makalah presentasi filsafat

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN
PEMBEBASAN

Oleh:
Amrin Bayu Aji

20140720156

Putri Anis Sakinah
Nopri yandra

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses mentrasfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik agar
peserta didik menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan akhlak yang mulia..

Pendidikan yang dibutuhkan sekarang ini adalah pendidikan yang mampu menempatkan
manusia pada posisi sentral dalam setiap perubahan yang terjadi dan mampu pula
mengarahkan serta mengendalikan perubahan itu.
Untuk itu ,sekolah sebagai lembaga yang berperan membentuk kepribadian anak harus
ditempatkan sebagai semestinya.sekolah menjadi tempat dimana anak-anak menemukan
kegembiraan dan kebahagian
Dalam perkembangan berikutnya, ekstensifikasi pengertian pendidikan tersebut,
sejalan dengan tuntutan masyarakat atau “pasar”. Dari sini lalu pendidikan memainkan fungsi
sebagai suplementer, melestarikan tata social dan tata nilai yang ada dimasyarakat dan
sekaligus sebagai agen pembaharuan. Proses ini, kemudian menimbulkan persoalan dalam
pendidikan, yaitu ketika terjadinya hubungan timbal-balik antara kepentingan pendidikan
disatu sisi dan kepentingan kebutuhan masyarakat disisi lainnya. Kepentingan pendidikan
seringkali menjadi terabaikan oleh tuntutan masyarakat. Artinya, fungsi konservasi budaya
lebih menonjol dari pada upaya antisipasi masa depan secara akurat dan memadai. Maka,
muncullah berbagai kritik terhadap system pendidikan. sKritik ini muncul karena melihat
pendidikan telah mengalami stagnasi, yang kemudian melahirkan berbagai aliran dalam
pendidikan.
Dalam makalah ini akan jelaskan mengenai model-model pendidikan pembebasan
,pendidikan islam sebagai praktik pembebasan yang berkaitan dengan pembebasan
pendidikan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita demi kemajuan pendidikan islam di

Indonesia.

BAB II
B. PEMBAHASAN
1.

Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Dari mulai lahir (sejak dari buaian), manusia senantiasa belajar dengan yang terjadi
disekitarnya, hingga manusia lanjut usia bahkan meninggal dunia, ia tetap melakukan
prakondisi-prakondisi dalam melihat persoalan yang dihadapi, dan inilah yang di sebut
proses pembelajaran.
Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang
dapat dijalankan pada tiga fungsi ;
1.

Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat
dimasa depan.


2.

Mentranfer atau memindahkan pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan,

3.

Mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai
prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.
2.

Makna Pembebasan dalam Perspektif Paulo Friere
Kebebasan secara umum berarti ketiadaan paksaan. Ada kebebasan fisik yaitu secara

fisik bebas bergerak ke mana saja. Kebebasan moral yaitu kebebasan dari paksaan moral,
hukum dan kewajiban (termasuk di dalamnya kebebasan berbicara). Kebebasan psikologis
yaitu memilih berniat atau tidak, sehingga kebebasan ini sering disebut sebagai kebebasan
untuk memilih. Manusia juga mempunyai kebebasan berpikir, berkreasi dan berinovasi.
Kalau disimpulkan ada dua kebebasan yang dimiliki manusia yaitu kebebasan vertikal yang
arahnya kepada Tuhan dan kebebasan horisontal yang arahnya kepada sesama makhluk.
3.


Model – Model Pendidikan Pembebasan .

1. Model Dialog (konsinyasi)
Paulo freire sangat menentang pendidikan “gaya bank” yang mencerminkan
masyarakat tertindas yang menunjukkan kontradiksi pendidikan gaya bank tersebut antara
lain:
a. Guru mengetahui segala sesuatu,peserta didik tidak tahu apa-apa.
b. Guru berfikir,peserta didik dipikirkan.

c. Guru mengatur peserta didik diatur
d. Guru bercerita,peserta didik mendengarkan.
e. Guru memilih dan memaksakan pilihan,peserta didik menyetujui
f. Guru membuat, peserta didik membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan
gurunya.
g. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, peserta didik menyesuaikan diri dengan
pelajaran itu.
h. Guru mencampuradukkan jabatan dan kewenangan ilmu untuk menghalangi
kebebasan peserta didik.
i. Guru adalah subyek, peserta didik adalah obyek dalam prosaes belajar mengajar.

Untuk menentang pendidikan model banking tersebut Paulo freire menawarkan
pendidikan model dialog atau konsientasi (penyadaran) yaitu sebuah model belajar dengan
cara memahami kontradiksi sosial, politik dan ekonomi, serta mengambil tindakan untuk
melawan unsur - unsur yang menindas dari realitas tersebut.
Pendidikan hendaknya membimbing peserta didik yang punya ilmu diketahui oleh
gurunya, supaya dia menjadi sadar tentang masalah - masalah kontradiksi dalam dunianya
dan mencari sendiri cara-cara untuk memecahkannya.
Pendidikan bukanlah proses satu arah, dari pendidik kepada peserta didiknya,
pendidikan seharusnya dilaksanakan melalui proses dialog. yang merupakan modal
pendidikan pembiasaan. Disamping itu perlu adanya kerendahan hati dan keterbukaan proses
dialiktis harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh supaya pendidik tidak terlalu
mendominasi pihak yang lain (peserta didik) dan justru menghargai ilmu masing – masing.
Proses pendidikan tetap dipimpin oleh guru yang memang punya ilmu pengetahuan
yang luas dan utuh.
2. Model kritik (masifikasi)
Pada model ini peserta didik dibimbing supaya mengetahui struktur social. ekonomi,
budaya, agama dan politik dan tidak menerimanya begitu saja, tetapi malah mempersoalkan
hal-hal yang tidak adil.

Pendidikan yang kritis atau radikal mempersoalkan struktur ketidakadilan yang lebih

besar dalam konteks mereka yang lebih luas dan menolong serta membuka cakrawala peserta
didik agar lebih mengerti hal yang lebih luas.
Pendidikan kritis intinya membantu terbentuknya sikap-sikap kritis ,mengangkat
kesadaran naïf masyarakat yang telah menenggelamkannya dalam proses sejarah dan mudah
termakan irrasionalitas.
Pendidikan yang ada hendaknya mampu membuat manusia berani membicarakan
masalah-masalah lingkungan dan turun tangan dalam lingkungan tersebut, pendidikan yang
mampu memperingatkan manusia dari bahaya zaman dan memberikan kepercayaan dan
kekuatan untuk menghadapi bahaya-bahaya terserbut, bukan pendidikan yang menjadikan
akal kita menyerah patuh kepada keputusan-keputusan orang lain. Dengan mengajak manusia
terus menerus melakukan penilaian dan menganalisis penemuan-penemuan, menggunakan
metode-metode, dan proses-proses ilmu pengetahuan dan melihat dari diri sendiri dalam
hubungan dialektis dengan realistis sosial, pendidikan ini akan menolong manusia untuk
meningkatkan sikap kritis terhadap dunia dan dengan demikian mengubahnya.
Pendidikan pembebasan yang digelindingkan oleh Freire telah diterapkan oleh Nabi
Muhammad dalam strategi gerakan dakwah Islam menuju transformasi sosial. Gerakan
dakwah pada masa Nabi dipraktekkan sebagai gerakan pembebasan dari eksploitasi,
penindasan, dominasi dan ketidakadilan dalam segala aspeknya.
Islam sendiri adalah agama pembebasan karena "Islam memberikan penghargaan
terhadap manusia secara sejajar, mengutamakan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai

demokrasi dan keadilan, mengajarkan berkata yang hak dan benar, dan mengasihi yang lemah
dan tertindas". Ayat-ayat Al Qur'an misalnya, diantaranya

‫فوا في الل نرض ونجعل نه ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ضع ث م‬
‫م ة‬
‫ث‬
‫ن ع ننلى ال م ث‬
‫ة ونن ن ل‬
‫ست م ل‬
‫ريد م أ ل‬
‫نا ل‬
‫جعنل نهم م‬
‫م أئ ث م‬
‫ل ث نن ل ن م ل‬
‫ن نن م‬
‫وارثثثي ن‬
‫م ال ل ن‬

‫ذي ن‬
‫م م‬
‫ونن م ث‬

"...Kami bermaksud memberikan karunia kepada orang-orang tertindas di bumi. Kami
akan menjadikan mereka pemimpin dan pewaris bumi..." (QS. Qashash :5),
hal ini semakin menegaskan bahwa asal usul diturunkannya Islam (dan juga rasulrasul) adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu ketertindasan dan ketidaksadaran.

Kesadaran inilah yang akan membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan di
alam semesta. Sebuah kesadaran yang akan menghantarkan manusia pada posisinya sebagai
abd (hamba) sekaligus sebagai khalifah (wakil Tuhan) di alam semesta ini.
Pendidikan Islam sebagai praktik pembebasan mendasarkan pada instrument akal
budi manusia sebagai paradigma pembebasan ,dimana pendidikan islam diartikan sebagai
proses penyadaran diri ( konsientasi) realitas obyektif dan actual, serta mengakui eksitensi
manusia sebagai individu yang bebas dan memiliki jati diri. Dengan instrument akal budi
pula pendidikan dalam islam dimaknai sebagai proses rasionalisasi dan intlektualisasi.
Ada tiga hal yang ingin dibebaskan dalam pendidikan islam yakni :
1.

Bebas dari pola pikir dikotomis keilmuan atau bahkan polarisasi antar ilmu agama dan ilmu

umum.

2.

Bebas dari pemasungan kesadaran (internal dan eksternal ) yang menyebabkan melemahnya
kondisi peserta didik.

3.

Bebas dari praktik –praktik pendididkan yang membelenggu kreatifitas dan kebebasan
berfikir peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
1. Manusia tidak bisa diperbudak dan dipasung kebebasanya sehingga tidak boleh
menurut dan terikat pada ikatan yang membelenggu kebebasanya.
2. Pendidikan islam dapat mewujudkan menjadi pendidikan pembebasan apabila proses
pelaksanaan pendidikan islam dapat dilaksanakan secara demokratis,dialogis, dan
terbuka serta berupaya menanamkan nilai-nilai tauhid, sehingga pada akhirnya peserta
didik menjadi manusia yang bertaqwa.
3. Gerakan pembebasan adalah melakukan kesadaran kritis untuk membuka kesadaran

“kaum tertindas”, maka Islam mendasarkan diri pada kesadaran untuk memahami
realitas yang terjadi disekitar manusia itu sendiri. pembebasan itu sendiri haruslah
dijalankan secara dialogis dan demokratis.
4. Model-model pendidikan pembebasan ada dua yaitu model dialog dan model kritis
(masifikasi)