BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - KORELASI ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 SALAM PASCA BENCANA LAHAR DINGIN MERAPI - Lumbung Pustaka UNY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

  Sebelum dibahas hasil penelitian, terlebih dahulu perlu diuraikan tentang deskripsi lokasi penelitian guna melengkapi data yang telah diperoleh melalui angket. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salam terletak di Krapyak, Seloboro, Salam, Kabupaten Magelang. Sekolah ini merupakan sekolah kejuruan di Kabupaten Magelang yang dibangun di atas area tanah 9 Ha. Terdapat 30 kelas, terdiri dari kelas X sebanyak 10 kelas yaitu kelas XAPU1; XAPU2; XAPT1; XAPT2; XAPSP1; XAPSP2;

  XAHP1; XAHP2; XAHP3; XAHP4, kelas XI sebanyak 10 kelas yaitu kelas XIAPU1; XIAPU2; XIAPT1; XIAPT2; XIAPSP1; XIAPSP2;

  XIAHP1; XIAHP2; XIAHP3; XIAHP4 , dan kelas XII sebanyak 10 kelas yaitu kelas XIIAPU1; XIIAPU2; XIIAPT1; XIIAPT2; XIIAPSP1;

  XIIAPSP2; XIIAHP1; XIIAHP2; XIIAHP3; XIIAHP4. SMK Negeri 1 Salam memiliki beberapa program keahlian, diantaranya adalah Agribisnis Produksi Tanaman, Agribisnis Peternakan Unggas, Agribisnis Hasil Pertanian, dan Agribisnis Produksi Sumberdaya Perairan.

  SMK Negeri 1 Salam memiliki fasilitas-fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyesuaian diri. Fasilitas-fasilitas itu antara lain asrama, laboratorium multimedia, mushola, bursa kerja khusus, laboratorium komputer, sarana olah raga, perpustakaan, UKS, ruang OSIS, garasi parkir, kantin dan koperasi, serta taman dan gazebo.

  Dalam memberikan layanan bimbingan, guru bimbingan dan konseling mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah, baik oleh guru maupun kepala sekolah. Selain itu guru bimbingan dan konseling selalu berusaha membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.

  Materi-materi layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa dapat mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan, langkah-langkah pendidikan serta berusaha mengatasi masalah dan siswa akan termotivasi untuk melakukan pencapaian tujuan serta harapannya agar memperoleh hasil yang maksimal.

2. Deskripsi Waktu Penelitian

  Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Profil Siswa

  Data responden penelitian ini diperoleh dari siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salam yang berjumlah 288 siswa.

  Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berjumlah 72 siswa dari 288 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini:

  Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas N o

  9 XII AHP3

  7 XII AHP1

  8

  31

  8 XII AHP2

  8

  30

  7

  Kelas Jumlah Sampel Jumlah Siswa

  29

  10 XII AHP4

  7

  30 Jumlah 72 288

  Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil dari penyebaran skala pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam. Skala yang disebarkan yakni skala keterampilan sosial dan skala resiliensi. Skala keterampilan sosial digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial antar siswa pasca bencana lahar dingin merapi, sedangkan skala resiliensi digunakan untuk mengetahui tingkat ketahanan yang siswa miliki.

  Skala yang digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan sosial pada penelitian ini adalah skala Likert, rentangan skor 1 sampai dengan 4 dengan jumlah total sebanyak 53 item pernyataan. Kategori penskoran lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 8 berikut ini:

  27

  7

  6 XII APSP2

  25

  1 XII APU1

  7

  29

  2 XII APU2

  7

  29

  3 XII APT1

  8

  30

  4 XII APT2

  7

  28

  5 XII APSP1

  6

2. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Data Keterampilan Sosial

  Tabel 8. Batasan Skor Kategorisasi Keterampilan Sosial Siswa kelas

  XII SMK Negeri 1 Salam Jumlah butir : 53 Rentang skor : 1-4 Skor tertinggi ideal (ST) : 53x4= 212 Skor terendah ideal (SR) : 53x1= 53 Mi : ½ (212+53) = 132,5 SDi : 1/6 (212-53) = 26,5

  Kategor Rumus Batasan i

  Tinggi >(Mi+SDi) >159 Sedang (Mi-SDi) s/d (Mi+SDi) 106 s/d 159

  Rendah <(Mi-SDi) <106 Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui skor tertinggi ideal untuk skala keterampilan sosial yakni 212, sedangkan skor terendah idealnya yakni 53. Nilai rata-rata skor keterampilan sosial berada pada skor 132,5, sedangkan standar deviasinya yaitu 26,5 sehingga dapat diperoleh batasan skor kategorisasi keterampilan sosial yang tinggi berada pada kisaran skor >159, batasan skor kategorisasi keterampilan sosial yang sedang terletak pada kisaran skor 106 s/d 159, dan kategori keterampilan sosial yang rendah pada kisaran skor <106.

  Hasil keseluruhan dari data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam berada pada kategori tinggi. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat dalam tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Keterampilan Sosial Siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam

  N Kriteria Frekuensi Persentase (%) Kategori o

  1 >159 66 91,7 Tinggi

  2 106 s/d 159 6 8,3 Sedang 3 <106 Rendah

  50

  Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Kategorisasi Keterampilan Sosial

  8.3 Grafk Distribusi Frekuensi Kategorisasi Keterampilan Sosial p e rs e n ta s e

  91.7

  90 100

  80

  70

  60

  40

  Total 72 100 Tinggi

  30

  20

  10

  3

  2

  1

  Sebaran data pada masing-masing kategori dapat dilihat melalui grafik pada gambar 2 berikut ini:

  Ditinjau dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan sosial pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam yang termasuk kategori tinggi tercatat sejumlah 66 siswa (91,7%), sejumlah 6 siswa (8,3%) pada kategori sedang, dan 0% pada kategori rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial pada siswa kelas XII SMK N 1 Salam termasuk dalam kategori tinggi dengan skor mencapai 91,7%.

b. Deskripsi Data Resiliensi

  Skala untuk mengidentifikasi resiliensi pada penelitian ini menggunakan skala Likert, rentangan skor 1 sampai dengan 4 dengan jumlah total sebanyak 44 item pernyataan untuk skala resiliensi. Kategori penskoran lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Batasan Skor Kategorisasi Resiliensi Siswa kelas XII SMK N

  1 Salam Jumlah butir : 44 Rentang skor : 1-4 Skor tertinggi ideal (ST) : 44x4 =176 Skor terendah ideal (SR) : 44x1 = 44 Mi : ½ (176+44)= 110 SDi : 1/6 (176-44)= 22

  Kaegori Rumus Batasan

  Tinggi >(Mi+SDi) >132 Sedang (Mi-SDi) s/d (Mi+SDi) 66 s/d 132

  Rendah <(Mi-SDi) <66 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui skor tertinggi ideal untuk resiliensi yakni 176, sedangkan skor terendah idealnya yakni 44.

  Nilai rata-rata skor resiliensi berada pada skor 110, sedangkan standar deviasinya yaitu 22 sehingga dapat diperoleh batasan skor kategorisasi resiliensi yang tinggi berada pada kisaran skor >132, batasan skor kategorisasi resiliensi yang sedang terletak pada kisaran skor 66 s/d 132 dan batasan skor kategorisasi resiliensi rendah pada kisaran skor <66.

  Hasil keseluruhan dari data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa kemampuan resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam berada pada kategori tinggi. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat dalam tabel 11 berikut ini: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kategori Resiliensi Siswa kelas XII SMK N 1 Salam

  

N Kriteria Frekuensi Persentase (%) Kategori

o

  1 >132 59 81,9 Tinggi 2 66 s/d 132 13 18,1 Sedang 3 <66

  Rendah

  Total 72 100 Tinggi

  Ditinjau dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam yang memiliki kategori tinggi tercatat sejumlah 59 siswa (81,9%), sejumlah 13 siswa (18,1%) pada kategori sedang, dan 0% pada kategori rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam termasuk dalam kategori tinggi dengan skor mencapai 81,9%.

  Sebaran data pada masing-masing kategori dapat dilihat melalui grafik pada gambar 3 berikut ini:

  1

  90

  Tabel 12. Uji Normalitas

  16.00, dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini:

  1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas untuk variabel keterampilan sosial dan resiliensi berdasarkan perhitungan komputer program SPSS For Windows

  Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebelum diadakan uji hipotesis dengan teknik analisis, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian persyaratan analisis ini menggunakan komputer program SPSS For Window Seri 16.0, hasilnya sebagai berikut :

  Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Kategorisasi Resiliensi

  18.1 Grafk Distribusi Frekuensi Kategorisasi Resiliensi p e rs e n ta s e

  81.9

  80

  2

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  3

C. Pengujian Hipotesis

  Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Distribusi Statistic df Sig. Statistic df Sig. KETERAMPILAN_SOSI AL

  .081 72 .200 * .984 72 .485 Normal RESILIENSI .072 72 .200* .965 72 .042 Normal

  Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebaran data antara variabel keterampilan sosial dan resiliensi dikatakan berdistribusi normal, karena dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa taraf signifikasi lebih dari 5% (0,05), sehingga data dikatakan berdistribusi normal.

  2. Uji Linearitas Berdasarkan hasil perhitungan SPSS for window 16.00, uji linearitas antara variabel keterampilan sosial dan resiliensi dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dapat dilihat seperti pada tabel 13 berikut ini: Tabel 13. Uji linearitas

  Sum of Squares df Mean Square F Sig. resili ensi * keter ampil an_s osial

  Between Groups (Combined) 4.200 38 .111 3.444 .000 Linearity 2.995 1 2.995 93.322 .000 Deviation from

  Linearity 1.205 37 .033 1.014 .486 Within Groups

  1.059 33 .032 Total 5.259

  71 Dasar pengambilan keputusan pada uji linearitas adalah jika sig.

  atau signifikansi >0,05 maka hubungan antar variabel dikatakan linear.

  Berdasarkan tabel 13 di atas, diketahui bahwa uji linearitas antara variabel keterampilan sosial dengan resiliensi mendapatkan hasil sig. atau signifikansi pada Deviation from Linearity sebesar 0,486 sehingga dapat dikatakan hubungan antar variabel tersebut adalah linear.

  3. Uji Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis tersebut harus diuji kebenarannya agar dapat memperoleh kesimpulan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “adanya hubungan positif antara keterampilan sosial dengan resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam pasca bencana lahar dingin Merapi” yang kemudian hipotesis ini disebut sebagai hipotesis alternatif atau Ha, sedangkan hipotesis nihil (Ho) pada penelitian ini adalah “tidak adanya hubungan antara keterampilan sosial dengan resiliensi pada siswa kelas

  XII SMK Negeri 1 Salam pasca bencana lahar dingin Merapi”.

  Untuk mencari korelasi antara keterampilan sosial dengan resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam pasca bencana lahar dingin merapi digunakan teknik analisis korelasi Pearson dengan menggunakan program SPSS For Window Seri 16.00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Analisis korelasi keterampilan sosial dan resiliensi keterampilan_sosial Resiliensi ** keterampilan_sosial Pearson Correlation 1 .755 Sig. (1-tailed)

  .000 N

  72

  72 ** Resiliensi Pearson Correlation .755

  1 Sig. (1-tailed) .000 N

  72

  72 Ditinjau dari tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa harga koefisien

  korelasi antara keterampilan sosial dengan resiliensi sebesar 0,755. Angka ini menunjukkan korelasi yang kuat antara keterampilan sosial dan resiliensi. Sig. (1-tailed) = 0,000 menunjukkan hubungan antar kedua variabel signifikan karena 0,000 < 0,05 di mana 0,05 merupakan taraf signifikan. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “adanya hubungan positif antara keterampilan sosial dengan resiliensi pada siswa kelas XII SMK N 1 Salam pasca bencana lahar dingin Merapi” diterima.

  Berdasarkan dari hasil perhitungan koefisien korelasi di atas, besarnya koefisien korelasi tersebut bertanda positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada hubungan positif antara keterampilan sosial dengan resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam pasca bencana lahar dingin Merapi “. Melihat hubungan ini maka semakin tinggi keterampilan sosial semakin tinggi pula resiliensi pada siswa tersebut.

  Demikian juga sebaliknya semakin rendah keterampilan sosial maka semakin rendah pula resiliensinya.

  Menurut perhitungan tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi sebesar 0,755. Dari koefisien tersebut maka digunakan untuk mencari koefisien determinasi (r²) yaitu sebesar 0,5700. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa sumbangan variabel keterampilan sosial dalam pembentukan resiliensi sebesar 57%. Dengan demikian masih ada 43% faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam pasca bencana lahar dingin Merapi.

D. Pembahasan

  Hasil uji korelasi Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi antara keterampilan sosial dengan resiliensi sebesar 0,755. Angka ini menunjukkan korelasi yang kuat antara keterampilan sosial dan resiliensi. Taraf Sig. (1tailed) = 0,000 sehingga menunjukkan hubungan antar kedua variabel signifikan karena 0,000 < 0,05 di mana 0,05 merupakan taraf signifikan.

  Pengambilan keputusan dilakukan dengan asumsi apabila nilai probabilitas lebih besar daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0,05 ≥ Sig.) maka H ditolak dan H diterima yang berarti siginifikan, begitu pula

  a

  sebaliknya. Nilai α ≥ nilai Sig. atau 0,05 ≥ 0,00 maka dapat dinyatakan terdapat hubungan antara keterampilan sosial dengan resiliensi. Berdasarkan jabaran di atas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima.

  Ditinjau dari tabel ANOVA diperoleh Sig. 0,00 (Sig. ≤ 0,05) maka dinyatakan keterampilan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Besar sumbangan pengaruh keterampilan sosial terhadap resiliensi

  2

  diketahui dengan melihat nilai R yaitu sebesar 0,570 atau 57%. Hal ini menunjukkan masih terdapat 43% faktor lain yang mempengaruhi resiliensi selain keterampilan sosial. Temuan yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial terbukti memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap resiliensi pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam.

  Hasil analisis data yang telah diujikan, diketahui bahwa 91,7 % atau 66 siswa dari 72 siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Salam memiliki skor nilai keterampilan sosial dalam kategori tinggi. Sementara itu terdapat 6 siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan skor sedang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain secara baik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat bahwa hal ini dipengaruhi oleh hubungan yang baik antara sesama siswa serta perasaan senasib dan sepenanggungan dengan teman- temannya dalam menghadapi dampak bencana.

  Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa siswa bahwa lingkungan juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat keterampilan sosial siswa pasca bencana lahar dingin merapi, seperti hubungan yang baik dengan guru dan warga sekolah lainnya, persahabatan dan solidaritas antar teman, juga keluarga yang mendukung siswa untuk memiliki keterampilan sosial yang baik.

  Siswa SMK Negeri 1 Salam berada pada usia remaja. Pada usia remaja minat terhadap pergaulan dengan lingkungan sosialnya mulai berkembang. Mereka menginginkan menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial yang ada, oleh karena itu remaja sangat membutuhkan keterampilan sosial untuk memenuhi tugas perkembangannya (Matson, 2009: 112). Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka individu akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Cartledge & Milburn: 1995: 204).

  Menurut Banaag (2002: 14) keterampilan sosial menjadi salah satu faktor dalam pembentukan resiliensi. Hasil perhitungan variabel resiliensi dalam penelitian ini diketahui bahwa terdapat 59 siswa (81,9%) dari 72 siswa mempunyai kemampuan resiliensi tinggi, sejumlah 13 siswa (18,1%) pada kategori sedang, dan 0% pada kategori rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa resiliensi siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam termasuk dalam kategori tinggi dengan skor mencapai 81,9%.

  Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, resiliensi pada siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Salam yang tergolong tinggi ini dikarenakan siswa sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang rawan terhadap bencana lahar dingin. Menurut SR siswa kelas XIIAHP2, bencana lahar dingin ini merupakan bencana yang sering menimpa lingkungan sekolahnya maupun lingkungan masyarakatnya, sehingga siswa sudah merasa terbiasa dengan kondisi yang terjadi ketika bencana lahar dingin datang. SR juga mengatakan bahwa dia dan teman-temannya mampu menyesuaikan diri ketika bencana lahar dingin kembali datang.

  Hal tersebut senada dengan pendapat dari Siebert (2005: 7) bahwa individu yang resilien mampu mengatasi dengan baik perubahan hidupnya, mampu bangkit dari keterpurukan, mengatasi kemalangan, merubah cara hidup ketika cara yang lama dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada.

  Sehingga resiliensi merupakan kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit.

  Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dan resiliensi pada siswa SMK Negeri 1 Salam tergolong tinggi, meskipun dalam latar belakang penelitian ini diperoleh data bahwa keterampilan sosial dan resiliensi pada siswa tergolong rendah. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kemampuan penyesuaian diri yang tinggi, hubungan dan keparcayaan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman, guru, percaya pada kemampuan dirinya untuk bangkit dari trauma pasca bencana lahar dingin serta hubungan sosial dan interpersonal baik antar sesama teman, guru, orang tua maupun orang lain. Hal serupa juga diungkapkan oleh Grotberg (1999: 3) yang menyatakan bahwa resiliensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah sumber dukungan sosial yang meliputi hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun hubungan dengan orang lain di luar keluarga. Faktor kedua yaitu kemampuan individu yang meliputi kekuatan yang terdapat pada individu tersebut seperti percaya diri dan bangga pada diri sendiri, bersikap baik dan tenang, beriman, mencintai dan berempati, mandiri dan bertanggung jawab. Faktor ketiga yaitu kemampuan sosial dan interpersonal yang dapat bersumber dari apa saja yang dapat dilakukan oleh individu sehubungan dengan keterampilan-keterampilan sosial dan interpersonal. Keterampilan ini antara lain mengatur berbagai perasaan dan rangsangan dimana individu dapat mengenali perasaan mereka, mengenali berbagai jenis emosi, kreatif, humoris, menemukan bantuan, memiliki keterampilan sosial yang baik, serta kemampuan dalam memecahkan masalah.

  Menurut pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial sangat berpengaruh dalam pembentukan resiliensi pada individu. Hal itu didukung oleh pendapat dari Bernard (dalam Bonanno, 2004: 37) bahwa individu bisa dikatakan resilien jika memiliki kualitas hubungan interpersonal dan keterampilan sosial yang baik.

  Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa ada hubungan positif antara keterampilan sosial dengan resiliensi pada siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Salam. Hal ini berarti semakin tinggi keterampilan sosial yang diperoleh, maka semakin tinggi pula resiliensi yang dimiliki oleh siswa kelas

  XII SMK Negeri 1 Salam. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah keterampilan sosial maka semakin rendah pula resiliensi yang dimiliki siswa kelas XII SMK Negeri 1 Salam.

  Selain adanya hubungan antara kedua variabel, dari hasil perhitungan juga diketahui bahwa besarnya sumbangan keterampilan sosial dalam pembentukan resiliensi pada siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Salam sebesar 57%, sehingga masih ada 43% faktor lain yang mempengaruhi pembentukan resiliensi. Faktor lain tersebut misalnya percaya diri, dukungan dari orang- orang terdekat, rasa tanggung jawab, serta hubungan interpersonal.

  Adanya hubungan antara keterampilan sosial dengan resiliensi ini sesuai dengan pendapat dari Grotberg (1999:33) bahwa keterampilan sosial merupakan salah faktor yang mempengaruhi pembentukan resiliensi pada individu. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial menjadi salah satu bagian penting dalam pembentukan resiliensi pada siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Salam pasca bencana lahar dingin Merapi.

E. Keterbatasan Penelitian

  Keterbatasan dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk keterampilan sosial dan bentuk perilaku resiliensi belum bisa diketahui secara mendalam karena data penelitian hanya didapatkan dari data kuantitatif.