GAMBARAN KARAKTERISTIK LANJUT USIA YANGMENGALAMI INSOMNIA DI PANTI WREDA DHARMA Gambaran karakteristik lanjut usia yang mengalami insomnia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANJUT USIA YANG
MENGALAMI INSOMNIA DI PANTI WREDA DHARMA
BAKTI PAJANG SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

FIRDAUS MADING
J 210.112.011

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

1


PENELITIAN

GAMBARAN KARAKTERISTIK PADA LANJUT USIA YANG
MENGALAMI INSOMNIA DI PANTI WREDA DHARMA
BAKTI PAJANG SURAKARTA
Firdaus Mading*
H.M Abi Muhlisin, SKM., M. Kep.**
Kartinah A. Kep., S. Kep **
Abstrak

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering
ditemukan pada lansia. Prevalensi gangguan tidur pada lansia tergolong tinggi
yaitu sekitar 67% dari populasi berusia di atas 65 tahun. Lanjut usia biasanya
mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar, kulit sudah tidak kencang,
otot-otot yang sudah mengendor, dan organ-organ tubuhnya kurang berfungsi
dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran karakteristik
lansia yang mengalami insomnia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan metode
observesional dengan mengambilan teknik purposive sampling. Populasi

penelitian adalah semua lanjut usia usia 60-95 tahun di Panti Wreda Dharma
Bakti Pajang Surakarta sejumlah 85 lansia. Sample penelitian sebanyak 43
lansia dengan menggunakan Insomnia Rating Scale dan Depresi
Geriatrik/Geriatric Depression Scale (GDS). Hasil penelitian didapatkan bahwa
(1) Sebagian besar responden berusia 60 – 74 tahun, (2) sebagian besar
responden adalah perempuan, (3) sebagian besar responden memiliki gaya
hidup baik, (4) sebagian besar responden mengalami depresi ringan, dan (5)
sebagian responden terdiagnosa penyakit.
Kata kunci: lansia, insomnia ,umur, jenis kelamin, gaya hidup, depresi, dan
diagnosa penyakit.

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

2

THE DESCRIPTION OF CHARACTERISTICS OF THE ELDERLY ARE
HAVING INSOMNIA AT DHARMA BAKTI OF SURAKARTA
By:
Firdaus Mading

Insomnia is a sleep disorder that is most commonly found in the elderly. The
prevalence of sleep disorders in the elderly is high at around 67% of the population aged
over 65 years. Elderly usually experience physical changes were reasonable, the skin is
not tight, the muscles that have been lost and organs are not functioning properly. The
aim of this research was describe characteristics of the elderly who experience insomnia
at Dharma Bakti Nursing Home of Surakarta. This research used descriptive analytical
design with the observesional method obtain through purposive sampling technique. The
study population was all elderly aged 60-95 years at Dharma Bakti Pajang Nursing Home
of Surakarta some 85 elderly persons. Sample the study were 43 elderly persons. The
data of the research were analyzed by using the Insomnia Rating Scale and Geriatric
Depression Scale (GDS). The result of the research shows that (1) Most of the
respondents aged 60-74 years (2) most of the respondents were female (3) the majority
of respondents have a good lifestyle(4) the majority of respondents experiencing mild
depression and (5) partially respondents diagnosed with the disease.
Keywords: elderly, insomnia, age, gender, lifestyle, depression, and disease
diagnosis.

.
.


Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

PENDAHULUAN
Setiap
manusia
memiliki
kebutuhan khusus yang harus
dipenuhi, baik
secara fisiologis
maupun psikologis. Terdapat banyak
kebutuhan fisiologis manusia, salah
satunya adalah istirahat dan tidur.
Tidur merupakan suatu kebutuhan
yang
sangat
penting
untuk
kesehatan
manusia.

Tidur
merupakan suatu mekanisme yang
memperbaiki tubuh dan fungsinya
untuk mempertahankan energi dan
kesehatan, tetapi masih banyak
orang yang sedikit mengerti tentang
pentingnya tidur demi sesuatu hal
yang harus diselesaikan (Nissen et
al, 2013).
Prosess
penuaan
berhubungan dengan perubahan
tidur obyektif dan subyektif. Keluhan
tidur adalah keluhan berulang mulai
usia lansia dan tampaknya akan
mempengaruhi lebih dari 30% dari
populasi berusia di atas 65 tahun.
Lanjut usia biasanya mengalami
perubahan-perubahan fisik yang
wajar, kulit sudah tidak kencang,

otot-otot yang sudah mengendor,
dan organ-organ tubuhnya kurang
berfungsi dengan baik (Achour,
2014).
Insomnia
merupakan
gangguan tidur yang paling sering
ditemukan pada lansia. Setiap tahun
diperkirakan sekitar 20%-50% orang
dewasa melaporkan gangguan tidur
dan
sekitar
17%
mengalami
gangguan
tidur
yang
serius.
Prevalensi gangguan tidur pada
lansia tergolong tinggi yaitu sekitar

67% (Seoud, 2014). Sebuah artikel
menyatakan Riset internasional yang
telah dilakukan US Census Bureau,
International Data Base tahun 2004
terhadap
penduduk
Indonesia
menyatakan bahwa dari 238,452 juta
jiwa penduduk Indonesia, sebanyak
28,035 juta jiwa (11,7%) terjangkit
insomnia. Angka ini membuat

3

insomnia
sebagai
salah
satu
gangguan paling banyak yang
dikeluhkan masyarakat Indonesia. Di

Indonesia sendiri diperkirakan 11,7%
penduduknya mengalami insomnia.
(Anonim, 2011) Insomnia adalah
salah satu gangguan utama dalam
memulai dan mempertahankan tidur
di
kalangan
lansia.
Insomnia
didefinisikan sebagai suatu keluhan
tentang kurangnya kualitas tidur
yang disebabkan oleh satu dari sulit
memasuki tidur, sering terbangun
malam kemudian kesulitan untuk
kembali tidur, bangun terlalu pagi,
dan tidur yang tidak nyenyak.
Insomnia dapat dibagi menjadi dua
yaitu insomnia sekunder dan primer.
Insomnia sekunder adalah insomnia
yang disebabkan oleh faktor medis,

psikiatri atau substansi, sedangkan
insomnia
primer
merupakan
insomnia yang disebabkan oleh
faktor psikologis (Sarsour,2010).
Sebuah diagnosa pada insomnia
dikonfirmasi jika ada keluhan tidur
atau masalah siang hari terkait
penyebab dari stres atau penurunan
fungsional minimal selama 1 bulan
(Roth et al., 2010).
Kualitas tidur pada lansia yang
buruk tidak lepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dengan
bertambahnya usia juga terdapat
penurunan dalam kualitas tidur.
Kebutuhan tidur setiap orang
berbeda-beda,
usia

lanjut
membutuhkan waktu tidur 6-7 jam
per hari (Hidayat, 2008). Pada usia
lanjut pun akan terjadi proses
perubahan fisik dan mental yang
mana perubahan itu juga terjadi
pada pola tidurnya (Vitiello, 2005).
Perry Potter mengatakan Wanita
secara
psikologis
memiliki
mekanismekoping yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki dalam
mengatasi suatu masalah. Dengan
adanya gangguan secara fisik

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

maupun secara psikologis tersebut

maka wanita akan mengalami suatu
kecemasan, jika kecemasan itu
berlanjut maka akan mengalami
suatu kecemasan, jika keccemasan
itu
berlanjut
maka
akan
mengakibatkan seseorang lansia
lebih sering mengalami kejadian
insomnia dibandingkan dengan lakilaki. Penyebab insomnia pada lansia
dibagi menjadi empat kelompok
yaitu penyakit fisik atau gejala:
seperti nyeri jangka panjang,
kandung kemih atau masalah
prostat, penyakit sendi seperti
arthritis
atau
bursitis,
dan
gastroesophageal reflux; lingkungan/
factor perilaku, penggunaan obatobatan, seperti kafein, alkohol, atau
resep obat untuk penyakit kronis;
penyakit mental atau gejala, seperti
kecemasan, depresi, kehilangan
identitas pribadi, atau persepsi
status kesehatan yang buruk
(Tsou,2013).
Menurut National
Sleep Foundation ada sebelas
kondisi kesehatan yang disertai oleh
rasa nyeri dan ketidaknyaman dapat
menyebabkan
gangguan
tidur.
Keadaan tersebut adalah tekanan
darah tinggi, penyakit jantung,
stroke, diabetus mellitus, arthritis,
penyakit paru, kanker, depresi,
gangguan memori, osteoporosis,
dan hipertropi prostat (Haines,
2005).
Perubahan
tidur
yang
berhubungan
dengan
depresi
termasuk gangguan secara umum
dan arsitektural. Perubahan secara
umum terdiri dari peningkatan latensi
tidur,sering
terbangun,
dan
terbangun terlalu awal di pagi hari
diikuti kesulitan untuk melanjutkan
tidur. Lansia yang mengalami
depresi lebih cenderung insomnia
dari yang tidak mengalami depersi
(Perlis, 2008).
Berdasarkan data dari hasil
studi pendahuluan di Panti Wreda

4

Dharma Bakti Pajang Surakarta
bahwa jumlah lansia saat ini yang
tinggal sebanyak 85 orang jumlah
wanita 60 orang dan laki-laki 25
orang. Dari hasil obsevasi seluruh
panti dibagi menjadi 7 wisma, setiap
wisma ada beberapa kamar dan
dalam satu kamar ada jumlah lansia
2 otau 3 orang, wawancara singkat
terhadap beberapa orang lansia
yang tinggal di panti didapatkan
bahwa mereka mengeluhkan adanya
gangguan tidur berupa kesulitan
untuk
memulai
tidur,
sering
terbangun pada saat malam dan
kesulitan untuk tidur kembali.
Berdasarkan
masalah–
masalah diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian kepada para
lansia yang tinggal di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta
tentang
gambaran
karakteristik
lansia yang mengalami insomnia
tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah
memberi gambaran karakteristik
lansia yang mengalami insomnia Di
Panti Wreda Dharma Bakti.
LANDASAN TEORI
Lanjut Usia
Masa lanjut usia adalah
masa yang paling akhir dari siklus
kehidupan
semua
manusia.
Seseorang dikatakan lanjut usia
apabila berusia 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan
stres
lingkungan
(Efendi
&
Makhfudli, 2009).
Lanjut usia adalah kelompok
penduduk berumur tua. Golongan
penduduk yang mendapat perhatian
atau pengelompokan tersendiri ini
adalah populasi penduduk berumur
60 tahun atau lebih. Umur kronologis
(kalender)
manusia
dapat

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

digolongkan dalam berbagai masa,
yaitu Masa anak, Remaja, dan
Dewasa (Bustan, 2007). Lansia
adalah periode dimana organisme
telah mencapai masa keemasan
atau kejayaannya dalam ukuran,
fungsi, dan juga beberapa telah
menunjukkan
kemundurannya
sejalan dengan berjalannya waktu
(Suardiman, 2011). Dimana semua
makhluk hidup memiliki siklus
kehidupan menuju tua yang diawali
dengan proses kelahiran, kemudian
tumbuh menjadi dewasa dan
berkembang
biak
selanjutnya
menjadi tua dan akhirnya akan
meninggal. Awal dari penuaan yang
merupakan
hasil
pertukaran
berurutan pada gen tertentu, periode
yang ditandai dengan penurunan
nyata pada fungsi tubuh yang
terkadang diasosiasikan dengan
usia dan amat bervariasi (Papalia &
Olds, 2008).
Permasalahan pada lansia
antara lain: (Siburian, 2007)
1) Immobility
2) Instability
3) Incontinence
4) Intellectual Impairment
5) Infection (infeksi)
6) Impairment of vision and
hearing,
taste,
smell,
communication, convalencence,
skin integrity (gangguan panca
indera,
komunikasi,
penyembuhan dan kulit).
7) Impaction (konstipasi = sulit
buang air besar)
8) Isolation
(depresi),
akibat
perubahan
sosial,
bertambahnya penyakit dan
berkurangnya
kemandirian
sosial.
9) Inanition (kurang gizi), dapat
disebabkan karena perubahan
lingkungan maupun kondisi
kesehatan.
10) Impecunity (tidak punya uang),
semakin bertambahnya usia.

5

11) Iatrogenesis (penyakit akibat
obat-obatan).
12) Insomnia (gangguan tidur)
13) Immune deficiency (daya tahan
tubuh menurun)
14) Impotence (impotensi)
Insomnia
Insomnia adalah keluhan
tentang kurangnya kualitas tidur
yang disebabkan oleh satu dari hal
berikut ini: sulitmemasuki tidur,
sering terbangun malam kemudian
kesulitan untuk kembali tidur,
bangun terlalu pagi, dan tidur yang
tidak nyenyak (Erliana,2009).
Jenis insomnia meliputi:
1) Initial
insomnia
merupakan
ketidakmampuan untuk jatuh tidur
atau mengawali tidur.
2) Intermiten insomnia merupakan
ketidakmampuan
tetap
tidur
karena selalu terbangun pada
malam hari.
3) Terminal insomnia merupakan
ketidakmampuan
untuk
tidur
kembali setelah tidur pada malam
hari. Proses gangguan tidur ini
kemungkinan besar disebabkan
oleh adanya rasa khawatir,
tekanan jiwa maupun stres
(Hidayat, 2006).
Faktor-faktor Penyebab Insomnia
pada lansia
Insomnia dapat disebabkan
oleh beberapa faktor Menurut
Suwahadi (2008) dan Perry Potter
(2006)
penyebab
insomnia
mencakup
1) Faktor psikologi (Stres dan
Depresi)
2) Sakit fisik
3) Faktor lingkungan
4) Gaya hidup
5) Usia
6) Jenis Kelamin

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

Faktor-faktor
penyebab
terjadinya insomnia menurut Amrita
(2009) adalah:
1) Stres dan kecemasan yang
berlebihan
2) Depresi
3) Penyakit
4) Kurang olahraga
5) Pola makan yang buruk
6) Kafein, alkohol, dan nikotin
Kerangka Konsep
Penyebab
Insomnia







Usia
Jenis lelamin
Tingkat depresi
Gaya hidup
Penyakit yang
terdiagnosa

Gambarkan karakteristik
insomnia pada lansia

Gambar 1.Kerangka Konsep
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana
gambaran
karakteristik usia responden
pada lansia yang mengalami
insomnia?
2. Bagaimana
gambaran
karakteristik
jenis
kelamin
responden pada lansia yang
mengalami insomnia?
3. Bagaimana
gambaran
karakteristik gaya hidup pada
lansia
yang
mengalami
insomnia?
4. Bagaimana
gambaran
karakteristik tingkat depresi pada
lansia
yang
mengalami
insomnia?

6

5. Bagaimana
gambaran
karakteristik
penyakit
yang
terdiagnosa responden pada
lanisa
yang
mengalami
insomnia?

METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian kuantitatif, jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif, yaitu
menggambarkan dan menganalisis
karakterisik lansia yang mengalami
insomnia pada lansia di Panti
Wredha Dharma Bhakti Pajang
Surakarta (Arikunto, 2010).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua lanjut usia di Panti
Wreda
Dharma
Bakti
Pajang
Surakarta. Berdasarkan observasi
awal peneliti dan keterangan
pengurus Panti Wreda Dharma Bakti
jumlah lanjut usia dengan rentang
usia antara 60-98 tahun di Panti
Wreda
Dharma
Bakti
Pajang
Surakarta
Pajang
Surakarta
sebanyak 85 lansia.
Sampel penelitian adalah 43
dengan teknik penentuan sample
random sampling.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat
ukur berupa kuesioner.
Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini
adalah teknik statistik kuantitatif
dengan
menggunakan
analisis
univariat.

7

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

Distribusi Frekuensi Penyakit
yang Terdiagnosa Responden

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Distribusi
Responden

Frekuensi

Umur

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur
Responden
No
1
2
3

Umur
60 – 74 tahun
75 – 80 tahun
> 80 tahun
Total

F
23
4
16
43

%
54
9
37
100

Distribusi
Frekuensi
Kelamin Responden

Jenis

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin Responden
No
1
2

Jenis Kelamin
Perempuan

F
26

%
60

Laki-laki
Total

17
43

40
100

Distribusi
Frekuensi
Kelamin Responden

Jenis

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Gaya
Hidup Responden
No
1
2

Gaya Hidup
Baik

F
32

%
74

Buruk
Total

11
43

26
100

Distribusi
Depresi

Frekuensi

Tingkat

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat
Depresi
No

Tingkat Depresi

F

%

1

Tidak ada gejala depresi

8

19

2

Depresi ringan

19

44

3

Depresi sedang

14

33

4

Depresi berat

2

5

Total

43

100

Tabel 5 Distribusi Frekuensi
Penyakit yang terdiagnosa
Responden
No
1
2

Penyakit
terdiagnosa
Ada
Tidak ada
Total

F

%

2
41
43

5
95
100

Pembahasan
A. Insomnia pada Lansia
Penelitian ini bertujuan
untuk
memberi
gambaran
karakteristik
lansia
yang
mengalami insomnia. Banyak
lansia mengira bahwa tidur yang
buruk bukan hal penting untuk
dipikirkan.
Begitu
pula
perubahan-perubahan berkaitan
dengan masalah tidur pada
lansia cenderung lebih beragam,
seperti yang ditemukan Di Panti
Wreda Dharma Bakti. Sampel
penelitian sebanyak 43 orang
lansia
yang
mengalami
insomnia. Responden penelitian
semuanya adalah lansia yang
mengalami insomnia. Salah satu
perubahan yang paling sering
dijumpai
adalah
kesulitan
memulai
tidur,
kesulitan
menahan tidur, sering terjaga
dipertengahan malam dan sering
terbangun diawal pagi.
Keluhan tidur adalah
keluhan berulang mulai usia
lansia dan tampaknya akan
mempengaruhi lebih dari 30%
dari populasi berusia di atas 65
tahun. Lanjut usia biasanya
mengalami
perubahanperubahan fisik yang wajar, kulit
sudah tidak kencang, otot-otot
yang sudah mengendor, dan
organ-organ tubuhnya kurang
berfungsi dengan baik (Achour,
2014).

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

Insomnia
merupakan
gangguan tidur yang paling
sering ditemukan pada lansia.
Setiap tahun diperkirakan sekitar
20%-50%
orang
dewasa
melaporkan gangguan tidur dan
sekitar
17%
mengalami
gangguan tidur yang serius.
Prevalensi gangguan tidur pada
lansia tergolong tinggi yaitu
sekitar 67% (Seoud, 2014).
Sebuah artikel menyatakan Riset
internasional
yang
telah
dilakukan US Census Bureau,
International Data Base tahun
2004
terhadap
penduduk
Indonesia menyatakan bahwa
dari 238,452 juta jiwa penduduk
Indonesia, sebanyak 28,035 juta
jiwa (11,7%) terjangkit insomnia.
Angka ini membuat insomnia
sebagai salah satu gangguan
paling banyak yang dikeluhkan
masyarakat
Indonesia.
Di
Indonesia sendiri diperkirakan
11,7% penduduknya mengalami
insomnia. (Anonim, 2011)
B. Usia Responden
Hasil pengumpulan data
penelitian diperoleh data umur
terendah adalah 60 tahun dan
tertinggi 89 tahun. Distribusi
frekuensi
umur
responden
menunjukkan sebagian besar
merupakan lansia yang berumur
60 – 74 tahun sebanyak 23
responden (54%). Bertambahnya
usia seseorang akan terjadi
penurunan dalam kualitas tidur.
(Fong et al., 2002). Dengan
bertambahnya
umur,
lansia
sudah tidak produktif lagi,
kemampuan fisik maupun mental
mulai menurun, tidak mampu lagi
melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang lebih berat, memasuki
masa pensiun, ditinggal mati
pasangan, stress menghadapi

8

kematian
dan
depresi,
munculnya berbagai macam
penyakit
dan
juga
dapat
insomnia (Subramanian at al.,
2011).
C. Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin
Distribusi frekuensi jenis
kelamin responden menunjukkan
distribusi
tertinggi
adalah
perempuan
sebanyak
26
responden (60%).
Wanita sekitar 1,6 kali
berisiko lebih tinggi insomnia
daripada
laki-laki.
Analisis
multivariat menunjukkan bahwa
angka pengangguran, status
ekonomi
rendah,
konsumsi
alkohol,
obat-obatan
dan
gangguan psikiatri semuanya
terkait dengan risiko yang lebih
tinggi dari insomnia pada kedua
jenis
kelamin.
Selanjutnya,
tingkat pendidikan rendah dan
sedang
pensiun
dikaitkan
dengan risiko yang lebih tinggi
insomnia pada laki-laki, tetapi
yang seorang ibu rumah tangga,
bercerai / janda, dan mengeluh
dari lingkungan yang bising pada
malam hari berkait dengan risiko
yang lebih tinggi insomnia pada
wanita (Fong et al., 2002).
D. Distribusi Frekuensi Gaya
Hidup
Distribusi frekuensi gaya
hidup responden menunjukkan
sebagian besar memiliki gaya
hidup yang baik yaitu sebanyak
32 responden (74%) dan sisanya
11 responden (26%) memiliki
gaya hidup buruk. Penelitian
menunjukkan
terdapat
11
responden yang memiliki gaya
hidup buruk, gaya hidup tersebut
adalah perilaku merokok yang
dilakukan oleh lansia.

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

Beberapa perilaku yang
mempengaruhi tidur adalah tidur
siang, membaca buku atau
menonton televisi sebelum tidur,
relaksasi, minum kopi, alkohol
dan latihan fisik di malam hari.
Tidur siang
bisa berdampak
terhadap tidur. tidur siang
menjadi populer sebagai orang
bertambah tua. Antara usia 65
dan 89, tingkat tidur siang
meningkat dari 15% menjadi
50%, dan tingkat ini berbeda
secara signifikan pada individu di
bawah 65 tahun. Laki-laki yang
lebih tua tidur sing lebih banyak
dari perempuan. Lanjut usia
sering membaca atau menonton
TV sebelum tidur. Keyakinan
pada lanjut usia telah ditemukan
untuk mediasi variabel sehingga
memungkinkan peneliti untuk
menghubungkan depresi dan
menonton televisi (Leblanc el al.,
2015).
E. Distribusi Frekuensi Tingkat
Depresi
Distribusi
frekuensi
tingkat
depresi
responden
menunjukkan jumlah lansia di
panti yang mengalami depresi
adalah
35
orang
yang
mengalami depresi ringan yaitu
sebanyak 19 responden (44%),
selanjutnya
depresi
sedang
sebanyak 14 responden (33%),
tidak ada gejala depresi (normal)
sebanyak 8 responden (19%),
dan depresi berat sebanyak 2
responden (5%). Angka ini
memperlihatkan ankga kejadian
depresi pada lansia di panti yang
cukup tinggi, yaitu hampir
setengah
lansia
penghuni
depresi maupun depresi ringan,
sedang dan berat.
Salah satu faktor yang
penyebab
insomnia
adalah
karena adanya depresi pada

9

lanjut usia. Depresi adalah kasus
yang
paling
umum
pada
insomnia
Depresi adalah
perasaan
sedih
,
ketidakberdayaan, dan pesimis
yang
berhubungan
dengan
sesuatu yang penderitaan (Espie
et al., 2013).
Dilaporkan
bahwa
insomnia dapat menjadi awal
atau risiko faktor pertama
depresi dan depresi dapat
menjadi akibat dari insomnia ,
demikian dua penyakit ini
tampak saling ada berhubungan
Selanjutnya, insomnia tercatat
sebagai ciri diagnostik utama
depresi dalam Manual diagnostik
dan Statistik Gangguan Mental,
4 Ed (DSM-IV), membuktikan
ada hubungan antara insomnia
dan depresi. Insomnia pada awal
menunjukkan
risiko
tinggi
mengembangkan depresi berat
setelah satu tahun. Penelitian
yang pernah dilakukan dengan
studi kohort dimana mereka
mengikuti lulusan perguruan
tinggi dari 45 tahun keatas.
Mereka
melaporkan
bahwa
insomnia
pada
orang-orang
muda dapat
mengakibatkan
risiko pengembangan depresi
selama minimal 30 tahun.
Semua
studi
ini
telah
menegaskan bahwa insomnia
sebagai faktor risiko terjdinya
depresi
dan
perlu
untuk
pengobatan insomnia. (Ohida et
al., 2010).
Faktor-faktor
yang
mempertahankan
insomnia
adalah perilaku tidur yang terkait
dengan masaalah tidur, dimana
juga telah terbukti memiliki
beberapa hubungan dengan
kondisi mental individu yang
berusia tua. Dan demikian
penelitian
ini
dapat
membayangkan
bahwa

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

hubungan
antara
insomnia
dengan depresi mengakibatkan
pola tidur pada malam hari ,
dimana sering manifestasi pada
orang depresi yang dapat
menyebabkan mereka untuk
tidur di siang hari. (Leblanc el al.,
2015)
F. Distribusi Frekuensi Penyakit
yang Terdiagnosa
Distribusi
frekuensi
penyakit yang terdiagnosa pada
responden
menunjukkan
sebagian besar terdiagnosa
penyakit yaitu sebanyak 41
responden (95%) dan jenis
penyakit yang paling banyak
adalah hipertensi sebanyak 15
responden (35%).
Penyebab insomnia pada
lansia dibagi menjadi empat
kelompok yaitu penyakit fisik
atau gejala: seperti nyeri jangka
panjang, kandung kemih atau
masalah prostat, penyakit sendi
seperti arthritis atau bursitis, dan
gastroesophageal
reflux;
lingkungan/
factor
perilaku,
penggunaan obat-obatan, seperti
kafein, alkohol, atau resep obat
untuk penyakit kronis; penyakit
mental atau gejala, seperti
kecemasan, depresi, kehilangan
identitas pribadi, atau persepsi
status kesehatan yang buruk
(Tsou,2013).

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan analisis
data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka peneliti dapat
menyampaikan
kesimpulan
penelitian sebagai berikut.
1. Sebagian besar lansia yang
mengalami insomnia di Panti
Wreda Dharma Bakti berusia 60
– 74 tahun.

10

2. Sebagian besar lansia yang
mengalami insomnia di Panti
Wreda Dharma Bakti adalah
perempuan.
3. Sebagian besar lansia yang
mengalami insomnia di Panti
Wreda Dharma Bakti memiliki
gaya hidup baik.
4. Sebagian besar lansia yang
mengalami insomnia di Panti
Wreda Dharma Bakti mengalami
depresi ringan.
5. Sebagian besar lansia yang
mengalami insomnia di Panti
Wreda
Dharma
Bakti
terdiagnosa penyakit.
B. Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian yang ditemukan maka
penulis memberikan saran bagi :
1. Pengurus Panti
Penelitian menunjukkan bahwa
terdapat beberapa hal yang
kurang baik pada diri lansia
penghuni panti, misalnya tingkat
insomnia yang tinggi, masih
adanya lansia yang mengalami
depresi, dan terdapat lansia
yang mengalami sakit. Pengurus
panti hendaknya melakukan
upaya-upaya untuk menurunkan
tingkat insomnia lansia dan
meningkatkan upaya-upaya yang
telah dilakukan untuk menjaga
kesehatan fisik dan mental
lansia.
2. Lansia
Lansia hendaknya meningkatkan
kepatuhannya
terhadap
kegiatan-kegiatan yang diadakan
dipanti, sehingga kesehatan fisik
dan mental lansia tetap terjaga.
Selain itu lansia hendaknya lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan
yang berdampak meningkatnya
keikhlasan
lansia
dalam
menerima hidupnya dan pada
akhirnya menurunkan stressor

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

yang menyebabkan timbulnya
depresi pada lansia.
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi
pijakan bagi peneliti selanjutnya
untuk mengetahui karakteristik
yang
berhubungan
dengan
kejadian insomnia pada lansia.
Peningkatan metode penelitian
kepada metode analisis korelatif
serta
penambahan
jumlah
sampel dan variable penelitian,
sehingga diketahui karakteristik
apakah yang paling dominant
berhubungan dengan kejadian
insomnia pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Achour E., Daupinot V., Martin M.,
Tardy M., Gonthier R.,
Barthelemy J., Roche F.,
(2014) Can subjective sleep
quality, evaluated at the age
of 73, have an influence on
successful aging? The
PROOF study.
Anonim. 28 Juta orang Indonesia
Terkena Insomnia. (akses 2o
januari 201). Download dari
situs:
htt://balagu.com/health/?p=8
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.
Bustan M.N. 2007. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Edisi
kedua. Jakarta :dan Proses
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Effendi, F., & Makhfudli. (2009).
Keperawatan kesehatan
komunitas: Teori dan
praktek dalam
keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Erliana, E. (2009). Perbedaan
tingkat insomnia lansia.

11

21 Februari 2010.
http://pustaka.unpad.ac.id
Espie., Colin A., Gardani M.,
Bastien., Célyne H.,
Perlis., Michael L., Ellis.,
Jason G. (2013). The
Natural History of
Insomnia: Acute
Insomnia and First-onset
Depression. Vol. 37, No.
1,
Fong., Ho SC ., Wing., Li
RH.(2002). Gender
differences in insomnia--a
study in the Hong Kong
Chinese population.Vol.2
No.8.
Haines, J., Sztainer, D.M., Wall,
M., Story, M., 2005.
Personal, Behavioral, and
Environmental Risk and
Protective Factors for
Adolescent Overweight.
Int.J. Obes, 15:27482760.Internal Medicine,
17th edition. Vol.II,
Chapter74. McGrawHill
Medical. New York.
Hidayat, A. A. A. (2006).
Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia: Aplikasi
konsep. Jakarta :
Salemba Medika
Leblanc M., Desjardins S.,
Desgagné A. (2015).The
relationship between
sleep habits, anxiety, and
depression in the elderly.
No.7 33–42.
Nissen ., Lias M., Smith., Simon
S., Alesha J., Noor Z.,
(2013). Feasibility and
acceptability of wrist
actigraph in assessing

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

sleep quality and sleep
quantity: A home-based
pilot study in healthy
volunteers. Vol.5,
No.8A2, 63-72
Ohida T., Munezawa T., Tamaki
T., Matsuzaki Y.,
Uchiyama M., Saito Y.,
Kaneita Y., Yokoyama
E.(2010) Association
between Depression and
Insomnia Subtypes: A
Longitudinal Study on the
Elderly in Japan. Vol. 33,
No. 12, Vol. 33, No. 1.
Papalia, Diane E, Sally Wendkos
Olds, Ruth Duskin
Feldman and Dana
Gross. 2008. Human
Development (Eight
edition). Boston: Mc
Graw Hill
Perlis., Michel L., Philips C.,
Lyness., Jefrey M.,
Sateia, Michel J., Fan M.,
Unutzer J., Hegal M.,
Pigeon., Wilfred R.
(2008) Is Insomnia a
Perpetuating Factor for
Late-Life Depression in
the IMPACT Cohort?.
Vol. 31, No. 4,481-482
Potter, P. A., & Perry, A. G.
(2006). Buku ajar
fundamental
keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Alih
bahasa, Renata
Komalasari. Ed-4.
Jakarta. EGC.
Roth et al,2009 Nonrestorative
Sleep as a Distinct
Component of Insomnia.

12

Vol. 33, No. 4, Vol. 34,
No. 5, 450
Sarsour K, Van Brunt DL,
Johnston JA, Foley KA,
Morin CM, Walsh JK
Associations of
nonrestorative sleep with
insomnia, depression,
and daytime function.
Sleep Med
2010;11:965e72.
Siburian, Prima. 2007. Empat
Belas Masalah
Kesehatan Utama Pada
Lansia.
http://www.waspada.co.id
/index.php?view=article&
catid=28%3Akesehatan&i
d=3812%3Aempat-belasmasalahkesehatanutamapadalansia&
format=pdf&option=com_
content diakses pada
tanggal 13 februari 2014
Subramanian ., Guntupalli B.,
Murugan T., Bopparaju
S., Chanamolu S.,
Casturi L., Surani S.
Gender and ethnic
differences in prevalence
of self-reported insomnia
among patients with
obstructive sleep apnea.
Tsou ,2013 Prevalence and risk
factors for insomnia in
community-dwelling
elderly in northern
Taiwan.
Vitiello, M. V. (2005). Aging :
Basic. Sleep and Health
Journal.
http://www.sleepfoundatio

Gambaran Karakteristik Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Insomnia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Firdaus Mading)

n.org.sleeptionary.
Diakses 28 Januari 2006.
Woodward MC. Managing
Insomnia in Older
People. Journal of
Pharmacy Practice and
Research. 2007;37:236241.
*Firdaus Mading : Mahasiswa S1
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura
** H.M Abi Muhlisin, SKM., M. Kep:
Dosen Kepera-watan FIK UMS. Jln
A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
*** Kartinah A. Kep., S. Kep: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura

13

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGANDEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA Hubungan antara inkontinensia dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGANDEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA Hubungan antara inkontinensia dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan antara inkontinensia dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 2 8

LANDASAN TEORI Hubungan antara inkontinensia dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 2 25

DAFTAR PUSTAKA Hubungan antara inkontinensia dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 2 5

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANJUT USIA YANGMENGALAMI INSOMNIA DI PANTI WREDA DHARMA Gambaran karakteristik lanjut usia yang mengalami insomnia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Gambaran karakteristik lanjut usia yang mengalami insomnia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 5 8

DAFTAR PUSTAKA Gambaran karakteristik lanjut usia yang mengalami insomnia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta.

0 4 5

GAMBARAN RISIKO ULKUS DEKUBITUS PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI GANGGUAN MOBILISASI DI PANTI WREDHA Gambaran Risiko Ulkus Dekubitus Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Gangguan Mobilisasi Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Bladder Training Terhadap Penurunan Inkontinensia Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

0 7 5