umi naya bptpbkl.doc

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN
MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN
RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)
DI KOTA BENGKULU
Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Email : umy_shadi@yahoo.co.id; bunaiyahhonorita@gmail.com

ABSTRAK
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) dikemas dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang
ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
keluarga. Kota Bengkulu memiliki lahan pertanian yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai komoditas
pertanian, khususnya sayuran yang dikembangkan di dataran rendah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Untuk
mengetahui sejauh mana pemanfaatan lahan pekarangan di Kota Bengkulu, telah dilakukan kajian pada bulan Agustus dan
Oktober 2012 dengan menggunakan metode survey terhadap 30 pemanfaat lahan pekarangan di Kota Bengkulu. Data yang
dikumpulkan antara lain data konsumsi rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan persepsi/minat masyarakat terhadap
komoditas yang diusahakan. Data yang diperoleh dianalisis secara tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Hasil kajian
menunjukkan bahwa rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136/bulan;
menambah pendapatan keluarga rata-rata Rp. 106.447/bulan; meningkatnya minat masyarakat mengusahakan lahan
pekarangan dalam kawasan rumah pangan lestari sebesar 60% karena alasan memenuhi kebutuhan keluarga, 37% karena
alasan meningkatkan pendapatan keluarga, serta 7% alasan karena keindahan lingkungan.

Kata kunci : pemanfaatan, pekarangan, nilai tambah, rumah tangga, pendapatan

PENDAHULUAN
Pembangunan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas
sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Terdapat dua indikator berhasilnya
pembangunan ketahanan pangan, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup
(jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah
tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya,
untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang
waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan
pertanian nasional dari waktu ke waktu (Badan Litbang Pertanian, 2012). Menurut Afrinis, N (2009),
pemanfaatan pekarangan dapat mendukung penyediaan anekaragam pangan di tingkat rumah tangga,
sehingga terwujud pola konsumsi pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.
Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang
bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan
penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Pemanfaatan pekarangan
tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan
prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012). Ketahanan dan kemandirian pangan secara
nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu

merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan
khususnya yang dimulai dari rumah tangga. Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian telah
mengembangkan suatu konsep pemanfaatan pekarangan dengan sebutan “Kawasan Rumah Pangan
Lestari” yang merupakan rumah yang pekarangannya dimanfaatkan secara intensif, ramah lingkungan
dan berkelanjutan. Komoditas yang dikembangkan dalam pemanfaatan lahan pekarangan disesuaikan
dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, berbasis sumber pangan lokal, dan bernilai ekonomi.
Kota Bengkulu merupakan pusat konsumen berbagai produk pertanian yang berasal dari
dalam maupun luar Provinsi Bengkulu. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang wajar bila harga jual
berbagai produk pertanian lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga di sentra produksinya. Hal ini
disebabkan karena hasil dari sentra produksi harus diangkut dengan alat transportasi yang
memerlukan biaya. Di lain pihak, Kota Bengkulu masih memiliki lahan pertanian yang dapat
digunakan untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian, khususnya sayuran yang dikembangkan

di dataran rendah dan tidak memerlukan lahan yang luas. M-KRPL di Kota Bengkulu telah
dilaksanakan mulai dari tahun 2011 dengan basis tanaman sayuran. Penerapan M-KRPL tersebut
mengacu pada tujuan untuk 1) memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat serta
meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di
perkotaan dan perdesaan, 2) mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan
pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, 3)
mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga, dan 4) mereplikasi model KRPL perdesaan

dan perkotaan di 5 kabupaten baru. Sejalan dengan tujuan tersebut, dilakukan pengkajian untuk
mengetahui sejauh mana implementasi pemanfaatan lahan pekarangan terpadu yang dilaksanakan di
Kota Bengkulu, meliputi 1) penghematan biaya konsumsi rumah tangga, 2) peningkatan pendapatan
rumah tangga, dan 3) minat masyarakat terhadap komoditas yang diusahakan.
BAHAN DAN METODA
Pengkajian ini dilaksanakan di Kota Bengkulu. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Agustus - Oktober 2012. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa ketiga kabupaten tersebut merupakan lokasi penerapan M-KRPL di Provinsi
Bengkulu. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survei dengan penarikan
sampel sebagai responden sebanyak 30 orang ibu rumah tangga, dipilih menggunakan metode simple
random sampling. Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi
penghematan biaya konsumsi rumah tangga, peningkatan pendapatan rumah tangga, serta minat
masyarakat terhadap komoditas yang diusahakan. Data sekunder diambil dari BPS Provinsi Bengkulu
(2011). Data yang diperoleh ditabulasi, dilanjutkan dengan pengolahan secara matematis dan
diuraikan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Bengkulu
Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 151,7 km2. Pada tahun 2009, tercatat delapan jenis
tanaman sayuran yang dibudidayakan di Kota Bengkulu, meliputi lombok, ketimun, terung, kacang
panjang, kangkung, bayam, melinjo, dan tomat. Untuk jenis tanaman sayuran, kangkung merupakan

produk sayuran dengan produksi tertinggi yaitu 22.229 ton, diikuti oleh bayam 10.830 ton. Curah
hujan terbanyak di Kota Bengkulu terjadi pada bulan Oktober (555 mm), Maret (396 mm) dan
Februari (388 mm). Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi yaitu selama 27 hari terjadi pada bulan
Maret dan Oktober. Rata-rata hari hujan di Kota Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 23 hari hujan.
Suhu udara minimum 23,1 0C dan suhu maksimum mencapai 30,3 0C. Kelembaban udara antara 8187% dan kecepatan angin 7-14 knot. Keadaan tersebut cocok untuk pengembangan usaha pertanian.
Jumlah kecamatan dan kelurahan terdiri dari 9 kecamatan dan 67 kelurahan dengan jumlah penduduk
308.544 jiwa, 78.262 rumah tangga (tahun 2010). Penduduk berumur 15 tahun ke atas sebagian besar
bekerja di sektor perdagangan dan buruh/karyawan, serta sebagian kecil di sektor pertanian.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, tingkat pendidikan, dan luas lahan
pekarangan rumah tangga petani (Tabel 1). Rata-rata umur petani contoh adalah 41,9 tahun dan
tergolong usia produktif. Pengelompokkan petani contoh berdasarkan umur, yang terbanyak adalah
kelompok umur antara 35-44 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 43,34%. Kemudian kelompok umur
25-35 tahun dan 45-54 tahun masing-masing sebanyak 7 orang atau 23,33% dan kelompok umur > 54
tahun berjumlah 3 orang atau 1,00%. Tingkat pendidikan petani contoh dibagi menjadi lima kelompok
yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),
Diploma, dan Sarjana dengan persentase masing-masing sebesar 26,67%; 16,67%; 40,00%; 3,33%
dan 13,33%. Luas rata-rata lahan pekarangan petani contoh adalah 83,73 m2.

Tabel 1. Karakteristik petani pelaksana M-KRPL di Kota Bengkulu Tahun 2012.

No.

Karakteristik Petani

1.

Umur

2.

Jumlah
Pendidikan

3.

Jumlah
Luas Lahan

Jumlah


Kelompok
25 – 34 th
35 – 44 th
45 – 54 th
> 54
th
SD
SMP
SMA
Diploma
S1
≤ 50 m2
> 50-100 m2
> 100-150 m2
> 150-200 m2
> 200-250 m2
> 200-250 m2

Petani
7

13
7
3
30
8
5
12
1
4
30
15
5
7
0
2
1
30

%
23,33

43,34
23,33
1,00
100,00
26,67
16,67
40,00
3,33
13,33
100,00
50,00
16,67
23,33
0,00
6,67
3,33
100,00

Sumber : Tabulasi data primer.


Bila dilihat dari usia nan tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa petani pelaksana MKRPL termasuk dalam usia produktif dengan tingkat pendidikan >50% sudah mencapai pendidikan
menengah keatas (SMA, D3 dan S1). Kondisi ini turut mempengaruhi pola pengambilan keputusan
serta cara berusahatani yang dilakukan petani, demikian juga dalam hal menerima dan menerapkan
inovasi baru termasuk dalam kelompok responsif.
Pendapatan Rumah Tangga Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kota Bengkulu telah dilaksanakan
mulai dari tahun 2011 dengan basis tanaman sayuran. Salah satu tujuan dari implementasi M-KRPL di
Kota Bengkulu adalah untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kegiatan ekonomi
produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hasil pengkajian
memperlihatkan bahwa rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar
Rp. 297.136,-/bulan dan menambah pendapatan keluarga, rata-rata sebesar Rp. 1.277.363,-/tahun atau
sebesar Rp. 106.447,-/bulan (Tabel 2).

Tabel 2. Penghematan biaya pengeluaran dan penambahan pendapatan rumah tangga melalui
pemanfaat lahan pekarangan terpadu.
No.
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Komoditas
Sawi
Kol Bunga
Cabai
Terung
Daun Bawang
Tomat
Kangkung
Kacang Panjang
Timun

Pare
Seledri
Oyong
Kucai
Jumlah
Rata-rata

Penghematan per bulan (Rp.)

Pendapatan per Tahun (Rp/)

20.443,25.693,98.081,37.116,13.843,37.570,35.820,9.290,4.770,5.440,3.140,2.100,4.000,-

2.320.000,915.000,2.025.000,2.280.000,105.500,1.688.000,3.910.000,140.000,440.000,40.000,187.500,0,0,-

297.136,9.905,-

14.051.000,1.277.363,-

Sumber : Data primer, diolah.

Dari Tabel 2, diketahui bahwa terdapat tiga belas jenis tanaman yang dibudidayakan oleh rumah
tangga dan memberikan kontribusi dalam penghematan biaya konsumsi sayuran rumah tangga. Dari
ketiga belas jenis tanaman tersebut, cabai, tomat, dan terung merupakan komoditas yang memberikan
kontribusi terbesar dalam penghematan biaya konsumsi sayuran rumah tangga, yaitu masing-masing
sebesar Rp. 98.081,-; Rp. 37.570,-; dan Rp. 37.116,-; Jika dilihat dari aspek peningkatan pendapatan
melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan basis tanaman sayuran, komoditas kangkung dan sawi
juga memberikan kontribusi paling besar dalam peningkatan pendapatan rumah tangga, yaitu masingmasing sebesar Rp. 3.910.000,-/tahun,- dan
Rp. 2.320.000,-/tahun,-. Hal ini
dikarenakan kedua komoditas mempunyai serapan pasar yang tinggi (BPTP Bengkulu, 2012).
Menurut Rahardi, et al. (2004), pemilihan jenis sayuran yang akan diusahakan merupakan tindakan
utama yang harus dilakukan agar dapat menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
produksi. Jenis sayuran yang dipilih untuk diusahakan adalah sayuran yang memiliki nilai ekonomi
atau mempunyai prospek (peluang) cukup besar dalam pemasarannya dan mudah dibudidayakan.
Sayuran jenis tersebut biasanya mempunyai banyak peminat atau mempunyai harga yang relatif tinggi
dan menguntungkan.
Melalui pemanfaatan pekarangan dengan perencanaan serta penataan yang baik, selain dapat
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga yang
pada akhirnya dapat mendorong tercapainya ketahanan dan kemandirian pangan serta kesejahteraan
keluarga.
Minat Masyarakat dalam Memanfaatkan Lahan Pekarangan
Pemanfaatan pekarangan pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi
keluarga sehingga dapat mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan rumah tangga. Setelah
kebutuhan pangan dan gizi keluarga terpenuhi, pemanfaatan pekarangan juga ditujukan untuk
peningkatan pendapatan keluarga. Hal tersebut terlihat dari hasil pengkajian terhadap faktor yang
mendorong minat masyarakat dalam mengusahakan lahan pekarangan dalam kawasan rumah pangan
lestari di Kota Bengkulu. Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa meningkatnya minat masyarakat
mengusahakan lahan pekarangan sebesar 60% adalah karena alasan memenuhi kebutuhan keluarga,
37% karena alasan meningkatkan pendapatan keluarga, serta 7% alasan karena keindahan lingkungan.
Menurut Assael (1998), minat individu sangat dipengaruhi oleh sikap individu. Sikap disusun oleh
tiga komponen, yaitu komponen kognitif yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau proses
berpikir individu tersebut, komponen afektif yang berkaitan dengan perasaan individu,
merepresentasikan evaluasi keseluruhan individu terhadap suatu obyek, bisa positif atau negatif, serta
komponen kognatif yang berkaitan dengan perilaku, merepresentasikan niat (intention) individu untuk

berperilaku. Pada saat individu melakukan evaluasi terhadap lebih dari satu obyek, maka hasil
evaluasi akan mendorong minat individu untuk berperilaku.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) basis tanaman sayuran, selain dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi
keluarga juga dapat mengurangi biaya pengeluaran konsumsi sayuran dan meningkatkan
pendapatan rumah tangga.
2. Rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136,-/bulan
dan menambah pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 1.277.363,-/tahun.
3. Budidaya sayuran di lahan pekarang melalui pendampingan inovasi teknologi mempunyai potensi
dalam mendukung pembangunan dan pengembangan pertanian perkotaan di Bengkulu.
4. M-KRPL telah dapat mendorong minat masyarakat untuk mengelola lahan pekarangannya dengan
alasan, dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus
juga menjaga keindahan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrinis Nur. 2009. Pengaruh Program Home Gardening dan Penyuluhan Gizi terhadap
Pemanfaatan Pekarangan dan Konsumsi Pangan Balita. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor. ;155
Assael, H. 1998. Consumer Behavior and Marketing Action. 6th ed. Cincinnati, OH: South-Western
College Publishing.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Kemeterian Pertanian. Jakarta.
BPTP Bengkulu. 2012. Desain Program Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pertanian
Perkotaan di Kota Bengkulu;(tidak dipublikasikan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Bengkulu.
BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik
Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Rahardi F., Palungkun, R dan Budiarti A. 2004. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penerbit PT. Penebar
Swadaya. Jakarta