struktur dan lapisan masyarakat

(1)

ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL

Disusun Oleh:


(2)

BAB 5

STRUKTUR SOSIAL

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup

dalam masyarakat. Manusia menjadi manusia karena dia tinggal dan hidup di dalam

masyarakat. Sejak lahir sampai dengan

kematiannya, dia tidak pernah hidup "sendiri" tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial yang berbeda-beda satu sama lainnya. Lingkungan sosial adalah suatu bagian dari

suatu lingkungan hidup yang terdiri atas antar hubungan individu dan kelompok dan

pola-pola organisasi serta segala aspek yang ada dalam masyarakat yang lebih luas di mana lingkungan sosial tersebut merupakan bagian daripadanya.


(3)

A. Masyarakat

Krech, seperti yang dikutip Nursid (2000),

mengemukakan bahwa masyarakat adalah “is that it is an organized collectivity of

interacting people whose activities become centered arounds a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and modes of action. Jadi ciri atau unsur

masyarakat adalah kumpulan orang; sudah terbentuk lama; sudah memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri; dan memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama.


(4)

Sedangkan Horton (1993) sebagai “

a

relatively independents,

selfperpetuating human group who

accupy territory, share a culture, and

have most of their associations within

this group”. Adapun ciri-ciri masyarakat

adalah

kelompok manusia; memiliki

kebebasan dan bersifat kekal;

menempati suatu

kawasan; memiliki kebudayan; dan

memiliki hubungan dalam kelompok

yang bersangkutan.


(5)

dapat disimpulkan bahwa masyarakat

dapat disimpulkan bahwa masyarakat

adalah

adalah merupakan

kelompok atau

kelompok atau

kolektivitas manusia yang melakukan

kolektivitas manusia yang melakukan

interaksi-komunikasi dengan sesama,

interaksi-komunikasi dengan sesama,

sedikit banyak bersifat kekal,

sedikit banyak bersifat kekal,

berlandaskan perhatian dan tujuan

berlandaskan perhatian dan tujuan

bersama, serta telah melakukan jalinan

bersama, serta telah melakukan jalinan

secara berkesinambungan dalam waktu

secara berkesinambungan dalam waktu

yang relatif lama, dan adanya

yang relatif lama, dan adanya

kebudayaan yang dihasilkan oleh

kebudayaan yang dihasilkan oleh

masyarakat tersebut.


(6)

1. Komunitas (community)

1. Komunitas (community)

Istilah komunitas atau “community” lebih

jarang dipergunakan oleh manusia

dibandingkan dengan istilah masyarakat.

Komunitas adalah bagian kelompok dari

masyarakat (

society) dalam lingkup yang

lebih kecil, serta mereka

lebih terikat oleh

tempat (teritorial).

Soerjono (1990) memaknai istilah

community sebagai “masyarakat

setempat”, istilah mana menunjuk pada

warga-warga sebuah desa, sebuah kota,

suku atau suatu bangsa.


(7)

Masyarakat setempat (community) adalah

suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang

tertentu. Dasar- dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat

setempat. Jadi unsur komunitas adalah:

adanya wilayah atau lokalitas, perasaan saling ketergantungan atau saling membutuhkan.

Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat tersebut disebut community

sentiment. Setiap community sentiment memiliki unsur: (1) seperasaan; (2)


(8)

2. Pengelompokkan Masyarakat

Pada umumnya berdasarkan tempat tinggal masyarakat dikelompokkan menjadi

masyarakat desa dan masyarakat kota.

Desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hikuk pikuk keramaian, penduduknya ramah-tamah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian

penduduknya kebanyakan sebagai petani, atau nelayan, walaupun ada yang menjadi pedagang, tukang kayu atau tukang batu.

Mereka mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antar sesama warganya.

Sistem kehidupan biasanya berkelompok, atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong.


(9)

Usia dan ketokohan sangat berperan dalam kehidupan orang desa. Orang-orang tua pada masyarakat desa, biasanya memegang

peranan penting dalam kehidupan bersama. Mereka adalah tempat meminta nasihat bila mengalami kesulitan, serta tempat untuk membicarakan sesuatu hal yang terkait dengan kegiatan perayaan, hajatan atau kebiasaan masyarakat sehari-hari.

Sebuah kota sering kali ditandai dengan

kehidupan yang ramai, wilayahnya yang

luas, banyak penduduknya, hubungan

yang tidak erat satu sama lain, dan mata

pencaharian penduduknya


(10)

Menurut Soerjono (1990), masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya perhatian terhadap keperluan

hidup. Masyarakat desa pada umumnya, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lainnya diabaikan. Sedangkan pandangan masyarakat kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan masyarakat sekitarnya juga

diperhatikan. Misalnya makan, bukan hanya sekedar kandungan gizi dan enaknya saja

yang diperhatikan, tetapi juga memperhatikan peralatan dan tempatnya makan. Pembagian kerja (division of labor) pada masyarakat kota sudah terspesialiasasi. Begitu pula jenis

profesi pekerjaan sangat banyak macamnya (heterogen).


(11)

Tonnies (dalam Soekanto, 1990)

mengelompokkan masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainschaft dan

geselschaft.

Masyarakat gemainschaft atau disebut juga

paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya. Sedangkan masyarakat geselschaft atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional. Paguyuban

cenderung sebagai refleksi masyarakat desa, sedangkan patembayan refleksi masyakat


(12)

Tugas:

Tugas:

1. Menurut pendapatmu,

1. Menurut pendapatmu,

siswa-siswa di suatu sekolah dapatkah

siswa di suatu sekolah dapatkah

dikatakan sebagai masyarakat?

dikatakan sebagai masyarakat?

Mengapa?

Mengapa?

2. Apakah dalam kehidupan siswa

2. Apakah dalam kehidupan siswa

di sekolah terjadi pengelompokkan

di sekolah terjadi pengelompokkan

sesuai dengan kehendak

sesuai dengan kehendak

masing-masing?Apakah buktinya?


(13)

B. PELAPISAN MASYARAKAT

B. PELAPISAN MASYARAKAT

Aristoteles (Yunani) pernah mengatakan

bahwa di dalam negara terdapat tiga

unsur, yaitu mereka yang kaya sekali,

yang miskin, dan yang berada di

tengah-tengahnya. Ucapan demikian sedikit

banyak membuktikan bahwa di zaman itu,

orang telah mengakui adanya lapisan

masyarakat yang mempunyai kedudukan

bertingkat-tingkat (Horton, 1993).


(14)

Sistem lapisan masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan social stratification. Kata

stratification berasal dari stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Sorokin

menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.

Sistem lapisan dalam proses pertumbuhan masyarakat terjadi dengan sendirinya, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan

terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan

mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.


(15)

1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat

1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat

Sifat lapisan didalam suatu masyarakat

dapat bersifat tertutup (

closed social

stratification) dan (open social

stratification). Bersifat tertutup

bilamana

membatasi kemungkinan pindahnya

seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang

lain. Baik yang merupakan gerak ke atas

atau ke bawah. Di dalam sistem yang

demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi

anggota suatu lapisan dalam masyarakat

adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam

sistem terbuka, setiap anggota masyarakat

mempunyai kesempatan untuk berusaha

dengan kecakapan sendiri untuk naik

lapisan, atau bagi mereka yang tidak

beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang

atas ke lapisan di bawahnya.


(16)

2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat (Social Classes)

Penjumlahan kelas-kelas dalam

masyarakat

disebut

class system (Freedman, 1952).

Artinya, semua orang dan

keluarga yang

sadar akan kedudukan mereka itu

diketahui dan diakui oleh masyarakat

umum. Dengan demikian, maka

pengertian kelas adalah paralel dengan

pengertian lapisan tanpa membedakan

apakah dasar lapisan itu faktor uang,

tanah kekuasaan atau dasar lainnya.


(17)

Joseph Schumpeter (dalam Horton, 1993)

mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan

keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya

hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.

Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai

beberapa kriteria yang tradisional, yaitu: (1) besar jumlah anggota-anggotanya; (2)

kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya; (3) kelanggengan; (4) tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas; (5) batas-batas

yang tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain); dan (6) antagonisme.


(18)

3. Dasar Lapisan Masyarakat

3. Dasar Lapisan Masyarakat

1. Kekayaan; Barangsiapa yang memiliki

kekayaan paling banyak, termasuk dalam

lapisan teratas. Kekayaan tersebut,

misalnya, dapat dilihat pada bentuk

rumah yang bersangkutan, mobil

pribadinya, cara-caranya

mempergunakan pakaian serta bahan

pakaian yang dipakainya, kebiasaan

untuk berbelanja barang-barang mahal

dan seterusnya.

2. Kekuasaan; Barangsiapa yang memiliki

kekuasaan atau yang mempunyai

wewenang terbesar, menempati lapisan

atasan.


(19)

3. Kehormatan; Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/atau keuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semcam ini, banyak dijumpai pada

masyarakat tradisional, biasanya mereka

adalah golongan tua atau yang pernah berjasa. 4. Penguasaan ilmu pengetahuan; Ilmu

pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu

pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut

kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa

bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, ternyata gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala

macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.


(1)

Sistem lapisan masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan social stratification. Kata

stratification berasal dari stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Sorokin

menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.

Sistem lapisan dalam proses pertumbuhan masyarakat terjadi dengan sendirinya, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan

terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan

mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.


(2)

1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat

1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat

Sifat lapisan didalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan (open social

stratification). Bersifat tertutup bilamana membatasi kemungkinan pindahnya

seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas

atau ke bawah. Di dalam sistem yang

demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam

sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik

lapisan, atau bagi mereka yang tidak

beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya.


(3)

2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat (Social Classes)

Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat

disebut class system (Freedman, 1952). Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu

diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka

pengertian kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah kekuasaan atau dasar lainnya.


(4)

Joseph Schumpeter (dalam Horton, 1993)

mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan

keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya

hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.

Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai

beberapa kriteria yang tradisional, yaitu: (1) besar jumlah anggota-anggotanya; (2)

kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya; (3) kelanggengan; (4) tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas; (5) batas-batas

yang tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain); dan (6) antagonisme.


(5)

3. Dasar Lapisan Masyarakat

3. Dasar Lapisan Masyarakat

1. Kekayaan; Barangsiapa yang memiliki

kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut,

misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil

pribadinya, cara-caranya

mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan

untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Kekuasaan; Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai

wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.


(6)

3. Kehormatan; Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/atau keuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semcam ini, banyak dijumpai pada

masyarakat tradisional, biasanya mereka

adalah golongan tua atau yang pernah berjasa. 4. Penguasaan ilmu pengetahuan; Ilmu

pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu

pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut

kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa

bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, ternyata gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala

macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.