SEKTOR UNGGULAN KOTA BATU DAN KOTA PASURUAN YANG BERPOTENSI MENDORONG LAJU PERTUMBUHAN PDRB JAWA TIMUR.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT
dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, akhirnya penyusunan
skripsi dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya dengan judul : “Sektor
Ekonomi Kota Batu dan Kota Pasuruan yang Berpotensi Mendorong Laju
Pertumbuhan PDRB J awa Timur”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai persyaratan

dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dalam
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak
Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberi bimbingan selama penyusunan skripsi dan
tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

4. Bapak Soetikno, Kepala Seksi Kependudukan Badan Pusat Statistik Kota

Surabaya, yang banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama
berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan.
5. Kedua Orang Tua, Drs. Ec. Anang Subiyakto dan Binarti Mardiyani, dan
kakak-kakak, Oknis Widiyarto, SE dan Tania Novita Issaiqaini, S.Sos,
yang telah memberikan dorongan semangat dan doa yang tulus kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik–
baiknya.
6. Nenek tersayang, Rr. Subiyati, dan kakek tersayang, Samian, yang selalu
mendukung dan mendoakan sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan
baik.
7. Kepada Wimbo Bramantyo, yang selalu memberikan dorongan semangat,
bantuan, dan doa yang tulus sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Kepada saudara-saudara, “Ten Brothers”, Mayda, dan Ayuni yang banyak
mendukung dan mendoakan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
9. Teman-teman Ilmu Ekonomi Study Pembangunan pada umumnya dan
teman-teman HIMIESPA pada khususnya, atas doa dan dukungan selama
penulisan skripsi ini berlangsung.
10. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat
serta karuniaNya. Besar harapan bagi saya semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya.

Surabaya, Februari 22

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………...………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………..……….……….. iv
DAFTAR TABEL…………………...………………………...…………….…. viii
DAFTAR GAMBAR………………………...…………………………...…..… xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….... xiii
ABSTRAKSI……………………………………………………..……………. xiv
BAB I

PENDAHULUAN. ………………………..………....………..... 1

1.1.

Latar Belakang………………………...………..…………..……. 1

1.2.

Perumusan Masalah.……………...………………….……..……. 4


1.3.

Tujuan Penelitian………..………………………...………..……. 5

1.4.

Manfaat Penelitian…………………...……………………..……. 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA………...………………………………. 8

2.1.

Penelitian Terdahulu…………..……...………………………..….8

2.2.

Landasan Teori……………...………………………………..…. 12
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi…………………..………...……. 12

2.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah………..…………...13
2.2.2.1. Teori Ekonomi Neo Klasik…………………..… 13
2.2.2.2. Teori Basis Ekonomi………………………….... 14
2.2.2.3. Teori Lokasi……………………………………. 15
2.2.2.4. Teori Tempat Sentral…………………………... 15
2.2.2.5. Teori Kausasi Kumulatif…………………….…. 16
2.2.2.6. Teori Model Daya Tarik……………………….. 16

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

2.2.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi………….…………..…. 16
2.2.4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah………..… 17
2.2.5. Sumber Daya Perencanaan Pembangunan Daerah……... 20
2.2.6. Lingkungan Fisik Sebagai Sumber Daya Perencanaan... 20
2.2.6.1. Lingkungan Regulasi……………………….…. 21
2.2.6.2. Lingkungan Attitudinal………………………... 22
2.2.7. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah..…...….. 22

2.2.8. Pembangunan Daerah di Era Otonomi………..………... 22
2.2.9. Penyelenggaraan Otonomi Daerah……………..………. 24
2.2.10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)…………….. 26
2.2.10.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto... 26
2.2.11. Teori Produk Domestik Regional Bruto……...………… 27
2.2.12. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita………….… 29
2.2.13. PDRB Atas Dasar Harga Konstan……………………… 29
2.2.14. Sektor-sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto… 32
2.2.15. Analisis Location Quotient (LQ).……….………………. 41
2.2.16. KeunggulanMetode LQ…………….…………………… 41
2.2.17. Kelemahan Metode LQ…………………………………. 42
2.2.18. Analisis Shift-Share…………...………………………… 43
2.2.19. Keunggulan Analisis Shift-Share…………..…………… 45
2.2.20. Kelemahan Analisis Shift-Share……...………………… 46
2.3.

Kerangka Pikir…...………………………..……………………. 46

2.4.


Hipotesis……………………………………………...……….… 48

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 49

3.1.

Ruang Lingkup Penelitian…………………….………………… 49

3.2.

Pendekatan Penelitian…………………………………………... 49

3.3.


Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………………… 50

3.4.

Teknik Penentuan Sampel………………………………………. 53

3.5.

Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 54

3.6.

Teknik Analisis dan Pengolahan Data………………………….. 54

BAB IV
4.1.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… 58
Deskripsi Obyek Penelitian…………..…………………………. 58

4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur………………….. 58
4.1.2. Gambaran Umum Kota Batu……………………………... 59
4.1.3. Gambaran Umum Kota Pasuruan………………………… 60

4.2.

Deskripsi Hasil penelitian………………………………………. 62
4.2.1. Perkembangan PDRB Sektoral Propinsi Jawa Timur…..... 62
4.2.2. Perkembangan PDRB Sektoral Kota Batu ………………. 66
4.2.3. Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pasuruan…………... 70

4.3.

Hasil dan Pembahasan…………………………………………... 73
4.3.1. Analisis Location Quotient (LQ)………………………… 73
4.3.1.1. Analisis LQ Kota Batu…………………………. 75
4.3.1.2. Analisis LQ Kota Pasuruan…………………….. 78
4.3.2. Analisis Shift-Share…….……………………………….. 82
4.3.3. Analisis Shift-Share untuk PR……………………...…… 84
4.3.3.1. Analisis Shift-Share untuk PR Kota Batu…….... 84


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

4.3.3.2. Analisis Shift-Share untuk PR Kota Pasuruan…. 88
4.3.4. Analisis Shift-Share untuk PS…………………………... 92
4.3.5. Analisis Shift-Share untuk DS………………………….. 98
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………. 106

5.1.

Kesimpulan…………………………………………………..... 106

5.2.

Saran…………………………………………………………… 117

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

SEKTOR UNGGULAN KOTA BATU DAN KOTA PASURUAN YANG
BERPOTENSI MENDORONG LAJ U PERTUMBUHAN PDRB J AWA TIMUR
ABSTRAKSI

Proses otonomi daerah telah membawa kabupaten/kota untuk menata kembali
potensi daerah yang belum tertata secara efektif. Pemerintah Daerah perlu melakukan
kajian pengembangan wilayahnya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan
peningkatan nilai tambah pengembangan kegiatan produktif lainnya, terutama untuk
mendukung peningkatan potensi dan daya saing daerah.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dari Sembilan sektor di Kota Batu
dan Kota Pasuruan manakah yang berpotensi mendorong laju pertumbuhan PDRB di
Jawa Timur.kesembilan sektor tersebut adalah, sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor
bangunan, sektor angkutan/komunikasi, sektor bank/keuangan/perum, dan sektor
jasa. Dalam menganalisis data digunakan metode kualitatif atau menganalisis
berdasarkan teori yang dibahas. Selain itu juga dengan metode kuantitatif dengan
analisis Location Quetient (LQ) dan analisis Shift-Share yang trdiri dari Potential
Regional, Proportional Shift, dan Differential Shift.
Dengan melihat hasil perhitungan LQ dan Shift-Share yang didapat maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa selama tahun 2007-2010 menurut
perhitungan LQ Kota Batu tidak mengalami perubahan dalam sektor basis dan nonbasisnya. Begitu juga pada Kota Pasuruan yang selama tahun 2007-2010 tidak
mengalami perubahan dalam perhitungan LQnya. Menurut perhitungan Shift-Share
untuk Potential Regional , Kota Batu dan Kota Pasuruan pada tahun 2007-2010
terdapat beberapa sektor yang mempunyai nilai PR lebih kecil dari ∆Q dan itu terjadi
dengan stabil tanpa banyak terjadi perubahan. Menurut perhitungan Shift-Share untuk
Proportional Shift, Kota Batu dan Kota Pasuruan pada tahun 2007-2010 nilai
terbesarnya sama-sama dimiliki oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Perbedaan terjadi pada tahun 2008-2009 pada Kota Pasuruan, sektor yang memiliki
nilai PS tertinggi adalah sektor angkutan/komnikasi. Menurut perhitungan Shift-Share
untuk Differential Shift, sektor Kota Batu yang memiliki nilai terbesar adalah sektor
pertanian dan itu terjadi secara berturt-turut. Sedangkan untuk Kota Pasuruan sektor
yang memiliki nilai terbesar pada tahun 2007-2008 adalah sektor bangunan, pada
tahun 2008-2009 adalah sektor bank/keuangan/perum, dan pada tahun 2009-2010
adalah sektor jasa.
Kata Kunci: Sektor unggulan Kota Batu, Sektor unggulan Kota Pasuruan, PDRB
Kota Batu, PDRB Kota Pasuruan, PDRB Jawa Timur

xiv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Proses otonomi daerah telah membawa kabupaten/kota untuk
menata kembali potensi daerah yang selama ini belum tertata secara
efektif. Secara sosial-ekonomi masyarakat kabupaten/kota perlu penataan
dan peningkatkan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi,
perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan nilai tambah pengembangan
kegiatan produktif lainnya, terutama untukmendukung peningkatan
potensi dan daya saing daerah.
Sejalan dengan upaya di atas Pemerintah Daerah Provinsi perlu
melakukan kajian pengembangan wilayahnya sebagai salah satu upaya
untuk mendukung pemulihan ekonomi yang bersifat jangka menengah.
Dukungan ini dilakukan dengan cara menggali lebih dalam potensi dan
daya saing yang dimiliki setiap daerah.
Indonesia yang tergolong sebagai negara sedang berkembang, pada
awal proses pembangunannya lebih condong untuk memilih atau
mengarah pada strategi pembangunan ekonomi tidak seimbang. Pemilihan
strategi tersebut bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan dalam proses
pembangunan, misalnya mendorong sektor industri menjadi sektor
pemimpin (leading sector), sehingga bisa mendorong pertumbuhan sektorsektor lain. Selain itu dalam konteks spasial (ruang), dengan terbatasnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

sumberdaya pembangunan maka kebijakan pembangunan yang diambil
adalah

menentukan

daerah-daerah

tertentu

sebagai

pusat-pusat

pertumbuhan.
Sedangkan bagi bukan daerah pusat pertumbuhan, dampak negatif
yang ditimbulkan adalah terserapnya sumberdaya pembangunan (seperti
modal dan tenaga kerja ahli) ke daerah pusat pertumbuhan. Akibatnya
kegiatan ekonomi terkonsentrasi (teraglomerasi) di daerah perkotaan
(pusat pertumbuhan), akibatnya trickle down effect yang diharapkan tidak
tercipta. Fenomena tersebut mengindikasikan tidak ada pergerakan
pertumbuhan ekonomi dari pusat pertumbuhan (kota) ke daerah bukan
pusat pertumbuhan (desa), bahkan justru memperparah kesenjangan
ekonomi antar daerah.
Dengan kata lain, kebijakan pembangunan regional kita telah
membentuk daerah-daerah nodal. Daerah nodal adalah areal-areal yang
strukturalnya terdiri dari atas areal inti dengan areal-areal sekitarnya yang
melengkapi, dalam arti ekonomi yang terpadu dengan areal inti itu
(Soepono, 1999).
Sedangkan menurut Arsyad, daerah nodal adalah daerah dianggap
sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat
kegiatan ekonomi. Contoh dari daerah nodal antara lain; kawasan
Jabotabek yang menjadikan Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonominya,
kawasan Gerbangkertasusila yang menjadikan Surabaya sebagai pusat
kegiatan ekonominya (Soetikno, 2007:2).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Untuk kawasan Malang, Batu dan Pasuruan menjadi daerah sekitar
yang menjadikan Malang sebagai pusat kegiatan ekonominya. Padahal dua
daerah ini mempunyai keunggulannya masing-masing yang berpotensi
untuk bersaing dengan daerah-daerah sekitar yang setara dengan kedua
daerah ini. Bahkan kedua daerah ini juga berpotensi untuk mendorong
kenaikan nilai PDRB Jawa Timur dengan sektor-sektor unggulan mereka.
Dalam rangka melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut
secara riil dari tahun ke tahun akan terlihat melalui Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atau indeks harga konsumen secara berkala, yaitu
pertumbuhan yang positif akan menunjukkan adanya peningkatan
perekonomian, sebaliknya apabila negatif akan menunjukkan penurunan
perekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada
dasarnya terdiri dari 9 (sembilan) sektor. Kesembilan sektor tersebut
adalah

sektor

pertanian;

pertambangan

dan

penggalian;

industri

pengolahan, listrik dan air minum; bangunan, perdagangan, hotel dan
restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; serta jasa-jasa.
Dilihat dari nilai PDRB sejak tahun 2007-2010 Kota Batu dan Kota
Pasuruan memiliki sektor-sektor yang nilainya menonjol dibandingkan
dengan sektor lainnya. Pada Kota Batu, sektor perdagangan, hotel dan
restoran mempunyain nilai yang lebih menonjol dibandingkan dengan
delapan sektor lainnya. Begitu juga dengan Kota Pasuruan, sektor yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

memiliki nilai paling menonjol adalah sektor perdagangan, hotel, dan
restoran dibandingkan dengan delapan sektor lainnya.
Sehubungan dengan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar kontribusi sektor primer, sekunder dan
tersier Kota Batu dan Pasuruan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur.
Untuk mengetahuinya maka perlu diadakan penelitian tentang Sektor
Unggulan Berdasarkan Analisis LQ dan Shift-Share Yang Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Batu dan Kota Pasuruan.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian ini, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan :
1. Sektor mana yang merupakan basis dan non basis di Kota Batu dan
Kota Pasuruan.
2. Sektor mana yang tumbuh relatif cepat/lambat di Kota Batu dan
Kota Pasuruan.
3. Sektor mana yang memiliki pertumbuhan lebih cepat/lambat
dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain atau dengan
kata lain sektor tersebut memiliki keuntungan lokasional yang baik
di Kota Batu dan Kota Pasuruan.
4. Sektor mana yang mendorong/menghambat pertumbuhan ekonomi
di Kota Batu dan Kota Pasuruan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sektor mana yang merupakan basis dan non
basis di Kota Batu dan Kota Pasuruan.
2. Untuk mengetahui sektor mana yang tumbuh relatif cepat/lambat
di Kota Batu dan Kota Pasuruan.
3. Untuk mengetahui sektor mana yang memiliki pertumbuhan lebih
cepat/lambat dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah
lain atau dengan kata lain sektor tersebut memiliki keuntungan
lokasional yang baik di Kota Batu dan Kota Pasuruan.
4. Untuk mengetahui sektor mana yang mendorong/menghambat
pertumbuhan ekonomi di Kota Batu dan Kota Pasuruan.

1.4

Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang terdapat manfaat penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Dengan adanyya penelitian ini maka dapat diketahui sektor apa
saja yang mendorong pertumbuhan nilai PDRB di Kota Batu dan
Kota Pasuruan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang
berhubugan dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Batu dan Kota
Pasuruan.
3. Sebagai informasi semua pihak yang berkepentingan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan
perpustakaan di Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur
terutama tentang pertumbuhan ekonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain :

2.1.1. J okolelono (2011)
Tentang “Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli Dan
Kabupaten Buol” dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan nilai
Location Quotient (LQ) diseluruh sektor perekonomian berdasarkan
indikator pendapatan daerah yaitu PDRB atas dasar harga konstan 2000
terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten Tolitoli
pada tahun 2006-2010 yaitu sektor pertanian dan sektor industri
pengolahan, ini ditunjukkan dari hasil perhitungan nilai LQ sektor tersebut
lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut
memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian dan pembangunan
wilayah di Kabupaten Tolitoli. Sedangkan hasil analisis LQ di Kabupaten
Buol terdapat dua sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif
(nilai LQ>1), yaitu: sektor pertanian, dan industri pengolahan. Ini
mengindikasikan bahwa wilayah ini telah mampu memenuhi sendiri
kebutuhannya di sektor ini dan dimungkinkan untuk mengekspor keluar
daerah barang dan jasa pada sektor ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Keunggulan komparatif (sektor basis) pada sektor pertanian sangat
dipengaruhi oleh kelima subsektornya. Subsektor yang memiliki nilai LQ
tertinggi yaitu subsektor kehutanan, sebesar 2,08. Kemudian diikuti
subsektor peternakan dengan nilai LQ sebesar 1,75. Lalu diikuti berturutturut oleh subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan perikanan,
dengan nilai LQ 1,42, 1,28 dan 1,08.
Keunggulan

komparatif

pada

sektor

industri

pengolahan

dipengaruhi oleh subsektor makanan, minum dan tembakau, subsektor
barang kayu dan hasil hutan lainnya, dan subsektor barang lainnya. Nilai
LQ sektor industri pengolahan ini sebesar 1,23, yang disumbang oleh
subsektor

makanan,

minum

dan

tembakau

sebagai

subsektor

basis/potensial dengan nilai LQ sebesar 1,49, subsektor barang kayu dan
hasil hutan lainnya dengan nilai LQ sebesar 1,15, dan subsektor barang
lainnya dengan nilai LQ sebesar 2,89.
Hasil análisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang
mengalami proses pertumbuhan cepat sehingga berpotensi untuk
dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Kabupaten Tolitoli
yaitu sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan
dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dan
sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang tergolong berpotensi pertumbuhan
cepat (maju) bagi Kabupaten Buol yaitu sektor pertanian, sektor listrik dan
air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Sektor-sektor yang termasuk sektor unggulan atau sektor-sektor
penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten
Buol yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor industri pengolahan.

2.1.2. Agus (2009)
Tentang “Analisis Potensi Unggulan Kabupaten Kepulauan Yapen
dalam Menopang Pembangunan Provinsi Papua Tahun 2004-2008” dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari hasil perhitungan LQ di dapat disimpulkan
bahwa Kabupaten Kepulauan Yapen memiliki keunggulan kecuali sektor
pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan. Sektor
yang paling besar memiliki sektor unggulan adalah sektor jasa (rerata 4,9),
sektor keuangan dan jasa perusahaan (rerata 3,9) serta sektor bangunan
(rerata 2,9). Sedangkan sektor pendukung industri pariwisata, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga termasuk sektor unggulan (rerata
2,39), tetapi tidak termasuk dalam 3 besar.

2.1.3. Diah (2003)
Tentang

“Penentuan Sektor

Unggulan di Kabupaten Pati

Berdasarkan Analisis LQ dan Shift-Share” dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan menggunakan gabungan analisis LQ dan SS terlihat bahwa
pertumbuhan proporsional terbesar diterima oleh sektor Pengangkutan &
Komunikasi yaitu selama periode 1998-2001 mengakibatkan adanya
peningkatan sebesar 14,616%. Disusul oleh sektor Listrik, Gas, & Air

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Bersih meningkat sebesar 13,680%. Sektor lain yang serupa dengan
pertumbuhannya yang cepat adalah sektor Pertambangan & Penggalian
(6,515%), sektor Bangunan (5,394%), serta sektor Perdagangan (4,236%).
Namun terjadinya perubahan kebijakan di sektor pembangunan dalam hal
ini konstruksi bangunan justru mengakibatkan penurunan di sektor
Pertanian sebesar 2,847% karena semakin berkurangnya lahan pertanian
produktif akibat alih fungsi lahan.

2.1.4. Azhar (2002)
Tentang “Analisis Sektor Basis Dan Non Basis Di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam” dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis
menunjukkan bahwa yang menjadi sektor basis (sektor unggulan) dari
tahun 1992 sampai dengan 2001 Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
adalah sektor pertanian dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,31, sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 2,70 serta sektor industri
pengolahan sebesar 1,17. Sedangkan menjadi sektor non basis (bukan
unggulan) antara lain sektor listrik dan air minum dengan nilai LQ ratarata sebesar 0,18, sektor bangunan sebesar 0,59, sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 0,36, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
0,96, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,15 serta
sektor jasa-jasa sebesar 0,67.
Jika ditinjau dari besarnya konstribusi yang diberikan sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

PDRB Nanggroe Aceh Darussalam tidak mengherankan bila sektor ini
menjadi sektor basis (sektor unggulan), hal ini disebabkan karena di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat banyak pertambangan dan
industri besar seperti LNG ARUN, Pabrik Pupuk Iskandar Muda, Pabrik
Kertas dan Pabrik Semen. Sedangkan sektor pertanian menjadi sektor
basis lebih di sebabkan oleh luas lahan yang dimiliki oleh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam sebagian besar merupakan lahan yang
digunakan untuk usaha pertanian. Oleh karena tidak dapat dipungkiri bila
sektor ini juga merupakan sektor pendukung dalam pembentukan PDRB
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemempuan ini tumbuh
sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dari
ideologi yang diperlukan. (Sonny, 2006).
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikkan dalam Gross
Domestic Product (GDP), tanpa memandang kenaikkan tersebut lebih
besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk, atau
perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak (Anonim, 2009).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yanng menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam

masyarakat

dan

kemakmuran

masyarakat

meningkat

(Sukirno,2004).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan kapasitas dalam jangkan
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang
ekonomi kepada penduduknya (Todaro, 2004).

2.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ada beberapa teori dalam pertumbuhan ekonomi regional atau
daerah, yang diuraikan seperti dibawah ini:

2.2.2.1. Teori Ekonomi Neo Klasik
Teori Neo Klasik ini memberikan dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan
mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai
keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh
karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi ke daerah
yang berupah rendah. Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang
dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan menuju keseimbangan.
Dalam hal ini, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya
beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Dalam posisi
keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Ketidakseimbangan (disequilibrium), seperti pasokan lebih besar
dari permintaan, kekurangan konsumsi, atau terjadi pengangguran,
keadaan ini dinilai kaum klasik sebagai suatu yang sifatnya sementara.
Nanti akan ada suatu tangan yang tak kentara (invisiblehands) yang akan
membawa perekonomian kembali pada sisi keseimbangan.

2.2.2.2. Teori Basis Ekonomi (Economic Basic Theory)
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999).
Teori basis ini dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan
sektor non basis. Sektor basis adalah suatu sektor ekonomi yang dapat
mengekspor barang dan jasa keluar daerah perekonomian. Sedangkan
sektor non basis adalah sektor atau kegiatan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Teori ini didasarkan pada teori lokasi, yaitu
pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis
lokasi yang selanjutnya dapat digunakan daerah tersebut sebagai kekuatan
ekspor, sehingga dalam menentukan strategi pembangunan harus
disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimiliki guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah (Agus, 2009:7).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.2.2.3. Teori Lokasi
Teori ini mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat
meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan atau
industri umumnya terletak atau berdekatan dengan pasar atau sumber
bahan baku. Artinya, semakin tepat pemilihan lokasi yang strategis maka
semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan. Ada beberapa variabel
yang mempengaruhi kualitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja,
biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, pendidikan dan
pelatihan, kualitas pemerintah daerah dan tanggung jawab serta sanitasi.
Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa
teknologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu
lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang (Agus,
2009:8).

2.2.2.4. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki
tempat (hierarchyof places) yang didukung oleh sejumlah tempat yang
menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Tempat sentral
tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral bisa
diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik daerah pedesaan
maupun perkotaan. Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa
sedangkan lainya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli ekonomi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk
mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi
daerah (Agus, 2009:8).

2.2.2.5. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi

daerah-daerah

sekitar

kota

yang

semakin

buruk

menunjukkan konsep dasar mirip teori kausasi kumulatif. Dengan kata
lain, kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan
daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi
keunggulan kompetitif dibandingkan daerah-daerah lainya (Agus, 2009:8).

2.2.2.6. Teori Model Daya Tarik (Attraction)
Teori model daya tarik adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak dipergunakan oleh masyarakat atau teori ini disebut juga
teori daya tarik industri. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa
suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasar terhadap industrialis
melalui pemberian subsidi dan intensif (Agus, 2009:8).

2.2.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatang riil, yaitu produk nasional
bruto riil atau produk domestik bruto riil. Dalam perhitungan pendapatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

nasional dan komponen-komponennya menurut harga tetap yaitu pada
harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih.
Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah :

=



100%

Keterangan:
= pendapatan nasional tahun t
= pendapatn nasional pada tahun sebelum tahun t.

2.2.4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Perencanaan adalah suatu proses yang bersinambung yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang
akan datang (Conyers & Hill, 1994).
Tujuan

perencanaan

menurut

Mohammad

Hatta

adalah

mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan
tujuannya dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro,
perencanaan pada dasarnya berkaitan dengan dua hal yaitu pertama adalah
penentuan pilihan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas
dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Kedua, pilihanpilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien guna mencapai tujuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

tertentu. Dalam hal ini, untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka
waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan
kriteria tertentu yang sebelumnya harus dipilih terlebih dahulu.
Perencanaan ekonomi terdiri atas sederetan fungsi kewenangan
masyarakat dalam menggunakan sumber daya ekonomi secara optimal
untuk mencapai suatu tatanan yang lebih baik. Dengan demikian,
perencanaan ekonomi merupakan pengaturan dan pengarahan atas suatu
kegiatan ekonomi melalui tindakan yang terkoordinasi secara sistematis
oleh badan perencanaan pusat dengan tujuan tertentu dalam periode waktu
tertentu.
Dalam usaha pelaksanaan pembangunan sekarang ini belum
berjalan dengan baik karena perencanaan ekonomi yang ada belum dapat
memberikan gambaran dari berbagai indikator ekonomi dalam suatu
pembangunan. Perencanaan pembangunan ekonomi ini ditandai dengan
adanya usaha untuk memenuhi ciri-ciri tertentu dan tujuan yang bersifat
pembangunan

tertentu.

Hal

ini

yang

membedakan

perencanaan

pembangunan dengan perencanaan-perencanaan yang lain.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan
dari suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa
dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta
dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung
jawab (Kuncoro, 2004).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Menurut Blakely, ada 6 tahap dalam proses perencanaan
pembangunan ekonomi daerah, dapat di lihat padatabel 1.

Tabel 1. Proses Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Tahap
1

Tugas
Pengumpulan dan Analisis Data:






2

Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah




3

Prapenilaian hasil proyek
Pengembangan input proyek
Penentuan alternatif sumber pembiayaan
Identifikasi struktur proyek

Penentuan Rincian Proyek




6

Identifikasi proyek potensial
Penilaian kelayakan proyek

Pembuatan Rencana Tindakan





5

Penentuan tujuan dan kriteria
Penentuan kemungkinan-kemungkinan tindakan
Penyusunan target strategi

Pemilihan Proyek-proyek Pembangunan



4

Penentuan basis ekonomi
Analisis struktur tenaga kerja
Evaluasi kebutuhan tenaga kerja
Analisis peluang dan kendala pembangunan
Analisis kapasitas kelembagaan

Pelaksanaan study kelayakan secara rinci
Penyiapan rencana bisnis (business plan)
Penyeimbangan, pemantauan, dan pengevaluasian
program

Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan Implementasi





Penyiapan skedul implementasi rencana proyek
Penyusunan rencana program pembangunan secara
keseluruhan
Targeting dan marketing aset-aset masyarakat
Pemasaran kebutuhan keuangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Tahapan seperti dalam tabel tersebut yang berurutan tersebut
meliputi: (1) pengumpulan analisis data, (2) pemilihan strategi
pembangunan daerah, (3) pemilihan proyek-proyek pembangunan, (4)
pembuatan rencana tindakan, (5) penentuan rincian proyek, (6) persiapan
perencanaan secara keseluruhan dan implementasi (Blakley, 1989 dikutip
dari Kuncoro, 2004 : 49-50).

2.2.5. Sumber Daya Per encanaan Untuk Pembangunan Daerah
Kebanyakan

orang

mengetahui

bahwa

hasil

dari

suatu

pertumbuhan ekonomi, pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik,
peningkatan kekayaan dan pendapatan, dan sebagainya akan memperbaiki
tingkat kehidupan masyarakat. Namun demikian, disadari, bahwa
pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana suatu masyarakat
menciptakan lingkungan fisik atau peraturan yang mempengaruhi
hasilhasil pembangunan ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan
pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1999),

maka pemerintah daerah

menggunakan berbagai sumber daya yang utama dalam pembangunan
daerahnya.

2.2.6. Lingkungan Fisik sebagai Sumber Daya Perencanaan
Pemerintah daerah biasanya memperhatikan masalah lingkungan
fisik dan infrastruktur fisik yang tentu saja merupakan hal yang penting
bagi dunia usaha dan industri. Sektor swasta biasanya memiliki keinginan-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

keinginan yang bersifat khusus maupun umum dan persyaratanpersyaratan tertentu untuk lingkungan fisik. Kebutuhan khusus biasanya
mencakup jasa angkutan khusus atau jasa pembuangan limbah.
Bentuk-bentuk lingkungan fisik ini bisa dibuat sama. Dengan kata
lain, pemerintah daerah bisa menyediakan jasa atau fasilitas khusus untuk
memenuhi keinginan dunia usaha atau industri. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan lokasi dari investasi sektor swasta adalah daya
tarik (attraction) dari suatu daerah. Bentuk dari daya tarik ini sering
disebut kualitas hidup yang sangat penting bagi dunia industri dan bagi
pemerintah daerah memberikan posisi untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat.

2.2.6.1. Lingkungan Regulasi sebagai Sumber Daya Per encanaan
Pemahaman bahwa insentif dan kebijakan- kebijakan keuangan
merupakan input penting bagi proses pembangunan ekonomi. Kebanyakan
pemerintah daerah mengkaji ulang sistem regulasinya untuk menunjukkan
biaya untuk melakukan kegiatan usaha di daerah untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi tetapi itu hanya mencerminkan keinginan mereka.
Dengan kata lain, untuk menarik dan mengembangkan dunia usaha di
daerahnya, maka perlu adanya penyederhanaan dalam sistem regulasi
(Arsyad, 1999).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.2.6.2. Lingkungan Attitudinal sebagai Sumber Daya Perencanaan
Keputusan yang diambil sektor swasta mengenai investasi atau
relokasi tidak hanya didasarkan pada perkataan kasar para investor yang
tidak dimengerti oleh masyarakat atau penduduk suatu daerah. Dalam
kenyataannya, keputusan akhir akan sangat dipengaruhi juga oleh
semacam feelingatau judgment para investor mengenai reaksi masyarakat
daerah sebagai calon lokasi investasi karena dunia usaha tidak akan
memilih suatu daerah tertentu karena penduduknya (Arsyad, 1999).

2.2.7. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah
Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik
dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role)
yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 (empat) peran
yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan
ekonomi daerah yaitu sebagai entrepreneur, koordinator, fasilisator, dan
stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif pembangunandaerah (Arsyad,
1999).

2.2.8. Pembangunan Daerah di Era Otonomi
Ditetapkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
telah

memberikan

kewenangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

bagi

pemerintah

daerah

untuk

22

menyelenggarakan pemerintahannya sendiri untuk lebih memajukan dan
melakukan pembangunan di daerah masing-masing.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004; “Daerah Otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 “Otonomi
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka masing-masing daerah
dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan proses pembangunan
daerahnya. Antara lain dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi kebijakan pembangunan. Dengan demikian
setiap daerah harus mampu berkreasi dan mengoptimalkan outputnya guna
meningkatkan kemajuan dan kemandirian daerah serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Aparatur pemerintah yang berkemampuan, sehingga masyarakat
secara nyata memperoleh manfaat dari adanya otonomi. Agar tujuan dan
usaha pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah
daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, pembangunan daerah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

juga merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan
daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

2.2.9. Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Desentralisasi pada dasarnya merupakan suatu mekanisme atas
pengelolaan kebijaksanaan dengan kewenangan yang lebih besar diberikan
kepada daerah agar penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan lebih efektif dan efisien.
Dalam batas-batas yang disepakati, yakni bahwa otonomi tidak
berarti terlepas dari Negara kesatuan dan kaidah-kaidah serta aturan-aturan
yang mengikat bangsa ini menjadi satu, dan bahwa maksud diadakannya
otonomi adalah demi kesejahteraan masyarakat di daerah dan di seluruh
tanah air, maka desentralisasi di berbagai bidang itu akan berpengaruh
positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan mungkin bukan
hanya keinginan melainkan suatu kebutuhan, karena perkembangan
masyarakat serta lingkungan strategis mengharuskan kecepatan dalam
mengatasi

kendala

dan

memanfaatkan peluang.

Di

pihak

lain,

desentralisasi tidak juga mengakibatkan makin besarnyakesenjangan antar
daerah, tetapi justru harus mampu mendekatkan taraf kemajuan daerah
yang satu dengan daerah lainnya (Kartasasmita, 1996).
Dalam rangka pembangunan nasional, penyelenggaraan dan
perwujudan otonomi daerah perlu mempertimbangkan pengaruh dan
hubungannya dengan aspek-aspek lain, yaitu sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

1) Hubungan globalisasi dan proses industrialisasi
2) Hubungan persatuan dan kesatuan bangsa
3) Hubungan dengan kencenderungan egalitarianisme
4) Hubungan dengan pemberdayaan rakyat
Inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk
memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan
dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah.
Menurut Rasyid dan Paragon dikatakan, bahwa keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu:
1) Self Reguler Power, kemampuan mengatur dan melaksanakan
otonomi daerah demi kepentingan masyarakat di daerah.
2) Self Modifiying Power, kemampuan menyesuaikan terhadap
peraturan yang ditetapkan sesuai dengan kondisi daerah, termasuk
penemuan baru yang inovatif ke arah kemajuan dalam menyikapi
potensi daerah.
3) Creating Local Political Support, penyelenggaraan pemerintah
daerahyang memiliki legimitasi yang kuat darimasyarakat.
4) Managing

Financial

Resources,

mampu

mengembangkan

kompetensi dalam mengelola secara optimal sumber penghasilan
dan keuangan guna membiayai aktifitas pemerintahan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.2.10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2.2.10.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi J awa Timur, Produk
Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir
atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam
jangka waktu tertentu.
2. Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau
balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh
penduuk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam
jangka waktu tertentu.
3. Ditinjau dari segi pengeluaran, merupakan pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stock
dan ekspor netto.
(BPS Jawa Timur, 2006 : 4 – 5)
Definisi-definisi yang berhubungan dengan Produk Domestik
Regional Bruto menurut beberapa pendapat, diantaranya :
1. Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai produksi barang
dan jasa yang diproduksikan di suatu daerah tertentu dalam waktu
tertentu biasanya dalam 1 tahun. Oleh karena itu maka produk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

domestik regional bruto menujukkan kemampuan suatu daerah
tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau jasa kepada faktorfaktor yang ikut berperan serta dalam proses produksi didaerah
setempat. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang tercermin
dalam produk domestik regional bruto sangat besar pengaruhnnya
terhadap besar kecilnya konsumsi masyarakat (Kuncoro, 2006).
2. Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Statistik adalah
nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah
(regional) tertentu dalam waktu tertentu dalam satu tahun
(Anonim, 2002).

2.2.11. Teori Produk Domestik Regional Bruto
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi
AD atau AS. Titik perpotongan antara kurva AD dengan AS adalah titik
keseimbangan ekonomi (equilibrium) yang menghasilkan suatu jumlah
output agregat (Produk Domestik Bruto) tertentu dengan tingkat harga
umum tertentu.
Melalui Gambar 1 dan 2 bisa dilihat bahwa pertumbuhan tersebut bisa

disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS) (bagian a) dan
pergeseran kurva permintaan (AD) (bagian b).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Gambar 1, Per mintaan Agregat di Dalam Posisi Keseimbangan

Sumber : Tambunan 2001, Tr ansfer ekonomi Indonesia Salemba Empat

Gambar 2, Penawaran Agr egat di DalamPosisi Keseimbangan

Sumber : Tambunan 2001, Tr ansfer ekonomi Indonesia Salemba Empat

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan
permintaan didalam ekonomi meningkat bisa terjadi karena pendapatan
agregat (PN), yang terdiri dari permintaan masyarakat (konsumer),
perusahaan, dan pemerintah meningkat, sisi AD (pengguna PDB) terdiri
dari empat komponen yakni konsumsi rumah tangga (c), investasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

domestik bruto (pembentukan modal tetap dan perubahan stock) dari
sektor swasta dan pemerintah (1) konsumsi / pengeluaran (G) dan ekspor
netto, yakni ekspor barang dan jasa (X) minur impor barang dan jasa (M)
(Tambunan, 2001).

2.2.12. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah, maka akan
diperoleh suatu Produk Domestik Bruto per kapita. Dari keterangan diatas,
maka dapat dinotasikan sebagai berikut :

PDRB Perkapita =

GDP
Jumlah Penduduk

(Anonim, 2010)

2.2.13. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 1993
sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ketahun bagi
setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut
dapat merupakan produk domestik regional bruto secara keseluruhan nilai
tambah sektoral/Produk Domestik Regional Bruto sektoral ataupun
komponen penggunaan produk domestik regional bruto.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas
dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara
masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar