak bisa lepas dari proses audit
menyebabkan beberapa risiko ikut melingkupinya. Contohnya: Ketergantungan
pada kemampuan kerja perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software), Kesalahan acak dan kesalahan yang sistematik, Akses yang tidak
diotorisasi, Data yang hilang.
• Pemisahan tugas-tugas Teknologi Informasi dan kebutuhan akan pengalaman
pada bidang teknologi informasi

Faktor penentu resiko audit di sektor publik
• Menurut beberapa penelitian seperti yang dilakukan (Tubbs, 1992; Yousef, 1998;
Anandarajan, Kleinman, Palmon, 2008; Probohudono et al 2015) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa faktor yang membangun risiko audit dalam sektor
publik, faktor tersebut adalah:
• Geografi, demografi, dan topology
• Budaya (culcure)
• Umur pemerintah daerah (Maturity of organization)
• Umur dari seseorang (maturity of people)
• Kemampuan auditor dalam wilayah yang ditetapkan (Auditor's capability in the
assigned region)
• Penilain risiko untuk auditor yang berbeda (Risk assessment for different auditors)
• Tingkat pendidikan (Expertise/education level)
• Pengalaman tim audit (Experience of auditing teams)

Gambaran umum pelaksanaan e-audit berbasis CAATTs)

Ki
rim

Pa
cka
gin
g

LK

Document
Management
(DM)

Generated

Rekam

Dokumen
Sumber

PIC Auditee

AK

Tr
an
sfe
r

Ex
tra
ct

Laporan
DB

Pemeriksa

E- Audit

Auditee

I
n
t
e
r
n
e
t
a
t
a
u
i
n
t
r
a
n
e
t

Master
AK

Load
Bagian Pengelolaam Data inspektorat
Pusat Data
Link and Match
Analysis

IMG
LHP

Pemeriksa

PORTAL
Pemeriksaan
E-Inspektorat

Peraturan

Badan dan Pimpinan Inspektorat

Jabaran Gambaran Umum Pelaksanaan E-Audit
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Auditee (Perguran Tinggi) mempersiapkan data yang akan digunakan untuk proses audit. Auditee
mengirimkan data tersebut (mengupload) melalui jaringan internet ke portal yang sudah disiapkan.
Kemudian dari data yang dikirimkan auditee akan diakses oleh bagian Pusat Pengelolahan Data
Inspektorat Jenderal. Bagian Pusat Pengelolaan Data Inspektorat Jenderal kemudian menganalisis data
dengan menggunakan aplikasi tertentu. Hasil analisis tersebut kemudian diupload oleh bagian Pusat
Pengelolaan Data Inspektorat Jenderal ke database Inspektorat Jenderal.
Kegiatan e-audit menuntut untuk saling berkoordinasi antara bagian Pusat Pengelolaan Data Inspektorat
Jenderal dengan tim auditor. Ditambah peran dari tim perencanaan dan tim penilai yang melaksanakan
tugas pengawasan dan pengevaluasian aktivitas-aktivitas terkait dengan peroses audit.
Setelah data berhasil diupload di database Inspektorat Jenderal kemudian auditor Inspektorat Jenderal
akan mengakses data tersebut. Data dinilai, diperiksa, dan disesuiakan dengan prosedur pemeriksaan dan
standar pemeriksaan.
Tim auditor dapat meminta tambahan data kepada bagian Pusat Pengelolaan Data untuk tujuan
kelengkapan data atau dokumen selama proses e-audit berlangsung.
Tim audit Inspektorat Jenderal akan melakukan prosedur konfirmasi, klarifikasi, rekonsiliasi, dan verivikasi
berdasarkan temuan audit kepada auditee (perguran tinggi)
Setelah semua proses berjalan kemudian auditor Inspektorat Jenderal membuat laporan audit (LHP) yang
kemudian diberikan kepada Badian Pusat Pengelolaan Data untuk diungguah ke portal e-audit
Auditee (Perguran Tinggi) dapat mengakses laporan audit tersebut di portal e-audit.

Flowchart Penerapan e-audit
Auditor (Inspektorat Jenderal)

Auditee
(Perguruan Tinggi)

Bagian Pusat Pengelolaan Data Inspektorat Jenderal
Mulai
Data e-audit

Tim Auditor Inspektorat Jenderal
Database eaudit

Memperisapk
an data e-adit

Tidak

Menyimpan data ke
database Inspektorat
Jenderal

Data e-audit
Database eaudit
Mengirim data ke
Inspektorat Jenderal
melaui portal e-audit
Mengunggah Laporan
hasil Audit Ke Portal eaudit

Selesai

Ya
Memeriksa, Menilai, dan
menyesuaikan dengan
prosedur pemeriksaan

Membuat
Laporan hasil
Audit

Laporan Hasil
Audit

Meminta data lagi ke
Baian Pengeloalaan Data

Faktor penentu penerimaan E-Audit
• E-audit merupakan sebuah sistem, sehingga sumber daya manusia yang
menjalanjan sistem tersebut dituntut untuk menguasai sistem e-audit. Venkatesh,
Morris, Davis, Davis (2003) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang
mempengaruhi penerimaan sebuah sistem. Penerimaan sebuah sistem tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar (eksternal) dan faktor-faktor dari dalam
(internal) seorang individu. Berikut merupakan faktor-faktor tersebut:
• Harapan pengguna terhadap sebuah sistem dapat meningkatkan kinerja
(performance expectancy)
• Tinggat kemudahan dalam mengoperasikan sistem baru (effort expectancy)
• Kesadaran seseorang terhadap pengaruh orang lain yang menggunakan sistem
(social influence)
• Harapan pengguna tentang keyakinan bahwa infrastruktur organisasi dan teknis
dapat mendukung berjalannya sebuah sistem (facilitating condition)

Tingkat Efektifitas dan Efisiensi dari Penerapan EAudit
Eksternal

Opportunity

1.

Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job
easier)
2.
Menambah produktifitas (Increase productivity)
3.
Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)
4.
Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job
performance)
Strength
Strategi (SO)/ Comparative Advantage
Pelaksanaan pengumpulan data menjadi lebih cepat.
(optimalisasi kekuatan (S), untuk meraih peluang (O)
Pemeriksaan laporan keuangan dilakukan lebih
dengan strategi)
cepat karena dilakukan dengan pemanfaatan
komputer (teknologi informasi).
1.
Menggunkan bantuan teknologi informasi sehingga
Dapat digunakan untuk mengembangkan cakupan
pengumpulan data menjadi lebih cepat sehingga
pemeriksaan yang lebih luas dan mendalam.
mampu untuk membuat pekerjaan menjadi lebih
Data berbasis komputer dan paperless
mudah, menambah produktivitas, dan
mempertinggi efektifitas serta pada akhirnya akan
mengembangkan kinerja dari auditor.
(S2,1;O1,2,3,4)

Threat

1.

Masih adanya celah regulasi yang mengatur adanya e-audit

Internal

1.
2.

3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Strategi ST/ mobilization
(menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari
ancaman)
1.

Melaksanakan analisis dan membuat regulasi baru yang
terintegrasi terkait dengan teknik dan prosedur e-audit sehingga
cakupan pemeriksaan dapat diperluas (S3;T1)

Weakness
Strategi WO/ divestmen/ investment
Strategi WT/damage control
Sumber daya manusia yang belum memenuhi syarat
(pemanfaatan peluang dengan cara mengatasi
(meminimalkan kelemahhan
Sarana prasarana yang masih dikatakan belum
kelemahan yang ada.)
serta menghindari ancaman)
memadai
Perlunya dibuat SOP (prosedur) untuk Auditee dan 1.
Melakukan Bintek (Bimbingan Teknis)/ Pelatihan
1.
Pembuatan regulasi e-audit sehingga meningkatkan kontrol dan
Auditor
sehingga sumber daya manusia dapat memenuhi
mengurahi adanya tindakan penyalahgunaan. (W3;T1)
Adanya resiko keamanan data yang semakin tinggi
syarat sehingga dapat meningkatkan kinerja(W1;O4)
Ketersediaan jaringan internet yang memadai.
2.
Membentuk Komisi Pemeriksa e-audit sehingga
Tingkat penerimaan sebuah sistem
risiko kemanan dapat dinimalkan dan meningkatkan
efektifitas. (W4;O3)
3.
Pembentukan SOP (Prosedur) yang medukung
proses e-audit (W3; O2)

Peran E-Audit Terhadap Pencegahan Fraud
di Perguruan Tinggi

E-audit dapat mengatasi risiko fraud
• Kemajuan teknologi memberikan keuntungan bagi
auditor mendeteksi terjadinya fraud

KESIMPULAN DAN SARAN
• E-audit mempunyai tujuan untuk menambah tingkat efektivitas dan
efisiensi, sehingga tidak ada lagi batasan jarak dan waktu dalam
proses audit.
• Proses e-audit diharapkan mampu menghadirkan tata kelola yang
akuntabel dan transparan dalam pengelolaan perguran tinggi.
• Mengingat fungsi e-audit yang besar bagi pengembangan Good
Governance Goverment di Indonesia, e-audit seharusnya didorong
penerapannya

Berbagai macam sofware e-audit
(generalized audit software – GAS), Software
komersial ACL, Spreadsheet, IDEA, dll

Berbagai macam sofware e-audit (2)

Berbagai macam sofware e-audit (3)

Terimakasih