20718 24748 1 PB

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 No. 6 Tahun 2017

ISSN :2301-9085

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IKRAR PADA MATERI KERUCUT
PADA SISWA KELAS IX SMP

Anna Fina Iffana
Program studi pendidikan matematika, jurusan matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: annafinaiffanai@gmail.com

Dr. Ismail, M.Pd.
Program studi pendidikan matematika, jurusan matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: ismail@unesa.ac.id
Abstrak
Pada kenyataannya, dibeberapa sekolah dalam pembelajaran matematika masih didominasi oleh aktivitas
latihan-latihan. Akibatnya siswa cenderung sulit dalam memecahkan masalah, jika permasalahan tersebut
sedikit diubah dengan konteks yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yaitu model pembelajaran IKRAR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
aktivitas siswa, hasil belajar, dan respons siswa menggunakan model pembelajaran IKRAR pada materi
kerucut kelas IX SMP. Rancangan penelitian yang digunakan adalah “One-Shot Case Study”.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan: (1) skor rata-rata kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran memperoleh nilai sebesar 3,15 dengan kategori baik; (2) aktivitas siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran termasuk ke dalam kategori aktif dalam pembelajaran; (3) hasil belajar siswa
dikatakan tuntas belajar dengan ketuntasan secara klasikal sebesar 78,13; dan (4) respons siswa
memperoleh respons positif.
Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Model Pembelajaran IKRAR, Pemecahan Masalah.

Abstract
In fact, mathematics learning practice in school still dominated by exercise activity. As a result, students
are found difficulty when tried to solve problem with different context. One of many strategies to
improving problem solving skill in mathematics is IKRAR learning model.
The porpose of research is to describe teacher ability to manage learning acivity, student’s activity,
student’s achievement, and student’s response when using IKRAR model learning in cone material on 9th
class Junior High School. This research design is “One-Shoot Case Study ”, it was held for three meetings.
The result showed : (1) the average score of teacher ability in managing learning get value equal to 3,15
with good category; (2) students’ activities during the learning activities is categorized active; (3)students
learning outcome are said to be thoroughly studied with mastery by classical is 78,13; and (4) students’

questionnaire response is catagorized positively.
Keywords: Mathematics Learning, IKRAR Learning Model, Problem Solving.
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika disekolah bertujuan untuk
melatih penalaran siswa dan kemampuan siswa dalam
mengembangkan kemampuan pemecahkan masalah. Hal
ini didukung oleh pendapat Ismail (dalam Ma’sum,
2013), tujuan pembelajaran matematika di sekolah yaitu
meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat
membantu
memperjelas
dan
menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan
bilangan dan simbol-simbol.

Pada kenyataannya, dibeberapa sekolah dalam
pembelajaran matematika masih didominasi oleh
aktivitas latihan-latihan soal yang terbatas pada

penggunaan strategi kognitif (Sudiarta, 2008).
Pembelajaran yang seperti ini menyebabkan siswa kurang
aktif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan mengkonstruksi pengetahuan. Oleh karena
itu diperlukan model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yaitu
model pembelajaran IKRAR.
Menurut Sudiarta (2010) model pembelajaran
IKRAR merupakan model pembelajaran konstruktivis

328

Volume 2 No. 6 Tahun 2017, HAL 328 - 331
yang berbasis pada pemecahan masalah. Model
pembelajaran IKRAR terdiri atas 4 tahap sebagai pilar
yaitu Inisiasi, Konstruksi-Rekonstruksi, Aplikasi, dan
Refleksi yang menjadi tahapan dalam model
pembelajaran IKRAR.
Tahap inisiasi yaitu yaitu proses permulaan dalam
diri siswa untuk memperoleh gambaran terhadap apa

yang akan mereka pelajari dalam suatu aktivitas kelas.
Tahap konstruksi-rekonstruksi yaitu inti dari proses
dimana siswa diharapkan mampu menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi konsep, prinsip dan prosedur
matematika, dimana proses-proses inilah yang akan
digunakan dalam penyelesaian masalah matematika
nantinya. Tahap aplikasi, yaitu proses penerapan kosep
secara utuh untuk melakukan pemecahan masalah. Tahap
refleksi, yaitu proses mental untuk melihat keseluruhan
proses mulai awal sampai akhir dalam pemecahan
masalah.
Fakta diperoleh dari dua penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan untuk
memahami materi kerucut. Berdasarkan hasil penelitian
Afriana (2014) diperoleh kesimpulan bahwa siswa
mengalami kesulitan antara lain (1) Siswa belum
memahami unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam
kerucut, (2) Kurangnya kemampuan siswa dalam operasi
aljabar masih rendah untuk menghitung luas permukaan
kerucut, menghitung jari-jari kerucut jika tinggi dan

volume diketahui, (3) Siswa kurang memahami maksud
dari soal serta tidak teliti dalam menyelesaikan soal cerita
berhubungan dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan rumus volume kerucut. Hal yang sama
diperoleh dalam penelitian Yulfiana (2015) menyatakan
bahwa berdasarkan diagnosis kesulitan dalam
menyelesaikan soal, kesulitan terbanyak pertama yang
dialami siswa terletak pada aspek penguasaan konsep
yang selalu berkaitan dengan materi kerucut.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
IKRAR pada metri kercut di kelas IX SMP yaitu
mendiskripsikan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan
respons siswa.

pemecahan masalah setelah diterapkan model
pembelajaran IKRAR.
3. Angket
Angket diberikan setelah proses pembelajaran

dengan model pembelajaran IKRAR dan pengerjaan
soal tes hasil belajar selesai dilaksanakan.
Teknik analisis data penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Analisis Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola
Pembelajaran
Langkah yang dilakukan untuk menganalisis data
sebagai berikut.
a. Memberikan skor tiap aspek.
b. Menghitung rata-rata keseluruhan pada seiap
pertemuan dengan menggunakan rumus sebegai
berikut.

Rata−rata keseluruhan=

Jumlah skor pertemuan
Bamyaknya aspek yang d

c. Menentukan nilai rata-rata secara keseluruhan dari
dua pertemuan.

d. Selanjutnya skor rata-rata kemampuan guru
mengelola pembelajaran diinterpresentasikan
setiap item pernyataan dengan menggunakan
kategori sebagai berikut:
Tabel 1 Kategori Kemampuan Guru
Mengelola Pembelajaran
Skor rata – rata guru
3,50 ≤ Skor ≤ 4,00
2,50 ≤ Skor < 3,50
1,50 ≤ Skor < 2,50
1,00 ≤ Skor < 1,50

Keterangan
Sangat Baik
Baik
Kurang
Sangat Kurang

(Masriyah, 2006)
2. Analisis Data Aktivitas Siswa

Setiap aktivitas yang diamati akan dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan presentase
tiap kategoori aktivitas dengan langkah berikut.
a. Menghitung jumlah frekuensi setiap kategori
pada setiap pertemuan.
b. Menentukan persentase setiap kategori aktivitas
pada setiap pertemuan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan
menggunakan “One Shot Case Study”sebagai rancangan
penelitian (Arikunto, 2006:85).Subjek penelitian ini yaitu
guru matematika dan siswa kelas IX-3 SMP Negeri 5
Sidoarjo tahun ajaran 2016/2017.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Observasi
Digunakan untuk mengamati kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa.

2. Tes
Digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa
dalam
mengembangkan
kemampuan

Persentase aktivitas ke−i=
c.
d.

Menghitung rata-rata persentase setiap kategori
aktivitas dari dua pertemuan.
Rata-rata persentase setiap kategori dianalisis
dengan
memperhatikan
waktu
ideal
terlaksananya tiap kategori yang mengacu pada
RPP yang telah dibuat dengan toleransi waktu

sebesar 5% dari waktu ideal. Alokasi waktu
untuk pertemuan pertama adalah 80 menit dan
pertemuan kedua 80 menit.

3. Analisis Data Tes Hasil Belajar

329

∑ aspek aktivitas ya
∑ aktivitas secara k

Model pembelajaran IKRAR
Sesuai dengan kurikulum 2013, ketuntasan
belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor
rerata ≥ 2,67. Konversi nilai dari rentang 0 – 100
menjadi 1,00 – 4,00 dilakukan dengan menggunakan
rumus yang diadaptasi dari Petunjuk Teknis
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah sebagai berikut.


Nilai=

d. Menghitung rata-rata persentase nilai respons
siswa untuk seluruh pernyataan.
e. Menentukan persentase nilai respons siswa
menggunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3. Kriteriai Persentase Nilai Respons Siswa
(NRS)
%NRS

0 ≤ NRS