JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI | Yusniati | JSTT 6924 23105 1 PB

1

JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN
PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI
Yusniati
yusniati67@yahoo.co.id
(Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
This research was aimed at identifying and describing kinds of sea grass on Laguna Tasilaha
Waterworks, and producing Biology instructional media in the form of a guided book used in
conducting instruction.This research was carried out on Laguna Tasilaha Waterworks, Banawa
Selatan Sub-district, Donggala Regency, Central Sulawesi Province. Using survey method with
tehniques crossing. Futhermore, the result of this research will be developed to learning
instrument. Seagrass taken by using plot that placed purposively. The research result has identified
that there were six kinds of the sea grass based on two family groups. The first group was
Hydrocharitaceae consisting of Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, and Halophia ovalis. The
second group, on the other hand, was Potamegetonaceae comprising Cymodocea rotundata, C.
serrulata, and Halodule uninervis. The development result produced the pocketbook. It was
validated by 88.40% content, design, and media expert, 81.03% educator assessment, 83.26% small
group assessment, and 91.74% large group assessment. Therefore, the average percentage was

86%. If it was converted into the eligibility criteri, it was eligible and can be used as Biology
instructional media.
Keywords: Laguna Tasilaha waterworks, sea grass, instructional media
Wilayah Indonesia sekitar 70% berupa
laut yang merupakan tempat beberapa
sumberdaya hayati seperti ikan, udang,
kepiting, kerang, cumi, mutiara, rumput laut
serta sumberdaya biota lainnya. Pemanfaatan
berbagai sumberdaya hayati laut masih
kurang optimal meskipun pembangunan masa
mendatang bertumpu pada wilayah laut.
Sulawesi Tengah adalah salah satu propinsi di
Indonesia yang terletak pada 2022’ LU dan
3048’ LS serta 119022’ BT dengan luas
wilayah 68.033 km2 dengan garis pantai 2.339
km. Kawasan pantai sebesar 60% dan
kawasan kepulauan sebesar 10% serta
memiliki potensi kekayaan alam laut yang
belum sepenuhnya dieksploitasi, bahkan
beberapa potensi belum diketahui. Salah satu

diantaranya adalah sumberdaya yang dapat
diperbaharui meliputi mangrove, lamun dan
biota laut lainnya (Santospalanti, 2008).
Nontji (2010) mengemukakan bahwa
luas padang lamun di Indonesia diperkirakan
sekitar 30.000 km2 yang dihuni oleh 13 jenis

lamun. Suatu padang lamun dapat terdiri dari
vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis
lamun saja ataupun vegetasi campuran yang
terdiri dari berbagai jenis lamun. Di setiap
padang lamun hidup berbagai biota lainnya
yang bersimbiosis dengan lamun, yang
keseluruhannya terkait dalam satu rangkaian
ekosistem. Lamun juga penting bagi
perikanan, karena banyak jenis ikan yang
mempunyai nilai ekonomi penting yang hidup
di lingkungan lamun.
Zulkifli
dan

Efriyeldi
(2003)
mengemukakan bahwa ekosistem lamun
(seagrass) merupakan salah satu ekosistem
laut dangkal yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan berbagai biota laut
serta merupakan salah satu ekosistem bahari
yang paling produktif. Lamun adalah
tumbuhan berbunga (angiospermae) yang
hidup dan tumbuh di laut dangkal,
mempunyai akar, rimpang (rhizome), daun,
bunga dan buah serta berkembang biak secara
generatif (penyerbukan bunga) dan vegetatif

13

14 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 13-22

ISSN: 2089-8630


2
(pertumbuhan tunas).
Kusumawati (2009) menjelaskan bahwa
tumbuhan lamun merupakan satu-satunya
tumbuhan berbunga dan berpembuluh
(vascular plant) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam
air laut. Beberapa jenis lamun bahkan
ditemukan tumbuh sampai 8–15 meter dan 40
meter. Tumbuhan lamun jelas memiliki akar,
batang, daun, buah dan biji. Syari (2005)
mengemukakan bahwa habitat tempat hidup
lamun adalah perairan dangkal berpasir dan
sering juga dijumpai di terumbu karang.
Kurangnya pengetahuan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah pesisir dan
laut menjadi salah pemicu kerusakan padang
lamun dapat terjadi baik sengaja maupun
tidak disengaja termasuk di sekitar perairan
Laguna Tasilaha. Hal ini disebabkan karena

selama ini masyarakat menganggap bahwa
areal pesisir mutlak merupakan milik umum
yang dapat mengakomodasi segala bentuk
kepentingan masyarakat termasuk kegiatan
yang berbahaya sekalipun. Ini suatu
kelemahan cara berpikir dan pengetahuan
yang dapat mengancam keberlangsungan
sumber daya pesisir dan laut, termasuk di
dalamnya adalah ekosistem padang lamun.
Pemanfaatan lamun secara langsung
belum banyak diketahui masyarakat sehingga
lamun terkadang terabaikan. Ekosistem lamun
adalah tidak berdiri sendiri, tetapi terkait
dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat
dipengaruhi oleh aktifitas darat. Namun,
akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin
menyusut oleh adanya kerusakan yang
disebabkan aktivitas manusia. Penelitian yang
membahas tentang jenis lamun untuk daerah
perairan Laguna Tasilaha masih sangat

terbatas. Oleh karena itu, penting dan perlu
diadakan penelitian ini demi pengembangan
dalam bidang pendidikan, termasuk untuk
kepentingan umum dan pelestarian lamun itu
sendiri.
Informasi tentang lamun masih sangat
terbatas, baik di kalangan pendidik maupun
peserta didik, termasuk jenis lamun di

Perairan Laguna Tasilaha. Peserta didik
mengenal lamun hanya sebatas pada rumput
laut yang dibudidayakan oleh petani dan
nelayan. Dengan demikian, perlu adanya
pengenalan lamun tersebut kepada peserta
didik yang diawali dengan mengenal tempat
hidupnya melalui media, baik itu media cetak
maupun media elektronik, seperti halnya
membuat buku saku tentang lamun pada suatu
kawasan. Oleh karena itu, penulis membuat
suatu media dalam bentuk buku saku yang

akan memaparkan tentang jenis lamun yang
terdapat di Perairan Laguna Tasilaha. Dengan
adanya media tersebut, peserta didik maupun
pendidik dapat memperoleh informasi yang
lebih jelas tentang lamun yang ada di daerah
perairan Laguna Tasilaha. Media yang akan
dikembangkan adalah media cetak dalam
bentuk buku saku.
Anonim (2011b) dalam Ismaningtias
(2012) menuliskan bahwa buku saku adalah
bahan tertulis yang menyajikan suatu paparan
atau gambaran yang lebih spesifik dari suatu
ilmu pengetahuan yang dihasilkan baik dari
buah pikiran maupun dari hasil penelitian,
dimana lebih memudahkan bagi para pembaca
dan dapat dibaca kapanpun dan dimanapun.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dan
kondisi lamun di perairan Laguna Tasilaha
Kecamatan Banawa Selatan, maka perlu
dilakukan inventarisasi jenis-jenis lamun yang

dapat
dikembangkan
sebagai
media
pembelajaran biologi dalam bentuk buku
saku. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi
sumber belajar biologi yang baik, sekaligus
sebagai alternatif dalam upaya konservasi
lingkungan
lamun
melalui
kegiatan
pendidikan formal.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
survey dengan teknik jelajah dalam jalur
transek yang disebar secara purposive. Hasil
penelitian tersebut akan dilanjutkan dengan
metode pengembangan (research and
development).

Penelitian
ini
telah

Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai ………………………… 15

dilaksanakan dari bulan Oktober - Desember
Tehnik
pengumpulan
data
2012 di Perairan Laguna Tasilaha Desa
pengembangan media dengan menggunakan
Tolongano Kecamatan Banawa Selatan
instrument penelitian berupa angket dan
Kabupaten Donggala.
lembar penilaian perangkat sedangkan tehnik
Populasi dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data lamun dilakukan dengan
semua jenis lamun yang hidup secara alami,
tehnik jelajah. Teknik analisis data yang

sampel penelitian adalah jenis lamun yang
dilakukan adalah dengan menggunakan teknik
ditemukan dalam jalur yang disebar secara
analisis
deskriptif
kualitatif
yaitu
purposive dan tegak lurus dengan bibir pantai
memaparkan hasil pengembangan produk
Laguna. Alat dan bahan yang digunakan
media pembelajaran yang berupa buku saku,
dalam penelitian yaitu kantong spesimen,
menguji tingkat validasi dan kelayakan
pisau atau parang, kuas, kerats label, pensil,
produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
kamera, salinometer, termometer, pH meter
pada gambar desain dan subjek uji coba
dan larutan formalin, asam asetat dan alkohol
pengembangan:
(FAA).

Desain dan Subjek Uji Coba Pengembangan:
Langkah Pengembangan
Instrumen Penelitian
Responden Uji Coba
Draft 1
Analisis dan Revisi 1

1. Angket ahli isi
2. Angket ahli media

Draft 2
Analisis dan Revisi 2

Angket ahli desain

Ahli desain

Draft 3
Analisis dan Revisi 3

Angket uji coba
kelompok kecil

21 orang peserta
didik

a) 4
Draft
Analisis dan Revisi 4

Angket uji lapangan

9 orang pendidik dan
27 orang peserta
didik

Produk akhir

1. Ahli isi
2. Ahli media

Buku saku

Gambar 1. Desain dan Subjek Uji Coba Pengembangan
Persentase kelayakan dapat diperoleh
jumlah yang diharapkan (Arikunto, 1996),
dengan cara menjumlahkan seluruh data yang
atau dapat dituliskan dengan persamaan
diperoleh kemudian dibandingkan dengan
berikut:
Persentase kelayakan (%) = Skor yang diobservasi x 100%
Skor yang diharapkan

Setelah
data
terdistribusi
dan
penyajiannya dalam bentuk persentase, maka
akan dilanjutkan dengan pendeskripsian dan
pengambilan kesimpulan tentang masingmasing indikator. Kesesuaian aspek dalam

pengembangan bahan ajar dan media
pembelajaran dapat menggunakan skala
persentase
kelayakan
sebagaimana
dikemukakan oleh Arikunto (1996) seperti
pada tabel skala persentase kelayakan:

16 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 13-22

Tabel 1. Skala Persentase Kelayakan
Persentase
Interpretasi
Pencapaian (%)
76 – 100
Layak
56 – 75
Cukup layak
40 – 55
Kurang layak
0 – 39
Tidak layak
Sumber: Arikunto (1996)

ISSN: 2089-8630

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Identifikasi Lamun
Indentifikasi lamun di Perairan Laguna
Tasilaha
dilakukan
di
laboratorium
Pendidikan PMIPA FKIP Universitas
Tadulako, kemudian dilakukan validasi dan
verifikasi di Genetic Laboratory Research
Centre for Oceanography Indonesian Institute
of Sciences Keltibang Kebijakan Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Jakarta Timur. Hasil
indentifikasi lamun tersebut dijadikan dasar
penyusunan buku saku sesuai dengan
prosedur pengembangan 4-D Thiagarajan.

Tabel 2. Hasil Identifikasi Enam Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha.
Kelas/Sub
Kelas

Divisi
Magnoliophyta

Angiospermae/
Liliopsida

Bangsa
Helobiae

Suku

Marga

Hydrocharitaceae

Potamogetonaceae

Jenis

Enhalus

E. acoroides (L.f.) Royle.

Thalassia

T.hemprichii (Ehrenb. ex Solms.)
Aschers.

Halophila

H. ovalis (R.Br.) Hook.f.

Cymodocea

C. rotundata (Aschers) et
Schweinf.
C. serrulata (Aschers) et Schweinf.

Halodule

Hasil Pengembangan Media
Hasil
penelitian
pengembangan
terhadap buku saku dengan menggunakan
model 4-D Thiagarajan menghasilkan data
berupa hasil penilaian dari beberapa ahli yaitu
ahli isi, ahli desain dan ahli media. Adapun
saran dan komentar dari validator yaitu

H. uninervis (Forssk.) Boiss.

sebaiknya
ada
pendahuluan
yang
menerangkan tentang deskripsi umum dan
penyebaran lamun, gambar kurang jelas, area
gambar terlalu lebar, ukuran gambarnya
disesuaikan. Rerata dan persentase hasil
penilaian tersebut dapat dilihat pada Diagram
1:

Diagram 1. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Validator
4,6

4,53

4,48

4,4

4,25

4,2

95
90
85
80

85
Ahli Isi

4
Ahli Isi

Ahli Desain

Ahli Media

Rerata Hasil Penilaian Validator

90,6

89,61

Ahli
Desain

Ahli Media

Rerata Persentase Penilaian
Validator

Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai ………………………… 17

Berdasarkan hasil penilaian oleh para
ahli diperoleh persentase rerata sebesar 88%.
Hasil tersebut jika dikonversi ke dalam skala
persentase kelayakan termasuk dalam kategori
layak dan dapat dipergunakan lebih lanjut
sebagai media pembelajaran biologi.

Hasil penilaian buku saku oleh pendidik
sebagai bahan ajar, menggunakan angket
penilaian tertentu. Penilaian buku saku
diambil dari 9 orang pendidik yang terdiri dari
guru dan dosen. Rerata dan persentase hasil
penilaian tersebut dapat dilihat pada Diagram
2:
Diagram 2. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Pendidik

6
4
2
0

4,36

3,33

4,46

100

87,18

66,67

89,23

50
0
Guru SMP

Guru SMA

Guru SMP

Dosen

Dosen

Rerata Persentase Penilaian
Pendidik

Rerata Hasil Penilaian Pendidik

Berdasarkan hasil penilaian oleh para
pendidik diperoleh persentase rerata sebesar
81,03% yang jika dikonversi dalam kategori
kelayakan termasuk kategori layak dan dapat
dipergunakan sebagai media pembelajaran
biologi. Meskipun buku saku tersebut sudah
tergolong layak namun masih perlu adanya
perbaikan berdasarkan komentar dan saran
yang dapat digunakan untuk merevisi buku
saku adalah pada intinya tidak ada saran yang
begitu prinsip karena hanya menyarankan
pada sampul buku saku tersebut agar

Guru SMA

dicantumkan nomor stambuk dari mahasiswa
sebagai penulis, dan sebaiknya di setiap
gambar dalam buku saku agar dilengkapi
dengan manfaat masing-masing spesimen.
Hasil penilaian buku saku oleh peserta
didik dalam uji kelompok kecil sebagai bahan
ajar, menggunakan angket penilaian tertentu.
Penilaian buku saku diambil dari 15 orang
peserta didik dengan jejang pendidikan
berbeda. Rerata dan persentase hasil penilaian
tersebut dapat dilihat pada Diagram 3:

Diagram 3. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Peserta Didik dalam Uji Kelompok Kecil
5

4,47

4,24
3,78

4

3

100
90
80
70
60

84,89

Siswa SMP
Siswa SMP

Siswa SMA

Mahasiswa

Rerata Penilaian Peserta Didik dalam
Uji Kelompok Kecil

Hasil penilaian peserta didik dalam uji
kelompok kecil diperoleh hasil presentase
rata-rata sebesar 83,26% dan jika hasil
tersebut dikonversikan dalam skala persentase
kelayakan termasuk kategori layak dan dapat

89,33
75,56

Siswa
SMA

Mahasiswa

Rerata Persentase Peserta Didik
dalam Uji Kelompok Kecil

dipergunakan sebagai media pembelajaran.
Namun, masih ada saran dan komentar untuk
merevisi buku tersebut yaitu deskripsi gambar
ditambah agar pemahaman bisa lebih spesifik,
metode penulisan kurang menarik, sebaiknya

18 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 13-22

dicetak secara timbal balik, dan pengambilan
gambar harus lebih banyak dan jelas.
Hasil penilaian buku saku oleh peserta
didik dalam uji kelompok besar sebagai bahan
ajar, menggunakan angket penilaian tertentu.

ISSN: 2089-8630

Penilaian buku saku diambil dari 21 orang
peserta didik dengan jejang pendidikan
berbeda. Rerata dan persentase hasil penilaian
tersebut dapat dilihat pada Diagram 4:

Diagram 4. Rerata dan Persentase Hasil Penilaian Peserta Didik dalam Uji Kelompok Besar
4,87

5
4,49
4,5

95
4,4

97,46

100
89,84

90

87,94

85
4

80
Siswa SMP

Siswa SMA

Mahasiswa

Rerata Penilaian Peserta Didik
dalam Uji Kelompok Besar

Hasil penilaian peserta didik dalam uji
kelompok besar diperoleh hasil persentase
rata-rata 91,74% dan jika hasil tersebut
dikonversikan dalam skala persentase
kelayakan termasuk kategori layak. Pada uji
lapangan ini masih terdapat saran dan
komentar berupa perbaikan penampilan
gambar specimen.
Pembahasan
Hasil penelitian lamun di Perairan
Laguna Tasilaha, ditemukan enam jenis yang
terdiri dari dua suku yaitu Hydrocharitaceae
tiga
jenis
dan
Chymodoceae/
Potamogetonaceae tiga jenis. Hasil tersebut
berasal dari 10 transek dengan panjang 50
meter tegak lurus garis pantai yang disebar
secara purposive. Habitat lamun yang terdapat
di Perairan Laguna Tasilaha berasal dari pasir,
lumpur pasiran, lumpur, pasir lumpuran,
puing karang dan batu karang. Lamun tumbuh
di daerah pasang surut (intertidal) dan daerah
dangkal (subtidal), agak mudah ditemukan
pada waktu air surut.
Lamun yang di temukan, secara
keseluruhan di areal penelitian sebanyak
enam jenis lamun. Penelitian yang sama tetapi
hasilnya berbeda yang dilakukan di Pantai
Sanur Bali menemukan tujuh jenis lamun

Siswa SMP

Siswa SMA

Mahasiswa

Rerata Persentase Peserta Didik
dalam Uji Kelompok Besar

(Arthana, 2004) dan di sepanjang pesisir
Kabupaten Donggala menemukan 10 jenis
lamun (Tahril, 2009). Sekitar 60 jenis lamun
yang di kenal di dunia. Nontji (2005)
menyatakan bahwa terdapat 20 jenis lamun
yang ditemukan di Asia Tenggara dan di
Indonesia mempunyai sekitar 12 jenis.
Berdasarkan 12 jenis lamun yang terdapat di
Indonesia, menurut hasil penelitian di
Perairan Laguna Tasilaha, hanya terdapat 6
jenis yang telah teridentifikasi dengan baik,
atau hanya 50% dari jumlah tersebut. Hal
tersebut, sesuai dengan hasil penelitian
Kusumawati (2009) yang menemukan enam
jenis lamun di Kepulauan seribu yang telah
teridentifikasi dan yang berbeda hanyalah
pada jenis Syringodium sp. yang tidak
ditemukan pada Perairan Laguna Tasilaha dan
di Kepulauan seribu tidak menemukan adanya
Cymodocea serrulata.
Hasil penelitian di berbagai daerah
lainnya jika dibandingkan dengan daerah
penelitian di Perairan Laguna Tasilaha
merupakan daerah yang masih alami dan tidak
terjamah oleh aktifitas manusia sehingga
tingkat keanekaragaman ekosistem lamunnya
masih sangat terjaga dengan baik. Beberapa
hasil penelitian sebelumnya di wilayah pesisir
Kecamatan Banawa, Banawa Tengah dan
Banawa Selatan (Tahril, 2009) ditemukan

Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai ………………………… 19

sembilan jenis lamun Thalassodendron
ciliatum, Cymodocea serrulata, C. rotundata,
Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,
Syringodium isoetifolium, Halophila minor,
H. decipiens dan H. ovalis. Penelitian ini
sendiri khusus daerah Laguna Tasilaha
Kabupaten
Banawa
Selatan
hanya
menemukan enam jenis yaitu Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila
ovalis, Cymodocea serrulata, C. rotundata, ,
dan Halodule uninervis. Jika melihat luasan
area penelitian ini dapat dikatakan tingkat
keanekaragaman jenis lamun cukup tinggi
dibandingkan peneliti sebelumnya yang area
penelitiannya jauh lebih luas.
Jumlah jenis lamun pada suatu daerah
dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor begitupun di perairan Laguna Tasilaha.
Jumlah jenis lamun yang ditemukan di
perairan Laguna Tasilaha lebih sedikit
dibandingkan dengan di pantai Sanur Bali
yang menemukan tujuh jenis lamun. Hal ini
disebabkan oleh kondisi perairan dan substrat
di perairan Laguna Tasilaha yang mungkin
berbeda.
Perbedaanpun
terjadi
antara
penelitian yang dilakukan oleh Tahril (2009)
yang menemukan sembilan jenis lamun
dengan area penelitian yang lebih luas artinya
lebih banyak di bandingkan dengan Perairan
Laguna Tasilaha yang hanya menemukan
enam jenis padahal pada Perairan Laguna
Tasilaha memiliki tipe substrat yang
bervariasi seperti; substrat berpasir, pasir
berlumpur, lumpur, lumpur berpasir serta
pecahan-pecahan karang yang telah mati.
Akan tetapi, selain kondisi habitat atau
substrat pada suatu daerah, kondisi fisik
dalam hal ini intensitas cahaya matahari yang
masuk ke perairan juga sangat mempengaruhi
jumlah pertumbuhan keanekaragaman.
Berdasarkan jumlah yang mendominasi
lamun di Perairan Laguna Tasilaha adalah
jenis Enhalus acoroides, ini terlihat saat
penelitian berlangsung seringkali ditemukan
jenis tersebut disebabkan substrat yang
mendominasi Perairan Laguna Tasilaha
tersebut adalah jenis substrat berpasir dan

lumpur berpasir. Kondisi tersebut sangat
cocok untuk jenis Enhalus acoroides.
Pengembangan produk buku saku
dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu
tahap penilaian atau validasi dari para ahli
untuk
kemudian
dilakukan
revisi
menghasilkan draft 2, selanjutnya diuji
cobakan dalam kelompok kecil dan pendidik
materi biologi. Hasil uji coba terbatas
menghasilkan masukan untuk perbaikan lebih
lanjut, sehingga diperoleh draft 3 yang
kemudian diuji cobakan pada kelompok
besar. Hasil uji kelompok besar, masih
terdapat saran dan komentar secara umum
tentang penampilan gambar akan di revisi dan
menghasilkan produk akhir.
Tahapan-tahapan pengembangan media
pembelajaran biologi menghasilkan produk
akhir berupa buku saku. Adapun proses yang
dilakukan dalam menghasilkan produk
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Penilaian Validator
Buku saku dinilai atau divalidasi oleh
tiga orang ahli, yaitu: ahli isi, ahli desain, dan
ahli media. Para ahli melakukan penilaian
sesuai dengan bidangnya, menggunakan
instrument penilaian yang telah disiapkan.
Hasil penilaian yang dilakukan oleh
para ahli terhadap buku saku diperoleh nilai
persentase rata-rata dari ahli isi sebesar 89%
yang dikonversikan dalam kriteria kelayakan
masuk kategori layak. Persentase rata-rata
dari ahli desain sebesar 85%, jika
dikonversikan dalam kriteria kelayakan
masuk dalam kategori layak, dan persentase
rata-rata dari ahli media sebesar 90% jika
dikonversikan masuk dalam kategori layak.
Total presentase rata-rata dari ketiga ahli
diperoleh hasil penilaian sebesar 88%. Hasil
tersebut jika dikonversi ke dalam skala
persentase kelayakan termasuk dalam kategori
layak untuk dipergunakan lebih lanjut sebagai
media pembelajaran biologi. Hal ini sesuai
dengan
penelitian
yang
dilakukan
Ismaningtias (2012) bahwa hasil penilaian
beberapa
ahli
terhadap
buku
saku

20 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 13-22

memperoleh persentase rata-rata sebesar
91,32% yang lebih tinggi dibandingkan hasil
penelitian ini dan jika dikonversikan dalam
skala persentase kelayakan termasuk kategori
layak. Berdasarkan interpretasi layak maka
buku saku tersebut layak untuk diuji cobakan
lebih lanjut.
Analisis terhadap hasil penilaian para
ahli yang memperoleh kategori layak,
menunjukkan bahwa buku saku ini layak dan
dapat
dipergunakan
sebagai
media
pembelajaran biologi di sekolah manapun
yang membutuhkan demikian pula dengan
perguruan tinggi khususnya pada program
studi pendidikan biologi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Darwis (2007) bahwa nilai
rata-rata validasi keseluruhan aspek perangkat
pembelajaran yang dikembangkan minimal
berada dalam kategori valid yaitu >76% dan
nilai validasi untuk setiap aspek minimal
berada dalam kategori cukup valid yaitu 56%75%, sehingga apabila hasil penilaian tidak
mencapai
kategori
dimaksud,
maka
diperlukan revisi berdasarkan saran dari para
ahli atau validator.
Berdasarkan hal tersebut maka sebelum
buku saku ini digunakan, untuk tujuan
penyempurnaan dilakukan revisi terhadap
beberapa hal sesuai dengan komentar maupun
saran para ahli yang tertera pada angket
penilaian, sehingga dapat menarik minat
siswa untuk membaca buku saku tersebut.
Penilaian Pendidik
Penilaian terhadap buku saku dilakukan
oleh enam guru dan tiga dosen. Perangkat
yang di ujicobakan diberikan kepada para
pendidik untuk kemudian diberikan penilaian
sesuai dengan format penilaian yang telah
disiapkan.
Hasil penilaian oleh para pendidik
memiliki persentase rata-rata sebesar 81,03%.
Hasil tersebut searah dengan hasil penelitian
yang dilakukan Ismaningtias (2012) yang
memperoleh persentase penilaian pendidik
sebesar 82%. Jika dikonversi dalam kriteria
kelayakan, termasuk kategori layak. Adanya

ISSN: 2089-8630

perbedaan jumlah perolehan nilai mungkin
dipengaruhi oleh responden dan penempatan
format penilaian. Dengan demikian, hasil
penilaian para pendidik terhadap buku saku
tersebut dapat dikatakan layak dan dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran bagi
peserta didik, khususnya pada pembelajaran
biologi. Berdasarkan komentar dan saran
pendidik agar gambar dalam buku saku ini
dapat dicantumkan manfaat masing-masing
spesimen. Namun, secara garis besar
sebenarnya sudah dituliskan pada bagian
pendahuluan dalam buku saku tentang
manfaat lamun secara ekologis maupun
ekonomis. Jadi, untuk membahas manfaat
masing-masing sepertinya susah karena
belum ada acuan yang memaparkan
sebelumnya tentang manfaat masing-masing
jenis lamun, dan tidak terdata dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian lanjut tentang hal
tersebut.
Penilaian Uji Kelompok Kecil
Ujicoba buku saku pada kelompok
kecil, dilaksanakan di dalam kelas yang
dilakukan oleh 15 peserta didik. Buku saku
yang diujicobakan kepada para peserta didik
untuk kemudian diberi penilaian sesuai
dengan format penilaian yang telah disiapkan.
Hasil penilaian para peserta didik dalam
uji kelompok kecil dengan rerata persentase
sebesar 83,26%, jika dikonversikan ke dalam
kriteria kelayakan termasuk kategori layak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaningtias
(2012) bahwa penilaian uji kelompok kecil
dalam penelitiannya memperoleh persentase
sebesar 82% termasuk kategori layak,
sehingga buku tersebut layak digunakan.
Akan tetapi, berdasarkan hasil penilaian
kelompok kecil para peserta didik, maka buku
saku ini dapat dipergunakan sebagai media
pembelajaran biologi. Meskipun masih
terdapat saran mengenai deskripsi gambar
ditambah agar pemahaman bisa lebih spesifik,
metode penulisan kurang menarik, sebaiknya
dicetak secara timbal balik, dan pengambilan

Yusniati, Jenis-Jenis Lamun di Perairan Laguna Tasilaha dan Pengembangannya sebagai ………………………… 21

gambar harus lebih banyak dan jelas. Hal
tersebut dijadikan bahan revisi untuk
mengahasilkan draft baru sebelum digunakan
dalam uji lapangan.
Penilaian Uji Lapangan
Buku saku yang telah direvisi
berdasarkan penilaian para ahli, penilaian
pendidik dan peserta didik dalam uji
kelompok kecil menghasilkan produk akhir
yang digunakan pada uji lapangan atau uji
kelompok besar. Tahapan ini dilakukan
ujicoba dengan melibatkan peserta didik
dalam
jumlah
yang
lebih
banyak
dibandingkan dengan uji kelompok kecil
untuk menggunakan buku saku.
Ujicoba ini dilakukan pada peserta didik
yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu pada
siswa SMP, SMA dan mahasiswa yang
dilaksanakan di dalam kelas. Ujicoba ini
dilakukan oleh 21 orang peserta didik.
Seluruh peserta didik mendapatkan buku saku
dan diberikan format penilaian yang telah
disediakan untuk diisi.
Hasil penilaian para peserta didik dalam
uji lapangan diperoleh persentase rata-rata
91,74%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ismaningtias (2012) bahwa penilaian uji
kelompok
besar
dalam
penelitiannya
memperoleh persentase sebesar 93%, jika
dikonversikan dalam kriteria kelayakan
masuk dalam kategori layak yang berarti buku
saku tersebut dapat dipergunakan sebagai
media pembelajaran biologi.
Berdasarkan analisis terhadap hasil
penilaian peserta didik, sesuai dengan format
penilaian yang telah disiapkan terlihat jelas,
bahwa umumnya peserta didik memberikan
tanggapan atau penilaian yang baik terhadap
seluruh pertanyaan yang diajukan dalam
format penilaian tersebut. Persentase hasil
penilaian rata-rata dari para peserta didik
dalam uji lapangan atau uji kelompok besar
adalah 91,74%, terjadi peningkatan penilaian
dibandingkan penilaian yang diberikan dalam
uji kelompok kecil karena telah dilakukan
beberapa kali revisi dengan baik. Jika

dikonversikan dalam kriteria kelayakan
masuk kategori layak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa buku saku ini layak untuk
dipergunakan lebih luas dan dapat
dipublikasikan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Lamun yang terindentifikasi di Perairan
Laguna Tasilaha ada 6 jenis dan masuk
kedalam suku Hydrocharitaceae dan
Chymodocea/Potamogetonaceae. Suku
Hydrocharitaceae terdapat 3 jenis lamun
yang teridentifikasi yaitu: Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, dan
Halophila
ovalis.
Pada
suku
Chymodocea/Potamogetonaceae terdapat
3 jenis lamun yang teridentifikasi yaitu
Cymodocea rotundata, C. serrulata, dan
Halodule uninervis.
2) Hasil penelitian dan identifikasi lamun di
Perairan
Laguna
Tasilaha
layak
digunakan sebagai media pembelajaran
biologi berupa buku saku, dengan
persentase rata-rata hasil penilaian
pengembangan untuk semua aspek dan
sumber penilaian sebesar 86% dan telah
sesuai dengan nilai konversi kriteria
kelayakan buku saku. Buku saku yang
dihasilkan layak dan dapat digunakan
sebagai media pembelajaran biologi.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
terdapat beberapa saran yang dapat
dikemukakan peneliti, antara lain:
1) Buku saku ini hendaknya digunakan
dalam
pembelajaran
di
sekolah,
khususnya pada pembelajaran tentang
jenis tumbuhan perairan.

22 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 1, Januari 2015 hlm 13-22

2) Untuk mendapat spesimen lamun yang
lebih banyak dan berkualitas baik, perlu
mengetahui waktu terjadinya pasang
surut di lokasi penelitian.
3) Peluang untuk memperoleh lamun yang
lebih banyak masih terbuka, sehingga
perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang identifikasi dan inventarisasi
lamun dengan penambahan luas areal
penelitian.
4) Guna memperoleh hasil pengembangan
yang lebih baik, perlu di lakukan uji coba
pada peserta didik dengan jumlah yang
lebih banyak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga dapat menyelesaikan tukisan ini.
Tulisan ini tidak lepas dari bantuan
pembimbing, maka, penulis menghaturkan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk mengarahkan
peneliti.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arthana, I. W. 2004. Jenis dan Kerapatan
Padang Lamun di Pantai Sanur Bali.
Jurnal Lingkungan Hidup, Bumi Asih.
Vol.4
No.2.
Fakultas
Pertanian.
Universitas Udayana.
Darwis.
2007.
Model
Pembelajaran
Matematika
Yang
Melibatkan
Kecerdasan
Emosional.
Disertasi.
Surabaya:
Program
Pascasarjana
Program Studi Pendidikan Matematika.
Universitas Negeri Surabaya.

ISSN: 2089-8630

Ismaningtias, E. 2012. Identifikasi Makroalga
di Perairan Pantai Tanjung Karang
Kabupaten
Donggala
Dan
Pengembangannya Sebagai Media
Pembelajaran. Tesis. Palu: Program
Studi Pendidikan Sains PPs Untad.
Palu.
Kusumawati, R. 2009. Jenis dan Kandungan
Kimia
Lamun
dan
Potensi
Pemanfaatannya
di
Indonesia.
http://www.scribd.com/doc/76227718/J
enis-Dan-Kandungan-Kimiawi-LamunDan-Potensi-Pemanfaatannya.
[10/05/2012]
Muliayanti, N. M. 2009. Padang Lamun.
http://muliayanti.wordpress.com/2009/1
0/29/padang-lamun/. [10/07/2012]
Nontji,
A.
2010.
Pengelolaan
dan
Rehabilitasi
Lamun.
Program
Trismades. xa.yimg.com.
Santospalanti. 2008. Peta Sulawesi.
http://santospalanti.wordpress.com/2008
/08/08/peta-sulawesi/. [10/07/2012]
Syari, I. A. 2005. Asosiasi Gastropoda di
Ekosistem Padang Lamun Perairan
Pulau Lepar Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Bogor: Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB
Bogor.
Tahril. 2009. Potensi dan Status Padang
Lamun (Seagrass) sebagai Sumber
Nutrisi Perairan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Donggala. Palu: P.MIPA
FKIP Universitas Tadulako.
Zulkifli dan Efriyeldi. 2003. Kandungan Zat
Hara dalam Air Poros dan Air
Permukaan Padang Lamun Bintan
Timur Riau. Jurnal Natur Indonesia.
Vol.5 No.2: 139-144. ISSN: 1410-9379.