PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBAIXIGHAH MAJELIS ULAMA KELURAHAN SARIJADI KECAMATAN SUKASARI KOTAMADYA DT II BANDUNG: Tinjauan Analisis Dari Segi Sistem dan Manajemen Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Pelaksanaan Penataran Khatib dan Muballigh/Muballigha
PENATARAN KHATD3 DAN MUBALLIGH/MUBAIXIGHAH
MAJELIS ULAMA EELURAHAN SARIJADI
KECAMATAN SUKASARI KOTAMADYA DT H BANDUNG
Tinjauan Analisis Dari Segi Sistem dan Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
Terhadap Pelaksanaan Penataran Khatib dan Muballigh/Muballighah
Di Kelurahan Sarijadi
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk memenuhi sebagian syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Muhammad Kosim Sirodjuddin
Nomor Pokok: 8832023
RPROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDrKAN
BANDUNG
1994
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
TTM PEMBIMBING :
Prof. Dr. H. DJudJu Sudjana, M. Ed.
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSnTUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDIKAN
BANDUNO
1994
A
Menyadari
dikan
sia,
B
S
T
R
A
K
akan masalah rendahnya tingkat
umat dan kurangnya pemuka agama Islam di
maka pemerintah, masyarakat maupun
pendi
Indone
individu
yang
bersangkutan berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,
khusus-
nya untuk pemuka agama. Di antara upaya yang diselengga-
rakan
di
ialah penataran khatib dan
Kelurahan
Sarijadi
muballigh/muballighah
Kecamatan
Sukasari
Kotamadya
Bandung.
Sebagai salah satu jenis pendidikan luar sekolah,
penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah, tidak musta-
hil penyelenggaraannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
pendidikan luar sekolah,
dengan
sehingga hasilnya tidak sesuai
apa yang diharapkan. Atas dugaan
tersebut
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
:
"Apakah sistem dan manajemen penataran khatib dan mubal-
liqh/muballighah
sesuai
pendidikan
sekolah"
luar
dengan
?
sistem
Dari
dan
fokus
manajemen
penelitian
tersebut selanjutnya ingin diketahui bagaimana komponenkomponen, fungsi-fungsi manajemen, dampak, serta faktorfaktor pendorong dan
penghambat
penataran
muballigh/muballighah Majelis Ulama Kelurahan
khatib
dan
Sarijadi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analitik dengan
kualitatif,
yaitu
pendekatan
menuturkan dan menafsirkan data yang
v
ada,
kemudian
menganalisis
dan
menginterpretasi data
itu. Data digali dan dikumpulkan dengan teknik
ra,
observasi
dan dokumentasi. Untuk
wawanca
memperoleh
data
yang diperlukan kami mengadakan wawancara dengan peserta
penataran
dengan
yang
baik
lainnya
terdiri dari 3
dan 3 peserta yang kurang
diperoleh
Koordinator
peserta
dari Ketua MUI
yang
berhasil
berhasil.
Kelurahan
Data
Sarijadi,
Panitia Penyelenggara Penataran Khatib
dan
Muballigh/muballighah MU Kelurahan Sarijadi, Tokoh Ulama
Kelurahan Sarijadi, Lurah/Seretaris Kelurahan
Sarijadi,
dan beberapa Pimpinan DKM dari Kelurahan Sarijadi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
maka
merupakan kesimpulan penting, adalah sebagai berikut :
1. Terdapat ketidak sesuaian sistem penataran khatib dan
muballigh/muballighah
di
Kelurahan
Sarijadi dengan
sistem pendidikan luar sekolah. Panitia tidak
dentifikasi
panitia
kebutuhan
belajar
peserta,
mengi-
sehingga
tidak merumuskan tujuan belajar yang
sesuai
dengan kebutuhan belajar para petatar Becars rinci.
2. Peserta penataran yang terlalu banyak, tidak
diiden-
tifikasi karakteristik, pengalaman serta latar
bela-
kang pendidikanya sehingga panitia kesulitan penanganannya.
Penyelenggaraan
penataran
nampak
seperti
pengajian umum yang susah dikontrol. Penatar kesulit
an
mengembangkan
metode mengajar,
yang terlalu banyak itu tidak dibuat
pok
seperti
dikendaki
Suzane
apalagi
peserta
kelompok-kelom-
Kindervatter
proses empowering untuk menciptakan kemandirian
v 1
dalam
para
peserta ,
3. Penyelenggaraan penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah di Kelurahan Sarijadi sudah menerapkna fungsifungsi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah,
hanya
kualitasnya kurang sesuai dengan prinsip-prinsip PLS,
yaitu perencanaan kurang lengkap di mana tidak
kukan
identifikasi
peserta
dan
kebutuhan
dilabelajar
peserta, sehingga menyesatkan dalam merumuskan tujuan
materi belajar, mengembangkan metode pembelajaran dan
evaluasi keberhasilan penataran itu sendiri.
ganisasian
yang
peserta yang terlalu banyak tidak
memungkinkan
terselenggaranya
membelajarkan
yang
panitia
mampu memberi
sesuai
Pengor-
tidak
proses
sebaik-baiknya.
acuan
dengan tujuan yang ingin
diatur
belajar
Penggerakan,
kepada
dicapai.
penatar
Penilaian
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya menilai hasil
belajar
yang baku, sehingga tidak
perubahan
diketahui
kognisi, afeksi dan psikomotor
dari
adanya
para
peserta penataran.
4.
Manfaat
yang
psikologis
tanggung
dirasakan
antara
lain
bahwa
para tamatan penataran merasa lebih
jawab
tanggung-jawab
terhadap kemajuan
moral
untuk
selalu
secara
ber—
Islam,
mempunyai
taat
beragama,
lebih aktif dalam ikut mengelola pengajian anak-anak,
dan bertambah motivasi untuk menggali ilmu dan penge-
tahuan
untuk
tentang
Islam, baik untuk
kehidupan sehari-hari.
via.
berda'wah
maupun
DAFTAR
ISI
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
xi
DAFTAR ISI
>;v
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB II.
S\ S\
1
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penjelasan Istilah
Kegunaan Penelitian
l
9
10
11
12
13
21
PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBALLIGHAH
SEBAGAI SALAH SATU
JENIS
PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH
.
A.
Konsep
Pendidikan
Luar
24
Sekolah Dalam
Penataran Khatib dan Muballigh / Muballighah
1.
24
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
a.
b.
c.
d.
...
Pengertian
Pendidikan Luar Seko
lah
Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ..
Sasaran Pendidikan Luar Sekolah .
Karakteristik Pendidikan Luar Se
kolah
24
24
31
33
37
2. Penerapan Konsep Pendidikan Luar Se
kolah dalam Penataran Khatib dan Mu
bal ligh/Mubal 1ighah
42
a. Penataran Khatib dan
Muballigh /
Muballighah sebagai Satuan Pendi
dikan Luar Sekolah
b. Penataran Khatib dan
42
Muballigh /
Muballighah sebagai kegiatan Pro
ses Empowering
44
B. Konsep Sistem Dan Manajemen Pembelajar
an Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pena
taran Khatib dan Muballigh/Muballighah.
1.
Sistem Pembelajaran Pendidikan
Luar
Sekolah
a.
48
Komponen-komponen Sistem Pendidik
an Luar Sekolah
b.
48
Proses Pembelajaran dalam Penatar
an Khatib dan
Muballigh / Mubal-
1ighah
c.
48
57
Metode Pembelajaran
dalam
Pena
taran Khatib dan Muballigh/Muballighah
2.
64
Manajemen Pembelajaran dalam Penatar
an Khatib dan Mubal1igh/Muballighah.
69
C. Kerangka Pemikiran Yang Mendasari Pene
litian
76
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
82
A. Metode Peneltian
B. Subyek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Instrumen Peneltian
E. Pengumpulan Data
1. Studi Penj aj agan
F.
BAB IV.
82
83
84
87
87
87
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
88
Pengolahan Data
89
SISTEM DAN MANAJEMEN PENATARAN KHATIB
DAN
MUBALLIGH/MUBALLIGHAH DI KELURAHAN SARIJA
DI
93
A. Gambaran Daerah Kelurahan Sarijadi
...
93
.........
93
94
1. Letak dan Keadaan Daerah
2. Keadaan Penduduk
xvi
B. Gambaran
Pelaksanaan Penataran
Kha
tib dan Muballigh / Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi
97
1. Tujuan Penyelengaraan Penataran Kha
tib dan Muballigh / Muballighah
97
2. Sistem
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan Muballigh/Mubal1ighah di
Kelurahan Sarijadi
100
3. Manajemen Penyelenggaraan Penataran
Khatib dan Mubal1igh/Mubal1ighah di
Kelurahan Sarijadi
C. Factor faktor
Pendorong
115
dan Penghamat
Penerapan Sistem dan
Manajemen
an Luar Sekolah dalam Penataran
dan Muballigh/Muballighah di
Sarijadi
PendiKhatib
Kelurahan
1. Faktor—faktor Pendorong
2. Faktor-faktor Penghambat
BAB
V. DISKUSI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Diskusi
B. Kesimpulan
128
128
132
136
136
150
1. Kesimpulan
2. Beberapa Temuan Penelitian
C. Rekomendasi
151
157
160
1. Rekomendasi Bagi Penqelola Penataran
Khatib dan Muballigh
2. Rekomendasi Bagi
Penelitian
Selan
jutnya
160
163
DAFTAR PUSTAKA
166
LAMPIRAN
172
xvi 1
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel
1.
Keadaan Penduduk dan Pekerjaannya di
Kelurahan Sarijadi,
Tabel
2.
Keadaan Pendidikan Penduduk
rahan
Tabel
3.
Akhir tahun 1993
Sarijadi,
Tahun
di
94
Kelu
1993
95
Keadaan Penduduk, Masjid Jami,
Kha
tib dan Muballigh/Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi
Tabel
4.
Tahun
1993
99
Materi Penataran dan Penatarnya Pada
Penataran Khatib dan Muballigh / Muballighah di Kelurahan Sarijadi, Ta
hun
Tabel
5.
1993
102
Keadaan Lulusan Penataran
Muballigh/Muballighah
Sarijadi,
Tabel
6.
di
Kelurahan
Tahun 1993
112
Keadaan Peserta Penataran
Muballigh/Muballighah
Sarijadi,
Khatib dan
Tahun 1993
XVI11
di
Khatib dan
Kelurahan
121
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar
1
2.
Hubungan Fungsional Antara Komponen
Komponen Pendidikan Luar Sekolas ..
Rangkaian Fungsi
an
71
Menurut Konsep
Gambar
Pendi-
Luar Sekolah
Model
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan
Muballigh / Muballighah
Gambar
Gambar
Manajemen
54
4.
5.
PLS
78
Model
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan
Muballigh / Muballighah
di Kelurahan Sarijadi, Tahun 1993.
Struktur Organisasi Panitia
Ill
Penye
lenggara Penataran
Khatib dan Muballigh / Muballighah MU
Kelurahan
Sarijadi Tahun
1993
x 1 x
120
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Permohonan izin Penelitian
172
Lampiran
2. Ijin Penelitian dari
Kantor Sosial
Politik Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat 11 Bandung
173
Lampiran
3. Ijin Penelitian dari Kantor Camat
Sukasari Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung
174
Lampiran
4. Surat Keterangan Lurah Sarijadi ....
Lampiran
5. Proposal / Rencana Kerja
garaan Penataran
Khatib
Penyeleng
dan Mubal-
ligh/Muballighah MU Kelurahan
Sari
jadi Kec. Sukasari, Kodya Bandung ..
Lampiran
176
6. Susunan Panitia Penyelenggara Khatib
dan Muballigh/Muballighah MUI
rahan sarijadi, Tahun 1993
Kelu
181
Lampiran
7. Pedoman Wawancara
Lampiran
8. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ke
tua MUI
Lampiran
175
183
Kelurahan Sarijadi
216
9. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ko
ordinator Panitia Penyelenggara Pe
nataran Khatib dar.
Mubal 1igh/Muballighah Kelurahan Sarijadi
223
Lampiran 10. Transkrip Hasil Wawancara dengan Tokoh Ulama Kelurahan Sarijadi
229
Lampiran 11. Transkrip Hasil Wawancara dengan Peserta/Lulusan Penataran Khatib
dan
Muballigh/Muballighah Kelurahan
rijadi
Sa
Lampiran 12. Transkrip
Pengurus
hasil
DKM
di
Wawancara
232
dengan
Wilayah Kelurahan
Sarijadi
237
Lampiran 13. Daftar Penilaian Praktikum Penataran
Khatib dan Muballigh/Muballighah Ke
lurahan sarijadi
239
Lampiran 14. Peta Situasi Kelurahan Sarijadi
...
240
Lampiran 15. Peta Wilayah Kecamatan Sukasari Kota
madya Bandung
Lampiran 16. Peta Wilayah Kotamadya Bandung
x x 1
241
....
242
•::-C>
BAB
I
PENDAHULUAN
A- Latar Belakang Masalah
Hakekat
dalam
GBHN 1993, adalah pembangunan
seutuhnya
dan
seluruhnya.
mencapai
Pembangunan
dan
manusia
masyarakat
nasional
Indonesia
Indonesia
diarahkan
kesejahteraan
untuk
lahir
batin,
terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan ra
keadilan
pendapat
Dengan
pembangnuan
kemajuan
termasuk
sa
pembangunan nasional, seperti terkandung
serta
yang
terjadinya
bertanggung
demikian
kebebasan
jawab
mengeluarkan
bagi seluruh rakyat..
pembangunan yang sudah memasuki PJP II
ini tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah saja, tetapi
merupakan
usaha
perubahan yang
menekankan pada upaya
mencari keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia
dan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan
dipisahkan
pembangunan itu sendiri tidak dapat
dari faktor pendukungnya,
sebagai sumber daya pelaksananya.
terutama
manusia
Oleh karena itu dite-
gaskan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (Bintoro
Tjokro-
amdjojo, 1986 : 1), bahwa "pembangunan itu harus dilihat
secara
dinamis
dan bukan dilihat sebagai
konsep
yang
statis".
Dengan demikian dalam pembangunan ini
bahwa kedudukan,
sumber
daya
fungsi dan
peranserta manusia sebagai
utama dan kunci
masyarakat.
diakui
keberhasilan
pembangunan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Menteri
Penerangan RI (Harmoko, 1986 : 83), bahwa : "Berhasilnya
pembangunan masyarakat kita tergantung kepada peranserta
(partisipasi
aktif) seluruh rakyat, dan
disiplin
para
penyelenggaranya".
Asumsi
yang
berkembang
dalam
melaksanakan
pembangunan adalah bahwa yang penting bukan sekedar ter-
capainya
pembangunan, tetapi lebih
sasaran
dari
itu, yakni bagaimana proses untuk mencapai sasaran
bangunan
itu
menjadi
diupayakan.
Dengan
demikian
sadar mengapa perlu membangun,
merasakan
bahwa
pembangunan
pem
masyarakat
selanjutnya
adalah
pada
bagian
ia
dari
kehidupannya, miliknya dan menjadi kewajiban serta tanggung jawabnya pula.
Peranserta
masyarakat
dalam
pembangunan
merupakan kunci keberhasilan, terutama apabila
dukungan dari para pemuka masyarakat.
Hal
ini
mendapat
tersebut di-
kemukakan oleh Muhtadi (1979 : 43), bahwa "pemuka masya
rakat
mempunyai
masyarakatnya,
sebagai
bahwa
pengaruh
oleh
yang
terhadap .. warga
besar
karena itu perlu
diikut
kader". Lebih lanjut dikemukakan
"sesuatu
program
pembangunan
sertakan
oleh
dari
Muhtadi
pemerintah
kadang-kadang dapat gagal karena tidak
secara
memperansertakan
aktif para pemuka masyarakat". Hal
yang
senada
dikemukakan pula oleh Rahayu Hanafiah (1976 : 1), bahwa:
"... pembangunan
jika
mendapat
berjalan
lancar
dukungan dari
dan
para
berhasil
pemuka
baik
masyarakat
setempat, termasuk para pimpinan agamanya".
Pemuka masyarakat di dalam masyrakat Muslim ada
lah
"ulama",
yang termasuk di dalamnya khatib dan
muballigh/muballighah. Ulama yaitu orang-orang yang ahli
melaksanakan
tugas
menyebarkan dan
mengamalkan
agama
Islam (Badri Sanusi, 1987 : 1).
Ulama
sial
dalam
merupakan sumber daya manusia yang
pembangunan masyarakat.
kultur diakui,
kat. Karena
sebagai
itu
kunci
berperan
disegani
Para ulama secara
dan dijadikan panutan masyara
para ulama sangat strategis
pembangunan masyarakat.
sebagai
poten-
khatib,
dijadikan
Para ulama yang
muballigh / muballighah atau
da'i, diharapkan dapat menunjang pembangunan masyarakat,
baik
yang
tumbuh
dari
masyarakat
itu sendiri maupun
berupa program yang disodorkan pemerintah.
Sebagai pemuka masyarakat, para ulama akan lebih
berhasil
dalam
membawa
diharapkan, sebagaimana
ummatnya
dikemukakan
kepada
tujuan
oleh
yang
Badri Sanusi
(1987 : 1), ialah jika ulama itu memiliki :
(a)
yati
ilmu pengetahuan Islam yang luas dan
kebijaksanaannya, (b) kemampuan
mengha-
menerjemahkan
nilai-nilai
masyarakat,
dan norma-norma agama dalam
(c) kemampuan menerjemahkan
kehidupan
gagasan
pembangunan sebagai realisasi Pancasila, kedalam ba-
hasa yang dipahami oleh ummat Islam, (d) kemampuan
berperanserta secara aktif dalam usaha pembangunan
bangsa
sebagai pelaksana firman Allah SWT dalam
Al
Quran dan realisasi Pancasila, (e) kemampuan membe
rikan pendapat, saran-saran dan petunjuk terhadap
ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya
pembangunan nasional.
Lain halnya dengan kenyataan di masyarakat, bahwa
penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
rata berpendidikan rendah.
masyarakat
ini
pendidikan
adalah
sekolah
rata-
Rendahnya tingkat pendidikan
sebagai
maupun
produk lembaga-lembaga
pendidikan
luar sekolah,
termasuk lembaga pendidikan keagamaan. Rendahnya tingkat
pendidikan ini akan membawa pengaruh
terhadap
susnya
kehidupan
dalam
dilontarkan
bermasyarakat
pembangunan
oleh
yang
dan
nasional.
para ahli. Seperti
kurang
baik
bernegara, khuHal
itu
banyak
dikemukakan
oleh
BAKOR Jawa Barat (1979), bahwa :
Dalam
mat
kehidupan di masyarakat, sebagian
Islam di Indonesia
besar
belum benar—benar
um
memahami
ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh isolasi ajaran
Islam
dalam berbagai aspek kehidupan.
Islam
masih
terpecah-pecah kedalam golongan-golongan, yang menyebabkan orang Islam
mengikuti ideologi bukan
Islam, tidak senang kepada perkembangan Islam, dan
takut
akan perubahan serta
gerak
pembangunan
masyarakat.
Alamsyah Ratu Prawiranegara (1986 : 42-43),
juga
mengemukakan hal yang senada, yaitu :
Dewasa ini Islam berada dalam keadaan
kemunduran,
kebodohan,
serta keterbelakangan. Faham-faham
thil seperti : bid'ah dan kurafat menyelimuti
ba-
ummat
Islam. Ummat Islam sebagian besar kurang mengetahui
tuntunan agama
yang
sesungguhnya.
Kekurangan
konsepsi metode dalam berbagai bidang seperti politik, sosial ekonomi, pendidikan dan teknologi.
Yang
menyakitkan lagi seperti ditulis
Emmerson dengan nada "tendensius" ketika
Islam
di
Indonesia dewasa ini, bahwa
Indonesia hanyalah
ritas
minoritas yang
Donald K.
memperkenalkan
ummat
aktif
Islam
dalam
bilangan pada masyarakat yang majemuk
di
mayo-
di
bawah
pemerintah yang otoriter yang sedang melakukan pembangu
nan sekuler.
Tulisnya :
"In Indonesia,
active minority - within a numerical
a pluralistic
engaged
in
1992 : 41).
adalah
gian
Islam,
Islam
mayority -
is an
inside
society under an authoritarian government
secular development". (M. Amin
Rais,
Emmerson melihat ummat Islam di
ed.,
Indonesia
mayoritas penduduk yang sangat heterogin.
besar
dari
yang
mereka
tidak
tahu
apa-apa
Seba
tentang
dikategorikan Clifford Geertz (1989
:
1)
sebagai abangan dan priyayi.
Rendahnya
hanya
awam
tingkat pendidikan ummat
dirasakan oleh anggota masyarakat
saja,
Islam
tidak
sebagai
orang
tetapi juga nampaknya melanda
para
agama itu sendiri, baik mutu maupun jumlahnya.
terungkap
dalam
beberapa
penelitian
yang
dengan kondisi para ulama di Indonesia.
pemuka
Hal
ini
berkaitan
Hasil
peneli
tian tersebut di antaranya dari Yayasan Pesantren Perta-
nian
Darul
Falah Bogor (1985 ; 8),
yang
mengemukakan
bahwa
:
ini ummat Islam di
Dewasa
pedesaan
benar—benar
kekurangan "imam" yang mampu membimbing rokhani dan
pemecahan masalah kehidupan, baik kehidupan pribadi
maupun kehidupan bersama dalam melaksanakan programprogram pembangunan masyarakat, baik yang datang
dari pemerintah maupun yang berasal dari masyarakat
setempat.
Demikian juga hasil penelitian Pusat Latihan
nelitian
dan
Pengembangan
yang mengemukakan
Dewasa
ini
bahwa
Masyarakat
(PLP2M,
Pe
1983)
:
terjadi
krisis
tenaga
ulama
Islam
kualitas iman yang tinggi, intelektualitas yang
tinggi, dan keterampilan yang mendasar, sehingga
mampu sebagai kader pembangunan masyarakat.
Ulama
yang memiliki ilmu pengetahuan dari
pesantren,
setelah kembali ketempat asalnya, mereka tidak mau
dan
tidak
mampu
menjadi
kader—kader
pembangunan
masyarakat.
Senada dengan kedua hasil penelitian tersebut
atas,
Alamsyah Ratu Prawiranegara,
kelemahan
para
ulama
di
negeri
melihat
kita.
di
kelemahan-
la
mengemu
kakan (1986 : 50), bahwa :
Para pemuka agama (ulama) di masyarakat kita
de
wasa ini kurang lincah di dalam membaca sitiuasi,
sehingga kurang mampu mengambil inisiatif dan kurang
berpikir secara strategis, sehingga kurang mampu
membawa umat sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Berdasarkan
temuan-temuan
di
atas,
rendahnya tingkat pendidikan dan sedikitnya para
yaitu
pemuka
agama, padahal mereka merupakan sumber daya manusia
po-
tensial dan strategis dalam pembangunan ummat. Menyadari
akan
keadaan
tersebut
maka
pemerintah,
masyarakat
maupun
individu yang bersangkutan, yang kesemuanya ber
tanggung
jawab
terhadap
pendidikan,
meningkatkan
dan
sumber
manusia tersebut.
makin
daya
mengembangkan
berupaya
untuk
kualitas dan kuantitas
Dapat
dijelaskan bahwa
tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin
mudah
menerima gagasan baru, serta makin terbuka terhadap ber-
bagai
perubahan
yang diperlukan
demi
masa
depannya.
Dalam hal ini David Krech (1962 : 79) menyatakan bahwa :
"Semakin
tinggi
berkembang
tingkat
kognisinya
pendidikan seseorang, semakin
dan
semakin
sadar
terhadap
situasi sekitarnya".
Pengembangan sumber daya manusia ditujukan
meningkatkan kualitas
manusia
untuk
sehingga memiliki kemam
puan yang tinggi dalam melahirkan aktivitas yang kreatif
dan produktif.
Pengembangan sumber daya manusia banyak
dibebankan kepada
nasional
usaha
pendidikan,
di Indonesia, berfungsi
karena pendidikan
untuk
"mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia
nasional"
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
(UUSPN
No. 2 Tahun 1989;
pendidikan nasional itu sendiri
pasal
3).
tujuan
Tujuan
(UUSPN No. 2 Tahun 1989
pasal 4), adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang : (a) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa; (b) berbudi pekerti luhur; (c) memiliki pengetahuan
8
dan
keterampilan; (d) sehat jasmani dan rohaninya;
(e)
berkepribadian yang mantap dan mandiri; dan (f) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional
ter
sebut dilakukan melalui dua bentuk penyelenggaraan
pen
didikan,
yaitu pendidikan sekolah dan
luar
sekolah.
Pendidikan sekolah mengutamakan penguasaan ke
mampuan
pendidikan
umum yang transferable melalui proses
mempela-
jari konsep-konsep yang esensial dari bidang studi. Isi,
bahkan kajian ditata melalui pengembangan kurikulum yang
agak kaku sehingga siswa cenderung memperoleh hasil bel
ajar sebagaimana ditetapkan di dalamnya.
an
Penyelenggara
pendidikan luar sekolah tidak sekaku dan
pendidikan sekolah.
seterbatas
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Bab IV pasal
5 ayat (1) dinyatakan bahwa : "Penyelenggaraan pendidik
an
luar sekolah dapat terdiri atas
kelompok
atau
pemerintah,
perorangan yang bertanggung
badan,
jawab
atas
pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan".
Penyelenggaraan
berupaya
agamaan
pendidikan
luar
sekolah
yang
untuk melayani kebutuhan belajar dibidang
(Agama
Islam) sudah banyak
dilakukan.
ke-
Upaya-
upaya tersebut diantaranya adalah pendidikan pondok
pe-
santren, pesntren kilat, kursus, lokakarya, seminar
dan
9
penataran.
Penelitian ini akan mencoba menganalisis penatar
an
khatib dan muballigh/muballighah sebagai salah
jenis
pendidikan
luar sekolah.
Penataran
satu
khatib
dan
muballigh/muballighah, dilihat dari materi yang ditatarkannya
yaitu
termasuk
penataran
jenis pendidikan luar sekolah,
Peraturan
1991,
mengenai agama, maka
Pemerintah
tersebut
sesuai
Republik Indonesia No.
dengan
73
tentang Pendidikan Luar Sekolah. Dalam
tahun
Bab
III,
pasal 3 (1) PP No. 73 dikemukakan bahwa : "Jenis
pendi
dikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum,
pendi
dikan
keagamaan, pendidikan jabatan
kedinasan
dan pendidikan kejuruan".
kerja,
pendidikan
Selanjutnya
dalam
ayat 3 dikemukakan, bahwa : "Pendidikan keagamaan *merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar
dapat
khusus
menjalankan
peranan
yang
menuntut
bal lighah adalah jenis pendidikan
B-
penguasaan
tentang ajaran agama yang bersangkutan".
demikian jelas bahwa penataran khatib dan
untuk
Dengan
mubal1igh/mu
luar sekolah.
Identifikasi Masalah
Dengan
bermuculannya upaya-upaya peningkatan dan
pengadaan kader-kader pembangunan, khusunya untuk pemuka
pemuka
agama (ulama) sebagai sumber daya
potensial, seperti
penataran,
kursus
manusia
dan
yang
sebagainya,
10
tidak
mustahil
penyelenggaraannya
tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah pendidikan, sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penataran khatib dan muballigh/muballighah adalah
merupakan
salah
Oleh karena itu
kaidah-kaidah
satu
jenis
pendidikan
penyelenggaraannya
luar sekolah.
harus sesuai dengan
pendidikan luar sekolah, baik sistem mau
pun manajemennya.
Atas
dasar dugaan-dugaan tersebut di atas,
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
"Apakah
sistem
dan
manajemen
penataran
:
khatib dan
mubal1igh/muballighah sesuai dengan sistem dan manajemen
pendidikan
C
luar sekolah" ?
Pembatasan Masalah
Mengingat
cakupan masalah penataran
khatib
dan
muballigh / muballighah ini cukup banyak dan cukup luas,
maka untuk mendapatkan data penelitian yang lengkap
mendalam,
penulis
sesuai
merasa
dengan
perlu
karakteristik
dan
penelitian ini
untuk membatasi masalah.
Adapun
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :
1. Penyelenggaraan
penataran khatib dan muballigh/mu
bal lighah Majelis Ulama Indonesia Kelurahan
Kecamatan Sukasari Kotamadya DT 11 Bandung.
Sarijadi
11
2. Penelitian difokuskan pada
segi
sistem
pendidikan
komponen-komponen
tinjauan
analisis
dari
luar sekolah, yang mencakup
: masukan mentah, masukan
sarana,
masukan lingkungan, proses, lingkungan lain,
keluar-
an, dan dampak/pengaruh dari penataran tersebut.
3. Penelitian ini difokuskan juga pada tinjauan analisis
dari- segi
manajemen pendidikan luar
sekolah,
mencakup : perencanaan, pengorganisasian,
yang
penggerak-
an, pembinaan, penilaian dan pengembangan dari
taran
D.
pena
tersebut.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas
dan
hasil
penjajagan di lapangan, maka fokus penelitian ini
dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah komponen-komponen
muballigh / muballighah
penataran
Majelis
Ulama
khatib dan
Kelurahan
Sarijadi ?
2. Sejauh
manakah
kesesuaian
fungsi
manajemen pena
taran khatib dan muballigh/muballighah dengan
fungsi
manajemen pendidikan luar sekolah ?
3. Bagaimanakah hasil
penataran
khatib dan muballigh/
muballighah terhadap para peserta ?
4. Faktor-faktor
apakah
yang
menjadi pendorong
penghambat penerapan sistem dan manajemen
dan
pendidikan
luar sekolah dalam penataran
muballighah
Majelis
khatib
Ulama
dan
muballigh/
Indonesia
Kelurahan
Sarijadi ?
E.
Tujuan Penelitian.
Penelitian
gambaran
ini
bertujuan
untuk
mengungkapkan
pelaksanaan penataran khatib dan muballigh/mu-
ballighah ditinjau dari segi sistem dan manajemen pendi
dikan
luar sekolah, dalam upaya
meningkatkan
kualitas
dan kuantitas khatib dan muballigh / muballighah Majelis
Ulama Indonesia Kelurahan sarijadi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapat gambaran tentang
nen-komponen
muballighah
proses pelaksanaan kompo
penataran
khatib
dan
muballigh
Majelis Ulama Indonesia kelurahan
/
Sari
jadi dilaksanakan.
2. Mendapat gambaran tentang keseuaian komponen-komponen
sistem penataran khatib dan
muballigh / muballighah
dengan komponen-komponen sistem pendidikan luar seko
lah.
3. Mendapat
gambaran
komponen
tentang
manajemen
muballigh/muballighah
nen
pendidikan
4. Mengungkapkan
kesesuaian fungsi-fungsi
penataran
dengan
khatib
fungsi-fungsi
dan
kompo
luar sekolah.
dampak
dari penataran
setelah
para
13
peserta
penataran
khatib
dan muballigh/muballighah
selesai mengikuti penataran, dan terjun ke masyarakat
5. Mengungkapkan data yang menjadi faktor-faktor
rong
dan faktor-faktor penghambat
dan
manajemen
pelaksanaan
pendidikan
penataran
khatib
pendo
penerapan
sistem
sekolah
dalam
luar
dan
muballigh/mubal-
lighah Majelis Ulama Indonesia kelurahan Sarijadi. '
6. Memperoleh
penataran
lainnya,
asumsi-asumsi
baru tentang
pelaksanaan
dan satuan-satuan pendidikan luar
sehingga
merupakan
masukan
sekolah
bagi
penyem-
purnaan dan kelengkapan Pendidikan Luar Sekolah.
F. Penjelasan Istilah
Untuk
menghidari
terjadi
kesalahpahaman
dan
perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa
isti
lah yang berkenaan dengan judul dan fokus masalah
pene
litian
ini.
!• Penataran adalah
salah
satu
bentuk
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah diberikan kepada
sekelompok orang dewasa, dengan tujuan untuk
mening
katkan
dan menambah pengetahuan dan keterampilan
bidang
yang
mereka
tekuni.
Penataran
khatib
di
dan
muballigh/muballighah, dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan,
pengetahuan
dan
keterampilan
melaksa-
14
nakan
tugas
sebagai
khatib
dan/atau
muballigh/
muballighah. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun
Bab
III
Pasal 3 menyatakan bahwa
jenis
1991,
pendidikan
IM3H sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
keagamaan,
pendidikan
kedinasan,
No.
73
atib
dan pendidikan kejuruan.
Berdasarkan
misinya
khatib/muballigh, maka jelas bahwa
dan
muballig/muballighah itu
kegiatan
Khatib
sehari-harinya
khususnya
lasan.
jabatan
penataran
merupakan
jenis
yaitu pemuka agama yang
memberikan khutbah kepada
pada saat shalat Jumat dan shalat
Muballigh / muballighah
ballagha
yaitu
muballigh/muballiahah. adalah para pemuka
agama (ulama) Islam.
led.
PP
luar sekolah.
2- Khatib dan
jamaah,
pendidikan
keagamaan dan misinya untuk mengisi
pendidikan
berasal
dari
kata
yang berarti memberi penerangan atau penje-
Muballigh/muballighah yaitu pemuka agama yang
kegiatan
tentang
baik
kerja,
tersebut, baik isinya maupun
tentang
tenaga
jabatan
rutinnya
hal-hal
memberikan
yang
penerangan/penjelasan
berkaitan dengan agama Islam,
yang berhubungan dengan peribadatan maupun yang
berhubungan
dengan
kehidupan
sosial
ekonomi
dan
budaya.
3- Majelis
suatu
Ulama
atau Majelis Ulama Indonesia.
majelis atau tempat para ulama
adalah
berhimpun
dan
15
bertukar
pikiran, menyusun dan menemukan
yang baik
sesuai
ide-idenya
dalam rangka membina dan membimbing ummat,
dengan fungsi ulama. Para ulama, baik
secara
perorangan maupun secara bersama-sama mempunyai tugas
utama
untuk
kemudian
serta
melakukan
memberikan
membimbing
ajaran
"tafaqquh
peringatan
ummat
untuk
fid
kepada
din",
masyarakat,
mengamalkan
ajaran-
agama dan menerapkan nilai-nilai agama
kehidupan
Basri,
bermasyarakat
dan
beragama
dan
dalam
(K.H. Hasan
1984 : 8 dan 10).
Majelis
ulama
Ulama
yang
dimaksudkan
sebagai suatu organisasi
menghimpun para
khatib
dan
muballigh/
muballighah, yang sedang mengadakan kegiatan
penata
ran bagi sebagian anggotanya.
4- Sistem Pendidikan Luar Sekolah. yaitu suatu
gagasan
yang
atau prinsip-prinsip yang saling
terjadi
sekolah.
antara
pada suatu
kegiatan
Sebagaimana paradigma
komponen-komponen
bertauatan
pendidikan
hubungan
pendidikan
himpunan
luar
luar
fungsional
sekolah
(D.Sudjana, 1991 ; 32), yaitu meliputi :
a- Masukan
sarana,
fasilitas
atau
belajar
kelompok
seperti
meliputi keseluruhan sumber
:
yang
memungkinkan
dapat melakukan kegiatan
tujuan
program
penataran,
dan
seseorang
belajar,
program
penataran, penatar atau sumber belajar, fasilitas.
16
panitia
penyelenggara penataran,
media
belajar,
biaya, dan sebagainya.
b- Masukan.
mentah,
yaitu
petatar
penataran
dengan
ciri-ciri
yang berhubungan dengan faktor internal
maupun
Yang
yang
segala
atau peserta
karakteristiknya,
baik
berhubungan dangan faktor eksternal.
behubungan dengan faktor internal, seperti :
pengetahuan
keagamaan,
Quran, pengalaman
kemampuan
dalam bidang
membaca
Al-
kekhatiban
atau
kemuballighan, minatnya untuk mengikuti penataran,
kebutuhan belajar, dan sebagainya.
Sedangkan ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor
faktor
eksternal meliputi status ekonomi,
sosial,
keadaan pendidikan, sarana
status
belajar
yang
dimilikinya, dan kebiasaan belajar.
c- Masukan lingkungan. yaitu faktor-faktor
nunjang
terlaksananya
kegiatan
yang
penataran
medan
terlaksananya mengikuti penataran. Komponen masuk
an lingkungan
lingkungan
ini
sosial,
penyelenggaraan
meliputi
lingkungan keluarga,
lingkungan
penataran, waktu
kerja,
tempat
penyelenggaraan
penataran, tempat tinggal peserta, tempat
penatar,'
dukungan
tokoh
masyarakat,
tinggal
dukungan
pemerintah setempat, dan sebagainya.
d> Proses, yaitu
proses belajar membelajarkan
dalam
17
kegiatan
penataran.
penataran
Dalam penelitian ini
diungkapkan bagaimana penatar
proses
membela
jarkan peserta, termasuk penggunaan metoda, teknik
pendekatan,
strategi, penggunaan sumber
penggunaan
media,
pemaanfaatan
belajar,
lingkungan,
dan
sebagainya.
e- Keluaran,
baik
yaitu
yang dihasilkan dari penataran,
kualitasnya
kuantitas
yang
maupun
kuantitasnya.
dapat ditelusuri
dari
Secara
dokumen-dokumen
ada. Sedangkan yang menyangkut kualitas
lu-
lusan, selain hasil evaluasi panitia, akan terungkap
dari
penampilan dan penguasaan
materi,
dan
perubahan-perubahan lain dalam kehidupan bermasyarakat dan
beragama.
f- Masukan lain, yaitu daya dukung lain yang
kinkan
para
penataran
ini
peserta
penataran
dapat menggunakan
apakah
masyarakat
menerima
dan
lulusan
penataran
memberi
lulusan
kemampuannya.
atau
jamaah
kesempatan
untuk
dan
memung-
memberi
Untuk
atau
DKM
kepada
para
ceramah
atau
tabligh keagamaan atau menjadi khatib di masjid.
9- Impact (pengaruh).
sertanya
dalam
muballighah
beragama,
yaitu
pengaruh
penataran khatib
dalam
kehidupan
seperti : adanya
dari ikut
dan
muballigh/
bermasyarakat
perobahan
dan
penampilan
18
dan
prilaku,
perubahan
pengetahuan,
perubahan
sikap, perubahan keterampilan, kepercayaan
rakat
kepadanya,
peransertanya
dalam
masya
kehidupan
bermasyarakat dan beragama, dan sebagainya.
kegiatan
da'wah
atau
kemuballighan,
aktif
orang
lain, dapat mengajak orang lain ke
aktivitas ia dalam
dalam
apakah
lebih
ta'lim,
berperanserta
Dalam
ia
membelajarkan
organisasi
majelis
keagamaan
seperti DKM, MUI, MDI, ICMI, dan sebagainya.
5- Analisis
dari
segi
Sistem Pendidikan Luar Sekolah
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan
penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah
secara
mendalam
dari
segi
komponen-komponen
sistem
pendidikan
luar sekolah.
6« Analisis dari segi Manajemen pendidikan Luar sekolah.
dimaksudkan
terhadap
dalam
penelitian
ini
adalah
kegiatan penataran dari segi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah.
tinjauan
fungsi-fungsi
Fungsi-fungsi
manajemen PLS ini meliputi : perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan,
pembinaan,
penilaian
dan
pengembangan.
a- Perencanaan. menyangkut perencanaan penataran yang
meliputi
penataran,
: perumusan
tujuan
diselenggarakannya
rencana kegiatan penataran, dan
rang-
19
kaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
b" Pengorganisasian, yaitu mengidentifikasi dan mema-
dukan sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan
penataran.
Dalam pengorganisasian ini meliputi
menginfentarisasi
kegiatan
atau
siapa
panitia
personal
penataran,
:
pelaksana
siapa peserta
yang akan diikutsertakan dalam penataran (termasuk
persyaratannya),
alat-alat
fasilitas apa
yang
diperlukan,
apa yang diperlukan, berapa biaya
diperlukan,
dari
mana
biaya
diperoleh,
yang
dengan
siapa perlu kerjasama, siapa yang perlu dihubungi,
dan sebagainya.
c
Penqqerakan, yaitu upaya untuk mewujudkan
terlak-
sanananya
peserta
dan
penataran mulai dari
sumber
panitia,
belajar (penatar). Untuk komponen ini
menyangkut fungsi komunikasi antar semua yang terlibat,
sama
kepemimpinan panitia dan mewujudkan
antar
seluruh
komponen
panitia,
kerja
peserta,
penatar, MUI, DKM dan pemerintah setempat.
d. Pembinaan,
menyangkut
monitoring
terhadap
komponen
ini
melaksanakan
pembinaan,
ditempuh.
pengawasan, supervisi
pelaksanaan
ingin
penataran. Dari
diketahui
pembinaan, adakah yang
dan
bagaimana
cara
dan
siapa
yang
melaksanakan
pembinaan
yang
20
e- Penilaian,
dan
meliputi keseluruhan fungsi
seluruh komponen,
manajemen
proses, hasil dan pengaruh
kegiatan penataran. Dalam penelitian ini
diungkap
tentang berfungsi atau tidaknya komponen penilaian
dalam penataran yang bersangkutan.
f- Pengembangan. yaitu merupakan pelaksanaan
kegiatan serupa (penataran) melalui
fungsi-fungsi
manajemen
pendidikan luar sekolah. Dalam
tian
ingin
ini
maksud
untuk
diungkapkan
tingkat
atau
pengembangan penataran
muballigh/muballighah
di
ada
yang
kembali
peneli
tidaknya
khatib
di Kelurahan Sarijadi
lebih
atas,
atau
dan
atau
mengadakan
penataran yang sama dengan materi yang lebih ting»
gi sebagai lanjutannya.
7•
Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam penerap*H sistem dan manajemen pendidikanluar sekolah.
a. Faktoi—faktor pendorong dimaksudkan dalam
tian
ini
penerapan
ialah
sistem
semua
faktor
yang
dukungan
menjadikan
dan manajemen PLS ini mudah dan
berhasil dilaksanakan, seperti sambutan
ga masyarakat,
peneli
dari wai—
dukungan dari pemerintah setempat,
dari tokoh-tokoh masyarakat, tersedianya
dan kesediaan
sumber belajar,
kemudahan dana dan
fasilitas, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor
penghambat dimaksudkan adalah semua
21
hal
yang menjadi kendala dalam
penerapan
sistem
dan manajemen PLS dalam penataran, seperti : kecurigaan
dari
pemuka-pemuka masyarakat,
ketakutan
kehilangan pengaruh karena akan muncul orang
yang
menjadi saingan, terbentur pada
biaya,
lain
dan
Iain-lain yang tidak menguntungkan.
G.
Keaunaan Penelitian
Kegunaan
kesesuaian
muballighah
penelitian ini adalah untuk
mengetahui
pelaksanaan penataran khatib dan
muballigh/
dengan
komponen-komponen Sistem
jemen Pendidikan Luar Sekolah.
Dengan
dan
demikian peneli
tian ini memungkinkan akan diperolehnya bahan-bahan
tuk
menyempurnakan
Mana
pelaksanaan penataran
dan
un
temuan-
temuan yang berharga bagi Pendidikan Luar Sekolah.
Oleh
karena itu secara rinci kegunaan penelitian ini adalah :
1-
Kegunaan Praktis
Dari
data
yang terungkap dalam
maka akan berguna untuk meningkatkan dan
penelitian
menyempurnakan
pelaksanaan penataran yang serupa, sehingga
akan
ini
selanjutnya
terdapat dampak hasil penataran yang sesuai dengan
harapan semua pihak, yaitu terpenuhinya kekurangan kha
tib dan muballigh/muballighah yang bermutu.
Temuan-temuan dari penelitian ini akan
bahan
acuan
selanjutnya,
sistem
untuk
perencanaan
merupakan
program
penataran
yang sesuai dengan fungsi-fungsi
komponen
pendidikan luar sekolah dan fungsi-fungsi
mana
jemen pendidikan luar sekolah.
2"
Kegunaan
Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan
dapat mengembangkan teori-teori pendidikan luar sekolah,
khususnya teori-teori yang diterapkan dalam
penataran.
pelaksanaan
Hasil penelitian ini paling tidak dapat
nambah informasi untuk menguji keterandalan
teori-teori
yang ada yang berkaitan dengan Pendidikan Luar
terutama
teori-teori
Andragogi,
me-
sekolah,
Sistem PLS, Manajemen
PLS dan teori-teori pendukung lainnya.
3.
Kegunaan Professional
IKIP,
sebagai
perguruan
tinggi
yang
professi
keguruan dan kependidikan, yang
professi
kependidikan luar sekolah,
hasil-hasil
nya.
salah
membina
di
sangat
antaranya
memerlukan
penelitian yang berkaitan dengan
Oleh karena itu hasil penelitian ini akan
satu masukan untuk pengembangan
professimenjadi
teori-teori
dan
konsep-konsep pendidikan luar sekolah.
Bagi tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, peneli-
tian
ini
rangka
khususnya
sangat
membina
penting
professi
untuk menambah wawasan dalam
pendidikan
luar
sekolah,
dalam rangka membina mahasiswa Jurusan Pendi
dikan Luar Sekolah.
.:•:•:'
i
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Berdasarkan
kecenderungan
penelitian,
deskriptif
studi
penjajagan
ke
data yang ada, dan sesuai
maka
dengan
metode
yang
pendekatan
sesuai
lapangan,
dengan
tujuan
adalah
metode
penelitian
kualitatif.
Dalam penelitian sosial seperti ini, khususnya
mengenai
interaksi manusia dengan manusia lain, lapanganlah
menentukan metode.
yang
Diutarakan oleh Perry, bahwa "obyek-
lah yang menentukan metode dan bukan sebaliknya; di mana
metode yang telah ada menentukan obyek manakah
kan
sebagai
1977
:
sasaran upaya
ilmiah"
ditetap
(Koentjaraningrat,
17).
Secara
sanaan
khusus metode penelitian
tentang
penataran khatib dan muballigh/muballighah
mendalam, pada dasarnya ingin memahami bagaimana
pelak
yang
inter
aksi sosial para pelaksana dan peserta, dan para peserta
dengan jamaahnya sebagai dampak turut sertanya dalam pe
nataran.
Hal tersebut perlu diungkap untuk
mendapatkan
gambaran yang lengkap.
Dengan
pendekatan
kualitatif
82
ini
diharapkan
83
dapat
menghasilkan
diteliti
dan
secara utuh.
Taylor
sebagai
suatu gambaran tentang
(1975 : 5),
prosedur
deskriptif
Sebagaimana
bahwa
penelitian
berupa
obyek
diungkapkan
"metodologi
yang
yang
Bogdan
kualitatif
menghasilkan
kata-kata tertulis atau
data
lisan
dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Alasan lain mengapa dengan penelitian kualitatif,
adalah dilihat dari kegunaan penelitian ini antara lain:
(a)
dapat
kehidupan,
lam,
(d)
teknik,
berbagai
obyek
(b) dapat dilakukan penelitian secara
(c) dapat digunakan untuk studi
dalam
studi
digunakan untuk menyelidiki
pengumpulan data
seperti
dapat
: observasi,
menda-
eksploratif,
digunakan
wawancara,
berbagai
angket,
penelitian kualitatif ini antara lain : (a) dalam
ambilan
belum
ini
B.
suatu
generalisasi dari
data
yang
sama tetapi pada kondisi yang berbeda;
(S.
Nasution,
dari
peng-
ditemukan
tentu dapat berlaku bagi unit lain dalam
biasanya memerlukan waktu yang lama dan
mahal
dan
dokumentasi.
Konsekuensi lain yang perlu dipertimbangkan
yang
dan
masalah
(b)
dana
metode
yang
1988 : 20).
Subyek Penelitian
Penelitian kualitatif berawal
konteks
lebih
dari
penting dari pada jumlah.
asumsi bahwa
Denqan
kata
84
lain
bahwa informasi yang sebanyak-banyaknya
akan
variasi lebih penting dari pada
yang
banyak.
penelitian
ini
Oleh
karena
itu
diupayakan subyek
dan
jumlah
responden
pengambilan
yang
kaya
subyek
representatif.
Dengan subyek penelitian itu diharapkan dapat mengungkap
data yang terperinci dan spesifik, bukan untuk mendapat
kan data yang banyak kesamaan dan dapat
digeneralisasi-
kan.
Atas dasar alasan tersebut maka subyek penelitian
ini
akan diambil 6 (enam) orang peserta penataran
yang
terdiri dari 3 (tiga) orang peserta yang berhasil dan
(tiga)
hasil
Adapun
orang peserta yang kurang berhasil dilihat
evaluasi yang diselenggarakan panitia
subyek pendukung penelitian ini
3
dari
penataran.
adalah
panitia
penyelenggara penataran itu sendiri yang diwakili oleh 1
orang
koordinator penyelenggara, 1 orang
Pimpinan
MUI
Kelurahan Sarijadi, 3 Pimpinan DKM dari yang mengirimkan
utusan peserta penataran. Untuk mengetahui
keberhasilan
atau
kurang berhasilnya penataran ini, akan
dari
3 orang jemaah dimana informan subyek pernah
sering
tampil,
dan
1
orang
aparat
ditelusuri
atau
Kelurahan
Sarijadi.
C. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan
85
ditempuh
melalui : studi literatur,
observasi
dan
studi dokumentasi,
wawancara.
1- Studi literatur. dimaksudkan adalah untuk
memperoleh
teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan
pembanding,
penguat atau penolakan terhadap temuan hasil
peneli
tian, dan untuk mengambil kesimpulan (Subino, 1982
:
28) .
2- Studi
dokumentasi. yaitu untuk mengungkap data
bersifat
yang
administratif mengenai
terdokumentasikan.
bahwa
S.
kegiatan
Nasution
yang
penataran
mengemukakan
studi dokumentasi bermanfaat karena bahan
itu
telah ada, telah tersedia dan siap pakai, menggunakan
bahan ini tidak meminta biaya (S.Nasution, 1988 : 85)
Adapun dokumen yang akan dijadikan sumber
ini
adalah
dokumen-dokumen
yang
penelitian
berkaitan
dengan
penataran yang tersimpan di panitia penataran,
arsip
MUI dan DKM-DKM di Kelurahan Sarijadi.
3- Observasi. yaitu untuk mengetahui kegiatan penataran,
penampilan
peserta penataran dan penampilan
lulusan
penataran.
Kegiatan-kegiatan yang diobservasi adalah
kegiatan penataran yang masih berjalan beberapa pertemuan
untuk
kesesuaian
mengetahui proses
dengan
pembelajaran,
kaidah-kaidah
andragogi,
adakah
kaidah
metodologi, dan sebagainya.
Selain
terhadap proses pelaksanaan
penataran,
akan
86
diobservasi
sedang
juga
tampil
penampilan
sebagai
informan
khatib
manakala
atau
saat
ia
menjadi
muballigh/muballighah.
4" Wawancara.
teknik
dipergunakan karena merupakan
pengumpulan data yang relevan
penelitian
kualitatif.
mengatakan
ampuh
bahwa
S.Nasution
dirasakan
orang tentang berbagai
wawancara
ini
mengungkap
serta
(1982
tujuan
:
150)
alat
yang
dipikirkan
atau
aspek
dilakukan untuk menjaring
kehidupan".
data
atau
informasi-informasi tentang persepsi
penataran
mengenai
khatib
perlunya
pe
dan muballigh / muballighah
penataran,
proses
dan kekurangan pelaksanaan
kebaikan
dengan
: "wawancara merupakan
untuk mengungkapkan apa yang
salah satu
penataran,
penataran,
dan
sebagainya.
Pelaksanaan
wawancara,
wawancara ini akan mengacu pada
di
mana
pedoman
wawancara
pedoman
ini
sesuai
dengan sifat penelitian kualitatif, selalu berkembang
sesuai
dengan perkembangan dan munculnya
pertanyaan
baru.
Sebagai
sumber
data atau informan yang
akan
wancarai antara lain : panitia penyelenggara,
belajar
(penatar),
pengurus MUI Kelurahan
diwasumber
Sarijadi,
Pengurus DKM yang mengirimkan peserta penataran,
peserta
penataran yang dijadikan
sampel
dan
penelitian
87
mi.
D.
Instrumen
Penelitian.
Untuk
menggiring
dan
diperlukan dalam penelitian
menjaring
ini,
data
yang menjadi
instrumen
utama
adalah peneliti sendiri.
dahkan
penelitian digunakan juga pedoman—pedoman
cara dan observasi,
dipergunakan di
Latar
yang
Namun untuk
yang
lebih
memu-
wawan
bisa berkembang manakala sedang
lapangan sesuai dengan kebutuhan.
peneliti yang memungkinkan
dapat
dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini,
antara
lain
belakang
: Pertama,
peneliti berbekal
pengetahuan dan bacaan
metode penelitian kualitatif selama mengikuti
han
Metodologi
Kedua,
Pasca
Sarjana.
kehadiran peneliti sebagai observer di
lapangan
mudah diterima,
Penelitian di
karena
Program
perkulia
peneliti sendiri sering hadir
di
tengah-tengah mereka sebagai salah seorang pengurus MUI.
E.
Pengumpulan
Pada
Data.
tahap pelaksanaan
langkah-langkah sebagai
1.
Studi
penjajagan,
berikut
dilakukan
pengumpulan data
:
ke
lapangan,
dimaksudkan
untuk mendapatkan data awal
tentang penataran
dan
antara
muballigh/muballighah,
nyelenggaraan,
alasan
dilalui
lain
diselenggarakan,
terlibat sebagai penyelenggara,
khatib
: tujuan
siapa
siapa pesertanya,
pe
yang
dan
88
bagaimana respon masyarakat, dan bagaimana
Studi
penjajagan
ini
dimaksudkan
hasilnya.
pula
untuk
memberi tahu panitia penyelenggara tentang kedatangan
peneliti,
dan
sekaligus meminta ijin
untuk
selalu
berhubungan dengan mereka selama pengumpulan data.
Dari
studi penjajagan ini,
setelah
dipertimbangkan
dan dikaji berbagai kemungkinan untung
ruginya,
berbagai hal yang perlu dipertimbangkan, maka
tukan : sampel penelitian, yang terdiri dari
penyelenggara,
pengurus
MUI
Kelurahan
dan
diten
panitia
Sarijadi,
Pengurus DKM dan peserta penataran.
2- Pelaksanaan Pengumpulan Data.
data
dengan
berikut
teknik-teknik
Melakukan
yang
pengumpulan
telah
dirancang
pedoman-pedoman pengumpulan data yang
disiapkan.
Pengumpulan
data dilakukan
dari
data yang telah ditentukan sebagai sampel
tersebut
di
telah
sumber
penelitian
atas.
Wawancara dengan sumber data (informan) dilakukan
di
tempat yang telah disepakati yaitu di rumahnya atau di
masjid
di mana ia melakukan kegiatan
rutin
sebagai
khatib, muballigh atau guru ngaji atau ustadz/ pengasuh majelis ta'lim, yang waktunya disesuaikan
kapan
ia berada di
Prekuensi
kunjungan
tempat
untuk
yang
telah
wawancara
dengan
disepakati.
disesuaikan
dengan kelengkapan data yang terkumpul sesuai dengan
89
sifat
penelitian
kualitatif
bahwa
wawancara baru
diakhiri setelah data yang terkumpul dianggap
betul-
betul sudah lengkap.
Observasi dilakukan ke tempat kegiatan penataran yang
masih berlangsung. Observasi lain dilakukan
lulusan
tampil
penataran
sebagai
untuk
khatib
mengetahui
di masjid.
terhadap
bagaimana
Untuk
ini
ia
akan
dilakukan sesuai dengan jadwal yang dirancang DKM-DKM
dan koordinasi dengan panitia.
Observasi ke lapangan
untuk mengetahui bagaimana penampilan lulusan penata
ran akan dipandu dengan pedoman observasi.
Dokumentasi
yang
untuk
melengkapi
tertulis, seperti siapa yang
panitia,
yang
diperlukan
siapa
menjadi
belajar,
terlibat
yang menjadi sumber
pesertanya, daftar
data-data
sebagai
belajar,
hadir
siapa
partisipasi
materi belajar yang disampaikan, yang semua-
nya ada di panitia penyelenggara penataran khatib dan
muballigh/muballighah.
ditelusuri
Dari dokumentasi
bagaimana manajemen penataran
juga
dapat
dilaksana-
kan.
F.
Pengolahan dan Analisis Data.
Sejak
mulai
mulai masuk lapangan, sejak itu pula
dikumpulkan
data
dan sejak itu pula data mulai diana-
lisis. Analisis selama pengumpulan data ini memungkinkan
90
bagi peneliti untuk meninjau kembali hal-hal yang bersifat meragukan.
Adapun
dan
prosedur yang ditempuh
analisis data ini adalah :
pertama.
dokumen-dokumen,
mengelompokkan data
dan
dan
observasi,
dalam
pengkodean
pengolahan
inventarisasi
hasil
data
wawancara
sesuai
dengan
masalah; kedua, membuat deskripsi dari data yang terkum-
pul;
dan ketiqa. menganalisis data
sehingga
mendapat
gambaran dan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis
data
ini berpedoman
atau
menggunakan
acuan teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan
sekolah,
pendidikan
sekolah,
yang
luar
antara lain :
sekolah,
pemndidikan
orang
komponen-komponen
manajemen
dewasa,
pendidikan
dan
pembelajaran pendidikan luar sekolah lainnya.
luar
sistem
luar
teori-teori
•:>Ci
BAB
V
DISKUSI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI
A.
Diskusi
Hasil
Dari
pengamata
MAJELIS ULAMA EELURAHAN SARIJADI
KECAMATAN SUKASARI KOTAMADYA DT H BANDUNG
Tinjauan Analisis Dari Segi Sistem dan Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
Terhadap Pelaksanaan Penataran Khatib dan Muballigh/Muballighah
Di Kelurahan Sarijadi
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk memenuhi sebagian syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Muhammad Kosim Sirodjuddin
Nomor Pokok: 8832023
RPROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDrKAN
BANDUNG
1994
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
TTM PEMBIMBING :
Prof. Dr. H. DJudJu Sudjana, M. Ed.
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSnTUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDIKAN
BANDUNO
1994
A
Menyadari
dikan
sia,
B
S
T
R
A
K
akan masalah rendahnya tingkat
umat dan kurangnya pemuka agama Islam di
maka pemerintah, masyarakat maupun
pendi
Indone
individu
yang
bersangkutan berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,
khusus-
nya untuk pemuka agama. Di antara upaya yang diselengga-
rakan
di
ialah penataran khatib dan
Kelurahan
Sarijadi
muballigh/muballighah
Kecamatan
Sukasari
Kotamadya
Bandung.
Sebagai salah satu jenis pendidikan luar sekolah,
penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah, tidak musta-
hil penyelenggaraannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
pendidikan luar sekolah,
dengan
sehingga hasilnya tidak sesuai
apa yang diharapkan. Atas dugaan
tersebut
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
:
"Apakah sistem dan manajemen penataran khatib dan mubal-
liqh/muballighah
sesuai
pendidikan
sekolah"
luar
dengan
?
sistem
Dari
dan
fokus
manajemen
penelitian
tersebut selanjutnya ingin diketahui bagaimana komponenkomponen, fungsi-fungsi manajemen, dampak, serta faktorfaktor pendorong dan
penghambat
penataran
muballigh/muballighah Majelis Ulama Kelurahan
khatib
dan
Sarijadi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analitik dengan
kualitatif,
yaitu
pendekatan
menuturkan dan menafsirkan data yang
v
ada,
kemudian
menganalisis
dan
menginterpretasi data
itu. Data digali dan dikumpulkan dengan teknik
ra,
observasi
dan dokumentasi. Untuk
wawanca
memperoleh
data
yang diperlukan kami mengadakan wawancara dengan peserta
penataran
dengan
yang
baik
lainnya
terdiri dari 3
dan 3 peserta yang kurang
diperoleh
Koordinator
peserta
dari Ketua MUI
yang
berhasil
berhasil.
Kelurahan
Data
Sarijadi,
Panitia Penyelenggara Penataran Khatib
dan
Muballigh/muballighah MU Kelurahan Sarijadi, Tokoh Ulama
Kelurahan Sarijadi, Lurah/Seretaris Kelurahan
Sarijadi,
dan beberapa Pimpinan DKM dari Kelurahan Sarijadi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
maka
merupakan kesimpulan penting, adalah sebagai berikut :
1. Terdapat ketidak sesuaian sistem penataran khatib dan
muballigh/muballighah
di
Kelurahan
Sarijadi dengan
sistem pendidikan luar sekolah. Panitia tidak
dentifikasi
panitia
kebutuhan
belajar
peserta,
mengi-
sehingga
tidak merumuskan tujuan belajar yang
sesuai
dengan kebutuhan belajar para petatar Becars rinci.
2. Peserta penataran yang terlalu banyak, tidak
diiden-
tifikasi karakteristik, pengalaman serta latar
bela-
kang pendidikanya sehingga panitia kesulitan penanganannya.
Penyelenggaraan
penataran
nampak
seperti
pengajian umum yang susah dikontrol. Penatar kesulit
an
mengembangkan
metode mengajar,
yang terlalu banyak itu tidak dibuat
pok
seperti
dikendaki
Suzane
apalagi
peserta
kelompok-kelom-
Kindervatter
proses empowering untuk menciptakan kemandirian
v 1
dalam
para
peserta ,
3. Penyelenggaraan penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah di Kelurahan Sarijadi sudah menerapkna fungsifungsi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah,
hanya
kualitasnya kurang sesuai dengan prinsip-prinsip PLS,
yaitu perencanaan kurang lengkap di mana tidak
kukan
identifikasi
peserta
dan
kebutuhan
dilabelajar
peserta, sehingga menyesatkan dalam merumuskan tujuan
materi belajar, mengembangkan metode pembelajaran dan
evaluasi keberhasilan penataran itu sendiri.
ganisasian
yang
peserta yang terlalu banyak tidak
memungkinkan
terselenggaranya
membelajarkan
yang
panitia
mampu memberi
sesuai
Pengor-
tidak
proses
sebaik-baiknya.
acuan
dengan tujuan yang ingin
diatur
belajar
Penggerakan,
kepada
dicapai.
penatar
Penilaian
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya menilai hasil
belajar
yang baku, sehingga tidak
perubahan
diketahui
kognisi, afeksi dan psikomotor
dari
adanya
para
peserta penataran.
4.
Manfaat
yang
psikologis
tanggung
dirasakan
antara
lain
bahwa
para tamatan penataran merasa lebih
jawab
tanggung-jawab
terhadap kemajuan
moral
untuk
selalu
secara
ber—
Islam,
mempunyai
taat
beragama,
lebih aktif dalam ikut mengelola pengajian anak-anak,
dan bertambah motivasi untuk menggali ilmu dan penge-
tahuan
untuk
tentang
Islam, baik untuk
kehidupan sehari-hari.
via.
berda'wah
maupun
DAFTAR
ISI
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
xi
DAFTAR ISI
>;v
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB II.
S\ S\
1
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penjelasan Istilah
Kegunaan Penelitian
l
9
10
11
12
13
21
PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBALLIGHAH
SEBAGAI SALAH SATU
JENIS
PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH
.
A.
Konsep
Pendidikan
Luar
24
Sekolah Dalam
Penataran Khatib dan Muballigh / Muballighah
1.
24
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
a.
b.
c.
d.
...
Pengertian
Pendidikan Luar Seko
lah
Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ..
Sasaran Pendidikan Luar Sekolah .
Karakteristik Pendidikan Luar Se
kolah
24
24
31
33
37
2. Penerapan Konsep Pendidikan Luar Se
kolah dalam Penataran Khatib dan Mu
bal ligh/Mubal 1ighah
42
a. Penataran Khatib dan
Muballigh /
Muballighah sebagai Satuan Pendi
dikan Luar Sekolah
b. Penataran Khatib dan
42
Muballigh /
Muballighah sebagai kegiatan Pro
ses Empowering
44
B. Konsep Sistem Dan Manajemen Pembelajar
an Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pena
taran Khatib dan Muballigh/Muballighah.
1.
Sistem Pembelajaran Pendidikan
Luar
Sekolah
a.
48
Komponen-komponen Sistem Pendidik
an Luar Sekolah
b.
48
Proses Pembelajaran dalam Penatar
an Khatib dan
Muballigh / Mubal-
1ighah
c.
48
57
Metode Pembelajaran
dalam
Pena
taran Khatib dan Muballigh/Muballighah
2.
64
Manajemen Pembelajaran dalam Penatar
an Khatib dan Mubal1igh/Muballighah.
69
C. Kerangka Pemikiran Yang Mendasari Pene
litian
76
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
82
A. Metode Peneltian
B. Subyek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Instrumen Peneltian
E. Pengumpulan Data
1. Studi Penj aj agan
F.
BAB IV.
82
83
84
87
87
87
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
88
Pengolahan Data
89
SISTEM DAN MANAJEMEN PENATARAN KHATIB
DAN
MUBALLIGH/MUBALLIGHAH DI KELURAHAN SARIJA
DI
93
A. Gambaran Daerah Kelurahan Sarijadi
...
93
.........
93
94
1. Letak dan Keadaan Daerah
2. Keadaan Penduduk
xvi
B. Gambaran
Pelaksanaan Penataran
Kha
tib dan Muballigh / Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi
97
1. Tujuan Penyelengaraan Penataran Kha
tib dan Muballigh / Muballighah
97
2. Sistem
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan Muballigh/Mubal1ighah di
Kelurahan Sarijadi
100
3. Manajemen Penyelenggaraan Penataran
Khatib dan Mubal1igh/Mubal1ighah di
Kelurahan Sarijadi
C. Factor faktor
Pendorong
115
dan Penghamat
Penerapan Sistem dan
Manajemen
an Luar Sekolah dalam Penataran
dan Muballigh/Muballighah di
Sarijadi
PendiKhatib
Kelurahan
1. Faktor—faktor Pendorong
2. Faktor-faktor Penghambat
BAB
V. DISKUSI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Diskusi
B. Kesimpulan
128
128
132
136
136
150
1. Kesimpulan
2. Beberapa Temuan Penelitian
C. Rekomendasi
151
157
160
1. Rekomendasi Bagi Penqelola Penataran
Khatib dan Muballigh
2. Rekomendasi Bagi
Penelitian
Selan
jutnya
160
163
DAFTAR PUSTAKA
166
LAMPIRAN
172
xvi 1
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel
1.
Keadaan Penduduk dan Pekerjaannya di
Kelurahan Sarijadi,
Tabel
2.
Keadaan Pendidikan Penduduk
rahan
Tabel
3.
Akhir tahun 1993
Sarijadi,
Tahun
di
94
Kelu
1993
95
Keadaan Penduduk, Masjid Jami,
Kha
tib dan Muballigh/Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi
Tabel
4.
Tahun
1993
99
Materi Penataran dan Penatarnya Pada
Penataran Khatib dan Muballigh / Muballighah di Kelurahan Sarijadi, Ta
hun
Tabel
5.
1993
102
Keadaan Lulusan Penataran
Muballigh/Muballighah
Sarijadi,
Tabel
6.
di
Kelurahan
Tahun 1993
112
Keadaan Peserta Penataran
Muballigh/Muballighah
Sarijadi,
Khatib dan
Tahun 1993
XVI11
di
Khatib dan
Kelurahan
121
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar
1
2.
Hubungan Fungsional Antara Komponen
Komponen Pendidikan Luar Sekolas ..
Rangkaian Fungsi
an
71
Menurut Konsep
Gambar
Pendi-
Luar Sekolah
Model
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan
Muballigh / Muballighah
Gambar
Gambar
Manajemen
54
4.
5.
PLS
78
Model
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan
Muballigh / Muballighah
di Kelurahan Sarijadi, Tahun 1993.
Struktur Organisasi Panitia
Ill
Penye
lenggara Penataran
Khatib dan Muballigh / Muballighah MU
Kelurahan
Sarijadi Tahun
1993
x 1 x
120
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Permohonan izin Penelitian
172
Lampiran
2. Ijin Penelitian dari
Kantor Sosial
Politik Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat 11 Bandung
173
Lampiran
3. Ijin Penelitian dari Kantor Camat
Sukasari Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung
174
Lampiran
4. Surat Keterangan Lurah Sarijadi ....
Lampiran
5. Proposal / Rencana Kerja
garaan Penataran
Khatib
Penyeleng
dan Mubal-
ligh/Muballighah MU Kelurahan
Sari
jadi Kec. Sukasari, Kodya Bandung ..
Lampiran
176
6. Susunan Panitia Penyelenggara Khatib
dan Muballigh/Muballighah MUI
rahan sarijadi, Tahun 1993
Kelu
181
Lampiran
7. Pedoman Wawancara
Lampiran
8. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ke
tua MUI
Lampiran
175
183
Kelurahan Sarijadi
216
9. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ko
ordinator Panitia Penyelenggara Pe
nataran Khatib dar.
Mubal 1igh/Muballighah Kelurahan Sarijadi
223
Lampiran 10. Transkrip Hasil Wawancara dengan Tokoh Ulama Kelurahan Sarijadi
229
Lampiran 11. Transkrip Hasil Wawancara dengan Peserta/Lulusan Penataran Khatib
dan
Muballigh/Muballighah Kelurahan
rijadi
Sa
Lampiran 12. Transkrip
Pengurus
hasil
DKM
di
Wawancara
232
dengan
Wilayah Kelurahan
Sarijadi
237
Lampiran 13. Daftar Penilaian Praktikum Penataran
Khatib dan Muballigh/Muballighah Ke
lurahan sarijadi
239
Lampiran 14. Peta Situasi Kelurahan Sarijadi
...
240
Lampiran 15. Peta Wilayah Kecamatan Sukasari Kota
madya Bandung
Lampiran 16. Peta Wilayah Kotamadya Bandung
x x 1
241
....
242
•::-C>
BAB
I
PENDAHULUAN
A- Latar Belakang Masalah
Hakekat
dalam
GBHN 1993, adalah pembangunan
seutuhnya
dan
seluruhnya.
mencapai
Pembangunan
dan
manusia
masyarakat
nasional
Indonesia
Indonesia
diarahkan
kesejahteraan
untuk
lahir
batin,
terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan ra
keadilan
pendapat
Dengan
pembangnuan
kemajuan
termasuk
sa
pembangunan nasional, seperti terkandung
serta
yang
terjadinya
bertanggung
demikian
kebebasan
jawab
mengeluarkan
bagi seluruh rakyat..
pembangunan yang sudah memasuki PJP II
ini tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah saja, tetapi
merupakan
usaha
perubahan yang
menekankan pada upaya
mencari keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia
dan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan
dipisahkan
pembangunan itu sendiri tidak dapat
dari faktor pendukungnya,
sebagai sumber daya pelaksananya.
terutama
manusia
Oleh karena itu dite-
gaskan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (Bintoro
Tjokro-
amdjojo, 1986 : 1), bahwa "pembangunan itu harus dilihat
secara
dinamis
dan bukan dilihat sebagai
konsep
yang
statis".
Dengan demikian dalam pembangunan ini
bahwa kedudukan,
sumber
daya
fungsi dan
peranserta manusia sebagai
utama dan kunci
masyarakat.
diakui
keberhasilan
pembangunan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Menteri
Penerangan RI (Harmoko, 1986 : 83), bahwa : "Berhasilnya
pembangunan masyarakat kita tergantung kepada peranserta
(partisipasi
aktif) seluruh rakyat, dan
disiplin
para
penyelenggaranya".
Asumsi
yang
berkembang
dalam
melaksanakan
pembangunan adalah bahwa yang penting bukan sekedar ter-
capainya
pembangunan, tetapi lebih
sasaran
dari
itu, yakni bagaimana proses untuk mencapai sasaran
bangunan
itu
menjadi
diupayakan.
Dengan
demikian
sadar mengapa perlu membangun,
merasakan
bahwa
pembangunan
pem
masyarakat
selanjutnya
adalah
pada
bagian
ia
dari
kehidupannya, miliknya dan menjadi kewajiban serta tanggung jawabnya pula.
Peranserta
masyarakat
dalam
pembangunan
merupakan kunci keberhasilan, terutama apabila
dukungan dari para pemuka masyarakat.
Hal
ini
mendapat
tersebut di-
kemukakan oleh Muhtadi (1979 : 43), bahwa "pemuka masya
rakat
mempunyai
masyarakatnya,
sebagai
bahwa
pengaruh
oleh
yang
terhadap .. warga
besar
karena itu perlu
diikut
kader". Lebih lanjut dikemukakan
"sesuatu
program
pembangunan
sertakan
oleh
dari
Muhtadi
pemerintah
kadang-kadang dapat gagal karena tidak
secara
memperansertakan
aktif para pemuka masyarakat". Hal
yang
senada
dikemukakan pula oleh Rahayu Hanafiah (1976 : 1), bahwa:
"... pembangunan
jika
mendapat
berjalan
lancar
dukungan dari
dan
para
berhasil
pemuka
baik
masyarakat
setempat, termasuk para pimpinan agamanya".
Pemuka masyarakat di dalam masyrakat Muslim ada
lah
"ulama",
yang termasuk di dalamnya khatib dan
muballigh/muballighah. Ulama yaitu orang-orang yang ahli
melaksanakan
tugas
menyebarkan dan
mengamalkan
agama
Islam (Badri Sanusi, 1987 : 1).
Ulama
sial
dalam
merupakan sumber daya manusia yang
pembangunan masyarakat.
kultur diakui,
kat. Karena
sebagai
itu
kunci
berperan
disegani
Para ulama secara
dan dijadikan panutan masyara
para ulama sangat strategis
pembangunan masyarakat.
sebagai
poten-
khatib,
dijadikan
Para ulama yang
muballigh / muballighah atau
da'i, diharapkan dapat menunjang pembangunan masyarakat,
baik
yang
tumbuh
dari
masyarakat
itu sendiri maupun
berupa program yang disodorkan pemerintah.
Sebagai pemuka masyarakat, para ulama akan lebih
berhasil
dalam
membawa
diharapkan, sebagaimana
ummatnya
dikemukakan
kepada
tujuan
oleh
yang
Badri Sanusi
(1987 : 1), ialah jika ulama itu memiliki :
(a)
yati
ilmu pengetahuan Islam yang luas dan
kebijaksanaannya, (b) kemampuan
mengha-
menerjemahkan
nilai-nilai
masyarakat,
dan norma-norma agama dalam
(c) kemampuan menerjemahkan
kehidupan
gagasan
pembangunan sebagai realisasi Pancasila, kedalam ba-
hasa yang dipahami oleh ummat Islam, (d) kemampuan
berperanserta secara aktif dalam usaha pembangunan
bangsa
sebagai pelaksana firman Allah SWT dalam
Al
Quran dan realisasi Pancasila, (e) kemampuan membe
rikan pendapat, saran-saran dan petunjuk terhadap
ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya
pembangunan nasional.
Lain halnya dengan kenyataan di masyarakat, bahwa
penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
rata berpendidikan rendah.
masyarakat
ini
pendidikan
adalah
sekolah
rata-
Rendahnya tingkat pendidikan
sebagai
maupun
produk lembaga-lembaga
pendidikan
luar sekolah,
termasuk lembaga pendidikan keagamaan. Rendahnya tingkat
pendidikan ini akan membawa pengaruh
terhadap
susnya
kehidupan
dalam
dilontarkan
bermasyarakat
pembangunan
oleh
yang
dan
nasional.
para ahli. Seperti
kurang
baik
bernegara, khuHal
itu
banyak
dikemukakan
oleh
BAKOR Jawa Barat (1979), bahwa :
Dalam
mat
kehidupan di masyarakat, sebagian
Islam di Indonesia
besar
belum benar—benar
um
memahami
ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh isolasi ajaran
Islam
dalam berbagai aspek kehidupan.
Islam
masih
terpecah-pecah kedalam golongan-golongan, yang menyebabkan orang Islam
mengikuti ideologi bukan
Islam, tidak senang kepada perkembangan Islam, dan
takut
akan perubahan serta
gerak
pembangunan
masyarakat.
Alamsyah Ratu Prawiranegara (1986 : 42-43),
juga
mengemukakan hal yang senada, yaitu :
Dewasa ini Islam berada dalam keadaan
kemunduran,
kebodohan,
serta keterbelakangan. Faham-faham
thil seperti : bid'ah dan kurafat menyelimuti
ba-
ummat
Islam. Ummat Islam sebagian besar kurang mengetahui
tuntunan agama
yang
sesungguhnya.
Kekurangan
konsepsi metode dalam berbagai bidang seperti politik, sosial ekonomi, pendidikan dan teknologi.
Yang
menyakitkan lagi seperti ditulis
Emmerson dengan nada "tendensius" ketika
Islam
di
Indonesia dewasa ini, bahwa
Indonesia hanyalah
ritas
minoritas yang
Donald K.
memperkenalkan
ummat
aktif
Islam
dalam
bilangan pada masyarakat yang majemuk
di
mayo-
di
bawah
pemerintah yang otoriter yang sedang melakukan pembangu
nan sekuler.
Tulisnya :
"In Indonesia,
active minority - within a numerical
a pluralistic
engaged
in
1992 : 41).
adalah
gian
Islam,
Islam
mayority -
is an
inside
society under an authoritarian government
secular development". (M. Amin
Rais,
Emmerson melihat ummat Islam di
ed.,
Indonesia
mayoritas penduduk yang sangat heterogin.
besar
dari
yang
mereka
tidak
tahu
apa-apa
Seba
tentang
dikategorikan Clifford Geertz (1989
:
1)
sebagai abangan dan priyayi.
Rendahnya
hanya
awam
tingkat pendidikan ummat
dirasakan oleh anggota masyarakat
saja,
Islam
tidak
sebagai
orang
tetapi juga nampaknya melanda
para
agama itu sendiri, baik mutu maupun jumlahnya.
terungkap
dalam
beberapa
penelitian
yang
dengan kondisi para ulama di Indonesia.
pemuka
Hal
ini
berkaitan
Hasil
peneli
tian tersebut di antaranya dari Yayasan Pesantren Perta-
nian
Darul
Falah Bogor (1985 ; 8),
yang
mengemukakan
bahwa
:
ini ummat Islam di
Dewasa
pedesaan
benar—benar
kekurangan "imam" yang mampu membimbing rokhani dan
pemecahan masalah kehidupan, baik kehidupan pribadi
maupun kehidupan bersama dalam melaksanakan programprogram pembangunan masyarakat, baik yang datang
dari pemerintah maupun yang berasal dari masyarakat
setempat.
Demikian juga hasil penelitian Pusat Latihan
nelitian
dan
Pengembangan
yang mengemukakan
Dewasa
ini
bahwa
Masyarakat
(PLP2M,
Pe
1983)
:
terjadi
krisis
tenaga
ulama
Islam
kualitas iman yang tinggi, intelektualitas yang
tinggi, dan keterampilan yang mendasar, sehingga
mampu sebagai kader pembangunan masyarakat.
Ulama
yang memiliki ilmu pengetahuan dari
pesantren,
setelah kembali ketempat asalnya, mereka tidak mau
dan
tidak
mampu
menjadi
kader—kader
pembangunan
masyarakat.
Senada dengan kedua hasil penelitian tersebut
atas,
Alamsyah Ratu Prawiranegara,
kelemahan
para
ulama
di
negeri
melihat
kita.
di
kelemahan-
la
mengemu
kakan (1986 : 50), bahwa :
Para pemuka agama (ulama) di masyarakat kita
de
wasa ini kurang lincah di dalam membaca sitiuasi,
sehingga kurang mampu mengambil inisiatif dan kurang
berpikir secara strategis, sehingga kurang mampu
membawa umat sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Berdasarkan
temuan-temuan
di
atas,
rendahnya tingkat pendidikan dan sedikitnya para
yaitu
pemuka
agama, padahal mereka merupakan sumber daya manusia
po-
tensial dan strategis dalam pembangunan ummat. Menyadari
akan
keadaan
tersebut
maka
pemerintah,
masyarakat
maupun
individu yang bersangkutan, yang kesemuanya ber
tanggung
jawab
terhadap
pendidikan,
meningkatkan
dan
sumber
manusia tersebut.
makin
daya
mengembangkan
berupaya
untuk
kualitas dan kuantitas
Dapat
dijelaskan bahwa
tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin
mudah
menerima gagasan baru, serta makin terbuka terhadap ber-
bagai
perubahan
yang diperlukan
demi
masa
depannya.
Dalam hal ini David Krech (1962 : 79) menyatakan bahwa :
"Semakin
tinggi
berkembang
tingkat
kognisinya
pendidikan seseorang, semakin
dan
semakin
sadar
terhadap
situasi sekitarnya".
Pengembangan sumber daya manusia ditujukan
meningkatkan kualitas
manusia
untuk
sehingga memiliki kemam
puan yang tinggi dalam melahirkan aktivitas yang kreatif
dan produktif.
Pengembangan sumber daya manusia banyak
dibebankan kepada
nasional
usaha
pendidikan,
di Indonesia, berfungsi
karena pendidikan
untuk
"mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia
nasional"
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
(UUSPN
No. 2 Tahun 1989;
pendidikan nasional itu sendiri
pasal
3).
tujuan
Tujuan
(UUSPN No. 2 Tahun 1989
pasal 4), adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang : (a) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa; (b) berbudi pekerti luhur; (c) memiliki pengetahuan
8
dan
keterampilan; (d) sehat jasmani dan rohaninya;
(e)
berkepribadian yang mantap dan mandiri; dan (f) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional
ter
sebut dilakukan melalui dua bentuk penyelenggaraan
pen
didikan,
yaitu pendidikan sekolah dan
luar
sekolah.
Pendidikan sekolah mengutamakan penguasaan ke
mampuan
pendidikan
umum yang transferable melalui proses
mempela-
jari konsep-konsep yang esensial dari bidang studi. Isi,
bahkan kajian ditata melalui pengembangan kurikulum yang
agak kaku sehingga siswa cenderung memperoleh hasil bel
ajar sebagaimana ditetapkan di dalamnya.
an
Penyelenggara
pendidikan luar sekolah tidak sekaku dan
pendidikan sekolah.
seterbatas
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Bab IV pasal
5 ayat (1) dinyatakan bahwa : "Penyelenggaraan pendidik
an
luar sekolah dapat terdiri atas
kelompok
atau
pemerintah,
perorangan yang bertanggung
badan,
jawab
atas
pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan".
Penyelenggaraan
berupaya
agamaan
pendidikan
luar
sekolah
yang
untuk melayani kebutuhan belajar dibidang
(Agama
Islam) sudah banyak
dilakukan.
ke-
Upaya-
upaya tersebut diantaranya adalah pendidikan pondok
pe-
santren, pesntren kilat, kursus, lokakarya, seminar
dan
9
penataran.
Penelitian ini akan mencoba menganalisis penatar
an
khatib dan muballigh/muballighah sebagai salah
jenis
pendidikan
luar sekolah.
Penataran
satu
khatib
dan
muballigh/muballighah, dilihat dari materi yang ditatarkannya
yaitu
termasuk
penataran
jenis pendidikan luar sekolah,
Peraturan
1991,
mengenai agama, maka
Pemerintah
tersebut
sesuai
Republik Indonesia No.
dengan
73
tentang Pendidikan Luar Sekolah. Dalam
tahun
Bab
III,
pasal 3 (1) PP No. 73 dikemukakan bahwa : "Jenis
pendi
dikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum,
pendi
dikan
keagamaan, pendidikan jabatan
kedinasan
dan pendidikan kejuruan".
kerja,
pendidikan
Selanjutnya
dalam
ayat 3 dikemukakan, bahwa : "Pendidikan keagamaan *merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar
dapat
khusus
menjalankan
peranan
yang
menuntut
bal lighah adalah jenis pendidikan
B-
penguasaan
tentang ajaran agama yang bersangkutan".
demikian jelas bahwa penataran khatib dan
untuk
Dengan
mubal1igh/mu
luar sekolah.
Identifikasi Masalah
Dengan
bermuculannya upaya-upaya peningkatan dan
pengadaan kader-kader pembangunan, khusunya untuk pemuka
pemuka
agama (ulama) sebagai sumber daya
potensial, seperti
penataran,
kursus
manusia
dan
yang
sebagainya,
10
tidak
mustahil
penyelenggaraannya
tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah pendidikan, sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penataran khatib dan muballigh/muballighah adalah
merupakan
salah
Oleh karena itu
kaidah-kaidah
satu
jenis
pendidikan
penyelenggaraannya
luar sekolah.
harus sesuai dengan
pendidikan luar sekolah, baik sistem mau
pun manajemennya.
Atas
dasar dugaan-dugaan tersebut di atas,
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
"Apakah
sistem
dan
manajemen
penataran
:
khatib dan
mubal1igh/muballighah sesuai dengan sistem dan manajemen
pendidikan
C
luar sekolah" ?
Pembatasan Masalah
Mengingat
cakupan masalah penataran
khatib
dan
muballigh / muballighah ini cukup banyak dan cukup luas,
maka untuk mendapatkan data penelitian yang lengkap
mendalam,
penulis
sesuai
merasa
dengan
perlu
karakteristik
dan
penelitian ini
untuk membatasi masalah.
Adapun
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :
1. Penyelenggaraan
penataran khatib dan muballigh/mu
bal lighah Majelis Ulama Indonesia Kelurahan
Kecamatan Sukasari Kotamadya DT 11 Bandung.
Sarijadi
11
2. Penelitian difokuskan pada
segi
sistem
pendidikan
komponen-komponen
tinjauan
analisis
dari
luar sekolah, yang mencakup
: masukan mentah, masukan
sarana,
masukan lingkungan, proses, lingkungan lain,
keluar-
an, dan dampak/pengaruh dari penataran tersebut.
3. Penelitian ini difokuskan juga pada tinjauan analisis
dari- segi
manajemen pendidikan luar
sekolah,
mencakup : perencanaan, pengorganisasian,
yang
penggerak-
an, pembinaan, penilaian dan pengembangan dari
taran
D.
pena
tersebut.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas
dan
hasil
penjajagan di lapangan, maka fokus penelitian ini
dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah komponen-komponen
muballigh / muballighah
penataran
Majelis
Ulama
khatib dan
Kelurahan
Sarijadi ?
2. Sejauh
manakah
kesesuaian
fungsi
manajemen pena
taran khatib dan muballigh/muballighah dengan
fungsi
manajemen pendidikan luar sekolah ?
3. Bagaimanakah hasil
penataran
khatib dan muballigh/
muballighah terhadap para peserta ?
4. Faktor-faktor
apakah
yang
menjadi pendorong
penghambat penerapan sistem dan manajemen
dan
pendidikan
luar sekolah dalam penataran
muballighah
Majelis
khatib
Ulama
dan
muballigh/
Indonesia
Kelurahan
Sarijadi ?
E.
Tujuan Penelitian.
Penelitian
gambaran
ini
bertujuan
untuk
mengungkapkan
pelaksanaan penataran khatib dan muballigh/mu-
ballighah ditinjau dari segi sistem dan manajemen pendi
dikan
luar sekolah, dalam upaya
meningkatkan
kualitas
dan kuantitas khatib dan muballigh / muballighah Majelis
Ulama Indonesia Kelurahan sarijadi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapat gambaran tentang
nen-komponen
muballighah
proses pelaksanaan kompo
penataran
khatib
dan
muballigh
Majelis Ulama Indonesia kelurahan
/
Sari
jadi dilaksanakan.
2. Mendapat gambaran tentang keseuaian komponen-komponen
sistem penataran khatib dan
muballigh / muballighah
dengan komponen-komponen sistem pendidikan luar seko
lah.
3. Mendapat
gambaran
komponen
tentang
manajemen
muballigh/muballighah
nen
pendidikan
4. Mengungkapkan
kesesuaian fungsi-fungsi
penataran
dengan
khatib
fungsi-fungsi
dan
kompo
luar sekolah.
dampak
dari penataran
setelah
para
13
peserta
penataran
khatib
dan muballigh/muballighah
selesai mengikuti penataran, dan terjun ke masyarakat
5. Mengungkapkan data yang menjadi faktor-faktor
rong
dan faktor-faktor penghambat
dan
manajemen
pelaksanaan
pendidikan
penataran
khatib
pendo
penerapan
sistem
sekolah
dalam
luar
dan
muballigh/mubal-
lighah Majelis Ulama Indonesia kelurahan Sarijadi. '
6. Memperoleh
penataran
lainnya,
asumsi-asumsi
baru tentang
pelaksanaan
dan satuan-satuan pendidikan luar
sehingga
merupakan
masukan
sekolah
bagi
penyem-
purnaan dan kelengkapan Pendidikan Luar Sekolah.
F. Penjelasan Istilah
Untuk
menghidari
terjadi
kesalahpahaman
dan
perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa
isti
lah yang berkenaan dengan judul dan fokus masalah
pene
litian
ini.
!• Penataran adalah
salah
satu
bentuk
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah diberikan kepada
sekelompok orang dewasa, dengan tujuan untuk
mening
katkan
dan menambah pengetahuan dan keterampilan
bidang
yang
mereka
tekuni.
Penataran
khatib
di
dan
muballigh/muballighah, dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan,
pengetahuan
dan
keterampilan
melaksa-
14
nakan
tugas
sebagai
khatib
dan/atau
muballigh/
muballighah. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun
Bab
III
Pasal 3 menyatakan bahwa
jenis
1991,
pendidikan
IM3H sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
keagamaan,
pendidikan
kedinasan,
No.
73
atib
dan pendidikan kejuruan.
Berdasarkan
misinya
khatib/muballigh, maka jelas bahwa
dan
muballig/muballighah itu
kegiatan
Khatib
sehari-harinya
khususnya
lasan.
jabatan
penataran
merupakan
jenis
yaitu pemuka agama yang
memberikan khutbah kepada
pada saat shalat Jumat dan shalat
Muballigh / muballighah
ballagha
yaitu
muballigh/muballiahah. adalah para pemuka
agama (ulama) Islam.
led.
PP
luar sekolah.
2- Khatib dan
jamaah,
pendidikan
keagamaan dan misinya untuk mengisi
pendidikan
berasal
dari
kata
yang berarti memberi penerangan atau penje-
Muballigh/muballighah yaitu pemuka agama yang
kegiatan
tentang
baik
kerja,
tersebut, baik isinya maupun
tentang
tenaga
jabatan
rutinnya
hal-hal
memberikan
yang
penerangan/penjelasan
berkaitan dengan agama Islam,
yang berhubungan dengan peribadatan maupun yang
berhubungan
dengan
kehidupan
sosial
ekonomi
dan
budaya.
3- Majelis
suatu
Ulama
atau Majelis Ulama Indonesia.
majelis atau tempat para ulama
adalah
berhimpun
dan
15
bertukar
pikiran, menyusun dan menemukan
yang baik
sesuai
ide-idenya
dalam rangka membina dan membimbing ummat,
dengan fungsi ulama. Para ulama, baik
secara
perorangan maupun secara bersama-sama mempunyai tugas
utama
untuk
kemudian
serta
melakukan
memberikan
membimbing
ajaran
"tafaqquh
peringatan
ummat
untuk
fid
kepada
din",
masyarakat,
mengamalkan
ajaran-
agama dan menerapkan nilai-nilai agama
kehidupan
Basri,
bermasyarakat
dan
beragama
dan
dalam
(K.H. Hasan
1984 : 8 dan 10).
Majelis
ulama
Ulama
yang
dimaksudkan
sebagai suatu organisasi
menghimpun para
khatib
dan
muballigh/
muballighah, yang sedang mengadakan kegiatan
penata
ran bagi sebagian anggotanya.
4- Sistem Pendidikan Luar Sekolah. yaitu suatu
gagasan
yang
atau prinsip-prinsip yang saling
terjadi
sekolah.
antara
pada suatu
kegiatan
Sebagaimana paradigma
komponen-komponen
bertauatan
pendidikan
hubungan
pendidikan
himpunan
luar
luar
fungsional
sekolah
(D.Sudjana, 1991 ; 32), yaitu meliputi :
a- Masukan
sarana,
fasilitas
atau
belajar
kelompok
seperti
meliputi keseluruhan sumber
:
yang
memungkinkan
dapat melakukan kegiatan
tujuan
program
penataran,
dan
seseorang
belajar,
program
penataran, penatar atau sumber belajar, fasilitas.
16
panitia
penyelenggara penataran,
media
belajar,
biaya, dan sebagainya.
b- Masukan.
mentah,
yaitu
petatar
penataran
dengan
ciri-ciri
yang berhubungan dengan faktor internal
maupun
Yang
yang
segala
atau peserta
karakteristiknya,
baik
berhubungan dangan faktor eksternal.
behubungan dengan faktor internal, seperti :
pengetahuan
keagamaan,
Quran, pengalaman
kemampuan
dalam bidang
membaca
Al-
kekhatiban
atau
kemuballighan, minatnya untuk mengikuti penataran,
kebutuhan belajar, dan sebagainya.
Sedangkan ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor
faktor
eksternal meliputi status ekonomi,
sosial,
keadaan pendidikan, sarana
status
belajar
yang
dimilikinya, dan kebiasaan belajar.
c- Masukan lingkungan. yaitu faktor-faktor
nunjang
terlaksananya
kegiatan
yang
penataran
medan
terlaksananya mengikuti penataran. Komponen masuk
an lingkungan
lingkungan
ini
sosial,
penyelenggaraan
meliputi
lingkungan keluarga,
lingkungan
penataran, waktu
kerja,
tempat
penyelenggaraan
penataran, tempat tinggal peserta, tempat
penatar,'
dukungan
tokoh
masyarakat,
tinggal
dukungan
pemerintah setempat, dan sebagainya.
d> Proses, yaitu
proses belajar membelajarkan
dalam
17
kegiatan
penataran.
penataran
Dalam penelitian ini
diungkapkan bagaimana penatar
proses
membela
jarkan peserta, termasuk penggunaan metoda, teknik
pendekatan,
strategi, penggunaan sumber
penggunaan
media,
pemaanfaatan
belajar,
lingkungan,
dan
sebagainya.
e- Keluaran,
baik
yaitu
yang dihasilkan dari penataran,
kualitasnya
kuantitas
yang
maupun
kuantitasnya.
dapat ditelusuri
dari
Secara
dokumen-dokumen
ada. Sedangkan yang menyangkut kualitas
lu-
lusan, selain hasil evaluasi panitia, akan terungkap
dari
penampilan dan penguasaan
materi,
dan
perubahan-perubahan lain dalam kehidupan bermasyarakat dan
beragama.
f- Masukan lain, yaitu daya dukung lain yang
kinkan
para
penataran
ini
peserta
penataran
dapat menggunakan
apakah
masyarakat
menerima
dan
lulusan
penataran
memberi
lulusan
kemampuannya.
atau
jamaah
kesempatan
untuk
dan
memung-
memberi
Untuk
atau
DKM
kepada
para
ceramah
atau
tabligh keagamaan atau menjadi khatib di masjid.
9- Impact (pengaruh).
sertanya
dalam
muballighah
beragama,
yaitu
pengaruh
penataran khatib
dalam
kehidupan
seperti : adanya
dari ikut
dan
muballigh/
bermasyarakat
perobahan
dan
penampilan
18
dan
prilaku,
perubahan
pengetahuan,
perubahan
sikap, perubahan keterampilan, kepercayaan
rakat
kepadanya,
peransertanya
dalam
masya
kehidupan
bermasyarakat dan beragama, dan sebagainya.
kegiatan
da'wah
atau
kemuballighan,
aktif
orang
lain, dapat mengajak orang lain ke
aktivitas ia dalam
dalam
apakah
lebih
ta'lim,
berperanserta
Dalam
ia
membelajarkan
organisasi
majelis
keagamaan
seperti DKM, MUI, MDI, ICMI, dan sebagainya.
5- Analisis
dari
segi
Sistem Pendidikan Luar Sekolah
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan
penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah
secara
mendalam
dari
segi
komponen-komponen
sistem
pendidikan
luar sekolah.
6« Analisis dari segi Manajemen pendidikan Luar sekolah.
dimaksudkan
terhadap
dalam
penelitian
ini
adalah
kegiatan penataran dari segi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah.
tinjauan
fungsi-fungsi
Fungsi-fungsi
manajemen PLS ini meliputi : perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan,
pembinaan,
penilaian
dan
pengembangan.
a- Perencanaan. menyangkut perencanaan penataran yang
meliputi
penataran,
: perumusan
tujuan
diselenggarakannya
rencana kegiatan penataran, dan
rang-
19
kaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
b" Pengorganisasian, yaitu mengidentifikasi dan mema-
dukan sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan
penataran.
Dalam pengorganisasian ini meliputi
menginfentarisasi
kegiatan
atau
siapa
panitia
personal
penataran,
:
pelaksana
siapa peserta
yang akan diikutsertakan dalam penataran (termasuk
persyaratannya),
alat-alat
fasilitas apa
yang
diperlukan,
apa yang diperlukan, berapa biaya
diperlukan,
dari
mana
biaya
diperoleh,
yang
dengan
siapa perlu kerjasama, siapa yang perlu dihubungi,
dan sebagainya.
c
Penqqerakan, yaitu upaya untuk mewujudkan
terlak-
sanananya
peserta
dan
penataran mulai dari
sumber
panitia,
belajar (penatar). Untuk komponen ini
menyangkut fungsi komunikasi antar semua yang terlibat,
sama
kepemimpinan panitia dan mewujudkan
antar
seluruh
komponen
panitia,
kerja
peserta,
penatar, MUI, DKM dan pemerintah setempat.
d. Pembinaan,
menyangkut
monitoring
terhadap
komponen
ini
melaksanakan
pembinaan,
ditempuh.
pengawasan, supervisi
pelaksanaan
ingin
penataran. Dari
diketahui
pembinaan, adakah yang
dan
bagaimana
cara
dan
siapa
yang
melaksanakan
pembinaan
yang
20
e- Penilaian,
dan
meliputi keseluruhan fungsi
seluruh komponen,
manajemen
proses, hasil dan pengaruh
kegiatan penataran. Dalam penelitian ini
diungkap
tentang berfungsi atau tidaknya komponen penilaian
dalam penataran yang bersangkutan.
f- Pengembangan. yaitu merupakan pelaksanaan
kegiatan serupa (penataran) melalui
fungsi-fungsi
manajemen
pendidikan luar sekolah. Dalam
tian
ingin
ini
maksud
untuk
diungkapkan
tingkat
atau
pengembangan penataran
muballigh/muballighah
di
ada
yang
kembali
peneli
tidaknya
khatib
di Kelurahan Sarijadi
lebih
atas,
atau
dan
atau
mengadakan
penataran yang sama dengan materi yang lebih ting»
gi sebagai lanjutannya.
7•
Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam penerap*H sistem dan manajemen pendidikanluar sekolah.
a. Faktoi—faktor pendorong dimaksudkan dalam
tian
ini
penerapan
ialah
sistem
semua
faktor
yang
dukungan
menjadikan
dan manajemen PLS ini mudah dan
berhasil dilaksanakan, seperti sambutan
ga masyarakat,
peneli
dari wai—
dukungan dari pemerintah setempat,
dari tokoh-tokoh masyarakat, tersedianya
dan kesediaan
sumber belajar,
kemudahan dana dan
fasilitas, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor
penghambat dimaksudkan adalah semua
21
hal
yang menjadi kendala dalam
penerapan
sistem
dan manajemen PLS dalam penataran, seperti : kecurigaan
dari
pemuka-pemuka masyarakat,
ketakutan
kehilangan pengaruh karena akan muncul orang
yang
menjadi saingan, terbentur pada
biaya,
lain
dan
Iain-lain yang tidak menguntungkan.
G.
Keaunaan Penelitian
Kegunaan
kesesuaian
muballighah
penelitian ini adalah untuk
mengetahui
pelaksanaan penataran khatib dan
muballigh/
dengan
komponen-komponen Sistem
jemen Pendidikan Luar Sekolah.
Dengan
dan
demikian peneli
tian ini memungkinkan akan diperolehnya bahan-bahan
tuk
menyempurnakan
Mana
pelaksanaan penataran
dan
un
temuan-
temuan yang berharga bagi Pendidikan Luar Sekolah.
Oleh
karena itu secara rinci kegunaan penelitian ini adalah :
1-
Kegunaan Praktis
Dari
data
yang terungkap dalam
maka akan berguna untuk meningkatkan dan
penelitian
menyempurnakan
pelaksanaan penataran yang serupa, sehingga
akan
ini
selanjutnya
terdapat dampak hasil penataran yang sesuai dengan
harapan semua pihak, yaitu terpenuhinya kekurangan kha
tib dan muballigh/muballighah yang bermutu.
Temuan-temuan dari penelitian ini akan
bahan
acuan
selanjutnya,
sistem
untuk
perencanaan
merupakan
program
penataran
yang sesuai dengan fungsi-fungsi
komponen
pendidikan luar sekolah dan fungsi-fungsi
mana
jemen pendidikan luar sekolah.
2"
Kegunaan
Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan
dapat mengembangkan teori-teori pendidikan luar sekolah,
khususnya teori-teori yang diterapkan dalam
penataran.
pelaksanaan
Hasil penelitian ini paling tidak dapat
nambah informasi untuk menguji keterandalan
teori-teori
yang ada yang berkaitan dengan Pendidikan Luar
terutama
teori-teori
Andragogi,
me-
sekolah,
Sistem PLS, Manajemen
PLS dan teori-teori pendukung lainnya.
3.
Kegunaan Professional
IKIP,
sebagai
perguruan
tinggi
yang
professi
keguruan dan kependidikan, yang
professi
kependidikan luar sekolah,
hasil-hasil
nya.
salah
membina
di
sangat
antaranya
memerlukan
penelitian yang berkaitan dengan
Oleh karena itu hasil penelitian ini akan
satu masukan untuk pengembangan
professimenjadi
teori-teori
dan
konsep-konsep pendidikan luar sekolah.
Bagi tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, peneli-
tian
ini
rangka
khususnya
sangat
membina
penting
professi
untuk menambah wawasan dalam
pendidikan
luar
sekolah,
dalam rangka membina mahasiswa Jurusan Pendi
dikan Luar Sekolah.
.:•:•:'
i
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Berdasarkan
kecenderungan
penelitian,
deskriptif
studi
penjajagan
ke
data yang ada, dan sesuai
maka
dengan
metode
yang
pendekatan
sesuai
lapangan,
dengan
tujuan
adalah
metode
penelitian
kualitatif.
Dalam penelitian sosial seperti ini, khususnya
mengenai
interaksi manusia dengan manusia lain, lapanganlah
menentukan metode.
yang
Diutarakan oleh Perry, bahwa "obyek-
lah yang menentukan metode dan bukan sebaliknya; di mana
metode yang telah ada menentukan obyek manakah
kan
sebagai
1977
:
sasaran upaya
ilmiah"
ditetap
(Koentjaraningrat,
17).
Secara
sanaan
khusus metode penelitian
tentang
penataran khatib dan muballigh/muballighah
mendalam, pada dasarnya ingin memahami bagaimana
pelak
yang
inter
aksi sosial para pelaksana dan peserta, dan para peserta
dengan jamaahnya sebagai dampak turut sertanya dalam pe
nataran.
Hal tersebut perlu diungkap untuk
mendapatkan
gambaran yang lengkap.
Dengan
pendekatan
kualitatif
82
ini
diharapkan
83
dapat
menghasilkan
diteliti
dan
secara utuh.
Taylor
sebagai
suatu gambaran tentang
(1975 : 5),
prosedur
deskriptif
Sebagaimana
bahwa
penelitian
berupa
obyek
diungkapkan
"metodologi
yang
yang
Bogdan
kualitatif
menghasilkan
kata-kata tertulis atau
data
lisan
dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Alasan lain mengapa dengan penelitian kualitatif,
adalah dilihat dari kegunaan penelitian ini antara lain:
(a)
dapat
kehidupan,
lam,
(d)
teknik,
berbagai
obyek
(b) dapat dilakukan penelitian secara
(c) dapat digunakan untuk studi
dalam
studi
digunakan untuk menyelidiki
pengumpulan data
seperti
dapat
: observasi,
menda-
eksploratif,
digunakan
wawancara,
berbagai
angket,
penelitian kualitatif ini antara lain : (a) dalam
ambilan
belum
ini
B.
suatu
generalisasi dari
data
yang
sama tetapi pada kondisi yang berbeda;
(S.
Nasution,
dari
peng-
ditemukan
tentu dapat berlaku bagi unit lain dalam
biasanya memerlukan waktu yang lama dan
mahal
dan
dokumentasi.
Konsekuensi lain yang perlu dipertimbangkan
yang
dan
masalah
(b)
dana
metode
yang
1988 : 20).
Subyek Penelitian
Penelitian kualitatif berawal
konteks
lebih
dari
penting dari pada jumlah.
asumsi bahwa
Denqan
kata
84
lain
bahwa informasi yang sebanyak-banyaknya
akan
variasi lebih penting dari pada
yang
banyak.
penelitian
ini
Oleh
karena
itu
diupayakan subyek
dan
jumlah
responden
pengambilan
yang
kaya
subyek
representatif.
Dengan subyek penelitian itu diharapkan dapat mengungkap
data yang terperinci dan spesifik, bukan untuk mendapat
kan data yang banyak kesamaan dan dapat
digeneralisasi-
kan.
Atas dasar alasan tersebut maka subyek penelitian
ini
akan diambil 6 (enam) orang peserta penataran
yang
terdiri dari 3 (tiga) orang peserta yang berhasil dan
(tiga)
hasil
Adapun
orang peserta yang kurang berhasil dilihat
evaluasi yang diselenggarakan panitia
subyek pendukung penelitian ini
3
dari
penataran.
adalah
panitia
penyelenggara penataran itu sendiri yang diwakili oleh 1
orang
koordinator penyelenggara, 1 orang
Pimpinan
MUI
Kelurahan Sarijadi, 3 Pimpinan DKM dari yang mengirimkan
utusan peserta penataran. Untuk mengetahui
keberhasilan
atau
kurang berhasilnya penataran ini, akan
dari
3 orang jemaah dimana informan subyek pernah
sering
tampil,
dan
1
orang
aparat
ditelusuri
atau
Kelurahan
Sarijadi.
C. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan
85
ditempuh
melalui : studi literatur,
observasi
dan
studi dokumentasi,
wawancara.
1- Studi literatur. dimaksudkan adalah untuk
memperoleh
teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan
pembanding,
penguat atau penolakan terhadap temuan hasil
peneli
tian, dan untuk mengambil kesimpulan (Subino, 1982
:
28) .
2- Studi
dokumentasi. yaitu untuk mengungkap data
bersifat
yang
administratif mengenai
terdokumentasikan.
bahwa
S.
kegiatan
Nasution
yang
penataran
mengemukakan
studi dokumentasi bermanfaat karena bahan
itu
telah ada, telah tersedia dan siap pakai, menggunakan
bahan ini tidak meminta biaya (S.Nasution, 1988 : 85)
Adapun dokumen yang akan dijadikan sumber
ini
adalah
dokumen-dokumen
yang
penelitian
berkaitan
dengan
penataran yang tersimpan di panitia penataran,
arsip
MUI dan DKM-DKM di Kelurahan Sarijadi.
3- Observasi. yaitu untuk mengetahui kegiatan penataran,
penampilan
peserta penataran dan penampilan
lulusan
penataran.
Kegiatan-kegiatan yang diobservasi adalah
kegiatan penataran yang masih berjalan beberapa pertemuan
untuk
kesesuaian
mengetahui proses
dengan
pembelajaran,
kaidah-kaidah
andragogi,
adakah
kaidah
metodologi, dan sebagainya.
Selain
terhadap proses pelaksanaan
penataran,
akan
86
diobservasi
sedang
juga
tampil
penampilan
sebagai
informan
khatib
manakala
atau
saat
ia
menjadi
muballigh/muballighah.
4" Wawancara.
teknik
dipergunakan karena merupakan
pengumpulan data yang relevan
penelitian
kualitatif.
mengatakan
ampuh
bahwa
S.Nasution
dirasakan
orang tentang berbagai
wawancara
ini
mengungkap
serta
(1982
tujuan
:
150)
alat
yang
dipikirkan
atau
aspek
dilakukan untuk menjaring
kehidupan".
data
atau
informasi-informasi tentang persepsi
penataran
mengenai
khatib
perlunya
pe
dan muballigh / muballighah
penataran,
proses
dan kekurangan pelaksanaan
kebaikan
dengan
: "wawancara merupakan
untuk mengungkapkan apa yang
salah satu
penataran,
penataran,
dan
sebagainya.
Pelaksanaan
wawancara,
wawancara ini akan mengacu pada
di
mana
pedoman
wawancara
pedoman
ini
sesuai
dengan sifat penelitian kualitatif, selalu berkembang
sesuai
dengan perkembangan dan munculnya
pertanyaan
baru.
Sebagai
sumber
data atau informan yang
akan
wancarai antara lain : panitia penyelenggara,
belajar
(penatar),
pengurus MUI Kelurahan
diwasumber
Sarijadi,
Pengurus DKM yang mengirimkan peserta penataran,
peserta
penataran yang dijadikan
sampel
dan
penelitian
87
mi.
D.
Instrumen
Penelitian.
Untuk
menggiring
dan
diperlukan dalam penelitian
menjaring
ini,
data
yang menjadi
instrumen
utama
adalah peneliti sendiri.
dahkan
penelitian digunakan juga pedoman—pedoman
cara dan observasi,
dipergunakan di
Latar
yang
Namun untuk
yang
lebih
memu-
wawan
bisa berkembang manakala sedang
lapangan sesuai dengan kebutuhan.
peneliti yang memungkinkan
dapat
dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini,
antara
lain
belakang
: Pertama,
peneliti berbekal
pengetahuan dan bacaan
metode penelitian kualitatif selama mengikuti
han
Metodologi
Kedua,
Pasca
Sarjana.
kehadiran peneliti sebagai observer di
lapangan
mudah diterima,
Penelitian di
karena
Program
perkulia
peneliti sendiri sering hadir
di
tengah-tengah mereka sebagai salah seorang pengurus MUI.
E.
Pengumpulan
Pada
Data.
tahap pelaksanaan
langkah-langkah sebagai
1.
Studi
penjajagan,
berikut
dilakukan
pengumpulan data
:
ke
lapangan,
dimaksudkan
untuk mendapatkan data awal
tentang penataran
dan
antara
muballigh/muballighah,
nyelenggaraan,
alasan
dilalui
lain
diselenggarakan,
terlibat sebagai penyelenggara,
khatib
: tujuan
siapa
siapa pesertanya,
pe
yang
dan
88
bagaimana respon masyarakat, dan bagaimana
Studi
penjajagan
ini
dimaksudkan
hasilnya.
pula
untuk
memberi tahu panitia penyelenggara tentang kedatangan
peneliti,
dan
sekaligus meminta ijin
untuk
selalu
berhubungan dengan mereka selama pengumpulan data.
Dari
studi penjajagan ini,
setelah
dipertimbangkan
dan dikaji berbagai kemungkinan untung
ruginya,
berbagai hal yang perlu dipertimbangkan, maka
tukan : sampel penelitian, yang terdiri dari
penyelenggara,
pengurus
MUI
Kelurahan
dan
diten
panitia
Sarijadi,
Pengurus DKM dan peserta penataran.
2- Pelaksanaan Pengumpulan Data.
data
dengan
berikut
teknik-teknik
Melakukan
yang
pengumpulan
telah
dirancang
pedoman-pedoman pengumpulan data yang
disiapkan.
Pengumpulan
data dilakukan
dari
data yang telah ditentukan sebagai sampel
tersebut
di
telah
sumber
penelitian
atas.
Wawancara dengan sumber data (informan) dilakukan
di
tempat yang telah disepakati yaitu di rumahnya atau di
masjid
di mana ia melakukan kegiatan
rutin
sebagai
khatib, muballigh atau guru ngaji atau ustadz/ pengasuh majelis ta'lim, yang waktunya disesuaikan
kapan
ia berada di
Prekuensi
kunjungan
tempat
untuk
yang
telah
wawancara
dengan
disepakati.
disesuaikan
dengan kelengkapan data yang terkumpul sesuai dengan
89
sifat
penelitian
kualitatif
bahwa
wawancara baru
diakhiri setelah data yang terkumpul dianggap
betul-
betul sudah lengkap.
Observasi dilakukan ke tempat kegiatan penataran yang
masih berlangsung. Observasi lain dilakukan
lulusan
tampil
penataran
sebagai
untuk
khatib
mengetahui
di masjid.
terhadap
bagaimana
Untuk
ini
ia
akan
dilakukan sesuai dengan jadwal yang dirancang DKM-DKM
dan koordinasi dengan panitia.
Observasi ke lapangan
untuk mengetahui bagaimana penampilan lulusan penata
ran akan dipandu dengan pedoman observasi.
Dokumentasi
yang
untuk
melengkapi
tertulis, seperti siapa yang
panitia,
yang
diperlukan
siapa
menjadi
belajar,
terlibat
yang menjadi sumber
pesertanya, daftar
data-data
sebagai
belajar,
hadir
siapa
partisipasi
materi belajar yang disampaikan, yang semua-
nya ada di panitia penyelenggara penataran khatib dan
muballigh/muballighah.
ditelusuri
Dari dokumentasi
bagaimana manajemen penataran
juga
dapat
dilaksana-
kan.
F.
Pengolahan dan Analisis Data.
Sejak
mulai
mulai masuk lapangan, sejak itu pula
dikumpulkan
data
dan sejak itu pula data mulai diana-
lisis. Analisis selama pengumpulan data ini memungkinkan
90
bagi peneliti untuk meninjau kembali hal-hal yang bersifat meragukan.
Adapun
dan
prosedur yang ditempuh
analisis data ini adalah :
pertama.
dokumen-dokumen,
mengelompokkan data
dan
dan
observasi,
dalam
pengkodean
pengolahan
inventarisasi
hasil
data
wawancara
sesuai
dengan
masalah; kedua, membuat deskripsi dari data yang terkum-
pul;
dan ketiqa. menganalisis data
sehingga
mendapat
gambaran dan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis
data
ini berpedoman
atau
menggunakan
acuan teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan
sekolah,
pendidikan
sekolah,
yang
luar
antara lain :
sekolah,
pemndidikan
orang
komponen-komponen
manajemen
dewasa,
pendidikan
dan
pembelajaran pendidikan luar sekolah lainnya.
luar
sistem
luar
teori-teori
•:>Ci
BAB
V
DISKUSI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI
A.
Diskusi
Hasil
Dari
pengamata