PENDEKATAN SUPEItVISI TERHADAP GURU SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR Dl KELAS: Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 1991/1992.
PENDEKATAN SUPEItVISI TERHADAP GURU
SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN PROSES
BELAJAR-MENGAJAR Dl KELAS
(Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung
Tahun Ajaran 1991/1992)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan
Untuk memenuhi sebagian syarat
Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
DRA.
NY. H. SITI SUMINAH SURYA
No. Pokok. 8832010/XX/12
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 9 2
JJlbETUJUI DAN DISYAHKAN OLEII PEMBIMBING:
PROF. DR. M5HMAD SANUSI SH MPA
Pembimbing I
PROF. DRV ENGKOSWARA M.ED.
Perabimbing II
PRuF.
DR.
SUPAND!
Pembimbing III
PRUUKAM FASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDTDIKAN
BANDUNG
1992
motto:
Asa! keyeng tangtu pareng
Persembahan Buat :
Ayah Bunda, suamiku tercinta
DR. H. Moh. Surya, serta anak-
anakku tersayang ; Rini, Roni,
Dian, Vine, Dewi.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
i
Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
iv
• vii
Daftar Tabel
ix
Daf tar Bagan
x
BAB
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Perumusan dan Pembatasan Masalah
8
BAB
I
II
C. Tujuan Penelitian
12
D. Kegunaan Penelitian
13
E.
14
A
s u
m
s
i
SUPERVISI SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH
16
A. Peranan Supervisi Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan
B. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan
Pengelola Pendidikan
20
C. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
28
D. Supervisi yang Bersifat Mengembangkan...
32
E.
BAB
III
16
Supervisi Kepala Sekolah Terhadap
Guru Bidang Studi
43
PROSES PENELITIAN
50
A.
50
Metode dan Teknik Penelitian
B. Langkah Penelitian
vii
54
BAB IV
HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Pene
litian
B. Pembahasan Temuan Penelitian!...........
BAB V
58
p-o
77
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .
102
A. Kesimpulan
*Q2
B. Rekomendasi
,Qf-
Daftar Pustaka
Lampiran
113
vm
DAFTAR TABEL
TABEL 1 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN
BIDANG STUDI TAHUN AJARAN 1991/1992
52
TABEL 2 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN
GOLONGAN, JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN, DAN
PENGALAMAN
53
TABEL 3 KEADAAN SISWA SMA NEGERI 2 BANDUNG TAHUN
AJARAN 1991/1992
54
TABEL 4 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG
SUPERVISI DIREKTIF YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
73
TABEL 5 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG
SUPERVISI KOLABORATIF YANG DILAKUKAN OLEH
KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
74
TABEL 6 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG
SUPERVISI NON-DIREKTIF YANG DILAKUKAN OLEH
KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
75
TABEL 7 PENDEKATAN SUPERVISI YANG DAPAT DITERAPKAN
BERDASARKAN PERPADUAN ANTARA LATAR BELAKANG
TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN DERAJAT
KOMITMEN GURU
IX
99
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1 KESINAMBUNGAN PERILAKU KESUPERVISIAN
30
BAGAN 2 GRAFIK PERILAKU SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
76
BAGAN 3 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
TINGKAT PENDIDIKAN GURU
85
BAGAN 4 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
PENGALAMAN KERJA GURU
86
BAGAN 5 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
DERAJAT KOMITMEN GURU
87
BAGAN 6 HUBUNGAN TIGA DIMENSI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN,
PENGALAMAN, DAN DERAJAT KOMITMEN GURU
BAGAN 7 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
KELOMPOK BIDANG STUDI YANG DIAJARKAN
87
100
BAB
I
PENDAHXJLUAN
A.
LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
"Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional" (pasal 3). Salah satu
konsiderans
undang-undang
tersebut
dikatakan:
"bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan masyarakat
yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para
warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
Jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan
Vndang~Undang Dasar 1945".
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa salah
satu missi pendidikan berkaitan erat dengan pembinaan dan
peningkatan
kualitas
sumber
pendidikan seyogianya dinilai
daya
dari
manusia.
Kualitas
keberhasilannya dalam
mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki manusia,
sehingga manusia itu dapat memberikan kontribusi yang
bermakna bagi dirinya dan kesejahteraan manusia pada
umumnya.
Upaya
peningkatan mutu
pendidikan
dewasa
ini
menempati prioritas tersendiri dalam keseluruhan pembangunan
nasional. Dalam upaya pembangunan pendidikan, GBHN 1988
meletakkan salah satu titik berat perhatiannya pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Berdasarkan pasal 10
Undang-undang No. 2/89
tentang sistem
pendidikan nasional,penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan
jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan
be 1ajar-mengajar
secara
berjenjang
dan
berkesinambungan. Sedangkan jenis pendidikan yang termasuk
jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
kedinasan,
pendidikan keagamaan,
pendidikan
pendidikan
akademik
dan
pendidikan profesional (pasal 11). Jenjang pendidikan yang
termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (pasal 12).
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik
m
enjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
me
ngadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan
pendidikan keagamaan
(pasal
15).
Salah satuan pendidikan
dalam jalur pendidikan sekolah, jenis sekolah umum, dan
jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah Menengah Atas
mempunyai kaitan yang erat dengan mutu pendidikan pada
jenjang selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi
merapunyai kaitan
erat
dan secara umum
dengan upaya peningkatan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional.
SMA yang
baik akan merupakan masukan yang
perguruan tinggi,
gilirannya akan
Lulusan
baik
masyarakat dan dunia kerja,
bagi
yang pada
menghasilkan sumberdaya manusia yang baik
pula.
Peningkat^an
mutu
mencakup unsur-unsur:
pendidikan
Menengah
Atas
kurikulum dan materi pengajaran,
guru
dan tenaga kependidikan lainnya,
prasarana penunjang,
penilaian,
bimbingan
program dan
dan
pada
peserta didik,
pendidikan
sarana dan
belajar-mengajar,
peserta
kegiatan pendidikan.
pengelolaan
(sekolah),
proses
Sekolah
pada
didik,
dan
sistem
pengelolaan
Dalam kaitan dengan
tingkat
unsur
satuan
pendidikan
kepala sekolah merupakan penanggung
jawab utama
memegang peranan yang amat penting
dalam keseluruhan
kegiatannya. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 1992,
kepala
sekolah
merupakan
salah
kependidikan
(pasal
3
Keberhasilan
proses
pendidikan
ditentukan oleh sampai
ayat
3
dan
jenis
pasal
pada
sejauh mana para
mampu melaksanakan fungsi-fungsi
dan efisien.
satu
43
tenaga
ayat
tingkat
1).
sekolah
kepala sekolah
pengelolaan secara efektif
Untuk mewujudkan hal
ini,
para kepala sekolah
perlu melakukan pembinaan secara sistematis dan terprogram
para guru
dan
mempunyai
tanggung
mengembangkan
seluruh
personil
jawab
para
yang
guru
sekolah.
besar
dalam
Kepala
dalam
Sekolah
membina
melaksanakan
dan
fungsi
profesionalnya khususnya dalam kegiatan proses belajar-
mengajar.
Berdasarkan hal itu jelas bahwa apabila pelaksanaan
tugas-tugas pokok kepala sekolah dapat berjalan lancar, maka
sangat diharapkan akan terwujudnya keberhasilan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas. Sebagai pemimpin dan pengelola
pendidikan, Kepala Sekolah merapunyai posisi yang strategis
untuk dapat melaksanakan supervisi terhadap para guru dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajarnya.
Hal ini
mengandung arti bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan
secara
efektif diharapkan akan meningkatkan kegiatan guru
dalam proses be 1ajar-mengajar . Pada gilirannya nanti
diharapkan dapat meningkatan mutu hasil belajar yang dicapai
siswa.
Disamping
dengan
pedoman yang telah ada, upaya
dalam bentuk penataran-penataran mengenai supervisi
pendidikan telah banyak dilakukan. Demikian pula upaya yang
secara khusus dalam kaitan dengan supervisi pengajaran.
Namun demikian, nampaknya masih dirasakan
adanya
sejumlah
masalah dan hambatan dalam pelaksanaannya karena kegiatan
supervisi
sesungguhnya menyangkut berbagai aspek
saling berkaitan dan bersifat kompleks.
yang
Aspek-aspek
tersebut antara lain kompetensi supervisor, pendekatan yang
dilakukan, lingkup kegiatan, kondisi sekolah dan lingkungan,
kualitas para guru, kebijakan yang ada, dsb.
Dalam hubungan ini dirasakan
benar pentingnya upaya
penyempurnaan kegiatan supervisi
agar dapat menunjang
kegiatan para guru dalam kegiatan proses belajar-mengajar.
Untuk
menyempurnakannya
mengenai
oleh
pelaksanaan
diperlukan
supervisi
Kepala Sekolah dalam
sejumlah
pengajaran
yang
informasi
dilakukan
upaya untuk meningkatkan
kualitas pribadi dan profesional para guru khususnya dalam
kaitan dengan proses belajar-mengajar.
Khusus dalam kaitan dengan supervisi sebagai upaya
DtA
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang dilakukan
oleh para guru, diperlukan suatu pendekatan yang sedemikian
rupa dapat memperbaiki dan mengembangkan kualifikasi
profesional para guru. Supervisi
Carl D. Glickman (1990)
pengajaran yang
Supervision).
disebut
bersifat
yang seperti itu, menurut
sebagai
suatu supervisi
mengembangkan
(Developmental
Dalam bukunya yang
berjudul
Supervision of
Instruction: A Developmental Approach (1990),
Glickman
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang
bersifat mengembangkan, dalam hal ini adalah mengembangkan
kompetensi pribadi dan profesional guru. Untuk itu para
supervisor perlu memiliki sekurang-kurangnya tiga macam
kompetensi yaitu:
(1) pengetahuan,
(2)
ketrampilan
interpersonal, dan (3) ketrampilan teknis. Supervisi
terhadap guru dilakukan melalui lima macam kegiatan yaitu
dalam bentuk: (1) bantuan langsung, (2) pengembangan
kurikulum, (3) pengembangan staf, (4) pengembangan kelompok,
dan (5) penelitian tindakan. Dikatakan selanjutnya bahwa
dalam ketrampilan interpersonal, ada tiga macam pendekatan
supervisi yaitu pendekatan direktif, kolaboratif, dan nondirektif.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama
22 tahun
menjadi guru di SMA Negeri 2 Bandung, dapat dikatakan bahwa
SMA Negeri 2 Bandung memiliki lingkungan yang cukup baik
bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan khususnya kegiatan
belajar-mengajar. Secara kuantitatif jumlah guru di SMAN2
ini dapat dikatakan telah mencukupi, dan secara kualitatif
dapat dikatakan cukup memadai, baik dilihat dari latar
belakang pendidikannya maupun dari pengalaman dan
kepangkatannya. Suasana hubungan sosial di lingkungan
sekolah dapat dikatakan sangat baik dengan didasari oleh
situasi hubungan kekeluargaan yang baik. Hubungan antara
guru dengan Kepala Sekolah dan
antar
guru, serta antara
guru dengan orang tua siswa sangat baik. Keadaan ini sangat
menguntungkan bagi terbentuknya suasana hubungan antar
manusia bagi terbentuknya suatu kerabat kerja yang saling
menunjang.
Hubungan yang akrab antara personil sekolah dalam
arti hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan antara
sesama guru akan melahirkan semangat kebersamaan yang tinggi
dan pada gilirannya nanti akan mempengaruhi kualitas proses
belajar mengajar yang dilaksanakannya. Sebab bagaimanapun
mantapnya penyusunan program pengajaran dan bagaimanapun
canggih dan lengkapnya fasilitas dan alat-alat bantu
pengajaran yang tersedia, tetapi kalau manusianya (guru,
kepala sekolah, tata usaha) merapunyai sikap, pandangan dan
pemahaman yang kurang mendukung, mungkin akan menghambat
pencapaian hasil pengajaran yang optimal. Oleh karena itu di
SMAN 2 masalah hubungan insani yang akrab dan harmonis di
antara
semua
personil
sekolah,
baik
secara
vertikal
(hubungan guru dengan kepala sekolah dan atasannya) maupun
secara horizontal (guru dengan sejawatnya) merupakan suasana
kultur
yang
amat
kondusif
bagi
terselenggaranya
kegiatan
pendidikan. Semua masalah yang dihadapi oleh semua pihak
dapat
diselesaikan dengan
kekeluargaan
formal.
dan
tanpa menyimpang
Dengan demikian,
pelaksanaan
sebaik-baiknya
proses
masalah
dari
yang
belajar-mengajar
dalam
suasana
ketentuan-ketentuan
dihadapi
dapat
guru
dalam
direkam
oleh
kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi pengajaran.
Hubungan yang harmonis
ini tidak saja dengan sesama
guru namun dengan pegawai tata usaha dan pesuruh.
itu, telah terbina pula hubungan baik
Disamping
dengan lingkungan
sekitarnya yaitu dengan guru-guru SMA PGRI dan guru-guru
SMAN2 Petang.
sering
Berbagai kegiatan yang sifatnya kekeluargaan
dilaksanakan
penyelenggaraan
acara
bersama,
peringatan
misalnya
hari-hari
arisan,
besar
seperti
Maulud Nabi Muhammad s.a w, acara silaturahmi hari Raya Idul
Fitri,
dsb.
Masalah-masalah yang dialami dan dihadapi guru,
yang tampak maupun yang tidak tampak dalam perilaku,
sekolah sebagai
baik
kepala
supervisor dapat memberikan bantuan dan
bimbingan profesional baik secara individual maupun secara
kelompok
sebagai
usaha
membantu
guru
memecahkan
masalah-
masalah yang dihadapinya.
Dengan
kultur
dan
latar
belakang
sosial-psikologis
seperti dikemukakan di atas, maka teori dan pikiran Glickman
tentang supervisi yang bersifat mengembangkan, nampaknya ada
kecocokan. Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa
supervisi yang bersifat mengembangkan dengan ketiga
pendekatannya dapat diterapkan di SMAN2 . Kepala sekolah
secara aktual sudah raenerapkan ketiga pendekatan tersebut
yaitu dengan cara penuh keakraban,
kekeluargaan, dan rasa
memiliki bersama tiap saat melaksanakan pembinaan terhadap
anggotanya yaitu guru dan karyawan. Dengan cara demikian
para guru akan merapunyai peluang untuk terus berkembang baik
pribadi maupun profesi.
Konsep yang dikemukakan oleh Glickman di atas
diasumsikan dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya
penyempurnaan supervisi pengajaran di sekolah. Agar upaya
ini dapat dilakukan dengan baik maka terlebih dahulu
diperlukan adanya informasi empiris mengenai berbagai aspek
kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam hubungan dengan kegiatan guru dalam proses
belajar-mengajar. Untuk itu, dirasakan adanya suatu
penelitian khusus yang dapat memberikan informasi empiris'
yang lebih bermakna.
B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Uraian di atas telah mengacu kepada perlu adanya
upaya yang terarah dan sistematik
guna memperbaiki dan
meningkatkan pelaksanaan supervisi pengajaran dari kepala
sekolah terhadap guru khususnya dalam kegiatan proses
belajar-mengajar. Upaya ini seyogianya berdasarkan kepada
informasi yang diperoleh melalui suatu kegiatan penelitian.
Dalam kaitan ini, maka
berjudul
penelitian
yang dimaksud
adalah
:
"PENDEKATAN SUPERVISI TERHADAP PARA GURU SEBAGAI FUNGSI
KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI
KELAS
(Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran
1991/1992)".
Mengingat luasnya lingkup masalah yang harus
dipecahkan, maka untuk kegiatan ini penelitian akan dibatasi
melalui studi kasus di SMA Negeri 2 Bandung. Aspek supervisi
akan dibatasi pada ketrampilan interpersonal yaitu
pendekatan yang digunakan oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi khususnya yang berkaitan dengan
kegiatan proses belajar-mengajar yang dilakukan guru di
kelas. Sesuai dengan judulnya, secara umum masalah yang
menjadi fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: "Bagaimana gambaran pendekatan kegiatan supervisi
pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap
para guru dalam upaya meningkatkan efektifitas kegiatan guru
dalam proses belajar-mengajar di kelas?"
Secara lebih terinci, masalah tersebut dapat
dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran pendekatan yang
digunakan oleh
kepala sekolah
dalam melakukan supervisi terhadap para
guru dalam proses belajar-mengajar?
2. Sampai sejauh manakah kesesuaian antara persepsi kepala
sekolah dengan guru dalam pendekatan
supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap
proses belajar-mengajar di kelas?
guru dalam
3. Sampai
sejauh manakah kaitan antara tingkat pendidikan,
pengalaman mengajar, derajat komitmen guru, dan latar
belakang
bidang studi dengan
pendekatan supervisi
pengajaran yang dilakukan Kepala Sekolah?
4. Sampai sejauh manakah dampak pendekatan
supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap:
a. kreativitas guru?
b. kualitas guru dalam mengajar di kelas?
c. perkembangan kepribadian guru?
d. perkembangan profesionalitas guru?
Yang dimaksud dengan supervisi
penelitian ini
pengajaran
dalam
adalah seperangkat kegiatan supervisi yang
dilakukan pleh kepala sekolah terhadap guru-gurunya dan
dibatasi dalam kaitan dengan kegiatan proses belajarmengajar di kelas.
Kegiatan supervisi mencakup kegiatan-
kegiatan pemantauan, penilaian, peningkatan, perbaikan, dan
pengembangan proses belajar mengajar yang dilakukan guru di
kelas.
Pendekatan
supervisi
yang
akan
kecenderungannya adalah pendekatan direktif,
dan
diteliti
kolaboratif,
non-direktif.
Pendekatan Direktif adalah pendekatan supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru secara jelas dan
konkrit dengan memberitahukan apa yang harus dilakukan guru
dan standar apa yang harus digunakan serta tingkah laku yang
bagaimana harus dilaksanakan supaya proses belajar mengajar
di kelas dapat mencapai tujuan seoptimal mungkin. Dalam
pendekatan direktif
ini
supervisor lebih bersifat tegas,
10
serius, dan berorientasi pada tugas. Dalam pendekatan ini,
keputusan dan arah tindakan berada pada tangan supervisor.
Pendekatan Kolaboratif adalah pendekatan supervisi
yang dilakukan bersama antara guru dengan kepala sekolah
sebagai supervisor untuk melihat sampai seberapa jauh
bantuan diperlukan atau tidak diperlukan. Keputusan tindakan
dirumuskan bersama antara supervisor dengan yang disupervisi
(guru).
Apabila tidak terjadi kesepakatan antara guru
dengan supervisor maka akan diminta pihak ketiga.
Pendekatan-Non direktif yaitu pendekatan yang lebih
banyak diserahkan kepada guru untuk menganalisis dan
memecahkan masalah pengajarannya sendiri. Supervisor dalam
pendekatan non direktif bertindak sebagai fasilitator bagi
guru dengan memberikan struktur formal atau pengarahan yang
seminimal mungkin. Supervisor membiarkan guru melakukan
penemuan, tetapi mengambil inisiatif untuk melihat bila hal
itu terjadi. Kegiatan supervisor tergantung kepada kebutuhan
guru, dan guru disini menentukan langkah-langkah yang akan
diikuti dalam pertemuan aval.
Yang dimaksud dengan kepala sekolah dalam penelitian
ini adalah Kepala SMA Negeri 2 Bandung, dan yang dimaksud
dengan guru adalah para guru tetap yang mengajar dalam
bidang studi tertentu di SMA Negeri 2 Bandung. Latar
belakang bidang studi yang diajarkan guru, dalam penelitian
ini dibedakan antara kelompok guru eksakta (IPA, Fisika,
Kimia, Biologi, Matematika), dan non-eksakta (Bahasa, IPS,
PMP). Tingkat pendidikan guru dinyatakan dengan ijazah
tertinggi yang dimiliki yaitu Sarjana/S-1 dan Sarjana
11
muda/D-3. Pengalaman guru dinyatakan dengan lamanya bekerja
sebagai guru dengan kategori 0-5 tahun (baru), 6-15 tahun
(sedang), dan 15 tahun ke atas (lama). Derajat komitmen guru
adalah kualitas kesediaan guru dalam melaksanakan tugastugasnya, yang dinyatakan berdasarkan kedisiplinan, tanggung
jawab, hasil kerja, inisiatif, dan hubungan kerja sama.
Kegiatan guru dalam proses belajar-mengajar di kelas
adalah mencakup seluruh kegiatan guru di kelas
yang
meliputi persiapan, penguasaan materi, pengelolaan kelas,
interaksi dengan siswa, penggunaan metoda, penggunaan alat
bantu, evaluasi hasil belajar, dan bantuan kepada siswa.
Yang dimaksud dengan kreativitas guru adalah kualitas
tindakan guru dalam menghasilkan sesuatu yang lebih efektif
untuk menunjang kegiatan proses belajar-mengajar.
Perkembangan kepribadian guru mencakup aspek-aspek
intelektual, personal, emosional, sosial, dan spiritual.
Aspek profesionalitas guru dilihat dari kualitas keakhlian,
rasa tanggung jawab, dan kesejawatannya.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara
keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk memperdalam
pandangan dan pemahaman tentang:
1. Pendekatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh
kepala sekolah terhadap guru-guru dalam
proses
belajar-mengajar.
2. Kesesuaian antara kepala sekolah dan guru dalam persepsi
12
mengenai
pendekatan supervisi
terhadap guru dalam
dari
proses
kepala
sekolah
belajar-mengajar di
kelas.
3. Kaitan antara tingkat pendidikan, pengalaman mengajar,
derajat komitmen, dan latar belakang bidang studi guru
dengan pendekatan supervisi
pengajaran oleh Kepala
Sekolah.
4. Dampak dari pendekatan supervisi pengajaran yang
dilakukan
oleh kepala sekolah terhadap:
a. kreativitas guru
b. kualitas guru dalam mengajar di kelas
c. perkembangan kepribadian
d. perkembangan profesionalitas guru
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Secara konseptual, penelitian ini bermanfaat sebagai
salah satu sumber masukan bagi upaya pengkajian dan
pengembangan
konsep-konsep
supervisi
pengajaran
khususnya
dalam administrasi dan supervisi pendidikan. Dengan demikian
melalui penelitian ini diharapkan dapat ikut serta
memperluas dan memperkaya bidang disiplin ilmu administrasi
pendidikan.
Secara operasional,
penelitian ini dapat memberikan
kegunaan sebagai berikut.
1. Melalui temuan lapangan tentang pendekatan supervisi
pengajaran yang digunakan oleh
terhadap para guru dalam proses
13
Kepala SMA
Negeri
belajar-mengajar, dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil
langkah-langkah perbaikan secara lebih tepat.
2. Bagi
para perencana dan pengembang program, penelitian
ini diharapkan akan merupakan umpan balik dalam
penyempurnaan
3. Bagi
program.
para pembuat keputusan, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan arah kebijaksanaan dalam
meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas pendidikan.
4. Bagi para Kepala SMA
Negeri
sendiri, hasil penelitian
ini dapat dijadikan masukan dalam pelaksanaan supervisi
terhadap guru-guru.
Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat
mendeteksi kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga dapat
mengungkapkan berbagai masalah secara obyektif dan sesuai
dengan fokus penelitian. Selain itu, diharapkan pula dapat
melahirkan masalah-masalah baru sebagai kelanjutan
penelitian ini.
E.
A S U M S
I
Penelitian
ini
bertitik
tolak
dari
asumsi-asumsi
sebagai berikut:
1. Pengawasan merupakan fungsi administrasi pendidikan untuk
menjaga agar pelaksanaan proses belajar-mengajar di
sekolah dapat berjalan lancar sesuai dengan pedoman dan
petunjuk yang telah ditetapkan •dalam kurikulum dan
14
administrasi
bidang
sekolah.
Dalam
pengawasan
garapannya adalah pembinaan
(supervisi
pengajaran)
untuk
ini
termasuk
profesional
meningkatkan
guru
kualitas
pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah.
2. Guru memegang
peningkatan
3. Kualitas
peranan yang
mutu
paling
utama dalam upaya
pendidikan.
pribadi
dan profesional
guru
mempunyai
kaitan
yang erat dengan aktivitas guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar.
4. Melalui
proses
supervisi
sistematis dan terarah,
guru
dapat
yang
terprogram
secara
kualitas pribadi dan profesional
ditingkatkan
sehingga dapat
menunjang
proses
belajar-mengajar secara lebih efektif dan efisien.
5. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah,
Sekolah adalah
untuk
pengelola satuan pendidikan,
melaksanakan
administrasi,
dan
fungsi-fungsi
supervisi
Kepala
berperan
kepemimpinan,
pendidikan dalam
lingkungan
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya;
6. Supervisi
guru
pengajaran oleh Kepala Sekolah terhadap guru-
merupakan
satu
bentuk
upaya
yang
dinilai
cukup strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
7. Proses
supervisi
menggunakan
produk,
profesi,
pengajaran
pendekatan
secara
dan efek positif
kualitas
yang
dilaksanakan
efektif,
dapat
dejigan
memberikan
terhadap perkembangan pribadi,
mengajar,
dan
kreativitas
guru.
Pada
gilirannya hal itu akan memberikan dampak positif pula
terhadap keseluruhan efektifitas kegiatan pendidikan.
15
BAB
PROSES
III
PENELITIAN
A. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
1. Metode dan pendekatan
Fokus penelitian ini adalah aktivitas
Kepala SMA
Negeri 2 Bandung dalam melaksanakan supervisi pengajaran
terhadap para guru dalam proses belajar-mengajar dan
kegiatan guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Penelitian ini akan mendeskripsikan pendekatan yang
digunakan oleh kepala sekolah dalam proses kegiatan
supervisi
pengajaran yang dilakukan
terhadap para guru.
Selanjutnya diteliti mengenai kaitan antara beberapa
variabel latar belakang guru yaitu tingkat pendidikan,
pengalaman, derajat komitmen, dan bidang studi yang
diajarkan dengan keefektifan supervisi yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah. Di samping itu, akan dilihat pula dampak
pendekatan supervisi terhadap beberapa variabel
tertentu
yaitu kreativitas guru dalam menunjang proses belajarmengajar, kualitas guru dalam mengajar, perkembangan
kepribadian guru, dan perkembangan profesionalitas guru.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pengungkapan
informasi empiris melalui pengumpulan data lapangan yang
diperoleh dari sumber-sumber
Sehubungan dengan itu,
yang terkait dan relevan.
penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam
pengumpulan dan analisis data serta penyimpulannya.
50
2. Teknik dan alat pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan angket.
Wawancara akan
dilakukan secara
mendalam dan sistematik
kepada kepala dan guru-guru SMA Negeri 2 untuk mengungkap
informasi mengenai berbagai aspek kegiatan supervisi
pengajaran khususnya yang berkaitan dengan pendekatan yang
digunakan.
Studi dokumentasi,
dilakukan secara
mendalam
dan kritis terhadap semua dokumen yang relevan dengan
kegiatan supervisi pengajaran baik yang ada di Kanwil,
Bidang,
ataupun
di
sekolah.
Studi
dokumentasi
ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pedoman dan
aturan yang dijadikan dasar kegiatan supervisi pengajaran.
Sedangkan
angket
dilaksanakan
untuk memperoleh informasi
tambahan mengenai gambaran proses supervisi pengajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Angket diberikan kepada para
guru untuk mengungkap persepsi
mereka tentang kegiatan
supervisi pengajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
terhadap mereka. Angket ini dikonstruksi berdasarkan konsep
pendekatan supervisi yang dikembangkan oleh Carl.
D.
Glickman (1981, dan 1990) dalam bentuk pertanyaan pilihan
paksa (force choice). Observasi dilakukan terhadap kegiatan
beberapa orang guru dalam melaksanakan kegiatan proses
belajar-mengajar di kelas. Di samping itu dilakukan pula
observasi terhadap aktivitas sehari-hari kepala sekolah
khususnya dalam kaitan supervisi pengajaran.
51
3. Lokasi dan subyek penelitian
Fokus penelitian ini adalah deskripsi kegiatan
supervisi pengajaran yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah
terhadap guru-guru dalam kegiatan proses
belajar-mengajar
di kelas. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Bandung,
yang terletak di Jl Cihampelas no 173,
dengan luas tanah
171.50 M2, dan jumlah ruangan sebanyaknya 33 ruang (denah
terlampir).
Jumlah guru seluruhnya ada
berdasarkan golongan,
74 orang dengan rincian
jenis kelamin,
tingkat pendidikan,
masa kerja, dan bidang studi sebagaimana tercantum dalam
tabel 1 di bawah ini dan tabel 2 di halaman berikut.
TABEL
1
KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN BIDANG STUDI
TAHUN AJARAN 1991/1992
! Jenis kelamin
!
!
L
!
P
!
12. Agama
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
5
1
3
4
—
4
2
1
1
'4
!
2
!
3
!
4
!
5
!
3
!
4
!
6
!
!
2
!
1
!
1
'
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
9
3
6
8
5
3
4
10
2
3
2
13. Matematika
!
3
!
3
!
6
14. Pend. Jas.
15. PKK
!
!
2
-
'
1
1
i
J
2
x
16. BP/BK
!
2
!
4
!
6
Jumlah
!
31
!
43
!
74
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ekonomi
PMP
B. Inggeris
Fisika
Kimia
Sejarah
B. Indonesia
Biologi
Seni Rupa
Geografi
B. Jepang
•
3
i
4
Jumlah siswa seluruhnya sebanyak 1532 orang, terdiri
52
TABEL
2
KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BBANDUNG
Tahun Ajaran 1991/1992
Jenis
kelamin
Tk Pendidikan
!
Mas*a
Gol. !
L
6
Ill/d
III/c
Ill/b
Ill/a
Il/d
II/c
Jumlah
3
5
4
3
5
5
!
P
Sarj. /s--1 Sarmud/D-3!
4
3
6
5
15
-
19
-
4
3
4
5
43
2
—
43
! 6-15th
-
3
10
-
2
10
9
9
3
10
17
1
7
2
10
9
1
14
25
1 5 th!
10
7
4
53
1 ebih
-
-
•31
i
Jml.
0-5th
7
6
Kerja
-
-
-
19
6
7
7
9
-
35
10
atas 824 orang laki-laki, dan
708 orang
rincian berdasarkan kelas, dan
terlihat dalam tabel 3 di bawah
• TABEL
perempuan dengan
program studi seperti
ini.
3
KEADAAN SISWA SMA NEGERI2 BANDUNG
Tahun ajaran 1991/1992
Kelas ! progr a m
Jumlah
I
II
III
232
201
Al
192
117
309
A2
65
91
156
87
433
A3
41
46
Al
174
121
295
A2
73
47
84
48
157
A3
Jumlah
!
824
!
708
95
!
1532
Sumber: Data statistik SMA Negeri 2 Bandung 1991/1992
Jumlah tenaga tata usaha yang ikut menunjang kegiatan
pendidikan adalah sebanyak 23 orang.
Sedangkan subyek penelitian sebagai
sumber
data
adalah kepala dan wakil kepala SMA Negeri 2 Bandung
dan
guru-guru tetap di SMA negeri 2 Bandung yang dipilih dengan
memperhatikan komposisi
bidang
studi,
pendidikan,
dan
pengalaman kerja.
B.
LANGKAH PENELITIAN
Secara keseluruhan, proses penelitian mencakup
tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan hasil
penelitian. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut.
54
1. Persiapan pengumpulan data
Pada tahap persiapan pengumpulan data, penelitian ini
menempuh
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menyiapkan pedoman wawancara untuk kepala sekolah dan
untuk guru, masing-masing untuk guru yang berpengalaman
lama (senior), yang berpengalaman sedang (menengah),
serta yang berpengalaman baru (yunior).
Sementara itu,
disiapkan pula angket tertutup yang berbentuk skala untuk
di isi oleh guru-guru bidang studi. Angket ini digunakan
untuk menjaring informasi tambahan atau pelengkap
mengenai pola-pola perilaku kesupervisian kepala sekolah.
2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kandep
Depdikbud Kotamadya Bandung, untuk dapat melaksanakan
pengumpulan data di SMA negeri 2 Bandung.
3. Menghubungi Kepala SMA Negeri 2 Bandung dan guru-guru
untuk mengadakan negosiasi pelaksanaan pengumpulan data.
Berdasarkan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan guru-guru
bidang studi disepakati
data,
jadwal pelaksanaan pengumpulan
baik yang berkenaan dengan wawancara maupun
pengumpulan data melalui angket.
4. Memperbanyak pedoman wawancara dan angket. Wawancara
dilakukan dengan Kepala Sekolah, dua orang wakil kepala
sekolah,
dan tiga orang guru, masing-masing guru senior,
menengah, dan yunior. Pengumpulan data melalui angket
dilakukan terhadap 14 orang yang mewakili guru-guru
bidang studi.
00
2. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada awal
bulan Januari 1992 sampai dengan awal bulan April 1992.
Proses pengumpulan data ini boleh dikatakan memakan waktu
yang cukup lama yaitu sekitar tiga bulan. Hal ini diperlukan
untuk memperoleh data yang lebih bermakna melalui wawancara
yang intensif dan mendalam di samping melakukan observasi
dalam situasi kegiatan sehari-hari. Di samping itu,
dipertirabangkan pula agar tidak terlalu mengganggu kegiatan
rutin di sekolah baik adrainistratif maupun akademik. Faktor
lainnya adalah menyesuaikan kegiatan pengumpulan data ini
dengan kesibukan para guru dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari. Dengan demikian, raaka tenggang waktu yang cukup
lama itu memberikan banyak peluang kepada para responden
untuk dapat memberikan informasi yang lebih akurat sehingga
betul-betul dapat menggambarkan data yang diperlukan dalara
penelitian ini.
Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian ini dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan kepala sekolah dan guru yang akan diwawancarai
dan menetapkan guru yang akan diberi angket.
2. Melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah, dua orang
wakil kepala sekolah, dan tiga
orang guru yaitu
masing-masing seorang guru senior (berpengalaman lama),
guru
menengah (berpengalaman sedang), dan guru yunior
(berpengalaman baru).
56
3. Menyebarkan angket
kepada guru-guru serta memberikan
petunjuk tentang cara pengisiannya.
4. Berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama para guru,
secara bertahap angket
kesempatan mereka.
sebanyak
14
dikurapulkan,
Jumlah angket yang
sesuai dengan
terisi adalah
buah.
Setelah melalui tahap verifikasi, ternyata semua
angket yang disebar memadai untuk diolah. Dalam pengolahan
data ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kualitatif terhadap hasil wawancara.
2. Melakukan analisis
kuantitatif terhadap data angket
dengan menghitung harga-harga statistik yang diperlukan.
Selajutnya, berdasarkan harga-harga statistik yang
diperoleh, dilakukan penafsiran terhadap data yang
terkumpul.
0 7
BAB
KESIMPULAN,
A.
DAN
V
REKOMENDASI
KESIMPULAN
Sesuai dengan masalah yang diteliti serta hasil dan
temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kepala Sekolah dalam peranannya sebagai supervisor
pendidikan di lingkungan kerjanya, telah melaksanakan
supervisi pengajaran terhadap para gurunya. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengawasi, memperbaiki, meningkatkan,
dan mengembangkan kegiatan guru dalam proses belajarmengajar di kelas. Dilihat dari perilaku kesupervisian
yang dilakukan dan cara melaksanakan supervisi,
nampaknya pendekatan yang dilakukan cenderung bersifat
kolaboratif. Dengan pendekatan ini upaya pengawasan,
perbaikan, peningkatan, dan pengembangan dilakukan secara
bersama-sama melalui.dialog dan diskusi antara kepala
sekolah dan guru yang bersangkutan. Para guru ikut serta
menganalisis perilaku mengajarnya dan membuat keputusan
sendiri dalam melakukan perbaikan dan pengembangan
kegiatan belajar-mengajar.
2.
Terdapat persesuaian persepsi antara Kepala Sekolah dan
guru terhadap pendekatan supervisi yang di laksanakan di
SMAN 2 Bandung. Hal ini berarti bahwa baik guru maupun
kepala sekolah mempunyai persepsi yang sama tentang
102
kegiatan supervisi
pengajaran yang
dilakukan.
Kesamaan
persepsi itu menunjukkan adanya kesinambungan antara
tindakan perilaku supervisi kepala sekolah dengan
perilaku guru dalam kegiatan pengajaran.
. Beberapa
variabel latar belakang guru yaitu tingkat
pendidikan, pengalaman, derajat komitmen, dan bidang
studi yang diajarkan ternyata mempunyai kaitan terhadap
pendekatan
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Dari segi tingkat pendidikan, guru yang memiliki tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, lebih mudah bekerja sama
dalam proses supervisi. Pendekatan direktif lebih banyak
dilakukan kepada guru yang berpendidikan rendah sedangkan
pendekatan kolaboratif dan non-direktif lebih efektif
pada guru yang berpendidikan lebih tinggi. Dari segi
pengalaman, guru yang baru atau yang belum banyak
pengalaman,
lebih banyak memerlukan supervisi direktif.
Sedangkan guru yang berpengalaman lebih lama
lebih
efektif dengan pendekatan kolaboratif dan bahkan non-
direktif. Dari segi derajat komitmennya, terhadap guru
yang derajat komitmennya rendah,
cenderung lebih efektif
menggunakan pendekatan direktif, sedangkan pendekatan
kolaboratif lebih efektif pada guru yang memiliki derajat
komitmen
sedang,
dan
pendekatan non-direktif
efektif kepada guru yang memiliki derajat
lebih
komitmen
tinggi. Selanjutnya, dari latar belakang bidang studi
yang diajarkan,
guru-guru kelompok eksakta lebih mudah
dibawa bekerja sama dan menggunakan pendekatan deduktif,
103
sedangkan guru-guru non-eksakta lebih memerlukan
pendekatan direktif dan induktif.
Namun . demikian, dalam prakteknya akan terjadi
kombinasi dari variabel latar belakang tersebut di atas,
sehingga pendekatan supervisi yang dapat diterapkanpun
dapat bervariasi. Untuk
memperoleh temuan lebih jelas
mengenai hal itu perlu dilakukan penelaah lebih lanjut.
4. Dengan kenyataan seperti tersebut di atas, maka supervisi
pengajaran yang bersifat kolaboratif mempunyai dampak
baik langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan
kreativitas
guru,
kepribadian, dan
kualitas
guru,
perkembangan
profesional guru. Dari tindakan
supervisi yang bersifat kolaboratif dan adanya kesesuaian
persepsi perilaku supervisi, maka para guru lebih kreatif
dalam
melakukan
pendekatan,
kegiatan
metode,
maupun
pengajaran
materi.
baik
dalam
Kreativitas
itu
sendiri dapat menunjang peningkatan kualitas guru
khususnya dalam kepribadian dan profesinya. Dalam situasi
yang kolaboratif, para guru lebih termotivasi untuk terus
menerus meningkatkan diri dan profesinya melalui berbagai
kesempatan.
5. Hal yang masih dirasakan sebagai kekurangan dal
kegiatan supervisi pengajaran adalah
am
kegiatan supervisi
yang lebih menekankan segi administratif dan kurang
menekankan segi teknis edukatif.
104
B.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini,
dapat diajukan beberapa rekomendasi baik yang sifatnya
konseptual, operasional, maupun penelitian lebih lanjut;
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepala SMA Negeri
2 Bandung telah melaksanakan supervisi pengajaran
terhadap para gurunya, meskipun pelaksanaannya belum
terprogram
secara
sistemik
dan
konseptual.
Hal
itu
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yang
menyangkut kompetensi Kepala Sekolah dan guru untuk lebih
memahami tentang supervisi pengajaran. Sehubungan dengan
itu sangat dirasakan perlunya dikembangkan kerangka
konseptual mengenai
mengembangkan.
supervisi
Dengan
pengajaran yang bersifat
supervisi
yang
bersifat
mengembangkan, para guru dibantu untuk mengembangkan
profesi dan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.
Konsep supervisi yang bersifat mengembangkan
hendaknya
disesuaikan dengan falsafah Pancasila dan budaya bangsa
Indonesia serta sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya,. para
Kepala
Sekolah
selaku
supervisor
pengajaran diharapkan memahami konsep supervisi yang
bersifat mengembangkan, serta mampu menerapkannya secara
efektif.
2. Dari penelitian ini diperoleh gambaran bahwa kegiatan
supervisi yang dilakukan kepala sekolah lebih banyak
bersifat administratif,
sedangkan yang
bersifat
teknis
profesional masih belum banyak dilakukan. Dalam upaya
105
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang
dilakukan oleh para guru, supervisi administratif saja
belum cukup banyak menunjang bagi pengembangan profesi
dan pribadi guru. Para guru perlu mendapat bantuan dalam
mengembangkan diri dan profesinya melalui supervisi yang
bersifat mengembangkan serta tidak hanya administratif
saja,
Dengan
akan tetapi
bantuan
supervisi
ini
teknis
diharapkan
operasional.
para
guru
mampu
mengembangkan kualitas dirinya sehingga mampu secara
kreatif mewujudkan kegiatan belajar-mengajar secara
efektif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan
hasil belajar sisw.a. Sehubungan dengan itu,
kepala
sekolah seyogianya memiliki kompetensi kesupervisian
secara profesional. Kompetensi ini diharapkan merupakan
pra-syarat
menjadi
kepala sekolah dan terus
menerus
dikembangkan dalam jabatannya.
3. Penelitian ini menyimpulkan adanya kesesuaian persepsi
antara kepala sekolah dengan guru dalam pendekatan dan
kegiatan supervisi yang dilakukan. Hal ini menunjukkan
adanya kesinambungan antara upaya yang dilakukan kepala
sekolah dengan penerimaan dari para guru. Dalam hal
pendekatan supervisi,
pendekatan kolaboratif nampaknya
lebih banyak dominan dibandingkan dengan pendekatan
lainnya yaitu direktif dan non-direktif.
Supervisi
kolaboratif perlu dikembangkan dalam keseluruhan kegiatan
supervisi pengajaran, mengingat pendekatan ini dirasakan
lebih efektif dalam pemecahan berbagai permasalahan yang
106
dihadapi guru dalam kegiatan pengajaran. Meskipun diakui
bahwa dalam satu sisi,
pendekatan direktif,
kepala sekolah menggunakan
dan di sisi lain menggunakan
pendekatan non-direktif, namun pendekatan kolaboratif
dapat menengahi kedua pendekatan lainnya. Penggunaan
pendekatan supervisi dipengaruhi oleh iklim kehidupan
sekolah dan
tipe
kekeluargaan
dan
merupakan
kolaboratif.
kepemimpinan
tipe
dasar
kepala
kepemimpinan
bagi
sekolah.
yang
ter1aksananya
Iklim
demokratis
pendekatan
Sehubungan dengan itu suasana kekeluargaan
dalam iklim sekolah dan sikap demokratis kepala sekolah
hendaknya lebih banyak dikembangkan agar pendekatan
kolaboratif dapat diwujudkan secara efektif.
4. Dari penelitian ini diperoleh gambaran adanya kaitan
antara
tingkat pendidikan guru, pengalaman guru, derajat
komitmen guru, dan latar belakang bidang studi dengan
keefektifan supervisi. Sehubungan dengan itu dalam upaya
mengefektifkan supervisi pengajaran, hendaknya selalu
diupayakan
agar
para
guru
secara
terus
menerus
meningkatkan pendidikan dan pengetahuannya. Sementara itu
para kepala sekolah hendaknya selalu mengisi pengalaman
para guru secara lebih konstruktif. Latar belakang bidang
studi yang diajarkan guru,
hendaknya dijadikan dasar
pertimbangan dalam membuat tindakan supervisi.
•guru
terhadap
tugas
profesionalnya
Komitmen
hendaknya
terus
dipupuk melalui berbagai pendekatan agar tindakan
. supervisi dapat lebih efektif.
107
5. Dalam upaya pelaksanaan supervisi pengajaran yang
bersifat mengembangkan, disarankan hal-hal sebagai
berikut:
a. Baik kepala sekolah maupun guru hendaknya memiliki
derajat komitmen yang tinggi
terhadap tugas
profesionalnya.
b. Kepala sekolah dan guru secara koperatif menyusun
program kerja yang akan dijadikan acuan dalam kegiatan
sehari-hari.
c. Forum komunikasi antara kepala sekolah seyogianya
dilaksanakan secara terprogram.
d. Sikap terbuka dan kekeluargaan pada kepala sekolah
hendaknya mendasari pola supervisi yang dilakukan, dan
demikian pula sikap terbuka dari guru hendaknya
mendasari kegiatan guru dalam pengajaran.
e. Kegiatan supervisi pengajaran, hendaknya tidak hanya
sebagai kegiatan administratif, akan tetapi hendaknya
dijadikan sebagai wahana pengembangan guru dan proses
belajar-mengajar dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
.6. Meskipun sampai batas tertentu penelitian ini telah mampu
mengungkapkan berbagai hal, namun disadari benar masih
banyak keterbatasan di dalamnya. Keterbatasan tersebut
antara lain yang menyangkut pendekatan, metode, teknik,
instrumen, sampel, dan analisis data. Karena keterbatasan
ini, maka diakui bahwa generalisasi yang ditarik dari
penelitian ini masih dalam lingkup keterbatasan tersebut.
108
Sehubungan dengan itu, penelitian ini masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut baik dari segi lingkup masalah,
pendekatan, metode, teknik.
instrumen, sampel,
dan
analisis.
7. Dari segi temuan penelitian ini, hal-hal yang dapat
direkomendasikan untuk diteliti lebih lanjut dengan
mengembangkan lingkup masalah,
pendekatan,
metode,
teknik, instrumen, dan analisis, adalah:
a. Keefektifan berbagai pendekatan supervisi pengajaran
untuk tipe-tipe guru berdasarkan tingkat pendidikan,
pengalaman, dan derajat komitmen.
b. Keefektifan
pendekatan
supervisi
pengajaran
berdasarkan karakteristik bidang studi tertentu.
c. Keefektifan pendekatan supervisi pengajaran dilihat
dari berbagai aspek latar belakang Kepala sekolah
(pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, bidang studi,
dsb.).
d. Dampak pendekatan supervisi pengajaran terhadap hasil
belajar siswa.
e. Penelitian masalah yang sama pada berbagai jenis dan
jenjang pendidikan.
109
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Sanusi;
(1990); Beberapa
Dimensi
Mutu
Pendidikan;
Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Beeby, C.E.; (1966); The Quality of Education in
Countries;
Cambridge,
Developing
Massachusetts;
Harvard
University Press.
Bordan,
Charles,
W.;
(1953);
Democratic Supervision in
Secondary School; Cambridge; Houghton Mifflin.
Castetter, William B.; (1981); Personnel Function in
Educational Administration; New York; MacMillan
Publishing Company Inc.
Dirawat,
dkk.;
Surabaya;
(1983);
Pengantar Kepemimpinan Pendidikan;
Penerbit Usaha Nasional.
Elsbree, Willard S. and Horald, J. McNally (1959);
Elementary School Administration and Supervision; New
York; American Book Company.
Engkoswara; (1986); Kecenderungan Kehidupan di Indonesia
Menjelang Tahun 2000 dan Implikasinya Terhadap Sistem
Pendidikan; Jakarta,
Itermedia.
; (1987); Dasar-dasar Administrasi
Jakarta;
Pendidikan;
P2LPTK Depdikbud.
Fakry Gaffar, M.; (1987); Perencanaan Pendidikan:
Metodologi; Jakarta; Depdikbud.
. (ed.);
Bandung;
Jurusan
(1991);
Administrasi
Administrasi
Teori dan
Pendidikan;
Pendidikan;
FIP
IKIP
Bandung.
Flippo, Edwin B.; (1984); Personel Management; New York, Mc.
Graw Hill
Book Co.
Glickman, Carl D.; (1981); Developmental Supervision:
Alternatif Practices for Helping Teachers Improve
Instruction; Alexandria, VA;
; (1990);
Developmental
ASCD.
Supervision
Approach;
2nd
of Instruction:
Ed.;
Boston,
Allyn
A
and
Bacon.
Good, Carter V.;
(1973); Dictionary of Education; New York;
McGraw-Hill Book Company.
Guba,
Egon G.; and Ivonna, S.
Lincoln;
(1981);
Effective
Evaluation; San Fransisco; Jossey-Bross Publishers.
Harris,
Ben
M.;
Supervisor Behavior in
(1985);
Englewood Cliffs,
Education;
Jersey; Prentice-Hall Inc.
Harris, Chester; (1959); Encyclopedia of Educational
Research; New York; McGraw-Hill Book Company Inc.
Jurnal Pendidikan No.l; Januari 1988.
Kurikulum SMA 1984; Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran dan
Pembinaan Guru; Jakarta; Depdikbud.
Lipham,
James M.; (1985); The Principalship: Concepts,
Competencies, and Cases; New York; Longmans.
Made
Pidarta;
Moch.
Pemikiran
(1986);
Pendidikan;
Surabaya,
Supervisi
Ichsan; (1991 ); Supervisi Instruksional di SMA (Studi
Deskriptif Analisis tentang Pelaksanaan Supervisi
Instruksional di SMAN se-Kodya Malang); Thesis,
Fakultas Pasca Sarjana;
Moleong, Lexy, J.; (1989);
Bandung;
Nasution,
IKIP Bandung.
Metodologi Penelitian Kualitatif;
Remaja Karya CV.
S; (1987); Metode Research
Bandung,
Oteng
Tentang
Sarana Press.
(Penelitian
Sutisna;
(1987); Dasar-dasar Teoretis
Pendidikan; Bandung, Angkasa.
Pengawasan
Melekat dalam Rangka Peningkatan
Disiplin
Ilmiah);
Penerbit Jemmars.
Nasional;
(1988);
untuk
Praktek
Efisiensi
Jakarta;
Kloang
dan
Klede
Jaya.
Pengawasan
Fungsional-Melekat
Kebijaksanaan
Mendikbud;
dan
Kaitannya
(1988);
Jakarta;
Dengan
Kloang
Klede Jaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1990
Tentang Pendidikan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor
Kependidikan.
Roe,
38
Tahun
1992
Tentang
Tenaga
H. William; dan Thelbert, L. Drake; (1980) ; The
Principalship; New York; MacMillan Publishing Co.Inc.
Siagian,
SP;
(1988);
Keputusan; Jakarta,
Teori
dan Praktek Pengambilan
Haji Masagung.
Supandi & Ahmad Sanusi; (1988); Kebijaksanaan dan Keputusan
Pendidikan; Bandung, Fakultas Pasca Sarjana IKIP
Bandung.
• i.
Surya, M.;
(1986);
Psikologi
Latihan Kepemimpinan
Bandung.
Kepemimpinan;
Mahasiswa
IAIN
Makalah dalaam
se-Indonesia
di
;(1990); Profesionalisasi dan Profesionalisme.
Tantangan Bagi Kepala Sekolah Dalam Sistem Pendidikan
Nasional; Makalah ceramah di hadapan para Kepala
Sekolah SLTP dan SLTA se-Kabupaten Cirebon dan
Kuningan tanggal 28 dan 29 September 1990.
TAP MPR RI; (1988), Jakarta, Restu Agung.
Tim
Penulis
Modul FISIP UT;
Jakarta,
Undang-undang
(1988);
Pengawasan
melekat;
Universitas Terbuka.
No. 2 Tahun 1989, Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Wiles,
Kimbal,
dan Lovell,
John.;
(1975);
Supervision for
Better Schools; New Jersey; Prentice-Hall; Inc.
j it
SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN PROSES
BELAJAR-MENGAJAR Dl KELAS
(Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung
Tahun Ajaran 1991/1992)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan
Untuk memenuhi sebagian syarat
Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
DRA.
NY. H. SITI SUMINAH SURYA
No. Pokok. 8832010/XX/12
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 9 2
JJlbETUJUI DAN DISYAHKAN OLEII PEMBIMBING:
PROF. DR. M5HMAD SANUSI SH MPA
Pembimbing I
PROF. DRV ENGKOSWARA M.ED.
Perabimbing II
PRuF.
DR.
SUPAND!
Pembimbing III
PRUUKAM FASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDTDIKAN
BANDUNG
1992
motto:
Asa! keyeng tangtu pareng
Persembahan Buat :
Ayah Bunda, suamiku tercinta
DR. H. Moh. Surya, serta anak-
anakku tersayang ; Rini, Roni,
Dian, Vine, Dewi.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
i
Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
iv
• vii
Daftar Tabel
ix
Daf tar Bagan
x
BAB
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Perumusan dan Pembatasan Masalah
8
BAB
I
II
C. Tujuan Penelitian
12
D. Kegunaan Penelitian
13
E.
14
A
s u
m
s
i
SUPERVISI SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH
16
A. Peranan Supervisi Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan
B. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan
Pengelola Pendidikan
20
C. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
28
D. Supervisi yang Bersifat Mengembangkan...
32
E.
BAB
III
16
Supervisi Kepala Sekolah Terhadap
Guru Bidang Studi
43
PROSES PENELITIAN
50
A.
50
Metode dan Teknik Penelitian
B. Langkah Penelitian
vii
54
BAB IV
HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Pene
litian
B. Pembahasan Temuan Penelitian!...........
BAB V
58
p-o
77
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .
102
A. Kesimpulan
*Q2
B. Rekomendasi
,Qf-
Daftar Pustaka
Lampiran
113
vm
DAFTAR TABEL
TABEL 1 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN
BIDANG STUDI TAHUN AJARAN 1991/1992
52
TABEL 2 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN
GOLONGAN, JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN, DAN
PENGALAMAN
53
TABEL 3 KEADAAN SISWA SMA NEGERI 2 BANDUNG TAHUN
AJARAN 1991/1992
54
TABEL 4 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG
SUPERVISI DIREKTIF YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
73
TABEL 5 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG
SUPERVISI KOLABORATIF YANG DILAKUKAN OLEH
KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
74
TABEL 6 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG
SUPERVISI NON-DIREKTIF YANG DILAKUKAN OLEH
KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
75
TABEL 7 PENDEKATAN SUPERVISI YANG DAPAT DITERAPKAN
BERDASARKAN PERPADUAN ANTARA LATAR BELAKANG
TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN DERAJAT
KOMITMEN GURU
IX
99
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1 KESINAMBUNGAN PERILAKU KESUPERVISIAN
30
BAGAN 2 GRAFIK PERILAKU SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
76
BAGAN 3 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
TINGKAT PENDIDIKAN GURU
85
BAGAN 4 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
PENGALAMAN KERJA GURU
86
BAGAN 5 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
DERAJAT KOMITMEN GURU
87
BAGAN 6 HUBUNGAN TIGA DIMENSI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN,
PENGALAMAN, DAN DERAJAT KOMITMEN GURU
BAGAN 7 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN
KELOMPOK BIDANG STUDI YANG DIAJARKAN
87
100
BAB
I
PENDAHXJLUAN
A.
LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
"Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional" (pasal 3). Salah satu
konsiderans
undang-undang
tersebut
dikatakan:
"bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan masyarakat
yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para
warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
Jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan
Vndang~Undang Dasar 1945".
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa salah
satu missi pendidikan berkaitan erat dengan pembinaan dan
peningkatan
kualitas
sumber
pendidikan seyogianya dinilai
daya
dari
manusia.
Kualitas
keberhasilannya dalam
mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki manusia,
sehingga manusia itu dapat memberikan kontribusi yang
bermakna bagi dirinya dan kesejahteraan manusia pada
umumnya.
Upaya
peningkatan mutu
pendidikan
dewasa
ini
menempati prioritas tersendiri dalam keseluruhan pembangunan
nasional. Dalam upaya pembangunan pendidikan, GBHN 1988
meletakkan salah satu titik berat perhatiannya pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Berdasarkan pasal 10
Undang-undang No. 2/89
tentang sistem
pendidikan nasional,penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan
jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan
be 1ajar-mengajar
secara
berjenjang
dan
berkesinambungan. Sedangkan jenis pendidikan yang termasuk
jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
kedinasan,
pendidikan keagamaan,
pendidikan
pendidikan
akademik
dan
pendidikan profesional (pasal 11). Jenjang pendidikan yang
termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (pasal 12).
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik
m
enjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
me
ngadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan
pendidikan keagamaan
(pasal
15).
Salah satuan pendidikan
dalam jalur pendidikan sekolah, jenis sekolah umum, dan
jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah Menengah Atas
mempunyai kaitan yang erat dengan mutu pendidikan pada
jenjang selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi
merapunyai kaitan
erat
dan secara umum
dengan upaya peningkatan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional.
SMA yang
baik akan merupakan masukan yang
perguruan tinggi,
gilirannya akan
Lulusan
baik
masyarakat dan dunia kerja,
bagi
yang pada
menghasilkan sumberdaya manusia yang baik
pula.
Peningkat^an
mutu
mencakup unsur-unsur:
pendidikan
Menengah
Atas
kurikulum dan materi pengajaran,
guru
dan tenaga kependidikan lainnya,
prasarana penunjang,
penilaian,
bimbingan
program dan
dan
pada
peserta didik,
pendidikan
sarana dan
belajar-mengajar,
peserta
kegiatan pendidikan.
pengelolaan
(sekolah),
proses
Sekolah
pada
didik,
dan
sistem
pengelolaan
Dalam kaitan dengan
tingkat
unsur
satuan
pendidikan
kepala sekolah merupakan penanggung
jawab utama
memegang peranan yang amat penting
dalam keseluruhan
kegiatannya. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 1992,
kepala
sekolah
merupakan
salah
kependidikan
(pasal
3
Keberhasilan
proses
pendidikan
ditentukan oleh sampai
ayat
3
dan
jenis
pasal
pada
sejauh mana para
mampu melaksanakan fungsi-fungsi
dan efisien.
satu
43
tenaga
ayat
tingkat
1).
sekolah
kepala sekolah
pengelolaan secara efektif
Untuk mewujudkan hal
ini,
para kepala sekolah
perlu melakukan pembinaan secara sistematis dan terprogram
para guru
dan
mempunyai
tanggung
mengembangkan
seluruh
personil
jawab
para
yang
guru
sekolah.
besar
dalam
Kepala
dalam
Sekolah
membina
melaksanakan
dan
fungsi
profesionalnya khususnya dalam kegiatan proses belajar-
mengajar.
Berdasarkan hal itu jelas bahwa apabila pelaksanaan
tugas-tugas pokok kepala sekolah dapat berjalan lancar, maka
sangat diharapkan akan terwujudnya keberhasilan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas. Sebagai pemimpin dan pengelola
pendidikan, Kepala Sekolah merapunyai posisi yang strategis
untuk dapat melaksanakan supervisi terhadap para guru dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajarnya.
Hal ini
mengandung arti bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan
secara
efektif diharapkan akan meningkatkan kegiatan guru
dalam proses be 1ajar-mengajar . Pada gilirannya nanti
diharapkan dapat meningkatan mutu hasil belajar yang dicapai
siswa.
Disamping
dengan
pedoman yang telah ada, upaya
dalam bentuk penataran-penataran mengenai supervisi
pendidikan telah banyak dilakukan. Demikian pula upaya yang
secara khusus dalam kaitan dengan supervisi pengajaran.
Namun demikian, nampaknya masih dirasakan
adanya
sejumlah
masalah dan hambatan dalam pelaksanaannya karena kegiatan
supervisi
sesungguhnya menyangkut berbagai aspek
saling berkaitan dan bersifat kompleks.
yang
Aspek-aspek
tersebut antara lain kompetensi supervisor, pendekatan yang
dilakukan, lingkup kegiatan, kondisi sekolah dan lingkungan,
kualitas para guru, kebijakan yang ada, dsb.
Dalam hubungan ini dirasakan
benar pentingnya upaya
penyempurnaan kegiatan supervisi
agar dapat menunjang
kegiatan para guru dalam kegiatan proses belajar-mengajar.
Untuk
menyempurnakannya
mengenai
oleh
pelaksanaan
diperlukan
supervisi
Kepala Sekolah dalam
sejumlah
pengajaran
yang
informasi
dilakukan
upaya untuk meningkatkan
kualitas pribadi dan profesional para guru khususnya dalam
kaitan dengan proses belajar-mengajar.
Khusus dalam kaitan dengan supervisi sebagai upaya
DtA
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang dilakukan
oleh para guru, diperlukan suatu pendekatan yang sedemikian
rupa dapat memperbaiki dan mengembangkan kualifikasi
profesional para guru. Supervisi
Carl D. Glickman (1990)
pengajaran yang
Supervision).
disebut
bersifat
yang seperti itu, menurut
sebagai
suatu supervisi
mengembangkan
(Developmental
Dalam bukunya yang
berjudul
Supervision of
Instruction: A Developmental Approach (1990),
Glickman
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang
bersifat mengembangkan, dalam hal ini adalah mengembangkan
kompetensi pribadi dan profesional guru. Untuk itu para
supervisor perlu memiliki sekurang-kurangnya tiga macam
kompetensi yaitu:
(1) pengetahuan,
(2)
ketrampilan
interpersonal, dan (3) ketrampilan teknis. Supervisi
terhadap guru dilakukan melalui lima macam kegiatan yaitu
dalam bentuk: (1) bantuan langsung, (2) pengembangan
kurikulum, (3) pengembangan staf, (4) pengembangan kelompok,
dan (5) penelitian tindakan. Dikatakan selanjutnya bahwa
dalam ketrampilan interpersonal, ada tiga macam pendekatan
supervisi yaitu pendekatan direktif, kolaboratif, dan nondirektif.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama
22 tahun
menjadi guru di SMA Negeri 2 Bandung, dapat dikatakan bahwa
SMA Negeri 2 Bandung memiliki lingkungan yang cukup baik
bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan khususnya kegiatan
belajar-mengajar. Secara kuantitatif jumlah guru di SMAN2
ini dapat dikatakan telah mencukupi, dan secara kualitatif
dapat dikatakan cukup memadai, baik dilihat dari latar
belakang pendidikannya maupun dari pengalaman dan
kepangkatannya. Suasana hubungan sosial di lingkungan
sekolah dapat dikatakan sangat baik dengan didasari oleh
situasi hubungan kekeluargaan yang baik. Hubungan antara
guru dengan Kepala Sekolah dan
antar
guru, serta antara
guru dengan orang tua siswa sangat baik. Keadaan ini sangat
menguntungkan bagi terbentuknya suasana hubungan antar
manusia bagi terbentuknya suatu kerabat kerja yang saling
menunjang.
Hubungan yang akrab antara personil sekolah dalam
arti hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan antara
sesama guru akan melahirkan semangat kebersamaan yang tinggi
dan pada gilirannya nanti akan mempengaruhi kualitas proses
belajar mengajar yang dilaksanakannya. Sebab bagaimanapun
mantapnya penyusunan program pengajaran dan bagaimanapun
canggih dan lengkapnya fasilitas dan alat-alat bantu
pengajaran yang tersedia, tetapi kalau manusianya (guru,
kepala sekolah, tata usaha) merapunyai sikap, pandangan dan
pemahaman yang kurang mendukung, mungkin akan menghambat
pencapaian hasil pengajaran yang optimal. Oleh karena itu di
SMAN 2 masalah hubungan insani yang akrab dan harmonis di
antara
semua
personil
sekolah,
baik
secara
vertikal
(hubungan guru dengan kepala sekolah dan atasannya) maupun
secara horizontal (guru dengan sejawatnya) merupakan suasana
kultur
yang
amat
kondusif
bagi
terselenggaranya
kegiatan
pendidikan. Semua masalah yang dihadapi oleh semua pihak
dapat
diselesaikan dengan
kekeluargaan
formal.
dan
tanpa menyimpang
Dengan demikian,
pelaksanaan
sebaik-baiknya
proses
masalah
dari
yang
belajar-mengajar
dalam
suasana
ketentuan-ketentuan
dihadapi
dapat
guru
dalam
direkam
oleh
kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi pengajaran.
Hubungan yang harmonis
ini tidak saja dengan sesama
guru namun dengan pegawai tata usaha dan pesuruh.
itu, telah terbina pula hubungan baik
Disamping
dengan lingkungan
sekitarnya yaitu dengan guru-guru SMA PGRI dan guru-guru
SMAN2 Petang.
sering
Berbagai kegiatan yang sifatnya kekeluargaan
dilaksanakan
penyelenggaraan
acara
bersama,
peringatan
misalnya
hari-hari
arisan,
besar
seperti
Maulud Nabi Muhammad s.a w, acara silaturahmi hari Raya Idul
Fitri,
dsb.
Masalah-masalah yang dialami dan dihadapi guru,
yang tampak maupun yang tidak tampak dalam perilaku,
sekolah sebagai
baik
kepala
supervisor dapat memberikan bantuan dan
bimbingan profesional baik secara individual maupun secara
kelompok
sebagai
usaha
membantu
guru
memecahkan
masalah-
masalah yang dihadapinya.
Dengan
kultur
dan
latar
belakang
sosial-psikologis
seperti dikemukakan di atas, maka teori dan pikiran Glickman
tentang supervisi yang bersifat mengembangkan, nampaknya ada
kecocokan. Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa
supervisi yang bersifat mengembangkan dengan ketiga
pendekatannya dapat diterapkan di SMAN2 . Kepala sekolah
secara aktual sudah raenerapkan ketiga pendekatan tersebut
yaitu dengan cara penuh keakraban,
kekeluargaan, dan rasa
memiliki bersama tiap saat melaksanakan pembinaan terhadap
anggotanya yaitu guru dan karyawan. Dengan cara demikian
para guru akan merapunyai peluang untuk terus berkembang baik
pribadi maupun profesi.
Konsep yang dikemukakan oleh Glickman di atas
diasumsikan dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya
penyempurnaan supervisi pengajaran di sekolah. Agar upaya
ini dapat dilakukan dengan baik maka terlebih dahulu
diperlukan adanya informasi empiris mengenai berbagai aspek
kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam hubungan dengan kegiatan guru dalam proses
belajar-mengajar. Untuk itu, dirasakan adanya suatu
penelitian khusus yang dapat memberikan informasi empiris'
yang lebih bermakna.
B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Uraian di atas telah mengacu kepada perlu adanya
upaya yang terarah dan sistematik
guna memperbaiki dan
meningkatkan pelaksanaan supervisi pengajaran dari kepala
sekolah terhadap guru khususnya dalam kegiatan proses
belajar-mengajar. Upaya ini seyogianya berdasarkan kepada
informasi yang diperoleh melalui suatu kegiatan penelitian.
Dalam kaitan ini, maka
berjudul
penelitian
yang dimaksud
adalah
:
"PENDEKATAN SUPERVISI TERHADAP PARA GURU SEBAGAI FUNGSI
KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI
KELAS
(Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran
1991/1992)".
Mengingat luasnya lingkup masalah yang harus
dipecahkan, maka untuk kegiatan ini penelitian akan dibatasi
melalui studi kasus di SMA Negeri 2 Bandung. Aspek supervisi
akan dibatasi pada ketrampilan interpersonal yaitu
pendekatan yang digunakan oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi khususnya yang berkaitan dengan
kegiatan proses belajar-mengajar yang dilakukan guru di
kelas. Sesuai dengan judulnya, secara umum masalah yang
menjadi fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: "Bagaimana gambaran pendekatan kegiatan supervisi
pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap
para guru dalam upaya meningkatkan efektifitas kegiatan guru
dalam proses belajar-mengajar di kelas?"
Secara lebih terinci, masalah tersebut dapat
dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran pendekatan yang
digunakan oleh
kepala sekolah
dalam melakukan supervisi terhadap para
guru dalam proses belajar-mengajar?
2. Sampai sejauh manakah kesesuaian antara persepsi kepala
sekolah dengan guru dalam pendekatan
supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap
proses belajar-mengajar di kelas?
guru dalam
3. Sampai
sejauh manakah kaitan antara tingkat pendidikan,
pengalaman mengajar, derajat komitmen guru, dan latar
belakang
bidang studi dengan
pendekatan supervisi
pengajaran yang dilakukan Kepala Sekolah?
4. Sampai sejauh manakah dampak pendekatan
supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap:
a. kreativitas guru?
b. kualitas guru dalam mengajar di kelas?
c. perkembangan kepribadian guru?
d. perkembangan profesionalitas guru?
Yang dimaksud dengan supervisi
penelitian ini
pengajaran
dalam
adalah seperangkat kegiatan supervisi yang
dilakukan pleh kepala sekolah terhadap guru-gurunya dan
dibatasi dalam kaitan dengan kegiatan proses belajarmengajar di kelas.
Kegiatan supervisi mencakup kegiatan-
kegiatan pemantauan, penilaian, peningkatan, perbaikan, dan
pengembangan proses belajar mengajar yang dilakukan guru di
kelas.
Pendekatan
supervisi
yang
akan
kecenderungannya adalah pendekatan direktif,
dan
diteliti
kolaboratif,
non-direktif.
Pendekatan Direktif adalah pendekatan supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru secara jelas dan
konkrit dengan memberitahukan apa yang harus dilakukan guru
dan standar apa yang harus digunakan serta tingkah laku yang
bagaimana harus dilaksanakan supaya proses belajar mengajar
di kelas dapat mencapai tujuan seoptimal mungkin. Dalam
pendekatan direktif
ini
supervisor lebih bersifat tegas,
10
serius, dan berorientasi pada tugas. Dalam pendekatan ini,
keputusan dan arah tindakan berada pada tangan supervisor.
Pendekatan Kolaboratif adalah pendekatan supervisi
yang dilakukan bersama antara guru dengan kepala sekolah
sebagai supervisor untuk melihat sampai seberapa jauh
bantuan diperlukan atau tidak diperlukan. Keputusan tindakan
dirumuskan bersama antara supervisor dengan yang disupervisi
(guru).
Apabila tidak terjadi kesepakatan antara guru
dengan supervisor maka akan diminta pihak ketiga.
Pendekatan-Non direktif yaitu pendekatan yang lebih
banyak diserahkan kepada guru untuk menganalisis dan
memecahkan masalah pengajarannya sendiri. Supervisor dalam
pendekatan non direktif bertindak sebagai fasilitator bagi
guru dengan memberikan struktur formal atau pengarahan yang
seminimal mungkin. Supervisor membiarkan guru melakukan
penemuan, tetapi mengambil inisiatif untuk melihat bila hal
itu terjadi. Kegiatan supervisor tergantung kepada kebutuhan
guru, dan guru disini menentukan langkah-langkah yang akan
diikuti dalam pertemuan aval.
Yang dimaksud dengan kepala sekolah dalam penelitian
ini adalah Kepala SMA Negeri 2 Bandung, dan yang dimaksud
dengan guru adalah para guru tetap yang mengajar dalam
bidang studi tertentu di SMA Negeri 2 Bandung. Latar
belakang bidang studi yang diajarkan guru, dalam penelitian
ini dibedakan antara kelompok guru eksakta (IPA, Fisika,
Kimia, Biologi, Matematika), dan non-eksakta (Bahasa, IPS,
PMP). Tingkat pendidikan guru dinyatakan dengan ijazah
tertinggi yang dimiliki yaitu Sarjana/S-1 dan Sarjana
11
muda/D-3. Pengalaman guru dinyatakan dengan lamanya bekerja
sebagai guru dengan kategori 0-5 tahun (baru), 6-15 tahun
(sedang), dan 15 tahun ke atas (lama). Derajat komitmen guru
adalah kualitas kesediaan guru dalam melaksanakan tugastugasnya, yang dinyatakan berdasarkan kedisiplinan, tanggung
jawab, hasil kerja, inisiatif, dan hubungan kerja sama.
Kegiatan guru dalam proses belajar-mengajar di kelas
adalah mencakup seluruh kegiatan guru di kelas
yang
meliputi persiapan, penguasaan materi, pengelolaan kelas,
interaksi dengan siswa, penggunaan metoda, penggunaan alat
bantu, evaluasi hasil belajar, dan bantuan kepada siswa.
Yang dimaksud dengan kreativitas guru adalah kualitas
tindakan guru dalam menghasilkan sesuatu yang lebih efektif
untuk menunjang kegiatan proses belajar-mengajar.
Perkembangan kepribadian guru mencakup aspek-aspek
intelektual, personal, emosional, sosial, dan spiritual.
Aspek profesionalitas guru dilihat dari kualitas keakhlian,
rasa tanggung jawab, dan kesejawatannya.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara
keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk memperdalam
pandangan dan pemahaman tentang:
1. Pendekatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh
kepala sekolah terhadap guru-guru dalam
proses
belajar-mengajar.
2. Kesesuaian antara kepala sekolah dan guru dalam persepsi
12
mengenai
pendekatan supervisi
terhadap guru dalam
dari
proses
kepala
sekolah
belajar-mengajar di
kelas.
3. Kaitan antara tingkat pendidikan, pengalaman mengajar,
derajat komitmen, dan latar belakang bidang studi guru
dengan pendekatan supervisi
pengajaran oleh Kepala
Sekolah.
4. Dampak dari pendekatan supervisi pengajaran yang
dilakukan
oleh kepala sekolah terhadap:
a. kreativitas guru
b. kualitas guru dalam mengajar di kelas
c. perkembangan kepribadian
d. perkembangan profesionalitas guru
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Secara konseptual, penelitian ini bermanfaat sebagai
salah satu sumber masukan bagi upaya pengkajian dan
pengembangan
konsep-konsep
supervisi
pengajaran
khususnya
dalam administrasi dan supervisi pendidikan. Dengan demikian
melalui penelitian ini diharapkan dapat ikut serta
memperluas dan memperkaya bidang disiplin ilmu administrasi
pendidikan.
Secara operasional,
penelitian ini dapat memberikan
kegunaan sebagai berikut.
1. Melalui temuan lapangan tentang pendekatan supervisi
pengajaran yang digunakan oleh
terhadap para guru dalam proses
13
Kepala SMA
Negeri
belajar-mengajar, dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil
langkah-langkah perbaikan secara lebih tepat.
2. Bagi
para perencana dan pengembang program, penelitian
ini diharapkan akan merupakan umpan balik dalam
penyempurnaan
3. Bagi
program.
para pembuat keputusan, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan arah kebijaksanaan dalam
meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas pendidikan.
4. Bagi para Kepala SMA
Negeri
sendiri, hasil penelitian
ini dapat dijadikan masukan dalam pelaksanaan supervisi
terhadap guru-guru.
Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat
mendeteksi kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga dapat
mengungkapkan berbagai masalah secara obyektif dan sesuai
dengan fokus penelitian. Selain itu, diharapkan pula dapat
melahirkan masalah-masalah baru sebagai kelanjutan
penelitian ini.
E.
A S U M S
I
Penelitian
ini
bertitik
tolak
dari
asumsi-asumsi
sebagai berikut:
1. Pengawasan merupakan fungsi administrasi pendidikan untuk
menjaga agar pelaksanaan proses belajar-mengajar di
sekolah dapat berjalan lancar sesuai dengan pedoman dan
petunjuk yang telah ditetapkan •dalam kurikulum dan
14
administrasi
bidang
sekolah.
Dalam
pengawasan
garapannya adalah pembinaan
(supervisi
pengajaran)
untuk
ini
termasuk
profesional
meningkatkan
guru
kualitas
pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah.
2. Guru memegang
peningkatan
3. Kualitas
peranan yang
mutu
paling
utama dalam upaya
pendidikan.
pribadi
dan profesional
guru
mempunyai
kaitan
yang erat dengan aktivitas guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar.
4. Melalui
proses
supervisi
sistematis dan terarah,
guru
dapat
yang
terprogram
secara
kualitas pribadi dan profesional
ditingkatkan
sehingga dapat
menunjang
proses
belajar-mengajar secara lebih efektif dan efisien.
5. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah,
Sekolah adalah
untuk
pengelola satuan pendidikan,
melaksanakan
administrasi,
dan
fungsi-fungsi
supervisi
Kepala
berperan
kepemimpinan,
pendidikan dalam
lingkungan
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya;
6. Supervisi
guru
pengajaran oleh Kepala Sekolah terhadap guru-
merupakan
satu
bentuk
upaya
yang
dinilai
cukup strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
7. Proses
supervisi
menggunakan
produk,
profesi,
pengajaran
pendekatan
secara
dan efek positif
kualitas
yang
dilaksanakan
efektif,
dapat
dejigan
memberikan
terhadap perkembangan pribadi,
mengajar,
dan
kreativitas
guru.
Pada
gilirannya hal itu akan memberikan dampak positif pula
terhadap keseluruhan efektifitas kegiatan pendidikan.
15
BAB
PROSES
III
PENELITIAN
A. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
1. Metode dan pendekatan
Fokus penelitian ini adalah aktivitas
Kepala SMA
Negeri 2 Bandung dalam melaksanakan supervisi pengajaran
terhadap para guru dalam proses belajar-mengajar dan
kegiatan guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Penelitian ini akan mendeskripsikan pendekatan yang
digunakan oleh kepala sekolah dalam proses kegiatan
supervisi
pengajaran yang dilakukan
terhadap para guru.
Selanjutnya diteliti mengenai kaitan antara beberapa
variabel latar belakang guru yaitu tingkat pendidikan,
pengalaman, derajat komitmen, dan bidang studi yang
diajarkan dengan keefektifan supervisi yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah. Di samping itu, akan dilihat pula dampak
pendekatan supervisi terhadap beberapa variabel
tertentu
yaitu kreativitas guru dalam menunjang proses belajarmengajar, kualitas guru dalam mengajar, perkembangan
kepribadian guru, dan perkembangan profesionalitas guru.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pengungkapan
informasi empiris melalui pengumpulan data lapangan yang
diperoleh dari sumber-sumber
Sehubungan dengan itu,
yang terkait dan relevan.
penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam
pengumpulan dan analisis data serta penyimpulannya.
50
2. Teknik dan alat pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan angket.
Wawancara akan
dilakukan secara
mendalam dan sistematik
kepada kepala dan guru-guru SMA Negeri 2 untuk mengungkap
informasi mengenai berbagai aspek kegiatan supervisi
pengajaran khususnya yang berkaitan dengan pendekatan yang
digunakan.
Studi dokumentasi,
dilakukan secara
mendalam
dan kritis terhadap semua dokumen yang relevan dengan
kegiatan supervisi pengajaran baik yang ada di Kanwil,
Bidang,
ataupun
di
sekolah.
Studi
dokumentasi
ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pedoman dan
aturan yang dijadikan dasar kegiatan supervisi pengajaran.
Sedangkan
angket
dilaksanakan
untuk memperoleh informasi
tambahan mengenai gambaran proses supervisi pengajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Angket diberikan kepada para
guru untuk mengungkap persepsi
mereka tentang kegiatan
supervisi pengajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
terhadap mereka. Angket ini dikonstruksi berdasarkan konsep
pendekatan supervisi yang dikembangkan oleh Carl.
D.
Glickman (1981, dan 1990) dalam bentuk pertanyaan pilihan
paksa (force choice). Observasi dilakukan terhadap kegiatan
beberapa orang guru dalam melaksanakan kegiatan proses
belajar-mengajar di kelas. Di samping itu dilakukan pula
observasi terhadap aktivitas sehari-hari kepala sekolah
khususnya dalam kaitan supervisi pengajaran.
51
3. Lokasi dan subyek penelitian
Fokus penelitian ini adalah deskripsi kegiatan
supervisi pengajaran yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah
terhadap guru-guru dalam kegiatan proses
belajar-mengajar
di kelas. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Bandung,
yang terletak di Jl Cihampelas no 173,
dengan luas tanah
171.50 M2, dan jumlah ruangan sebanyaknya 33 ruang (denah
terlampir).
Jumlah guru seluruhnya ada
berdasarkan golongan,
74 orang dengan rincian
jenis kelamin,
tingkat pendidikan,
masa kerja, dan bidang studi sebagaimana tercantum dalam
tabel 1 di bawah ini dan tabel 2 di halaman berikut.
TABEL
1
KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN BIDANG STUDI
TAHUN AJARAN 1991/1992
! Jenis kelamin
!
!
L
!
P
!
12. Agama
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
5
1
3
4
—
4
2
1
1
'4
!
2
!
3
!
4
!
5
!
3
!
4
!
6
!
!
2
!
1
!
1
'
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
9
3
6
8
5
3
4
10
2
3
2
13. Matematika
!
3
!
3
!
6
14. Pend. Jas.
15. PKK
!
!
2
-
'
1
1
i
J
2
x
16. BP/BK
!
2
!
4
!
6
Jumlah
!
31
!
43
!
74
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ekonomi
PMP
B. Inggeris
Fisika
Kimia
Sejarah
B. Indonesia
Biologi
Seni Rupa
Geografi
B. Jepang
•
3
i
4
Jumlah siswa seluruhnya sebanyak 1532 orang, terdiri
52
TABEL
2
KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BBANDUNG
Tahun Ajaran 1991/1992
Jenis
kelamin
Tk Pendidikan
!
Mas*a
Gol. !
L
6
Ill/d
III/c
Ill/b
Ill/a
Il/d
II/c
Jumlah
3
5
4
3
5
5
!
P
Sarj. /s--1 Sarmud/D-3!
4
3
6
5
15
-
19
-
4
3
4
5
43
2
—
43
! 6-15th
-
3
10
-
2
10
9
9
3
10
17
1
7
2
10
9
1
14
25
1 5 th!
10
7
4
53
1 ebih
-
-
•31
i
Jml.
0-5th
7
6
Kerja
-
-
-
19
6
7
7
9
-
35
10
atas 824 orang laki-laki, dan
708 orang
rincian berdasarkan kelas, dan
terlihat dalam tabel 3 di bawah
• TABEL
perempuan dengan
program studi seperti
ini.
3
KEADAAN SISWA SMA NEGERI2 BANDUNG
Tahun ajaran 1991/1992
Kelas ! progr a m
Jumlah
I
II
III
232
201
Al
192
117
309
A2
65
91
156
87
433
A3
41
46
Al
174
121
295
A2
73
47
84
48
157
A3
Jumlah
!
824
!
708
95
!
1532
Sumber: Data statistik SMA Negeri 2 Bandung 1991/1992
Jumlah tenaga tata usaha yang ikut menunjang kegiatan
pendidikan adalah sebanyak 23 orang.
Sedangkan subyek penelitian sebagai
sumber
data
adalah kepala dan wakil kepala SMA Negeri 2 Bandung
dan
guru-guru tetap di SMA negeri 2 Bandung yang dipilih dengan
memperhatikan komposisi
bidang
studi,
pendidikan,
dan
pengalaman kerja.
B.
LANGKAH PENELITIAN
Secara keseluruhan, proses penelitian mencakup
tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan hasil
penelitian. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut.
54
1. Persiapan pengumpulan data
Pada tahap persiapan pengumpulan data, penelitian ini
menempuh
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menyiapkan pedoman wawancara untuk kepala sekolah dan
untuk guru, masing-masing untuk guru yang berpengalaman
lama (senior), yang berpengalaman sedang (menengah),
serta yang berpengalaman baru (yunior).
Sementara itu,
disiapkan pula angket tertutup yang berbentuk skala untuk
di isi oleh guru-guru bidang studi. Angket ini digunakan
untuk menjaring informasi tambahan atau pelengkap
mengenai pola-pola perilaku kesupervisian kepala sekolah.
2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kandep
Depdikbud Kotamadya Bandung, untuk dapat melaksanakan
pengumpulan data di SMA negeri 2 Bandung.
3. Menghubungi Kepala SMA Negeri 2 Bandung dan guru-guru
untuk mengadakan negosiasi pelaksanaan pengumpulan data.
Berdasarkan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan guru-guru
bidang studi disepakati
data,
jadwal pelaksanaan pengumpulan
baik yang berkenaan dengan wawancara maupun
pengumpulan data melalui angket.
4. Memperbanyak pedoman wawancara dan angket. Wawancara
dilakukan dengan Kepala Sekolah, dua orang wakil kepala
sekolah,
dan tiga orang guru, masing-masing guru senior,
menengah, dan yunior. Pengumpulan data melalui angket
dilakukan terhadap 14 orang yang mewakili guru-guru
bidang studi.
00
2. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada awal
bulan Januari 1992 sampai dengan awal bulan April 1992.
Proses pengumpulan data ini boleh dikatakan memakan waktu
yang cukup lama yaitu sekitar tiga bulan. Hal ini diperlukan
untuk memperoleh data yang lebih bermakna melalui wawancara
yang intensif dan mendalam di samping melakukan observasi
dalam situasi kegiatan sehari-hari. Di samping itu,
dipertirabangkan pula agar tidak terlalu mengganggu kegiatan
rutin di sekolah baik adrainistratif maupun akademik. Faktor
lainnya adalah menyesuaikan kegiatan pengumpulan data ini
dengan kesibukan para guru dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari. Dengan demikian, raaka tenggang waktu yang cukup
lama itu memberikan banyak peluang kepada para responden
untuk dapat memberikan informasi yang lebih akurat sehingga
betul-betul dapat menggambarkan data yang diperlukan dalara
penelitian ini.
Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian ini dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan kepala sekolah dan guru yang akan diwawancarai
dan menetapkan guru yang akan diberi angket.
2. Melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah, dua orang
wakil kepala sekolah, dan tiga
orang guru yaitu
masing-masing seorang guru senior (berpengalaman lama),
guru
menengah (berpengalaman sedang), dan guru yunior
(berpengalaman baru).
56
3. Menyebarkan angket
kepada guru-guru serta memberikan
petunjuk tentang cara pengisiannya.
4. Berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama para guru,
secara bertahap angket
kesempatan mereka.
sebanyak
14
dikurapulkan,
Jumlah angket yang
sesuai dengan
terisi adalah
buah.
Setelah melalui tahap verifikasi, ternyata semua
angket yang disebar memadai untuk diolah. Dalam pengolahan
data ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kualitatif terhadap hasil wawancara.
2. Melakukan analisis
kuantitatif terhadap data angket
dengan menghitung harga-harga statistik yang diperlukan.
Selajutnya, berdasarkan harga-harga statistik yang
diperoleh, dilakukan penafsiran terhadap data yang
terkumpul.
0 7
BAB
KESIMPULAN,
A.
DAN
V
REKOMENDASI
KESIMPULAN
Sesuai dengan masalah yang diteliti serta hasil dan
temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kepala Sekolah dalam peranannya sebagai supervisor
pendidikan di lingkungan kerjanya, telah melaksanakan
supervisi pengajaran terhadap para gurunya. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengawasi, memperbaiki, meningkatkan,
dan mengembangkan kegiatan guru dalam proses belajarmengajar di kelas. Dilihat dari perilaku kesupervisian
yang dilakukan dan cara melaksanakan supervisi,
nampaknya pendekatan yang dilakukan cenderung bersifat
kolaboratif. Dengan pendekatan ini upaya pengawasan,
perbaikan, peningkatan, dan pengembangan dilakukan secara
bersama-sama melalui.dialog dan diskusi antara kepala
sekolah dan guru yang bersangkutan. Para guru ikut serta
menganalisis perilaku mengajarnya dan membuat keputusan
sendiri dalam melakukan perbaikan dan pengembangan
kegiatan belajar-mengajar.
2.
Terdapat persesuaian persepsi antara Kepala Sekolah dan
guru terhadap pendekatan supervisi yang di laksanakan di
SMAN 2 Bandung. Hal ini berarti bahwa baik guru maupun
kepala sekolah mempunyai persepsi yang sama tentang
102
kegiatan supervisi
pengajaran yang
dilakukan.
Kesamaan
persepsi itu menunjukkan adanya kesinambungan antara
tindakan perilaku supervisi kepala sekolah dengan
perilaku guru dalam kegiatan pengajaran.
. Beberapa
variabel latar belakang guru yaitu tingkat
pendidikan, pengalaman, derajat komitmen, dan bidang
studi yang diajarkan ternyata mempunyai kaitan terhadap
pendekatan
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Dari segi tingkat pendidikan, guru yang memiliki tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, lebih mudah bekerja sama
dalam proses supervisi. Pendekatan direktif lebih banyak
dilakukan kepada guru yang berpendidikan rendah sedangkan
pendekatan kolaboratif dan non-direktif lebih efektif
pada guru yang berpendidikan lebih tinggi. Dari segi
pengalaman, guru yang baru atau yang belum banyak
pengalaman,
lebih banyak memerlukan supervisi direktif.
Sedangkan guru yang berpengalaman lebih lama
lebih
efektif dengan pendekatan kolaboratif dan bahkan non-
direktif. Dari segi derajat komitmennya, terhadap guru
yang derajat komitmennya rendah,
cenderung lebih efektif
menggunakan pendekatan direktif, sedangkan pendekatan
kolaboratif lebih efektif pada guru yang memiliki derajat
komitmen
sedang,
dan
pendekatan non-direktif
efektif kepada guru yang memiliki derajat
lebih
komitmen
tinggi. Selanjutnya, dari latar belakang bidang studi
yang diajarkan,
guru-guru kelompok eksakta lebih mudah
dibawa bekerja sama dan menggunakan pendekatan deduktif,
103
sedangkan guru-guru non-eksakta lebih memerlukan
pendekatan direktif dan induktif.
Namun . demikian, dalam prakteknya akan terjadi
kombinasi dari variabel latar belakang tersebut di atas,
sehingga pendekatan supervisi yang dapat diterapkanpun
dapat bervariasi. Untuk
memperoleh temuan lebih jelas
mengenai hal itu perlu dilakukan penelaah lebih lanjut.
4. Dengan kenyataan seperti tersebut di atas, maka supervisi
pengajaran yang bersifat kolaboratif mempunyai dampak
baik langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan
kreativitas
guru,
kepribadian, dan
kualitas
guru,
perkembangan
profesional guru. Dari tindakan
supervisi yang bersifat kolaboratif dan adanya kesesuaian
persepsi perilaku supervisi, maka para guru lebih kreatif
dalam
melakukan
pendekatan,
kegiatan
metode,
maupun
pengajaran
materi.
baik
dalam
Kreativitas
itu
sendiri dapat menunjang peningkatan kualitas guru
khususnya dalam kepribadian dan profesinya. Dalam situasi
yang kolaboratif, para guru lebih termotivasi untuk terus
menerus meningkatkan diri dan profesinya melalui berbagai
kesempatan.
5. Hal yang masih dirasakan sebagai kekurangan dal
kegiatan supervisi pengajaran adalah
am
kegiatan supervisi
yang lebih menekankan segi administratif dan kurang
menekankan segi teknis edukatif.
104
B.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini,
dapat diajukan beberapa rekomendasi baik yang sifatnya
konseptual, operasional, maupun penelitian lebih lanjut;
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepala SMA Negeri
2 Bandung telah melaksanakan supervisi pengajaran
terhadap para gurunya, meskipun pelaksanaannya belum
terprogram
secara
sistemik
dan
konseptual.
Hal
itu
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yang
menyangkut kompetensi Kepala Sekolah dan guru untuk lebih
memahami tentang supervisi pengajaran. Sehubungan dengan
itu sangat dirasakan perlunya dikembangkan kerangka
konseptual mengenai
mengembangkan.
supervisi
Dengan
pengajaran yang bersifat
supervisi
yang
bersifat
mengembangkan, para guru dibantu untuk mengembangkan
profesi dan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.
Konsep supervisi yang bersifat mengembangkan
hendaknya
disesuaikan dengan falsafah Pancasila dan budaya bangsa
Indonesia serta sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya,. para
Kepala
Sekolah
selaku
supervisor
pengajaran diharapkan memahami konsep supervisi yang
bersifat mengembangkan, serta mampu menerapkannya secara
efektif.
2. Dari penelitian ini diperoleh gambaran bahwa kegiatan
supervisi yang dilakukan kepala sekolah lebih banyak
bersifat administratif,
sedangkan yang
bersifat
teknis
profesional masih belum banyak dilakukan. Dalam upaya
105
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang
dilakukan oleh para guru, supervisi administratif saja
belum cukup banyak menunjang bagi pengembangan profesi
dan pribadi guru. Para guru perlu mendapat bantuan dalam
mengembangkan diri dan profesinya melalui supervisi yang
bersifat mengembangkan serta tidak hanya administratif
saja,
Dengan
akan tetapi
bantuan
supervisi
ini
teknis
diharapkan
operasional.
para
guru
mampu
mengembangkan kualitas dirinya sehingga mampu secara
kreatif mewujudkan kegiatan belajar-mengajar secara
efektif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan
hasil belajar sisw.a. Sehubungan dengan itu,
kepala
sekolah seyogianya memiliki kompetensi kesupervisian
secara profesional. Kompetensi ini diharapkan merupakan
pra-syarat
menjadi
kepala sekolah dan terus
menerus
dikembangkan dalam jabatannya.
3. Penelitian ini menyimpulkan adanya kesesuaian persepsi
antara kepala sekolah dengan guru dalam pendekatan dan
kegiatan supervisi yang dilakukan. Hal ini menunjukkan
adanya kesinambungan antara upaya yang dilakukan kepala
sekolah dengan penerimaan dari para guru. Dalam hal
pendekatan supervisi,
pendekatan kolaboratif nampaknya
lebih banyak dominan dibandingkan dengan pendekatan
lainnya yaitu direktif dan non-direktif.
Supervisi
kolaboratif perlu dikembangkan dalam keseluruhan kegiatan
supervisi pengajaran, mengingat pendekatan ini dirasakan
lebih efektif dalam pemecahan berbagai permasalahan yang
106
dihadapi guru dalam kegiatan pengajaran. Meskipun diakui
bahwa dalam satu sisi,
pendekatan direktif,
kepala sekolah menggunakan
dan di sisi lain menggunakan
pendekatan non-direktif, namun pendekatan kolaboratif
dapat menengahi kedua pendekatan lainnya. Penggunaan
pendekatan supervisi dipengaruhi oleh iklim kehidupan
sekolah dan
tipe
kekeluargaan
dan
merupakan
kolaboratif.
kepemimpinan
tipe
dasar
kepala
kepemimpinan
bagi
sekolah.
yang
ter1aksananya
Iklim
demokratis
pendekatan
Sehubungan dengan itu suasana kekeluargaan
dalam iklim sekolah dan sikap demokratis kepala sekolah
hendaknya lebih banyak dikembangkan agar pendekatan
kolaboratif dapat diwujudkan secara efektif.
4. Dari penelitian ini diperoleh gambaran adanya kaitan
antara
tingkat pendidikan guru, pengalaman guru, derajat
komitmen guru, dan latar belakang bidang studi dengan
keefektifan supervisi. Sehubungan dengan itu dalam upaya
mengefektifkan supervisi pengajaran, hendaknya selalu
diupayakan
agar
para
guru
secara
terus
menerus
meningkatkan pendidikan dan pengetahuannya. Sementara itu
para kepala sekolah hendaknya selalu mengisi pengalaman
para guru secara lebih konstruktif. Latar belakang bidang
studi yang diajarkan guru,
hendaknya dijadikan dasar
pertimbangan dalam membuat tindakan supervisi.
•guru
terhadap
tugas
profesionalnya
Komitmen
hendaknya
terus
dipupuk melalui berbagai pendekatan agar tindakan
. supervisi dapat lebih efektif.
107
5. Dalam upaya pelaksanaan supervisi pengajaran yang
bersifat mengembangkan, disarankan hal-hal sebagai
berikut:
a. Baik kepala sekolah maupun guru hendaknya memiliki
derajat komitmen yang tinggi
terhadap tugas
profesionalnya.
b. Kepala sekolah dan guru secara koperatif menyusun
program kerja yang akan dijadikan acuan dalam kegiatan
sehari-hari.
c. Forum komunikasi antara kepala sekolah seyogianya
dilaksanakan secara terprogram.
d. Sikap terbuka dan kekeluargaan pada kepala sekolah
hendaknya mendasari pola supervisi yang dilakukan, dan
demikian pula sikap terbuka dari guru hendaknya
mendasari kegiatan guru dalam pengajaran.
e. Kegiatan supervisi pengajaran, hendaknya tidak hanya
sebagai kegiatan administratif, akan tetapi hendaknya
dijadikan sebagai wahana pengembangan guru dan proses
belajar-mengajar dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
.6. Meskipun sampai batas tertentu penelitian ini telah mampu
mengungkapkan berbagai hal, namun disadari benar masih
banyak keterbatasan di dalamnya. Keterbatasan tersebut
antara lain yang menyangkut pendekatan, metode, teknik,
instrumen, sampel, dan analisis data. Karena keterbatasan
ini, maka diakui bahwa generalisasi yang ditarik dari
penelitian ini masih dalam lingkup keterbatasan tersebut.
108
Sehubungan dengan itu, penelitian ini masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut baik dari segi lingkup masalah,
pendekatan, metode, teknik.
instrumen, sampel,
dan
analisis.
7. Dari segi temuan penelitian ini, hal-hal yang dapat
direkomendasikan untuk diteliti lebih lanjut dengan
mengembangkan lingkup masalah,
pendekatan,
metode,
teknik, instrumen, dan analisis, adalah:
a. Keefektifan berbagai pendekatan supervisi pengajaran
untuk tipe-tipe guru berdasarkan tingkat pendidikan,
pengalaman, dan derajat komitmen.
b. Keefektifan
pendekatan
supervisi
pengajaran
berdasarkan karakteristik bidang studi tertentu.
c. Keefektifan pendekatan supervisi pengajaran dilihat
dari berbagai aspek latar belakang Kepala sekolah
(pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, bidang studi,
dsb.).
d. Dampak pendekatan supervisi pengajaran terhadap hasil
belajar siswa.
e. Penelitian masalah yang sama pada berbagai jenis dan
jenjang pendidikan.
109
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Sanusi;
(1990); Beberapa
Dimensi
Mutu
Pendidikan;
Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Beeby, C.E.; (1966); The Quality of Education in
Countries;
Cambridge,
Developing
Massachusetts;
Harvard
University Press.
Bordan,
Charles,
W.;
(1953);
Democratic Supervision in
Secondary School; Cambridge; Houghton Mifflin.
Castetter, William B.; (1981); Personnel Function in
Educational Administration; New York; MacMillan
Publishing Company Inc.
Dirawat,
dkk.;
Surabaya;
(1983);
Pengantar Kepemimpinan Pendidikan;
Penerbit Usaha Nasional.
Elsbree, Willard S. and Horald, J. McNally (1959);
Elementary School Administration and Supervision; New
York; American Book Company.
Engkoswara; (1986); Kecenderungan Kehidupan di Indonesia
Menjelang Tahun 2000 dan Implikasinya Terhadap Sistem
Pendidikan; Jakarta,
Itermedia.
; (1987); Dasar-dasar Administrasi
Jakarta;
Pendidikan;
P2LPTK Depdikbud.
Fakry Gaffar, M.; (1987); Perencanaan Pendidikan:
Metodologi; Jakarta; Depdikbud.
. (ed.);
Bandung;
Jurusan
(1991);
Administrasi
Administrasi
Teori dan
Pendidikan;
Pendidikan;
FIP
IKIP
Bandung.
Flippo, Edwin B.; (1984); Personel Management; New York, Mc.
Graw Hill
Book Co.
Glickman, Carl D.; (1981); Developmental Supervision:
Alternatif Practices for Helping Teachers Improve
Instruction; Alexandria, VA;
; (1990);
Developmental
ASCD.
Supervision
Approach;
2nd
of Instruction:
Ed.;
Boston,
Allyn
A
and
Bacon.
Good, Carter V.;
(1973); Dictionary of Education; New York;
McGraw-Hill Book Company.
Guba,
Egon G.; and Ivonna, S.
Lincoln;
(1981);
Effective
Evaluation; San Fransisco; Jossey-Bross Publishers.
Harris,
Ben
M.;
Supervisor Behavior in
(1985);
Englewood Cliffs,
Education;
Jersey; Prentice-Hall Inc.
Harris, Chester; (1959); Encyclopedia of Educational
Research; New York; McGraw-Hill Book Company Inc.
Jurnal Pendidikan No.l; Januari 1988.
Kurikulum SMA 1984; Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran dan
Pembinaan Guru; Jakarta; Depdikbud.
Lipham,
James M.; (1985); The Principalship: Concepts,
Competencies, and Cases; New York; Longmans.
Made
Pidarta;
Moch.
Pemikiran
(1986);
Pendidikan;
Surabaya,
Supervisi
Ichsan; (1991 ); Supervisi Instruksional di SMA (Studi
Deskriptif Analisis tentang Pelaksanaan Supervisi
Instruksional di SMAN se-Kodya Malang); Thesis,
Fakultas Pasca Sarjana;
Moleong, Lexy, J.; (1989);
Bandung;
Nasution,
IKIP Bandung.
Metodologi Penelitian Kualitatif;
Remaja Karya CV.
S; (1987); Metode Research
Bandung,
Oteng
Tentang
Sarana Press.
(Penelitian
Sutisna;
(1987); Dasar-dasar Teoretis
Pendidikan; Bandung, Angkasa.
Pengawasan
Melekat dalam Rangka Peningkatan
Disiplin
Ilmiah);
Penerbit Jemmars.
Nasional;
(1988);
untuk
Praktek
Efisiensi
Jakarta;
Kloang
dan
Klede
Jaya.
Pengawasan
Fungsional-Melekat
Kebijaksanaan
Mendikbud;
dan
Kaitannya
(1988);
Jakarta;
Dengan
Kloang
Klede Jaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1990
Tentang Pendidikan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor
Kependidikan.
Roe,
38
Tahun
1992
Tentang
Tenaga
H. William; dan Thelbert, L. Drake; (1980) ; The
Principalship; New York; MacMillan Publishing Co.Inc.
Siagian,
SP;
(1988);
Keputusan; Jakarta,
Teori
dan Praktek Pengambilan
Haji Masagung.
Supandi & Ahmad Sanusi; (1988); Kebijaksanaan dan Keputusan
Pendidikan; Bandung, Fakultas Pasca Sarjana IKIP
Bandung.
• i.
Surya, M.;
(1986);
Psikologi
Latihan Kepemimpinan
Bandung.
Kepemimpinan;
Mahasiswa
IAIN
Makalah dalaam
se-Indonesia
di
;(1990); Profesionalisasi dan Profesionalisme.
Tantangan Bagi Kepala Sekolah Dalam Sistem Pendidikan
Nasional; Makalah ceramah di hadapan para Kepala
Sekolah SLTP dan SLTA se-Kabupaten Cirebon dan
Kuningan tanggal 28 dan 29 September 1990.
TAP MPR RI; (1988), Jakarta, Restu Agung.
Tim
Penulis
Modul FISIP UT;
Jakarta,
Undang-undang
(1988);
Pengawasan
melekat;
Universitas Terbuka.
No. 2 Tahun 1989, Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Wiles,
Kimbal,
dan Lovell,
John.;
(1975);
Supervision for
Better Schools; New Jersey; Prentice-Hall; Inc.
j it