PERBUP NO 38 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN
Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifft lokasi;
13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 2O/MDAG/PER/512O09 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengawasan Barang dan/ atau Jasa;
14.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:
43/Permentan/SR. 140/8/ 2O11 tentang Syarat dan Tata
Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik;
15.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
7OlPermentan/SR.140/10/ 2011 tentang Pupuk
:
Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah;
16.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
:
IS/M-
DAGIPER/4/ 2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian;
17.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:
122/Permentan/SR.130/11/ 2O13 tentang Kebutuhan
dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014;
l8.Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
Pedoman
237 /KptslOT.2|O/4/2OO3 tentang
Pengawasan, Pengadaan, Peredaran
Pupuk An-Organik;
19.
dan
Penggunaan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
239 I Kpts I OT.2LO I 4 I 2OO3
:
tentang Pengawasan Formula
Pupuk An-Organik;
20.
Menetapkan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 84 Tahun 2013
tentang kebutuhan dan Penyaluran Serta harga Eceran
Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggxan 2Ol4
2.
Pupuk An-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia' fisika
dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat
pupuk.
yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran
hewan dan/ atau bagian hewan dan/ atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan
bahan mineral dan/ atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik,
3. Pupuk Organik adalah pupuk
kimia dan biologi tanah.
4. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk
bagr tanaman sesuai
dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai
produktivitas yang optimal dan berkelanjutan.
5. Pupuk bersubsidi adalah barang
dalam pengawasan yang pengadaan dan
penyalurannya mendapat subsidi Pemerintah untuk kebutuhan Kelompok
Tani dan/ atau Petani di Sektor Pertanian.
Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk
bersubsidi yang dibeli oleh Petani/Kelompok Tani di penyalur Lini IV yang
6. Harga Eceran
ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
7.
Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak, dan budidaya ikan
dan/ atau udang.
8.
Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman pangan atau hortikultura dengan luasan tertentu.
9.
Pekebun adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu.
adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman hijauan pakan ternak dengan luasan tertentu.
10. Peternak
11. Petambak adalah perorangan Warga N egara Indonesia
lahan
yang mengusahakan
untuk budidaya ikan dan atau udang dengan luasan tertentu'
12. Pelaksana Subsidi Pupuk adalah Badan Usaha
sebagai pelaksana penugasan
13. Penyalur
Milik Negara yang ditugaskan
untuk subsidi pupuk.
di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian yang berlaku.
14.
Penyalur
di Lini IV adalah
Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan
Pengadaan dan
Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
Menteri Perdagangan tentang
Penyaluran Pupuk
15. Kelompolrtani adalah
kumpulan petani/ pekebun/ peternak/ petambak yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usahataninya.
Definitjf Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi selanjutnya
disebut RDKK adalah rencana kebutuhan pupuk bersubsidi untuk satu
tahun yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok Tani yang
merupakan alat pesanan pupuk bersubsidi kepada Gabungan Kelompok Tani
16. Rencana
atau Penyalur Sarana Produksi Pertanian.
17.
Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) adalah wadah koordinasi
instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh
Gubernur untuk Tingkat Provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk Tingkat
Kabupaten/Kota.
BAB II
PERUI.ITUKAN DAN ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI
Pasal 2
(1)
Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, petemak yang
mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau
petambak dengan luasan maksimal
I
(satu) helrtar setiap
musim tanam per
keluarga.
(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan
bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan
atau perusahaan perikanan budidaya.
Pasal 3
(1)
Alokasi Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran
pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan
mempertimbangkan jumlah alokasi pupuk bersubsidi untuk Kabupaten
I\rlungagung Tahun 20 14.
(2) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan
menurut Sub Sektor, Jenis dan Jumlah, sebagaimana tersebut
Lampiran I Peraturan Bupati ini.
dalam
(3) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci tebih
lanjut dengan memperhatikan RDKK yang diusulkan oleh petani, pekebun,
peternak, pembudiaya ikan atau udang yang telah disetqjui petugas teknis,
penyuluh dan coordinator BPP setempat menurut Sub Sektor, Kecamatan,
Jenis, Jumlah dan Sebaran Bulanan sebagimana tercantum dalam lampiran
II Peraturan Bupati ini.
Pasal 4
Dinas bersama kelembagaan penyuluhan setempat wajib
melaksanakan
pembinaan kepada Kelompoktani dalam pen5rusunan RDKK sesuai luas areal
usahatani dan/ atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di
wilayahnya.
Pasal 5
(1) Apabila
di suatu wilayah terjadi kekurangan kebutuhan pupuk bersubsidi
sehinggatidaksesuaidengana.lokasisebagaimanadimaksuddalamPasal3
dan sub
ayat (3) dapat dipenuhi melalui realokasi antar wilayah' waktu
sektor.
(2)RealokasiantarKecamatandalamwilayahKabupatenditetapkanlebihlanjut
oleh KePala Dinas Pertanian'
(3)ApabilaalokasipupukbersubsididiwilayahKabupatenT\rlungagungpada
bulan berjalan tidak mencukupi, Pelaksana Subsidi Pupuk dapat
dari sisa
menyalurkan alokasi pupuk bersubsidi di wilayah bersangkutan
alokasibulansebelumnyadan/ataudarialokasibulanberikutnyadengan
tidak melampaui alokasi dalam 1 (satu) tahun'
BAB III
(HET) PUPUK BERSUBSIDI
PEI.IYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI
Pasal 6
Pupuk bersubsidi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2
ayat (1) terdiri atas
PupukAn-organikdanPupukorganikyangdiproduksidan/ataudiadakanoleh
Pelaksana Subsidi PuPuk.
Pasal 7
(1) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke
penyalur di Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian yang berlaku.
(2) Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian di penyalur di Lini IV
ke petani atau kelompok tani diatur sebagai berikut :
a. Penyaluran
pupuk bersubsidi oleh penyalur di Lini IV berdasarkan RDKK
sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya.
b.
Penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada huruf a
memperhatikan kebutuhan kelompok tani dan alokasi di masing-masing
wilayah.
c. Penyaluran
pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuai dengan
prinsip 6 (enam) tepat, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan
tepat mutu.
(3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani atau
kelompok tani sebagaimana dimaksud pada ayaf (2), Pemerintah Kabupaten
Tulungagung melakukan pendataan RDKK , sebagai dasar pertimbangan
dalam pengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Bupati ini.
(a) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi di tingkat petani/ kelompoktani
dilakukan meldui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesifik
lokasi oleh Penyuluh.
(5) Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di Lini fV ke petani dilakukan oleh
petugas pengawas yang ditunjuk sebagai kesatuan dari Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KPPP) di Kabupaten T\rlungagung.
Pasal 8
Pelaksana Subsidi Fupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Penyalur di
Lini III, dan penyalur di lini IV wajib menjamin ketersediaan pupuk
bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, dan petambak di
wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
Pelaksana Subsidi Pupuk berkoordinasi dengan Dinas setempat untuk
penyerapan pupuk bersubsidi sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 9
(1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai
Harga Eceran Tertinggi (HET).
(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sebagai berikut
:
Urea
b. Pupuk SP-36
c. PupukZA
d.PupukNPK
= Rp. 1.800,- per kg;
= Rp. 2.OOO,- per kg;
= Rp. 1.400,- perkg;
= Rp.2.3OO,- perkg;
e. PupukOrganik - Rp. 500,- perkg;
a. Pupuk
(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 berlaku untuk pembelian oleh Kelompoktani atau petani, pekebun,
peternak, petambak di Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut
Urea
b.PupukSP-36
c.PupukZA
d. Pupuk NPK
e. Pupuk Organik
a. Pupuk
=
=
=
=
=
:
5O kg;
sOkC;
sOkC;
50 kC atau 2O kg;
4O kg
atau 20 kg;
Pasal
1O
(1) Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus
diberi label tambahan berwama merah, mudah dibaca dan tidak mudah
hilang/terhapus, yang bertuliskan
:
"Puouk Becubcldl Pemerintah"
Barang Dalam Pengawaean
(2) Khusus pengadaan dan penyaluran Pupuk Urea bersubsidi berwama pink
dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna orange.
BAB V
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal
11
Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melakukan pemantauan dan pengawasan
terhadap penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan
dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
UTTPIRAIT I
:
PERATIIRAIT BI,PATI TTILT,ITGAGT,ITG
ITOUOR : ?8
TAftcicAL 3 2/
TAIIT'T 2013
Dorcnbcr 2O13
I.AUPIRAJT
U3
PERATI,RAIT BI,PATI TT,LUITGAGIITG
rouoR r ?8 tellunzota
TAIYGKIAL
ALOI{ASI PUPUK BERSUBAIDI
SEKTOR PER:IAITIAIT TAHUI| 2.()14
I(ABUPATEIT TULUISGAGUI| G
AI,oXA8I PITPUr Eotrl
JI'ULAII
I
: 27
DG..abcr 2013
13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 2O/MDAG/PER/512O09 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengawasan Barang dan/ atau Jasa;
14.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:
43/Permentan/SR. 140/8/ 2O11 tentang Syarat dan Tata
Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik;
15.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
7OlPermentan/SR.140/10/ 2011 tentang Pupuk
:
Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah;
16.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
:
IS/M-
DAGIPER/4/ 2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian;
17.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:
122/Permentan/SR.130/11/ 2O13 tentang Kebutuhan
dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014;
l8.Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
Pedoman
237 /KptslOT.2|O/4/2OO3 tentang
Pengawasan, Pengadaan, Peredaran
Pupuk An-Organik;
19.
dan
Penggunaan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
239 I Kpts I OT.2LO I 4 I 2OO3
:
tentang Pengawasan Formula
Pupuk An-Organik;
20.
Menetapkan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 84 Tahun 2013
tentang kebutuhan dan Penyaluran Serta harga Eceran
Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggxan 2Ol4
2.
Pupuk An-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia' fisika
dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat
pupuk.
yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran
hewan dan/ atau bagian hewan dan/ atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan
bahan mineral dan/ atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik,
3. Pupuk Organik adalah pupuk
kimia dan biologi tanah.
4. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk
bagr tanaman sesuai
dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai
produktivitas yang optimal dan berkelanjutan.
5. Pupuk bersubsidi adalah barang
dalam pengawasan yang pengadaan dan
penyalurannya mendapat subsidi Pemerintah untuk kebutuhan Kelompok
Tani dan/ atau Petani di Sektor Pertanian.
Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk
bersubsidi yang dibeli oleh Petani/Kelompok Tani di penyalur Lini IV yang
6. Harga Eceran
ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
7.
Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak, dan budidaya ikan
dan/ atau udang.
8.
Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman pangan atau hortikultura dengan luasan tertentu.
9.
Pekebun adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu.
adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan
budidaya tanaman hijauan pakan ternak dengan luasan tertentu.
10. Peternak
11. Petambak adalah perorangan Warga N egara Indonesia
lahan
yang mengusahakan
untuk budidaya ikan dan atau udang dengan luasan tertentu'
12. Pelaksana Subsidi Pupuk adalah Badan Usaha
sebagai pelaksana penugasan
13. Penyalur
Milik Negara yang ditugaskan
untuk subsidi pupuk.
di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian yang berlaku.
14.
Penyalur
di Lini IV adalah
Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan
Pengadaan dan
Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
Menteri Perdagangan tentang
Penyaluran Pupuk
15. Kelompolrtani adalah
kumpulan petani/ pekebun/ peternak/ petambak yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usahataninya.
Definitjf Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi selanjutnya
disebut RDKK adalah rencana kebutuhan pupuk bersubsidi untuk satu
tahun yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok Tani yang
merupakan alat pesanan pupuk bersubsidi kepada Gabungan Kelompok Tani
16. Rencana
atau Penyalur Sarana Produksi Pertanian.
17.
Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) adalah wadah koordinasi
instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh
Gubernur untuk Tingkat Provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk Tingkat
Kabupaten/Kota.
BAB II
PERUI.ITUKAN DAN ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI
Pasal 2
(1)
Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, petemak yang
mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau
petambak dengan luasan maksimal
I
(satu) helrtar setiap
musim tanam per
keluarga.
(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan
bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan
atau perusahaan perikanan budidaya.
Pasal 3
(1)
Alokasi Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran
pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan
mempertimbangkan jumlah alokasi pupuk bersubsidi untuk Kabupaten
I\rlungagung Tahun 20 14.
(2) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan
menurut Sub Sektor, Jenis dan Jumlah, sebagaimana tersebut
Lampiran I Peraturan Bupati ini.
dalam
(3) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci tebih
lanjut dengan memperhatikan RDKK yang diusulkan oleh petani, pekebun,
peternak, pembudiaya ikan atau udang yang telah disetqjui petugas teknis,
penyuluh dan coordinator BPP setempat menurut Sub Sektor, Kecamatan,
Jenis, Jumlah dan Sebaran Bulanan sebagimana tercantum dalam lampiran
II Peraturan Bupati ini.
Pasal 4
Dinas bersama kelembagaan penyuluhan setempat wajib
melaksanakan
pembinaan kepada Kelompoktani dalam pen5rusunan RDKK sesuai luas areal
usahatani dan/ atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di
wilayahnya.
Pasal 5
(1) Apabila
di suatu wilayah terjadi kekurangan kebutuhan pupuk bersubsidi
sehinggatidaksesuaidengana.lokasisebagaimanadimaksuddalamPasal3
dan sub
ayat (3) dapat dipenuhi melalui realokasi antar wilayah' waktu
sektor.
(2)RealokasiantarKecamatandalamwilayahKabupatenditetapkanlebihlanjut
oleh KePala Dinas Pertanian'
(3)ApabilaalokasipupukbersubsididiwilayahKabupatenT\rlungagungpada
bulan berjalan tidak mencukupi, Pelaksana Subsidi Pupuk dapat
dari sisa
menyalurkan alokasi pupuk bersubsidi di wilayah bersangkutan
alokasibulansebelumnyadan/ataudarialokasibulanberikutnyadengan
tidak melampaui alokasi dalam 1 (satu) tahun'
BAB III
(HET) PUPUK BERSUBSIDI
PEI.IYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI
Pasal 6
Pupuk bersubsidi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2
ayat (1) terdiri atas
PupukAn-organikdanPupukorganikyangdiproduksidan/ataudiadakanoleh
Pelaksana Subsidi PuPuk.
Pasal 7
(1) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke
penyalur di Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian yang berlaku.
(2) Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian di penyalur di Lini IV
ke petani atau kelompok tani diatur sebagai berikut :
a. Penyaluran
pupuk bersubsidi oleh penyalur di Lini IV berdasarkan RDKK
sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya.
b.
Penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada huruf a
memperhatikan kebutuhan kelompok tani dan alokasi di masing-masing
wilayah.
c. Penyaluran
pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuai dengan
prinsip 6 (enam) tepat, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan
tepat mutu.
(3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani atau
kelompok tani sebagaimana dimaksud pada ayaf (2), Pemerintah Kabupaten
Tulungagung melakukan pendataan RDKK , sebagai dasar pertimbangan
dalam pengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Bupati ini.
(a) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi di tingkat petani/ kelompoktani
dilakukan meldui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesifik
lokasi oleh Penyuluh.
(5) Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di Lini fV ke petani dilakukan oleh
petugas pengawas yang ditunjuk sebagai kesatuan dari Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KPPP) di Kabupaten T\rlungagung.
Pasal 8
Pelaksana Subsidi Fupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Penyalur di
Lini III, dan penyalur di lini IV wajib menjamin ketersediaan pupuk
bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, dan petambak di
wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
Pelaksana Subsidi Pupuk berkoordinasi dengan Dinas setempat untuk
penyerapan pupuk bersubsidi sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 9
(1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai
Harga Eceran Tertinggi (HET).
(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sebagai berikut
:
Urea
b. Pupuk SP-36
c. PupukZA
d.PupukNPK
= Rp. 1.800,- per kg;
= Rp. 2.OOO,- per kg;
= Rp. 1.400,- perkg;
= Rp.2.3OO,- perkg;
e. PupukOrganik - Rp. 500,- perkg;
a. Pupuk
(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 berlaku untuk pembelian oleh Kelompoktani atau petani, pekebun,
peternak, petambak di Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut
Urea
b.PupukSP-36
c.PupukZA
d. Pupuk NPK
e. Pupuk Organik
a. Pupuk
=
=
=
=
=
:
5O kg;
sOkC;
sOkC;
50 kC atau 2O kg;
4O kg
atau 20 kg;
Pasal
1O
(1) Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus
diberi label tambahan berwama merah, mudah dibaca dan tidak mudah
hilang/terhapus, yang bertuliskan
:
"Puouk Becubcldl Pemerintah"
Barang Dalam Pengawaean
(2) Khusus pengadaan dan penyaluran Pupuk Urea bersubsidi berwama pink
dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna orange.
BAB V
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal
11
Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melakukan pemantauan dan pengawasan
terhadap penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan
dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
UTTPIRAIT I
:
PERATIIRAIT BI,PATI TTILT,ITGAGT,ITG
ITOUOR : ?8
TAftcicAL 3 2/
TAIIT'T 2013
Dorcnbcr 2O13
I.AUPIRAJT
U3
PERATI,RAIT BI,PATI TT,LUITGAGIITG
rouoR r ?8 tellunzota
TAIYGKIAL
ALOI{ASI PUPUK BERSUBAIDI
SEKTOR PER:IAITIAIT TAHUI| 2.()14
I(ABUPATEIT TULUISGAGUI| G
AI,oXA8I PITPUr Eotrl
JI'ULAII
I
: 27
DG..abcr 2013