BlogQuest: Bagaimana cara guru mengelola pembelajaran berbasis internet

BlogQuest: Bagaimana cara guru mengelola
pembelajaran berbasis internet
Oleh
Yanti Herlanti
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

“Kalian cari informasi tentang bencana alam di internet ya, cari aja di google!”
Guru SD bahkan mungkin SMA pernah meminta peserta didik untuk mencari
literatur di internet. Kita pun biasa membebaskan peserta didik untuk bebas mencari
menggunakan mesin pencari di internet, sebutlah salah satu yang populernya google.
Penahkah kita berpikir bahwa peserta didik terutama di tingkat pendidikan dasar akan
tersesat di situs-situs yang tidak layak mereka lihat?
Internet adalah hutan belantara peserta didik memerlukan pemandu dalam
berselancar di dunia maya
Internet adalah hutan belantara, dan bagaimana jadinya jika kita tidak menyiapkan
rute untuk melaluinya? Apakah peserta didik akan sampai pada tujuan dengan cepat,
secepat yang kita harapkan? Apakah peserta didik akan menemukan artikel-artikel
sesuai harapan? Mana yang lebih banyak peserta didik habiskan di depan computer
berpetualang di berbagai situs yang ternyata isinya tidak diharapkan ataukah
mendapatkan artikel sesuai tujuan pembelajaran? Kita semua harus menyadari bahwa

“internet adalah hutan belantara”, sehingga kita perlu pemandu bagi peserta didik
ketika berselancar di dunia maya.
Pertanyaannya siapa yang bisa menjadi pemandu? Orang tuanya? Atau pedoman yang
diberikan secara bertahap oleh para guru ketika mereka berselancar didunia
maya. Jika sebuah pedoman yang diberikan guru bagaimana cara membuatnya?
Pada tahun 1995 Dodge mengembangkan webquest untuk memandu peserta didik
dalam mengkonstruksi informasi. Webquest adalah sebuah aktivitas berorientasi pada
penemuan dengan memanfaatkan sumber informasi yang berasal dari internet. Model
ini dikembangkan oleh Dodge dan Tom March pada Febuari 1995. Dodge
mengkatagorikan webquest sebagai proyek microworld. Microworld adalah media
digital yang didasarkan pada prinsip penemuan baru, permainan, dan penemuan
kembali.
Dodge mengembangkan enam atribut kritis pada webquest, yaitu pendahuluan
(introduction), tugas (task), sumber informasi (information source), proses (process),
pedoman mengatur informasi yang diperoleh (guidence), dan kesimpulan (conclucion).
Pada ahli terus mengembangkan webquest, kini atribut kritis webquest ada enam
unsur yaitu pendahuluan (introduction), penugasan (task), sumber (resources), proses
(process), evaluasi (evaluation), dan kesimpulan (conclusion). Atribut kritis ini disebut
juga unsur kunci webquest. Unsur kunci dan fungsinya dapat dilihat pada tabel.


UNSUR KUNCI
FUNGSI
WEBQUEST
Menyediakan informasi latar belakang topik dan menetapkan
Pendahuluan
tahap untuk penyelidikan atau aktivitas
Meliputi aktivitas yang dapat dilaksanakan dan menarik bagi
Penugasan
pelajar
Menyediakan tautan dari sumber berbasis internet yang dapat
Sumber
diakses siswa untuk melengkapi aktivitasnya, tautan kemudian
disertakan pada proses
Menyediakan pedoman langkah demi langkah untuk melengkapi
Proses
aktivitas. Proses menyediakan deskripsi yang jelas sehingga
pelajar dapat melengkapi tugasnya
Menggambarkan dengan jelas apa yang pelajar harus lakukan
agar mendapatkan kesuksesan, biasanya disediakan pula format
Evaluasi

rubrik atau daftar cek
Merupakan penutup aktivitas dan meringkas apa yang pengajar
Kesimpulan
harapkan pada siswa yang telah melengkapi aktivitas
Sumber: Strickland (2006)

Unsur-unsur kunci ini diibaratkan dengan potongan balok bangunan (lego), yang
terdiri pendahuluan (introduction), tugas (task), proses (process), evaluasi (evaluation),
dan kesimpulan (conclusion). Potongan balok ini terpisah satu sama lain, tetapi dapat
disusun menjadi bentuk struktur sesuai tujuan penyusunnya. Berdasarkan analogi ini,
unsur kunci merupakan struktur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Contoh
webquest pada tingkat sekolah dasar dapat dilihat pada gambar. Pada bagian proses,
selain menjelaskan tahapan yang harus dilakukan peserta didik, juga menyediakan
tautan yang bisa dibuka peserta didik, sehingga peserta didik tidak kelayapan di
google dan menemukan situs-situs yang tidak diharapkan serta menghabiskan banyak
waktu untuk mencari situs yang sesuai dengan tugas yang diberikan guru.

Pada konteks negara Indonesia, pembuatan webquest memerlukan biaya yang
lumayan, langganan domain pertahun kuang lebih 300 ribu rupiah, belum lagi
membuat situsnya yang bisa memakan biaya 1-5 juta rupiah, karena membuat

webquest memerlukan keterampilan sebagai webmaster. Rasanya tidak ada guru yang
mau berlelah-lelah membayar begitu besar untuk membuat sebuah webquest.
Walaupun begitu, unsur-unsur quest yaitu pendahuluan, tugas, proses, sumber,
evaluasi, dan kesimpulan sebagai unsur kunci yang memandu peserta didik dalam
memenuhi tugas berbasis internet yang diberikan guru.
Pada konteks Indonesia, media sosial seperti blog dapat digunakan sebagai media
pengganti web. Blog? Ya Blog. Blog (singkatan dari web log) adalah situs khusus yang
dibuat oleh individu atau sekelompok penulis dengan menambahkan tulisan secara
teratur. Blog merupakan kumpulan artikel yang ditulis dan diatur secara kronologis
terbalik yaitu tulisan terakhir ada di beranda paling atas.

Istilah web log pertama kali muncul dari sebuah makalah sebuah konferensi pada 14
Agustus 1995. Makalah tersebut berjudul “Explorating the World-Wide Web for
Electronic Meeting Document Analysis and Management” oleh G. Raikundalia & M.
Rees, dosen dari Bond University, Australia. Menurut Riley, (2005)istilah weblog
mengacu pada catatan-catatan pinggir pada sebuah situs. Istilah weblog yang diambil
dari kata “logging the web”. Logging berarti masuk, jadi logging the web bisa diartikan
memasuki web”. Kala itu web log berisi panduan bagi orang yang masuk ke belantara
web dengan cara menyortir tautan menarik berdasarkan opininya. Pada tahun
1999, Peter Merholz menyebut web log dengan wee blog, dampaknya orang

memperpendek web log menjadi blog.
Guru dapat membuat personal blog secara gratis. Penggunaannya pun sangat mudah,
mirip dengan media sosial lainnya seperti facebook. Bedanya jika facebook hanya
dapat diakses oleh orang-orang yang menjadi pertemanan kita, weblog dapat diakses
secara luas dan terbuka.
Unsur-unsur quest yaitu pendahuluan, tugas, proses, evaluasi, dan kesimpulan
digunakan sebagai pemandu dalam pembuatan tugas yang dilakukan peserta didik.
Unsur-unsur ini tetap dapat disisipan dalam weblog berupa sebuah posting/kiriman.
Penyisipan unsur-unsur quest ke dalam weblog kemudian disebut dengan blogquest.
Bagaimana cara memberi penugasan menggunakan internet pada peserta didik?
Pertama, buatlah sebuah blog pribadi. Kedua rancanglah apa yang akan ditugaskan
kepada peserta didik. Misalnya di kelas empat kurikulum 2013 ada tema pekerjaan.
Guru dapat memberi tugas mengenalkan pekerjaan antariksawan kepada peserta
didik. Untuk keperluan tersebut guru dapat merancang isi yang akan dimasukan pada
tiap bagian quest (yaitu A. Pendahuluan, B. Tugas, C. Proses, D. Evaluasi, dan E.
Kesimpulan). Contoh quest untuk topik ini yang telah dibuat dalam sebuah blog dapat
diakses di http://sekolahhikari.com/2015/02/08/antariksawan-masa-depan-kelas-4/.
Ketiga melaksanakan pemberian tugas. Penugasan menggunakan internet bisa
dilakukan bila sekolah mempunyai akses pada jaringan internet, tugas ini dapat juga
menjadi tugas rumah dengan memperhatikan akses internet yang dimiliki peserta

didik di rumahnya. Keempat mengevaluasi penugasan yang telah diberikan. Tugas
yang telah diberikan dapat dievaluasi sesuai dengan tujuan pembelajaran, penilaian
dapat dilakukan dengan portofolio, produk, atau kinerja sesuai dengan tugas yang
telah diberikan.
Pemberian tugas pada peserta didik untuk menggunakan sumber belajar internet
ternyata memerlukan keterampilan untuk mengelolanya bukan? Ya, memberi tugas
menggunakan internet memang memerlukan keterampilan tertentu dari para guru
bukan sekedar literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guru, karena
sesungguhnya internet adalah hutan belantara bagi peserta didik. Ayo! Para guru
tingkatkan terus keterampilan menggunakan TIK.
Tulisan ini dimuat di Tabloid Aksara. Herlanti, Y. (2015). BlogQuest: Bagaimana
cara guru mengelola pembelajaran berbasis internet. Tabloid Aksara, Edisi 92-93.