Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

(1)

Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam,

URES DAN PUPUK TSP, SERTA PENAMBAHAN BEBERAPA

VARIASI RAGI ROTI

SKRIPSI

ANDI PRANATA

050805027

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PERSETUJUAN

Judul : LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA

(Brachionus plicatilis) PADA MEDIA KOMBINASI

KOTORAN AYAM, PUPUK UREA DAN PUPUK TSP, SERTA PENAMBAHAN BEBERAPA VARIASI RAGI ROTI

Kategori : SKRIPSI

Nama : ANDI PRANATA

Nomor Induk Mahasiswa : 050805027

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Desember 2009

Komisi Pemimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Mayang Sari Yeanny, S.Si., M.Si. Drs. Arlen H. J., M.Si

NIP. 19721126 199802 2 002 NIP. 19581018 199003 1 001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc. NIP. 19640409 19940 3 100


(3)

PERNYATAAN

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) PADA MEDIA KOMBINASI KOTORAN AYAM, PUPUK URES DAN PUPUK TSP,

SERTA PENAMBAHAN BEBERAPA VARIASI RAGI ROTI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2009

ANDI PRANATA 050805027


(4)

PENGHARGAAN

Puja dan puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada baginda Rasul, Nabi Muhammad S.A.W. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Arlen H.J., M.Si dan Ibu Mayang Sari Yeanny S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, serta dukungannya hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.Si dan Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Kepada Ibu Yurnaliza, S.Si., M.Si. selaku dosen penasehat akademik. Bapak Dr. Dwi Suryanto M.Sc selaku ketua Departemen Biologi, Ibu Nunuk Priyani M.Sc selaku sekretaris Dept. Biologi. Bapak dan Ibu staf pengajar Dept. Biologi FMIPA USU. Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku pegawai Dept. Biologi, serta Ibu Nurhasni Muluk dan Bapak Sukirmanto selaku analis dan laboran di laboratorium Dept. Biologi yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Kepada Bapak Drs. Arlen H.J, M.Si yang selama ini telah menjadi figur Bapak bagi penulis dan seluruh anak-anak beliau di Biologi, khususnya di Bidang Ekologi Hewan, terima kasih atas segala bantuan beliau kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta SUKAMTO dan Ibunda tercinta ELLY SULASTRI yang telah mendidik, memberi kasih sayang yang tiada duanya dan memberi dukungan yang sangat besar kepada penulis dari kecil hingga sekarang, kepada Abang-Q Agus Handoko, dan kedua Adinda_Q yang tersayang Susanna Anggraini dan Dinda Cahya Rhamadani, dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, perhatian, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis, dan seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk teman-teman seperjuangan di stambuk 2005, Widya, Irfan, Azay, Fifi, Andi, Dahin, Juned, Kabul, Rahmad, Yanti, Eri, Nikma, Ulan, Susi, Maysarah, Santi SM, Pida, Seneng, Santi, Verta, Dwi, Rico, Putri, Misran, Taripar, Ruth, Simlah, terima kasih untuk doa dan dukungannya. Untuk adik asuhku, Misfalla dan Affan, tarima kasih untuk doa, perhatian dan dukungannya kepada penulis. Kakak-kakak dan Adik-adik penulis di Biologi, bang Andi, Bang Edu, bang Zambrud, kak Roma, kak Desi, kak Desma, kak Runi, kak Zakiah, Umri, Rivo, Aini, Maika, Ncay, Desi, Gilang, Uya, Juju, Ika atas semua bantuan dan dukungan Semua pihak yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘Alamin.


(5)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) PADA MEDIA KOMBINASI KOTORAN AYAM, PUPUK UREA DAN PUPUK TSP,

SERTA PENAMBAHAN BEBERAPA VARIASI RAGI ROTI

ABSTRAK

Penelitian mengenai, “Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis)

Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti” telah dilaksanakan pada bulan Agustus

2009. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metoda Eksperimen dengan Analisis Rancangan

Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 4 media perlakuan , yaitu media M0

terdiri dari 200 mg/2l Kotoran ayam + 4,0 mg/2l Urea + 3,0 mg/2l pupuk TSP

(Kontrol), media M1 terdiri dari 200 mg/2l Kotoran ayam + 4,0 mg/2l Urea + 3,0

mg/2l pupuk TSP + 0,15 g Ragi roti, media M2 terdiri dari 200 mg/2l Kotoran ayam + 4,0 mg/2l Urea + 3,0 mg/2l pupuk TSP + 0,30 g Ragi roti, media M3 terdiri dari 200 mg/2l Kotoran ayam + 4,0 mg/2l Urea + 3,0 mg/2l pupuk TSP + 0,45 g Ragi roti, serta 6 ulangan dengan 8 kali waktu pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah penambahan ragi roti. Laju petumbuhan populasi tertinggi didapatkan pada waktu pengamatan awal, yaitu pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-4. Media yang terbaik terdapat pada media M2 sebesar 8,2335 ind x 2 x 10-3 x hari-1, diikuti media M3 sebesar 6,6918 ind x 2 x 10-3 x hari-1, selanjutnya media M1 sebesar 6,6474 ind x 2 x 10-3 x hari-1. Dan laju pertumbuhan populasi terendah terdapat pada media M0 sebesar 6,1278ind x 2 x 10-3 x hari-1.


(6)

The Growth Rate of Rotifera Population (Brachionus plicatilis) at Combination Medium of Chicken Manure, Urea Fertilizer and TSP Fertizer and Along with to

Add Yeast bread Variation

ABSTRACT

A Reaserch of “The Growth Rate of Rotifera Population (Brachionus plicatilis) at

Combination Medium of Chicken Manure, Urea Fertilizer and TSP Fertizer and Along with to Add Yeast bread Variation” has been conducted in August 2009.

This research was carried out at Animal Sistematic Laboratorium at Biology Department, Mathematic and Natural Science Faculty, North Sumatera University. The research used Non Factorial Complete Randomized Design with 4 treatments medium, that is medium of M0 consists of 200 mg/2l chicken manure + 4,0 mg/l Urea + 3,0 mg/2l TSP (control), medium M1 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4,0 mg/l Urea + 2 mg/2l TSP + 0,15 g yeast bread, medium of M2 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4,0 mg/l Urea + 3,0 mg/2l TSP + 0.30 g yeast bread and medium of M3 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4,0 mg/l Urea + 3,0 mg/2l TSP + 0.45 g yeast bread and 6 replications which eight time for observation

The result indicated differences growth rate of Brachionus plicatilis population after gave food. Highest growth of Brachionus plicatilis population was found at first observation, second day until fourth day. The best growth of Brachionus plicatilis population was found in M2 medium with number 8,2335 ind x 2 x 10-3 x day-1. Followed by M3 medium with 6,6918 ind x 2 x 10-3 x day-1and then M1 medium with 6,6474ind x 2 x 10-3 x day-1. But the worst growth rate was found in M0 medium with number 6,1278 ind. x 2 x 10-3 x day-1.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Hipotesis 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Brachionus plicatilis 4

2.2 Klasifikasi Brachionus plicatilis 5

2.3 Reproduksi Brachionus plicatilis 6

2.4 Daur hidup Brachionus plicatilis 8

2.5 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis 9

2.6 Peranan Ragi Roti bagi Brachionus plicatilis 12

Bab 3 Bahan dan Metode

3.1 Waktu dan tempat 15

3.2 Metode Penelitian 15

3.3 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis 17

3.4 Persiapan Media Aklimasi 18

3.5 Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis 18

3.6 Analisis Data 19

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis (ind/ml) 20

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis 22

4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu 25

Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16) Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 26


(8)

Daftar Pustaka 28

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa 11

Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya 12

Tabel 4.1 Rata-Rata Pertambahan Jumlah Individu Brachionus plicatilis 20

(ind/ml) pada Media Kombinasi Dengan Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

Tabel 4.2 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis 22

(ind x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan 24 selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Morfologi Brachionus plicatilis 5

Gambar 2.4 Siklus Hidup Rotifera 9

Gambar 4.1 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis 23 (ind. 2 x 10-3 x hari-1)

Gambar 4.4 Grafik Regresi Antara Media Perlakuan Dengan 24


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A. Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk

Brachionus plicatilis 32

Lampiran B. Bagan alir laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis 33

Lampiran C. Bagan posisi/letak media perlakuan secara randomisasi 34

Lampiran D. Jumlah Individu (Kepadatan) Populasi Brachionus plicatilis 35

(ind/ml) pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea, TSP, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

Lampiran E. Data Fisik dan Kimia Media pada Beberapa Tingkat 37

Variasi TSP selama Waktu Pengamatan

Lampiran F. Pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (ind./ml) 38 pada Perlakuan selama waktu pengamatan (H= 2 hari)

Lampiran G. Laju Pertumbuhan Jumlah Individu Populasi Rotifera pada 39

Media Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan TSP Dengan Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

Lampiran H. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan 40

Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan TSP Dengan Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

Lampiran I. Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian 46


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Budidaya perikanan merupakan salah satu sumber devisa Negara yang cukup besar dan menjanjikan. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan budidaya ikan air tawar, air payau, maupun laut. Kondisi perikanan di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ketahun (Kurnia, 2006).

Saat ini budidaya perikanan mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan (Priyambodo, 2001). Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya tingkat kematian dari larva ikan. Hal ini umumnya disebabkan karena kekurangan makanan pada saat kritis, yaitu pada masa penggantian dari makanan kuning telur ke makanan lain. Untuk mengatasi tingginya kematian ikan pada stadia larva ini perlu disediakan makanan yang sesuai bagi larva ikan (Haris, 1983). Menurut Mujiman (1998) agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup hingga dewasa harus diberi pakan alami. Salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Rotifera terutama dari jenis Brachionus plicatilis (Dahril, 1996).

Pertumbuhan Brachionus plicatilis sangat tergantung pada suplai pakannya, salah satu sumber pakan bagi Brachionus plicatilis yaitu kotoran ternak dan beberapa pupuk organik (Saifannur, 2008). Selain itu sumber pakan lain Brachionus plicatilis adalah jasad-jasad renik yang lebih kecil darinya antara lain ganggang renik, ragi, bakteri dan protozoa (Djarijah, 1995).


(12)

Menurut Diani (1995), usaha pembenihan ikan, rotifera sangat perlu diperhatikan untuk pakan awal larva yang baru menetes dan bahkan selama pemeliharaan pra larva hingga mencapai benih. Brachionus plicatilis merupakan organisme dari golongan zooplankton dan jasad pakan penting bagi jenis ikan di semua perairan. Rotifera dapat tumbuh dengan baik jika diberikan nutrisi yang baik untuk pertumbuhannya, seperti pupuk kotoran ternak, pupuk lain seperti TSP dan Urea serta dapat pula digunakan penambahan ragi roti untuk meningkatkan pertumbuhan rotifera tersebut.

Rotifera Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp. yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk diberikan untuk memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera Brachionus plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran ayam akan dihasilkan kepadatan Chlorella sp. yang paling tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran ternak lainnya, hal ini dikarenakan tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut (Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Laut, 1985).

Ragi roti merupakan salah satu substrat organik yang potensial dalam meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast. Ragi roti memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi yang sangat baik bagi laju pertumbuhan Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui seberapa besar pengaruh penambahan ragi roti terhadap laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada media kombinasi kotoran ayam dan beberapa pupuk organik. Ragi roti juga berperan didalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat didalam saluran pencernaan dari Brachionus plicatilis, selain itu ragi roti juga mampu mendetoksikasi toksin yang terdapat di dalam tubuh Brachionus plicatilis (Wanasuria, 1993).


(13)

1.2Permasalahan

Telah cukup banyak penelitian yang dilakukan tentang laju pertumbuhan Brachionus plicatilis, namun belum diketahui pengaruh penambahan ragi roti, pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan TSP terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis dengan diberikan perlakuan penambahan ragi roti pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan Triple Superposfat (TSP)

1.4 Hipotesis Penelitian

Penambahan ragi roti pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan TSP menentukan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

1.5 Manfaat Penelitian:

Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

a. Bahan informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan teknik penyediaan pakan

alami.

b. Bahan informasi dalam memanfaatkan kotoran ayam untuk pembudayaan pakan


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller

Brachionus plicatilis merupakan organisme eukariot akuatik yang termasuk ke dalam zooplankton yang bersifat filter feeder yaitu mengambil makannya dengan cara menyaring partikel dari media tempat hidupnya. Zooplankton dari genera Brachionus ini mempunyai variasi ukuran tubuh, yaitu antara 50-300 mikron. Ukuran tubuh yang bervariasi ini juga dibedakan berdasarkan tipe, yaitu untuk yang berukuran besar (230-400 mikron) digolongkan kedalam tipe L, sedangkan yang berukuran kecil (50-220 mikron) digolongkan kedalam tipe S (Djarijah, 1995). Selanjutnya Hyman (1951), menjelaskan bahwa tubuh umumnya tidak bewarna atau transparan, mempunyai indra seperti bintik mata.

Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan kaki atau ekor (Gambar 2.1). Pada bagian kepala terdapat enam buah duri, diantaranya terdapat sepasang duri yang panjang dibagian tengah. Ujung bagian depan dilengkapi dengan gelang-gelang silia yang kelihatan seperti spiral, disebut dengan korona yang berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam mulut (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Antara jenis jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menyolok. Secara umum yang jantan mempunyai bentuk tubuh yang jauh lebih kecil daripada yang betina dan muncul pada masa-masa tertentu saja, sedangkan yang betina memiliki ukuran tubuh lebih besar hampir setiap saat selalu berkembang biak secara partenogenesis (tanpa kawin). Bahkan banyak diantara jenisnya yang tidak dikenal pejantannya. B. plicatilis hidup antara 12-19 hari. Selama itu B. plicatilis dapat bertelur sebanyak 5 butir (Mujiman, 1998).


(15)

Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis (A. Betina ; B. Jantan).

Sel tubuh Rotifera B. plicatilis tersusun sebagai jaringan tubuh yang membentuk sistem organ yang umumnya masih sangat sederhana. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dekat dengan korona. Di bagian belakang mulut terdapat faring yang disebut mastax. Kerongkongannya pendek, yaitu yang menghubungkan antara mastax dengan lambung (Djuhanda, 1980).

2.2 Klasifikasi Brachionus plicatilis

Menurut Isnansetyo & Kurniastuty (1995) Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya sebagai berikut :

Filum : Trochelmintes

Kelas : Rotifera

Ordo : Monogonata

Subordo : Ploima

Famili : Brachioninae

Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus plicatilis O. F. Muller

Selain B. Plicatilis ada 34 jenis rotifera lainnya antara lain: Brachionus Mulleri, Brachionus Angularis, Brachionus Calciflorus, Brachionus Urceolaris,


(16)

Brachionus legdigi, Brachionus Quandridentatus, Brachionus Rubens, Brachionus Punctatus, Brachionus pala, Brachionus Mollis (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995; Mujiman, 1998). Beberapa spesies diantaranya ditemukan di Jepang, yaitu : Brachionus budapestinensis, Brachionus dimidiatus, Brachionus diversicornus, Brachionus falcatus, Brachionus forficula, Brachionus plicatilis, Brachionus rubens (Dahril, 1996).

2.3 Reproduksi Brachionus plicatilis

B. plicatilis merupakan organisme yang memiliki organ kelamin terpisah, dan dapat bereproduksi secara aseksual dengan partenogenesis, yaitu menghasilkan telur tanpa terjadi pembuahan dan individu baru yang dihasilkan bersifat diploid (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Djuhanda (1980), menyatakan bahwa B. plicatilis juga dapat bereproduksi secara seksual. B. plicatilis betina memiliki organ reproduksi yang terdiri dari ovarium, yolk gland, dan oviduct. Pada jantan terdiri dari satu testis yang dihubungkan oleh saluran sperma ke penis.

Bahan kimia merupakan suatu bahan yang sangat spesifik yang digunakan oleh mikroorganisme invertebrata dalam melakukan komunikasi sesamanya (Larsson & Dodson, 1933 & Snell, 1998). Sebagai contoh adanya suatu zat yang disebut dengan pheromon untuk mengenal lawan jenisnya (Miyake & Bayer 1974; Stanhope et al, 1992; Snell et al, 1993).

Bahan kimia dijadikan sebagai suatu indikator untuk mengetahui kepadatan suatu populasi, serta dapat menyediakan informasi tentang ada tidaknya kegiatan reproduksi dalam populasi tersebut dan dapat juga digunakan untuk mengetahui jenis dari suatu invertebrata dan bahan kimia ini sering juga dijumpai pada keadaan suatu individu melakukan suatu reproduksi. Kemampuan untuk mengubah jenis bahan kimia yang dihasilkan oleh zooplankton telah banyak dilakukan oleh para peneliti (Kleiven et al, 1992; Carmona et al, 1993; Burns, 1995; Yoshinaga et al, 1999).


(17)

Pada rotifera jenis Brachionus plicatilis, bahan kimia yang terdapat di dalam tubuhnya menentukan jenis kelamin dari organisme tersebut. Brachionus plicatilis mampu beradaptasi dalam siklus hidupnya. Brachionus plicatilis memiliki siklus hidup phartenogenesis yaitu bertelur tanpa kawin (Snell et al, 1993).

Sistem reproduksi dari betina yang amiktik dalam keadaan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dapat menghasilkan individu baru dalam jumlah yang besar, reproduksi seksualnya terjadi apabila kondisi lingkungannya mendukung. Keuntungan lainnya dari reproduksi seksual ini yaitu mampu menghasilkan individu dari jenis jantan dan betina, sehingga terjadi variasi genetik (West et al, 1999). Reproduksi seksual terjadi apabila ada betina miktik (Wallace & Snell, 2001).

Jika betina miktik tidak melakukan fertilisasi maka akan menghasilkan individu jantan atau haploid. Bagaimanapun, jika betina miktik melakukan reproduksi maka betina amiktik mampu menghasilkan telur yang biasa berdomansi hingga beberapa tahun. Faktor biotik dan abiotik yang dapat menyebabkan suatu betina menjadi amiktik yang telah dipelajari oleh beberapa ahli rotifera. Sejauh ini satu-satunya bahan kimia yang menyebabkan suatu betina menjadi amiktik adalah Alpha-rocopherol yang terdapat pada genus Asplanchna (Gilbert 1980). Induksi dari betina

miktik dari jenis Brachionus bergantung pada kepadatan organisme tersebut (Gilbert, 1977).

Pada populasi yang rendah banyak dijumpai yang amiktik. Pada keadaan dimana lingkungan yang tidak mendukung walaupun populasi sedang meningkat, betina miktik tidak akan melakukan reproduksi secara seksual (Gilbert, 1977). Dia mengeluarkan suatu hipotesis yaitu adanya suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh Brachionus. Hipotesa Gilbert tersebut berdasarkan pada eksperimen rotifera air tawar Brachionus plicatilis. Dia menunjukkan bukti bahwa individu betina yang kultur pada volume yang kecil akan menginduksi keturunannya sehingga menghasilkan individu yang miktik. Sistem individu sendiri ini juga terdapat pada jenis Brachionus yang lainnya (Hino & Hirano 1976; Carmona et al. 1993). Sebuah eksperimen tambahan dari Hino & Hinaro (1976), dimana mereka mendemonstrasikan bahwa kepadatan dari


(18)

betina miktik yang tinggi dari Brachionus plicatilis dapat terjadi karena adanya pergantian dari medium kultur.

2.4 Daur Hidup Brachionus plicatilis

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (1985), menjelaskan bahwa daur hidup B. plicatilis bersifat unik, dimana dalam keadaan normal, B. plicatilis berkembang secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin). B. plicatilis betina yang amiktik akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina– amiktik pula. Namun dalam keadaan yang tidak normal, misalnya terjadi perubahan salinitas, suhu air, intensitas cahaya dan kualitas pakan maka telur B. plicatilis betina- amiktik tadi dapat menetas menjadi betina-miktik. Betina-miktik ini kemudian akan menghasilkan telur yang kemudian akan berkembang menjadi hewan jantan. Bila B. plicatilis jantan dan betina-miktik tersebut kawin, maka betina-miktik akan menghasilkan telur-kista (dormant egg) yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan tahan terhadap kekeringan. Telur kista ini akan dapat menetas lagi bila keadaan perairan telah menjadi normal kembali.

Brachionus plicatilis memiliki telur yang bersifat istirahat, telur ini dihasilkan oleh betina-miktik, dan akan menetas menjadi betina-amiktik dan antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Selanjutnya Mujiman (1998), mengatakan bahwa B. plicatilis yang jantan hanya muncul pada saat-saat tertentu saja sehingga yang betina hampir selamanya berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin) dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak diantara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya siklus hidup Rotifera B. plicatilis dapat dilihat pada Gambar. 2.2 berikut ini:


(19)

Gambar 2.2 siklus hidup Rotifera

2.5 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis

Rotifera Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp. yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk diberikan untuk memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera Brachionus plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran ayam akan dihasilkan kepadatan Chlorella sp. yang paling tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran ternak lainnya, hal ini dikarenakan tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut (Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Laut, 1985).

Kadarini (1997) mengatakan bahwa jenis pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya sedangkan pupuk


(20)

anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuat pupuk misalnya pupuk Urea, TSP, Diamonium Phospat (DAP) dan sebagainya.

Saifuddin (1985) dan Setyamidjaja (1986) mengatakan bahwa pemakaian pupuk organik yaitu kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme. Selanjutnya Sutejo (1995) dan Mujiman (1998) juga mejelaskan bahwa kotoran ternak terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam usaha perkembangan perikanan, misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, yaitu Brachionus plicatilis.

Dari hasil penelitian Sachlan (1980) menunjukkan bahwa Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Kemudian Setyamidjaja (1986) dan Hardjowigeno (1987) mengatakan bahwa pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi, karena bagian yang padat bercampur dengan bagian yang cair (urine). Selain itu pupuk kotoran ayam adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama (Rafnida, 1986). Bahkan dari hasil penelitian Anindiastuti (1989), menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cendrung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan.

Menurut Lingga dan Sutejo (1995) pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk Urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor. Adapun komposisi mineral dan kandungan air dari kotoran ayam dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.


(21)

Tabel 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

Jenis Ternak Nitrogen(%) Fosfor(%) Kalium(%) Air(%) Kuda

- padat 0,55 0,30 0,40 75

- cair 1,40 0,02 1,60 90

Sapi

-padat 0,40 0,20 0,10 85

-cair 1,00 0,50 1,50 92

Kerbau

-padat 0,60 0,30 0,34 85

-cair 1,00 0,15 1,50 92

Kambing

-padat 0,60 0,30 0,17 60

-cair 1,50 0,13 1,80 85

Domba

-padat 0,75 0,50 0,45 60

-cair 1,35 0,05 2,10 85

Babi

-padat 0,95 0,35 0,40 80

- cair 0,40 0,10 0,45 87

Ayam

- padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55

Sumber: Lingga (1995)

Menurut Dahril (1996), fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan Rotifera, karena dengan meningkatnya jumlah fitoplankton di suatu perairan maka akan meningkatkan pula pertumbuhan Rotifera Brachionus plicatilis tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada di perairan dan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan fitoplankton adalah unsur phospat dan nitrogen.

Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk buatan (pupuk anorganik) yang berkadar hara tinggi (Sutejo, 1995). Urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat N 46%. TSP berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat P 14-20% (Lingga, 1995). Berikut dicantumkan beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta kadar haranya.


(22)

Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya

Jenis Pupuk Kadar N (%) Kadar P (%)

Zwavelzure ammoniak 20-21 -

Urea 46 -

Chilisalpeter 14-16 -

Natronsalpeter 16

Kalkammonsalpeter 20 -

Kalkstikastof 20-21 -

Superposfat/ Enkel uperposfat (ES) - 18-20

Dubble Superposfat (DS) - 36-40

Triple Superposfat (TSP) - 48-54

Posfat Cirebon - 25-28

Fused Magnesium posfat (EMP) - 19

Sumber: Lingga (1995)

2.6 Peranan Ragi roti bagi Brachionus plicatilis

Ragi atau dikenal juga dengan sebutan 'Yeast' merupakan semacam tumbuh-tumbuhan bersel satu yang tergolong dalam keluarga cendawan. Ragi roti dapat membantu penguraian karbohidrat di dalam saluran pencernaan juga merangsang kerja dari amilase dan sebagai protein sehingga akan memperkaya kandungan protein dari Brachionus plicatilis. Ragi roti juga berperan sebagai probiotik dan dapat menurunkan kontaminasi aflatoksin pada pakan (Wanasuria, 1993).

Ragi roti atau jamur Saccharomyces cerevisae merupakan mikroorganisme aman (Generally Regarded as Safe). Tentu saja kegunaan mikroorganisme ini pun

menjadi semakin penting di dunia industri fermentasi dan pakan ikan. Saat ini S. cerevisiae tidak saja digunakan dalam bidang fermentasi tradisional, tetapi saat ini

penggunaan ragi roti telah merambah sektor-sektor komersial yang penting, termasuk makanan, minuman, biofuel, kimia, industri enzim, pharmaceutical, agrikultur, dan lingkungan (Setiawan & Rodif, 1991).

Ragi yang mengandung probiotik yang berperan dalam pertumbuhan larva ikan. Pemilihan mikroba untuk probiotik terutama didasarkan pada kemampuannya dalam melekat pada epitel usus, kolonisasi dan melakukan aktivitas metabolik yang


(23)

juga harus terpenuhi yaitu non-patogenik, efektif diterapkan pada berbagai kondisi lingkungan dan dapat hidup dalam berbagai bentuk preparasi, misalnya dalam suspensi, dicampur makanan, freezedried (Wallace & Snell, 2001).

Ragi juga berfungsi sebagai Probiotik yang menguntungkan karena menghambat pembentukan floramikroba yang merugikan melalui penghambatan dalam kolonisasi di saluran pencernaan. Selain itu juga menghasilkan senyawa antimikroba dan berkompetisi dengan mikroba patogen dalam mendapatkan nutrisi dan situs pelekatan, meningkatkan nilai gizi pakan melalui pengkayaan vitamin, mendetoksikasi toksin atau faktor antinutrisi dan berperan dalam pencernaan materi pakan (Wanasuria, 1993).

Penyiapan sel-sel mikroba probiotik untuk pakan umumnya dilakukan dengan sejumlah cara seperti dicampur sebagai sel segar atau hidup, sel hidup dalam suspensi garam fisiologis, dalam bentuk sel terliofilisasi dan melalui perantaraan organisme lain seperti rotifera. Kandungan ragi roti umumnya terdiri dari kelompok yeast dari jenis Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae mengandung xeaxanthin dan Phaffia rhodozyma, serta ƒÒ-glucan S. cerevisiae, yang telah digunakan untuk meningkatkan ketahanan larva (Yoshinaga et al, 1999).

Ragi roti merupakan salah satu substrat organik yang potensial dalam meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast. Ragi roti memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi yang sangat baik bagi laju pertumbuhan Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui seberapa besar pengaruh penambahan ragi roti terhadap laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada media kombinasi kotoran ayam dan beberapa pupuk organik.

Ragi roti terdiri dari 2 jenis yang ada dipasaran yaitu ragi padat dan ragi kering. Jenis ragi kering ini ada yang berbentuk butiran kecil-kecil dan ada juga yang berupa bubuk halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan berwarna kecokelatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti. Lain halnya dengan ragi kering jauh lebih


(24)

praktis dalam penggunaannya. Aroma yang dihasilkannya pun tidak terlalu cocok karena memang khusus untuk pembuatan roti (Roosharoe, 2006).

Dalam keadaan tidak terpakai, ragi membutuhkan suasana hangat agar sel-sel nabatinya tetap hidup untuk mengaktifkan kerjanya. Maka ragi-ragi ini memerlukan penyimpanan yang teliti. Ragi kering yang terbentuk seperti butiran halus ini umumnya terbungkus dalam kemasan timah yang mengandung nitrogen agar tetap awet. Suhu ideal untuk menyimpan ragi kering agar awet dalam jangka waktu yang panjang adalah 70C dan perlu diperhatikan sering mungkin (Wanasuria, 1993).


(25)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan

analisis rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan media dan 6 ulangan, sebagai berikut.

M0 =200 mg/2l Kotoran ayam + 4 mg/2l Urea + 3.0 mg/2l pupuk TSP (Tanpa

pemberian Ragi roti)

M1 = 200 mg/2l Kotoran ayam + 4 mg/2l Urea + 3.0 mg/2l pupuk TSP + 0.15 g Ragi

roti

M2 = 200 mg/2l Kotoran ayam + 4 mg/2l Urea + 3.0 mg/2l pupuk TSP + 0.30 g Ragi

roti

M3 = 200 mg/2l Kotoran ayam + 4 mg/2l Urea + 3.0 mg/2l pupuk TSP + 0.45 g Ragi


(26)

a. Perlakuan Media

Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran kotoran ayam yang telah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari dengan pupuk TSP dan Urea. Kotoran ayam yang telah kering dan pupuk TSP & Urea dihaluskan, serta dilakukan penambahan beberapa variasi ragi roti. Kotoran ayam yang telah dikeringkan dihaluskan dan diayak, selanjutnya ditimbang sesuai komposisi masing-masing perlakuan.

Komposisi media tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sihombing (2009). Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media terbaik dari hasil penelitian tersebut. Menurut Wanasuria (1993), ragi roti dengan konsentrasi 0,45 g merupakan komsentrasi standar untuk meningkatkan laju pertumbuhan populasi rotifera

b. Perlakuan Waktu Pengamatan

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali hari selama 16 hari atau (8x pengamatan) dimana pada masing-masing media perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 6 kali.

H1 = hari ke-2 H2 = hari ke-4 H3 = hari ke-6 H4 = hari ke-8 H5 = hari ke-10 H6 = hari ke-12 H7 = hari ke-14 H8 = hari ke-16

Hal ini berdasarkan lama hidup Brachionus plicatilis, yaitu selama 12-19 hari (Hyman, 1951).

Masing-masing media pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kain


(27)

cara menggantungkan/mencelupkan di bawah permukaan air media, kemudian masing-masing botol perlakuan ditutup dengan kain kasa/strimin untuk mencegah masuknya serangga atau hewan lain, dan dibiarkan selam 7 hari. Shasmand (1986) menjelaskan dengan melakukan pemupukan berarti akan merubah konsentrasi zat hara sehingga akan mempengaruhi Zooplankton, dalam hal ini B. plicatilis. Selanjutnya Mujiman (1998) juga menjelaskan tujuan pemupukan pada media kultur B. plicatilis adalah untuk menumbuhkan jasad-jasad renik yang merupakan makanan B.plicatilis.

Setelah 7 hari dimasukkan bibit B.plicatilis dari akuarium ke dalam

masing-masing media perlakuan sebanyak 25 individu. Kemudian toples media ditutup kembali dengan kain kasa. Salinitas media dipertahankan antara 25-26 0/00, pH antara 7,5-8,5 dan DO > 1,5 mg/l. Selanjutnya toples media pada rak lemari yang tertutup dan lampu TL 20 watt dengan jarak dari permukaan botol media perlakuan sekitar 20 cm.

Pada penelitian yang telah dilakukan kondisi sifat fisik dan kimia air media seperti suhu, pH, DO dan salinitas diperiksa 3 kali dalam 16 hari, yaitu pada hari ke 4, 9 dan 13. Untuk suhu diukur dengan alat termometer, pH diukur dengan pH meter, salinitas diukur dengan refraktometer dan kadar DO diukur dengan oximeter. Selanjutnya media perlakuan diberi aerasi setiap hari selama 3 menit dengan menggunakan aerator supaya kandungan O2 terlarut tidak terlalu rendah.

c. Perlakuan Penambahan Ragi Roti

Perlakuan penambahan ragi roti dilakukan setelah dimasukkan Brachionus plicatilis ke dalam toples dan dilakukan penambahan ragi roti kembali setiap 2 hari sekali.

3.3 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari


(28)

dengan menggunakan plankton net dan dimasukkan ke dalam ember bervolume 10 liter. Kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diaklimasi dan diperlakukan.

3.4 Persiapan Media Aklimasi

Air yang digunakan untuk aklimasi diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan ke dalam akuarium bervolume 50 liter serta ditambahkan NaCl sebanyak 1.250 mg/50 l dan diaduk hingga NaCl larut. Kemudian media yang terdiri dari 5000 mg/50 l kotoran ayam + 100 mg/50 l pupuk Urea + 75 mg/50 l pupuk TSP dimasukkan ke dalam kain strimin dan dicelupkan ke dalam akuarium untuk menumbuhkan jasad-jasad renik sebagai bahan makanan Brachionus plicatilis selama seminggu.

Selanjutnya dimasukkan bibit Brachionus plicatilis sebangak 600 individu/50

liter untuk diaklimasikan selama seminggu. Akuarium diletakkan di bawah lampu 20 Watt dengan jarak ± 20 cm dan aerasi dilakukan setiap hari.

3.5 Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali seperti yang telah dijelaskan pada perlakuan waktu pengamatan. Brachionus plicatilis diambil dari masing-masing media perlakuan dengan menggunakan pipet serologi 10 ml. Sebelum dilakukan pengambilan, air media terlebih dahulu diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk kaca supaya Brachionus plicatilis tersebar merata sehingga dapat mewakili semua Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam media. Kemudian Brachionus plicatilis diambil dengan pipet serologi.

Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam pipet serologi diterawangkan

pada sinar lampu kemudian dihitung jumlahnya dengan kasat mata. Cara ini sesuai dengan yang dilakukan Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Laut Serang,


(29)

serta Isnansetyo dan Kurniastuti (1985). Penghitungan pertumbuhan populasi dilakukan sebanyak 6 kali sebagai ulangan untuk masing-masing media perlakuan. Setelah dilakukan penghitungan maka Brachionus plicatilis dimasukkan kembali ke dalam toples. Pengamatan ini dilakukan sampai dengan pengamatan hari ke-16.

3.6Analisis Data

Setiap pengamatan/penelitian selesai dilakukan penghitungan jumlah populasi Brachionus plicatilis, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus menurut Fogg (1975), sebagai berikut:

K =

t No

Nt ln

ln −

Dimana: K = Laju pertumbuhan jumlah populasi Brachionus plicatilis per hari

Nt = Jumlah populasi Brachionus plicatilis setelah t hari No = Jumlah populasi awal Brachionus plicatilis

t = Waktu pengamatan (hari)

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (Anova), sedangkan menguji beda antara perlakuan dilakukan dengan uji beda rata-rata duncan (DNMRT) dan untuk mengetahui pengaruh perlakuan media terhadap laju pertumbuhan Brachionus plicatilis dilakukan uji regresi (Steel & Torrie, 1993).


(30)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Induividu Brachionus plicatilis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada media kombinasi dengan penambahan beberapa variasi ragi roti, didapatkan rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Rata-Rata Pertambahan Jumlah Individu Brachionus plicatilis (ind/ml) pada Media Kombinasi Dengan Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

Waktu pengamatan

Media dan Rata-rata Pertambahan Individu

M0 M1 M2 M3

Hari ke-0 0,0125 0,0125 0,0125 0,0125 Hari ke-2 2,3055 1,9731 8,1110 4,8332 Hari ke-4 1,0833 3,0277 5,4772 2,0227 Hari ke-6 2,3888 5,3610 7,6666 1,8444 Hari ke-8 2,8610 6,0555 13,9443 2,3888 Hari ke-10 1,7220 5,4166 12,8055 2,0555 Hari ke-12 1,9722 3,5833 9,2222 1,2499 Hari ke-14 0,3333 0,8055 2,7749 0,3333 Hari ke-16 0,1666 0,3333 0,8610 0,1666 Total 12,8452 26,5685 60,8752 14,9069 Rata-rata 1,4272 2,9520 6,7639 1,6563 Keterangan : M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP (kontrol)

M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,15 g ragi roti M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,30 g ragi roti M3 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 5 mg/2 l TSP + 0,45 g ragi roti

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis dengan media perlakuan dan waktu pengamatan sangat


(31)

media M2 sebesar 60,8752, diikuti oleh media M1 sebesar 26,5685, kemudian media M3 sebesar 14,9069, dan yang terendah terdapat pada media M0 sebesar 12,8452. Tingginya rata-rata pertambahan individu pada media M2 disebabkan oleh sesuainya kombinasi pemberian ragi roti (0,30 g) pada media ini, sehingga tersedianya nutrisi pada media ini yang lebih baik untuk pertambahan jumlah individu Brahionus plicatilis.

Menurut Dahril (1996), bahwa kondisi media yang baik dan tersedianya nutrisi yang mencukupi dalam media kultur dapat menyebabkan terjadinya pertambahan populasi Brachionus plicatilis dengan cepat, tetapi juga akan mengalami penurunan yang cepat pula bila kondisi media dan nutrisi tidak lagi dapat mendukung kehidupannya. Selanjutnya Shasmand (1986) menyatakan bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis pemberian pupuk Urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari Brachionus plicatilis, keadaan ini disebabkan karena pupuk urea dengan kandungan unsur N sekitar 46% dan pupuk TSP dengan kandungan unsur P sekitar 14-20% dapat meningkatkan metabolisme fitoplankton, sehingga berkembang biak dengan baik.

Pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis yang paling rendah didapatkan adalah pada media M3 dengan penambahan ragi roti sebanyak 0,45 g, yaitu sebanyak 14,9069 ind/mg, dan sedikit lebih tinggi dari pada media M0. Keadaan ini disebabkan karena pemberian ragi roti sebanyak 0,45 g kurang mendukung terhadap komposisi media sebagai nutrien. Dahril (1991) menyatakan bahwa ragi roti memiliki kandungan alkohol yang lebih rendah dibandingkan dengan ragi tapai, namun demikian jika penambahan dilakukan dengan komposisi yang tidak tepat atau secara terus menerus dapat meningkatkan jumlah kandungan alkohol pada media sehingga dapat menyebabkan penurunan rata-rata pertambahan populasi Brachionus plicatilis.

Pada perlakuan dengan media M2, rata-rata pertambahan individu tertinggi didapatkan pada hari ke 8 sebesar 13,9443 ind/ml, diikuti pada hari ke-10 sebesar 12,8055 ind/ml kemudian diikuti pada hari ke-12 sebesar 9,2222 ind/ml, kemudian diikuti pada hari ke-2 sebesar 8,1110 ind/ml. Tingginya pertambahan individu pada


(32)

hari ke-8 tersebut kemungkinan disebabkan karena kandungan nutrisi pada media merupakan kondisi lingkungan yang paling optimal dalam mendukung kehidupan dan pertambahan individu Brachionus plicatilis, sedangkan yang terendah didapatkan pada hari 16 sebesar 0,8610 ind/ml, keadaan ini menunjukkan bahwa pada hari ke-16 telah terjadi penurunan ketersediaan bahan makanan yang dibutuhkan oleh Brachionus plicatilis untuk kehidupan dan perkembangbiakannya. Menurut Yoshinaga et al., (1999) pemberian ragi roti dengan komposisi yang tepat merupakan sumber nutrisi bagi Brahcionus plicatilis untuk kehidupan dan perkembangbiakannya, karena penambahan ragi roti yang tepat pada media kultur menyediakan berbagai jenis protein, karbohidrat, dan jenis mineral. Roosharoe (2006) menjelaskan bahwa ragi roti merupakan salah satu substrat organik yang potensial dalam meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis, karena ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi, serta sangat baik bagi laju pertumbuhan Brachionus plicatilis.

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

Hasil analisis data terhadap pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis yang telah dilakukan, didapatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan ragi roti pada media perlakuan selama waktu pengamatan didapatkan hasil yang cukup bervariasi seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan

Waktu Pengamatan Media dan Laju Pertumbuhan

M0 M1 M2 M3

Hari ke-2 2,4487 2,4480 3,1077 2,9234 Hari ke-4 1,1418 1,3237 1,4649 1,2101 Hari ke-6 0,8181 0,9429 1,0257 0,8057 Hari ke-8 0,5918 0,6202 0,8330 0,6322 Hari ke-10 0,4598 0,6577 0,6721 0,4941 Hari ke-12 0,3769 0,4255 0,5254 0,3675 Hari ke-14 0,1686 0,1982 0,3557 0,1593 Hari ke-16 0,1223 0,1212 0,2490 0,0995 Total 6,1278 6,6474 8,2335 6,6918 Rata-rata 0,7659 0,8309 1,0291 0,8364 Keterangan: M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP (kontrol)

M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,15 g ragi roti M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,30 g ragi roti


(33)

Dari Tabel 4.2. terlihat bahwa selama waktu pengamatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi pada semua media didapatkan pada waktu pengamatan hari ke-2 dan ke-4, sedangkan pada hari pengamatan ke-6 sampai ke-16 laju pertumbuhan populasinya menurun, keadaan ini menunjukkan bahwa pada hari pengamatan ke-2 dan ke-4 bahan makanan masih tersedia yang dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis dengan baik, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyambodo (2001), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhannya.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu Pengamatan (Hari)

M0 M1 M2 M3

Gambar 4.1 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Kombinasi Dengan Penambahan

Beberapa Variasi Ragi Roti.

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa setelah pengamatan hari ke-2 terjadi pengurangan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis secara drastis. Hal ini disebabkan karena pada waktu pengamatan hari ke-2 terjadi laju pertumbuhan yang sangat tinggi, keadaan ini menyebabkan berkurangnya ketersediaan bahan makanan bagi Brachionus plicatilis pada waktu pengamatan hari-hari berikutnya.

La ju P e rt um b uha n (I nd. 2 x 1 0

-3 x

h

a

ri


(34)

Menurut Mujiman (1998), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis atau bahkan mengalami kematian secara massal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada ke empat media dengan perlakuan penambahan ragi roti selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara statistik ternyata diantara waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Sedangkan untuk hubungan antara media perlakuan dengan laju pertumbuhan Brachionus plicatilis dapat dilihat pada grafik regresi (gambar 4.3)

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

Keterangan: Huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% sedangkan huruf besar menunjukkan berbeda nyata pada taraf 1% menurut uji Duncan

Y0 = 0,2916 Y1 = 0,4606 Y2 = 0,5014 Y3 = 0,4140

Gambar 4.4 Grafik Regresi antara media perlakuan dengan laju pertumbuhan Brachionus plicatilis

Media Rata-Rata Laju Pertumbuhan dari Hari ke-2 Sampai Hari ke-16

M0 6,1278bB

M1 6,6474bAB

M2 8,2335aA

M3 6,6918bAB

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 1 2 3 4

Media Perlakuan

Nilai Y


(35)

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media M2 berbeda sangat nyata dengan 3 (tiga) media lainnya. Perlakuan media M0 tidak berbeda dengan perlakuan media M1. perlakuan media M3 berbeda dengan media M0 dan M1. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi media M2 adalah komposisi media terbaik dan secara optimum dapat mendukung kehidupan Brachionus plicatilis dan perkembang-biakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998), bahwa pemberian pupuk TSP (posfor) yang paling baik adalah lebih rendah dari pemberian pupuk Urea (nitrogen), sehingga proses metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber bahan makanan Brachionus plicatilis dapat berlangsung dengan baik, serta penambahan ragi roti dengan konsentrasi yang diperlakukan yaitu 0,30 g. Menurut Lingga & Sutejo (1995), pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk Urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor.

Ragi roti merupakan salah satu substrat organik yang potensial dalam meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi juga berfungsi sebagai Probiotik yang menguntungkan karena menghambat pembentukan floramikroba yang merugikan melalui penghambatan dalam kolonisasi di saluran pencernaan. Selain itu juga menghasilkan senyawa antimikroba dan berkompetisi dengan mikroba patogen dalam mendapatkan nutrisi dan situs pelekatan, meningkatkan nilai gizi pakan melalui pengkayaan vitamin, mendetoksikasi toksin atau faktor antinutrisi dan berperan dalam pencernaan materi pakan (Wanasuria, 1993).


(36)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea, dan Pupuk Tsp Serta Beberapa Penambahan Variasi Ragi Roti, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Dengan penambahan ragi roti sebanyak 0,30 g menunjukkan hasil yang paling

optimal terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis

b. Rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis tertinggi pada

pengamatan hari ke-8 pada media M2 sebesar 13,9443 ind/ml. Sedangkan pada media M3 merupakan media dengan pertambahan jumlah individu terendah yaitu sebesar 2,3888ind/ml.

c. Laju pertumbuhan pada populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada

perlakuan media M2, yaitu sebesar 8,2335 ind. x 2 x 10-3 x hari-1, sedangkan pada media M0 merupakan media dengan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis terendah, yaitu sebesar 6,1278 ind. x 2 x 10-3 x hari-1.

d. Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai regresi yang optimal terdapat pada media perlakuan M2 sebesar 0,5014 ind/ml, dan yang terendah terdapat pada media M0 sebesar 0,2916 ind/ml.


(37)

5.2 Saran

a. Diharapkan pada penelitian berikutnya penambahan ragi roti pada media

dilakukan setiap empat hari sekali.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang laju pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis dengan melakukan pertambahan bahan makanan setiap waktu pengamatan.

c. Dalam penelitian yang lebih lanjut dapat ditambahkan sumber nutrisi yang lain,

seperti Vitamin dan minyak ikan kedalam media pertumbuhan Brachionus plicatilis.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anindiastuti, (1989). Pengaruh Kualitas dan Kuantitas Scenedesmus acuminatus Terhadap Siklus Hidup Brachionus caliciflorus pallas. Kertas Karya. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. hlm. 69 (tidak diterbitkan)

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut ATA-192. 1985. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis) O.F. Muller. Serang: Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro : hlm. 1-2.

Burns, C. W. 1995. Effects of crowding and different food levels on growth and reproductive investment of Daphnia. Oecologia. 101: pp. 234–244.

Carmona, M. J., M. Serra, & M. R. Miracle. 1993. Relationships between mixis in Brachionus plicatilis and preconditioning of culture medium by crowding. Hydrobiologia. 255/256: pp. 145–152.

Dahril, T. 1996. Biologi Rotifera dan Pemanfaatannya. Pekan Baru: Penerbit UNRI Press : hlm. 5, 14 dan 43-46.

Diani, S. 1995. Perbedaan Lama Waktu Pengkayaan Rotifera (Brachionus plicatilis) Terhadap kandungan asam lemak Rotifera Dan Pertumbuhan Serta Kelangsungan Hidup Larva Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus) dalam prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang Budidaya Perikanan. Jakarta : Penerbit Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan. hlm. 392

Djarijah, A. B. 1995. Pakan Ikan Alami. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 12-13 ; 35–55.

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air Dan Beberapa Parasit Pada Manusia. Bandung: Penerbit ITB. hlm. 29 – 36

Fogg, G. E. 1975. Algae Culture and Phytoplankton Ecologi. Second edition. University of Winconsin Press, Maddison. p. 19

Gilbert, 1977. Mictic-female production in monogonont rotifers. Arch. Hydrobiol. Beih. 8: pp. 142–155.

1980. Female polymorphism and sexual reproduction in the rotifer Asplanchna. Evolution of their relationship and control by dietary tocopherol. Am. Nat. 116: pp. 409–431.

Haris, E. 1983. Beberapa Usaha Dalam Peningkatan Produksi Benih. Direktorat Jendral Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta. hlm. 11


(39)

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Medityatma Sarana Perkasa. hlm. 220 Hino, A., & R. Hirano. 1976. Ecological studies on the mechanism of bisexual

reproduction in the rotifer Brachionus plicatilis I. General aspects of bisexual reproduction inducing factors. Bull. Jpn. Soc. Sci. Fish. 42: pp. 1093–1099. Hyman, L. H. 1951. The Invertebrata : Acanthocepala, Aschelminthes and Entprocta.

Volume III. New York : Mc. Graw-Hill Book Company, Inc : pp. 91-100 & 117-141.

Isnansetyo, dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton: Pakan Alami Ikan Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. hlm. 14–15.

Kurnia, 2006. Jenis dan Cara Pemberian Pakan untuk Produksi Nener (Chanos chanos Forsskal) dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang Sumber Daya Perikanan dan Penangkapan. Jakarta: Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. hlm. 190

Kadarini, T. 1997. Pupuk Anorganik Sebagai Alternatif Untuk Meningkatkan Produksi Pakan Alami Pada Budi Daya Ikan. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. Volume III. No.3. hlm. 2

Kleiven, O. T., P. Larsson, and A. Hobaek. 1992. Sexual reproduction in Daphnia magna requires three stimuli. Oikos. 65: pp.197–206.

Larsson, P., & S. Dodson. 1993. Chemical communication in planktonic animals. Arch. Hydrobiol. 129: pp. 129–155.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cetakan ke-10. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. hlm. 57-59

Miyake, A., & J. Beyer. 1974. Blepharmone: A conjugationinducing glycoprotein in the ciliate Blepharisma. Science. 185: pp. 621–623.

Mujiman, A. 1998. Makanan Ikan. Jakarta : Penerbit PT. Penerbar Swadaya: hlm. 14–17, 49–51.

Priyambodo, 2001. Budi Daya Pakan Alami untuk Ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penerbar Swadaya. hlm. 28.

Rafnida, 1986. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Populasi Moina sp. Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekan Baru. hlm. 38 (tidak diterbitkan)

Roosharoe, I. 2006, Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. hlm. 56- 64.


(40)

Saifuddin. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana. hlm. 56

Saifannur, 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Variasi Pupuk Urea Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Tsp Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera. Skripsi S1 Biologi. FMIPA USU. Medan: Tidak dipublikasikan. hlm. 16-17

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Universitas Riau. hlm. 85

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Simplex. hlm. 122

Setiawan dan M. Rodif. 1991. Pengaruh Berbagai Peningkatan Gizi Rotifera, Brachionus plicatilis, terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus. J. panel. Budidaya pantai. Jakarta. hlm. 57-66

Shasmand, S. 1986. Pengaruh Pemupukan Triple Superphospat dan Urea Terhadap Kelimpahan dan Keanekaragaman Zooplankton Pada Kolam Yang Ditebari Ikan Mas (Cyprinus carpio L ). Pekan Baru : Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau: Tidak dipublikasikan. hlm. 1-5 & 30

Sihombing, D. 2009. Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (Brachionus plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan. Skripsi S1 Biologi. FMIPA USU. Medan: Tidak dipublikasikan. hlm. 14-15 Steel, R. G. D.; J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik suatu Pendekatan

Biometrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Snell, T. W. 1986. Effect of temperature, salinity and food level on sexual and asexual reproduction in Brachionus plicatilis. Mar. Biol. 92: pp. 157–162.

& E. M. Boyer. 1988. Thresholds for mictic female production in the rotifer Brachionus plicatilis (Mu¨ller). J. Mar. Biol. Ecol. 124: pp. 73–85.

P. D. Morris, and G. A. Ceccine. 1993. Localization of the mate recognition pheromone in Brachionus plicatilis (O.F. Mu¨ller, Rotifera) by fluorescent labeling with lectins. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 165: pp. 225–235.

1998. Chemical ecology in rotifers. Hydrobiologia. 387/ 388: pp. 267–276. Stanhope, M. J., M. M. Connelly, and B. Hartwick. 1992. Evolution of a crustacean

chemical communication channel: Behavioral and ecological evidence for a habitat-modified, racespecific pheromone. J. Chem. Ecol. 18: pp. 1871–1887. Sutejo, M. 1995. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Cetakan V. Jakarta: Penerbit Rineka


(41)

Wallace, R. L., & T. W. Snell. 2001. Phylum Rotifera, pp. 195–254. in J. H. Thorp and A. P. Covich [eds.], Ecology and classification of North American freshwater inverterbrates. Academic Press.

Wanasuria, S. 1993. Vitamin C Untuk Pakan Aquaculture. Poultry Indonesia, Jakarta. hlm. 32-34

West, S. A., C. M. Lively, & A. F. Read. 1999. A pluralist approach to sex and recombination. J. Evol. Biol. 12: pp. 1003– 1012.

Yoshinaga, T., A. Hagiwara, & K. Tsukamoto. 1999. Effect of conditioned media on the asexual reproduction of the monogonont rotifer Brachionus plicatilis O.F. Mu¨ller. Hydrobiologia 412: pp. 103–110.


(42)

Disaring

Dibungkus kain strimin

Dicelupkan NaCl

Lampiran A. Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis

Disebarkan ragi roti Air kolam

Stoples/botol

Kotoran ayam + pupuk Urea + pupuk TSP

Sumber pakan


(43)

Ditutup dengan kain kasa

Diberi cahaya 20 watt

Dibiarkan selama satu minggu

Dimasukkan bibit B. plicatilis sebanyak 25 individu

Dilakukan pengamatan dan penghitungan setiap 2 hari selama 14 hari

B. plicatilis diambil dengan pipet serologi 20 ml

Diamati dibawah sinar lampu

Dihitung B. plicatilis dengan mata telanjang

Lampiran B. Bagan alir laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis

Disebarkan ragi roti sebanyak 0,15 g untuk perlakuan 1 , 0,30 g untuk perlakuan II, 0,45 g untuk perlakuan III dan tanpa penambahan ragi roti sebagai kontrol

Dilakukan penambahan ragi roti untuk masing- masing perlakuan setiap 2 hari sekali

Media Perlakuan

Media Perlakuan Setelah satu minggu

B. plicatilis

Jumlah individu /ml (kepadatan)


(44)

LAMPIRAN C. Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan Secara Randomisasi

RAK 1 RAK 2

RAK 3 RAK 4

M0 (1) M3 (1) M1 (2)

M2 (5) M0 (5)

M1 (1)

Lampu TL 20 Watt

M3 (3) M2 (4)

M2 (6) M0 (3)

M1 (6) M3 (5)

Lampu TL 20 Watt

M1 (3) M0 (2)

M2 (2) M3 (6)

M1 (4) M3 (4)

M2 (1) M3 (2)

M1 (5) M0 (6)

M2 (3) M0 (4)

Lampu TL 20 Watt Lampu TL 20 Watt


(45)

Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti,

Perlakuan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4

Media Ulangan X 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x

M0 1 0,0125 3 1 3 2 0 1 1,6666 0 0 1 0 1 2 0.6666 1 0 0 2 1 1 0,8333 1 1 2 0 2 1 1,1666 2 0,0125 6 9 5 7 7 8 7,0000 2 1 0 3 3 1 1,6666 7 4 4 2 5 7 4,8333 5 7 6 6 5 7 6,0000 3 0,0125 1 0 1 1 2 0 0,8333 1 1 0 2 1 0 0,8333 3 5 2 7 5 3 4,1666 7 5 4 6 4 3 4,8333 4 0,0125 5 1 1 3 2 2 2,3333 0 1 0 0 0 2 0,5000 0 1 0 0 2 1 0.6666 0 2 1 1 1 0 0,8333 5 0,0125 0 1 1 2 1 0 0,8333 0 0 0 0 1 1 0,3333 1 0 0 2 0 1 0,6666 1 2 1 0 0 1 0,8333 6 0,0125 2 0 1 1 3 0 1,1666 5 4 2 2 1 1 6,0000 3 5 3 2 2 4 3,1666 3 2 1 5 4 3 3,5000

Total 0,075 13,8331 6,4998 14,3330 17,1665

Rata-rata 0,0125 2,3055 1,0833 2,3888 2,8610

M1 1 0,0125 1 0 0 1 2 0 0,6666 1 0 1 2 0 1 0,8333 0 1 1 2 0 1 0,8333 1 1 2 1 0 2 1,1666 2 0,0125 2 1 5 2 4 1 2,5000 4 0 1 6 3 4 3,0000 7 5 10 3 4 3 5,3333 7 11 11 9 8 8 9,0000 3 0,0125 2 1 6 3 4 1 2,8333 7 4 4 3 3 5 4,3333 8 12 5 10 8 4 7,8333 7 13 10 13 8 11 10,8333 4 0,0125 2 0 0 1 0 2 0,8333 1 2 0 2 1 1 1,1666 0 1 1 0 2 1 0,8333 2 1 0 0 1 1 0,8333 5 0,0125 3 3 5 0 5 4 3,3333 6 8 3 2 1 2 3,6666 8 10 11 9 13 11 10,1666 8 10 6 9 11 10 9,0000 6 0,0125 1 4 2 0 2 2 1,6666 5 10 2 2 7 5 5,1666 8 5 7 9 7 7 7,1666 7 9 8 5 7 5 6,0000

Total 0,075 11,8331 18,1664 32,1664 36,3332

Rata-rata 0,0125 1,9731 3,0277 5,360 6,0555

M2 1 0,0125 22 14 16 20 23 18,3333 18 13 20 17 14 21 14,8333 10 17 21 19 16 18 16,8333 22 18 21 25 22 23 21,8333 2 0,0125 9 5 16 8 9 5 8,6666 8 5 2 6 3 2 4,6666 8 3 2 5 6 8 5,1666 23 24 26 21 22 24 23,3333 3 0,0125 6 2 2 1 4 0 2,5000 6 5 3 4 2 1 3,5000 11 5 6 3 2 7 5,6666 17 22 20 19 19 21 19,6666 4 0,0125 15 8 13 9 6 3 9,0000 5 1 4 4 6 4 4,0000 11 15 13 10 12 12 2,6666 15 10 13 11 11 13 12,6666 5 0,0125 10 7 12 6 8 6 8,1666 3 5 2 4 7 3 4,0000 0 4 5 7 5 3 4,0000 5 7 7 4 3 2 4,6666 6 0,0125 4 0 2 2 1 3 2,0000 0 3 1 4 2 1 1,8333 0 2 1 4 1 2 1,6666 2 0 1 1 3 2 1,5000

Total 0,075 48,6665 32,8332 45,9997 83,6661

Rata-rata 0,0125 8,1110 5,4772 7,6666 13,9443

M3 1 0,0125 7 3 1 5 2 7 4,1666 0 1 0 0 2 1 0,6666 0 1 2 0 0 2 0,8333 2 2 1 0 2 1 1,3333 2 0,0125 4 6 2 6 5 2 4,1666 1 1 0 0 1 0 0,5000 1 2 1 0 1 1 1,0000 1 0 0 1 2 2 1,0000 3 0,0125 2 8 7 7 5 3 5,3333 3 0 1 2 2 3 1,8333 2 1 1 3 2 0 1,5000 3 1 2 2 1 2 1,8333 4 0,0125 3 8 8 7 5 6 6,1666 3 3 4 3 2 6 3,5000 6 5 6 4 3 5 4,8333 6 4 3 5 6 3 4,5000 5 0,0125 0 4 2 2 1 0 1,5000 2 1 4 0 2 3 2,0000 4 1 0 1 2 2 1,6666 5 7 3 3 4 5 4,5000 6 0,0125 9 5 7 12 8 5 7,6666 5 2 4 6 3 2 3,6666 2 3 2 0 1 1 1,5000 1 2 2 1 1 0 1,1666

Total 0,075 28,9997 12,1665 11,3332 14,3332


(46)

Perlakuan Waktu Pengamatan

H5 H6 H7 H8

Media Ulangan 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x

M0 1 1 2 0 1 0 0 0,6666 1 1 1 .0 0 1 0,6666 0 0 0 0 1 0 0,1666 1 1 0 0 0 0 0,1666

2 6 5 3 2 2 1 3,1666 1 4 6 5 4 3 3,8333 0 0 1 1 0 1 0,5000 0 0 0 0 0 1 0,3333 3 4 7 3 4 5 2 4,1666 5 8 4 6 6 4 5,5000 1 0 2 0 0 0 0,5000 1 1 0 0 0 0 0,1666 4 1 0 0 1 2 1 0,8333 0 0 1 1 0 0 0,3333 0 0 0 0 0 0 0,0000 0 0 0 0 0 0 0,0000 5 1 1 0 0 0 1 0,5000 1 0 0 1 0 1 0,5000 0 0 0 0 0 0 0,0000 0 0 0 0 0 0 0,0000 6 2 1 1 2 0 0 1,0000 2 2 1 0 0 1 1,0000 0 2 2 0 0 1 0,8333 0 1 1 0 0 0 0,3333

Total 10,3325 11,8332 1,9999 0,9998

Rata-rata 1,7220 1,9722 0,3333 0,1666

M1 1 1 1 1 0 0 2 0,8333 1 0 0 0 1 1 0,5000 0 0 0 1 0 0 0,1666 0 0 0 0 0 0 0,0000

2 5 8 8 6 9 10 7,6666 6 5 7 8 3 4 5,5000 2 5 2 3 0 3 2,5000 1 2 0 0 1 0 0,6666 3 12 11 12 10 11 11 9,1666 11 8 6 10 8 9 8,6666 0 0 0 3 2 4 1,5000 0 0 0 2 1 3 1,0000 4 1 1 1 0 1 1 0,8333 0 1 0 1 0 0 0,3333 0 0 0 0 0 0 0,0000 0 0 0 0 0 0 0,0000 5 8 6 6 5 8 7 6,6666 9 5 4 3 2 2 4,1666 0 0 0 0 0 0 0,0000 0 0 0 0 0 0 0,0000 6 8 8 5 5 9 9 7,3333 4 3 1 1 2 3 2,3333 1 2 0 0 0 1 0,6666 1 1 0 0 0 0 0,3333

Total 32,4997 21,4998 4,8332 1,9999

Rata-rata 5,4166 3,5833 0,8055 0,3333

M2 1 22 19 18 18 19 21 19,5000 16 16 17 17 20 18 17,3333 10 6 15 6 5 7 8,1666 3 2 2 3 1 1 2,0000 2 21 22 22 19 20 20 20,6666 12 9 9 11 12 10 10,5000 4 2 1 1 0 2 1,6666 1 1 2 0 0 1 0,8333 3 18 18 19 16 17 17 17,5000 16 17 17 15 12 12 14,8333 4 7 4 4 2 3 4,0000 2 2 1 0 0 1 1,0000 4 11 10 10 9 12 9 10,1666 9 8 9 9 8 10 8,3333 0 0 1 4 2 0 1,1666 0 0 0 1 1 2 0,6666 5 4 4 2 2 3 2 2,8333 3 3 2 2 1 0 1,8333 2 1 1 2 2 1 1,1500 1 1 1 0 0 0 0,5000 6 10 8 8 5 4 2 6,1666 3 2 3 1 4 2 2,5000 1 0 0 0 1 1 0,5000 0 0 0 0 0 1 0,1666

Total 76,8831 55,3332 16,6498 5,1665

Rata-rata 12,8055 9,2222 2,7749 0,8610

M3 1 2 2 0 1 1 0 1,0000 1 1 0 0 1 0 0,5000 0 0 0 0 0 0 0,0000 0 0 0 0 0 0 0,0000

2 1 1 2 1 1 0 1,0000 1 0 0 0 2 1 0,6666 1 0 1 0 0 0 0,3333 0 1 0 0 0 0 0,1666 3 2 2 3 2 1 1 1,8333 1 1 0 1 1 1 0,8333 0 0 0 1 0 0 0,1666 0 0 0 0 0 0 0,0000 4 5 2 3 5 3 4 3,6666 4 1 1 2 3 2 2,1666 1 1 0 0 0 1 0,5000 0 1 1 0 0 0 0,3333 5 5 6 2 2 4 2 3,6666 5 3 2 2 1 2 2,5000 0 0 0 0 0 0 0,0000 0 0 0 0 0 0 0,0000 6 2 2 1 1 0 1 1,1666 1 1 0 2 1 0 0,8333 2 2 0 0 1 1 1,0000 1 0 1 1 0 0 0,5000

Total 12,3331 7,4998 1,9999 0,9999

Rata-rata 2,0555 1,2499 0,3333 0,1666

Keterangan : M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP (kontrol) M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,15 g ragi roti M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,30 g ragi roti M3 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4mg/2 l Urea + 3 mg/2 l TSP + 0,45 g ragi roti


(47)

Lampiran E. Data Fisik dan Kimia Media pada Beberapa Tingkat Variasi TSP selama Waktu Pengamatan.

Suhu (0C) pH (%) Salinitas (0/00) Oksigen terlarut (mg/l)

M0 26 8,0 25,4 5,0

M1 26 7,6 25,5 5,0

M2 25 7,8 25,4 5,2


(48)

Lampiran F. Pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (ind./ml) pada Perlakuan

selama waktu pengamatan (H= 2 hari).

Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

Media x x x x x x x x x

M0 1 0,0125 1,6666 0.6666 0,8333 1,1666 0,6666 0,6666 0,1666 0,1666

2 0,0125 7,0000 1,6666 4,8333 6,0000 3,1666 3,8333 0,5000 0,3333

3 0,0125 0,8333 0,8333 4,1666 4,8333 4,1666 5,5000 0,5000 0,1666

4 0,0125 2,3333 0,5000 0.6666 0,8333 0,8333 0,3333 0,0000 0,0000

5 0,0125 0,8333 0,3333 0,6666 0,8333 0,5000 0,5000 0,0000 0,0000

6 0,0125 1,1666 6,0000 3,1666 3,5000 1,0000 1,0000 0,8333 0,3333

Total 0,0750 13,8331 6,4998 14,3330 17,1665 10,3325 11,8332 1,9999 0,9998

Rata-rata 0,0125 2,3055 1,0833 2,3888 2,8610 1,7220 1,9722 0,3333 0,1666

M1 1 0,0125 0,6666 0,8333 0,8333 1,1666 0,8333 0,5000 0,1666 0,0000

2 0,0125 2,5000 3,0000 5,3333 9,0000 7,6666 5,5000 2,5000 0,6666

3 0,0125 2,8333 4,3333 7,8333 10,8333 9,1666 8,6666 1,5000 1,0000

4 0,0125 0,8333 1,1666 0,8333 0,8333 0,8333 0,3333 0,0000 0,0000

5 0,0125 3,3333 3,6666 10,1666 9,0000 6,6666 4,1666 0,0000 0,0000

6 0,0125 1,6666 5,1666 7,1666 6,0000 7,3333 2,3333 0,6666 0,3333

Total 0,0750 11,8331 18,1664 32,1664 36,3332 32,4997 21,4998 4,8332 1,9999

Rata-rata 0,0125 1,9731 3,0277 5,360 6,0555 5,4166 3,5833 0,8055 0,3333

M2 1 0,0125 18,3333 14,8333 16,8333 21,8333 19,5000 17,3333 8,1666 2,0000

2 0,0125 8,6666 4,6666 5,1666 23,3333 20,6666 10,5000 1,6666 0,8333

3 0,0125 2,5000 3,5000 5,6666 19,6666 17,5000 14,8333 4,0000 1,0000

4 0,0125 9,0000 4,0000 2,6666 12,6666 10,1666 8,3333 1,1666 0,6666

5 0,0125 8,1666 4,0000 4,0000 4,6666 2,8333 1,8333 1,1500 0,5000

6 0,0125 2,0000 1,8333 1,6666 1,5000 6,1666 2,5000 0,5000 0,1666

Total 0,0750 48,6665 32,8332 45,9997 83,6661 76,8831 55,3332 16,6498 5,1665

Rata-rata 0,0125 8,1110 5,4772 7,6666 13,9443 12,8055 9,2222 2,7749 0,8610

M3 1 0,0125 4,1666 0,6666 0,8333 1,3333 1,0000 0,5000 0,0000 0,0000

2 0,0125 4,1666 0,5000 1,0000 1,0000 1,0000 0,6666 0,3333 0,1666

3 0,0125 5,3333 1,8333 1,5000 1,8333 1,8333 0,8333 0,1666 0,0000

4 0,0125 6,1666 3,5000 4,8333 4,5000 3,6666 2,1666 0,5000 0,3333

5 0,0125 1,5000 2,0000 1,6666 4,5000 3,6666 2,5000 0,0000 0,0000

6 0,0125 7,6666 3,6666 1,5000 1,1666 1,1666 0,8333 1,0000 0,5000

Total 0,0750 28,9997 12,1665 11,3332 14,3332 12,3331 7,4998 1,9999 0,9999


(49)

Lampiran G. Laju Pertumbuhan Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-) pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea, TSP, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti selama Waktu Pengamatan.

Perlakuan Waktu Pengamatan

Media Ulangan H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 1 2,4464 0,9941 0,6999 0,5670 0,3976 0,3313 0,1849 0,1618

2 3,1639 1,2232 0,9929 0,7717 0,5534 0,4771 0,2634 0,2052

3 2,0998 1,0499 0,9681 0,4568 0,5809 0,5072 0,2634 0,1618

4 2,6146 0,9222 0,6627 0,5249 0,4199 0,2736 0 0

5 2,0998 0,8208 0,6627 0,5249 0,3688 0,3074 0 0

6 2,2680 0,8208 0,9224 0,7043 0,4382 0,3651 0,2999 0,2050

Total 14,6925 6,8509 4,9087 3,5496 2,7588 2,2617 1,0116 0,7340

Rata-rata 2,4487 1,1418 0,8181 0,5916 0,4598 0,3769 0,1686 0,1223

M1 1 1,9882 1,0499 0,6999 0,5249 0,4199 0,3074 0,1849 0

2 2,6491 1,3701 1,0093 0,7464 0,6418 0,5072 0,3784 0,2485

3 2,7117 1,4620 1,0734 0,6597 0,6597 0,5451 0,3419 0,2738

4 2,0998 1,1340 0,6999 0,5249 0,4199 0,2736 0 0

5 2,7929 1,4203 1,1168 0,6279 0,6279 0,4840 0 0

6 2,4464 1,5060 1,0585 0,6374 0,6374 0,4357 0,2840 0,2050

Total 14,6881 7,9423 5,6578 3,7212 3,4066 2,5530 1,1892 0,7275

Rata-rata 2,4480 1,3237 0,9429 0,6202 0,6577 0,4255 0,1982 0,1212

M2 1 3,6588 1,7697 1,2008 0,9331 0,7352 0,6028 0,4630 0,3171

2 3,2703 1,4806 1,0040 0,9414 0,7410 0,5611 0,3494 0,2624

3 2,6491 1,4806 1,0194 0,9201 0,7244 0,5899 0,4120 0,2738

4 3,2896 1,4420 1,1534 0,8651 0,6701 0,5418 0,3240 0,2485

5 3,2410 1,4420 0,9613 0,7403 0,5423 0,4156 0,3229 0,2305

6 2,5375 1,2470 0,8154 0,5984 0,6201 0,4415 0,2634 0,1618

Total 18,6463 8,7899 6,1543 4,9984 4,0331 3,1527 2,1347 1,4941

Rata-rata 3,1077 1,4649 1,0257 0,8330 0.6721 0,5254 0,3557 0,2490

M3 1 2,9045 0,9941 0,6999 0,5837 0,4382 0,3034 0 0

2 2,9045 0,9222 0,7303 0,5477 0,4382 0,3313 0,2345 0,1618

3 3,0279 1,2470 0,7979 0,6235 0,4988 0,3499 0,1449 0

4 3,1005 1,4086 0,9929 0,7357 0,5681 0,4295 0,2634 0,2052

5 2,3937 1,2687 0,8154 0,7357 0,5681 0,4415 0 0

6 3,2094 1,4203 0,7979 0,5670 0,4536 0,3499 0,3130 0,2305

Total 17,5405 7,2609 4,8343 3,7933 2,9630 2,2055 0,9558 0,5975

Rata-rata 2,9234 1,2101 0,8057 0,6322 0,4941 0,3675 0,1593 0,0995

Total 65,5674 30,8440 21,5551 16,0625 13,1635 10,1729 6,2913 3,5531


(50)

Lampiran H. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Media

Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan TSP Dengan Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

DB Perlakuan = P – 1 = (8 x 4) – 1 = 32 – 1 = 31

DB H = H – 1 = 8 – 1 = 7

DB M = M – 1 = 4 – 1 = 3

DB Total = (t x n) – 1 = (48x 4 x 6) – 1 = 192 – 1 = 191 DB Galat = t(n – 1) = (8x 4) (6 – 1) = 32 (5) = 160

FK =

(

)

(

)

6 4

0,0995 ....

2,4464 2 2

x +

+ = 138,6781

JK Total = (2,4464)2 + (0,9941)2 + … + (0,0995)2 – FK = 262,65

JK Perlakuan =

(

) (

)

(

)

6 3416 , 7 ... 6508 , 7 783 ,

5 2 + 2 + + 2

– FK = 56,7280

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 262,65 – 56,7280

= 205,9220

JK M =

(

) (

)

(

)

6 4 2612 , 27 ... 0823 , 30 5624 ,

26 2 2 2

× + +

+ – FK

= 48,4424

JK H =

(

) (

)

(

)

6 8 1528 , 40 ... 8857 , 39 7678 ,

36 2 2 2

× + +

+ – FK

= 7,0648

JK H x M = JK Perlakuan – JK H – JK M = 56,7280 - 7,0648 – 48,4424 = 1,2208

KT Perlakuan =

Perlakuan DB n JKPerlakua = 31 56,7280 = 1,8299

KT H =

H DB JKH = 7 7,0648 = 2,3549


(51)

KT M = M DB JKM = 3 48,4424 = 6,9203

KT H x M =

HxM DB JKHxM = 21 1,2208 = 0,0581

KT Galat =

Galat DB JKGalat = 160 205,9220 = 1,2870

FH P =

KTT KTP = 3751 , 1 1,8299 = 1,3307

FH H =

KTG H KT = 3751 , 1 3549 , 2 = 1,7152

FH M =

KTG KTM = 3751 , 1 9203 , 6 = 5,0325

FH H x M =

G KT HxM KT = 3751 , 1 0581 , 0 = 0,0422

Analisis Sidik Ragam RAL Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk TSP pada Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-8

SK DB JK KT FH 5% 1%

Perlakuan 31 56,7280 1,8299 1,3307tn 3,47 4,41 M 3 48,4424 6,9203 5,0325** 3,19 4,09 H 7 7,0648 2,3549 1,7125tn 3,02 3,90 H x M 21 1,2208 0,0581 0,0422tn 3,47 4,41 Galat 160 205,9220 1,2870 0,9359tn

Total 191 262,65 1,3751

Sx = n KTGalat = 6 2870 , 1 = 0,4631

6,1278 6,6474 6,6918 8,2335

2,77 2,92 3,02 3,09 3,64 3,80 3,90 3,98

1,2827 1,3522 1,3985 1,4309 1,6856 1,7597 1,8060 1,8431

a b

A B


(52)

Tabel Analisis RAL 8 X 4

Media Waktu pengamatan total

M0 2,4487 1,1418 0,8181 0,5916 0,4598 0,3769 0,1686 0,1223 6,1278

bB

M1 2,4480 1,3237 0,9429 0,6202 0,6577 0,4255 0,1982 0,1212 6,6474

bAB

M2 3,1077 1,4649 1,0257 0,8330 0.6721 0,5254 0,3557 0,2490 8,2335

aA

M3 2,9234 1,2101 0,8057 0,6322 0,4941 0,3675 0,1593 0,0995 6,6918

bB

Tabel 2 Arah

X1 X2 Y

0 0 0,7659

1 1 0,8309

2 4 1,0291

3 9 0,8364

X 1,5 3,5 0,8655

1. X12 = X2 – ( X12/n ) = 5

2. X22 = X22 – ( X2/n )2 = 49

3. X1 . X22 = X1 X2 – X1 . X2 n = 15

4. D = X12 . X22 – ( X1 . X22 )2 = 5 x 49 – (15)2

= 245 – 225 = 20

MEDIA 1 2 3 4 5 6 7 8 Total M0 14,574 6,286 4,824 3,809 2,736 2,242 1,001 0,725 36,197 M1 14,570 7,882 5,617 4,320 3,384 2,533 1,178 0,720 40,204 M2 18,530 8,731 6,115 4,969 4,009 3,314 2,163 1,479 49,310 M3 17,780 7,207 4,793 3,763 2,940 2,190 0,982 0,590 40,245 Total 65,553 30,472 21,501 16,963 13,152 9,934 5,287 3,545


(53)

5. X1 . Y = X1 .Y – X1 Y n = 0,2044

6. X2 = X2 . Y – X2 . Y

n

= 0,3568

7. b1 = ( X22 . X1Y ) – ( X1 .X22 . X2 Y ) D

= ( 49 . 0,2044) – (15 . 0,3568) 20

= 10,0156 – 5,3520 20

= 0,2331

8. b2 = ( X12 . X2Y ) – ( X1 .X22 . X1 Y ) D

= ( 5 . 0,3568) – (15. 0,2044) 20

= 1,784 – 3,066 20 = - 0,0641

9. a = Y – (X1 . b1 ) + (X2 . b2)

= 0,8655 – (1,5 . 0,2331) + (3,5 . -0,0641) = 0,8655 – 3,496 – 0,2243

= 0,2916

Sehingga persamaan garis : Y = a + b1X – b2X2


(1)

Contoh Perhitungan

K =

t

No

Nt

ln

ln

K =

2

0125

,

0

ln

1,666

ln

K =

2

)

343

,

4

(

510

,

0

K = 2,4464

K =

t

No

Nt

ln

ln

K =

4

0125

,

0

ln

666

,

0

ln

K =

4

)

343

,

4

(

406

,

0


(2)

Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010.

Lampiran I. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Pupuk TSP

Pupuk Urea

Kotoran Ayam

Saccharomyces cereviseae


(3)

Lampiran J. Foto-foto pelaksanaan penelitian

Gambar 4. Media Perlakuan


(4)

Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010.

Penghitungan jumlah populasi B. plicatilis dengan metode Hitung langsung.

Refraktometer

Termometer


(5)

(6)

Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010.