BEBERAPA CONTOH SISTEM INFORMASI GEOGRAFI MANUAL
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 16:48:03 2017 / +0000 GMT
BEBERAPA CONTOH SISTEM INFORMASI GEOGRAFI MANUAL
Salah satu prosedur kerja umum yang dilakukan dalam SIG manual adalah penumpangan tindih beberapa peta untuk mencari suatu
wilayah tertentu. Dalam pekerjaan perencanaan keruangan dimana data-data disajikan dalam bentuk peta, pendekatan ini sangat
biasa dilakukan . Dalam penumpangan tindih berbagi peta, cara yang paling mudah melakukannya adalah dengan cara menumpang
tindih berpasangan per dua peta, atau paling bnyak tiga peta sekaligus. Makin rumit rumit petA- peta tersebut makin sulit
pelaksanaannya, sehingga harus dilakukan perdua peta, kalau perlu secara berulang . Untuk menyelesaikan operasi ini akan
membutuhkan waktu dan ketelitian, terutama kalau datanya kompleks sehingga opreasi menjadi rumit.Tumpang tindih bukan hanya
gabungan garis yang terdapat dua atau tiga dimensi peta tersebut menjadi gabungan, karena hal ini hanya bagian kegiatan fisinya,
akan tetapi yang lebih penting menggali makna yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut. Sebagai upaya lanjutan diperlukan analisa
dan interprentasi terhadap hasil yang di peroleh . pada bagian inilah intervensi pengetahuan pelaksanaan diperlukan, sehingga
menggabungkan terlalu banyak lapisan peta, bukan hanya pekerjaan fisinya menjadi rumit, akan tetapi analisa dan interprentasinya
akan menjadi sulit dan rumit. Bagian yang paling awalnya saja, yaitu mengamati kewajaran hasil tampilan garis yang baru terbentuk,
bila peta yang ditumpang tindihkan banyak dan rumit akan cukup merepotkan. Apa lagi mencari makna dari hasil pekerjaan
tersebut.Dalam prakteknya, penggabungan peta ingin dilakukan sekaligus bagi semua peta digunakan, karena dianggap akan
menghemat waktu. Misalanya interprenmtasi hasilnya lebih sulit dan intervensi pengetahuan pakar juga terbatas. Masalah secara
fisik pada sistem komputer akan lebih mudah, akan tetapi dari sudut interpretasi kesulitannya sama saja. Gambar 1-2
menggambarkan kedua hal tersebut, yaitu konsep penggabungan peta secara bertahap (per dua peta ) dan sakilgus.Untuk
memberikana gambaran bagaimana urutan kerja yang berlaku dalam suatu SIG manual, akan diuraikan dua contoh berikut ini, yaitu
bagai perencanaan penggunaan lahan, yaitu perencanaan penetuan wilayah pengembangan komoditas tertentu dalam proses
evaluasi kesesuaian lahan dan penentuan lokasi padang golf. Penetuaan wilayah penggunan lahan pengembangan komoditas
tertentu, misalnya karet, kopoi, kelapa sawit, pada prinsipnya dapat dilakukan melalui evaluasi lahan. Utuyk menilai kesesuaian
lahan untuk suatu komoditas pada dasranya dilakukan denganmembandingkan antara kualitas lahan dengan persyaratan tumbuhan
komoditas yang bersangkutan (crop requirement). Data sumberdaya lahan yang dibutuhkan adalah (1) data iklim (curah hujan, regim
kelembaban,dll) (2) data tanah, terutama sifat- sifat tanah yang releven dengan keperluan tanaman, (3) data penggunaan lahan, (4)
data peruntukan lahan, dan (4) dat sosial ekonomi. Seharusnya semua data ini dapat disajikan dalam bentu k peta skala yang sama,
yang mencangkup seluruh wilayah yang di evaluasi. Operasi selanjutnya menumpang tindihkan berbagai peta sehingga dapat
diperoleh lokasi yang sesuai dengan persyaratan yang dikemukakan diatas.Untuk penentuan lokasi lapangan golf, prosedur yang
analong seperti penentuan kesesuaian penggunaan lahan dilakukan. Hanya dalam hal ini : persyaratan data parameternya
berbeda.data- data untuk pentuan pengembanagan lapangan golf antara lain : arah matahari, arah mata angin , sumber air, daerah
hijau, dan tanah , dat hidrologi, data pemilik lahan, data infrastruktur, dan lain-lainKesesuaian Lahan Komoditas Peratanian Contoh
pertama ?analisa SIG manual? adalah penentuan daerah komoditas pertaniaan untuk mencari wilayah yang dapat dikembangkan
untuk komoditas tanaman vanilla pada lereng antara 8-15% , status lahan dapat dialihkan, penggunaan lahan belukar atau belum
dimamfaatkan, dekat dengan sumber daya air dan dapat dikembangkan untuk komoditas tersebut. Untuk keperluaan data tersebut
maka perlu dibuat pete- peta seperti: peta kesesuaian lahan unntuk komoditas vanilla, peta lereng, peta status lahan , peta penutupan
lahan dan peta sumbrdaya air.peta kesesuaian lahan untuk komoditas ini diperoleh dengan cara melakukan berbagai analisa
menggunakanm data dasar dan sebaran tanah, peta tofografi dan peta iklim. kombinasi ketiga data ini dapat menghasilkan peta
kesesuaian lahan komoditas vanilla secara umum ( pentuaan kesesuaian lahan ini merupakan dominan pakar tanah). Pertama- tama
peta lereng diinterprentasi dari peta topografi atau interprentasi foto udara atau merupakan hasil suatu pengukuran lapangan. Peta
penutupn lahan dapat dibuat sendiri dengan menggunakan teknik interpreni citra, baik dari citra satelit atau foto udara yang
selanjutnya ditambah dengan pengamatan lapang.Atau dapat juaga dicarai peta penggunaan lahan yang dibuat Badan Pertanahan
Nasional (BPN). Begitu juaga peta stus lahan. Peta sumberdaya air dapat dibuat sebagai nhasil interpretasi dari foto udara atau peta
topografi atau peta hidrogeologi. Peta sumberdaya ini biasanya menyajikan tentang kedalam air tanah ataupun kemungkinan
dapat-tidaknya dikembangkan potensinya.Semua peta- peta tersebut diatas diekstrak sesuai dengan tujuan dan selanjutnya
dipindahkan ke lembaran tranparansi. Lembaran- lembaran tranparansi ini kemudian selanjutnya ditumpang-tindih berpasangan,
secara bergantian sehingga daerah yang memenuhi persyaratan yang dimdinta dapat didelimitasi dan kemudian didelineasi. Secara
praktis biasanya daerah yang tidak diperlukan diarsir sedangkan daerah yang diperlukan tidak diarsir. Hal ini bertujuaan untuk
melihat langsung daerah yang dicara pada wktu tumpang ? tindih. Jika wilyah yang diperlukan sudah dapat dibatasi, selanjutnya
wilayah tersebut dipindahkan menjadi peta sendiri. Jika wilayah yang dicari tidak diperoleh dengan persyaratan yang ada maka
kriteria tersebut kalau diinginkan dapat diganti, misalnya tidak ditemukan wilayah yang potesial untuk tanaman vanilla pada lereng
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 16:48:04 2017 / +0000 GMT
8-15% berpenutupan lahan belukar dan dekat sumber daya air maka dibuat lagi pencarian dengan kriteria yang lain, misalnya lereng
15-25%, dan seterusnya. Modifikasi kriteria biasnya diulakukan sepanjang memnenuhi syarat dan bila diperlukan, selnjutnya jika
perlu. Selanjutnya jika diperlukan persyaratan lainyang lebih banyak, misalnya ukuran luas dan bentuk wilayah, maka dapat dihitung
kemudiaan. Biasanya kemudahan untuk pembanguan sarana transportasi juag menjadi ukuran untuk pengembangan perkebunan ini.
Jika hal tersebut diperlukan maka lapisan data tersebut juga harus dibuatPenetuaan Lokasi Lapangan GolfContoh ?SIG manual?
adalah penetuaan lokasi lapangan golf seperti yang dianjurkan oleh Star dan Estess (1990). Disesuikan data yang tersedia dalam
bentuk spasial; adalah peta batas-batas kepemilikan lahan, peta topografi.peta penggunaan lahan ,dan peta tanah,Peta topografi, di
indonesia dihasilkan oleh Baksosurtanal, disini dipergunakan untuk dua tujuan yaitu (a) untuk menetukan kemiringan lereng, dan (b)
untuk mencari lokasi air(dari pola drainase). Peta topografi ini selanjutnya diinterprentasikan sehigga dapat diperhintungkan
kemiringan lerengnya. Dari kenampaakan topografi juga dapat diprediksi sehingga besarnya wilayah yang harus dikupas atau
ditimbun dapat dipertimbangkan.Di indonesia, peta pemilikan lahan dibuat oleh Direktorat Agraria dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN) dan peta perencanaan perutukan lahan/peta tata ruang diperoleh dari Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).
Dari pete-peta ini dapat di peroleh informasi tentang daerah yang diijinkan untuk lapangan golf, perencanaan jalur jalan dan jalanjalan yang sudah ada, dan lokasi-lokasi fasilitas umum seperti; penyediaan air, listrik, gas, dan sistem pembuangan air.Umumnya
peta perencanaan untuk perkembangan lapangan golf ini memerluka skala yang besar sedangkan peta topongrafi yang tersedia
umumnya bersakal lebih kecil (peta topografi atau rupa bumi yang tersedia di indonesia umumnya bersekala 1: 50.000 kecuali di
pulau jawa- bagian utara dan kepulauan Nusa Tenggara dan Timor- timur yang mempunyai peta beskala 1:25.000). disebabkan oleh
tidak adanya peta yang sesuai, maka pengembanagan lapangan golf biasanya melakukan pengukuran topografi sendir. Jika peta- peta
ini tersedia dan tidak mempunyai sistemp royeksi yang sama untuk menggabungkannya perlu diperhatikan daerah yang sama.
Dalam Praktek perbedaan sistem proyeksi masih mungkin diatasi, terutama bila kedetilan pada peta-peta yang ada dapat
menggambarkan lokasi-lokasi yang dilapangan dapat dikenalin. Berbeda dalam hal ini bila proses analisa menggunakan SIG
terkomputer, karena analiswa diakukakn secara otomatis bila data tidak bertampal dengan benar, maka akan sulit dilaksanakan
bahkan ada kemungkinan menghasilkan peroduk yang salah.Tahap selanjutnya dalam perencanaan lapangan golf, adalah
memanipulasi ketiga kelompok data trsebut sehingga dapat dipakai bersamaan. Kartografer atau pakar gambar memindahkan peta
pemuilik lahan dan peta perencanaan kota dan peta topografi ke kertas transparansi sedemikiaan rupa sehingga obyek- obyek saling
bersesuaiaan (disebut dengan proses register). Dalam hal ini posisis objek secara geometris sudah sama pada seluruh set data
tersebut. Cara lain yang juga dapat dilakukan, yaitu dengan meresgistrasikan ketiga data tersebut kedalam data standar, misalnya
kedata yang terdapat sistem koordinat geografik yang telah dikenal seperti UTM atau Koordinat Geografi perlu dilakukan terutama
untuk daerah yang luas. Untuk daerah yang kecil atau peta skala besar, maka persoalan ini dapat diatasi dengan baik menggunakan
koordinat lokasi sajaBila individu lapisan data telah sesuaikan dengan koordinat di permukaan bumi, maka berbagai oprasi analisa
dalam sistem informasi geografi dapat dilakukan. anlisa mulai menggambarkan hasilnya dalam lapisan tranpsransi tersendiri.
Sebagai contoh., perlunya korido rselebar 25 m dari ujung hak pemilik, koridor selebar 10 m disepanjang jalan dan lokasi yang
dusulkan. Dengan adanya wilayah ini secara kasar dapat diketahui besarnya area pengembangan baik yang sesuai maupun yang
tidak sesuai. Dalam hal ini maka sudah dapat dibuat kesimpulan sementara tenteng lokasi- lokasi seperti : club hause, Stroage tyard,
fasilitas jalan , parkir dan lain- lainSelanjunya si perncana membuat suatu lapisan grid kasar dalam database tersebut , dan mulai
menandai kerkaitan topografi dan kenampakan- kenampakan hidrologi dan vegetasi yang paling sesuai untuk daerah- daerah fairway
dan tee-off. Jalan air yang telah ada dapat pergunakan sebagai tanda batas- batas wilayah dalam lapangan golf, sedangkan lokasi
daerah berhutan dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari perencanaan lapangan. Berdasarkan keputusan sementara ini, selanjunya
dipersiapkan lapisan data baru, yang merupakan draftar desing lapangan yang diususlkan. Dengan mengkombinasikana dimensi tee,
fairways dan green tentatif dengan peta topografi asli, makan perencanaan dapat diperhittungkan besarnya jumlah tanah yang perlu
ditambahkan atau dikeluarkan dari lapangna( kalkulasi bagian cut dan fiil sering dianggap domain insyiur sipil). Bila desain lapangn
tentatif telah dikuasai, dengan menggunakan planimeterm maka dapat di tentukan panjang setiap hole, yang selanjutnya dapat
dipakai untuk menetukan panjang total lapangan (yang merupakan pertimbangan bagi pemain golf). Lebih jauh , berdasarkan
daerah- daerah hole, maka besarnya keperluaan bibit rumput dan pupuk dapat diperhitungkan (domain paka rpertaniaan/tanah)Jika
diinginkan pertimbangan yang sifat keamanan lingkungan seperti besarnya pecemaran akibat pemupukan atau pestisida pada tanah
atau air maka ciri dan sifat tanah perlu dikumpulkan., pada lokasi- lokasi tertentu yang mewakili keseluruhan wilayah tersebut.
Pakar tanah biasanya dapat memperkirakan besar kemampuaan tanah mengikat pupuk atau pestisida sehuingga besanya pencemaran
dapat di duga.Secara keseluruhan, urutan proses- proses tersebut diatas merupakan bentuk umum yang berlaku bagi tujuaan yang
berbeda . Bagi tujuan analisa yang berbeda akan dibutuhkan set data yang sesuai dan tidak dapat disamarkan. Kegiatan kunci dan
proses analisa adalah pengolahan data yang membuat kenampakan- kenampakan penting masing- masing informasi (peta) salaing
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 16:48:04 2017 / +0000 GMT
tumpang tindih (overlaping) secara benar. Bila data tesebut telah mempunyai posisi yang benar dengan sistem referensi spasial atau
geografi yang sama, maka dapat diturunkan berbagai informasi seperti,: penentuan koridor potensial atau koridor spesifuk dalam
lokasi, usulan lokasi untuk bangunan, dan akhirnya, perkiraan pengupasan dan penimbunan tanah. Bagaimana pun juga, hal ini
merupakan suattu contoh akhir data informasi yang sangant khas melalui pengolahan data spasial dan naali8sa problem.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/3 |
Export date: Sat Sep 2 16:48:03 2017 / +0000 GMT
BEBERAPA CONTOH SISTEM INFORMASI GEOGRAFI MANUAL
Salah satu prosedur kerja umum yang dilakukan dalam SIG manual adalah penumpangan tindih beberapa peta untuk mencari suatu
wilayah tertentu. Dalam pekerjaan perencanaan keruangan dimana data-data disajikan dalam bentuk peta, pendekatan ini sangat
biasa dilakukan . Dalam penumpangan tindih berbagi peta, cara yang paling mudah melakukannya adalah dengan cara menumpang
tindih berpasangan per dua peta, atau paling bnyak tiga peta sekaligus. Makin rumit rumit petA- peta tersebut makin sulit
pelaksanaannya, sehingga harus dilakukan perdua peta, kalau perlu secara berulang . Untuk menyelesaikan operasi ini akan
membutuhkan waktu dan ketelitian, terutama kalau datanya kompleks sehingga opreasi menjadi rumit.Tumpang tindih bukan hanya
gabungan garis yang terdapat dua atau tiga dimensi peta tersebut menjadi gabungan, karena hal ini hanya bagian kegiatan fisinya,
akan tetapi yang lebih penting menggali makna yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut. Sebagai upaya lanjutan diperlukan analisa
dan interprentasi terhadap hasil yang di peroleh . pada bagian inilah intervensi pengetahuan pelaksanaan diperlukan, sehingga
menggabungkan terlalu banyak lapisan peta, bukan hanya pekerjaan fisinya menjadi rumit, akan tetapi analisa dan interprentasinya
akan menjadi sulit dan rumit. Bagian yang paling awalnya saja, yaitu mengamati kewajaran hasil tampilan garis yang baru terbentuk,
bila peta yang ditumpang tindihkan banyak dan rumit akan cukup merepotkan. Apa lagi mencari makna dari hasil pekerjaan
tersebut.Dalam prakteknya, penggabungan peta ingin dilakukan sekaligus bagi semua peta digunakan, karena dianggap akan
menghemat waktu. Misalanya interprenmtasi hasilnya lebih sulit dan intervensi pengetahuan pakar juga terbatas. Masalah secara
fisik pada sistem komputer akan lebih mudah, akan tetapi dari sudut interpretasi kesulitannya sama saja. Gambar 1-2
menggambarkan kedua hal tersebut, yaitu konsep penggabungan peta secara bertahap (per dua peta ) dan sakilgus.Untuk
memberikana gambaran bagaimana urutan kerja yang berlaku dalam suatu SIG manual, akan diuraikan dua contoh berikut ini, yaitu
bagai perencanaan penggunaan lahan, yaitu perencanaan penetuan wilayah pengembangan komoditas tertentu dalam proses
evaluasi kesesuaian lahan dan penentuan lokasi padang golf. Penetuaan wilayah penggunan lahan pengembangan komoditas
tertentu, misalnya karet, kopoi, kelapa sawit, pada prinsipnya dapat dilakukan melalui evaluasi lahan. Utuyk menilai kesesuaian
lahan untuk suatu komoditas pada dasranya dilakukan denganmembandingkan antara kualitas lahan dengan persyaratan tumbuhan
komoditas yang bersangkutan (crop requirement). Data sumberdaya lahan yang dibutuhkan adalah (1) data iklim (curah hujan, regim
kelembaban,dll) (2) data tanah, terutama sifat- sifat tanah yang releven dengan keperluan tanaman, (3) data penggunaan lahan, (4)
data peruntukan lahan, dan (4) dat sosial ekonomi. Seharusnya semua data ini dapat disajikan dalam bentu k peta skala yang sama,
yang mencangkup seluruh wilayah yang di evaluasi. Operasi selanjutnya menumpang tindihkan berbagai peta sehingga dapat
diperoleh lokasi yang sesuai dengan persyaratan yang dikemukakan diatas.Untuk penentuan lokasi lapangan golf, prosedur yang
analong seperti penentuan kesesuaian penggunaan lahan dilakukan. Hanya dalam hal ini : persyaratan data parameternya
berbeda.data- data untuk pentuan pengembanagan lapangan golf antara lain : arah matahari, arah mata angin , sumber air, daerah
hijau, dan tanah , dat hidrologi, data pemilik lahan, data infrastruktur, dan lain-lainKesesuaian Lahan Komoditas Peratanian Contoh
pertama ?analisa SIG manual? adalah penentuan daerah komoditas pertaniaan untuk mencari wilayah yang dapat dikembangkan
untuk komoditas tanaman vanilla pada lereng antara 8-15% , status lahan dapat dialihkan, penggunaan lahan belukar atau belum
dimamfaatkan, dekat dengan sumber daya air dan dapat dikembangkan untuk komoditas tersebut. Untuk keperluaan data tersebut
maka perlu dibuat pete- peta seperti: peta kesesuaian lahan unntuk komoditas vanilla, peta lereng, peta status lahan , peta penutupan
lahan dan peta sumbrdaya air.peta kesesuaian lahan untuk komoditas ini diperoleh dengan cara melakukan berbagai analisa
menggunakanm data dasar dan sebaran tanah, peta tofografi dan peta iklim. kombinasi ketiga data ini dapat menghasilkan peta
kesesuaian lahan komoditas vanilla secara umum ( pentuaan kesesuaian lahan ini merupakan dominan pakar tanah). Pertama- tama
peta lereng diinterprentasi dari peta topografi atau interprentasi foto udara atau merupakan hasil suatu pengukuran lapangan. Peta
penutupn lahan dapat dibuat sendiri dengan menggunakan teknik interpreni citra, baik dari citra satelit atau foto udara yang
selanjutnya ditambah dengan pengamatan lapang.Atau dapat juaga dicarai peta penggunaan lahan yang dibuat Badan Pertanahan
Nasional (BPN). Begitu juaga peta stus lahan. Peta sumberdaya air dapat dibuat sebagai nhasil interpretasi dari foto udara atau peta
topografi atau peta hidrogeologi. Peta sumberdaya ini biasanya menyajikan tentang kedalam air tanah ataupun kemungkinan
dapat-tidaknya dikembangkan potensinya.Semua peta- peta tersebut diatas diekstrak sesuai dengan tujuan dan selanjutnya
dipindahkan ke lembaran tranparansi. Lembaran- lembaran tranparansi ini kemudian selanjutnya ditumpang-tindih berpasangan,
secara bergantian sehingga daerah yang memenuhi persyaratan yang dimdinta dapat didelimitasi dan kemudian didelineasi. Secara
praktis biasanya daerah yang tidak diperlukan diarsir sedangkan daerah yang diperlukan tidak diarsir. Hal ini bertujuaan untuk
melihat langsung daerah yang dicara pada wktu tumpang ? tindih. Jika wilyah yang diperlukan sudah dapat dibatasi, selanjutnya
wilayah tersebut dipindahkan menjadi peta sendiri. Jika wilayah yang dicari tidak diperoleh dengan persyaratan yang ada maka
kriteria tersebut kalau diinginkan dapat diganti, misalnya tidak ditemukan wilayah yang potesial untuk tanaman vanilla pada lereng
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 16:48:04 2017 / +0000 GMT
8-15% berpenutupan lahan belukar dan dekat sumber daya air maka dibuat lagi pencarian dengan kriteria yang lain, misalnya lereng
15-25%, dan seterusnya. Modifikasi kriteria biasnya diulakukan sepanjang memnenuhi syarat dan bila diperlukan, selnjutnya jika
perlu. Selanjutnya jika diperlukan persyaratan lainyang lebih banyak, misalnya ukuran luas dan bentuk wilayah, maka dapat dihitung
kemudiaan. Biasanya kemudahan untuk pembanguan sarana transportasi juag menjadi ukuran untuk pengembangan perkebunan ini.
Jika hal tersebut diperlukan maka lapisan data tersebut juga harus dibuatPenetuaan Lokasi Lapangan GolfContoh ?SIG manual?
adalah penetuaan lokasi lapangan golf seperti yang dianjurkan oleh Star dan Estess (1990). Disesuikan data yang tersedia dalam
bentuk spasial; adalah peta batas-batas kepemilikan lahan, peta topografi.peta penggunaan lahan ,dan peta tanah,Peta topografi, di
indonesia dihasilkan oleh Baksosurtanal, disini dipergunakan untuk dua tujuan yaitu (a) untuk menetukan kemiringan lereng, dan (b)
untuk mencari lokasi air(dari pola drainase). Peta topografi ini selanjutnya diinterprentasikan sehigga dapat diperhintungkan
kemiringan lerengnya. Dari kenampaakan topografi juga dapat diprediksi sehingga besarnya wilayah yang harus dikupas atau
ditimbun dapat dipertimbangkan.Di indonesia, peta pemilikan lahan dibuat oleh Direktorat Agraria dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN) dan peta perencanaan perutukan lahan/peta tata ruang diperoleh dari Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).
Dari pete-peta ini dapat di peroleh informasi tentang daerah yang diijinkan untuk lapangan golf, perencanaan jalur jalan dan jalanjalan yang sudah ada, dan lokasi-lokasi fasilitas umum seperti; penyediaan air, listrik, gas, dan sistem pembuangan air.Umumnya
peta perencanaan untuk perkembangan lapangan golf ini memerluka skala yang besar sedangkan peta topongrafi yang tersedia
umumnya bersakal lebih kecil (peta topografi atau rupa bumi yang tersedia di indonesia umumnya bersekala 1: 50.000 kecuali di
pulau jawa- bagian utara dan kepulauan Nusa Tenggara dan Timor- timur yang mempunyai peta beskala 1:25.000). disebabkan oleh
tidak adanya peta yang sesuai, maka pengembanagan lapangan golf biasanya melakukan pengukuran topografi sendir. Jika peta- peta
ini tersedia dan tidak mempunyai sistemp royeksi yang sama untuk menggabungkannya perlu diperhatikan daerah yang sama.
Dalam Praktek perbedaan sistem proyeksi masih mungkin diatasi, terutama bila kedetilan pada peta-peta yang ada dapat
menggambarkan lokasi-lokasi yang dilapangan dapat dikenalin. Berbeda dalam hal ini bila proses analisa menggunakan SIG
terkomputer, karena analiswa diakukakn secara otomatis bila data tidak bertampal dengan benar, maka akan sulit dilaksanakan
bahkan ada kemungkinan menghasilkan peroduk yang salah.Tahap selanjutnya dalam perencanaan lapangan golf, adalah
memanipulasi ketiga kelompok data trsebut sehingga dapat dipakai bersamaan. Kartografer atau pakar gambar memindahkan peta
pemuilik lahan dan peta perencanaan kota dan peta topografi ke kertas transparansi sedemikiaan rupa sehingga obyek- obyek saling
bersesuaiaan (disebut dengan proses register). Dalam hal ini posisis objek secara geometris sudah sama pada seluruh set data
tersebut. Cara lain yang juga dapat dilakukan, yaitu dengan meresgistrasikan ketiga data tersebut kedalam data standar, misalnya
kedata yang terdapat sistem koordinat geografik yang telah dikenal seperti UTM atau Koordinat Geografi perlu dilakukan terutama
untuk daerah yang luas. Untuk daerah yang kecil atau peta skala besar, maka persoalan ini dapat diatasi dengan baik menggunakan
koordinat lokasi sajaBila individu lapisan data telah sesuaikan dengan koordinat di permukaan bumi, maka berbagai oprasi analisa
dalam sistem informasi geografi dapat dilakukan. anlisa mulai menggambarkan hasilnya dalam lapisan tranpsransi tersendiri.
Sebagai contoh., perlunya korido rselebar 25 m dari ujung hak pemilik, koridor selebar 10 m disepanjang jalan dan lokasi yang
dusulkan. Dengan adanya wilayah ini secara kasar dapat diketahui besarnya area pengembangan baik yang sesuai maupun yang
tidak sesuai. Dalam hal ini maka sudah dapat dibuat kesimpulan sementara tenteng lokasi- lokasi seperti : club hause, Stroage tyard,
fasilitas jalan , parkir dan lain- lainSelanjunya si perncana membuat suatu lapisan grid kasar dalam database tersebut , dan mulai
menandai kerkaitan topografi dan kenampakan- kenampakan hidrologi dan vegetasi yang paling sesuai untuk daerah- daerah fairway
dan tee-off. Jalan air yang telah ada dapat pergunakan sebagai tanda batas- batas wilayah dalam lapangan golf, sedangkan lokasi
daerah berhutan dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari perencanaan lapangan. Berdasarkan keputusan sementara ini, selanjunya
dipersiapkan lapisan data baru, yang merupakan draftar desing lapangan yang diususlkan. Dengan mengkombinasikana dimensi tee,
fairways dan green tentatif dengan peta topografi asli, makan perencanaan dapat diperhittungkan besarnya jumlah tanah yang perlu
ditambahkan atau dikeluarkan dari lapangna( kalkulasi bagian cut dan fiil sering dianggap domain insyiur sipil). Bila desain lapangn
tentatif telah dikuasai, dengan menggunakan planimeterm maka dapat di tentukan panjang setiap hole, yang selanjutnya dapat
dipakai untuk menetukan panjang total lapangan (yang merupakan pertimbangan bagi pemain golf). Lebih jauh , berdasarkan
daerah- daerah hole, maka besarnya keperluaan bibit rumput dan pupuk dapat diperhitungkan (domain paka rpertaniaan/tanah)Jika
diinginkan pertimbangan yang sifat keamanan lingkungan seperti besarnya pecemaran akibat pemupukan atau pestisida pada tanah
atau air maka ciri dan sifat tanah perlu dikumpulkan., pada lokasi- lokasi tertentu yang mewakili keseluruhan wilayah tersebut.
Pakar tanah biasanya dapat memperkirakan besar kemampuaan tanah mengikat pupuk atau pestisida sehuingga besanya pencemaran
dapat di duga.Secara keseluruhan, urutan proses- proses tersebut diatas merupakan bentuk umum yang berlaku bagi tujuaan yang
berbeda . Bagi tujuan analisa yang berbeda akan dibutuhkan set data yang sesuai dan tidak dapat disamarkan. Kegiatan kunci dan
proses analisa adalah pengolahan data yang membuat kenampakan- kenampakan penting masing- masing informasi (peta) salaing
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 16:48:04 2017 / +0000 GMT
tumpang tindih (overlaping) secara benar. Bila data tesebut telah mempunyai posisi yang benar dengan sistem referensi spasial atau
geografi yang sama, maka dapat diturunkan berbagai informasi seperti,: penentuan koridor potensial atau koridor spesifuk dalam
lokasi, usulan lokasi untuk bangunan, dan akhirnya, perkiraan pengupasan dan penimbunan tanah. Bagaimana pun juga, hal ini
merupakan suattu contoh akhir data informasi yang sangant khas melalui pengolahan data spasial dan naali8sa problem.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/3 |