PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBAIXIGHAH MAJELIS ULAMA KELURAHAN SARIJADI KECAMATAN SUKASARI KOTAMADYA DT II BANDUNG: Tinjauan Analisis Dari Segi Sistem dan Manajemen Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Pelaksanaan Penataran Khatib dan Muballigh/Muballigha

PENATARAN KHATD3 DAN MUBALLIGH/MUBAIXIGHAH

MAJELIS ULAMA EELURAHAN SARIJADI
KECAMATAN SUKASARI KOTAMADYA DT H BANDUNG

Tinjauan Analisis Dari Segi Sistem dan Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
Terhadap Pelaksanaan Penataran Khatib dan Muballigh/Muballighah
Di Kelurahan Sarijadi

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Untuk memenuhi sebagian syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

Muhammad Kosim Sirodjuddin
Nomor Pokok: 8832023


RPROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDrKAN
BANDUNG
1994

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
TTM PEMBIMBING :

Prof. Dr. H. DJudJu Sudjana, M. Ed.

Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA

PROGRAM PASCA SARJANA
INSnTUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDIKAN
BANDUNO
1994

A


Menyadari
dikan

sia,

B

S

T

R

A

K

akan masalah rendahnya tingkat

umat dan kurangnya pemuka agama Islam di


maka pemerintah, masyarakat maupun

pendi
Indone

individu

yang

bersangkutan berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,

khusus-

nya untuk pemuka agama. Di antara upaya yang diselengga-

rakan

di


ialah penataran khatib dan

Kelurahan

Sarijadi

muballigh/muballighah

Kecamatan

Sukasari

Kotamadya

Bandung.

Sebagai salah satu jenis pendidikan luar sekolah,

penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah, tidak musta-


hil penyelenggaraannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
pendidikan luar sekolah,
dengan

sehingga hasilnya tidak sesuai

apa yang diharapkan. Atas dugaan

tersebut

maka

timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu

:

"Apakah sistem dan manajemen penataran khatib dan mubal-

liqh/muballighah


sesuai

pendidikan

sekolah"

luar

dengan

?

sistem

Dari

dan

fokus


manajemen

penelitian

tersebut selanjutnya ingin diketahui bagaimana komponenkomponen, fungsi-fungsi manajemen, dampak, serta faktorfaktor pendorong dan

penghambat

penataran

muballigh/muballighah Majelis Ulama Kelurahan

khatib

dan

Sarijadi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian


ini adalah metode deskriptif analitik dengan

kualitatif,

yaitu

pendekatan

menuturkan dan menafsirkan data yang

v

ada,

kemudian

menganalisis

dan


menginterpretasi data

itu. Data digali dan dikumpulkan dengan teknik
ra,

observasi

dan dokumentasi. Untuk

wawanca

memperoleh

data

yang diperlukan kami mengadakan wawancara dengan peserta
penataran
dengan

yang


baik

lainnya

terdiri dari 3

dan 3 peserta yang kurang

diperoleh

Koordinator

peserta

dari Ketua MUI

yang

berhasil


berhasil.

Kelurahan

Data

Sarijadi,

Panitia Penyelenggara Penataran Khatib

dan

Muballigh/muballighah MU Kelurahan Sarijadi, Tokoh Ulama

Kelurahan Sarijadi, Lurah/Seretaris Kelurahan

Sarijadi,

dan beberapa Pimpinan DKM dari Kelurahan Sarijadi.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

maka

merupakan kesimpulan penting, adalah sebagai berikut :

1. Terdapat ketidak sesuaian sistem penataran khatib dan

muballigh/muballighah

di

Kelurahan

Sarijadi dengan

sistem pendidikan luar sekolah. Panitia tidak

dentifikasi
panitia

kebutuhan

belajar

peserta,

mengi-

sehingga

tidak merumuskan tujuan belajar yang

sesuai

dengan kebutuhan belajar para petatar Becars rinci.

2. Peserta penataran yang terlalu banyak, tidak

diiden-

tifikasi karakteristik, pengalaman serta latar

bela-

kang pendidikanya sehingga panitia kesulitan penanganannya.

Penyelenggaraan

penataran

nampak

seperti

pengajian umum yang susah dikontrol. Penatar kesulit

an

mengembangkan

metode mengajar,

yang terlalu banyak itu tidak dibuat
pok

seperti

dikendaki

Suzane

apalagi

peserta

kelompok-kelom-

Kindervatter

proses empowering untuk menciptakan kemandirian
v 1

dalam

para

peserta ,

3. Penyelenggaraan penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah di Kelurahan Sarijadi sudah menerapkna fungsifungsi

manajemen

pendidikan

luar

sekolah,

hanya

kualitasnya kurang sesuai dengan prinsip-prinsip PLS,
yaitu perencanaan kurang lengkap di mana tidak
kukan

identifikasi

peserta

dan

kebutuhan

dilabelajar

peserta, sehingga menyesatkan dalam merumuskan tujuan

materi belajar, mengembangkan metode pembelajaran dan

evaluasi keberhasilan penataran itu sendiri.
ganisasian
yang

peserta yang terlalu banyak tidak

memungkinkan

terselenggaranya

membelajarkan

yang

panitia

mampu memberi

sesuai

Pengor-

tidak

proses

sebaik-baiknya.
acuan

dengan tujuan yang ingin

diatur
belajar

Penggerakan,
kepada

dicapai.

penatar
Penilaian

tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya menilai hasil

belajar

yang baku, sehingga tidak

perubahan

diketahui

kognisi, afeksi dan psikomotor

dari

adanya
para

peserta penataran.

4.

Manfaat

yang

psikologis

tanggung

dirasakan

antara

lain

bahwa

para tamatan penataran merasa lebih

jawab

tanggung-jawab

terhadap kemajuan
moral

untuk

selalu

secara

ber—

Islam,

mempunyai

taat

beragama,

lebih aktif dalam ikut mengelola pengajian anak-anak,
dan bertambah motivasi untuk menggali ilmu dan penge-

tahuan
untuk

tentang

Islam, baik untuk

kehidupan sehari-hari.

via.

berda'wah

maupun

DAFTAR

ISI

ABSTRAK

v

KATA PENGANTAR

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

xi

DAFTAR ISI

>;v

DAFTAR TABEL

xviii

DAFTAR GAMBAR

xix

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

BAB II.

S\ S\

1

Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penjelasan Istilah
Kegunaan Penelitian

l
9
10
11
12
13
21

PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBALLIGHAH
SEBAGAI SALAH SATU
JENIS
PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH
.
A.

Konsep

Pendidikan

Luar

24

Sekolah Dalam

Penataran Khatib dan Muballigh / Muballighah

1.

24

Konsep Pendidikan Luar Sekolah
a.
b.
c.
d.

...

Pengertian
Pendidikan Luar Seko
lah
Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ..
Sasaran Pendidikan Luar Sekolah .
Karakteristik Pendidikan Luar Se
kolah

24

24
31
33
37

2. Penerapan Konsep Pendidikan Luar Se
kolah dalam Penataran Khatib dan Mu

bal ligh/Mubal 1ighah

42

a. Penataran Khatib dan

Muballigh /

Muballighah sebagai Satuan Pendi
dikan Luar Sekolah

b. Penataran Khatib dan

42

Muballigh /

Muballighah sebagai kegiatan Pro
ses Empowering

44

B. Konsep Sistem Dan Manajemen Pembelajar
an Pendidikan Luar Sekolah dalam

Pena

taran Khatib dan Muballigh/Muballighah.
1.

Sistem Pembelajaran Pendidikan

Luar

Sekolah

a.

48

Komponen-komponen Sistem Pendidik
an Luar Sekolah

b.

48

Proses Pembelajaran dalam Penatar

an Khatib dan

Muballigh / Mubal-

1ighah
c.

48

57

Metode Pembelajaran

dalam

Pena

taran Khatib dan Muballigh/Muballighah
2.

64

Manajemen Pembelajaran dalam Penatar

an Khatib dan Mubal1igh/Muballighah.

69

C. Kerangka Pemikiran Yang Mendasari Pene
litian

76

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

82

A. Metode Peneltian
B. Subyek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Instrumen Peneltian
E. Pengumpulan Data
1. Studi Penj aj agan
F.

BAB IV.

82
83
84
87
87
87

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

88

Pengolahan Data

89

SISTEM DAN MANAJEMEN PENATARAN KHATIB
DAN
MUBALLIGH/MUBALLIGHAH DI KELURAHAN SARIJA
DI

93

A. Gambaran Daerah Kelurahan Sarijadi

...

93

.........

93
94

1. Letak dan Keadaan Daerah
2. Keadaan Penduduk

xvi

B. Gambaran
Pelaksanaan Penataran
Kha
tib dan Muballigh / Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi

97

1. Tujuan Penyelengaraan Penataran Kha
tib dan Muballigh / Muballighah

97

2. Sistem
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan Muballigh/Mubal1ighah di
Kelurahan Sarijadi

100

3. Manajemen Penyelenggaraan Penataran
Khatib dan Mubal1igh/Mubal1ighah di
Kelurahan Sarijadi

C. Factor faktor

Pendorong

115

dan Penghamat

Penerapan Sistem dan
Manajemen
an Luar Sekolah dalam Penataran

dan Muballigh/Muballighah di
Sarijadi

PendiKhatib

Kelurahan

1. Faktor—faktor Pendorong
2. Faktor-faktor Penghambat
BAB

V. DISKUSI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Diskusi
B. Kesimpulan

128

128
132
136
136
150

1. Kesimpulan
2. Beberapa Temuan Penelitian

C. Rekomendasi

151
157

160

1. Rekomendasi Bagi Penqelola Penataran
Khatib dan Muballigh
2. Rekomendasi Bagi
Penelitian
Selan
jutnya

160
163

DAFTAR PUSTAKA

166

LAMPIRAN

172

xvi 1

DAFTAR

TABEL

Halaman

Tabel

1.

Keadaan Penduduk dan Pekerjaannya di
Kelurahan Sarijadi,

Tabel

2.

Keadaan Pendidikan Penduduk
rahan

Tabel

3.

Akhir tahun 1993

Sarijadi,

Tahun

di

94

Kelu

1993

95

Keadaan Penduduk, Masjid Jami,

Kha

tib dan Muballigh/Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi

Tabel

4.

Tahun

1993

99

Materi Penataran dan Penatarnya Pada
Penataran Khatib dan Muballigh / Muballighah di Kelurahan Sarijadi, Ta
hun

Tabel

5.

1993

102

Keadaan Lulusan Penataran

Muballigh/Muballighah
Sarijadi,
Tabel

6.

di

Kelurahan

Tahun 1993

112

Keadaan Peserta Penataran

Muballigh/Muballighah
Sarijadi,

Khatib dan

Tahun 1993

XVI11

di

Khatib dan

Kelurahan
121

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

Gambar

1

2.

Hubungan Fungsional Antara Komponen
Komponen Pendidikan Luar Sekolas ..
Rangkaian Fungsi
an

71

Menurut Konsep

Gambar

Pendi-

Luar Sekolah

Model
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan
Muballigh / Muballighah

Gambar

Gambar

Manajemen

54

4.

5.

PLS

78

Model
Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan
Muballigh / Muballighah
di Kelurahan Sarijadi, Tahun 1993.
Struktur Organisasi Panitia

Ill

Penye

lenggara Penataran
Khatib dan Muballigh / Muballighah MU
Kelurahan
Sarijadi Tahun

1993

x 1 x

120

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Permohonan izin Penelitian

172

Lampiran

2. Ijin Penelitian dari
Kantor Sosial
Politik Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat 11 Bandung

173

Lampiran

3. Ijin Penelitian dari Kantor Camat
Sukasari Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung

174

Lampiran

4. Surat Keterangan Lurah Sarijadi ....

Lampiran

5. Proposal / Rencana Kerja
garaan Penataran

Khatib

Penyeleng
dan Mubal-

ligh/Muballighah MU Kelurahan

Sari

jadi Kec. Sukasari, Kodya Bandung ..

Lampiran

176

6. Susunan Panitia Penyelenggara Khatib
dan Muballigh/Muballighah MUI
rahan sarijadi, Tahun 1993

Kelu
181

Lampiran

7. Pedoman Wawancara

Lampiran

8. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ke
tua MUI

Lampiran

175

183

Kelurahan Sarijadi

216

9. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ko
ordinator Panitia Penyelenggara Pe
nataran Khatib dar.
Mubal 1igh/Muballighah Kelurahan Sarijadi

223

Lampiran 10. Transkrip Hasil Wawancara dengan Tokoh Ulama Kelurahan Sarijadi

229

Lampiran 11. Transkrip Hasil Wawancara dengan Peserta/Lulusan Penataran Khatib

dan

Muballigh/Muballighah Kelurahan
rijadi

Sa

Lampiran 12. Transkrip
Pengurus

hasil
DKM

di

Wawancara

232

dengan

Wilayah Kelurahan

Sarijadi

237

Lampiran 13. Daftar Penilaian Praktikum Penataran
Khatib dan Muballigh/Muballighah Ke
lurahan sarijadi

239

Lampiran 14. Peta Situasi Kelurahan Sarijadi

...

240

Lampiran 15. Peta Wilayah Kecamatan Sukasari Kota
madya Bandung

Lampiran 16. Peta Wilayah Kotamadya Bandung

x x 1

241

....

242

•::-C>

BAB

I

PENDAHULUAN

A- Latar Belakang Masalah

Hakekat
dalam

GBHN 1993, adalah pembangunan

seutuhnya

dan

seluruhnya.

mencapai

Pembangunan

dan

manusia

masyarakat

nasional

Indonesia

Indonesia

diarahkan

kesejahteraan

untuk

lahir

batin,

terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan ra

keadilan

pendapat
Dengan

pembangnuan

kemajuan

termasuk
sa

pembangunan nasional, seperti terkandung

serta

yang

terjadinya

bertanggung

demikian

kebebasan

jawab

mengeluarkan

bagi seluruh rakyat..

pembangunan yang sudah memasuki PJP II

ini tidak

hanya mengejar kemajuan lahiriah saja, tetapi

merupakan

usaha

perubahan yang

menekankan pada upaya

mencari keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia

dan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan
dipisahkan

pembangunan itu sendiri tidak dapat

dari faktor pendukungnya,

sebagai sumber daya pelaksananya.

terutama

manusia

Oleh karena itu dite-

gaskan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (Bintoro

Tjokro-

amdjojo, 1986 : 1), bahwa "pembangunan itu harus dilihat

secara

dinamis

dan bukan dilihat sebagai

konsep

yang

statis".

Dengan demikian dalam pembangunan ini

bahwa kedudukan,
sumber

daya

fungsi dan

peranserta manusia sebagai

utama dan kunci

masyarakat.

diakui

keberhasilan

pembangunan

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Menteri

Penerangan RI (Harmoko, 1986 : 83), bahwa : "Berhasilnya
pembangunan masyarakat kita tergantung kepada peranserta
(partisipasi

aktif) seluruh rakyat, dan

disiplin

para

penyelenggaranya".

Asumsi

yang

berkembang

dalam

melaksanakan

pembangunan adalah bahwa yang penting bukan sekedar ter-

capainya

pembangunan, tetapi lebih

sasaran

dari

itu, yakni bagaimana proses untuk mencapai sasaran
bangunan

itu

menjadi

diupayakan.

Dengan

demikian

sadar mengapa perlu membangun,

merasakan

bahwa

pembangunan

pem

masyarakat

selanjutnya

adalah

pada

bagian

ia
dari

kehidupannya, miliknya dan menjadi kewajiban serta tanggung jawabnya pula.

Peranserta

masyarakat

dalam

pembangunan

merupakan kunci keberhasilan, terutama apabila
dukungan dari para pemuka masyarakat.

Hal

ini

mendapat

tersebut di-

kemukakan oleh Muhtadi (1979 : 43), bahwa "pemuka masya
rakat

mempunyai

masyarakatnya,
sebagai

bahwa

pengaruh
oleh

yang

terhadap .. warga

besar

karena itu perlu

diikut

kader". Lebih lanjut dikemukakan

"sesuatu

program

pembangunan

sertakan

oleh

dari

Muhtadi

pemerintah

kadang-kadang dapat gagal karena tidak
secara

memperansertakan

aktif para pemuka masyarakat". Hal

yang

senada

dikemukakan pula oleh Rahayu Hanafiah (1976 : 1), bahwa:
"... pembangunan

jika

mendapat

berjalan

lancar

dukungan dari

dan

para

berhasil

pemuka

baik

masyarakat

setempat, termasuk para pimpinan agamanya".
Pemuka masyarakat di dalam masyrakat Muslim ada

lah

"ulama",

yang termasuk di dalamnya khatib dan

muballigh/muballighah. Ulama yaitu orang-orang yang ahli
melaksanakan

tugas

menyebarkan dan

mengamalkan

agama

Islam (Badri Sanusi, 1987 : 1).

Ulama
sial

dalam

merupakan sumber daya manusia yang
pembangunan masyarakat.

kultur diakui,
kat. Karena

sebagai

itu

kunci

berperan

disegani

Para ulama secara

dan dijadikan panutan masyara

para ulama sangat strategis

pembangunan masyarakat.

sebagai

poten-

khatib,

dijadikan

Para ulama yang

muballigh / muballighah atau

da'i, diharapkan dapat menunjang pembangunan masyarakat,
baik

yang

tumbuh

dari

masyarakat

itu sendiri maupun

berupa program yang disodorkan pemerintah.
Sebagai pemuka masyarakat, para ulama akan lebih

berhasil

dalam

membawa

diharapkan, sebagaimana

ummatnya
dikemukakan

kepada

tujuan

oleh

yang

Badri Sanusi

(1987 : 1), ialah jika ulama itu memiliki :

(a)
yati

ilmu pengetahuan Islam yang luas dan
kebijaksanaannya, (b) kemampuan

mengha-

menerjemahkan

nilai-nilai
masyarakat,

dan norma-norma agama dalam
(c) kemampuan menerjemahkan

kehidupan
gagasan

pembangunan sebagai realisasi Pancasila, kedalam ba-

hasa yang dipahami oleh ummat Islam, (d) kemampuan
berperanserta secara aktif dalam usaha pembangunan
bangsa

sebagai pelaksana firman Allah SWT dalam

Al

Quran dan realisasi Pancasila, (e) kemampuan membe
rikan pendapat, saran-saran dan petunjuk terhadap
ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya
pembangunan nasional.

Lain halnya dengan kenyataan di masyarakat, bahwa

penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
rata berpendidikan rendah.
masyarakat

ini

pendidikan

adalah

sekolah

rata-

Rendahnya tingkat pendidikan

sebagai

maupun

produk lembaga-lembaga

pendidikan

luar sekolah,

termasuk lembaga pendidikan keagamaan. Rendahnya tingkat
pendidikan ini akan membawa pengaruh
terhadap
susnya

kehidupan
dalam

dilontarkan

bermasyarakat

pembangunan

oleh

yang
dan

nasional.

para ahli. Seperti

kurang

baik

bernegara, khuHal

itu

banyak

dikemukakan

oleh

BAKOR Jawa Barat (1979), bahwa :

Dalam
mat

kehidupan di masyarakat, sebagian
Islam di Indonesia

besar

belum benar—benar

um

memahami

ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh isolasi ajaran
Islam

dalam berbagai aspek kehidupan.

Islam

masih

terpecah-pecah kedalam golongan-golongan, yang menyebabkan orang Islam
mengikuti ideologi bukan
Islam, tidak senang kepada perkembangan Islam, dan
takut
akan perubahan serta
gerak
pembangunan
masyarakat.

Alamsyah Ratu Prawiranegara (1986 : 42-43),

juga

mengemukakan hal yang senada, yaitu :

Dewasa ini Islam berada dalam keadaan
kemunduran,

kebodohan,

serta keterbelakangan. Faham-faham

thil seperti : bid'ah dan kurafat menyelimuti

ba-

ummat

Islam. Ummat Islam sebagian besar kurang mengetahui
tuntunan agama
yang
sesungguhnya.
Kekurangan
konsepsi metode dalam berbagai bidang seperti politik, sosial ekonomi, pendidikan dan teknologi.
Yang

menyakitkan lagi seperti ditulis

Emmerson dengan nada "tendensius" ketika
Islam

di

Indonesia dewasa ini, bahwa

Indonesia hanyalah
ritas

minoritas yang

Donald K.

memperkenalkan
ummat

aktif

Islam

dalam

bilangan pada masyarakat yang majemuk

di

mayo-

di

bawah

pemerintah yang otoriter yang sedang melakukan pembangu
nan sekuler.

Tulisnya :

"In Indonesia,

active minority - within a numerical

a pluralistic

engaged

in

1992 : 41).

adalah

gian
Islam,

Islam

mayority -

is an

inside

society under an authoritarian government

secular development". (M. Amin

Rais,

Emmerson melihat ummat Islam di

ed.,

Indonesia

mayoritas penduduk yang sangat heterogin.

besar

dari

yang

mereka

tidak

tahu

apa-apa

Seba

tentang

dikategorikan Clifford Geertz (1989

:

1)

sebagai abangan dan priyayi.
Rendahnya

hanya
awam

tingkat pendidikan ummat

dirasakan oleh anggota masyarakat
saja,

Islam

tidak

sebagai

orang

tetapi juga nampaknya melanda

para

agama itu sendiri, baik mutu maupun jumlahnya.

terungkap

dalam

beberapa

penelitian

yang

dengan kondisi para ulama di Indonesia.

pemuka
Hal

ini

berkaitan

Hasil

peneli

tian tersebut di antaranya dari Yayasan Pesantren Perta-

nian

Darul

Falah Bogor (1985 ; 8),

yang

mengemukakan

bahwa

:

ini ummat Islam di

Dewasa

pedesaan

benar—benar

kekurangan "imam" yang mampu membimbing rokhani dan
pemecahan masalah kehidupan, baik kehidupan pribadi
maupun kehidupan bersama dalam melaksanakan programprogram pembangunan masyarakat, baik yang datang
dari pemerintah maupun yang berasal dari masyarakat
setempat.

Demikian juga hasil penelitian Pusat Latihan

nelitian

dan

Pengembangan

yang mengemukakan

Dewasa

ini

bahwa

Masyarakat

(PLP2M,

Pe

1983)

:

terjadi

krisis

tenaga

ulama

Islam

kualitas iman yang tinggi, intelektualitas yang
tinggi, dan keterampilan yang mendasar, sehingga
mampu sebagai kader pembangunan masyarakat.
Ulama
yang memiliki ilmu pengetahuan dari
pesantren,
setelah kembali ketempat asalnya, mereka tidak mau

dan

tidak

mampu

menjadi

kader—kader

pembangunan

masyarakat.

Senada dengan kedua hasil penelitian tersebut

atas,

Alamsyah Ratu Prawiranegara,

kelemahan

para

ulama

di

negeri

melihat

kita.

di

kelemahan-

la

mengemu

kakan (1986 : 50), bahwa :

Para pemuka agama (ulama) di masyarakat kita

de

wasa ini kurang lincah di dalam membaca sitiuasi,
sehingga kurang mampu mengambil inisiatif dan kurang
berpikir secara strategis, sehingga kurang mampu
membawa umat sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Berdasarkan

temuan-temuan

di

atas,

rendahnya tingkat pendidikan dan sedikitnya para

yaitu

pemuka

agama, padahal mereka merupakan sumber daya manusia

po-

tensial dan strategis dalam pembangunan ummat. Menyadari
akan

keadaan

tersebut

maka

pemerintah,

masyarakat

maupun

individu yang bersangkutan, yang kesemuanya ber

tanggung

jawab

terhadap

pendidikan,

meningkatkan

dan

sumber

manusia tersebut.

makin

daya

mengembangkan

berupaya

untuk

kualitas dan kuantitas

Dapat

dijelaskan bahwa

tinggi tingkat pendidikan seseorang

makin

mudah

menerima gagasan baru, serta makin terbuka terhadap ber-

bagai

perubahan

yang diperlukan

demi

masa

depannya.

Dalam hal ini David Krech (1962 : 79) menyatakan bahwa :

"Semakin

tinggi

berkembang

tingkat

kognisinya

pendidikan seseorang, semakin

dan

semakin

sadar

terhadap

situasi sekitarnya".

Pengembangan sumber daya manusia ditujukan

meningkatkan kualitas

manusia

untuk

sehingga memiliki kemam

puan yang tinggi dalam melahirkan aktivitas yang kreatif

dan produktif.

Pengembangan sumber daya manusia banyak

dibebankan kepada
nasional

usaha

pendidikan,

di Indonesia, berfungsi

karena pendidikan

untuk

"mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia

nasional"

Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan

(UUSPN

No. 2 Tahun 1989;

pendidikan nasional itu sendiri

pasal

3).

tujuan

Tujuan

(UUSPN No. 2 Tahun 1989

pasal 4), adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang : (a) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa; (b) berbudi pekerti luhur; (c) memiliki pengetahuan

8

dan

keterampilan; (d) sehat jasmani dan rohaninya;

(e)

berkepribadian yang mantap dan mandiri; dan (f) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional

ter

sebut dilakukan melalui dua bentuk penyelenggaraan

pen

didikan,

yaitu pendidikan sekolah dan

luar

sekolah.

Pendidikan sekolah mengutamakan penguasaan ke

mampuan

pendidikan

umum yang transferable melalui proses

mempela-

jari konsep-konsep yang esensial dari bidang studi. Isi,
bahkan kajian ditata melalui pengembangan kurikulum yang
agak kaku sehingga siswa cenderung memperoleh hasil bel

ajar sebagaimana ditetapkan di dalamnya.
an

Penyelenggara

pendidikan luar sekolah tidak sekaku dan

pendidikan sekolah.

seterbatas

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73

Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Bab IV pasal
5 ayat (1) dinyatakan bahwa : "Penyelenggaraan pendidik
an

luar sekolah dapat terdiri atas

kelompok

atau

pemerintah,

perorangan yang bertanggung

badan,

jawab

atas

pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan".

Penyelenggaraan
berupaya
agamaan

pendidikan

luar

sekolah

yang

untuk melayani kebutuhan belajar dibidang
(Agama

Islam) sudah banyak

dilakukan.

ke-

Upaya-

upaya tersebut diantaranya adalah pendidikan pondok

pe-

santren, pesntren kilat, kursus, lokakarya, seminar

dan

9

penataran.

Penelitian ini akan mencoba menganalisis penatar
an

khatib dan muballigh/muballighah sebagai salah

jenis

pendidikan

luar sekolah.

Penataran

satu

khatib

dan

muballigh/muballighah, dilihat dari materi yang ditatarkannya

yaitu

termasuk

penataran

jenis pendidikan luar sekolah,

Peraturan

1991,

mengenai agama, maka

Pemerintah

tersebut

sesuai

Republik Indonesia No.

dengan

73

tentang Pendidikan Luar Sekolah. Dalam

tahun

Bab

III,

pasal 3 (1) PP No. 73 dikemukakan bahwa : "Jenis

pendi

dikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum,

pendi

dikan

keagamaan, pendidikan jabatan

kedinasan

dan pendidikan kejuruan".

kerja,

pendidikan

Selanjutnya

dalam

ayat 3 dikemukakan, bahwa : "Pendidikan keagamaan *merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar

dapat

khusus

menjalankan

peranan

yang

menuntut

bal lighah adalah jenis pendidikan

B-

penguasaan

tentang ajaran agama yang bersangkutan".

demikian jelas bahwa penataran khatib dan

untuk

Dengan

mubal1igh/mu

luar sekolah.

Identifikasi Masalah

Dengan

bermuculannya upaya-upaya peningkatan dan

pengadaan kader-kader pembangunan, khusunya untuk pemuka

pemuka

agama (ulama) sebagai sumber daya

potensial, seperti

penataran,

kursus

manusia

dan

yang

sebagainya,

10

tidak

mustahil

penyelenggaraannya

tidak sesuai dengan

kaidah-kaidah pendidikan, sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.

Penataran khatib dan muballigh/muballighah adalah
merupakan

salah

Oleh karena itu
kaidah-kaidah

satu

jenis

pendidikan

penyelenggaraannya

luar sekolah.

harus sesuai dengan

pendidikan luar sekolah, baik sistem mau

pun manajemennya.

Atas

dasar dugaan-dugaan tersebut di atas,

maka

timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
"Apakah

sistem

dan

manajemen

penataran

:

khatib dan

mubal1igh/muballighah sesuai dengan sistem dan manajemen
pendidikan

C

luar sekolah" ?

Pembatasan Masalah

Mengingat

cakupan masalah penataran

khatib

dan

muballigh / muballighah ini cukup banyak dan cukup luas,
maka untuk mendapatkan data penelitian yang lengkap
mendalam,

penulis

sesuai

merasa

dengan

perlu

karakteristik

dan

penelitian ini

untuk membatasi masalah.

Adapun

ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :

1. Penyelenggaraan

penataran khatib dan muballigh/mu

bal lighah Majelis Ulama Indonesia Kelurahan

Kecamatan Sukasari Kotamadya DT 11 Bandung.

Sarijadi

11

2. Penelitian difokuskan pada

segi

sistem

pendidikan

komponen-komponen

tinjauan

analisis

dari

luar sekolah, yang mencakup

: masukan mentah, masukan

sarana,

masukan lingkungan, proses, lingkungan lain,

keluar-

an, dan dampak/pengaruh dari penataran tersebut.

3. Penelitian ini difokuskan juga pada tinjauan analisis

dari- segi

manajemen pendidikan luar

sekolah,

mencakup : perencanaan, pengorganisasian,

yang

penggerak-

an, pembinaan, penilaian dan pengembangan dari
taran

D.

pena

tersebut.

Perumusan Masalah.

Berdasarkan

uraian-uraian

di

atas

dan

hasil

penjajagan di lapangan, maka fokus penelitian ini

dapat

dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah komponen-komponen
muballigh / muballighah

penataran

Majelis

Ulama

khatib dan
Kelurahan

Sarijadi ?

2. Sejauh

manakah

kesesuaian

fungsi

manajemen pena

taran khatib dan muballigh/muballighah dengan

fungsi

manajemen pendidikan luar sekolah ?

3. Bagaimanakah hasil

penataran

khatib dan muballigh/

muballighah terhadap para peserta ?

4. Faktor-faktor

apakah

yang

menjadi pendorong

penghambat penerapan sistem dan manajemen

dan

pendidikan

luar sekolah dalam penataran
muballighah

Majelis

khatib

Ulama

dan

muballigh/

Indonesia

Kelurahan

Sarijadi ?

E.

Tujuan Penelitian.

Penelitian
gambaran

ini

bertujuan

untuk

mengungkapkan

pelaksanaan penataran khatib dan muballigh/mu-

ballighah ditinjau dari segi sistem dan manajemen pendi
dikan

luar sekolah, dalam upaya

meningkatkan

kualitas

dan kuantitas khatib dan muballigh / muballighah Majelis
Ulama Indonesia Kelurahan sarijadi.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapat gambaran tentang
nen-komponen
muballighah

proses pelaksanaan kompo

penataran

khatib

dan

muballigh

Majelis Ulama Indonesia kelurahan

/

Sari

jadi dilaksanakan.

2. Mendapat gambaran tentang keseuaian komponen-komponen
sistem penataran khatib dan

muballigh / muballighah

dengan komponen-komponen sistem pendidikan luar seko
lah.

3. Mendapat

gambaran

komponen

tentang

manajemen

muballigh/muballighah
nen

pendidikan

4. Mengungkapkan

kesesuaian fungsi-fungsi

penataran

dengan

khatib

fungsi-fungsi

dan

kompo

luar sekolah.

dampak

dari penataran

setelah

para

13

peserta

penataran

khatib

dan muballigh/muballighah

selesai mengikuti penataran, dan terjun ke masyarakat

5. Mengungkapkan data yang menjadi faktor-faktor
rong

dan faktor-faktor penghambat

dan

manajemen

pelaksanaan

pendidikan

penataran

khatib

pendo

penerapan

sistem

sekolah

dalam

luar

dan

muballigh/mubal-

lighah Majelis Ulama Indonesia kelurahan Sarijadi. '

6. Memperoleh
penataran

lainnya,

asumsi-asumsi

baru tentang

pelaksanaan

dan satuan-satuan pendidikan luar

sehingga

merupakan

masukan

sekolah

bagi

penyem-

purnaan dan kelengkapan Pendidikan Luar Sekolah.

F. Penjelasan Istilah

Untuk

menghidari

terjadi

kesalahpahaman

dan

perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa

isti

lah yang berkenaan dengan judul dan fokus masalah

pene

litian

ini.

!• Penataran adalah

salah

satu

bentuk

pendidikan

yang diselenggarakan di luar sekolah diberikan kepada

sekelompok orang dewasa, dengan tujuan untuk

mening

katkan

dan menambah pengetahuan dan keterampilan

bidang

yang

mereka

tekuni.

Penataran

khatib

di
dan

muballigh/muballighah, dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan,

pengetahuan

dan

keterampilan

melaksa-

14

nakan

tugas

sebagai

khatib

dan/atau

muballigh/

muballighah. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun
Bab

III

Pasal 3 menyatakan bahwa

jenis

1991,

pendidikan

IM3H sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
keagamaan,

pendidikan

kedinasan,

No.

73

atib

dan pendidikan kejuruan.

Berdasarkan

misinya

khatib/muballigh, maka jelas bahwa
dan

muballig/muballighah itu

kegiatan

Khatib

sehari-harinya
khususnya

lasan.

jabatan

penataran

merupakan

jenis

yaitu pemuka agama yang

memberikan khutbah kepada

pada saat shalat Jumat dan shalat

Muballigh / muballighah

ballagha

yaitu

muballigh/muballiahah. adalah para pemuka

agama (ulama) Islam.

led.

PP

luar sekolah.

2- Khatib dan

jamaah,

pendidikan

keagamaan dan misinya untuk mengisi

pendidikan

berasal

dari

kata

yang berarti memberi penerangan atau penje-

Muballigh/muballighah yaitu pemuka agama yang

kegiatan

tentang
baik

kerja,

tersebut, baik isinya maupun

tentang

tenaga

jabatan

rutinnya

hal-hal

memberikan

yang

penerangan/penjelasan

berkaitan dengan agama Islam,

yang berhubungan dengan peribadatan maupun yang

berhubungan

dengan

kehidupan

sosial

ekonomi

dan

budaya.

3- Majelis

suatu

Ulama

atau Majelis Ulama Indonesia.

majelis atau tempat para ulama

adalah

berhimpun

dan

15

bertukar

pikiran, menyusun dan menemukan

yang baik
sesuai

ide-idenya

dalam rangka membina dan membimbing ummat,

dengan fungsi ulama. Para ulama, baik

secara

perorangan maupun secara bersama-sama mempunyai tugas

utama

untuk

kemudian
serta

melakukan

memberikan

membimbing

ajaran

"tafaqquh

peringatan

ummat

untuk

fid

kepada

din",

masyarakat,

mengamalkan

ajaran-

agama dan menerapkan nilai-nilai agama

kehidupan
Basri,

bermasyarakat

dan

beragama

dan

dalam

(K.H. Hasan

1984 : 8 dan 10).

Majelis
ulama

Ulama

yang

dimaksudkan

sebagai suatu organisasi

menghimpun para

khatib

dan

muballigh/

muballighah, yang sedang mengadakan kegiatan

penata

ran bagi sebagian anggotanya.

4- Sistem Pendidikan Luar Sekolah. yaitu suatu
gagasan
yang

atau prinsip-prinsip yang saling

terjadi

sekolah.
antara

pada suatu

kegiatan

Sebagaimana paradigma
komponen-komponen

bertauatan

pendidikan

hubungan

pendidikan

himpunan

luar

luar

fungsional
sekolah

(D.Sudjana, 1991 ; 32), yaitu meliputi :
a- Masukan

sarana,

fasilitas
atau

belajar

kelompok

seperti

meliputi keseluruhan sumber

:

yang

memungkinkan

dapat melakukan kegiatan

tujuan

program

penataran,

dan

seseorang
belajar,
program

penataran, penatar atau sumber belajar, fasilitas.

16

panitia

penyelenggara penataran,

media

belajar,

biaya, dan sebagainya.

b- Masukan.

mentah,

yaitu

petatar

penataran

dengan

ciri-ciri

yang berhubungan dengan faktor internal

maupun

Yang

yang

segala

atau peserta

karakteristiknya,

baik

berhubungan dangan faktor eksternal.

behubungan dengan faktor internal, seperti :

pengetahuan

keagamaan,

Quran, pengalaman

kemampuan

dalam bidang

membaca

Al-

kekhatiban

atau

kemuballighan, minatnya untuk mengikuti penataran,
kebutuhan belajar, dan sebagainya.

Sedangkan ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor
faktor

eksternal meliputi status ekonomi,

sosial,

keadaan pendidikan, sarana

status

belajar

yang

dimilikinya, dan kebiasaan belajar.

c- Masukan lingkungan. yaitu faktor-faktor
nunjang

terlaksananya

kegiatan

yang

penataran

medan

terlaksananya mengikuti penataran. Komponen masuk
an lingkungan

lingkungan

ini

sosial,

penyelenggaraan

meliputi

lingkungan keluarga,

lingkungan

penataran, waktu

kerja,

tempat

penyelenggaraan

penataran, tempat tinggal peserta, tempat

penatar,'

dukungan

tokoh

masyarakat,

tinggal

dukungan

pemerintah setempat, dan sebagainya.
d> Proses, yaitu

proses belajar membelajarkan

dalam

17

kegiatan

penataran.

penataran

Dalam penelitian ini

diungkapkan bagaimana penatar

proses
membela

jarkan peserta, termasuk penggunaan metoda, teknik
pendekatan,

strategi, penggunaan sumber

penggunaan

media,

pemaanfaatan

belajar,

lingkungan,

dan

sebagainya.

e- Keluaran,
baik

yaitu

yang dihasilkan dari penataran,

kualitasnya

kuantitas

yang

maupun

kuantitasnya.

dapat ditelusuri

dari

Secara

dokumen-dokumen

ada. Sedangkan yang menyangkut kualitas

lu-

lusan, selain hasil evaluasi panitia, akan terungkap

dari

penampilan dan penguasaan

materi,

dan

perubahan-perubahan lain dalam kehidupan bermasyarakat dan

beragama.

f- Masukan lain, yaitu daya dukung lain yang
kinkan

para

penataran
ini

peserta

penataran

dapat menggunakan

apakah

masyarakat

menerima

dan

lulusan

penataran

memberi

lulusan

kemampuannya.

atau

jamaah

kesempatan

untuk

dan

memung-

memberi

Untuk

atau

DKM

kepada

para

ceramah

atau

tabligh keagamaan atau menjadi khatib di masjid.
9- Impact (pengaruh).

sertanya

dalam

muballighah

beragama,

yaitu

pengaruh

penataran khatib

dalam

kehidupan

seperti : adanya

dari ikut

dan

muballigh/

bermasyarakat

perobahan

dan

penampilan

18

dan

prilaku,

perubahan

pengetahuan,

perubahan

sikap, perubahan keterampilan, kepercayaan
rakat

kepadanya,

peransertanya

dalam

masya

kehidupan

bermasyarakat dan beragama, dan sebagainya.

kegiatan

da'wah

atau

kemuballighan,

aktif

orang

lain, dapat mengajak orang lain ke

aktivitas ia dalam

dalam

apakah

lebih

ta'lim,

berperanserta

Dalam

ia

membelajarkan

organisasi

majelis

keagamaan

seperti DKM, MUI, MDI, ICMI, dan sebagainya.
5- Analisis

dari

segi

Sistem Pendidikan Luar Sekolah

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan
penataran

khatib

dan

muballigh/muballighah

secara

mendalam

dari

segi

komponen-komponen

sistem

pendidikan

luar sekolah.

6« Analisis dari segi Manajemen pendidikan Luar sekolah.
dimaksudkan

terhadap

dalam

penelitian

ini

adalah

kegiatan penataran dari segi

manajemen

pendidikan

luar

sekolah.

tinjauan

fungsi-fungsi
Fungsi-fungsi

manajemen PLS ini meliputi : perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan,

pembinaan,

penilaian

dan

pengembangan.

a- Perencanaan. menyangkut perencanaan penataran yang
meliputi
penataran,

: perumusan

tujuan

diselenggarakannya

rencana kegiatan penataran, dan

rang-

19

kaian kegiatan untuk mencapai tujuan.

b" Pengorganisasian, yaitu mengidentifikasi dan mema-

dukan sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan
penataran.

Dalam pengorganisasian ini meliputi

menginfentarisasi

kegiatan

atau

siapa

panitia

personal

penataran,

:

pelaksana

siapa peserta

yang akan diikutsertakan dalam penataran (termasuk

persyaratannya),

alat-alat

fasilitas apa

yang

diperlukan,

apa yang diperlukan, berapa biaya

diperlukan,

dari

mana

biaya

diperoleh,

yang
dengan

siapa perlu kerjasama, siapa yang perlu dihubungi,
dan sebagainya.

c

Penqqerakan, yaitu upaya untuk mewujudkan

terlak-

sanananya

peserta

dan

penataran mulai dari

sumber

panitia,

belajar (penatar). Untuk komponen ini

menyangkut fungsi komunikasi antar semua yang terlibat,

sama

kepemimpinan panitia dan mewujudkan

antar

seluruh

komponen

panitia,

kerja

peserta,

penatar, MUI, DKM dan pemerintah setempat.

d. Pembinaan,

menyangkut

monitoring

terhadap

komponen

ini

melaksanakan

pembinaan,
ditempuh.

pengawasan, supervisi
pelaksanaan

ingin

penataran. Dari

diketahui

pembinaan, adakah yang

dan

bagaimana

cara

dan

siapa

yang

melaksanakan

pembinaan

yang

20

e- Penilaian,

dan

meliputi keseluruhan fungsi

seluruh komponen,

manajemen

proses, hasil dan pengaruh

kegiatan penataran. Dalam penelitian ini

diungkap

tentang berfungsi atau tidaknya komponen penilaian
dalam penataran yang bersangkutan.

f- Pengembangan. yaitu merupakan pelaksanaan

kegiatan serupa (penataran) melalui

fungsi-fungsi

manajemen

pendidikan luar sekolah. Dalam

tian

ingin

ini

maksud

untuk

diungkapkan

tingkat

atau

pengembangan penataran

muballigh/muballighah

di

ada

yang

kembali

peneli

tidaknya

khatib

di Kelurahan Sarijadi

lebih

atas,

atau

dan
atau

mengadakan

penataran yang sama dengan materi yang lebih ting»

gi sebagai lanjutannya.

7•

Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam penerap*H sistem dan manajemen pendidikanluar sekolah.

a. Faktoi—faktor pendorong dimaksudkan dalam
tian

ini

penerapan

ialah
sistem

semua

faktor

yang

dukungan

menjadikan

dan manajemen PLS ini mudah dan

berhasil dilaksanakan, seperti sambutan

ga masyarakat,

peneli

dari wai—

dukungan dari pemerintah setempat,

dari tokoh-tokoh masyarakat, tersedianya

dan kesediaan

sumber belajar,

kemudahan dana dan

fasilitas, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor

penghambat dimaksudkan adalah semua

21

hal

yang menjadi kendala dalam

penerapan

sistem

dan manajemen PLS dalam penataran, seperti : kecurigaan

dari

pemuka-pemuka masyarakat,

ketakutan

kehilangan pengaruh karena akan muncul orang
yang

menjadi saingan, terbentur pada

biaya,

lain
dan

Iain-lain yang tidak menguntungkan.

G.

Keaunaan Penelitian

Kegunaan

kesesuaian
muballighah

penelitian ini adalah untuk

mengetahui

pelaksanaan penataran khatib dan

muballigh/

dengan

komponen-komponen Sistem

jemen Pendidikan Luar Sekolah.

Dengan

dan

demikian peneli

tian ini memungkinkan akan diperolehnya bahan-bahan
tuk

menyempurnakan

Mana

pelaksanaan penataran

dan

un

temuan-

temuan yang berharga bagi Pendidikan Luar Sekolah.

Oleh

karena itu secara rinci kegunaan penelitian ini adalah :
1-

Kegunaan Praktis

Dari

data

yang terungkap dalam

maka akan berguna untuk meningkatkan dan

penelitian

menyempurnakan

pelaksanaan penataran yang serupa, sehingga
akan

ini

selanjutnya

terdapat dampak hasil penataran yang sesuai dengan

harapan semua pihak, yaitu terpenuhinya kekurangan kha
tib dan muballigh/muballighah yang bermutu.

Temuan-temuan dari penelitian ini akan
bahan

acuan

selanjutnya,
sistem

untuk

perencanaan

merupakan

program

penataran

yang sesuai dengan fungsi-fungsi

komponen

pendidikan luar sekolah dan fungsi-fungsi

mana

jemen pendidikan luar sekolah.

2"

Kegunaan

Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian

ini diharapkan

dapat mengembangkan teori-teori pendidikan luar sekolah,
khususnya teori-teori yang diterapkan dalam

penataran.

pelaksanaan

Hasil penelitian ini paling tidak dapat

nambah informasi untuk menguji keterandalan

teori-teori

yang ada yang berkaitan dengan Pendidikan Luar
terutama

teori-teori

Andragogi,

me-

sekolah,

Sistem PLS, Manajemen

PLS dan teori-teori pendukung lainnya.
3.

Kegunaan Professional

IKIP,

sebagai

perguruan

tinggi

yang

professi

keguruan dan kependidikan, yang

professi

kependidikan luar sekolah,

hasil-hasil
nya.

salah

membina

di

sangat

antaranya
memerlukan

penelitian yang berkaitan dengan

Oleh karena itu hasil penelitian ini akan

satu masukan untuk pengembangan

professimenjadi

teori-teori

dan

konsep-konsep pendidikan luar sekolah.

Bagi tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, peneli-

tian

ini

rangka
khususnya

sangat

membina

penting

professi

untuk menambah wawasan dalam

pendidikan

luar

sekolah,

dalam rangka membina mahasiswa Jurusan Pendi

dikan Luar Sekolah.

.:•:•:'

i

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Berdasarkan
kecenderungan
penelitian,

deskriptif

studi

penjajagan

ke

data yang ada, dan sesuai
maka

dengan

metode

yang

pendekatan

sesuai

lapangan,

dengan

tujuan

adalah

metode

penelitian

kualitatif.

Dalam penelitian sosial seperti ini, khususnya

mengenai

interaksi manusia dengan manusia lain, lapanganlah
menentukan metode.

yang

Diutarakan oleh Perry, bahwa "obyek-

lah yang menentukan metode dan bukan sebaliknya; di mana

metode yang telah ada menentukan obyek manakah
kan

sebagai

1977

:

sasaran upaya

ilmiah"

ditetap

(Koentjaraningrat,

17).

Secara
sanaan

khusus metode penelitian

tentang

penataran khatib dan muballigh/muballighah

mendalam, pada dasarnya ingin memahami bagaimana

pelak
yang
inter

aksi sosial para pelaksana dan peserta, dan para peserta

dengan jamaahnya sebagai dampak turut sertanya dalam pe
nataran.

Hal tersebut perlu diungkap untuk

mendapatkan

gambaran yang lengkap.

Dengan

pendekatan

kualitatif

82

ini

diharapkan

83

dapat

menghasilkan

diteliti
dan

secara utuh.

Taylor

sebagai

suatu gambaran tentang

(1975 : 5),

prosedur

deskriptif

Sebagaimana
bahwa

penelitian

berupa

obyek

diungkapkan

"metodologi
yang

yang
Bogdan

kualitatif

menghasilkan

kata-kata tertulis atau

data

lisan

dari

orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Alasan lain mengapa dengan penelitian kualitatif,
adalah dilihat dari kegunaan penelitian ini antara lain:

(a)

dapat

kehidupan,

lam,
(d)

teknik,

berbagai

obyek

(b) dapat dilakukan penelitian secara

(c) dapat digunakan untuk studi
dalam

studi

digunakan untuk menyelidiki

pengumpulan data

seperti

dapat

: observasi,

menda-

eksploratif,
digunakan

wawancara,

berbagai

angket,

penelitian kualitatif ini antara lain : (a) dalam
ambilan
belum

ini

B.

suatu

generalisasi dari

data

yang

sama tetapi pada kondisi yang berbeda;

(S.

Nasution,

dari

peng-

ditemukan

tentu dapat berlaku bagi unit lain dalam

biasanya memerlukan waktu yang lama dan

mahal

dan

dokumentasi.

Konsekuensi lain yang perlu dipertimbangkan

yang

dan

masalah

(b)

dana

metode

yang

1988 : 20).

Subyek Penelitian

Penelitian kualitatif berawal

konteks

lebih

dari

penting dari pada jumlah.

asumsi bahwa

Denqan

kata

84

lain

bahwa informasi yang sebanyak-banyaknya

akan

variasi lebih penting dari pada

yang

banyak.

penelitian

ini

Oleh

karena

itu

diupayakan subyek

dan

jumlah

responden

pengambilan
yang

kaya

subyek

representatif.

Dengan subyek penelitian itu diharapkan dapat mengungkap
data yang terperinci dan spesifik, bukan untuk mendapat
kan data yang banyak kesamaan dan dapat

digeneralisasi-

kan.

Atas dasar alasan tersebut maka subyek penelitian

ini

akan diambil 6 (enam) orang peserta penataran

yang

terdiri dari 3 (tiga) orang peserta yang berhasil dan
(tiga)

hasil

Adapun

orang peserta yang kurang berhasil dilihat

evaluasi yang diselenggarakan panitia

subyek pendukung penelitian ini

3

dari

penataran.

adalah

panitia

penyelenggara penataran itu sendiri yang diwakili oleh 1
orang

koordinator penyelenggara, 1 orang

Pimpinan

MUI

Kelurahan Sarijadi, 3 Pimpinan DKM dari yang mengirimkan
utusan peserta penataran. Untuk mengetahui

keberhasilan

atau

kurang berhasilnya penataran ini, akan

dari

3 orang jemaah dimana informan subyek pernah

sering

tampil,

dan

1

orang

aparat

ditelusuri
atau

Kelurahan

Sarijadi.

C. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan

85

ditempuh

melalui : studi literatur,

observasi

dan

studi dokumentasi,

wawancara.

1- Studi literatur. dimaksudkan adalah untuk

memperoleh

teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan

pembanding,

penguat atau penolakan terhadap temuan hasil

peneli

tian, dan untuk mengambil kesimpulan (Subino, 1982

:

28) .

2- Studi

dokumentasi. yaitu untuk mengungkap data

bersifat
yang

administratif mengenai

terdokumentasikan.

bahwa

S.

kegiatan

Nasution

yang

penataran

mengemukakan

studi dokumentasi bermanfaat karena bahan

itu

telah ada, telah tersedia dan siap pakai, menggunakan
bahan ini tidak meminta biaya (S.Nasution, 1988 : 85)
Adapun dokumen yang akan dijadikan sumber

ini

adalah

dokumen-dokumen

yang

penelitian

berkaitan

dengan

penataran yang tersimpan di panitia penataran,

arsip

MUI dan DKM-DKM di Kelurahan Sarijadi.

3- Observasi. yaitu untuk mengetahui kegiatan penataran,
penampilan

peserta penataran dan penampilan

lulusan

penataran.

Kegiatan-kegiatan yang diobservasi adalah

kegiatan penataran yang masih berjalan beberapa pertemuan

untuk

kesesuaian

mengetahui proses

dengan

pembelajaran,

kaidah-kaidah

andragogi,

adakah

kaidah

metodologi, dan sebagainya.

Selain

terhadap proses pelaksanaan

penataran,

akan

86

diobservasi
sedang

juga

tampil

penampilan
sebagai

informan

khatib

manakala

atau

saat

ia

menjadi

muballigh/muballighah.

4" Wawancara.
teknik

dipergunakan karena merupakan

pengumpulan data yang relevan

penelitian

kualitatif.

mengatakan
ampuh

bahwa

S.Nasution

dirasakan

orang tentang berbagai

wawancara

ini

mengungkap

serta

(1982

tujuan
:

150)

alat

yang

dipikirkan

atau

aspek

dilakukan untuk menjaring

kehidupan".
data

atau

informasi-informasi tentang persepsi

penataran

mengenai

khatib

perlunya

pe

dan muballigh / muballighah

penataran,

proses

dan kekurangan pelaksanaan

kebaikan

dengan

: "wawancara merupakan

untuk mengungkapkan apa yang

salah satu

penataran,

penataran,

dan

sebagainya.

Pelaksanaan
wawancara,

wawancara ini akan mengacu pada
di

mana

pedoman

wawancara

pedoman

ini

sesuai

dengan sifat penelitian kualitatif, selalu berkembang
sesuai

dengan perkembangan dan munculnya

pertanyaan

baru.

Sebagai

sumber

data atau informan yang

akan

wancarai antara lain : panitia penyelenggara,

belajar

(penatar),

pengurus MUI Kelurahan

diwasumber

Sarijadi,

Pengurus DKM yang mengirimkan peserta penataran,
peserta

penataran yang dijadikan

sampel

dan

penelitian

87

mi.

D.

Instrumen

Penelitian.

Untuk

menggiring

dan

diperlukan dalam penelitian

menjaring

ini,

data

yang menjadi

instrumen

utama

adalah peneliti sendiri.

dahkan

penelitian digunakan juga pedoman—pedoman

cara dan observasi,

dipergunakan di
Latar

yang

Namun untuk

yang

lebih

memu-

wawan

bisa berkembang manakala sedang

lapangan sesuai dengan kebutuhan.
peneliti yang memungkinkan

dapat

dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini,

antara

lain

belakang

: Pertama,

peneliti berbekal

pengetahuan dan bacaan

metode penelitian kualitatif selama mengikuti

han

Metodologi

Kedua,

Pasca

Sarjana.

kehadiran peneliti sebagai observer di

lapangan

mudah diterima,

Penelitian di

karena

Program

perkulia

peneliti sendiri sering hadir

di

tengah-tengah mereka sebagai salah seorang pengurus MUI.

E.

Pengumpulan

Pada

Data.

tahap pelaksanaan

langkah-langkah sebagai
1.

Studi

penjajagan,

berikut

dilakukan

pengumpulan data

:
ke

lapangan,

dimaksudkan

untuk mendapatkan data awal

tentang penataran

dan

antara

muballigh/muballighah,

nyelenggaraan,

alasan

dilalui

lain

diselenggarakan,

terlibat sebagai penyelenggara,

khatib

: tujuan
siapa

siapa pesertanya,

pe
yang
dan

88

bagaimana respon masyarakat, dan bagaimana
Studi

penjajagan

ini

dimaksudkan

hasilnya.

pula

untuk

memberi tahu panitia penyelenggara tentang kedatangan
peneliti,

dan

sekaligus meminta ijin

untuk

selalu

berhubungan dengan mereka selama pengumpulan data.

Dari

studi penjajagan ini,

setelah

dipertimbangkan

dan dikaji berbagai kemungkinan untung

ruginya,

berbagai hal yang perlu dipertimbangkan, maka
tukan : sampel penelitian, yang terdiri dari

penyelenggara,

pengurus

MUI

Kelurahan

dan

diten
panitia

Sarijadi,

Pengurus DKM dan peserta penataran.

2- Pelaksanaan Pengumpulan Data.
data

dengan

berikut

teknik-teknik

Melakukan
yang

pengumpulan

telah

dirancang

pedoman-pedoman pengumpulan data yang

disiapkan.

Pengumpulan

data dilakukan

dari

data yang telah ditentukan sebagai sampel
tersebut

di

telah
sumber

penelitian

atas.

Wawancara dengan sumber data (informan) dilakukan

di

tempat yang telah disepakati yaitu di rumahnya atau di
masjid

di mana ia melakukan kegiatan

rutin

sebagai

khatib, muballigh atau guru ngaji atau ustadz/ pengasuh majelis ta'lim, yang waktunya disesuaikan
kapan

ia berada di

Prekuensi

kunjungan

tempat
untuk

yang

telah

wawancara

dengan

disepakati.
disesuaikan

dengan kelengkapan data yang terkumpul sesuai dengan

89

sifat

penelitian

kualitatif

bahwa

wawancara baru

diakhiri setelah data yang terkumpul dianggap

betul-

betul sudah lengkap.

Observasi dilakukan ke tempat kegiatan penataran yang
masih berlangsung. Observasi lain dilakukan
lulusan
tampil

penataran
sebagai

untuk

khatib

mengetahui
di masjid.

terhadap

bagaimana
Untuk

ini

ia
akan

dilakukan sesuai dengan jadwal yang dirancang DKM-DKM
dan koordinasi dengan panitia.

Observasi ke lapangan

untuk mengetahui bagaimana penampilan lulusan penata
ran akan dipandu dengan pedoman observasi.

Dokumentasi

yang

untuk

melengkapi

tertulis, seperti siapa yang

panitia,
yang

diperlukan

siapa

menjadi

belajar,

terlibat

yang menjadi sumber
pesertanya, daftar

data-data

sebagai

belajar,

hadir

siapa

partisipasi

materi belajar yang disampaikan, yang semua-

nya ada di panitia penyelenggara penataran khatib dan

muballigh/muballighah.
ditelusuri

Dari dokumentasi

bagaimana manajemen penataran

juga

dapat

dilaksana-

kan.

F.

Pengolahan dan Analisis Data.

Sejak
mulai

mulai masuk lapangan, sejak itu pula

dikumpulkan

data

dan sejak itu pula data mulai diana-

lisis. Analisis selama pengumpulan data ini memungkinkan

90

bagi peneliti untuk meninjau kembali hal-hal yang bersifat meragukan.

Adapun
dan

prosedur yang ditempuh

analisis data ini adalah :

pertama.

dokumen-dokumen,

mengelompokkan data

dan

dan

observasi,

dalam

pengkodean

pengolahan

inventarisasi

hasil

data

wawancara

sesuai

dengan

masalah; kedua, membuat deskripsi dari data yang terkum-

pul;

dan ketiqa. menganalisis data

sehingga

mendapat

gambaran dan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis

data

ini berpedoman

atau

menggunakan

acuan teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan

sekolah,
pendidikan
sekolah,

yang
luar

antara lain :
sekolah,

pemndidikan

orang

komponen-komponen

manajemen
dewasa,

pendidikan
dan

pembelajaran pendidikan luar sekolah lainnya.

luar

sistem
luar

teori-teori

•:>Ci

BAB

V

DISKUSI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI

A.

Diskusi

Hasil

Dari

pengamata