PERMENHUT NO 46 TH 2014 ttg RENCANA KERJA KEMENTERIAN KEHUTANAN 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 46/MENHUT-II/2014
TENTANG
RENCANA KERJA KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: a. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah, dan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014
tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015,
mengamanatkan setiap Kementerian/Lembaga Negara
menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga Tahun
2015;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu
ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Rencana
Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2015;


Mengingat

: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang ...


-2-

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4405);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4452);
6. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2015;
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kehutanan;


MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG RENCANA
KERJA KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2015.

Pasal 1
Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2015 adalah sebagaimana
tercantum dalam lampiran Peraturan ini.

Pasal 2
Rencana Kerja Kementerian Kehutanan ini menjadi acuan dalam penyusunan
Rencana Kerja dan dokumen anggaran unit kerja Eselon I dan Eselon II lingkup
Kementerian Kehutanan Tahun 2015.

Pasal 3
Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Kehutanan menyusun Rencana
Kerja Tahun 2015 mengacu pada Rencana Kerja Unit Kerja Eselon I-nya.

Pasal 4....


-3-

Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.


AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,

ttd.

KRISNA RYA

2014

NOMOR

985

Kementerian Kehutanan

Rencana Kerja Tahun 2015


i|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

ii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia.
Nomor : P.46/MENHUT-II/2014

Rencana Kerja Tahun

2015
Sampul depan adalah foto salah satu staf Balai Besar Taman Nasional
Betung Kerihun melintas di Sungai Derian, TN. Betung Kerihun.
Sampul belakang : ketinting, kapal motor berukuran kecil, yang
digunakan untuk kegiatan eksplorasi di TN. Betung Kerihun. Keduanya

dokumentasi Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun.

TN. Danau Sentarum. Foto oleh Sandi Kusuma.

iii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

iv | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Helmi Basalamah
Abdul Hakim
Basoeki Karyaatmadja
Sakti Hadengganan
Hartono
Murdiyono
Amir Wardhana
Trijoko Mulyono

Waspodo
Sandi Kusuma
Yanti Novianti
Mira Sofia
Didid Sulastyo
Rini Oktaviani

Editor

Sampul, naskah dan tata letak

Kontributor foto (diurutkan sesuai abjad): Agus Triyanto (Balai TN. Danau Sentarum), Asri (Balai TN.
Takabonerate), Bambang Agus Kusyanto (ICWRMIP), BBTN. Betung Kerihun, Didid Sulastyo (Biro Perencanaan),
Evi Wulandari (FORCLIME-TC Module), Fredy Parabang (Balai TN. Lorenz), Haryadi (Balai TN. Kutai), Imas
Fardilah (Biro Perencanaan), Hendro Siswadi (Balai TN. Baluran), Komarwan (Balai TN. Danau Sentarum), Mira
Sofia (Biro Perencanaan), Mohamad Alwi (Balai TN. Wasur), Muhammad Desbi Aditya (Biro Perencanaan), Panji
A Nuariman (Balai TN. Lorenz), Pusat Penyuluhan Kehutanan, Rini Oktaviani (Biro Perencanaan), Rosdy Abaza
(Balai TN. Sebangau), Sandi Kusuma (Biro Perencanaan), Simon Onggo Eko Hastomo (Balai TN. Laiwangi
Wanggameti), Setditjen Planologi Kehutanan, Supratman Taba (Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Manado), Suningsih (Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Palembang), Surya Harun (Dinas Kehutanan

Provinsi Sulawesi Tengah) Syarief M. Ridwan (Balai Besar TN. Betung Kerihun), dan Teguh Rianto (Balai TN.
Gunung Rinjani),

Diterbitkan oleh Biro Perencanaan.
Gedung Manggala Wanabkat Blok VII
Lantai II. Jl. Jenderal Gatot
Subroto, Jakarta Pusat

Biro Perencanaan menerima foto terkait dengan pembangunan
kehutanan untuk dimuat di dalam Rencana Kerja Tahun 2016.
Silahkan dikirimkan ke : sandikusuma@yahoo.com atau
yanov2002@yahoo.com dilengkapi dengan informasi fotografer,
lokasi tahun pengambilan dan informasi terkait obyek foto.

Sungai Derian, TN. Betung Kerihun.
Foto oleh Syarief M. Ridwan.

v|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015


TN. Taka Bonerate. Foto oleh Asri.

vi | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PENGANTAR MENTERI
KEHUTANAN
Bismilahirrohmanirohim. Alhamdulillahirrobil alamin, puji dan syukur
kehadirat Ilahi Robbi. Hanya kepadaNYA kita mengabdi dan berserah
diri, menunaikan tugas untuk menjaga nikmat Allah, SWT, kepada bumi
Indonesia yang kita cintai sepenuh hati.
Dokumen Renja Kerja Tahun 2015 ini disusun, menandai berakhirnya
periode pembangunan 2014-2015 dan menyambut periode baru 2015-2019.
Hari berganti, tahun berlalu, semoga apa yang telah dicapai menjadi
penanda yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran pada apa yang
TN. Taka Bonerate. Foto oleh Asri
akan kita lakukan di tahun 2015.
Menyiapkan Rencana Kerja Tahun 2015, seperti menyiapkan sebuah

jembatan yang menghubungkan periode pembangunan kehutanan tahun 20102014 dengan periode 2015-2019. Hal ini karena harus diakui bahwa
mengurus hutan, tak hanya sekedar menjaga pohon tetap berdiri, tetapi
lebih dari itu : memastikan sistem di alam tetap berjalan yang
memungkinkan kekayaan hayati Indonesia tetap terjaga. Inilah esensi
utama pengurusan periode 2010-2014, yang selanjutnya memberikan
landasan bagi pengembangan kekayaan hayati Indonesia pada periode
2015-2019. Jembatan inilah yang menghubungkan skenario besar agar
kekayaan hayati tak hanya sekedar menjadi potensi, akan tetapi aktual
dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyerapan
tenaga kerja dan utamanya pengentasan kemiskinan.
Langkah utama pengurusan hutan di tahun 2015 adalah mengelola hutan di
tingkat tapak, sering disebut dengan kesatuan pengelolaan hutan.
Sebagai entitas terkecil, kesatuan pengelolaan hutan ini akan
digunakan sebagai unit bisnis dalam pengembangan kekayaan hayati yang
berkelanjutan. Dari sinilah kebutuhan untuk mempertahankan kawasan
hutan bertaut erat dengan upaya mendorong manfaat kekayaan hayati
untuk pembangunan nasional.
vii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Kesatuan pengelolaan hutan akan didukung oleh semua sumberdaya Kementerian Kehutanan,
mulai dari identifikasi potensi dan sebaran spasial oleh Direktorat Jenderal Planologi dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Sekretariat Jenderal membantu Ditjen
Planologi untuk menyiapkan kelembagaan, sumberdaya manusia kehutanan akan diupayakan oleh
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan. Sedangkan pelaksana
lapangan diberikan tanggung jawab sesuai fungsi hutan, kepada : Direktorat Jenderal PHKA
untuk hutan konservasi, Direktorat Jenderal BUK untuk hutan produksi dan BPDASPS untuk
hutan lindung. Inspektorat Jenderal akan membantu mengawasi pelaksanaan pembangunan di
tingkat tapak.

Ragam hayati TN.
Baluran. Foto oleh
Hendro Siswadi

viii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Akhirnya, semoga Allah, SWT, memberikan rahmat dan hidayahNYA, sehingga Kementerian Kehutanan
dapat memenuhi setiap target pembangunan yang telah dirumuskan di tahun 2015.

Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,

Jakarta, 11 Juli 2014.
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

KRISNA RYA

ZULKIFLI HASAN

ix | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

x|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF
Upaya mempertahankan hutan sesungguhnya merupakan upaya untuk
mempertahankan kelangsungan belasan juta orang yang
menggantungkan hidupnya secara langsung pada sistem alami
hutan Indonesia, serta ratusan ribu orang pekerja yang
bekerja di industri sektor hulu, dan ratusan ribu lainnya di
industri hilir. Ikhtiar-ikhtiar untuk mempertahankan hutan
itu juga telah memungkinkan kita masih bisa menikmati Gajah
Sumatera, Orangutan Kalimantan, Elang Jawa, Komodo, Anoa,
Cendrawasih, serta hidupan lain yang pada akhirnya menjadi
karakter adanya suatu wilayah.

TN. Danau Sentarum.
Gugusan 20 danau
yang menyimpan 16
trilyun meter kubik
air, limpasan dari
pegunungan
sekitarnya. Gugusan
danau ini juga
menyumbang 60%
kebutuhan ikan air
tawar di Provinsi
Kalimantan Barat.
Foto oleh Agus
Triyanto.

Pembangunan kehutanan juga berusaha untuk memulihkan peran
hutan dan lahan dalam menyangga kehidupan manusia, yang
bertaut erat dengan upaya mempertahankan hutan, sehingga
memungkinkan 20 sektor pembangunan nasional bisa berjalan,
sekaligus sebagai bagian dari sub sektor yang harus
memberikan kontribusi bagi produk domestik bruto Indonesia.

xi | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Secara numerik, hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai untuk mendorong produk
domestik bruto, antara lain

produksi kayu untuk memenuhi bahan baku industri. Angka pada

tahun 2013 sebesar 50,437 juta m3, meningkat dibandingkan tahun 2012 (49,258 juta m3) dan
3

tahun 2011 (47,429 juta m ).

Sumbangan terbesar produksi kayu diberikan oleh hutan

tanaman (29,67 juta m3), angka ini juga meningkat dibanding tahun 2012 (26,13 juta m3).
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan untuk meningkatkan supplay kayu dari hutan tanaman
dan mengurangi supplay kayu dari hutan alam (lebih dikenal dengan kebijakan soft

landing) telah mulai terlihat hasilnya. Secara langsung, upaya ini dapat dipahami sebagai
upaya untuk mendorong mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan yang telah menjadi
komitmen Pemerintah Indonesia.

Nilai ekspor produk kehutanan berupa kayu pada tahun 2013 sebesar US$ 6.078.187.543,74.
Sumbangan terbesar diberikan oleh produk panel sebesar US$ 2.644.183.733,25, berturutturut setelahnya adalah pulp US$ 1.850.147.441,80 dan kertas sebesar US$ 842.019.354,95.

Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah produk kehutanan, produksi kayu olahan terus
ditingkatkan. Pada tahun 2013 produksi kayu olahan untuk jenis serpih kayu sebesar 23,209
juta m3, meningkat dibanding tahun 2012 (19,64 juta m3). Produk olahan lain tahun 2013
3
3
diantaranya plywood mencapai 3,2 juta m , veneer 904,9 ribu m dan kayu gergajian 1,18 juta

m 3.
xii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Situasi TN.Lorenz, Papua (gambar atas dan bawah, sebelah kiri). Lanskap TN. Lorenz (gambar sebelah kanan) : atas, Danau Habema di
ketinggian 3225 mdpl dengan luas 224,35 ha. Nama Habema diadopsi dari nama seorang perwira detasemen militer Belanda, Letnan D.
Habbema, yang mengawasi detasemen militer pada ekspedisi pimpinan H. A. Lorentz di kawasan ini tahun 1909 dengan misi utama untuk
mencapai salju tropis yang terdapat di Puncak Wilhelmina (Puncak Trikora saat ini). Bawah, sebelah kiri, Danau Walesi, yang difoto
dari camp pendakian 3.602 mdpl, Distrik Trikora Kabupaten Jayawijaya. Sebelah kanan, meander sungai Baliem yang terdapat di lembah
Kwiyawage di bagian Utara Pegunungan Tengah. Meander ini membelah formasi hutan Nothofagus raksasa yang terlihat hijau di punggung
perbukitan, di bagian kanan dan kiri meander terpola dengan baik perladangan masyarakat lokal yang bermukim di lembah ini. Peta dan
foto oleh Panji A Nuariman.

xiii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

DAFTAR ISI
vii.

Pengantar Menteri Kehutanan
xi.
Ringkasan Eksekutif
xiv. Daftar Isi
xv.
Keterangan Istilah

I.
Pendahuluan
Capaian Pembangunan Kehutanan 2013
II.
III.
Tantangan dan Kebijakan 2015
Sasaran, Program dan Kegiatan 2015
IV.
Penutup
V.

TN. Alas Purwo. Foto oleh Rini Oktaviani.

xiv | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

KETERANGAN ISTILAH
APBN

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, mekanisme pengangggaran
tahunan oleh Negara, yang mencerminkan besarnya pendapatan dan
belanja.

BPK-RI

: Badan Pemeriksa Keuangan-Republik Indonesia, salah satu lembaga
tinggi Negara yang bertugas melakukan audit keuangan terhadap
pelaksanaan pembangunan. Hasil audit diungkapkan dalam bentuk
opini, antara lain : Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) dan Disclaimer.

DAK

: Dana Alokasi Khusus, transfer dana pemerintah pusat ke pemerintah
kabupaten/kota untuk memperkuat fiskal dan membiayai prioritas
nasional.

DAS

: Daerah Aliran Sungai, sebuah unit pengelolaan yang didasarkan atas
wilayah tangkapan air hujan, dibatasi punggung-punggung bukit.

Dekonsentrasi

: Pelimpahan sebagian urusan pemerintah pusat (dalam hal ini
Kemenhut) kepada pemerintah provinsi (Dinas yang menangani urusan
kehutanan), yang diikuti dengan penganggaran.

HA

: Hutan Alam, kawasan hutan produksi yang masih alami. Pemanfaatannya
dilakukan melalui penebangan kayu jenis komersial, selanjutnya
dilakukan penanaman.

HD

: Hutan Desa, sebuah mekanisme pengelolaan yang diberikan kepada
lembaga desa.

HHBK

: Hasil Hutan Bukan Kayu,biasanya dalam bentuk getah, rotan, sutera
alam, buah jelutung dan lain-lain.

xv | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

HKm

: Hutan Kemasyarakatan, sebuah mekanisme pengelolaan hutan yang
diberikan kepada kelompok masyarakat.

HR

: Hutan Rakyat, sebuah mekanimse pengelolaan hutan di atas tanah
milik.

HT

: Hutan Tanaman, kawasan hutan produksi yang pemanfaatannya diawali
dengan mekanisme penanaman, hingga mencapai umur tertentu untuk
dilakukan penebangan. Jika pemanfaatan dilakukan oleh kelompok
masyarakat, selanjutnya disebut dengan hutan rakyat (HTR).

IUCN

: International Union for Conservation of Nature Resources, komisi
internasional untuk konservasi alam.

IUPHHK-HA

: Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam, mekanisme
pemanfaatan kayu di hutan alam.

IUPHHBK

: Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan kayu, mekanisme
pemanfaatan HHBK di kawasan hutan produksi dan hutan lindung

IUPHHK-HT

: Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanamman, mekanisme
pemanfaatan kayu di hutan tanaman

KHDTK

: Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus, alokasi kawasan hutan untuk
tujuan penelitian dan pengembangan.

KKN

: Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

KPH

: Kesatuan Pengelolaan Hutan, unit pengelolaan hutan terkecil, di
tingkat tapak. Untuk kelompok hutan yang luasnya didominasi oleh
hutan produksi, disebut dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP), hutan lindung (KPHL) dan hutan konservasi (KPHK).

KPS

: Kerjasama Pemerintah Swasta, mekanisme pembiayaan pembangunan
diluar anggaran pemeerintah, biasanya oleh masyarakat dan swasta.
xvi | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

KTH

: Kelompok Tani Hutan, mekanisme penguatan kelembagaan dalam upaya
pemberdayaan masyarakat

NSPK

: Norma, Standar Pedoman dan Kriteria, koridor yang mengatur hal-hal
tertentu untuk dijadian pedoman dalam pelaksanaannya.

PHPL

: Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, standar pengelolaan hutan
produksi untuk mendorong keberlanjutan produksi hutan.

PNBP

: Penerimaan Negara Bukan Pajak, di Kemenhut diterima dari
pemanfaatan kayu, HHBK, peredaran TSL, pemanfaatan wisata alam dan
jasa lingkungan, penggunaan kawasan hutan

RAN-GRK

: Rencana Aksi Nasional-Gas Rumah Kaca, rencana aksi yang menjadi
kesepakatan pemerintah dalam penurunan emisi gas rumah kaca.
Ditandatangani oleh Presiden sebagai Instruksi Presiden Nomor 61
Tahun 2011.

Renja

: Rencana Kerja, dokumen perencanaan kementerian/lembaga, dalam hal
ini adalah Kementerian Kehutanan.Untuk jangka 5 tahunan, disebut
dengan Rencana Strategis (Renstra)

RJP

: Rencana Jangka Panjang, disusun untuk memandu pengelolaan KPH,
berjangka waktu 10 tahun.

RKP

: Rencana Kerja Pemerintah, dokumen perencanaan tahunan pemerintah.
Untuk jangka 5 tahunan sering disebut dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN)

RKTN

: Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), arahan pemanfaatan ruang
untuk kawasan hutan tingkat nasional. Untuk provinsi (RKTP) dan
untuk kabupaten/kota (RKTK).

xvii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

RTRW

: Rencana Umum Tata Ruang Wilayah, pola pengaturan ruang, didalamnya
mengatur pola pemanfaatan lahan. Untuk wilayah nasional (RTRWN),
provinsi (RTRWP) dan Kabupaten/kota (RTRWK).

SAKIP

: Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, mekanisme
transparansi kinerja instansi pemerintah yang penilaiannya
dilakukan setiap tahun oleh Kementerian Pendayagunaan dan Aparatur
Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB). Hasil penilaian dalam
bentuk poin yang dimasukkan ke dalam kategori (A, B, CC, dan
seterusnya).

SDM

: Sumberdaya Manusia

SPORC

: Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat, kesatuan polisi hutan yang
dipergunaan yang memiliki kemampuan lebih untuk meningkatkan
pemberantasan penebangan liar.

TN

: Taman Nasional, salah satu tipe hutan konservasi sesuai UU Nomor 5
Tahun 1990 dan UU Nomor 41 Tahun 1999. Hutan Konservasi dibagi
kedalam (1) kawasan saka alam (KSA), terdiri atas cagar alam (CA),
suaka margasatwa (SM); (2) kawasan pelestarian alam (KPA), terdiri
atas : taman wisata alam (TWA) dan cagar biosfer (CB); dan (3)
taman buru (TB).

TSL

: Tumbuhan dan Satwa Liar, hasil hutan berupa tumbuhan dan satwa dari
hasil penangkaran yang diperkenanan untuk diperdagangkan.

UPT

: Unit Pelaksana Teknis, satuan kerja di bawah Kemenhut yang
melaksanakan kebijakan.

WBK

: Wilayah Bebas Korupsi, sebuah upaya untuk mendorong pemberantasan
korupsi yang dengan kriteria tertentu, sebuah satuan kerja dapat
ditetapkan sebagai WBK.
xviii | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Pagi di TN. Danau Sentarum. Foto oleh Mira Sofia.

xix | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

I.

PENDAHULUAN

Mandat. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009, Kementerian Kehutanan dibentuk
untuk menyelenggarakan urusan kehutanan.
Amanat. Penyusunan Rencana Kerja (selanjutnya
disebut dengan Renja) Kementerian Kehutanan
Tahun 2015,merupakan amanat dari Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006.
Proses penyusunan. Kamis, 20 Maret 2014.
Menteri PPN/Bappenas dan Menteri Keuangan
menerbitkan surat bersama yang berisi pagu
indikatif Kemenhut Tahun 2015. Dari sinilah
trilateral meeting (Kemenhut,Kemen
PPN/Bappenas dan Kemenkeu) dilaksanakan
untuk merumuskan dan menyepakati target yang
akan dicapai tahun 2015.
Rumusan berikutnya disusun dan disepakati
pada trilateral desk (Kemenhut,Kemen
PPN/Bappenas dan Bappeda seluruh provinsi),
untuk target dan anggaran di setiap provinsi.
Sebelumnya, kisi-kisi pembangunan kehutanan
2015-2019 dirumuskan di berbagai diskusi dan
lokakarya. Kisi-kisi pembangunan ini yang
menjadi pijakan, sehingga apa yang akan
dilakukan tahun 2015 merupakan bagian dari
pembangunan kehutanan tahun 2015-2019.

1|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Visi. Hutan lestari
untuk kesejahteraan
masyarakat yang
berkeadilan. Visi dan
selanjutnya misi yang
disepakati di dalam

Trilateral Meeting
masih mengacu pada
Rencana Strategis
(selanjutnya disebut
dengan Renstra)
Kementerian Kehutanan
Tahun 2010-2014. Hal
ini mengingat bahwa
Renstra masih menunggu
RPJMN Tahun 2015-2019
yang harus disyahkan
oleh Presiden terpilih
hasil Pemilu Tahun
2014.

Jalak Bali di TN. Bali Barat.
Foto oleh Didid Sulastyo.

2|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

II.

CAPAIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN 2013

Ikhtiar untuk mempertahankan dan memulihkan kawasan
hutan itu terserak dari Pegunungan Leuser hingga
Pegunungan Lorentz. Mulai dari menjaga hidupan Harimau
Sumatera hingga menjamin Cendrawasih di Papua.Bahkan
yang menarik, di dalamnya masih harus memenuhi kebutuhan
kayu, rotan, madu, sutera alam dan hasil hutan bukan
kayu lainnya untuk konsumsi dalam dan luar
negeri.Semuanya seperti menautkan fungsi hutan Indonesia
sebagai penyangga, yang memungkinkan 20 sektor
pembangunan nasional bisa berjalan, sekaligus sebagai
bagian dari sub sektor yang harus memberikan kontribusi
bagi produk domestik bruto Indonesia.
Namun yang paling penting, mempertahankan hutan
sesungguhnya adalah mempertahankan kelangsungan belasan
juta orang yang menggantungkan hidupnya secara langsung
pada sistem alami hutan Indonesia, serta ratusan ribu
orang pekerja yang bekerja di industri sektor hulu, dan
ratusan ribu lainnya di industri hilir.
Hasil utama dari ihktiar itu adalah turunnya laju
deforestasi Indonesia menjadi seluas 0,61 juta ha pada
periode 2011-2012,angka ini cenderung turun dibandingkan
2 (dua) dasawarsa sebelumnya.

3|Rencana

TN. Sebangau. Foto atas dan samping
oleh Rosdy Abaza.

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

3,51

1,87
1,08

1,17
0,83
0,45

1990-1996

1996-2000

2000-2003

2003-2006

4|Rencana

2006-2009

2009-2011

0,61
2011-2012

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Capaian kinerja tahun 2013
memperoleh nilai sebesar
112,97%. Capaian ini meningkat
6,56% bila dibandingkan capaian
Tahun 2012 (106,41%).
Berdasarkan hasil pengukuran
terhadap capaian 18 sasaran
strategis yang telah ditetapkan,
realisasi pencapaian target
kumulatif rata-rata sampai
dengan tahun 2013 sebesar
87,59%.
Terkait dengan pelaksanaan
anggaran,Kemenhut menerima
Rp.6,606 trilyun,atau meningkat
sebesar 16,14% dibandingkan
alokasi anggaran tahun 2012
(Rp.5,688 trilyun). Secara
relatif, realisasi pelaksanaan
anggaran tahun 2013 sebesar
92,36%. Angka ini juga meningkat
16,73% dibandingkan tahun 2012 .
Dengan demikian, kinerja
pelaksanaan anggaran Kemenhut
tahun 2013 selain meningkat dari
nilai absolutnya, juga meningkat
dari aspek relatifnya,
dibandingkan dengan tahun 2012.

Capaian (%)
No.

Sasaran
2012

2013
104,71

1

Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga
pengelolaan sumberdaya hutan dapat
dilaksanakan secara lebih optimal

95,55

2

Peningkatan investasi usaha pemanfaatan
hutan produksi dan industri primer hasil
hutan, serta peningkatan produksi dan
diversifikasi hasil hutan

116,10 132,20

3

Biodiversitas dan ekosistemnya berperan
signifikan sebagai penyangga ketahanan
ekologis dan penggerak ekonomi riil, serta
pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan
global

123,72 119,04

4

Berkurangnya lahan kritis pada DAS prioritas 102,64 111,66

5

Minimal 60% hasil penelitian dan
pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan
dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan
teknis kehutanan, dan pengayaan ilmu
pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan
dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu
perubahan iklim

6

Terwujudnya pengawasan dan peningkatan
126,79 130,86
akuntabilitas aparatur Kemenhut, serta
mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan
tata kelola Kemenhut

7

Meningkatnya tata kelola administrasi
pemerintahan kemenhut secara efektif dan
efisien, serta mewujudkan reformasi
birokrasi dan tata kelola

106,30

8

Peran serta masyarakat dalam pembangunan
kehutanan dan peningkatan kualitas aparatur
Kemenhut

107,94 134,42

Rerata

5|Rencana

72,22

78,55

92,35

106,41 112,97

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PERENCANAAN MAKRO BIDANG KEHUTANAN
DAN PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN
Tata batas kawasan hutan yang
diselesaikan tahun 2013 sepanjang
18.359,88 km. Angka ini terus
ditingkatkan dari tahun 2010 untuk
memastikan penyelesaian pemantapan
kawasan hutan sebagai hutan tetap.
Batas kawasan hutan yang dibutuhkan
untuk ditata batas sepanjang 63.000 km,
sedangkan secara kumulatif, panjang
batas yang sudah ditata batas hingga
tahun 2013 sepanjang 43.210,78 km.
Secara paralel, pemantapan kawasan
hutan juga didorong dengan penguatan
pengelolaan hutan di tingkat tapak
dalam bentuk KPH.
Dari target 600 KPH yang akan dibangun
di seluruh kawasan hutan, target pada
tahun 2010-2014 sebanyak 120 KPH.
Hingga tahun 2013, telah dibangun 90
KPH. Sebagai upaya awal
operasionalisasi KPH, 90 KPH yang
dibangun telah dideliniasi wilayah,
disiapkan kelembagaan, dan dipenuhi
sarana prasarana minimal dalam bentuk
kantor dan kendaraan operasional.

Tahun 2013

18.359,88

Tahun 2012

Tahun 2011

Tahun 2010

16.336,07

5.148,83

3.366

30

Tahun 2013

36

Tahun 2012

Tahun 2011

12

Tahun 2010

12

6|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

BINA USAHA KEHUTANAN
Nilai ekspor produk kehutanan berupa kayu pada tahun 2013 sebesar US$ 6.078.187.543,74.
Sumbangan terbesar diberikan oleh produk panel sebesar US$ 2.644.183.733,25, berturutturut setelahnya adalah pulp US$ 1.850.147.441,80 dan kertas sebesar US$ 842.019.354,95.
Produksi kayu untuk memenuhi bahan baku industri pada tahun 2013 sebesar 50,437 juta m3,
meningkat dibandingkan tahun 2012 (49,258 juta m3) dan tahun 2011 (47,429 juta m3). Sumbangan
terbesar produksi kayu diberikan oleh hutan tanaman (29,67 juta m3), angka ini juga meningkat
dibanding tahun 2012 (26,17 juta m3).
Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah produk kehutanan, produksi kayu olahan terus
ditingkatkan. Pada tahun 2013 produksi kayu olahan untuk jenis serpih kayu sebesar 23,209
juta m3, meningkat dibanding tahun 2012 (19,64 juta m3). Produk olahan lain tahun 2013
3
3
diantaranya plywood mencapai 3,2 juta m , veneer 904,9 ribu m dan kayu gergajian 1,18 juta
m3.

Pengelolaan hutan produksi di PT. Balikpapan Forest Industry (BFI), Kalimantan Timur. Foto oleh Sandi Kusuma.

7|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN
PERLINDUNGAN HUTAN
Luas konflik yang telah diselesaikan hingga tahun 2013 seluas
26.559,70 ha. Angka ini telah melebihi target tahun 2010-2014 (25.000
ha). Lokasi konflik yang telah diselesaikan di tahun 2013 berada di
Taman Wisata Alam Sibolangit (Sumatera Utara) dan Taman Wisata Alam
Laut Padamarang (Sulawesi Selatan).
Secara statistik, rerata dari 14 spesies berhasil ditingkatkan
populasinya, namun demikian, jumlah spesies yang berhasil
ditingkatkan populasinya hingga tahun 2013 sebanyak 11 spesies, 3
spesies diantaranya mengalami penurunan yaitu Gajah Sumatera,
Orangutan dan Jalak Bali.
Jumlah hotspot di 3 pulau prioritas pengendalian kebakaran hutanPulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi (21 provinsi)- pada tahun
2013 sebanyak 18,778 titik, atau berhasil menurunkan jumlah hotspot
sebanyak 40.112 titik dari rerata 2005-2009 (58.890 titik). Dengan
demikian, pada tahun 2013 target penurunan hotspot tercapai sebesar
115.03%.
37.690
32.323
30.152

25.922

Keragaman burung TN. Laiwangi
Wanggameti, Foto oleh Simon
Onggo Eko Hastomo

2011

24.027
18.778

2012
Toleransi maksimal

8|Rencana

2013
Jumlah hotspot

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PENINGKATAN DAYA DUKUNG DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL

9|Rencana

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

1.358.733

801.216

400.608

408.122
302.466
201.480

100.737
1.175
2010

10.401
2.570
2011

19.210
2.570

2012

31.613
3.606
2013

rehabilitasi hutan (ha)
rehabilitasi lahan (ha)
hutan kota (ha)
rehabilitasi mangrove/pantai (ha)

Pemulihan kawasan hutan yang telah rusak, utamanya
di hutan konservasi dan hutan lindung, pada tahun
2013 telah dilakukan 105, 6 ribu ha (kumulatif
mencapai 408,1 ribu ha). Untuk lahan kritis seluas
557,5 ha (kumulatif 1,3 juta ha). Upaya rehabilitasi
juga dilakukan di mangrove dan pantai, seluas 12,4
ribu ha dan pembangunan hutan kota 1.036 ha.

Persemaian Permanen BPDAS Tondano, Sulawesi Utara,
Foto oleh Sandi Kusuma.

Penetapan areal kerja HKm dan HD juga dilakukan
untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
pengelolaan hutan. Tahun 2013, telah ditetapkan
areal kerja seluas 446,4 ribu ha (kumulatif seluas
1,9 juta ha). Sedangkan untuk di luar kawasan hutan,
telah didorong kemitraan hutan rakyat seluas 54,8
ribu ha di tahun 2013 (kumulatif mencapai 213,3 ribu
ha)
10 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
KEHUTANAN
Jumlah kelompok usaha produktif (KUP) yang telah
difasilitasi tahun 2013 sebanyak 137 unit (secara
kumulatif menjadi 452 unit). Keberhasilan dari capaian
ini dapat dilihat dengan adanya perkembangan perputaran
permodalan dan pendapatan kelompok yang bertambah kurang
lebih 30% dari modal awal yang dikucurkan (Rp.25 juta
per kelompok). Jenis usaha yang dikembangkan meliputi
pembibitan tanaman kayu-kayuan, persemaian, budidaya
lebah madu, budidaya jamur kayu/jamur tiram, pengolahan
kopi mangrove, inokulasi gaharu, pembibitan tanaman
mangrove, dan sebagainya.
Jumlah kemitraan yang dibangun tahun 2013 sebanyak 16
kelompok. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan peran
serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan
masyarakat, yang dilakukan kemitraan antara industri
pengolahan kayu dan Kelompok Tani Hutan (KTH sebagai
pelaku utama).

KUP di Kabupaten Pringsewu,Lampung, keberadannya menyumbang
keberlanjutan ketersediaan air untuk 25 ha usaha padi, dengan
menyediakan pilihan ekonomi masyarakat selain menebang hutan.
Foto oleh Pusat Penyuluhan Kehutanan

11 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Capaian Kinerja Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
No
1.

Indikator Kinerja

2010

2011

2012

2013

Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 1.500 orang

-

189

307

560

2. Terbentuknya 500 kelompok usaha produktif kehutanan

81

105

129

137

3. Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi
kehutanan minimal 15.000 orang
4. Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 orang

5.190

9.231

3.036

4.667

308

311

323

461

5. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran
serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan
masyarakat

18

2

10

16

Memberdayakan masyarakat untuk
melestarikan hulu DAS Citarum,
salah satu tujuan dari Integrated

Citarum Water Resources Management
Investment Programme (ICWRMIP).
Bersinergi dengan model desa
konservasi di Balai Besar KSDA Jawa
Barat. Foto diatas menggambarkan
pelatihan pertanian organik dan
kewirausahaan sebagai bagian dari
penguatan kelompok dalam upaya
pelestarian kawasan konservasi di
hulu das Citarum. Foto oleh Bambang
Agus Kusyanto.

12 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

Penangkaran Flora dan Fauna Endemik Sulawesi, Balai Litbang Kehutanan Manado bekerjasama dengan Balai Konservasi
Sumberdaya Alam Sulawesi Utara, yang menyediakan informasi prilaku satwa untuk mengetahui faktor penting dalam
peningkatan populasi spesies langka. Foto oleh Sandi Kusuma.

Target output program pada akhir tahun 2014 adalah menghasilkan 25 paket iptek, dan
sampai dengan tahun 2013 telah tercapai sebesar 80%. Sasaran utama Program Penelitian
dan Pengembangan adalah minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat
dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan
ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu
perubahan iklim.
Dari target 60%, hasil iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna setiap
kegiatan adalah : bidang konservasi dan rehabilitasi sebesar 81,16%, di bidang
produktivitas hutan sebesar 80,88%, bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil
hutan sebesar 72,00%, dan bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebesar 80,17%

13 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Diseminasi hasil Litbang
No.
A.
1.
2.
3.
4.
B.
1.
2.
3.
4.
5.

Diseminasi Hasil Litbang
Penerbitan hasil litbang
Jurnal ilmiah
Prosiding Seminar
Publikasi Semi Ilmiah (Info/Wana/Tajuk/Seri
Publikasi (Warta/newsletter)
Event Diseminasi
Penyelenggaraan Pameran
Partisipasi Pameran
Penyelenggaraan Seminar/ekspose
Pelayanan konsultasi/advis teknis
Penyelenggaraan Alih teknologi
Jumlah

Jumlah Terbitan/Event
2009
86
31
18
19
18
306
83
83
42
73
25
392

2010
99
35
16
29
19
318
79
79
45
86
29
417

2011
93
34
11
26
22
277
21
81
52
102
21
370

2012
127
34
31
38
24
340
37
71
60
146
26
467

2013
131
37
27
41
26
422
34
89
58
223
18
553

Beberapa hasil litbang yang cukup menonjol antara lain : teknologi budidaya gaharu,
teknik pembibitan metode KOFFCO, aplikasi mikorisa, kelembagaan mikrohidro, bibit hasil
pemuliaan (mangium, jati, kayu putih, jabon dll), pengendalian penyakit sengon, sistem
perencanaan DAS, penangkaran rusa dan anoa, budidaya bambu dan rotan, sutera alam,
rekayasa alat pemadam kebakaran, bambu lamina, cuka kayu, persamaan allometrik penduga
biomassa pohon dan kebijakan perubahan iklim/REDD+. Badan Litbang Kehutanan juga telah
menghasilkan 31 sumber benih bersertifikat. Hasil dari sumber benih dapat dimanfaatkan
lebih lanjut untuk mendukung pembangunan hutan tanaman dan rehabilitasi. Perlindungan
hasil penelitian sebagai hasil karya intelektual peneliti melalui Hak atas Kekayaan
Intelektual (HKI) sampai tahun 2013 telah diperoleh 23 hak paten dan 9 hak
cipta.Selanjutnya, hasil-hasil penelitian dan pengambangan serta hasil kerjasama dapat
diunduh di alamat website http://www.forda-mof.org dan http://www.redd.indonesia.org

14 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR
KEMENTERIAN KEHUTANAN
Sasaran utama program ini untuk menurunkan beberapa jenis kelemahan, yang hasilnya
pada tahun 2013 adalah :

Indikator kinerja
Kelemahan administrasi diturunkan (%)
Pelanggaran terhadap peraturan perundangan
berkurang (%)
Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang
(%)
Potensi kerugian negara diturunkan (Rp. milyar)

2009
20,04

2010
23,59

Tahun
2011
29,85

2012
12,74

2013
9,23

14,69

7,10

6,12

3,78

3,51

14,31

13,65

10,69

6,19

8,57

695, 079

644, 575

633,046

580,702

87,668

Hari Bakti Rimbawan Tahun 2013 di
Gedung Manggala Wanabakti, salah
satu upaya untuk merekatkan dan
meningkatkan kualitas aparatur
Kementerian Kehutanan. Foto oleh
Sandi Kusuma.

15 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
KEMENTERIAN KEHUTANAN
91,89

86,29

82,18

92,63

81,2
65,06

53,37

56,5

SAKIP (point)

2009

2010

68,04

58,49

Realisasi Anggaran (%)

2011

2012

2013

Lokalatih sustainable livelihood
assessment di Kapuas Hulu untuk
fasilitator desa di Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat. Dilaksanakan

Forestry and Climate Change
Programme, kerjasama Pemerintah
Indonesia dan Jerman,untuk
mengimplementasikan kebijakan
pembangunan kehutanan dalam rangka
mengurangi emisi gas rumah kaca
sebesar 300-400 ton setara karbon
di Kapuas Hulu, Malinau (Kalimantan
Utara) dan Berau (Kalimantan
Timur). Pelaksana dari program inii
adalah Biro Perencanaan. Foto oleh
Evi Wulandari, Forclime Programme.

16 | R e n c a n a

Laporan keuangan Kementerian Kehutanan
menunjukkan peningkatan kualitasnya
dari tahun ke tahun. Tahun 2011, Badan
Pemeriksa Keuangan memberikan opini
ćWajar Tanpa Pengecualian dengan
Paragraf Penjelasan (WTP-DPP)Ĉ.
Sedangkan untuk tahun 2012, masih
belum diterbitkan oleh BPK karena
masih dalam proses audit. Meski
demikiian, hasil audit semester I
(audited) laporan keuangan tahun 2013
sudah mengarah pada target opini ć
wajar tanpa pengecualian (WTP)Ĉ.
Kondisi yang sama juga untuk nilai
sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah yang diberikan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Tahun
2013, Kementerian Kehutanan memperoleh
nilai 68,04 (predikat B).

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

17 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

III.

TANTANGAN DAN KEBIJAKAN TAHUN 2015

Harus diakui bahwa ekosistem hutan Indonesia memiliki mekanisme yang rumit.
Ragam hayati yang besar dalam satu ruang, pastilah berbanding terbalik dengan
kelimpahan tiap spesiesnya. Belum lagi tautan keseimbangannya dengan
keberadaan masyarakat dan kebutuhan pembangunan secara nasional.
Dengan demikian, tantangan utama pembangunan kehutanan tahun 2015 adalah
bagaimana menyiapkan skenario pengelolaan di tingkat tapak, yang didasari
basis data di tiap tapak yang jelas, sehingga membuka ruang pemanfaatan
keanekaragaman hayati untuk mendukung pembangunan nasional.

Lanskap dan ragam hayati TN.
Sebangau.Foto oleh Rosdy Abaza.

18 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Tantangan dan kebijakan pembangunan nasional
2015, memantapkan perekonomian nasional,
menjaga stabilitas ekonomi dan mempercepat
pengurangan pengangguran. Selanjutnya tema
pembangunan nasional 2015, melanjutkan
reformasi bagi percepatan pembangunan ekonomi
yang berkeadilan.
Bidang-bidang yang didukung oleh pembangunan
kehutanan di dalam prioritas nasional tahun
2015 : (1) Ekonomi, terkait dengan
penyelesaian isu strategis transformasi
sektor industri dalam arti luas, yang
kebijakannya diarahkan dalam penumbuhan
populasi dan pemerataan persebaran industri,
yang dilakukan melalui peningkatan tata
kelola hutan pada 109 KPH serta peningkatan
produktivitas 120 KPH dengan luas 16,35 juta
ha yang tersebar di luar Pulau Jawa untuk
mendukung forest based industry di luar Pulau
Jawa; (2) Sarana dan Prasarana, terkait
dengan penyelesaian isu strategis peningkatan
ketahanan air. Kebijakan dan strateginya
ditempuh melalui peningkatan kualitas
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi DAS, peningkatan rehabilitasi dan
reklamasi DAS, peningkatan pengelolaan DAS
dalam KPH dan peningkatan fungsi konservasi
sumberdaya air DAS yang bersangkutan;

19 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Foto Atas : Danau Habema pada ketinggian 3.200 mdpl, berlatar belakang Barisan Pegunungan Jayawijaya dan Paramatiya
montium di Lembah Habema. Keduanya di TN. Lorenz, Papua. Foto oleh Fredy Parabang. Foto Samping Danau Sentarum, TN.
Danau Sentarum, Kalimantan Barat.Foto oleh Agus Triyanto.

(3) Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan, terkait dengan isu strategis peningkatan
keekonomian keanekaragaman hayati dan kualitas lingkungan hidup. Kebijakan yang
dilaksanakan diarahkan untuk mengembangkan upaya konservasi dan rehabilitasi
keanekaragaman hayati, mengembangkan pemanfaatan keekonomian keanekaragaman hayati
yang bernilai tambah (bioprospecting), meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui
fasilitasi pemulihan tutupan hutan dan memperkuat penanganan perubahan iklim; dan (4)
Lintas bidang, utamanya terkait isu strategis gender dan perubahan iklim.

20 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Kebijakan pembangunan kehutanan tahun 2015,
diarahkan pada :
1. Peningkatan tata kelola sumberdaya
hutan melalui pembangunan dan
peningkatan pengelolaan KPH di hutan
produksi, hutan konservasi dan hutan
lindung.
2. Peningkatan hasil hutan dan
bioprospecting melalui pola kemitraan
dalam pengelolaan kawasan hutan (public
private patnership)dan perkuatan
integrasi industri hulu-hilir dalam
bentuk pengembangan integrated forest
based cluster industry.
3. Peningkatan perlindungan dan pengamanan
kawasan hutan serta pencegahan
penanggulangan kebakaran hutan.
4. Pemulihan kawasan hutan untuk
meningkatkan fungsi dan daya dukung
DAS.
5. Peningkatan Litbang serta penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM
kehutanan untuk memenuhi
operasionalisasi KPH.

Air terjun di TN. Gunung Rinjani. Foto oleh Teguh Rianto.

21 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Air terjun panas Danau Segara Anakan, TN. Gunung Rinjani. Foto
oleh Teguh Rianto.

22 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Seluruh program dan kegiatan yang dilakukan
tahun 2015 diberikan konteks (pengarusutamaan)
yang responsif gender, utamanya untuk mendorong
pelibatan perempuan dalam pembangunan
nasional.Kegiatan tersebut antara lain : (1)
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemenhut; (2) Pengembangan
perhutanan sosial; (3) Penyelenggaraan RHL,
Reklamasi hutan, perhutanan sosial dan
perencanaan DAS; (4) Perencanaan Pengembangan
SDM Kehutanan; (5) Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Lingkup Itjen
Kemenhut; (6) Pengelolaan kawasan konservasi
dan pengembangan kawasan ekosistem esensial;
(7) Pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
konservasi; (8) Pengelolaan taman nasional; (9)
Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam; (10)
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya pada Ditjen Planologi Kehutanan; (11)
Pemantapan kawasan hutan; (12) Peningkatan
tertib peredaran hasil hutan dan iuran hutan
kehutanan; (13) Koordinasi perencanaan dan
evaluasi Kemenhut; dan (14) Pembinaan
standardisasi, pengelolaan lingkungan dan
penanganan perubahan iklim kehutanan.

23 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Anak-anak suku Bajo di TN. Taka Bonerate. Foto atas dan
samping oleh Asri.

24 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Ragam hayati TN. Baluran. Foto oleh Hendro Siswadi.

25 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

IV.

SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2015

Sasaran 2015

1. Pembentukan 109 KPH baru serta penetapan kawasan hutan
35% melalui penyelesaian tata batas 6.000 km
2. Pengelolaan 120 KPHP dan KPHL serta 50 taman nasional,
data dan informasi kawasan hutan di bagian hulu 108 DAS
dan rehabilitasi hutan mangrove 2.000 ha
3. Produksi kayu dari hutan alam sebesar 7 juta m3, dari
hutan tanaman 26 juta m3, hutan rakyat 15 juta m3
4. Ekspor kayu senilai USD 6,5 Milyar, tumbuhan dan satwa
liar Rp.5 trilyun dan hasil hutan bukan kayu sebesar Rp.
1,6 trilyun, dan kontribusi PNBP dari pemanfaatan wisata
alam dan jasa lingkungan Rp. 200 milyar.
5. Populasi 25 spesies terancam punah sesuai RED List IUCN
meningkat 2%, hotspot di kawasan hutan untuk Pulau
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi turun hingga 17.464

hotspot
6. Peningkatan akses dan pemberdayaan masyarakat melalui HTR
50.000 ha, dan HKm/HD 100 unit
7. Pemanfaatan iptek dasar dan terapan untuk mendukung
produksi, konservasi dan rehabilitasi sebesar 20% dari
produk iptek guna mendukung pengembangan KPH
8. Peningkatan sumberdaya manusia yang profesional sebanyak
5.000 orang

26 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Program 2015

1. Perencanaan makro bidang kehutanan dan pemantapan kawasan
hutan
2. Bina hutan produksi dan usaha kehutanan
3. Pengelolaan hutan konservasi dan keanekaragaman hayati
4. Bina hutan lindung dan pengelolaan DAS
5. Penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan
6. Penelitian dan pengembangan Kementerian Kehutanan
7. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur
Kementerian Kehutanan
8. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Kementerian Kehutanan

27 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

TN. Danau
Sentarum.
Foto oleh
Agus Triyanto

28 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

PERENCANAAN MAKRO BIDANG KEHUTANAN DAN PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN
Kegiatan

Kinerja

Rp. Milyar

Pembangunan wilayah
pengelolaan hutan

Tersedianya 100% peta permohonan areal pemanfaatan
kawasan hutan

3,6

Tersedianya peta penetapan dan kelembagaan 109 KPH

5,9

Terselesaikannya substansi penetapan kawasan hutan
minimal 35% kawasan hutan

9,4

Terselenggaranya 100% pengukuhan hutan secara parsial

2,3

Terselenggaranya pengendalian penetapan kawasan hutan
minimal 35% kawasan hutan melalui tata batas kawasan
hutan 6.000 km

2,6

Inventarisasi
sumberdaya hutan

Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan di 109
KPH (keanekaragaman hayati, sosial ekonomi dan sebaran
spasial)

9,4

Penyusunan rencana
makro kawasan hutan

Terjaminnya 258 KPH dalam RTRWN, RTRWP dan RTRWK

9,8

Terjaminnya 258 KPH dalam RKTN, RKTP dan RKTK

5,1

Tercapainya pembayaran PNBP penggunaan kawasan hutan
minimal 80%

6,4

Pengukuhan dan
tenurial kawasan
hutan

Pengendalian
penggunaan kawasan
hutan

29 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Kegiatan

Kinerja

Rp. Milyar

Dukungan manajemen
dan pelaksanaan
tugas teknis
lainnya pada Ditjen
Planologi Kehutanan

Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen
planologi sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk
menjamin kinerja yang optimal : SAKIP dengan nilai
minimal 70,00 (kategori A)

71,2

Pemantapan kawasan
hutan

Terlaksananya penataan batas kawasan hutan sepanjang
6.000 km dan terbangunnya kesepahaman publik serta
pengendalian pemantapan kawasan hutan

140,9

Terselesaikannya tata hutan dan rencana pengelolaan 109
KPH

203,6

Terselesaikannya inventarisasi sumberdaya hutan
(keanekaragaman hayati, sosial ekonomi dan sebaran
spasial di 109 KPH setara 330 klaster

30,9

Penataan batas,
salah satu upaya
mengurangi
konflik kawasan
hutan. Gambar
samping adalah
penataan batas di
Hutan Lindung
Padu Empat, Lebak
Kerawang. Foto
hasil dokumentasi
Ditjen Planologi
Kehutanan

30 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

BINA HUTAN PRODUKSI DAN USAHA KEHUTANAN
Kegiatan

Kinerja

Rp. Milyar

Peningkatan
perencanaan
pengelolaan hutan
produksi

Terjaminnya penyelenggaraan pengelolaaan HP di 80 unit KPHP

5,3

Tersedianya data arahan pemanfaatan dan investasi hutan
produksi pada kawasan HP yang belum dibebani izin di 27
provinsi

4,1

Meningkatnya produksi dan ragam hasil HHBK dari kawasan HP
sebesar 4% dari tahun 2013

1,4

Meningkatnya sertifikat PHPL pada 8 unit IUPHHK-HA/RE

6,6

Meningkatnya penerapan multi sistem silvikultur pada 10 unit
IUPHHK-HA

2,3

Total produksi kayu bulat dari HA sebesar 7 juta m3

3,3

Bertambahnya investasi usaha pemanfaatan HA/RE sebesar 200.000
ha

1,2

Meningkatnya kinerja usaha pemanfaatan pada 10 unit manajemen
HT

3,1

Peningkatan usaha
hutan alam

Peningkatan usaha
hutan tanaman

Total produksi kayu bulat dari HT menjadi 26 juta m

3

2,5

Bertambahnya usaha pemanfaatan HT untuk pertukangan dan
bioenergy sebanyak 10 unit

3,0

Bertambahnya usaha pemanfaatan HTR seluas 50.000 ha

1,5

Penyelesaian konflik lahan pada 10 lokasi

3,0

Implementasi SI-PUHH on line pada 14 unit manajemen IUPHHK

6,1

31 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Kegiatan

Kinerja

Rp. Milyar

Peningkatan tertib
peredaran hasil
hutan dan iuran
hutan kehutanan

PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat 5%
dari tahun 2013

2,5

Peningkatan
industri primer
kehutanan

Meningkatnya nilai investasi industri kehutanan sebesar Rp.500
Miliar

2,1

Meningkatnya implementasi RPBBI on line pada industri primer
hasil hutan kayu sebesar 5% dari tahun 2013 (746 unit)

3,2

Meningkatnya produksi hasil hutan dari IUPHHK yang
bersertifikat legalitas kayu sebesar 5% dari tahun 2013 (27,9
juta m3)

2,3

Total nilai eksport produksi hasil hasil hutan kayu menjadi
sebesar US$ 6,5 Miliar

3,6

Dukungan manajemen
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK
dan pelaksanaan
sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang
tugas teknis lainnya optimal : SAKIP dengan nilai minimal 70 point
Ditjen BUK

Peningkatan
pengelolaan hutan
produksi

52,1

Terlaksananya pengelolaan hutan produksi di 80 KPHP

742,0

Tersedianya perencanaan dan evaluasi usaha hutan alam di 18
wilayah

5,6

Meningkatnya kinerja produksi hutan tanaman pada 18 wilayah
sebesar 26 juta m3

24,0

Terbinanya tenaga teknis kehutanan PHPL sebesar 100%

27,4

Meningkatnya usaha industri primer hasil hutan di 18 wilayah

83,7

32 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

BINA HUTAN LINDUNG DAN PENGELOLAAN DAS

Persemaian permanen BPDAS Tondano, Sulawesi Utara. Foto oleh Sandi Kusuma.

33 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Kegiatan

Kinerja

Rp. Milyar

Pembinaan
pengelolaan HL dan
rehabilitasi hutan

Terjaminnya pengelolaan HL di 40 KPHL

12,6

Pembuatan tanaman hutan kota dan pemeliharaannya seluas 200 ha

0,5

Pengembangan
perhutanan sosial

Peningkatan produksi dan ragam HHBK di KPHL dan HR sebesar 11%
dari tahun 2014

1,6

3

Pembinaan
penyelenggaraan
pengelolaan DAS

Pengembangan
perbenihan tanaman
hutan

Dukungan manajemen
dan pelaksanaan
tugas teknis

Produksi kayu di HR menjadi 15 juta m

1,5

Terlaksananya pemberian akses dan pengembangan kapasitas HKm/HD
sebanyak 100 unit

4,4

Tersusunnya RPDAST sebanyak 36 DAS

2,0

Tersedianya data dan informasi serta reporting kinerja 108 DAS

3,0

Terbentuknya/berfungsinya kelembagaan DAS di 34 provinsi

2,0

Terjaminnya sumber benih berkualitas melalui kebun benih
semai/kebun benih klon dan areal sumber daya genetik seluas 170
ha

4,8

Terjaminnya penyediaan dan distribusi bibit sebanyak 37,5 juta
batang dari 50 unit persemaian permanen dan sumber lainnya
untuk mendukung KPHL, HL dan HR

0,7

Areal sumber benih seluas 10.500 terkelola

1,0

Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS
sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang
optimal : SAKIP dengan nilai minimal 70 point

329,4

34 | R e n c a n a

Kerja Kementerian Kehutanan 2015

Kegiatan

Kinerja

Rp. Milyar

Terlaksananya pengelolaan HL di 40 KPHL

393,0

Pembuatan tanaman hutan kota dan pemeliharaannya seluas 200 ha

16

Peningkatan produksi dan ragam HHBK di KPHL dan HR sebesar 11%
dari tahun 2014

14

Produksi kayu di HR sebesar 15 juta m3

50

lainnya Ditjen
BPDASPS

Penyelenggaraan RHL,
Terlaksananya pemberian akses dan pengembangan kapasitas HKm/HD
Reklamasi hutan,
sebanyak 1