PERBUP NO 38 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN

Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifft lokasi;
13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 2O/MDAG/PER/512O09 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengawasan Barang dan/ atau Jasa;
14.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor

:

43/Permentan/SR. 140/8/ 2O11 tentang Syarat dan Tata
Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik;
15.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor
7OlPermentan/SR.140/10/ 2011 tentang Pupuk
:

Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah;
16.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor


:

IS/M-

DAGIPER/4/ 2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian;
17.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor

:

122/Permentan/SR.130/11/ 2O13 tentang Kebutuhan
dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014;

l8.Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
Pedoman
237 /KptslOT.2|O/4/2OO3 tentang

Pengawasan, Pengadaan, Peredaran
Pupuk An-Organik;

19.

dan

Penggunaan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor
239 I Kpts I OT.2LO I 4 I 2OO3

:

tentang Pengawasan Formula

Pupuk An-Organik;
20.

Menetapkan


Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 84 Tahun 2013
tentang kebutuhan dan Penyaluran Serta harga Eceran
Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggxan 2Ol4

2.

Pupuk An-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia' fisika
dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat
pupuk.

yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran
hewan dan/ atau bagian hewan dan/ atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan
bahan mineral dan/ atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik,

3. Pupuk Organik adalah pupuk


kimia dan biologi tanah.

4. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk

bagr tanaman sesuai

dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai
produktivitas yang optimal dan berkelanjutan.

5. Pupuk bersubsidi adalah barang

dalam pengawasan yang pengadaan dan
penyalurannya mendapat subsidi Pemerintah untuk kebutuhan Kelompok

Tani dan/ atau Petani di Sektor Pertanian.
Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk
bersubsidi yang dibeli oleh Petani/Kelompok Tani di penyalur Lini IV yang

6. Harga Eceran


ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

7.

Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak, dan budidaya ikan
dan/ atau udang.

8.

Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman pangan atau hortikultura dengan luasan tertentu.

9.

Pekebun adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu.

adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman hijauan pakan ternak dengan luasan tertentu.


10. Peternak

11. Petambak adalah perorangan Warga N egara Indonesia

lahan

yang mengusahakan

untuk budidaya ikan dan atau udang dengan luasan tertentu'

12. Pelaksana Subsidi Pupuk adalah Badan Usaha

sebagai pelaksana penugasan
13. Penyalur

Milik Negara yang ditugaskan

untuk subsidi pupuk.


di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri

Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian yang berlaku.
14.

Penyalur

di Lini IV adalah

Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan

Pengadaan dan
Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.

Menteri Perdagangan tentang

Penyaluran Pupuk

15. Kelompolrtani adalah


kumpulan petani/ pekebun/ peternak/ petambak yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban

untuk meningkatkan dan mengembangkan usahataninya.
Definitjf Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi selanjutnya
disebut RDKK adalah rencana kebutuhan pupuk bersubsidi untuk satu
tahun yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok Tani yang
merupakan alat pesanan pupuk bersubsidi kepada Gabungan Kelompok Tani

16. Rencana

atau Penyalur Sarana Produksi Pertanian.
17.

Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) adalah wadah koordinasi
instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh
Gubernur untuk Tingkat Provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk Tingkat

Kabupaten/Kota.

BAB II
PERUI.ITUKAN DAN ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI

Pasal 2
(1)

Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, petemak yang
mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau
petambak dengan luasan maksimal

I

(satu) helrtar setiap

musim tanam per

keluarga.
(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan


bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan
atau perusahaan perikanan budidaya.

Pasal 3
(1)

Alokasi Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran
pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan
mempertimbangkan jumlah alokasi pupuk bersubsidi untuk Kabupaten
I\rlungagung Tahun 20 14.

(2) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan

menurut Sub Sektor, Jenis dan Jumlah, sebagaimana tersebut
Lampiran I Peraturan Bupati ini.

dalam

(3) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci tebih

lanjut dengan memperhatikan RDKK yang diusulkan oleh petani, pekebun,

peternak, pembudiaya ikan atau udang yang telah disetqjui petugas teknis,
penyuluh dan coordinator BPP setempat menurut Sub Sektor, Kecamatan,
Jenis, Jumlah dan Sebaran Bulanan sebagimana tercantum dalam lampiran

II Peraturan Bupati ini.

Pasal 4

Dinas bersama kelembagaan penyuluhan setempat wajib

melaksanakan

pembinaan kepada Kelompoktani dalam pen5rusunan RDKK sesuai luas areal
usahatani dan/ atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di
wilayahnya.

Pasal 5
(1) Apabila

di suatu wilayah terjadi kekurangan kebutuhan pupuk bersubsidi

sehinggatidaksesuaidengana.lokasisebagaimanadimaksuddalamPasal3
dan sub
ayat (3) dapat dipenuhi melalui realokasi antar wilayah' waktu
sektor.

(2)RealokasiantarKecamatandalamwilayahKabupatenditetapkanlebihlanjut
oleh KePala Dinas Pertanian'

(3)ApabilaalokasipupukbersubsididiwilayahKabupatenT\rlungagungpada
bulan berjalan tidak mencukupi, Pelaksana Subsidi Pupuk dapat
dari sisa
menyalurkan alokasi pupuk bersubsidi di wilayah bersangkutan
alokasibulansebelumnyadan/ataudarialokasibulanberikutnyadengan
tidak melampaui alokasi dalam 1 (satu) tahun'
BAB III
(HET) PUPUK BERSUBSIDI
PEI.IYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI

Pasal 6

Pupuk bersubsidi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2

ayat (1) terdiri atas

PupukAn-organikdanPupukorganikyangdiproduksidan/ataudiadakanoleh
Pelaksana Subsidi PuPuk.

Pasal 7

(1) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke
penyalur di Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian yang berlaku.

(2) Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian di penyalur di Lini IV
ke petani atau kelompok tani diatur sebagai berikut :
a. Penyaluran

pupuk bersubsidi oleh penyalur di Lini IV berdasarkan RDKK

sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya.
b.

Penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada huruf a
memperhatikan kebutuhan kelompok tani dan alokasi di masing-masing
wilayah.

c. Penyaluran

pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuai dengan

prinsip 6 (enam) tepat, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan
tepat mutu.
(3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani atau
kelompok tani sebagaimana dimaksud pada ayaf (2), Pemerintah Kabupaten
Tulungagung melakukan pendataan RDKK , sebagai dasar pertimbangan
dalam pengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Bupati ini.

(a) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi di tingkat petani/ kelompoktani
dilakukan meldui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesifik
lokasi oleh Penyuluh.

(5) Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di Lini fV ke petani dilakukan oleh
petugas pengawas yang ditunjuk sebagai kesatuan dari Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KPPP) di Kabupaten T\rlungagung.

Pasal 8
Pelaksana Subsidi Fupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Penyalur di

Lini III, dan penyalur di lini IV wajib menjamin ketersediaan pupuk
bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, dan petambak di
wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku.

Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
Pelaksana Subsidi Pupuk berkoordinasi dengan Dinas setempat untuk
penyerapan pupuk bersubsidi sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 9
(1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai
Harga Eceran Tertinggi (HET).

(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sebagai berikut

:

Urea
b. Pupuk SP-36
c. PupukZA
d.PupukNPK

= Rp. 1.800,- per kg;
= Rp. 2.OOO,- per kg;
= Rp. 1.400,- perkg;
= Rp.2.3OO,- perkg;
e. PupukOrganik - Rp. 500,- perkg;
a. Pupuk

(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 berlaku untuk pembelian oleh Kelompoktani atau petani, pekebun,
peternak, petambak di Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut

Urea
b.PupukSP-36
c.PupukZA
d. Pupuk NPK
e. Pupuk Organik
a. Pupuk

=
=
=
=
=

:

5O kg;

sOkC;
sOkC;
50 kC atau 2O kg;
4O kg

atau 20 kg;

Pasal

1O

(1) Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus
diberi label tambahan berwama merah, mudah dibaca dan tidak mudah

hilang/terhapus, yang bertuliskan

:

"Puouk Becubcldl Pemerintah"
Barang Dalam Pengawaean

(2) Khusus pengadaan dan penyaluran Pupuk Urea bersubsidi berwama pink
dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna orange.
BAB V
PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal

11

Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melakukan pemantauan dan pengawasan
terhadap penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan
dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.

UTTPIRAIT I

:

PERATIIRAIT BI,PATI TTILT,ITGAGT,ITG

ITOUOR : ?8
TAftcicAL 3 2/

TAIIT'T 2013

Dorcnbcr 2O13

I.AUPIRAJT

U3

PERATI,RAIT BI,PATI TT,LUITGAGIITG

rouoR r ?8 tellunzota
TAIYGKIAL

ALOI{ASI PUPUK BERSUBAIDI
SEKTOR PER:IAITIAIT TAHUI| 2.()14
I(ABUPATEIT TULUISGAGUI| G

AI,oXA8I PITPUr Eotrl

JI'ULAII

I

: 27

DG..abcr 2013

Dokumen yang terkait

PERGUB.03.2007 ttg KEBUTUHAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN TA 2007

0 0 22

PERBUP NO 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERBUP NO 38 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

0 0 24

PERBUP NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HET PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ANGGARAN 2016

0 0 9

PERBUP NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HET PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

0 0 9

PERBUP NO 01 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN HET PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KAB PACITAN TA.2009

0 0 11

PERBUP NO 41 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN ANGGARAN 2013

0 0 9

PERBUP NO 55 TAHUN 2015 TATA KELOLA PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR

0 0 95

Peraturan Bupati Bojonegoro No. 64 Tahun 2014 Tentang Kebutuhan dan Penyaluran Serta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Kabupaten Bojonegoro Tahun Anggaran 2015

0 0 30

Peraturan Bupati Bojonegoro No. 2 Tahun 2016 Tentang Kebutuhan dan Penyaluran Srta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Kabupaten Bojonegoro Tahun Anggaran 2016

0 0 32

Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 63 Tahun 2012 Tentang Kebutuhan dan Penyaluran Serta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Kabupaten Bojonegoro Tahun Anggaran 2013

0 0 30