PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 29 MEDAN T.A 2014/2015.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
MODEL CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP DAN MINAT TERHADAP MATEMATIKA SISWA
SMP NEGERI 29 MEDAN T.A 2014/2015

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
RIWI DENI SITANGGANG
NIM: 8136172072

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

ABSTRAK
RIWI DENI SITANGGANG. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Berbasis CTL untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Konsep dan Minat Terhadap Matematika Siswa SMP Negeri 29 Medan T.A
2014/2015 . Tesis. Medan. 2015. Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memperoleh perangkat pembelajaran yang valid,
praktis dan efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep dan minat siswa
terhadap matematika. (2) Mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. (3) Mengetahui apakah perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat siswa
terhadap matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
pengembangan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu model 4-D (define,
design, develop, dan disseminate). Tahap develop dilakukan dengan disain one group
pre-test post-tes. Subjek penelitian pada uji keterbacaan adalah siswa kelas
.
Subjek pada uji lapangan adalah siswa kelas
. Data dikumpulkan menggunakan
4 jenis instrumen yaitu lembar validitas, lembar observasi, angket dan tes. Hasil
penelitian diperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis efektif. (1) Validitas
ditunjukkan dari hasil 5 orang validator, rata-rata total validitas untuk RPP: 4; Buku

Siswa: 4,7; Buku Guru: 4,07; LKS: 3,97; Tes Hasil Belajar: 4,0, hasil validasi ini
menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan layak digunakan (memenuhi
kriteria 3 ≤ Va < 4). Kepraktisan dilihat dari uji coba keterbacaan dengan hasil:
aktivitas siswa: aktif dan berada pada waktu ideal; kemampuan guru mengelolah
pembelajaran: 3,67; angket respon siswa: 97,06% siswa senang mengikuti
pembelajaran (memenuhi kriteria kepraktisan). Keefektifan dilihat dari uji coba
lapangan sudah memenuhi kriteria keefektifan yaitu ketuntasan belajar klasikal ≥
80%. Pada uji coba lapangan terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep
dan minat siswa terhadap matematika, setelah dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Secara
keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan adalah layak untuk digunakan.
Kata kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Pendekatan Matematika
Kontekstual, Kemampuan Pemahaman Konsep, Minat

i

ABSTRACT
RIWI DENI SITANGGANG. Development of CTL-Based Math
Learning Tool for Enhancing Capabilities Concept and Interests Math Students

Against SMP 29 Terrain TA 2014/2015 Thesis. Medan. 2015. Mathematics
Education Program Graduate Program, State University of Medan (UNIMED).
This study aims to: (1) Obtain a valid learning tool, practical and effective
Capabilities Concept mathematical and improve students' interested mathematical. (2)
Determine whether the learning tools developed with contextual teaching learning
approach can enhance the students' Capabilities Concept mathematical. (3) Determine
whether learning tools developed with contextual teaching learning mathematics
approach can improve students' interested mathematical. This type of research is the
development of research by Thiagarajan, Semmel and Semmel, 4-D models (define,
design, develop, and disseminate). Develop the design phase is done with one group
pre-test post-test. The subject of research on legibility test was grade students class
. Subject to the field test are students of class
. Data were collected using
four types of instruments that validity sheets, observation sheets, questionnaires and
tests. The results obtained are valid learning device, practically effective. (1) The
validity of the results is shown validator 5 people, on average, a total of validity for
RPP: 4.0; Student Book: 4,7; Teachers books: 4.07; Test Results Learning: 4.0,
validation results indicate that the device developed fit for use (meeting the criteria 3
≤ Va < 4). Practicality seen from the results of the test readability: the observation
sheet 3.67; The response of students and teacher responses to the learning device

respectively of 97.06% readability test results indicate that the device developed
practical (meeting the criteria of practicality). Effectiveness seen from field trials
already meet the effectiveness criteria are classical learning completeness ≥ 80%, and
the activity of the students are in the learning effectiveness of the restriction criteria.
In the field trial an increase in capabilities concept and interest mathematical ability
of students, after learning by using learning tools with contextual mathematics
approach. Overall results showed that the learning tools developed are viable for use.
Keywords: Learning Tool Development, Mathematics Contextual Approach,
Capabilities Concept, Interests

ii

DAFTAR ISI
ABSTRAK .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................


i
iii
v
vii
viii
ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Identifikasi Masalah .....................................................................
1.3. Batasan Masalah............................................................................
1.4. Rumusan Masalah .........................................................................
1.5. Tujuan Penelitian
............................................................
1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................

1
13
14
15

16
16

BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teoritis .......................................................................... 18
2.1.1. Kemampuan Pemahaman Matematik………………….……. 18
2.1.2. Minat Siswa……………………...…………………………… 21
2.1.2.1.Pengertian Minat Siswa .....……………………………….. 21
2.1.2.2.Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar .……………… 23
2.1.2.3.Indikator Minat Belajar…………..………………………. 25
2.1.2.4.Meningkatkan Minat Belajar Siswa..…………………….. 25
2.1.2.5.Hambatan Minat Belajar…………………………………. 26
2.1.3. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual…………………….… 27
2.1.3.1.Hakikat Pembelajaran Kontekstual ……...………………. 27
2.1.3.2.Latar Belakang atau Dasar Filosofis Pembelajaran
Kontekstual (CTL)……………………………………….. 30
2.1.3.3.Latar Belakang atau Dasar Psikologis Pembelajaran
Kontekstual (CTL).………………………………………. 32
2.1.3.4. Komponen-Komponen Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual (CTL)……………………………………….. 33

2.1.3.5. Teori yang Relevan Dengan Pembelajaran Kontekstual.… 39
2.1.3.6. Hasil Penelitian Yang Relevan Dengan
Pendekatan Kontekstual………….....……………………. 41
2.2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ................................ … 42
2.3. Pengembangan Sistem dan Perangkat Pembelajaran………
… 49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... .
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................
3.3. Jenis dan Prosedur Penelitian ........................................................
3.4. Metode Pengembangan Perangkat Pembelajaran .........................
v

68
68
68
70

3.4.1. Rancangan Uji Coba Perangkat Pembelajaran ....................
3.4.2. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan

Data Ujicoba........................................................................
3.5. Teknik Analisis Data ....................................................................
3.5.1. Analisis Data Validitas Perangkat Pembelajaran ................
3.5.2. Analisis Data Keefektifan Pembelajaran …….....................
3.5.3. Analisis Data Tes Pemahaman Konsep Matematika…….
3.5.4. Analisis Data Minat Matematika Siswa…………...…….
3.6. Efektivitas Perangkat Pembelajaran ……………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran .............
4.1.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian ………………………………
4.1.2. Deskripsi Tahap Perancangan……………………………..
4.1.3. Hasil Tahap Pengembangan………………………………..
4.2.Uji Keterbacaan………………………………………………..
4.3.Uji coba I………………….………………………………….
4.3.1. Hasil Uji Coba Instrumen……………..……………………
4.3.2. Hasil Ujicoba I Perangkat Pembelajaran ……………….
4.3.3. Efektivitas Perangkat Pembelajaran ……………………
4.4. Hasil Ujicoba II …...………………………………...…….
4.4.1 Efektivitas Perangkat Pembelajaran Ujicoba II…..
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian…….…………………..

4.6. Keterbatasan Hasil Penelitian…………………..

79
80
93
94
95
96
97
97
98
98
104
108
124
127
128
130
134
135


141
141
145

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ....................................................................................... 147
5.2. Saran .............................................................................................. 148
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 149

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rancangan Ujicoba Perangkat Pembelajaran ................................. 79
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ......... 88
Tabel 3.3. Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Matematika …………..
88
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Angket Minat Belajar Siswa .............................. . 91
Tabel 3.5. Kisi-kisi Penyusunan Lembar Angket ............................................ 91

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Nilai r ............................................................. 94
Tabel 4.1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar .............................................................. 105
Tabel 4.2. Daftar Nama Validator .................................................................... 109
Tabel 4.3. Hasil Validasi Rencana Pembelajaran (RP) .................................... 110
Tabel 4.4. Revisi RP Berdasarkan Hasil Validasi ............................................ 112
Tabel 4.5. Hasil Validasi Buku Siswa .............................................................. 113
Tabel 4.6. Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ............................. 116
Tabel 4.7. Hasil Validasi Buku Guru ............................................................... 116
Tabel 4.8. Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi Ahli ....................... 118
Tabel 4.9. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa .......................................... 119
Tabel 4.10. Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ....................................... 121
Tabel 4.11. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar ................................................... 122
Tabel 4.12. Revisi Tes Hasil Belajar Berdasarkan Hasil Validasi ................... . 123
Tabel 4.13. Hasil Angket Keterbacaan LKS…………………………………. 124
Tabel 4.14. Revisi Berdasarkan Hasil Uji Keterbacaan LKS .......................... 125
Tabel 4.15. Hasil Angket Keterbacaan Buku Siswa (BS) ................................ 126
Tabel 4.16. Hasil Angket Keterbacaan THB ................................................... 126
Tabel 4.17. Revisi Berdasarkan Hasil Uji Keterbacaan THB .......................... 127
Tabel 4.18. Karakteristik Butir Tes Hasil Belajar ............................................ 128
Tabel 4.19. Hasil Angket Respon Siswa. ....................................................... 130
Tabel 4.20. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematiska Siswa
Kelas VIII-2 .................................................................................. 133
Tabel 4.21. Data Angket Minat Matematika…………………………………. 134
Tabel 4.22. Hasil Angket Respon Siswa
..................................................... 135
Tabel 4.23. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada
Ujicoba II....................................................................................... 138
Tabel 4.24. Hasil Postes Siswa Yang Telah Memahami Konsep Pythagoras... 139
Tabel 4.25. Hasil angket minat matematika pada ujicoba II…………………. 140
Tabel 4.26. Data Nilai Gain Ujicoba I Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematika …………………………………………….. 143
Tabel 4.27. Data Nilai Gain Ujicoba II Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika ……………………………………………………... 144

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan .................... 5
Gambar 1.2. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan .................... 6
Gambar 3.1. Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D
(Thiagarajan, 1974) ……………………………………………. 72

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A (Perangkat Pembelajaran)
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A.1.1. RPP I ................................................................................... 152
A.1.2. RPP II .................................................................................. 159
A.1.3. RPP III ................................................................................ 168
A.1.4. RPP IV ................................................................................ 176
A.2. Tes Hasil Belajar (THB)
A.2.1. Pre-Test pemahaman konsep matematis siswa................... 183
A.2.2. Post-Test pemahaman konsep matematis siswa ................. 186
A.2.3. Kisi-kisi pre-test dan post-test pemahaman konsep matema 190
A.2.4. Pedoman pemberian skor tes pemahaman konsep matematis
siswa .................................................................................. . 191
A.2.5. Penyelesaian Pre-Tes Pemahaman Konsep Matematis ...... 193
A.2.6. Penyelesaian Post-Tes pemahaman konsep Matematis...... 202
A.2.7. Deskripsi indikator skala minat belajar matematika ........... 211
A.2.8. Skala Minat Siswa Terhadap Matematika .......................... 214
Lampiran B
B.1. Instrumen Validitas Perangkat Pembelajaran
B.1.1. Lembar Validasi RPP............................................................
B.1.2. Lembar Valididasi Buku Siswa ............................................
B.1.3. Lembar Validasi Buku Guru .................................................
B.1.4. Lembar Validasi Lembar Kerja Siswa …………………….
B.1.5. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika .............................................................................
B.1.6. Lembar Validasi Tes Kemampuan Minat Matematis Siswa..
B.2. Instrumen Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
B.2.1. Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran ...
Lampiran C
C.1. Hasil Validasi dari Instrumen Perangkat Pembelajaran …………..
C.2.Hasil Kepraktisan dari Validasi Instrumen Format Validasi
Instrumen Perangkat Pembelajaran Pada Ujicoba I
…………
C.2.1. Hasil Pretest ujicoba I Kemampuan Pemahaman Konsep .
C.2.2. Hasil Postest ujicoba I Kemampuan Pemahaman Konsep .
C.3.Hasil Kepraktisan dari Validasi Instrumen Format Validasi
Instrumen Perangkat Pembelajaran Pada Ujicoba II
………
C.3.1. Hasil Pretest ujicoba II Kemampuan Pemahaman Konsep
C.3.2. Hasil Postest ujicoba II Kemampuan Pemahaman Konsep .
C.4. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa
Pra Tindakan Ujicoba I…… ……………………...
C.5. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa
Pasca Tindakan Ujicoba I ……………………..…
C.6. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa

ix

217
219
221
223
225
227
230
232
237
237
238
240
240
241
243
245

Pra Tindakan Ujicoba II…………………………...
C.7. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa
Pasca Tindakan Ujicoba II…………………….…

251
253

Lampiran D
D.1. Hasil Lembar Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran Uji coba
keterbacaan .....................................................................................
255
D.2. Hasil Respon Guru terhadap perangkat pembelajaran Uji coba
keterbacaan .............................................................................
256
Lampiran E (Dokumentasi Penelitian) ....................................................... ... 257

x

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar
dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan
sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)
menyatakan bahwa, tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir
yang matang dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam
kehidupan nyata.
Peningkatan mutu pendidikan nasional dalam arti dan lingkup yang seluasluasnya merupakan titik berat pembangunan dibidang pendidikan harus benarbenar dilaksanakan. Soedjadi (1994: 1) mengemukakan bahwa pendidikan satusatunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk
menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Kualitas pendidikan
dijadikan barometer sumber daya manusia. Sekolah merupakan wadah kegiatan
pendidikan yang berfungsi sebagai pencipta sumber daya manusia. Esensi
pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang matematika. Salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Matematika
mempunyai peran memberikan berbagai kemampuan kepada siswa dalam
kemampuan berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) tujuan

1

2

bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan
pribadi anak didik dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada
penerapan matematika serta keterampilan matematika yaitu kemampuan memecahkan
masalah matematika”. Hal ini sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang
dirumuskan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) yaitu: (1)
belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar
(mathematical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical
problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); (5)
pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics).

Pada skala Internasional kemampuan matematika siswa Indonesia masih di
bawah standar dan pada skala nasional juga masih rendah, begitu juga dalam skala
daerah (Ansari, 2009). Rendahnya kemampuan matematika ini menyebabkan
rendahnya daya saing siswa dalam konteks pengembangan ilmu, kenyataan ini
sungguh memprihatinkan.
Salah satu kemampuan matematika siswa yang sangat penting untuk
dikembangkan di kalangan siswa adalah kemampuan pemahaman siswa terhadap
konsep matematika. Jika siswa mempunyai pemahaman terhadap konsep paling
tidak siswa akan tertarik lebih lanjut untuk mempelajari matematika, sehingga
diharapkan akan dapat meningkatkan minat siswa terhadap matematika. Walle
(2008) mengungkapkan ”ada beberapa keuntungan pemahaman konsep bagi
siswa, diantaranya meningkatkan ingatan, meningkatkan kemampuan pemecahan
soal, membangun sendiri pemahaman, memperbaiki sikap dan percaya diri serta
menumbuhkan minat siswa terhadap matematika”.

3

Ruseffendi (1991) menyatakan ada 3 macam pemahaman konsep
matematika yaitu: (1) pengubahan (translation); (2) pemberian arti (interpretasi);
(3) pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Dalam matematika misalnya mampu
mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya, mampu
mengartikan

(interpretation)

(ekstrapolasi)

suatu

suatu

kesamaan,

kencederungan

dari

mampu

gambar.

memperkirakan

Pemahaman

translasi

(kemampuan menerjemahkan) adalah kemampuan dalam memahami suatu
gagasan yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang dikenal
sebelumnya.

Pemahaman

interpretasi

(kemampuan

menafsirkan)

adalah

kemampuan dalam memahami bahan atau ide yang direkam, diubah atau disusun
dalam bentuk/cara lain, misalnya dalam bentuk grafik, label, diagram, gambar,
dan

lain

sebagainya.

Sedangkan

pemahaman

ekstrapolasi

(kemampuan

meramalkan) adalah kemampuan meramalkan kecenderungan yang ada menurut
data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dan implikasi yang sejalan
dengan kondisi yang digambarkan.
NCTM (1989 : 223) juga menyatakan indikator ketercapaian pemahaman
konsep matematika dapat dilihat dari: (1) Mendefinisikan konsep secara verbal
dan tulisan; (2) Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh; (3)
Menggunakan model, diagram dan symbol-symbol untuk merepresentasikan suatu
konsep; (4) mengubah suatu bentuk representasi menjadi bentuk lainnya; (5)
Mengenal berbagai makna dan konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu
konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Menurut Sriyanto
(2004) pelajaran matematika di sekolah sering kali menjadi momok, siswa

4

mengganggap matematika pelajaran yang sulit, anggapan tersebut tidak terlepas
dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika merupakan
ilmu yang abstrak, penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang
membingungkan, yang muncul atas pengalaman kurang menyenangkan ketika
belajar matematika di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan-kemampuan
matematika siswa khususnya kemampuan pemahaman siswa belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan masih sangat jauh dari hasil yang
memuaskan dan sangat mengkhawatirkan, sehingga berbuntut kepada minat siswa
terhadap matematika rendah.
Proses belajar dan mengajar di sekolah sering kali membuat kita kecewa
apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Mengapa?
1. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap
materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya.
2. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan.
3. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik
sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan
sesuatu yang abstrak dan metode ceramah (Depdiknas, 2007)
Kondisi empiris yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007) di atas sesuai
dengan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan. Hasil temuan pra penelitian
dimana siswa diminta untuk mengerjakan soal berikut ini.

5

1. Luas dari bangun ABCD di bawah adalah . . .

2. Berdasarkan gambar di bawah nilai x dan y yang memenuhi adalah . . .

Berdasarkan hasil pra penelitian diperoleh bahwa dari 38 siswa, terdapat
70% siswa memiliki pemahaman yang salah terhadap konsep dan algoritma
menyelesaikan luas dan keliling bangun datar. Ini dapat kita lihat dari hasil
Siswa tidak mampu membedakan
jenis bangun datar sehingga salah
menyebutkan dan menuliskan
variabel-variabel yang diketahui
dan yang ditanyakan

pekerjaan siswa untuk soal nomor 1 yang ditunjukkan oleh gambar 1.1

Siswa salah menafsirkan masalah dengan
membuat model matematika untuk
menyatakan langkah penyelesaian masalah
Siswa tidak memahami konsep belah
ketupat sehingga tidak dapat
menyelesaikan masalah

Gambar 1.1. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan
Pada jawaban siswa terdapat kesalahan dimana ia tidak memahami konsep
dari layang-layang sehingga ia tidak mampu menyelesaikan soal dengan baik.

6

Begitu juga untuk soal yang lain, siswa tidak mampu menyelesaikannya
dengan baik karena tidak memahami konsep matematika.
Siswa salah menafsirkan masalah
dan salah membuat model
matematika.

Siswa tidak dapat memahami konsep
sudut dalam bangun datar jajargenjang
sehingga tidak dapat menyelesaikan
masalah matematika

Gambar 1.2. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan
Dari hasil pra penelitian di atas dapat disimpukan bahwa banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika karena kurang memahami
konsep matematika. Menurut Ruseffendi (1991) terdapat banyak anak yang
setelah belajar matematika untuk bagian yang sederhana pun banyak yang tidak
dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru. Hal tersebut
menunjukkan bahwa banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar
matematika, karena kebanyakan dari mereka hanya sekedar menghafal konsepnya
bukan memahaminya.
Ansari (2009) mengemukakan bahwa merosotnya pemahaman konsep
matematika siswa di kelas antara lain karena : (a) dalam mengajar guru sering
mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (b) siswa belajar
dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematika, kemudian
guru mencoba memecahkannya sendiri; dan (c) pada saat mengajar matematika,
guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan
pemberian contoh, dan soal untuk latihan.

7

Dalam proses pembelajaran, banyak guru lebih memfokuskan siswa untuk
mengingat “cara-cara” yang mereka ajarkan dalam menyelesaikan soal daripada
menstimulasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Siswa kurang
mendapat kesempatan untuk memahami rasional dibalik rumus-rumus yang
diberikan kepada mereka. Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh siswa tidak
dengan pemahaman. Mereka kebingungan disaat dihadapkan dengan soal-soal
yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru mereka.
Disisi lain, menurut Bransford, Brown, dan Cocking (NCTM, 2000) siswa
yang mengingat fakta atau prosedur tanpa pemahaman sering ragu-ragu dalam
menentukan kapan atau bagaimana menggunakan apa yang mereka ketahui,
sehingga pelajaran gampang dengan pemahaman akan lebih mudah untuk diingat
dan diterapkan ketika siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang ada dengan cara yang bermakna.
Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap
rendahnya

hasil

belajar

perserta

didik

disebabkan

dominannya

proses

pembelajaran konvensional (Trianto, 2009). Pada pembelajaran ini suasana kelas
cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian,
guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan
bahan ajar atau referensi lain, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada
buku ajar atau referensi lain. Siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat
memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam
suatu pembelajaran.

8

Berdasarkan hasil angket minat belajar matematika yang diberikan oleh
pengamat terhadap siswa SMP Negeri 29 Medan kelas VIII diperoleh bahwa 78%
siswa tidak memiliki minat belajar matematika. Melalui wawancara terhadap
siswa SMP Negeri 29 kelas VIII

banyak siswa yang mengatakan bahwa

matematika itu sulit, rumit, membosankan, tidak menarik, dan tidak
menyenangkan. Mereka juga mengatakan tidak suka dengan matematika atau
dengan kata lain banyak dari mereka tidak memiliki minat untuk belajar
matematika. Menurut Zulkardi (2006) minat siswa terhadap matematika rendah
karena kebanyakan guru matematika mengajarkan matematika dengan metode
yang tidak menarik, guru menerangkan dan siswa mencatat, menurutnya
pendekatan pengajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan
tradisional yang menekankan proses latihan, prosedural serta menggunakan rumus
dan algoritma sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mesin.
Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran SMP
Negeri 29 Medan yang sedang berlangsung diperoleh fakta bahwa pembelajaran
yang dilakukan oleh guru selama ini terkesan belum membelajarkan siswa.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah menjelaskan materi pelajaran,
memberikan contoh-contoh soal, dan kemudian memberikan latihan soal.
Pembelajaran ini tentu tidak akan mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar matematika
siswa. Sebaiknya pembelajaran diarahkan pada penemuan kembali konsep-konsep
matematika. Hal ini senada dengan pendapat Bruner (2003) yang menyatakan
bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pembelajaran diarahkan

9

pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan
yang diajarkan.
Hasil kajian terhadap perangkat pembelajaran seperti buku siswa kelas
VIII SMP Negeri 29 Medan diperoleh fakta-fakta diantaranya: (1) buku siswa
belum dapat menghantarkan siswa pada penemuan kembali konsep-konsep
matematika. Salah satu contoh yang dapat dicermati misalnya mengenai luas
permukaan balok. Di dalam buku siswa dicantumkan rumus praktis mengenai luas
permukaan balok yaitu 2x((p x l)+( p x t) + (l x t)), dengan p, l, dan t berturut-turut
menyatakan panjang, lebar, dan tinggi balok. Terlebih lagi belum dipaparkan
mengenai penurunan rumus tersebut. Hal ini tentu apabila diberikan sebuah balok
yang tidak utuh (dalam artian salah satu sisi balok tidak ada) dan siswa diminta
menghitung luas permukaannya, siswa akan mengalami kesulitan untuk
menyelesaikannya, sebab siswa belum memiliki pemahaman mengenai konsep
luas permukaan balok tersebut, sehingga siswa akan cenderung untuk
menghafalkan rumus itu tanpa pemahaman, (2) masalah-masalah matematika
yang disajikan dalam buku siswa kurang berhubungan dengan kehidupan siswa.
Sebagai contoh dalam buku siswa dicantumkan masalah matematika seperti
“sebuah piramid memiliki panjang rusuk alas 10 m dan tinggi 12 m, hitunglah
luas permukaan piramid tersebut!”. Masalah tersebut juga tidak disertai dengan
gambar piramid yang dimaksud. Masalah matematika seperti ini tentunya masih
sulit untuk dibayangkan berdasarkan nalar siswa, mereka belum mengetahui
bentuk dari piramid itu sebab kurang berhubungan dengan kehidupan siswa yang
mengakibatkan siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya.

10

Hasil kajian terhadap perangkat pembelajaran seperti RPP kelas VIII SMP
Negeri 29 Medan diperoleh bahwa guru menggunakan RPP hasil MGMP yaitu
pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Tidak ada keterkaitan antara RPP
dan LKS siswa, hal ini dikarenakan LKS tidak dibuat oleh guru namun oleh
penerbit.
Berdasarkan temuan terhadap masalah-masalah matematika di atas dapat
dikatakan bahwa masalah-masalah matematika yang disajikan dalam buku siswa
selama ini bukan masalah kontekstual, buku siswa tidak menghantarkan siswa
untuk menemukan konsep matematika sehingga pemahaman konsep siswa rendah
dan minat belajar siswa juga rendah. Sebaiknya masalah-masalah matematika
yang disajikan dalam buku siswa berhubungan dengan kehidupan siswa. Pada
dasarnya pemberian masalah matematika kontekstual akan dapat menumbuhkan
minat belajar siswa, karena di samping dapat memantapkan pemahaman siswa
mengenai konsep yang diperolehnya, siswa juga mengetahui akan kebermanfaatan
dari materi yang dipelajarinya. Guru seharusnya mampu mengembangkan RPP
melalui pendekatan pembelajaran yang mampu menghantarkan siswa dapat
memahami konsep matematika yang menumbuhkan minat belajar siswa, guru
juga seharusnya menghasilkan LKS sendiri yang disesuaikan dengan RPP dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu menghantarkan siswa dapat
memahami konsep matematika yang menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suharta (2003), bahwa pemberian masalah matematika
kontekstual dalam pembelajaran matematika sangatlah penting yaitu agar anak

11

dapat melihat manfaat matematika dalam kehidupan nyata dan dalam bidang yang
lain, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan minat siswa.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2) yang digunakan sebagai landasan
dalam mengembangkan silabus untuk setiap satuan pendidikan. PP Nomor 19
tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses juga memberikan isyarat bahwa
guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran. Dipertegas
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun
2007 tentang Standar Proses yang mengatur tentang persyaratan bagi seorang
pendidik pada satuan pendidikan adalah mengembangkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Perangkat pembelajaran yang telah disebutkan dalam buku
pengembangan perangkat pembelajaran mencakup beberapa komponen, yaitu
buku siswa, buku guru, silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), LKS, dan
Test Hasil Belajar (THB).
Menurut Saragih

(2007) diperlukan suatu pengembangan materi

pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan
tahap berpikir siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses
pembelajaran yang tidak hanya berujung pada tes akhir. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat, cocok, dan relevan.
Salah satu pendekatan yang dianggap tepat adalah pendekatan pembelajaran
matematika kontekstual (CTL).
Menurut Sanjaya (2006) CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa
secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa untuk beraktivitas mempelajari

12

materi sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari
konteks kehidupan nyata siswa (daily life). Pendekatan pembelajaran kontekstual
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, siswa yang berperan aktif dalam
proses

pembelajaran

dengan

cara

menemukan

dan

menggali

sendiri

pemahamannya terhadap materi pelajaran.
Terkait dengan hal tersebut, Umar (2009) juga mengungkapkan hal yang
sama dari hasil penelitiannya bahwa hasil analisis ketuntasan belajar menunjukkan
bahwa ketuntasan klasikal pada kelas CTL sebesar 87%, sedangkan pada kelas
konvensional sebesar 79%. Kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan
pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Analisis
data secara deskriptif menunjukkan bahwa minat siswa dalam belajar matematika
untuk kelas CTL dalam kategori baik sedangkan untuk kelas konvensional dalam
kategori cukup baik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muliyati (2008)
analisis ketuntasan belajar menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal pada kelas
CTL sebesar 85%, sedangkan pada kelas konvensional sebesar 76%. Kesimpulan
bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan
prestasi

belajar

matematika

siswa

bahwa

pembelajaran

kontekstual

mempresentasikan suatu konsep dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks di mana materi itu digunakan. Siswa secara aktif mengkonstruksi dan
merekonstruksi sendiri pengetahuan mereka, berarti siswa akan memperoleh
situasi belajar terbaik, sehingga dapat menumbuhkan minat terhadap matematika
dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

13

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran yaitu buku siswa, buku guru, RPP, LKS dan Test Hasil
Belajar (THB) dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam pendidikan
dan pengajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa dan meningkatkan minat siswa terhadap matematika.
Kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini
didasarkan pada kriteria yang dikemukakan (Nieveen, 2011) meliputi tiga aspek,
yaitu:

validitas

(validity),

kepraktisan

(practicality),

dan

keefektivan

(effectiveness).
1.2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah
mengenai kualitas pendidikan yang masih rendah. Maka dapat diidentifikasi
beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:
1.

Penguasaan siswa terhadap matematika di lapangan masih belum
memuaskan.

2.

Matematika masih dianggap sulit oleh banyak siswa.

3.

Keabstrakan dan suasana pembelajaran matematika kurang disenangi
siswa.

4.

Kemampuan pemahaman matematika siswa rendah.

5.

Pembelajaran matematika tidak mengarahkan siswa pada pengembangan
kemampuan pemahaman dan minat.

6.

Siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran matematika.

7.

Kurangnya keterkaitan matematika di sekolah dengan dunia nyata.

14

8.

Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi agar siswa
memperoleh konsep secara benar.

9.

Proses pembelajaran kurang efektif.

10.

Guru tidak melakukan pengembangan bahan ajar.

11.

Bentuk proses penyelesaian masalah atau soal-soal pemahaman dan minat
matematika di kelas tidak bervariasi.

1.3. Pembatasan Masalah
Setiap aspek dalam pembelajaran matematika mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah
dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi, subjek
penelitian, waktu penelitian dan variabel-variabel penelitian.
Penelitian

ini

hanya

berfokus

kepada

pengembangan

perangkat

pembelajaran yaitu berupa buku siswa, buku guru, media, RPP, LKS, dan THB
khususnya pada materi Teorema Pythagoras untuk membelajarkan kemampuan
pemahaman dan minat matematik melalui pendekatan CTL yang dibatasi pada
siswa kelas VIII SMP, dengan meneliti permasalahan:
1.

Guru tidak mengembangkan perangkat pembelajaran.

2.

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa rendah.

3.

Minat belajar matematika siswa masih rendah.

4.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional.

15

1.4. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1.

Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model
pembelajaran contextual teaching learning adalah efektif pada materi
Teorema Pythagoras?

2.

Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa setelah diajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan melalui pendekatan CTL?

3.

Bagaimana peningkatan minat siswa terhadap matematika setelah diajar
dengan menggunakan pendekatan CTL?
Sesuai dengan rumusan masalah yang pertama diatas, keefektifan

pembelajaran dapat diukur melalui beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1) Bagaimana

validitas

dikembangkan dengan

perangkat

pembelajaran

yang

telah

pendekatan CTL dalam meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan teorema
pythagoras di kelas VIII SMP?
2) Bagaimana respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan menggunakan pendekatan CTL ?
3) Bagaimana hasil belajar siswa setelah diajar dengan pendekatan CTL
melalui perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan?

16

1.5. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai:
1.

Karakteristik perangkat pembelajaran efektif yang dikembangkan melalui
pendekatan CTL untuk meningkatkan pemahaman konsep dan minat
terhadap matematika pada pokok bahasan Teorema Pythagoras yang dapat
dipakai dalam pembelajaran, terdiri dari: buku siswa, buku guru, RPP,
LKS, dan THB dikelas VIII.

2.

Kemampuan pemahaman siswa yang diajar dengan menggunakan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan CTL
pada materi Teorema Pythagoras dikelas VIII

3.

Minat siswa terhadap matematika setelah diajar dengan menggunakan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui Pendekatan CTL
pada materi Teorema Pythagoras dikelas VIII.

1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan, secara praktis hasil dari penelitian
ini dapat bermanfaat bagi sekolah (guru dan siswa) sedangkan secara teoritis akan
bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan keilmuan. Adapun rincian manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran yang dapat digunakan
guru-guru matematika SMP VIII dalam mengajarkan topik Teorema
Pythagoras melalui pendekatan CTL

17

2.

Sebagai bahan perbandingan bagi para pengembang pembelajaran
matematika melalui pendekatan CTL dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran pada topik Teorema Pythagoras dan instrumennya.

3.

Dapat

meningkatkan

kemampuan pemahaman siswa serta dapat

meningkatkan potensi diri siswa dalam mengaplikasikan konsep
matematika yang lain.
4.

Dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran matematika.

5.

Hasil penelitian ini nantinya dapat sebagai acuan/referensi pada penelitian
yang sejenis.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal
berikut.
1. Berdasarkan pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan
model 4-D yang telah dimodifikasi, dihasilkan perangkat pembelajaran
matematika kontekstual baik/valid untuk topik teorema pythagoras. Perangkat
pembelajaran tersebut terdiri dari: (1) Rencana Pembelajaran (RP), (2) Buku
Guru (BG), (3) Buku Siswa (BS), (4), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan (5)
Tes Hasil Belajar (THB) yang dapat dilihat pada Lampiran A.
Pembelajaran matematika kontekstual efektif untuk mengajarkan topik
teorema pythagoras di kelas VIII SMP. Hal ini ditunjukkan oleh:
a. ketuntasan belajar secara klasikal: 81% siswa tuntas belajar individual;
b. respon siswa terhadap pembelajaran: positif.
Berdasarkan

kriteria

pencapaian

keefektifan

pembelajaran,

maka

perlakuan pembelajaran yang dikenakan pada kelas eksperimen tergolong tidak
efektif, karena ketuntasan belajar tidak tercapai.
2. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa meningkat, hal ini dapat
dilihat dari N-Gain. Peningkatan pemahaman konsep matematika siswa sedang.
Indikator pemahaman konsep matematika dalam menggunakan model untuk
mempresentasikan konsep serta indikator mengidentifikasi dalam membuat

147

148

contoh dan bukan contoh, merupakan indikator pemahaman konsep yang
paling tinggi peningkatannya.
3. Minat siswa dalam belajar matematika meningkat, hal ini dapat dilihat dari
angket yang diberikan saat pre-test dan post-test. Saat pre-test minat siswa
terhadap matematika rendah namun saat diberi perlakuan pembelajaran melalui
model pembelajaran kontekstual, minat siswa terhadap matematika tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika kontekstual
yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang
penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut.
1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan masih perlu diujicobakan di sekolahsekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh perangkat pembelajaran
yang benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaran dalam model
pengembangan 4-D).
2. Perlu dikembangkan perangkat pembelajaran matematika kontekstual untuk
topik-topik yang lain.

149

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.2002.Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Penemuan
Terbimbing pada Topik Bangun-Bangun Segiempat di Kelas II SLTP
Negeri Pekanbaru. Tesis. PPs Unesa Surabaya.
Ansari, B.I.2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh.
Yayasan Pena
Arikunto.1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi
Aksara
Grinnell,Richard.1988. Social Work Research and Evaluation. Canada. FE. Peacock
Publisher, inc.
Grounlund,Norman. (1982). Constructing Achievement Test. Third Edition.
Illionis, F.E Peacock Publishers, Inc
Hamalik, Oemar (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara.
Harjanto.2002.Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kemp, Jerrold.1994.Designing Effective Instruction. New York, Macmilan Colege
Publishing Company
Marzano, R.J., Brandt, R.s., Hughes, C.S., Jones, B.F., Presseisen, B.Z., Rankin,
S.C., & Suhor, C. (1998). Dimensions of Thinking: A framework for
Curriculum and Instruction.
Alexandria, Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development.
Mulyati.2008.“Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk
meningkatkan Minat dan Motivasir Siswa.” Tesis Magister Pendidikan.
Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics
Reston, VA: NCTM
NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics
Reston, VA: NCTM
Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Universitas Negeri Malang.

150

Panjaitan.2010.“Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah dan Respon Positif Siswa.”
Tesis Magister Pendidikan. Bandung: PPs UPI.

Polya, George.1980. On Solving Mathematichal Problem in High School, dalam
Krulik Stephen & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School
Mathematics. Reston-Virginia, NCTM.
Ruseffendi,.E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Russefendi,E.T.1988.Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung Tarsito.
Saragih, S.2007.Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik
Siswa dan Sikap Positif Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik.
Disertasi tidak diterbitkan. Bandung. PPs UPI
Sinaga.2009. “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk
meningkatkan Pemecahan Masalah kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau
Selatan.” Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri
Medan
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saragih, H P. 2007. Belajar Tak Lagi Membosankan. Sumber :
www.wartaekonomi.com.
(http://detiknas.in/donesia/2007/09/19/belajartak- lagi - membosankan/diakses tanggal 15 Januari 2014).
Skemp, Richard R. (1989). Relational understanding and instrumental understanding.
Department of education, university of warwick

Slameto.2003.Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Soedjadi, R., 1994. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

151

Suharta, I Gusti Putu. 2003. Kumpulan Karya Ilmiah (tidakditerbitkan). Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja, UPT. Perpustakaan
Sudjana. 2005. Metoda Statiska. Bandung. Tarsito.
Suherman, E.1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Dirjen
Dikdasmen Depdikbud.
Suparno, P. 1997.
Kansius.

Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Suparno, P. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomingtn:
Central for Innovation on Teaching The Handicapped.
Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep
Landasan, dan Implemnentasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Umar.2009.“Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk
meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa.” Tesis Magister
Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
United Nations. (1997). Report on the World Social Situation 1997. New York,
United Nation
Van De Welle, John A, Karp, Karen S, dan Bay-Williams, Jennifer M. (2008).
Elementary And Middle School Mathematics Teaching Developmentally, 7th
Edition. New York: Pearson Education
Van Hille. pemahaman konsep, level berpikir dan tahap belajar. 1986.
Characterizing the Van Hiele Levels of Development in Geometric.
Zulkardi. 2006. How to Design Mathematics Lessons based on the Realistic
Approach?. http://www.geocities.com/ratuilma/rme.html. Diakses: 5 April 2014.