Pembahasa Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa
LITERA
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengaiarannya
Volume 5, Nomor
*
1,
Januari 2006
Daftar Isi
a Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui
Pembauran (Studi Kasus Masyarakat Transmigran di Luwu Timur,
Sulawesi Selatan)
1-i0
Achmad Tolla
Realitas Kematian dalam Novel Ny. TalisKarya Budi Darma
-
21,
22-
34
77
Anwar Efendi
Kajian Fonotaktik Bahasa Indonesia
Zamzani
.:.
Ketimpangan Gender pada Pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat
SD, SMP, dan SMA
Sri Hardiningsih H.S.
+
*
35-50
Kajian Kandungan Isi Naskah Paliwara dan Relevansinya terhadap
Dunia Pendidikan
Hesti Mulyani
51,-
U
-
Z6
Wacana pada Produk Dagadu Djokdja (Upaya Pemahaman
Metapesan)
65
Siti Mulyani
Corak Anekdot
Mukh Doyin
Indonesia.
ZZ - 94
Bentuk dan Kategori Satuan Pengisi Bentuk Dasar pada Inkorporasi
Leksikal Verba dalam Bahasa Indonesia
.....;..................... 95 - 102
*
Konflik Antar-Kramadangsa dalam Novel lalan Menikung karya
Umar Kayam dan Novel PasarKarya Kuntowijoyo ................ 108 -
123
Nurhadi dan Dian Swandayani
{'
Pembahasan Hasil Penelitian: Pergeseran Bahasa Daerah Akibat
Kontak Bahasa Melalui
Pembauran
llt
lZ4
-
l2Z
YmutuES, iloHOE I, IAIIIHRI flil6
TTT
ffHH ltfi.X5lt6
RA
JURNAT PENELITIAN BAHASA, SASTRA, DAN PHNGAJ
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN: PERGESERAN BAHASA DAERAH
AKIBAT KONTAK BAHASA MELALUI PEMBAURAN
B. Pembahasan
Perrelitian
telah menghafu
Sulis Triyono
FBS Universitas Negeri Yogyakarta
A. Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi selalu mengalami perkembangan.
Perkembangan bahasa dapat berupa perubahan atau pergeseran. pergeseran
bahasa dapat muncul sebagai akibat adanya faktor kedwibahasaan atau
kemultibahasaan yang berkembang di masyarakat. Di Indonesia pada umumnya,
untuk berkomunikasi sehari-hari masyarakat menggunakan lebih dari satu bahasa.
Istilah kedwibahasaan (bilingualism) biasanya digunakan untuk kemampuan dan
kebiasaan mempergunakan dua bahasa. Istilah kedwibahasaan sering juga disebut
kegandabahasaan (multilingualism). Sebenamya, istilah kedwibahasaan dipakai
untuk dua konsepsi yang berkaitan tetapi berbeda, yakni
bermatrfaat bagi
bahasa. Hasil
nambah wawasm
lain, khususnya
gesetrn bahasa
bahasa melalui
PermasaEn
kan dalam
per-n
empat hal, yaitu:
dan
(f)
pergeserar
transmigran Jawe d[
Timur; (2) falh
terhadap pexgsr
mempergunakan dua bahasa dan kebiasaan memakai dua bahasa dalam pergaulan
kalangan masyamUt
perbedaan perBesri:il
bilin gualisme (Nababan, 199 1 ).
wilayah perrrukim
dan heterogerg da
dominan berpengilft
kemampuan
hidup' Istilah yang pertama berarti bilingualitas, sedangkan yang kedua berarti
Beberapa ahli bahasa menyebut pola berdwibahasa ini dengan
bilingualisme (Erwin & osgood, 1965; Romaine,1994), sedangkan Ferguson (1959)
memakai istilah diglosia. Untuk membedakan kedua konsep antara bilingualime
dan diglosia, Fishman (7972) menggunakan istilah bilingualisme dan bilingualitas.
Dalam topik kedwibahasaan, sering digunakan istilah code-switching 'alih
dan
code-mixing 'campur kode'. Code-switching terjadi apabila keadaan
'tode'
berbahasa menunfut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang
-iiipakai. Selanjutnya , code-mixing terjadi apabila seseorang mencampur dua bahasa
atau ragam bahasa hanya oleh karena mudahnya dan bukan disebabkan oleh
tuntutan keadaan berbahasa (Nababan, 1991).
Pergeseran bahasa yang terjadi pada hampir semua bahasa menandakan
adanya dinamisasi bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi.
Robin (1992) menjelaskan, setiap bahasa akan mengalami pergeseran atau
perubahan yang berangsur-angsur, yar.g sering tidak tampak dalam suatu
generasi. Pergeseran itu dapat terjadi secara teratur dan tidak menuntut adanya
persyaratan-persyaratan
khusus.
{r.
Tulisah ini bertujuan untuk membahas hasil penelitian yang dilakukan
Achmad Tolla dengan judul Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui
Pembauran (Studi Knsus Masyarakat Transmigrasi Asal lawa di Desa Sukamaju, Luwu
Timur, Selowesi Selatan). Pembahasan difokuskan pada teori dan metode yang
digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.
geseran bahasa-
Data pcrelilirr
berdasarkan @
kalangan warga
di desa Sufranurtp
Sulawesi SelatarL
bahasaan di
migrasi yang berfu
lndonesia sebesar fm,|f,
lawa + bahasa
(33Y.). Ketiga baha
Indonesia
Keempat,
+ fu
bahasa
IindOnesia a rtiale&
Bugis(17,5Y4.
Dalam
menghasilkan €Epd
berdasarkan cara
ponden mempercleh
(li
76% secara sekurdcr
secara primer
didikan/sekolah),
Luwu dan
batrasa
diperoleh
dasarkan
124
Pembahasan
125
flah
Penelitian yang dilakukan Tolla
menghasilkan temuan yang
bermanfaat bagi perkemUarrgan il*i
bahasa. Hasil temuannya dapat me_
nambah wawasan bagi para peneliti
hiu khu_susnya peneliiian tentang per_
'Beseran bahasa daerah akibat kontak
Dahasa melalui pembauran.
Permasalahan yang dikemuka_
tan d3lam penelitian i"i meliputi
orpat hal, yaitu: (1) situasi kebahasaan
pergeseran bahasa ibu warga
nigran fawa di Sukamaju-Luwu
fuul e) faktor yang berpengaruh
pergeseran bahasa di
masyarakat transurigraru (e)
pergeseran bahasa antara
!h R"r*rt iman yang homogen
dan ( ) faktor yang
ry
1 berpengaruh terhad"p
per-
bahasa.
Data penelitian dikelompokan
pola kedwibahasaan di
ngan warga transmigrasi asal
Jawa
desa Sukamaju, Luwu
Timur,
Selatan. Pertama, pola
kedwi
an di kalangan warga
trans-
i yang berbahasa Jawa + bahasa
sebesar 100%. Kedua, bahasa
+ bahasa Indonesia + dialek Luwu
). Ketiga, bahasa Jawa + bahasa
+ bahasa Bugrs (18%).
bahasa Jawa + bahasa
+ dialek Luwu + bahasa
(17,5%).
Dalam penelitian im, peneliti
empat temuan. Pertama,
cara terjadinya, 24o/o resmemperoleh bahasa Indonesia
primer (lingkungan masyaraka t),
secara sekunder (melalui penur/sekolah), sedangkan dialek
dan bahasa Bugis, semuanya
secara primer. Kedua, bertingkatan/kemampuan, 86yo
Pembahasan Hasil Peneriti"n,
responden mengaku menguasai bahasa
Indonesia secara maksimal (aktif
produktif) dan L40/o secata minimal
lRasif respektif), sedangkan untuk
Bugis dan dialek Lu*, hanya
!18r" yang
5,5?
menguasainya r".iru
maksimal dan 42"/o secara minimal.
Ketig+ berdasarkan tingkatan perkem_
bangannya, 21% responden mengaku
memperoleh bahasa Indonesia pada
masa kanak-kanak (dini), 72oh pada
masa sekolah (kedwibahasaan tengah),
dan 65% pada masa dewasa. Sefanjui_
nya, untuk pemerolehan dialek Luwu
dan bahasa Bugis, yaitu g% mengaku
memperoleh dialek Luwu dan bahasa
Bugis pada masa kanak-kanak (dini),
13% pada masa sekolah, dan l4o/o pad,a
masa dewasa. Keempat, berdasarkan
pengaruhnya terhadap bahasa Jawa,
didek Luwu potensial belpengaruh
terhadap pergeseran bahasa Ja*u.
Narnun, bahasa Jawa yang dikuasai
oleh responden secara maksimal atau
aktif-produktif temyata tidak meng_
geser fungsi bahasa Jawa, tetapi bahasa
Jawa dijadikan sebagai komplemen
atau pelengkap dalam memperlancar
komunikasi mereka sesuai dengan
ranah yang tepat.
Berdasarkan landasan teori
yang digunakan, masih diperlukan
penjelasan yang Iebih rinci berkaitan
dengan aspek pergeseran bahasa
daerah. Pergeseran itu disebabkan oleh
adlYa penggunaan code-switching atau
co-d1-mixing. Code-witching sebagai
akibat kebiasaan menggunakar, bahisa
Jawa untuk percakapan sehari-hari di
kalangan-keluarga dan kerabat yang
berasal dari suku Jawa, beralih k;
bahasa Indonesia, bahasa Bugis, atau
dialek Luwu untuk percakapan sehari_
hari dengan kerabat suku Bugis atau
Luwu. Apabila hal ini te4adi, tidak
menutup kemungkinan penyebab per-
p".gu*rin
Buhulu Daerah Akibat Kont"k guhrr"
126
geseran bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan kelompok
umur, pendidikan, wilayah permukiman, jenis kelamin, tetapi juga dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan
etnis atau adat istiadat penutur bahasa
dari mana mereka berasal.
gai
Selanjutnya, code-mixing sebaakibat adanya interferensi, baik
interferensi perlakukan
(performance
interference), interferensi perkembangan
(dmelopmental interference) atau interferensi belajar (learning interference), dan
interferensi sistemik (systemic interference). Interferensi sistemik yang
dapat menyebabkan perubahan dalam
sistem bahasa bisa dimaknii sebagai
perkembangan. Mekanisme perkembangan ini berhubungan erat dengan
difusi budaya (cultural difusion).
Pergeseran bahasa
digunakan untuk menganalisis dua
hipotesis. Tidak ditampilkannya uii
persyaratan analisis, seperti uji normalitas sebaran, uji linieritas hubungan,
dan uji homogenitas variansi menyebabkan pemahaman pembaca agak
terganggu. Hal itu diperlukan karena
keberhasilan uii persyaratan analisis
menjadi faktor penentu apakah analisis
regresi dapat diteruskan atau tidak,
sehingga diharapkan hasil temuannya
akan lebih valid.
Pada umumnya, penelitian
bahasa memiliki karakteristik yang
berbeda dengan penelitian pendidikan.
Penelitian bahasa memiliki
per-
syaratan-persyaratan tertentu terutama
dalam hal teknik pengambilan
data,
analisis data, dan penyajian hasil-hasil
penelitian. Pada penelitian ini, belum
juga
disebabkan oleh adanya korespondensi
dan relasi bahasa-bahasa serumpun.
Pergeseran atau perubahan yang
muncul dapat terjadi secara teratur dan
takteratur. Pergeseran atau perubahan
teratur disebut perubahan primer, yaitu
perubahan yang terjadi secara bersama-
tampak ciri-ciri yang dituntut oleh
penelitian bahasa. Pertama, inti permasalahan penelitian ini adalah pergeseran bahasa daerah akibat kontak
bahasa melalui pembauran. Untuk
meneliti pergeseran bahasa sebaiknya
dijelaskan pada tataran apa terjadinya
sama pada bahasa-bahasa sekerabat.
Misalnya, hukum Van Der Tuuk yang
mengatakan bahwa fonem /r/ dalam
bahasa Melayu untuk kata /layar/
menjadi fonem /g/ dalam bahasa
Tagalog /layag/, dan menjadi fonem
/h/ dalam bahasa Bali /layah/.
Perubahan sekunder mengandung
pengertian perubahan yang terjadi
pengaruh bergesernya bahasa kurang
lengkap, karena dasar yang menjadi
tolok ukur untuk mencari pengaruh
pergeseran bahasa belum dijelaskan.
Kedua, analisis regresi biasanya digunakan untuk keperluan penelitian
pendidikan. Oleh karena itu, jika digunakan untuk'menganalisis penelitian
bahasa seperti "penelitian ini, diperlukan penjelasaii dan alasan yang tepat
agar diperoleh hasil yang maksimal.
Ketiga, dalam penyajian hasil penelitian, selain pemaparan secara informal
hanya bersifat sporadis dan tidak dapat
digeneralisasikan ke benluk lain akibat
ketidakteraturannya (Triyono, 1998).
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis multiple
rcgresion dan multiple comparison.
Analisis multiple regresion digunakan
untuk menganalisis delapan hipotesis,
sedangkan analisis multiple comparison
Litera, Volume 5, Nomor
1,
fanuari 2006
pergeseran tersebut. Penjelasan tentang
(narasi, deskripsi), diperlukan pula
pemaparan secara formal dengan
untuk menonjoltan ary*l
dalam berbagai btm I
tataran fonologi -rrHlf,i
sintaksis. Pada d,erqrq,
bahas4 seperti:
sdfiEi
linguistik, etrrolinguidt
linguistik, dan diatetr*rllGf i
muara pada aspet-ry*, I
yang menjadi fokus }4iaUn
Selain hal+al IEB I
di
atas, instrumerr Ftrt
digunakan untuk melia*
belum dijelaskan- Sutcil
kuisioner yang merryfu r
instrumen penelitim p*,
terutama mate*aff;
tud
terjelaskannya topik+rya l
yang mengalami pcrgEe
penelitian ini .lilrrdiAditanyakan dalam
kuesioner yang dicebarb 1
sifat umum, bukan &easpqil
bahasanya.
i,
C. Penutup
rLri hqF
pcrEli*
memberikan konffiusi E
kembangan bahasa tsilr+ h*
dialek Luwu di a'errt' r"*
desa Sukamaju trrru frry
Selatan. Bahasa .t.,r* il
salah satu aset kekaym hl
nesia perlu d,jap ketPtr'qt
Selain itrr, pa4
memperkuat teori Erht
Fi
bahasa ibu
-
Terlepas
lemahan yang ada,
yang seqa
n*
tetap ada, walaupr.rn Craarti
bahasa lain. Penguasaan B
dimungkinkan bagi
seserq
mana penguasaan balrasa
ih.
simbol-sombol transkripsi fonetik yang
berlaku secara universal (lnternational
Phonetic Alphabet). Hal itu dimaksudkan
Pembahasan tiasil
lti
127
untuk menoniolkan aspek kebahasaan
dalam berbagai tataran baik pada
tataran fonologi, morfologl, maupun
sintaksis. Pada dasarny+ penelitian
bahasa, seperti: sosiolinguistik, psikolinguistik, ebrolinguistik, antropo-
linguistik, dan dialektologi harus bermuara pada aspek-aspek kebahasaan
yang menjadi fokus kajiannya.
Selain hal-hal yang disebutkan
di atas, instrumen penelitian yang
digunakan untuk menjaring data juga
belum dijelaskan. Substansi isi dari
kuisioner yang merupakan salah satu
instrumen penelitian perlu dijelaskan
terutama
materi-materi
yanS
ditanyakan dalam kuesioner. Tidak
terjelaskannya topik-topik kebahasaan
yang mengalami pergeseran dalam
penelitian
ini dikuatirkan karena
kuesioner yang disebarkan masih bersifat umum, bukan ke aspek pergeseran
Daftar Pustaka
Erwrn, S.M. and C.E. Osgood. 1965.
"Second Language Leaming
and Bilingualism", dalam C.E.
Osgood & F.A Sebeok (Ed.)
Psycholinguistics. Blomington:
Indiana University Press.
C.A. 1959. "National
Sociolinguistic Profile
Fergusory
Formulas" dalam W. Bright
Sociolinguistics. IJAL.
(ed).
Bloomington.
Fishman, J. 1972. The Sociology of
Language. Newbury House.
Rowley, Mass.
Nababan, P.W.J. lggl. Sosiolinguistik.
Suatu Pengantar. ]akarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
bahasanya.
.
C. Penutup
Terlepas
dari
kelemahan-keini telah
memberikan kontribusi terhadap perkembangan bahasa Jawa, bahasa Bugis,
lemahan yang ada, penelitian
dialek Luwu di daerah pembauran di
desa Sukamaju, Luwu Timur, Selawesi
Selatan. Bahasa daerah merupakan
salah satu aset kekayaan budaya Indonesia perlu dijaga kelestariannya.
Selain itu, penelitian ini
memperkuat teori tentang penguasaan
bahasa ibu yang secara relatif akan
tetap ada, walaupun terdapat pengaruh
bahasa lain. Penguasaan bahasa kedua
dimungkinkan bagi seseorang sebagaimana penguasaan bahasa ibu.
1978.
"Linguistic
Interference in Multilingual
Sifuations" dalam Arthur Yap
(ed.), Ianguage Education in
multilingual Societies. RELC &
the University of Singapore.
Robin, R.H. 1992. General Linguistics: An
Introductory Suraey. Indiana
University Press. Bloomington.
Romaine, Suzanne. 1994. Ianguage in
Society. An "' Introduction to
Sociolinguisticb. New York:
Oxford Univirsity Press Inc.
Triyono, Sulis. 1998. Korespodensi Proto
Melayu Polinesia dengan Bahasa
]awa dan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: IIS Linguistik FIB
UGM.
Pembahasan Hasil Penelitian: Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengaiarannya
Volume 5, Nomor
*
1,
Januari 2006
Daftar Isi
a Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui
Pembauran (Studi Kasus Masyarakat Transmigran di Luwu Timur,
Sulawesi Selatan)
1-i0
Achmad Tolla
Realitas Kematian dalam Novel Ny. TalisKarya Budi Darma
-
21,
22-
34
77
Anwar Efendi
Kajian Fonotaktik Bahasa Indonesia
Zamzani
.:.
Ketimpangan Gender pada Pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat
SD, SMP, dan SMA
Sri Hardiningsih H.S.
+
*
35-50
Kajian Kandungan Isi Naskah Paliwara dan Relevansinya terhadap
Dunia Pendidikan
Hesti Mulyani
51,-
U
-
Z6
Wacana pada Produk Dagadu Djokdja (Upaya Pemahaman
Metapesan)
65
Siti Mulyani
Corak Anekdot
Mukh Doyin
Indonesia.
ZZ - 94
Bentuk dan Kategori Satuan Pengisi Bentuk Dasar pada Inkorporasi
Leksikal Verba dalam Bahasa Indonesia
.....;..................... 95 - 102
*
Konflik Antar-Kramadangsa dalam Novel lalan Menikung karya
Umar Kayam dan Novel PasarKarya Kuntowijoyo ................ 108 -
123
Nurhadi dan Dian Swandayani
{'
Pembahasan Hasil Penelitian: Pergeseran Bahasa Daerah Akibat
Kontak Bahasa Melalui
Pembauran
llt
lZ4
-
l2Z
YmutuES, iloHOE I, IAIIIHRI flil6
TTT
ffHH ltfi.X5lt6
RA
JURNAT PENELITIAN BAHASA, SASTRA, DAN PHNGAJ
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN: PERGESERAN BAHASA DAERAH
AKIBAT KONTAK BAHASA MELALUI PEMBAURAN
B. Pembahasan
Perrelitian
telah menghafu
Sulis Triyono
FBS Universitas Negeri Yogyakarta
A. Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi selalu mengalami perkembangan.
Perkembangan bahasa dapat berupa perubahan atau pergeseran. pergeseran
bahasa dapat muncul sebagai akibat adanya faktor kedwibahasaan atau
kemultibahasaan yang berkembang di masyarakat. Di Indonesia pada umumnya,
untuk berkomunikasi sehari-hari masyarakat menggunakan lebih dari satu bahasa.
Istilah kedwibahasaan (bilingualism) biasanya digunakan untuk kemampuan dan
kebiasaan mempergunakan dua bahasa. Istilah kedwibahasaan sering juga disebut
kegandabahasaan (multilingualism). Sebenamya, istilah kedwibahasaan dipakai
untuk dua konsepsi yang berkaitan tetapi berbeda, yakni
bermatrfaat bagi
bahasa. Hasil
nambah wawasm
lain, khususnya
gesetrn bahasa
bahasa melalui
PermasaEn
kan dalam
per-n
empat hal, yaitu:
dan
(f)
pergeserar
transmigran Jawe d[
Timur; (2) falh
terhadap pexgsr
mempergunakan dua bahasa dan kebiasaan memakai dua bahasa dalam pergaulan
kalangan masyamUt
perbedaan perBesri:il
bilin gualisme (Nababan, 199 1 ).
wilayah perrrukim
dan heterogerg da
dominan berpengilft
kemampuan
hidup' Istilah yang pertama berarti bilingualitas, sedangkan yang kedua berarti
Beberapa ahli bahasa menyebut pola berdwibahasa ini dengan
bilingualisme (Erwin & osgood, 1965; Romaine,1994), sedangkan Ferguson (1959)
memakai istilah diglosia. Untuk membedakan kedua konsep antara bilingualime
dan diglosia, Fishman (7972) menggunakan istilah bilingualisme dan bilingualitas.
Dalam topik kedwibahasaan, sering digunakan istilah code-switching 'alih
dan
code-mixing 'campur kode'. Code-switching terjadi apabila keadaan
'tode'
berbahasa menunfut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang
-iiipakai. Selanjutnya , code-mixing terjadi apabila seseorang mencampur dua bahasa
atau ragam bahasa hanya oleh karena mudahnya dan bukan disebabkan oleh
tuntutan keadaan berbahasa (Nababan, 1991).
Pergeseran bahasa yang terjadi pada hampir semua bahasa menandakan
adanya dinamisasi bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi.
Robin (1992) menjelaskan, setiap bahasa akan mengalami pergeseran atau
perubahan yang berangsur-angsur, yar.g sering tidak tampak dalam suatu
generasi. Pergeseran itu dapat terjadi secara teratur dan tidak menuntut adanya
persyaratan-persyaratan
khusus.
{r.
Tulisah ini bertujuan untuk membahas hasil penelitian yang dilakukan
Achmad Tolla dengan judul Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui
Pembauran (Studi Knsus Masyarakat Transmigrasi Asal lawa di Desa Sukamaju, Luwu
Timur, Selowesi Selatan). Pembahasan difokuskan pada teori dan metode yang
digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.
geseran bahasa-
Data pcrelilirr
berdasarkan @
kalangan warga
di desa Sufranurtp
Sulawesi SelatarL
bahasaan di
migrasi yang berfu
lndonesia sebesar fm,|f,
lawa + bahasa
(33Y.). Ketiga baha
Indonesia
Keempat,
+ fu
bahasa
IindOnesia a rtiale&
Bugis(17,5Y4.
Dalam
menghasilkan €Epd
berdasarkan cara
ponden mempercleh
(li
76% secara sekurdcr
secara primer
didikan/sekolah),
Luwu dan
batrasa
diperoleh
dasarkan
124
Pembahasan
125
flah
Penelitian yang dilakukan Tolla
menghasilkan temuan yang
bermanfaat bagi perkemUarrgan il*i
bahasa. Hasil temuannya dapat me_
nambah wawasan bagi para peneliti
hiu khu_susnya peneliiian tentang per_
'Beseran bahasa daerah akibat kontak
Dahasa melalui pembauran.
Permasalahan yang dikemuka_
tan d3lam penelitian i"i meliputi
orpat hal, yaitu: (1) situasi kebahasaan
pergeseran bahasa ibu warga
nigran fawa di Sukamaju-Luwu
fuul e) faktor yang berpengaruh
pergeseran bahasa di
masyarakat transurigraru (e)
pergeseran bahasa antara
!h R"r*rt iman yang homogen
dan ( ) faktor yang
ry
1 berpengaruh terhad"p
per-
bahasa.
Data penelitian dikelompokan
pola kedwibahasaan di
ngan warga transmigrasi asal
Jawa
desa Sukamaju, Luwu
Timur,
Selatan. Pertama, pola
kedwi
an di kalangan warga
trans-
i yang berbahasa Jawa + bahasa
sebesar 100%. Kedua, bahasa
+ bahasa Indonesia + dialek Luwu
). Ketiga, bahasa Jawa + bahasa
+ bahasa Bugrs (18%).
bahasa Jawa + bahasa
+ dialek Luwu + bahasa
(17,5%).
Dalam penelitian im, peneliti
empat temuan. Pertama,
cara terjadinya, 24o/o resmemperoleh bahasa Indonesia
primer (lingkungan masyaraka t),
secara sekunder (melalui penur/sekolah), sedangkan dialek
dan bahasa Bugis, semuanya
secara primer. Kedua, bertingkatan/kemampuan, 86yo
Pembahasan Hasil Peneriti"n,
responden mengaku menguasai bahasa
Indonesia secara maksimal (aktif
produktif) dan L40/o secata minimal
lRasif respektif), sedangkan untuk
Bugis dan dialek Lu*, hanya
!18r" yang
5,5?
menguasainya r".iru
maksimal dan 42"/o secara minimal.
Ketig+ berdasarkan tingkatan perkem_
bangannya, 21% responden mengaku
memperoleh bahasa Indonesia pada
masa kanak-kanak (dini), 72oh pada
masa sekolah (kedwibahasaan tengah),
dan 65% pada masa dewasa. Sefanjui_
nya, untuk pemerolehan dialek Luwu
dan bahasa Bugis, yaitu g% mengaku
memperoleh dialek Luwu dan bahasa
Bugis pada masa kanak-kanak (dini),
13% pada masa sekolah, dan l4o/o pad,a
masa dewasa. Keempat, berdasarkan
pengaruhnya terhadap bahasa Jawa,
didek Luwu potensial belpengaruh
terhadap pergeseran bahasa Ja*u.
Narnun, bahasa Jawa yang dikuasai
oleh responden secara maksimal atau
aktif-produktif temyata tidak meng_
geser fungsi bahasa Jawa, tetapi bahasa
Jawa dijadikan sebagai komplemen
atau pelengkap dalam memperlancar
komunikasi mereka sesuai dengan
ranah yang tepat.
Berdasarkan landasan teori
yang digunakan, masih diperlukan
penjelasan yang Iebih rinci berkaitan
dengan aspek pergeseran bahasa
daerah. Pergeseran itu disebabkan oleh
adlYa penggunaan code-switching atau
co-d1-mixing. Code-witching sebagai
akibat kebiasaan menggunakar, bahisa
Jawa untuk percakapan sehari-hari di
kalangan-keluarga dan kerabat yang
berasal dari suku Jawa, beralih k;
bahasa Indonesia, bahasa Bugis, atau
dialek Luwu untuk percakapan sehari_
hari dengan kerabat suku Bugis atau
Luwu. Apabila hal ini te4adi, tidak
menutup kemungkinan penyebab per-
p".gu*rin
Buhulu Daerah Akibat Kont"k guhrr"
126
geseran bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan kelompok
umur, pendidikan, wilayah permukiman, jenis kelamin, tetapi juga dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan
etnis atau adat istiadat penutur bahasa
dari mana mereka berasal.
gai
Selanjutnya, code-mixing sebaakibat adanya interferensi, baik
interferensi perlakukan
(performance
interference), interferensi perkembangan
(dmelopmental interference) atau interferensi belajar (learning interference), dan
interferensi sistemik (systemic interference). Interferensi sistemik yang
dapat menyebabkan perubahan dalam
sistem bahasa bisa dimaknii sebagai
perkembangan. Mekanisme perkembangan ini berhubungan erat dengan
difusi budaya (cultural difusion).
Pergeseran bahasa
digunakan untuk menganalisis dua
hipotesis. Tidak ditampilkannya uii
persyaratan analisis, seperti uji normalitas sebaran, uji linieritas hubungan,
dan uji homogenitas variansi menyebabkan pemahaman pembaca agak
terganggu. Hal itu diperlukan karena
keberhasilan uii persyaratan analisis
menjadi faktor penentu apakah analisis
regresi dapat diteruskan atau tidak,
sehingga diharapkan hasil temuannya
akan lebih valid.
Pada umumnya, penelitian
bahasa memiliki karakteristik yang
berbeda dengan penelitian pendidikan.
Penelitian bahasa memiliki
per-
syaratan-persyaratan tertentu terutama
dalam hal teknik pengambilan
data,
analisis data, dan penyajian hasil-hasil
penelitian. Pada penelitian ini, belum
juga
disebabkan oleh adanya korespondensi
dan relasi bahasa-bahasa serumpun.
Pergeseran atau perubahan yang
muncul dapat terjadi secara teratur dan
takteratur. Pergeseran atau perubahan
teratur disebut perubahan primer, yaitu
perubahan yang terjadi secara bersama-
tampak ciri-ciri yang dituntut oleh
penelitian bahasa. Pertama, inti permasalahan penelitian ini adalah pergeseran bahasa daerah akibat kontak
bahasa melalui pembauran. Untuk
meneliti pergeseran bahasa sebaiknya
dijelaskan pada tataran apa terjadinya
sama pada bahasa-bahasa sekerabat.
Misalnya, hukum Van Der Tuuk yang
mengatakan bahwa fonem /r/ dalam
bahasa Melayu untuk kata /layar/
menjadi fonem /g/ dalam bahasa
Tagalog /layag/, dan menjadi fonem
/h/ dalam bahasa Bali /layah/.
Perubahan sekunder mengandung
pengertian perubahan yang terjadi
pengaruh bergesernya bahasa kurang
lengkap, karena dasar yang menjadi
tolok ukur untuk mencari pengaruh
pergeseran bahasa belum dijelaskan.
Kedua, analisis regresi biasanya digunakan untuk keperluan penelitian
pendidikan. Oleh karena itu, jika digunakan untuk'menganalisis penelitian
bahasa seperti "penelitian ini, diperlukan penjelasaii dan alasan yang tepat
agar diperoleh hasil yang maksimal.
Ketiga, dalam penyajian hasil penelitian, selain pemaparan secara informal
hanya bersifat sporadis dan tidak dapat
digeneralisasikan ke benluk lain akibat
ketidakteraturannya (Triyono, 1998).
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis multiple
rcgresion dan multiple comparison.
Analisis multiple regresion digunakan
untuk menganalisis delapan hipotesis,
sedangkan analisis multiple comparison
Litera, Volume 5, Nomor
1,
fanuari 2006
pergeseran tersebut. Penjelasan tentang
(narasi, deskripsi), diperlukan pula
pemaparan secara formal dengan
untuk menonjoltan ary*l
dalam berbagai btm I
tataran fonologi -rrHlf,i
sintaksis. Pada d,erqrq,
bahas4 seperti:
sdfiEi
linguistik, etrrolinguidt
linguistik, dan diatetr*rllGf i
muara pada aspet-ry*, I
yang menjadi fokus }4iaUn
Selain hal+al IEB I
di
atas, instrumerr Ftrt
digunakan untuk melia*
belum dijelaskan- Sutcil
kuisioner yang merryfu r
instrumen penelitim p*,
terutama mate*aff;
tud
terjelaskannya topik+rya l
yang mengalami pcrgEe
penelitian ini .lilrrdiAditanyakan dalam
kuesioner yang dicebarb 1
sifat umum, bukan &easpqil
bahasanya.
i,
C. Penutup
rLri hqF
pcrEli*
memberikan konffiusi E
kembangan bahasa tsilr+ h*
dialek Luwu di a'errt' r"*
desa Sukamaju trrru frry
Selatan. Bahasa .t.,r* il
salah satu aset kekaym hl
nesia perlu d,jap ketPtr'qt
Selain itrr, pa4
memperkuat teori Erht
Fi
bahasa ibu
-
Terlepas
lemahan yang ada,
yang seqa
n*
tetap ada, walaupr.rn Craarti
bahasa lain. Penguasaan B
dimungkinkan bagi
seserq
mana penguasaan balrasa
ih.
simbol-sombol transkripsi fonetik yang
berlaku secara universal (lnternational
Phonetic Alphabet). Hal itu dimaksudkan
Pembahasan tiasil
lti
127
untuk menoniolkan aspek kebahasaan
dalam berbagai tataran baik pada
tataran fonologi, morfologl, maupun
sintaksis. Pada dasarny+ penelitian
bahasa, seperti: sosiolinguistik, psikolinguistik, ebrolinguistik, antropo-
linguistik, dan dialektologi harus bermuara pada aspek-aspek kebahasaan
yang menjadi fokus kajiannya.
Selain hal-hal yang disebutkan
di atas, instrumen penelitian yang
digunakan untuk menjaring data juga
belum dijelaskan. Substansi isi dari
kuisioner yang merupakan salah satu
instrumen penelitian perlu dijelaskan
terutama
materi-materi
yanS
ditanyakan dalam kuesioner. Tidak
terjelaskannya topik-topik kebahasaan
yang mengalami pergeseran dalam
penelitian
ini dikuatirkan karena
kuesioner yang disebarkan masih bersifat umum, bukan ke aspek pergeseran
Daftar Pustaka
Erwrn, S.M. and C.E. Osgood. 1965.
"Second Language Leaming
and Bilingualism", dalam C.E.
Osgood & F.A Sebeok (Ed.)
Psycholinguistics. Blomington:
Indiana University Press.
C.A. 1959. "National
Sociolinguistic Profile
Fergusory
Formulas" dalam W. Bright
Sociolinguistics. IJAL.
(ed).
Bloomington.
Fishman, J. 1972. The Sociology of
Language. Newbury House.
Rowley, Mass.
Nababan, P.W.J. lggl. Sosiolinguistik.
Suatu Pengantar. ]akarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
bahasanya.
.
C. Penutup
Terlepas
dari
kelemahan-keini telah
memberikan kontribusi terhadap perkembangan bahasa Jawa, bahasa Bugis,
lemahan yang ada, penelitian
dialek Luwu di daerah pembauran di
desa Sukamaju, Luwu Timur, Selawesi
Selatan. Bahasa daerah merupakan
salah satu aset kekayaan budaya Indonesia perlu dijaga kelestariannya.
Selain itu, penelitian ini
memperkuat teori tentang penguasaan
bahasa ibu yang secara relatif akan
tetap ada, walaupun terdapat pengaruh
bahasa lain. Penguasaan bahasa kedua
dimungkinkan bagi seseorang sebagaimana penguasaan bahasa ibu.
1978.
"Linguistic
Interference in Multilingual
Sifuations" dalam Arthur Yap
(ed.), Ianguage Education in
multilingual Societies. RELC &
the University of Singapore.
Robin, R.H. 1992. General Linguistics: An
Introductory Suraey. Indiana
University Press. Bloomington.
Romaine, Suzanne. 1994. Ianguage in
Society. An "' Introduction to
Sociolinguisticb. New York:
Oxford Univirsity Press Inc.
Triyono, Sulis. 1998. Korespodensi Proto
Melayu Polinesia dengan Bahasa
]awa dan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: IIS Linguistik FIB
UGM.
Pembahasan Hasil Penelitian: Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa