Perbandingan COP dan efisiensi mesin pendingin refrigeran sekunder antara refrigeran primer R-134a dengan R-404a.
INTISARI
Mesin pendingin banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari terutama di daerah beriklim tropis. Mesin pendingin dapat dijumpai pada setiap rumah tangga, supermarket, penginapan, perkantoran, rumah sakit, perindustrian, tempat-tempat hiburan dan sarana transportasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mesin pendingin sekunder
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan variabel bebas yaitu refrigeran R-134a dan R-404a dan variabel terikat nilai Qin, Qout, Win, COP dan efisiensi mesin pendingin. Prinsip kerja mesin pendingin dibuat sesuai dengan siklus kompresi uap. Pengujian dilakukan di Laboraturium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendingin refrigeran primer 134a dan mesin pendingin refrigeran primer R-404a dengan masing-masing mesin pendingin menggunakan refrigeran sekunder
ethyleneglycol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerja kompresor R-404a lebih besar dibandingkan dengan R-134a, kalor yang dilepas kondensor R-134a lebih besar dari pada R-404a, kalor yang diserap evaporator R-134a lebih besar daripada R-404a, COP (Coefficient of Performance) aktual R-134a lebih besar daripada R-404a dengan COPaktual tertinggi R-134a didapat 3,002 dan R-404a didapat 2,343, COP (Coefficient of Performance) ideal R-134a lebih besar daripada R-404a dengan COPideal tertinggi R-134a didapat 3,901 dan R-404a didapat 3,434 dan efisiensi dari mesin pendingin 134a lebih besar daripada R-404a dengan efisiensi tertinggi R-134a didapat 78,70% dan R-R-404a didapat 68,69%.
(2)
ABSTRACT
Cooling machines are widely used in daily life, especially in the tropical Country. Cooling Machine can be found in every household, supermarkets, lodging, offices, hospitals, industrial, entertainment venues and transportation. The aims of this research is to investigate the characteristic of the secondary refrigerant cooling machine.
This research is an experimental research with the independent variables are the refrigerant R-134a and refrigerant R-404a and the dependent variable are Qin, Qout, Win, COP, and the cooling machine efficiency. The working principle of the cooling machine obey the vapor compression cycle. The research is conducted in Energy Conversion Laboratory Sanata Dharma University Yogyakarta. The object of this study are the engine primary coolant R-134a and engine primary coolant R-404a with each primary refrigerant machine using a secondary refrigerant: ethyleneglycol.
The results of this reseach show that the R-404a compressor work is greater than 134a, the heat released condensor 134a is greater than the R-404a, the heat absorbed by the evaporator R-134a is greater than R-R-404a, COP (Coefficient of performance) actual R-134a is greater than R-404a with the highest R-134a COPaktual obtained 3.002 and R-404a obtained 2,343, COP
(Coefficient of performance) ideal of R-134a is greater than R-404a with the highest R-134a COPideal obtained 3.901 and R-404a obtained 3,434 and efficiency
of the engine coolant 134a is greater than 404a with the highest efficiency R-134a obtained 78.70% and R-404a obtained 68.69%.
Keywords: secondary refrigerant cooling machine, COP, the vapor compression cycle.
(3)
i
PERBANDINGAN COP DAN EFISIENSI
MESIN PENDINGIN REFRIGERAN SEKUNDER ANTARA
REFRIGERAN PRIMER R-134a DENGAN R-404a
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Oleh:
LORENTIUS NICO ADVERY NIM: 105214025
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
(4)
ii
A COMPARISON COP AND COOLING MACHINE
EFFICIENCY OF SECONDARY REFRIGERANT IN
PRIMARY REFRIGERANT R134a AND R404a
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering
By:
LORENTIUS NICO ADVERY Student Number : 105214025
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPARTEMENT OF MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014
(5)
(6)
(7)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
The fruit of Silence is prayer. The fruit of Prayer is faith. The fruit of Faith is love. The fruit of Love is service. The fruit of Service is Peace
– Mother Theresa-
Ketika kamu berada di tengah, jangan putus asa karena kamu sama dekatnya ke atas dan ke bawah.
Setiap pertanyaan yang dapat dijawab harus dijawab atau setidaknya ditanggapi. Hal-hal yang tidak logis harus dipertanyakan begitu muncul. Jawaban yang salah
harus diperbaiki. Jawaban yang benar harus diteguhkan.
–Erudite-
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Juruselamat dan pedoman hidupku
Orangtuaku tersayang dengan segala hal terbaik yang diberikan padaku
Maria Gabriela Roswita yang telah menerimaku apa adanya dan menyemangatiku
(8)
(9)
(10)
viii
INTISARI
Mesin pendingin banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari terutama di daerah beriklim tropis. Mesin pendingin dapat dijumpai pada setiap rumah tangga, supermarket, penginapan, perkantoran, rumah sakit, perindustrian, tempat-tempat hiburan dan sarana transportasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mesin pendingin sekunder
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan variabel bebas yaitu refrigeran R-134a dan R-404a dan variabel terikat nilai Qin, Qout, Win, COP dan efisiensi mesin pendingin. Prinsip kerja mesin pendingin dibuat sesuai dengan siklus kompresi uap. Pengujian dilakukan di Laboraturium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendingin refrigeran primer 134a dan mesin pendingin refrigeran primer R-404a dengan masing-masing mesin pendingin menggunakan refrigeran sekunder
ethyleneglycol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerja kompresor R-404a lebih besar dibandingkan dengan R-134a, kalor yang dilepas kondensor R-134a lebih besar dari pada R-404a, kalor yang diserap evaporator R-134a lebih besar daripada R-404a, COP (Coefficient of Performance) aktual R-134a lebih besar daripada R-404a dengan COPaktual tertinggi R-134a didapat 3,002 dan R-404a didapat 2,343, COP (Coefficient of Performance) ideal R-134a lebih besar daripada R-404a dengan COPideal tertinggi R-134a didapat 3,901 dan R-404a didapat 3,434 dan efisiensi dari mesin pendingin 134a lebih besar daripada R-404a dengan efisiensi tertinggi R-134a didapat 78,70% dan R-R-404a didapat 68,69%.
(11)
ix
ABSTRACT
Cooling machines are widely used in daily life, especially in the tropical Country. Cooling Machine can be found in every household, supermarkets, lodging, offices, hospitals, industrial, entertainment venues and transportation. The aims of this research is to investigate the characteristic of the secondary refrigerant cooling machine.
This research is an experimental research with the independent variables are the refrigerant R-134a and refrigerant R-404a and the dependent variable are Qin, Qout, Win, COP, and the cooling machine efficiency. The working principle of the cooling machine obey the vapor compression cycle. The research is conducted in Energy Conversion Laboratory Sanata Dharma University Yogyakarta. The object of this study are the engine primary coolant R-134a and engine primary coolant R-404a with each primary refrigerant machine using a secondary refrigerant: ethyleneglycol.
The results of this reseach show that the R-404a compressor work is greater than 134a, the heat released condensor 134a is greater than the R-404a, the heat absorbed by the evaporator R-134a is greater than R-R-404a, COP (Coefficient of performance) actual R-134a is greater than R-404a with the highest R-134a COPaktual obtained 3.002 and R-404a obtained 2,343, COP
(Coefficient of performance) ideal of R-134a is greater than R-404a with the highest R-134a COPideal obtained 3.901 and R-404a obtained 3,434 and efficiency
of the engine coolant 134a is greater than 404a with the highest efficiency R-134a obtained 78.70% and R-404a obtained 68.69%.
Keywords: secondary refrigerant cooling machine, COP, the vapor compression cycle.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan
skripsi ini melibatkan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
2. A. Prasetyadi, S.Si., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Seluruh Laboran Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Sanata Dharma.
4. Seluruh Staf dan Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam
(13)
(14)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
TITLE PAGE ………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …...……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ... ………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….. vii INTISARI ………. vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ……….. xii
DAFTAR GAMBAR …………...……….. xv
DAFTAR TABEL ...………. xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Latar Belakang ……….. 1
1.2 Perumusan Masalah ………... 3
1.3 Tujuan ………... 3
1.4 Batasan Dalam Pembuatan Mesin Pendingin …………... 4
(15)
xiii
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ..…………. 6
2.1 Dasar Teori ……… 6
2.1.1 Definisi Mesin Pendingin ... 6
2.1.2 Refrigeran ... 16
2.1.3 Laju Perpindahan Kalor ... 20
2.1.4 Siklus Kompresi Uap pada Mesin Pendingin ... 21
2.1.5 Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin ... 25
2.2 Tinjauan Pustaka ... 29
BAB III PEMBUATAN ALAT ... 31
3.1. Komponen Mesin Pendingin ... 31
3.2. Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Pendingin ... 36
3.3. Pembuatan Mesin Pendingin ... 44
3.4. Pengisian Metil ... 49
3.5. Proses Pemvakuman ... 50
3.6. Proses Pengisian Refrigeran ... 52
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 53
4.1 Jenis Penelitian ... 53
4.2 Objek Penelitian ... 53
4.3 Skema Penelitian ... 55
4.4 Skema Pengambilan Data Penelitian ... 57
4.5 Alat Bantu Penelitian ... 59
4.6 Cara Mendapatkan Data ... 61
(16)
xiv
4.8 Cara Mendapatkan Kesimpulan ... 64
BAB V HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN ... 65
5.1 Hasil Pengambilan Data ... 65
5.1.1 Pengambilan Data Refrigeran R-134a ... 65
5.1.2 Pengambilan Data Refrigeran R-404a ... 68
5.2 Perhitungan ... 70
5.2.1 Kerja Kompresor persatuan Massa Refrigeran ... 71
5.2.2 Energi Kalor persatuan Massa Refrigeran yang Dilepas Kondensor ... 73
5.2.3 Energi Kalor persatuan Massa Refrigeran yang Diserap Evaporator ... 75
5.2.4 Koefisien Prestasi Aktual ... 77
5.2.5 Koefisien Prestasi Ideal ... 79
5.2.6 Efisiensi Mesin Pendingin ... 81
5.2.7 Laju Aliran Massa Refrigeran ... 83
5.2.8 Daya Aktual Kompresor ... 85
5.3 Pembahasan ... 87
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
6.1 Kesimpulan ... 91
6.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
(17)
xv
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kompresor semihermetik ... 8
Gambar 2.2.a Kompresor hermetik ... 9
Gambar 2.2.b Kompresor hermetik ... 9
Gambar 2.3 Kompresor open type ... 10
Gambar 2.4 Kondensor dengan jari-jari penguat ... 11
Gambar 2.5 Kondensor mobil ... 11
Gambar 2.6 Pipa kapiler dan hand valve ... 12
Gambar 2.7 Automatic expansion valve ... 13
Gambar 2.8 Thermostatic expansion valve ... 13
Gambar 2.9 Evaporator dengan permukaan datar, evaporator pipa- pipa dan evaporator dengan sirip ... 14
Gambar 2.10 Jenis-jenis filter ... 15
Gambar 2.11 Thermostat ... 16
Gambar 2.12 Siklus Kompresi Uap ... 21
Gambar 2.13 Diagram P-h ... 22
Gambar 2.14 Diagram T-s ... 23
Gambar 3.1 Kompresor ... 31
Gambar 3.2 Kondensor ... 32
Gambar 3.3 Pipa kapiler ... 33
Gambar 3.4 Evaporator ... 33
(19)
xvii
Gambar 3.6 Tabung Refrigeran R-134a ... 35
Gambar 3.7 Tabung Refrigeran R-404a ... 35
Gambar 3.8 Ethylene glycol ... 36
Gambar 3.9 Tube cutter ... 37
Gambar 3.10 Pembengkok pipa ... 37
Gambar 3.11 Pelebar Pipa ... 38
Gambar 3.12 Manifold gauge ... 39
Gambar 3.13 Manifold gauge ... 39
Gambar 3.14 Charging manifold gauge ... 40
Gambar 3.15 Gas dan alat las tembaga ... 40
Gambar 3.16 Perak, kuningan dan boraks ... 41
Gambar 3.17 Metil ... 42
Gambar 3.18 Pompa vakum ... 43
Gambar 3.19 Meja kayu dan komponen mesin pendingin ... 43
Gambar 3.20 Toples ... 44
Gambar 3.21 Isolasi pipa jenis superlon ... 44
Gambar 3.22 Pembuatan evaporator ... 45
Gambar 3.23 Pemasangan kondensor, stoples evaporator dan kompresor ... 46
Gambar 3.24 Penyambungan pipa T dengan pipa input dan pipa output kompresor ... 47
Gambar 3.25 Penyambungan pipa T dengan pipa kondensor ... 47
(20)
xviii
Gambar 3.27 Proses Pemvakuman ... 51
Gambar 4.1 Mesin pendingin ... 54
Gambar 4.2 Bagian-bagian mesin pendingin ... 54
Gambar 4.3 Skema pembuatan dan penelitian mesin pendingin ... 56
Gambar 4.4 Skema pengambilan data penelitian mesin pendingin ... 57
Gambar 4.5 Termometer ruangan ... 59
Gambar 4.6 Thermocouple dan penampil suhu digital APPASI ... 60
Gambar 4.7 Clamp meter ... 60
Gambar 4.8 Contoh penggunaan P-h diagram untuk mencari entalpi.. 63
Gambar 5.1 Grafik hubungan kerja kompresor persatuan massa refrigeran dengan waktu ... 72
Gambar 5.2 Grafik hubungan energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor dengan waktu ... 74
Gambar 5.3 Grafik hubungan energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator dengan waktu ... 76
Gambar 5.4 Grafik hubungan koefisien prestasi aktual dengan waktu 78 Gambar 5.5 Grafik hubungan koefisien prestasi ideal dengan waktu 80 Gambar 5.6 Grafik hubungan efisiensi mesin pendingin dengan waktu ... 82 Gambar 5.7 Grafik hubungan laju aliran massa refrigeran mesin pendingin dengan waktu ... 84
Gambar 5.8 Grafik hubungan daya aktual kompresor mesin pendingin dengan waktu ... 86
(21)
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Pengambilan Data Suhu dan Data Tekanan dalam Satuan
Waktu ... 62
Tabel 5.1 Hasil pengambilan data refrigeran R-134a ... 65
Tabel 5.2 Data untuk mencari nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor refrigeran R-134a ... 66
Tabel 5.3 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor refrigeran R-134a ... 67
Tabel 5.4 Hasil pengambilan data refrigeran R-404a ... 68
Tabel 5.5 Data untuk mencari nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor refrigeran R-404a ... 69
Tabel 5.6 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor refrigeran R-404a ... 70
Tabel 5.7 Kerja kompresor persatuan massa refrigeran ... 72
Tabel 5.8 Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran ... 74
Tabel 5.9 Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran ... 76
Tabel 5.10 Koefisien prestasi aktual ... 78
Tabel 5.11 Koefisien prestasi ideal ... 80
Tabel 5.12 Efisiensi ( ɳ ) mesin pendingin ... 82
Tabel 5.13 Laju aliran massa refrigeran ( ṁ ) mesin pendingin ... 84
(22)
xx
LAMPIRAN
Lampiran 1. P-h diagram menit ke-30 refrigeran R-134a ... 96
Lampiran 2. P-h diagram menit ke-60 refrigeran R-134a ... 97
Lampiran 3. P-h diagram menit ke-90 refrigeran R-134a ... 98
Lampiran 4. P-h diagram menit ke-120 refrigeran R-134a ... 99
Lampiran 5. P-h diagram menit ke-150 refrigeran R-134a ... 100
Lampiran 6. P-h diagram menit ke-180 refrigeran R-134a ... 101
Lampiran 7. P-h diagram menit ke-210 refrigeran R-134a ... 102
Lampiran 8. P-h diagram menit ke-240 refrigeran R-134a ... 103
Lampiran 9. P-h diagram menit ke-270 refrigeran R-134a ... 104
Lampiran 10. P-h diagram menit ke-300 refrigeran R-134a ... 105
Lampiran 11. P-h diagram menit ke-330 refrigeran R-134a ... 106
Lampiran 12. P-h diagram menit ke-360 refrigeran R-134a ... 107
Lampiran 13. P-h diagram menit ke-390 refrigeran R-134a ... 108
Lampiran 14. P-h diagram menit ke-420 refrigeran R-134a ... 109
Lampiran 15. P-h diagram menit ke-30 refrigeran R-404a ... 110
Lampiran 16. P-h diagram menit ke-60 refrigeran R-404a ... 111
Lampiran 17. P-h diagram menit ke-90 refrigeran R-404a ... 112
Lampiran 18. P-h diagram menit ke-120 refrigeran R-404a ... 113
Lampiran 19. P-h diagram menit ke-150 refrigeran R-404a ... 114
Lampiran 20. P-h diagram menit ke-180 refrigeran R-404a ... 115
(23)
xxi
Lampiran 22. P-h diagram menit ke-240 refrigeran R-404a ... 117
Lampiran 23. P-h diagram menit ke-270 refrigeran R-404a ... 118
Lampiran 24. P-h diagram menit ke-300 refrigeran R-404a ... 119
Lampiran 25. P-h diagram menit ke-330 refrigeran R-404a ... 120
Lampiran 26. P-h diagram menit ke-360 refrigeran R-404a ... 121
Lampiran 27. P-h diagram menit ke-390 refrigeran R-404a ... 122
(24)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya penduduk,
berbagai kebutuhan manusia yang digunakan untuk menunjang kenyamanan
hidupnya semakin meningkat. Segala macam kebutuhan mereka penuhi dengan
memanfaatkan teknologi yang ada, untuk menunjang kenyamanan hidupnya.
Kebutuhan yang digunakan untuk menunjang kenyamanan hidup manusia di
antaranya adalah kebutuhan mesin pendingin yang banyak dijumpai pada setiap
rumah tangga, supermarket, penginapan, perkantoran, rumah sakit, perindustrian,
tempat-tempat hiburan dan didalam peralatan transportasi. Mesin pendingin dapat
digunakan untuk berbagai macam fungsi yaitu: untuk menyimpan bahan makanan
agar tidak cepat membusuk atau basi, untuk mendinginkan udara dalam ruangan
agar menjadi sejuk, untuk menyimpan minuman agar dingin saat diminum dan
membekukan air agar menjadi es sebagai bahan untuk melepas dahaga.
Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak penemuan mesin
pendingin modern yang lebih canggih. Berbagai macam model mesin pendingin
yang dikembangkan dan digunakan di kehidupan sehari-hari juga semakin
bervariasi yaitu: refrigerator, freezer, chest freezer, dispenser, chiller, ice maker, cold storage, showcase, air conditioner (AC) dan lain-lainnya.
Refrigerator atau kulkas banyak digunakan orang untuk mendinginkan sayuran, buah-buahan, telur, minuman dan berbagai macam makanan lainnya.
(25)
Kulkas juga digunakan untuk membekukan air dan daging, sesuai dengan variasi
kapasitas tempat pendinginan pada kulkas. Jika pada kulkas tidak terdapat variasi
yang digunakan untuk membekukan, maka kulkas tersebut tidak dapat digunakan
untuk membekukan air dan daging. Kulkas biasanya banyak dimanfaatkan dalam
rumah tangga karena dapat membantu ibu rumah tangga untuk menyimpan
persediaan makanan sehari-hari, sehingga tidak perlu berbelanja persediaan
makanan yang mudah basi setiap hari.
Freezer atau mesin pembeku hampir sama dengan kulkas dapat digunakan untuk membekukan, namun kapasitas mesin pembeku lebih besar dan suhunya
lebih rendah dan biasanya digunakan untuk membekukan air dan daging sehingga
awet serta dapat bertahan lama. Peralatan trasportasi seperti pembawa es krim dan
berbagai alat trasportasi lainnya juga memanfaat mesin pembeku ini, sehingga
membantu dan mempermudah pengiriman jenis-jenis makanan yang perlu
dibekukan. Selain untuk membekukan dalam kapasitas besar, mesin pembeku
juga dapat digunakan untuk membekukan air menjadi es sesuai dengan kapasitas
yang diinginkan dan seandainya ingin membuat es dengan kapasitas kecil dapat
menggunakan ice maker.
Air Conditioner (AC) digunakan untuk mendinginkan udara dalam suatu ruangan agar lebih baik dan lebih nyaman ditempati. Kondisi udara yang nyaman
dilihat dari berbagai faktor meliputi suhu, kelembaban, distribusi dan kecepatan
udara yang dialirkan dalam ruangan. AC juga dapat digunakan dalam suatu alat
(26)
dengan nyaman. Alat transportasi yang memanfaatkan AC yaitu: mobil, bus,
kereta api, kapal dan pesawat.
Melihat latar belakang kebutuhan mesin pendingin yang sangat di butuhkan
untuk kepentingan manusia dalam kehidupan sehari hari, penulis tertarik untuk
mendalami mesin pendingin dengan melakukan pembuatan dan penelitian tentang
mesin pendingin. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat yang
banyak bagi para peneliti mesin pendingin kompresi uap.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan dari penelitian adalah:
a. Berapakah kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran?
b. Berapakah kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran?
c. Seberapa besarkah kerja kompresor persatuan massa refrigeran?
d. Berapakah nilai COP dari mesin pendingin refrigeran sekunder dengan
refrigeran primer yang menggunakan R-134a dan R-404a? Dan seperti apakah
perbandingan efisiensi dari kedua mesin pendingin tersebut?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Membuat mesin pendingin refrigeran sekunder.
b. Mengetahui karakteristik mesin pendingin refrigeran sekunder yang telah
dibuat:
1. Menghitung kalor yang diserap evaporator perasatuan massa refrigeran (Qin)
2. Menghitung kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout)
(27)
4. Mengetahui dan membandingkan nilai COP dari mesin pendingin refrigeran
sekunder dengan refrigeran primer yang menggunakan R-134a dan R-404a.
5. Mengetahui dan membandingkan efisiensi dari mesin pendingin refrigeran
sekunder dengan refrigeran primer yang menggunakan R-134a dan R-404a.
1.4. Batasan Dalam Pembuatan Mesin Pendingin
Batasan-batasan yang diambil dalam pembuatan mesin pendingin :
a. Kompresor yang digunakan pada penelitian ini adalah hermetik yang
mempunyai spesifikasi daya 124 watt, arus listrik 0.92 ampere, beda potensial
220 VAC, frekuensi 50/60 Hz dan 1 phase.
b. Evaporator yang digunakan mesin pendingin adalah pipa berbahan tembaga
berdiameter 0,25 inch (6,35 mm) dan panjang 8 m.
c. Kondensor yang digunakan mesin pendingin adalah kondensor standar 12 U.
d. Pipa kapiler yang digunakan terbuat dari tembaga, berdiameter 0,026 inch
(0,66 mm) dan panjang 2 m.
e. Filter yang digunakan memiliki 1 lubang masuk dan 2 lubang keluar.
f. Beban pendinginan yang digunakan pada penelitian ini adalah air dengan
volume 0,5 liter.
g. Refrigeran sekunder yang digunakan adalah ethylene glycol. h. Refrigeran primer yang digunakan adalah R-134a dan R-404a.
i. Tempat refrigeran sekunder mempunyai kapasitas 5 liter dan di isolasi dengan
udara setebal 3 cm.
j. Menggunakan low pressure gauge kapasitas tekanan 0 psi hingga 250 psi dan menggunakan high pressure gauge kapasitas 0 psi hingga 500 psi.
(28)
k. Tekanan refrigeran primer R-134a dan R-404a pada saat pengisian adalah 5
psig.
1.5. Manfaat
Manfaat penelitian mesin pendingin refrigeran sekunder dengan refrigeran
primer yang menggunakan R134a dan R404a ini adalah:
a. Dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang
mesin pendingin.
b. Dapat memberikan hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi
pustaka bagi peneliti-peneliti yang hendak meneliti dan mengembangkan
(29)
6
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah mesin yang di dalamnya terdapat siklus refrigeran,
sehingga terjadi perubahan suhu dan tekanan. Mesin pendingin berguna untuk
untuk menurunkan suhu dari bahan yang didinginkan. Proses perubahan suhu dan
tekanan terjadi di dalam siklus saat mesin pendingin bekerja. Mesin pendingin
menggunakan bahan pendingin (refrigeran) yang memiliki siklus dalam proses
kerjanya menyerap panas dan melepaskan panas, serta terjadi perubahan tekanan
rendah dan tekanan tinggi dalam bagian komponen tertentu pada mesin pendingin.
Sirkulasi siklus tersebut terjadi berulang ulang. Refrigeran yang digunakan mesin
pendingin jumlahnya tetap, namun yang berubah hanya bentuknya.
Siklus kerja yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari adalah
mesin pendingin dengan siklus kompresi uap. Prinsip kerja mesin pendingin
adalah jika motor penggerak berputar maka akan memutar kompresor.
Beroperasinya kompresor membuat suhu maupun tekanan refrigeran menjadi
naik, hal ini disebabkan molekul-molekul dari refrigeran bergerak lebih cepat
akibat proses kompresi. Kompresor mengkompresi refrigeran menuju kondensor
untuk melepaskan kalor ke lingkungan sekitar kondensor. Kalor dari kondensor
dapat mengalir ke lingkungan di sekitar kondensor karena suhu kondensor lebih
(30)
cair, refrigeran keluar dari kondensor, refrigeran kemudian mengalir menuju pipa
kapiler dengan melewati filter terlebih dahulu untuk mengalami proses
penyaringan kotoran. Refrigeran di dalam pipa kapiler mengalami proses
penurunan suhu dan tekanan. Proses di pipa kapiler berlangsung pada entalpi yang
tetap. Fase refrigeran berubah dari fase campuran yaitu fase cair dan gas. Setelah
melewati pipa kapiler, refrigeran mengalir ke evaporator, refrigeran mengalami
perubahan fase dari campuran (cair dan gas) menjadi gas semuanya. Proses
perubahan fase ini dapat terjadi karena adanya kalor yang mengalir dari
lingkungan sekitar evaporator ke dalam evaporator. Kalor dapat mengalir karena
suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kerja evaporator. Keluar dari evaporator,
refrigeran dihisap kembali ke kompresor dan siklus kompresi berlangsung
kembali seperti semula.
Komponen utama mesin pendingin dengan siklus kompresi uap terdiri dari
kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaporator, beberapa peralatan tambahan
filter dan thermostat. 1. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan refrigeran dari tekanan
rendah ke tekanan tinggi. Kompresor bekerja menghisap sekaligus mengkompresi
refrigeran sehingga terjadi sirkulasi atau perputaran refrigeran yang mengalir di
dalam pipa-pipa mesin pendingin. Jenis kompresor yang sering dipakai pada
mesin pendingin adalah kompresor hermetik yang merupakan kompresor torak
(reciprocating compressor) yang digerakkan oleh motor listrik. Jenis kompresor torak lainnya yaitu kompresor semi hermetik dan kompresor open type.
(31)
Kompresor torak dapat dilihat pada Gambar 2.1.Motor penggerak kompresornya
berada dalam satu tempat atau rumah yang tertutup, bersatu dengan kompresor.
Motor penggerak langsung memutarkan poros kompresor, sehingga jumlah
putaran kompresor sama dengan jumlah putaran motornya. Kompresor bekerja
secara dinamis menghisap sekaligus mengkompresi refrigeran sehingga terjadi
sirkulasi refrigeran mengalir dalam pipa-pipa mesin pendingin. Fase yang terjadi
ketika masuk dan keluar kompresor berupa gas. Kondisi gas yang keluar
kompresor berupa gas panas lanjut. Suhu gas refrigeran yang keluar dari
kompresor lebih tinggi dari suhu kerja kondensor.
(32)
Gambar 2.2.a Kompresor hermetik
(33)
Gambar 2.3 Kompresor open type
2. Kondensor
Kondensor adalah alat yang berfungsi sebagai tempat pengembunan atau
kondensasi refrigeran. Dalam kondensor berlangsung dua proses yaitu proses
penurunan suhu refrigeran dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh dan proses
berikutnya dari gas panas jenuh menuju ke cair jenuh. Proses pengembunan
refrigeran dari kondisi panas jenuh menuju ke cair jenuh berlangsung pada
tekanan tetap. Saat kedua proses tersebut berlangsung, kondensor membuang
kalor dalam bentuk panas ke lingkungan sekitar. Jenis kondensor yang sering
dipakai dalam kapasitas kecil adalah kondensor dengan bentuk jari-jari penguat,
(34)
pendinginnya, kondensor berpendinginan udara (air cooled condenser), kondensor berpendinginan air (water cooled condenser) serta kondensor berpendinginan udara dan air (evaporative condenser). Umumnya kondensor yang dipakai dalam mesin pindingin adalah kondensor dengan pipa jari-jari penguat berpendinginan
udara, sedangkan untuk mesin AC menggunakan jenis pipa bersirip. Gambar 2.4
menunjukkan jenis kondensor dengan jari-jari penguat.
Gambar 2.4 Kondensor dengan jari-jari penguat
(35)
3. Pipa kapiler
Menurut Stocker dan Jones (1989), pipa kapiler merupakan salah satu alat
ekspansi. Alat ini mempunyai dua kegunaan, yaitu menurunkan tekanan refrigeran
cair dan mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Pipa kapiler umumnya
mempunyai ukuran panjang 1 hingga 6 m, dengan diameter dalam 0,5 hingga 2
mm. Ketika refrigeran mengalir di dalam pipa kapiler terjadi pernurunan tekanan
refrigeran dikarenakan adanya gesekan dengan bagian dalam pipa kapiler. Proses
penurunan tekanan refrigeran dalam pipa kapiler berlangsung pada entalpi konstan
atau tetap. Pada saat refrigeran masuk dalam pipa kapiler, refrigeran dalam fase
cair penuh. Saat masuk ke dalam evaporator, refrigeran dalam fase cair dan gas.
Jenis alat ekspansi lainnya yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan,
yaitu hand valve, AXV (automatic expansion valve), TXV (thermostatic expansion valve). Katup ekspansi jenis AXV dan TXV biasanya digunakan pada unit mesin pendingin berkapasitas besar dan berkapasitas sedang.
(36)
Gambar 2.7 Automatic expansion valve
(37)
4. Evaporator
Evaporator merupakan tempat perubahan fase dari cair menjadi gas, atau
dapat disebut juga sebagai tempat penguapan. Saat perubahan fase, diperlukan
energi kalor. Energi kalor tersebut diambil dari lingkungan evaporator yaitu
berupa benda-benda yang ada di dalam evaporator mesin pendingin. Hal tersebut
terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah dari pada temperatur
sekelilingnya, sehingga panas dapat mengalir ke refrigeran. Proses penguapan
refrigeran di evaporator berlangsung dalam tekanan tetap dan suhu tetap. Berbagai
jenis evaporator yang sering digunakan pada mesin pendingin adalah jenis pipa
dengan sirip, pipa-pipa dan permukaan datar.
Gambar 2.9 Evaporator dengan permukaan datar, evaporator pipa-pipa dan evaporator dengan sirip
5. Filter
Filter adalah alat yang berguna untuk menyaring kotoran yang terbawa
saat proses sirkulasi refrigeran. Dengan adanya filter, bahan pendingin yang
membawa kotoran akan tersaring dan kemudian bahan pendingin yang telah
melewati filter menjadi lebih bersih sehingga proses sirkulasi refrigeran dapat
berlangsung dengan maksimal. Selain itu jika tidak ada filter, kotoran akan masuk
(38)
menyebabkan sistem menjadi tidak bekerja. Oleh sebab itu filter di tempatkan
sebelum pipa kapiler.
Gambar 2.10 Jenis-jenis filter
6. Thermostat
Thermostat adalah suatu alat yang mempunyai fungsi untuk mengatur batas suhu dalam ruang evaporator, mengatur lamanya kompresor berhenti dan
mengatur kerja kompresor. Pada thermostat dilengkapi dengan tabung yang berisi cairan yang mudah menguap. Tabung tersebut ditempatkan pada ruang mesin
pendingin (ruang evaporator) kemudian disalurkan oleh pipa kapiler ke ruang gas.
Prinsip kerja thermostat adalah jika ruang dalam mesin pendingin mencapai titik beku (dalam evaporator sudah mencapai suhu yang ditentukan),
maka cairan dalam tabung thermostat akan beku. Cairan yang membeku akan menyusut, dengan terjadinya penyusutan berarti gas dari ruang gas akan mengalir
ke pipa kapiler yang kosong. Ruang gas akan menjadi kendur, pegas akan
menekannya sehingga kontak sakelar akan membuka dengan demikian terputuslah
hubungan listrik dari PLN. Terputusnya arus listrik maka kompresor akan
(39)
evaporator suhunya naik dan tidak pada titik beku, fluida dalam thermostat akan menjadi cair yang berarti ruang gas memberi tekanan pada sakelar kontak
sehingga saklar menutup dan menghubungkan kembali arus listrik dari PLN.
Kompresor akan bekerja kembali dan demikian berturut -turut kerja thermostat.
Gambar 2.11 Thermostat
2.1.2 Refrigeran
Refrigeran atau bahan pendingin adalah fluida atau zat yang digunakan
dalam mesin pendingin untuk menghisap panas dari suatu tempat atau suatu benda
(Gunawan,1988). Refrigeran pada mesin pendingin berperan penting untuk
penyerapan panas melalui proses perubahan fase refrigeran dari cair ke gas
(evaporasi) dan membuang panas melalui perubahan fase refrigeran dari gas ke
cair (kondensasi). Refrigeran dalam mesin pendingin akan mengalami perubahan
fase dari cair ke gas dan setelah melewati beberapa proses akan kembali lagi ke
kondisi awalnya yaitu cair.
Secara umum pemilihan refrigeran untuk suatu keperluan tergantung dari
sifat-sifat refrigeran itu sendiri, bukan hanya pada kemampuannya membuang
(40)
beracun atau tidak beracun, mudah terbakar, densitas, viskositas (kekentalan) dan
mudah didapat. Sifat refrigeran yang aman merupakan sarat utama yang harus
diperhatikan pada saat memilih refrigeran. Sifat aman yang menjadi acuan adalah
tidak dapat atau tidak mudah terbakar, tidak meledak dan tidak beracun baik
dalam keadaan murni maupun setelah bercampur dengan air. Refrigeran tidak
tidak bereaksi dengan oli pelumas, tidak bereaksi dengan material dari
komponen-komponen atau pipa, tidak bereaksi dengan uap air pada temperatur rendah, jika
terjadi kebocoran tidak berkontaminasi dengan bahan makanan maupun produk
yang disimpan.
Setiap refrigeran memiliki batasan tekanan dan suhu tertentu, batasan ini
berupa titik yang disebut tekanan kritis dan temperatur kritis. Lewat dari batas
tekanan kritis, refrigeran tetap berbentuk cairan walaupun panas terus menerus
diberikan. Setiap refrigeran yang melebihi batas temperatur temperatur kritis tidak
dapat berwujud cairan, tidak lagi tergantung tekanan yang bekerja yang berkerja
pada refrigeran.
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas
menjadi cair dan sebaliknya, dipakai untuk mengambil kalor dari evaporator dan
membuang membuang kalor tersebut di kondensor. Refrigeran yang digunakan
dalam masyarakat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:
1. HFC (Hydro Fluoro Carbon), merupakan refrigeran yang dapat digunakan untuk menggantikan posisi Freon karena tidak menggunakan atom chlor (Cl) yang tidak merusak lapisan ozon. HFC terdiri dari hidrogen, flourin dan
(41)
2. HCFC (Hydro Cloro Fluoro Carbon), merupakan refrigeran yang dapat merusak lingkungan karena mengandung jumlah minimal klorin. HCFC
terdiri dari hidrogen, klorin, fluorin dan karbon.
3. CFC (Cloro Fluoro Carbon), merupakan refrigeran paling berbahaya terhadap lapisan ozon karena jumlah kaporitnya tinggi. CFC mengandung
klorin, fluoro dan karbon.
Secara umum refrigeran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Refrigeran primer
Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan sebagai fluida
kerja mesin pendingin yang menggunakan siklus kompresi uap. Refrigeran
primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah R-134a dan R-404a
sebagai variasi refrigeran.
2. Refrigeran sekunder
Refrigeran sekunder adalah fluida yang didinginkan oleh mesin
pendingin langsung, yang kemudian refrigeran ini mendinginkan objek yang
ingin didinginkan. Refrigeran sekunder tidak mengalami perubahan fase,
tetapi dapat mengalami perubahan suhu saat menyerap kalor. Fluida yang
digunakan biasanya larutan dengan titik beku di bawah 0oC. Refrigeran
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah ethylene glycol. Beberapa jenis-jenis refrigeran dan sifat-sifatnya:
a. Ammonia (NH3)
Ammonia (R717) merupakan refrigeran yang digunakan secara luas pada
(42)
dan titik bekunya -78°C. Ammonia mudah terbakar jika bercampur udara pada
konsentrasi tertentu (sekitar 1 volume ammonia dengan 2 volume udara) terutama
jika bercampur dengan oksigen. Refrigeran ini memiliki sifat yang beracun
sehingga memerlukan sistem pemipaan yang kuat.
b. Refrigeran-12
R-12 (CCl2F2) mempunyai titik didih -30oC digunakan pada
industri-industri, sistem komersial, lemari es, pendingin air, mesin es krim dan lain-lain.
Jenis refrigeran ini tidak beracun, tidak mudah meledak atau terbakar, mudah larut
dengan air dan tidak menyebabkan karat. Refrigeran ini dapat berbahaya jika
konsentrasinya melebihi kandungan oksigen, sehingga dapat merusak lapisan
ozon.
c. Refrigeran - 22
R-22 (CHIF2) mempunyai titik didih -41°C Refrigeran ini di gunakan
untuk menggantikan R-12. Refrigeran ini juga tidak ramah lingkungan, sehingga
tidak dipakai lagi karena juga merusak lapisan ozon.
d. Refrigeran - 134a
Refrigeran ini dilambangkan R-134a rumus kimianya CH3CHF2F. R134a
pada tekanan 101,3 kPa mempunyai titik didih – 26,2 °C dan memiliki titik beku – 96,6 C. Refrigeran ini memiliki tekanan kritis 4,06 MPa dan temperatur kritis
101,10 C. Refrigeran ini memiliki kelebihan tidak mudah terbakar, tidak merusak
ozon, memiliki kestabilan yang tinggi, dan ramah lingkungan. Kelemahan R-134a
(43)
e. Refrigeran - 404a
Refrigeran ini dilambangkan R-404a rumus kimianya CHF2CF3. R404a
mempunyai titik didih – 47,8 °C. Refrigeran ini memiliki kelebihan tidak merusak ozon. Kelemahan R-134a harga belinya relatif mahal dan mudah terbakar. Pada
saat ini refrigeran ini banyak dipergunakan.
2.1.3 Laju Perpindahan Kalor
Laju perpindahan kalor pada mesin pendingin terdiri atas dua jenis yaitu
laju perpindahan kalor konduksi dan laju perpindahan kalor konveksi.
a. Laju perpindahan kalor konduksi
Laju perpindahan kalor secara konduksi adalah proses di mana kalor
mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah di dalam satu
medium yang diam (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung.
b. Laju perpindahan kalor konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah proses transportasi energi
dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan
mencampur. Perpindahan kalor konveksi membutuhkan media (cair atau gas)
yang digunakan untuk mengalirkan kalor. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan kalor secara konveksi terbagi menjadi dua cara, yaitu konveksi bebas
(44)
1. Konveksi bebas
Perpindahan kalor konveksi bebas terjadi ketika fluida yang mengalir pada
proses perpindahan kalor mengalir tanpa adanya bantuan peralatan dari luar,
fluida mengalir karena ada perbedaan massa jenis. Pada umumnya perbedaan
massa jenis disebabkan karena adanya perbedaan suhu.
2. Konveksi paksa
Perpindahan kalor konveksi paksa terjadi ketika fluida yang mengalir pada
proses perpindahan kalor mengalir dengan adanya alat bantu yang memaksa fluida
untuk mengalir. Alat bantu yang dipergunakan dapat berupa pompa, blower, kipas
angin atau kompresor.
2.1.4 Siklus Kompresi Uap pada Mesin Pendingin
Sistem refrigerasi yang umum digunakan adalah sistem refrigerasi dengan
siklus kompresi uap. Komponen utama yang ada dalam siklus kompresi uap
adalah kompresor, kondensor, katup ekspansi evaporator dan filter sebagai
komponen tambahan.
Tahapan siklus pendingin kompresi uap terdiri dari proses kompresi,
kondensasi, ekspansi dan evaporasi. Skema mesin pendingin siklus kompresi uap
(45)
Gambar 2.12 Siklus Kompresi Uap
Siklus kompresi uap jika di sajikan pada diagram P-h dan diagram T-s
seperti pada Gambar 2.13 dan Gambar 2.14.
(46)
Gambar 2.14 Diagram T- s
Proses yang terjadi pada siklus kompresi uap mesin refrigerasi yaitu:
a. Proses l-2
Proses l-2 adalah proses kompresi. Proses ini berlangsung di kompresor
secara isentropik adiabatik (isoentropi atau entropi konstan). Kompresor
menghisap refrigeran kemudian mengkompresikan refrigeran menuju kondensor.
Kondisi awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap panas lanjut
bertekanan rendah, setelah dikompresi refrigeran menjadi uap panas lanjut
bertekanan tinggi.
b. Proses 2-2a
Proses 2-2a adalah proses penurunan suhu. Proses ini berlangsung
(47)
suhu di sebabkan karenan proses pembuangan kalor dari refrigeran ke udara. Fase
refigeran berubah dari gas panas lanjut ke uap jenuh. Proses penurunan suhu
berlangsung pada tekanan tetap pada tekanan kerja kondensor (P2).
c. Proses 2a-3a
Proses 2a-3a adalah proses kondensasi. Pada proses ini terjadi
pembuangan kalor ke lingkungan sekitar kondensor pada tekanan dan suhu yang
tetap. Terjadi pertukaran kalor antara refrigeran dengan udara di luar kondensor,
kalor berpindah dari refrigeran ke udara yang ada di sekitar kondensor sehingga
refrigeran mengembun menjadi cair. Fase refrigeran berubah dari gas jenuh
menjadi cair jenuh.
d. Proses 3a-3
Proses 3a-3 adalah proses pendinginan lanjut. Pada proses ini terjadi
pelepasan panas dari refrigeran ke udara di luar kondensor setelah refrigeran pada
kondisi cair jenuh, sehingga sehingga refrigeran yang keluar dari kondensor
suhunya lebih rendah dari suhu pengembunan. Fase refrigeran pada keadaan cair.
Proses berlangsung pada tekanan tetap dan pada tekanan tinggi (P2). Dengan
kondisi refrigeran yang cair saat keluar dari kondensor maka refrigeran akan
dapat mudah masuk pipa kapiler, karena pipa kapiler mempunyai diameter yang
sangat kecil. Tujuan pendinginan ini agar refrigeran yang masuk ke pipa kapiler
benar-benar dalam keadaan cair.
e. Proses 3-4
Proses 3-4 adalah proses ekspansi. Proses ini berlangsung di pipa kapiler
(48)
tetapi terjadi penurunan tekanan dan penurunan temperatur. Fase berlangsung dari
fase cair menjadi campuran (cair + gas).
d. Proses 4-1a
Proses 4-1a adalah proses evaporasi. Proses ini berlangsung di evaporator
secara isobar (tekanan sama) dan isotermal (suhu sama). Refrigeran dalam wujud
cair bertekanan rendah menyerap kalor dari lingkungan sekitar/media yang
didinginkan sehingga wujudnya berubah menjadi gas jenuh bertekanan rendah.
e. Proses 1a-1
Proses 1a-1 adalah proses pemanasan lanjut. Pada proses ini refrigeran
mengalami kenaikan suhu. Fase refrigeran berubah dari uap jenuh ke uap panas
lanjut. Proses berlangsung pada tekanan tetap, pada tekanan rendah P1. Tujuan
dari pemanasan lanjut ini supaya refrigeran yang masuk ke kompresor
benar-benar dalam keadaan gas.
2.1.5 Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin
Diagram tekanan-entalpi siklus kompresi uap dapat digunakan untuk
menganalisa unjuk kerja mesin pendingin yang meliputi kerja kompresor, energi
yang dilepas kondensor, energi yang diserap evaporator, COPaktual, COPideal dan
efisiensi.
a. Kerja kompresor (Win)
Kerja kompresor persatuan massa refrigeran merupakan perubahan entalpi
pada diagram P-h titik 1-2 di Gambar 2.13, yang dapat dihitung dengan
Persamaan (2.1).
(49)
dengan Win adalah kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg), h2 adalah
nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg) dan h1 adalah nilai entalpi
refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg).
b. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout)
Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor
merupakan perubahan entalpi pada titik 2-3 di Gambar 2.13, perubahan entalpi
tersebut dapat dihitung dengan Persamaan (2.2).
, (2.2)
dengan Qout adalah energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa
refrigeran (kJ/kg), h3 adalah nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
dan h2 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg).
c. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator (Qin)
Energi kalor persatuan massa yang diserap oleh evaporator merupakan
proses perubahan entalpi pada titik 4-1 di Gambar 2.13, perubahan entalpi tersebut
dapat dihitung dengan persamaan (2.3)
, (2.3)
dengan Qin adalah energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa
refrigeran (kJ/kg), h1 adalah nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau
sama dengan nilai entalpi pada saat masuk kompresor (kJ/kg) dan h4 adalah nilai
entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar
dari pipa kapiler. Karena proses pada pipa kapiler berlangsung pada entalpi yang
(50)
d. Koefisien Prestasi / Coefficient Of Performance (COP)
Koefisien prestasi siklus kompresi uap standar adalah pembanding antara
panas yang dilepaskan dari ruang yang didinginkan dengan kerja yang disalurkan.
Energi kalor persatuan massa yang diserap evaporator dibagi kerja kompresi, yang
dapat dihitung dengan persamaan (2.4).
, (2.4)
dengan COPaktual adalah koefisien prestasi mesin pendingin, Qin adalah kalor yang
diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kJ/kg), Win adalah kerja yang
dilakukan kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg), h1 adalah nilai entalpi
refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai entalpi pada saat masuk
kompresor (kJ/kg), h2 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor
(kJ/kg), h4 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan
nilai entalpi saat keluar dari pipa kapiler. Karena proses pada pipa kapiler
berlangsung pada entalpi yang tetap maka nilai h4=h3 (kJ/kg).
e. Koefisien prestasi ideal (COPideal)
Koefisien prestasi ideal pada siklus kompresi uap standar dapat dihitung dengan
Persamaan (2.5).
, (2.5)
dengan COPideal adalah koefisien prestasi maksimum mesin pendingin, Te adalah
(51)
f. Efisiensi mesin pendingin (ɳ)
Efisiensi mesin pendingin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(2.6).
, (2.6)
dengan COPideal adalah koefisien prestasi maksimum mesin pendingin dan
COPaktual adalah koefisien prestasi mesin pendingin.
g. Laju aliran massa refrigeran
Laju aliran massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.7).
, (2.7)
dengan ṁ adalah laju aliran massa refrigeran (kg/s), I adalah arus listrik (A), V adalah voltase (watt) dan Win adalah kerja yang dilakukan kompresor (J/kg).
h. Daya aktual kompresor (P)
Daya aktual kompresor dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
(2.8)
, (2.8)
dengan P adalah daya kompresor (J), I adalah arus listrik (A) dan V adalah
(52)
2.2 Tinjauan Pustaka
Anwar (2010) telah melakukan penelitian tentang efek beban pendinginan
terhadap performa sistem mesin pendingin. Penelitian tersebut bertujuan : (a)
membahas efek beban pendinginan terhadap kinerja sistem mesin pendinginan
meliputi kapasitas refrigerasi (b) menghitung koefisien prestasi mesin pendingin
(c) waktu pendinginan yang ideal pada mesin ini. Penelitian ini dilakukan dengan
batasan-batasan sebagai berikut: (a) beban pendinginan menempatkan bola lampu
60, 100, 200, 300, dan 400 watt, di dalam ruang pendingin (b) data dianalisis
secara teoritis berdasarkan data eksperimen dengan focus model 802 (c) data
dianalisis secara teoritis berdasarkan data eksperimen dengan menentukan kondisi
refrigeran pada setiap titik siklus. Dari hasil penelitian didapatkan: (a)
peningkatan beban pendinginan menyebabkan koefisien prestasi system pendingin
akan membentuk kurva parabola (b) performa optimum pada pengujian selama 30
menit diperoleh pada bola lampu 200 watt dengan COP sebesar 2,64 (c) waktu
pendinginan diperoleh paling lama pada bola lampu 400 watt.
Indriyanto (2013) telah melakukan penelitian Karakteristik mesin kulkas
dengan panjang pipa kapiler 175 cm. Penelitian tersebut bertujuan: (a) : membuat
kulkas (b) mengetahui kerja kompresor kulkas (c) mengetahui kerja yang diserap
evaporator (c) mengetahui kalor yang di lepas kondensor (e) mengetahui COP.
Penelitian ini memberikan hasil. (a) kulkas ini dapat bekerja dengan baik mampu
(53)
mampu membuang kalor, kinerja kerja kompresor yang stabil, (c) rata-rata COP
yang kurang irit yaitu sebesar 2.20.
Leo (2013) telah melakukan penelitian tentang mesin pendingin air dengan
siklus kompresi uap. Penelitian tersebut bertujuan: (a) membahas tentang beban
pendinginan air terhadap kinerja sistem mesin pendinginan (b) menghitung
koefisien prestasi mesin pendingin. Penelitian ini dilakukan dengan
batasan-batasan sebagai berikut: (a) refrigeran yang digunakan R134a (b) menggunakan
motor penggerak kompresor berkapasitas 1/8 PK. Dari hasil penelitian
didapatkan: (a) rata-rata mesin pendingin prestasi kerjanya sebesar 5,1 dengan
COP yang sebesar itu berarti kinerja mesin pendingin cukup irit (b) kalor yang di
serap evaporator, kalor yang di buang kondensor, kerja kompresor yang sama
pada mesin pendingin pada umumnya.
Willis (2013) telah melakukan penelitian tentang penggunaan refrigeran
R22 dan R134a pada mesin pendingin. Penelitian tersebut bertujuan: (a)
menghitung potensi kerja refrigeran R22 yang dibandingkan dengan refrigeran
R134a (b) membahas refrigeran yang lebih ramah lingkungan antara R22 dengan
R134a. Penelitian ini dilakukan dengan batasan-batasan sebagai berikut: (a)
refrigeran yang digunakan R22 dan R134a (b) menggunakan mesin pengkondisian
udara motor penggerak kompresor berkapasitas 2 HP. Dari hasil penelitian
didapatkan: (a) refrigeran R22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik dari R134a,
tetapi tidak ramah lingkungan (b) refrigeran R134a lebih ramah lingkungan, tetapi
(54)
31
BAB III
PEMBUATAN ALAT
3.1.Komponen Mesin Pendingin
Komponen yang digunakan dalam pembuatan mesin pendingin adalah
kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaporator, filter, refrigeran R-134a, dan
refrigeran R-404a (sebagai refrigeran pembanding R-134a).
a. Kompresor
Spesifikasi kompresor yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Kompresor
Jenis kompresor : Hermetic
Seri kompresor : AE 1340 DB
Voltase : 220 V
Daya kompresor : 124 W
(55)
Frekuensi : 50/60 Hz dan 1 phase.
b. Kondensor
Spesifikasi kondensor yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.2. Kondensor
Jenis kondenser : Tipe 12 U
Bahan pipa : Besi
Bahan sirip : Baja
Diameter pipa : 0,47 cm
Diameter sirip : 0,5 mm
Jarak sirip : 5 mm
c. Pipa Kapiler
Spesifikasi pipa kapiler yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
(56)
Gambar 3.3. Pipa kapiler
Panjang pipa kapiler : 2 m
Diameter dalam : 0,026 in (0,66 mm)
Bahan pipa kapiler : tembaga
d. Evaporator
Spesifikasi pipa kapiler yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(57)
Bahan pipa evaporator: tembaga
Diameter pipa : 0,25 inch (6,35 mm)
Panjang pipa : 8 m
Kaleng : terbuat dari besi diameter 22 cm dengan tinggi 27 cm
Wadah : kapasitas 10 liter dan kapasitas 5 liter
e. Filter
Spesifikasi filter yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5. Filter
Panjang filter : 10 cm
Diameter : 1,5 cm
Bahan : tembaga
Tipe : 3 lubang dengan 1 lubang masuk dan 2 lubang keluar
f. Refrigeran R-134a
Refrigeran R134a digunakan sebagai fluida kerja mesin pendingin. Dalam
penelitian ini menggunakan refrigeran R134a karena lebih ramah lingkungan
(58)
Gambar 3.6. Tabung Refrigeran R-134a
g. Refrigeran R-404a
Refrigeran R-404a digunakan sebagai variasi pembanding R-134a setelah
refrigeran R-134a selesai di uji coba. Refrigeran R-404a memiliki keunggulan
teknik yaitu pada tekanan rendah dapat menghasilkan suhu yang jauh lebih rendah
dibandingkan refrigeran R-134a, hal ini terlihat dari karakteristik grafik P-h
diagram R-134a dan R-404a yang ada.
(59)
h. Ethylene glycol
Ethylene glycol adalah cairan anti beku yang digunakan sebagai refrigeran sekunder atau refigeran kedua. Empat liter Ethylene glycol dituangkan dalam toples evaporator yang memponyai kapasitas 5 liter.
Gambar 3.8. Ethylene glycol
3.2.Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Pendingin
Peralatan pendukung digunakan untuk membantu mempermudah
pengerjaan dalam pembuatan mesin pendingin. Berikut beberapa peralatan
pendukung pembuatan mesin pendingin:
a. Pemotong Pipa (Tube cutter)
Tube cutter adalah alat yang dapat digunakan untuk memotong pipa tembaga. Memotong pipa tembaga dengan tube cutter lebih mudah dan dapat menghasilkan potongan yang rapi dibandingkan dengan memotong pipa
menggunakan gergaji. Sebaiknya saat memotong pipa tembaga jangan sampai ada
kotoran atau serpihan masuk dalam pipa tembaga.
(60)
Gambar 3.9. Tube cutter
b. Pembengkok Pipa
Pembengkok pipa adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan pipa
agar tidak gepeng atau rusak.
Gambar 3.10. Pembengkok pipa
c. Pelebar Pipa (Flaring Tool)
Pelebar pipa adalah alat yang digunakan untuk mengembangkan atau
memperbesar ujung diameter pipa. Ukuran dari diameter alat pelebar pipa
bervariasi tergantung dari kebutuhan. Pipa tembaga diperbesar ujungnya bertujuan
untuk mempermudah proses penyambungan pipa menggunakan las. Sebagai contoh
2 buah pipa memiliki diameter yang sama, salah satu pipa dilebarkan ujungnya
(61)
pipa dipasangkan mempermudah pengelasan dan menghasilkan sambungan yang
kuat dan maksimal.
Gambar 3.11. Pelebar Pipa
d. Manifold gauge :
Manifold gauge adalah alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran atau freon dalam sistem pendinginan baik saat pengisian refrigeran
maupun pada saat mesin pendingin beroprasi. Manifold gauge yang dipakai untuk pembuatan alat ini adalah jenis single manifold gauge. Pembuatan alat ini menggunakan 2 jenis single manifold gauge yaitu dua manifold gauge low pressure
untuk tekanan rendah dan dua manifold gauge high pressure untuk tekanan tinggi.
Manifold gauge low pressure diletakkan pada output pipa kapiler atau input evaporator dan ouput evaporator atau input kompresor. Manifold gauge high pressure diletakkan pada output kompresor atau input kondensor dan ouput kondensor atau input filter.
(62)
Gambar 3.12. Manifold gauge
Gambar 3.13. Manifold gauge
e. Charging manifold gauge
Charging manifold gauge adalah alat yang berfungsi untuk memeriksa tekanan proses vakum, saat mengisi atau membuang refrigeran. Sehingga pada saat pengisian refrigeran dari tabung yang disalurkan melalui charging manifold menuju kedalam sistem mesin pendingin dapat dikontrol sesuai dengan ukuran dan variasi tekanan yang diinginkan. Proses vakum membutuhkan charging manifold untuk membuang refrigeran yang ada dalam sistem mesin pendingin menuju keluar lingkungan menggunakan pompa vakum. Nilai tekanan yang dicapai saat vakum menunjukkan kurang dari 0 psig.
(63)
Gambar 3.14. Charging manifold gauge
f. Alat las tembaga
Alat las tembaga digunakan untuk menyambung komponen-komponen
utama mesin pendingin. Komponen disambung berdasarkan susunan yang sesuai
dengan penempatan atau urutan yang benar. Selain untuk menyambung, alat las
tembaga juga dapat digunakan untuk menambal bagian pengelasan yang bocor.
(64)
g. Bahan las
Bahan las yang digunakan untuk menyambung pipa-pipa mesin pendingin
yaitu perak, kuningan dan boraks. Penggunaan bahan las kuningan dan boraks
diperlukan untuk menyambung tembaga dengan besi agar hasilnya lebih maksimal.
Penyambungan pipa kondensor dengan pipa kompresor dan filter menggunakan
bahan las kuningan dan boraks karena perbedaan jenis bahan pipa. Pipa kondensor
terbuat dari besi sedangkan filter terbuat dari bahan tembaga. Kondensor diberi
tabahan sambungan pipa tembaga dan kemudian disambungkan dengan pipa
kompresor yang terbuat dari besi.
Gambar 3.16. Perak, kuningan dan boraks
h. Metil
Metil adalah cairan yang digunakan untuk membersihkan saluran-saluran
pipa setelah seluruh proses penyambungan pipa mesin pendingin selesai. Metil
dimasukan melalui pipa kapiler yang akan disambung dan dilas dengan filter.
Kompresor dalam keadaan hidup saat memasukan metil. Penggunaan metil cukup
(65)
Gambar 3.17. Metil
i. Pompa vakum
Pompa vakum adalah alat yang digunakan untuk mengosongkan refrigeran,
udara dan uap air yang terjebak dalam rangkaian sistem mesin pendingin. Alat ini
bekerja menghisap refrigeran, udara dan uap air yang ada dalam rangkaian sistem,
kemudian dibuang keluar kelingkungan sekitar. Saat akan mengisi atau mengganti
refigeran, sistem mesin pendingin harus terlebih dahulu divakum supaya refrigeran
dan udara yang ada dalam sistem dapat dikeluarkan. Pemvakuman dilakukan
sampai tekanan didalam sistem mesin pendingin kurang dari 0 psig. Proses
pemvakuman sebelum memasukan refrigeran harus dilakukan supaya tidak ada
udara yang masuk kedalam sistem mesin pendingin. Mesin pendingin akan
tersumbat jika terdapat udara didalam sistem, hal ini karena udara yang
mengandung uap air dapat membeku didalam sistem ketika mesin pendingin
bekerja. Uap air yang membeku dan berlebihan pada sistem pendinginan dapat
(66)
Gambar 3.18. Pompa vakum
j. Meja kayu
Meja kayu digunakan untuk menempatkan mesin pendingin. Mesin
pendingin ditempatkan pada meja supaya lebih mudah dipindah-pindah.
Gambar 3.19. Meja kayu dan komponen mesin pendingin
k. Toples plastik
Toples plastik digunakan sebagai tempat evaporator dan isolasi udara.
Terdapat dua jenis ukuran, toples plastik ukuran besar kapasitas 10 liter dan toples
plastik ukuran sedang kapasitas 5 liter. Toples ukuran besar digunakan untuk isolasi
udara, sedangkan toples ukuran sedang digunakan sebagai tempat pipa evaporator
(67)
Gambar 3.20. Toples
i. Isolasi pipa
Isolasi pipa digunakan untuk mengisolasi saluran pipa tembaga sebelum
masuk kedalam evaporator dan sesudah evaporator.
Gambar 3.21. Isolasi pipa jenis superlon
3.3.Pembuatan Mesin Pendingin
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pendingin yaitu:
1. Mempersiapkan komponen utama pembuatan mesin pendingin seperti
kompresor, kondensor, filter, pipa kapiler, evaporator, refrigeran R-134a,
refrigeran R-404a, komponen pendukung pembuatan mesin pendingin seperti
alat pemotong pipa, pembengkok pipa, pelebar pipa, alat las, pompa vakum,
(68)
gauge, meja kayu, toples dan alat-alat lain yang dipergunakan dalam pembuatan mesin pendingin.
2. Membuat evaporator dengan udara sebagai isolasinya. Evaporator dibuat dari
lilitan pipa tembaga yang ditempatkan dalam toples plastik kapasitas 5 liter.
Evaporator dimasukan dalam toples plastik kapasita 10 liter dengan tujuan
supaya evaporator dapat terisolasi dengan menggunakan udara. Pembuatan
evaporator lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.22.
Gambar 3.22. Pembuatan evaporator
3. Mengebor meja kayu untuk memasang kondenser, kompresor dan toples
evaporator. Memasang kondenser di bagian samping meja kayu, kemudian
memasang kompresor dan toples evaporator di atas meja kayu. Kompresor
diletakan dekat kondensor. Lebih jelasnya pemasangan kondenser dan toples
(69)
Gambar 3.23. Pemasangan kondensor, toples evaporator dan kompresor
4. Setelah kondensor, kompresor dan toples evaporator terpasang, langkah
selanjutnya menyambung komponen utama mesin pendingin dengan
menggunakan alat las. Komponen yang disambung dengan menggunakan las
yaitu kompresor, kondensor, filter, pipa kapiler, evaporator, manifold gauge low pressure, dan manifold gauge high pressure.
5. Menyambung pipa input (suction tube) dan pipa output (discharge tube) kompresor denganpipa betuk T untuk penempatan manifold gauge, sambungan pipa kondensor dan sambungan pipa evaporator. Proses penyambungan dengan
menggunakan las, namun dalam proses ini diperlukan pipa tembaga sebagai
penghubung antara kompresor dengan pipa bentuk T. Pipa bentuk T mempunyai
perbedaan material, pipa input (suction tube) dan pipa output (discharge tube) kompresor terbuat dari besi sedangkan pipa bentuk T terbuat dari tembaga.
Proses penyambungan komponen ini membutuhkan bahan bantu boraks yang
berfungsi sebagai bahan katalis dalam proses pengelasan karena perbedaan
karakteristik material, dengan demikian saluran pipa input (suction tube) dan pipa output (discharge tube) kompresor dapat tersambung dengan baik dan tidak
(70)
bocor. Bahan yang digunakan pada pengelasan atau penyambungan ini
menggunakan bahan perak dan kuningan.
Gambar 3.24. Penyambungan pipa T dengan pipa input dan pipa output kompresor
6. Mengelas pipa T dari saluran output (discharge tubel) dengan pipa kondensor. Pengelasan ini membutuhkan tambahan pipa tembaga karena pipa kondensor
yang akan disambung berada di bagian atas. Katalis boraks dan bahan las
kuningan kembali digunakan untuk mengelas pipa sambungan dari pipa T
menuju kondensor, karena pipa kondensor terbuat dari besi. Pengelasan pipa T
dengan pipa sambungan kondensor dapat dilihat pada gambar 3.25.
(71)
7. Menambahkan dan mengelas pipa T di bagian ouput kondensor untuk dudukan
manifold gauge high pressure. Pengelasan di bagian ini membutuhkan kembali katalis boraks dan bahan las kuningan.
8. Mengelas pipa output kondensor dengan input filter.
9. Mengelas salah satu ouput filter dengan pipa kapiler.
10.Menambahkan pipa seukuran pipa kapiler di bagian output filter yang masih
berlubang.
11.Mengelas output pipa kapiler dengan pipa input evaporator.
12.Menambahkan pipa T dan mengelas pipa tersebut di bagian input toples
evaporator.
13.Mengelas pipa output pipa evaporator dengan pipa T yang tersambung dengan
pipa input (suction tube) kompresor.
14.Menyiapkan dua manifold gauge low pressure, dan dua manifold gauge high pressure pada 4 pipa T yang telah terpasang.
15.Menempatkan dan mengelas dua manifold gauge low pressure dibagian pipa T input evaporator atau output pipa kapiler dan di bagian pipa T output evaporator atau input kompresor.
16.Menempatkan dan mengelas dua manifold gauge high pressure dibagian pipa T input pipa kondensor atau output pipa kompresor dan di bagian pipa T output
pipa kondensor atau input filter.
(72)
Gambar 3.26. Mesin Pendingin 3.4.Pengisian Metil
Pengisian metil pada rangkaian sistem mesin pendingin bertujuan untuk
membersihkan saluran-saluran pipa setelah seluruh proses penyambungan pipa
mesin pendingin selesai dan memastikan bahwa tidak ada kotoran yang tersumbat
di dalam pipa kapiler. Saluran pipa dalam sistem pendingin harus dalam keadaan
bersih supaya mesin pendingin dapat bekerja maksimal. Pemberian metil pada
rangkaian sistem mesin pendingin dilakukan dengan cara berikut, yaitu:
1. Melepas input pipa kapiler yang terhubung filter.
2. Menghidupkan kompresor sehingga input pipa kapiler menghisap udara dari luar
dan dikeluarkan lewat filter.
(73)
4. Menunggu beberapa saat kira-kira metil sudah tersebar ke seluruh pipa saluran
mesin pendingin.
5. Mematikan kompresor dan mengelas kembali input pipa kapiler dengan ouput
filter.
3.5.Proses Pemvakuman
Proses pemvakuman bertujuan untuk mengosongkan refrigeran, udara dan
uap air yang terjebak dalam rangkaian sistem mesin pendingin. Alat ini bekerja
menghisap refrigeran, udara dan uap air yang ada dalam rangkaian sistem,
kemudian dibuang keluar kelingkungan sekitar. Langkah-langkah proses
pemvakuman pada rangkaian mesin pendingin dilakukan dengan cara berikut:
1. Mempersiapkan pompa vakum, charging manifold gauge dan tabung refrigeran yang akan digunakan terlebih dahulu.
2. Terdapat tiga selang pada charging manifold gauge warna biru, kuning dan merah. Namun saat proses pengisian terdapat masalah pada charging manifold gauge dibagian selang warna biru tutupnya aus dan tidak bisa di pkai, sehingga diganti dengan selang lain yang masih bisa dipakai.
3. Menghubungkan selang merah katup merah charging manifold gauge high pressure merah ke pompa vakum.
(74)
5. Menghubungkan selang kuning katup biru charging manifold gauge low pressure ke pentil pipa kompresor.
6. Menghidupkan pompa vakum, kemudian membuka kedua katup merah dan
katup biru sehingga refrigeran, udara dan uap air terhisap keluar melalui pompa
vakum.
7. Memantau tekanan pada seluruh manifold gauge dan charging manifold gauge. Proses pemantauan dilakukan sampai seluruh tekanan pada manifold gauge dan
charging manifold gauge menunjukan kurang dari 0 Psig.
8. Menutup katup merah charging manifold gaugehigh pressure dan mematikan pompa vakum setelah seluruh tekanan pada rangkaian sistem mesin pendingin
menunjukkan tekanan kurang dari 0 Psig dan negatif secara maksimal.
Gambar 3.27. Proses Pemvakuman
(75)
Setelah proses pemvakuman rangkaian sistem mesin pendingin, proses
berikutnya adalah pengisian refrigeran. Charging manifold gauge yang masih terpasang tetap digunakan untuk mengisi refrigeran. Proses pengisian dilakukan
dengan cara berikut:
1. Menutup katup merah charging manifold gauge high pressure yang menghubungkan selang ke pompa vakum.
2. Membuka katup biru charging manifold gauge low pressure yang menghubungkan selang ke pentil kompresor.
3. Menghidupkan kompresor.
4. Membuka katup tabung refrigeran secara perlahan, sehingga refrigeran terhisap
kompresor dan menyalurkan refrigeran ke seluruh rangkaian sistem mesin
pendingin.
5. Selama proses pengisian refrigeran, katup tabung refrigeran dibuka dan ditutup
perlahan sambil melihat tekanan manifold gauge yang menjadi acuan utama tekanan pengisian refrigeran.
6. Proses pengisian refrigeran dilakukan sesuai dengan acuan yang diinginkan.
7. Menutup katup tabung refrigeran dan menutup katup biru charging manifold gauge low pressure setelah didapat tekanan yang sesuai dengan yang diinginkan.
8. Melepas selang yang terhubung pada pentil dan menutup pentil kembali.
(76)
53
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Proses penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung
terhadap alat yang sudah dibuat, sehingga metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimental. Hasil dari penelitian berupa data angka yang akan diolah
menjadi grafik dengan memperhatikan beberapa variabel, yaitu :
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat diubah dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan dua macam variabel bebas yaitu refrigeran R-134a
dan refrigeran R-404a.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang hasilnya tergantung oleh variabel
bebas. Saat penelitian berlangsung akan didapatkan data dan diolah kemudian
dilakukan pembahasan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai Qin,
Qout, Win, COP dan efisiensi mesin pendingin.
4.2 Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mesin pendingin antara
refrigeran primer R-134a dan R-404a dengan refrigeran sekunder ethylene glycol. Mesin pendingin yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.2
(77)
Gambar 4.1 Mesin pendingin
(78)
Pada Gambar 4.2 menunjukkan bagian-bagian mesin pendingin, yaitu bagian : A : Kompresor
B : Kondensor C : Filter D : Pipa kapiler
E : Evaporator secara keseluruhan
a : Pipa hisap (discharge tube) untuk memasukan refrigeran b : Pembatas arus
c : Pipa hisap (discharge tube) untuk menyalurkan refrigeran dari evaporator ke kompresor
d : Pipa tekan (suction tube) untuk menyalurkan refrigeran dari kompresor ke kondensor
e & f : High pressure gauge
g & s : Low pressure gauge
h : Ethylene glycol
i, j & n : Udara k : Gabus l & q : Kayu
m : Tutup evaporator (plastik) o : Lilitan pipa evaporator p : Air 500 ml (Beban)
r : Isolasi pipa tembaga (superlon)
4.3 Skema Penelitian
Mempersiapkan terlebih dahulu skema penelitian, sebelum mengambil data
pada mesin pendingin. Skema penelitian ini dapat mempermudah jalannya proses
penelitian mesin pendingin. Gambar 4.3 memperlihatkan skema pembuatan dan
(79)
Gambar 4.3 Skema pembuatan dan penelitian mesin pendingin
Mulai
Menyiapkan komponen-komponen mesin pendingin
Pembuatan alat mesin pendingin
Tidak baik
Persiapan pengambilan data Uji
coba
Baik
Pengambilan data penelitian pada alat mesin pendingin
Pengolahan data dan pembahasan
Mendapatkan kesimpulan
(80)
4.4 Skema Pengambilan Data Penelitian
Skema pengambilan data penelitian menunjukkan penempatan susunan alat
bantu yang digunakan untuk pengambilan data pada mesin pendingin. Skema
pengambilan data penelitian mesin pendingin dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Peralatan tambahan yang digunakan dalam pengambilan data adalah termometer
digital, termometer ruangan, thermocouple, tang amper dan stopwatch.
Gambar 4.4 Skema pengambilan data penelitian mesin pendingin
Pada Gambar 4.4 Menunjukkan pengambilan data penelitian dari mesin pendingin.
Bagian-bagian yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah sebagai
(81)
a. Thermocouple dan penampil suhu digital (T1)
Thermocouple dan penampil suhu digital ini digunakan untuk mengukur suhu refrigeran masuk kompresor.
b. Thermocouple dan penampil suhu digital (T3)
Thermocouple dan penampil suhu digital ini digunakan untuk mengukur suhu refrigeran keluar kondensor.
c. Thermocouple dan penampil suhu digital (T5)
Thermocouple dan penampil suhu digital ini digunakan untuk mengukur suhu
ethylene glycol.
d. Thermocouple dan penampil suhu digital (T6)
Thermocouple dan penampil suhu digital ini digunakan untuk mengukur suhu beban pendinginan.
e. Termometer ruangan (T7)
Termometer ruangan ini digunakan untuk mengukur suhu ruangan.
f. Low pressure gauge (P1)
Low pressure gauge ini digunakan untuk mengukur tekanan masuk kompresor. g. High pressure gauge (P2)
High pressure gauge ini digunakan untuk mengukur tekanan keluar kompresor. h. High pressure gauge (P3)
High pressure gauge ini digunakan untuk mengukur tekanan keluar kondensor. i. Low pressure gauge (P4)
(82)
4.5 Alat Bantu Penelitian
Peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan data penelitian
adalah termometer ruangan, tang amper, stopwatch, thermocouple dan penampil suhu digital.
a. Termometer ruangan
Termometer ruangan digunakan untuk mengukur suhu ruangan.
Gambar 4.5 Termometer ruangan
g
b. Thermocouple dan penampil suhu digital
Thermocouple digunakan untuk mengukur perubahan suhu atau temperatur pada saat pengambilan data. Prinsip kerjanya pada ujung thermocouple diletakkan atau ditempelkan pada bagian yang akan diukur suhunya, kemudian menyalakan
penampil suhu digital untuk mengetahui nilai suhu pada bagian yang diteliti dan
ingin diketahui suhunya. Bagian yang diambil datanya dengan mengunakkan
thermocouple dan penampil suhu digital yaitu suhu refrigeran masuk kompresor (T1), suhu refrigeran keluar kondensor (T3), suhu ethylene glycol (T5), suhu beban pendinginan atau air (T6)
(83)
Gambar 4.6. Thermocouple dan penampil suhu digital APPASI
c. Clamp meter
Clamp meter digunakan untuk mengetahui nilai arus yang dikonsumsi
kompresor pada saat pengambilan data.
Gambar 4.7. Clamp meter
d. Pemanas air (heater)
Pemanas air digunakan untuk memanaskan air sampai mendidih. Air yang
sudah mendidih setelah dipanaskan, digunakan untuk mengkalibrasi thermocouple
yang akan digunakan untuk pengujian. Kalibrasi bertujuan untuk mengetahui nilai
koreksi thermocouple dengan acuan suhu air mendidih sama dengan 100oC pada tekanan 1 atm.
(84)
e. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk waktu acuan pengambilan data setiap beberapa
menit sekali.
g. Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk menentukan volume air yang di masukkan
kedalam botol untuk diuji.
4.6 Cara Mendapatkan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mencatat data langsung dari
pengukuran. Langkah-langkah pengambilan data adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan data diawali dengan menyiapkan alat mesin pendingin
2. Mengkalibrasi termometer yang digunakan untuk mengukur suhu.
3. Menyiapkan stopwatch, tang amper, termometer ruangan, dan termometer
digital.
4. Memasang thermocouple pada titik-titik yang akan diambil datanya.
5. Mencatat terlebih dahulu suhu dan tekanan setiap titik pengambilan data pada
menit ke 0.
6. Menghidupkan kompresor mesin pendingin dan stopwatch secara bersamaan.
7. Mencatat data pengamatan yang ditunjukkan langsung pada penampil suhu
digital thermocouple, termometer ruangan, clamp meter dan pressure gauge setiap 30 menit sekali selama 7 jam dalam sehari.
8. Pengujian dilakukan selama 3 hari untuk setiap refrigeran R-134a dan refrigeran
(85)
Data yang diukur saat pengambilan data dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Tabel Pengambilan Data Suhu dan Data Tekanan dalam Satuan Waktu
No Waktu T1 T3 T5 T6 T7 P1 P2 P3 P4 I Menit (oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (Psig) (Psig) (Psig) (Psig) (A) 1 0 2 30 3 60 4 90 15 420
Keterangan :
a. P1 adalah tekanan (low pressure gauge) refrigeran input kompresor. b. P2 adalah tekanan (high pressure gauge) refrigeran output kompresor. c. P3 adalah tekanan (high pressure gauge) refrigeran output kondensor. d. P4 adalah tekanan (low pressure gauge) refrigeran input evaporator. e. T1 adalah suhu pipa input kompresor.
f. T3 adalah suhu pipa output kondensor.
g. T5 adalah suhu beban berupa air.
h. T6 adalah suhu refrigeran sekunder ethylene glycol. i. T7 adalah suhu ruangan atau udara sekitar T7.
j. I adalah arus listrik.
Untuk data tekanan terdiri dari dua jenis yaitu tekanan tinggi dan tekanan
rendah. Tekanan refrigeran tinggi ditunjukkan pada high pressure gauge (P2, P3) dan tekanan refrigeran rendah di tunjukkan pada low pressure gauge (P1, P4). Hasil
(86)
tersebut dipakai untuk mendapatkan rata-rata tekanan tinggi refrigeran (P1’) dan rata-rata tekanan rendah refrigeran (P2’).
4.7 Cara Mengolah Data
Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung saat penelitian. Hasil
pencatatan data dimasukkan ke dalam tabel perhitungan. Berikut langkah-langkah
pengolahan data :
a. Memasukan data yang sudah diperoleh dari pengujian ke dalam tabel.
b. Menggunakan data yang sudah ada untuk menggambarkan siklus kompresi uap
pada P-h diagram, sesuai dengan refrigeran yang digunakan. Gambar 4.8
merupakan contoh penggunaan P-h diagram untuk mencari entalpi.
Gambar 4.8. Contoh penggunaan P-h diagram untuk mencari entalpi.
c. Mendapatkan nilai entalpi h1, h2, h3, h4, suhu kondensor dan suhu evaporator dari
(1)
119
Lampiran 24. P-h diagram menit ke-300 refrigeran R-404a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
120
Lampiran 25. P-h diagram menit ke-330 refrigeran R-404a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
121
Lampiran 26. P-h diagram menit ke-360 refrigeran R-404a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
122
Lampiran 27. P-h diagram menit ke-390 refrigeran R-404a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
123
Lampiran 28. P-h diagram menit ke-420 refrigeran R-404a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
124
BIOGRAFI PENULIS
Penulis memiliki nama lengkap Lorentius Nico Advery, dilahirkan di Kulon Progo, 14 Agustus 1992 dan merupakan putra sulung Bapak Paulus Mujiran dari dua bersaudara. Menempuh pendidikan di TK Maria Purworejo (1996-1998), SD Sd Negeri Piji Purworejo (1998-2004, SMP Negeri 17 Purworejo (2004-2007), SMA Negeri 3 Purworejo (2007-2010), dan sekarang sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam kegiatan perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan softskill di antaranya adalah menjadi Panitia Pergelaran Sendratari “Dewi Sri” 2011, Panitia PINISI 2012, menjadi peserta lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat DIKTI tahun 2012. Penulis juga telah mengikuti beberapa kegiatan lainnya yaitu Pendidikan Pengguna Tingkat Lanjut “Program Literasi Informasi”, Pendidikan Etika Pengguna Perputakaan “Aku Bangga Menjadi Pengguna Yang Beretika”, Matemacinta 2012, dan Seminar “Who Are You, Give bor Be Given”.
Penulis berpengalaman sebagai asisten praktikum Metrologi pada Tahun Akademik 2013/2014.