makalah filsafat sains zaman abad perten

Fi l s a f a t S a i n s | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17.
Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi
Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di
Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492
(penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya. (Tjahjadi, simon petrus L .
2004:102)
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani
yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun
dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi
oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak
pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.Tuhan mencipta alam semesta serta waktu dari
keabadian, gagasan penciptaan tidak bertentangan dengan alam abadi. Kitab suci mengajarkan
bahwa alam semesta berawal mula, tetapi filsafat tidak membuktikan hal itu, seperti halnya filsafat
juga tidak dapat membuktikan bahwa alam semesta tidak berawal mula. (Mustansyir Rizal.
2009:67)
Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-17) sesungguhnya
hanya berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini sebagai zaman peralihan (masa

transisi) atau zaman tengah antara dua zaman penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman
Kuno (Yunani dan Romawi) dan Zaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad
ke-17. Dengan demikian, bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat Kuno (Yunani dan
Romawi) yang sudah kita bahas dilanjutkan dengan masa seribu tahun sejarah filsafat Abad
Pertengahan yang akan kita bahas dalam makalah kami ini. (Mustansyir Rizal. 2009:68)
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad
masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah
zaman keemasan bagi kekristenan. Disinalah yang menjadi persoalan nya, karena agama kristen
itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebanaran dapat di capai oleh kemampuan akal.
(Surajiyo:2005:157)

Fi l s a f a t S a i n s | 2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, maka cakupan rumusan masalahnya
ialah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud zaman partisik, sebutkan makna partisik, tokoh filosof dan karakteristik
filsafat partisik serta sumbangan filsafat partisik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ?
2. Apa yang dimaksud zaman skolastik awal, sebutkan makna skolastik tokoh filosof dan

karakteristik filsafat skolastik awal serta sumbangan filsafat skolastik awal terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan ?
3. Apa yang dimaksud zaman kejayaan skolastik, sebutkan faktor pendorong kejayaan skolastik,
serta sebutkan tokoh filosof dan karakteristik filsafat skolastik awal serta sumbangan filsafat
skolastik awal terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ?
4. Apa yang dimaksud zaman akhir skolastik, sebutkan faktor penyebab berakhirnya zaman
skolastik, serta sebutkan tokoh filosof skolastik arab serta zaman peralihan skolastik ?
C. Tujuan
1. Mengetahui zaman partisik, makna partisik, tokoh filosof dan karakteristik filsafat partisik
serta sumbangan filsafat partisik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Mengetahui zaman skolastik awal, makna skolastik tokoh filosof dan karakteristik filsafat
skolastik awal serta sumbangan filsafat skolastik awal terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
3. Mengetahui zaman kejayaan skolastik, faktor pendorong kejayaan skolastik, serta tokoh
filosof dan karakteristik filsafat skolastik awal serta sumbangan filsafat skolastik awal
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
4.

Mengetahui zaman akhir skolastik, faktor penyebab berakhirnya zaman skolastik, serta tokoh
filosof skolastik arab serta zaman peralihan skolastik.


Fi l s a f a t S a i n s | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zaman Partisik
1. Makna Partisik
Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam lingkungan
gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi Kristiani,
melalui peletakan dasar intelektual untuk agama kristen. Didunia Barat agama Khatolik mulai
tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia dan dunia, dan etikanya. Untuk
mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggukanakan falsafat Yunani dan
memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya mengenai soal-soal yang berhubungan dengan
manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat Tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), Origenes
(185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei)..
Berdasarkan ajaran Neo-Plaonisi da Stoa, ajarannya meliputi pengetahuan, tata dalam alam.
Bukti adanya Tuhan, tentang manusia, jiwa, etika, masyarakat dan sejarah. (Surajiyo.2005 :
157).
Periode ini ditandai dengan oleh Bapak-bapak Gereja (patristik) yang dimulai dengan
tampilnya apologet dan para pengarang Gereja. Para Apologet memiliki tugas utama
menjawabi berbagai persoalan dan keberatan mengenai ajaran-ajaran iman Gereja terhadap

berbagai ajaran atau paham-paham filosofis yang mengancam ajaran keimanan yang benar.
Para pengarang Gereja adalah orang-orang yang menulis buku dan karangan-karangan tentang
berbagai ajaran Gereja secara menyeluruh dan mendalam dibandingkan dengan tulisan-tulisan
sebelumnya. Mereka-mereka itu adalah Clemens dari Alexandria (150-219 M) dan Origenes
(185-254 M).(Ahmad. 2004 : 91).
Kemudian tampil juga para pujangga Gereja (325-500 M) yang membaktikan jasa
mereka bagi Gereja dan ajaran Kristen. Satu Athanasius, Gregorius dan Naziaza, Basilius,
Gregorius dari Nyssa, dan Sirilus dari Alexandria adalah para pujangga Gereja dari tradisi
Yunani dan menggunakan Bahasa Yunani, sedangkan Ambrosius dan Agustinus termasuk
dalam tradisi Latin yang menggunakan bahasa Latin. (Sumarna. 2004 : 101)
Ajaran-ajaran mereka, terutama ajaran Agustinus, berkembang sangat luas dan sangat
berpengaruh dalam diri para filosuf abad pertengahan. Masa Agustinus (354-430 M) sampai
ca. 1000 M dikeal dalam sejarah filsafat sebagai periode transisi, da para filsuf yang
terkelompok dalam periode ini adalah Agustinus sendiri, Boethius (480-525 M) dan John
Scotus Eriugena (lahir ca. 800 M).(Syadali dan Mudzakir. 2004 : 91).

2. Tokoh Filosof dan Karakteristik Filsafat Partisik
a. Augustinus (354-430)

Fi l s a f a t S a i n s | 4

Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam
sejarah filsafat. Mungkin penamaan Abad Agustinus
(The Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh
Mayer dalam bukunya disebabkan oleh Augustinus
telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran Abad
Foto Augustinus
Sumber: wikipedia.org

Pertengahan mengadaptasikan Platonisme dengan
idea-idea Kristen. Ia memberikan formulasi yang

sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap Khatolik dan
Protestan. Stuart Hampshire dalam introduksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan
bahwa filsafat adalah suatu kegiata pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh
pada masa tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiranpemikiran sebelumnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Augustinus perlu
dibicarakan terlebih dulu. Mungkin saja pemikir iru merupakan latar belakang pemikiran
Augustinus, (Anonim.2001) .
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354.
Tatkala berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah
mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah

sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah
membimbingnya kefilsafat. Pada Tahun 388 ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan
dan melayani pengikut-pengikutnya, kemudian ia menjual seluruh warisan dan uang hasil
penjualannya tersebut dikasihkan kepada fakir-miskin. Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan
menjadi seorang Uskup di Hippo. Tahun terakhir hidup-hidupnya adalah tahun-tahun
peperangan bagi imperium Romawi. Pada bulan 28 Agustus 430 ia meninggal dunia dalam
kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama dijalaniny, (Ahmad. 2004: 94).
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh Protestan,
khususnya kepada Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujianya kepada
kehidupa pertapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang
memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad Pertengahan. Filsafatnya
tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran sekular.
Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam keabsolutan,
dalam dogmatisme, dan juga dalam fanatisme. Paham toesentris pada Augustinus
menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang Barat. Anggapannya yang meremehkan
kepentingan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada Tuhan
tetap merupakan bagaian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah orang Barat lebih
memiliki sifat introspektif, (Salam. 1995: 76)
Karta Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul
disebabkan oleh adanya perampasan Roma oelh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki


Fi l s a f a t S a i n s | 5
konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi
karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka
terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen.
Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain
menjadi orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka semabah tidak mempunyai
kekuatan atas alam semsta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of
God. Buku itu berisi tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga
mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang
pada Abad Keduapuluh sekarang, (Tafsir. 2010: 112).
Augustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah lebih dari itu;
ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejarah juga mempunyai suatu
permulaan dan suatu akhir. Permualaannya adalah saat kejatuhan manusia, dan akhirnya
adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan. Filsafat sejarah seperti ini adalah Dilsafat
Sejarah dibimbing oleh Toelogi. Sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan
faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, sejarah dapat dipahami melalui hukum-hukum Tuhan..
(Anonim.2001).
b. Anselmus (1033-1109)
Dalam membicarakan Filsafat Abad Pertengahan St. Anselmus tidak dapat dilewatkan

begitu saja. Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo
Ut Intelligam yang dapat dianggap merupakan cirri
utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal
dari

Bangsawan

di

Aosta,

Italia.

Seluruh

kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada
Foto Anselmus
Sumber: wikipedia.org

Gereja. Tahun 1093 ia menjadi Uskup Agung

Canterbury.

Dalam

dirinya

mengalir

arus

Mistisime, dan iman merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya yaitu
Monologium yang membicarakan keadaan Tuhan, Proslogium yang berisi tentang dalildalil adanya Tuhan, dan Cur Deus Homo yang berisi ajarannya tentang tobat dan petunjuk
mengenai penyelamatan melalui Kristus, (Tafsir. 2010: 115).
Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal.
Arti ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih
dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum
kita mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar
terhadap pemikirannya. Ia berpendapat semua makhluk memiliki sejumlah kebaikan itu
menunjukkan adanya kebaikan Mahatinggi yang disana semua makhluk berpartisipasi.
Tuhan itu kebesarannya tidak terpikirkan (kebesarannya Mahabesar). Itu tidak mungkin


Fi l s a f a t S a i n s | 6
hanya ada dalam pikiran. Ia juga ada dalam kenyataan (jadi benar-benar diluar pikiran).
Tuhan Mahabesar ada dalam pikiran dan ada juga diluar pikiran, (Tafsir. 2010: 115).
Secara kasar argument ini mengajarkan bahwa apa yang dipikirkan, berarti objek ini
benar-benar ada tidak mungkin ada sesuatu yang hanya ada didalam pikiran, tetapi diluar
pikiran objek itu tidak ada. Tentang penyelamatan, ajarannya sama dengan Filsuf Abad
Pertengahan lainnya:manusia celaka karena jatuhnya Adam, jatuhnya Adam memang
karena dikehendaki oleh Tuhan, penyelamatan hanya diperoleh melalui Kristus, (Simoan.
2004: 83).
c. Thomas Aquinas (1225-1274 M)
Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga Bangsawan baik
Bapakanya maupun Ibunya. Melalui Gurunya,
Albertinus Magnus, Aquinas belajar tentang alam,
ia berfilsafat lebih empiris daripada orang-orang
yang diikutinya. Dikatakan demikian karena ia
lebih banyak menggunakan observasi terhadap
Foto Aquinas
Sumber: wikipedia.org


alam dalam menopang argument-argumennya.
Sekalipun demikian, kita tidak dapat mengatakan

bahwa Aquinas menganggap bahwa penjelasan Naturalis lebih tinggi dari pada atau
setingkat dengan penjelasan Metafisika. Dalam hal Kosmologi ia masih menganut
Hipotesis Geosentris, (Suriasumantri. 2009: 159).
Dalam seluruh teorinya mengenai pengetahuan,

Aquinas

dibimbing

oleh

pandangannya bahwa pikir (reson)dan iman adalah tidak bertentangan. Akan tetapi, dimana
batas kedua-duanya? Menurut pendapatnya, semua objek yang tidak dapat diindera tidak
akan dapat diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak
mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran Tuhan diterima dengan
iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang
diterima atas dasar iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh
dengan akal. Paling tidak, kebenaran yang diterima oleh akal tidak akan bertentangan
dengan ajaran wahyu, (Anonim.2011).
Selanjutnya Aquinas mengajarkan seharusnya kita menyeimbangkan akal dan iman,
akal membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Akan tetapi, harus selalu disadari
bahwa hal itu tidak selalu dapat dilakukan karena kanl terbatas. Akal tidak dapat
memberikan penjelasan tentang kehidupan kembali (resurrection) dan penebusan dosa.
Akal juga tidak mampu membuktikan kenyataan esensisal tentang keimanan Kristen. Oleh
karena itu, ia berpendapat bahwa dogma-dogma Kristen itu tepat sebagaimana telah
disebutkan dalam firman-firman Tuhan.(Anonim.2011).

Fi l s a f a t S a i n s | 7
Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam
filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada
Tuhan. Dan yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan
(wahyu), didukung oleh akal. Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian
pengetahua Fisika, Matematika, dan Metafisika. Dari yang tiga Metafisika inilah yang
mendapat banyak perhatian darinya. Menurut pendapatnya dapat menyajikan abstraksi
tingkat tertinggi. Sehunbungan dengan teorinya diatas maka didalam filsafat Aquinas
filsafat dapat dibedakan dari agama dengan melihat penggunaan akal. Filsafat ditentukan
oelh penjelasan sistematis akliah, sedangkan agama ditentukan oleh keimanan. Sekalipun
demikian, perbedaan itu tidak terlihat begitu jelas karena pengetahuan adalah gabungan
dari kedua-duanya. Agama dapat pula dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah agama
natural yang dibentangkan diatas akal, dan yang kedua adalah agama wahyu yang
dibentangkan diatas iman, (Suriasumantri. 2009: 160).
Didalam doktrinnya tentang pengetahuan Aquinas adalah realis Moderat. Ia tidak
sependapat dengan Plato yang mengajarkan bahwa alam semesta ini menpunyai eksistensi
yang objektif. Ia mengajarkan bahwa alam semesta ini berada dalam tiga cara:pertama
sebagai sebab-sebab didalam pemikiran Tuhan; kedua sebagai idea dalam pemikiran
manusia; dan ketiga sebagai esensi sesuatu. Dapat dicatat disini bahwa Aquinas mencoba
mennjebatani dua ekstrimitas. Ekstrimitas Nominalisme dan Ekstriminitas Realisme.
Nominalisme adalah suatu ajaran dalam Filsafat Skolastik yang menyatakan bahwa tidak
ada eksistensi bastrka yang sungguh-sungguh objektif; yang ada hanyalah kata-kata dan
nama-nama; yang benar-benart real adalah fisik yang particular ini saja. Realisme adalah
suatu ajaran dalam filsafa tyang mengatakan bahwa realitas Universal abstrak sama dengan
atau lebih tinggi dari realitas, (Anonim.2012)
Aquinas melakukan harmonisasi antara kedua ekstrem itu cara memperhatikan bahwa
alam semesta mempunyai berbagai pengertian bila diterapkan pada Tuhan, manusia, dan
alam. Sains menurutnya, berkenaan dengan alam jenis ketiga; yaitu alam sebagai esensi.
Konsep-konsep sains tidak a priori sebab manusia dilahirkan tidak membawa idea-idea
immaterial. Menurut pendapat Aquinas pikiran tidak akan berisi apa-apa apabila tidak
menggunakan indera. Proses pengetahuan dimalai dari adanya penginderaan yang
memberikan kepada kita presepsi tentang objek didalam alam. Persoalan yang dihadapkan
kepada Aquinas adalah bagaiamana presepsi ini diterjemahkan kedalam idea-idea yang
dapat dipikirkan. Untuk menyelesaikan masalah ini Aquinas menggunakan istilah intelek
aktif yang bertugas mengabstraksikakn unsure-unsur dalam alam semesta lalau
menciptakan jenis-jenis yang dapat dipikirkan. Intelek aktif itulah yang memberikan
kepada kita keadaan susunan alam semesta. Melalui intelek aktif itu kita dapat memahami
prinsip-prinsip pertama yang mengatur semua kenyataan, (Anonim.2012).

Fi l s a f a t S a i n s | 8
Pengalaman menurut Aquinas bukanlah suatu proses yang kacau pengalaman
menyatakan prinsip-prinsip universal tentang eksistensi, kualitas-kualitas particular
tidaklah terpisah-pisah; mereka mempunyai kualitas esensial dalam keseluruhan. Tugas
sainslah untuk mengklasifikasikan dan menguraikan kualitas-kualaitas itu. Kalau
dibandingkan dengan pandangan modern tentang sains, teori Aquinas sangat berbeda.
Menurut pendapat sains Modern pencapaian terbaik dalam sains adalah bila ia lebih
menjurus kepada objek-objek yang particular. Sains modern tidak memberikan
penghargaan yang tinggi kepada masalah-masalah immaterial.Bagian immaterial itu
merupakan bagian pembahasan metafisika. Sedangkan pada Aquinas tadi, sains akan
semakin tinggi nilainya bila ia semakin universal, (Anonim.2011).
3. Sumbangan Filsafat Partisik terhadap Perkembangan Ilmu
Pada abad pertengahan ini perkembangan ilmu mencapai kemajuan yang pesat karena
adanya penerjemahan karya filsafat Yunani klasik ke bahasa Latin, juga penerjemahan kembali
karya para filsuf Yunani oleh bangsa Arab ke bahasa Latin. Karangan para filsuf Islam
menjadi sumber terpenting penerjemahan buku, baik buku keilmuan maupun filsafat. Diantara
karya filsuf islam yang diterjemahkan antara lain astronomi (Al Khawarizmi), kedokteran
(Ibnu Sina), karya-karya Al Farabi, Al Kindi, Al Ghazali, ( Hanafi. 1983: 67).
Fokus pada pengembangan ilmu melalui sekolah menjadi perhatian dari Raja
Charlemagne (Charles I) dengan pendirian sekolah-sekolah dan perekrutan guru dari Italia,
Inggris dan Irlandia. Sistem pendidikan di sekolah dibagi menjadi tiga tingkat. Pertama, yakni
pengajaran dasar (diwajibkan bagi calon pejabat agama dan terbuka juga bagi umum). Kedua,
diajarkan tujuh ilmu bebas (liberal art) yang dibagi menjadi dua bagian; a) gramatika,
retorika, dan dialektika (trivium), b) aritmetika, geometri, astronomi dan musik (quadrivium).
Tingkatan ketiga ialah pengajaran buku-buku suci, (Yanur: 2010: 109).
Masa abad pertengahan adalah masa pembentukan kebudayaan Barat dengan ciri
khas ajaran Masehi (filsafat skolastik) yang diwarnai oleh perkembangan peradaban Kristen.
Peradaban Kristen menjadi dasar bagi kebudayaan masa modern. Peninggalan kebudayaan
abad pertengahan dapat dilihat dari karya seni musik, bangunan bercorak gothik sebagai
bentuk pemujaan terhadap gereja. (Yanur: 2010: 109).
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan ditutupnya Akademia
Plato pada tahun 529 oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan para Bapa
Gereja berhasil disimpan dan diwariskan di biara-biara yang, pada zaman itu dan beratesratus tahun sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat intelektual berkat kemahiran para
biarawan dalam membaca, menulis, dan menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani serta
tersedianya fasilitas perpustakaan, (Anonim.2012).
B. Zaman Skolastik Awal
1. Makna Skolastik

Fi l s a f a t S a i n s | 9
Istilah skolastik berasal dari bahasa latin “scholasticus” yang berarti murid, sebagai
suatu gerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi
manusia dengan keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani ke dalam keyakinan Kristiani.
Metode yang digunakan ialah disputatio, yaitu membandingkan argumentasi diantara yang
pro dan kontra.Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad
Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung bermunculan.
Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu metode
tertentu, yakni “metode skolastik”.Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji
secara

tajam

dan

rasional,

ditentukan pro-contra-nya

untuk

kemudian

ditemukan

pemecahannya. Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas
pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat Skolastik. (Salam, Burhanuddin.
1995:191)
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut:
a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,sifat ada, kejasmanian, baik buruk.
c.

Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akan dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan
akal.

d.

Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena bannyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor yaitu factor

religious dan factor ilmu pengetahuan. Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat
Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta
peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat
memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan,
termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di
mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya, (Anonim.2013).
2. Tokoh dan Karakteristik Filsafat Sains Skolastik Awal
Tokoh-tokoh terpenting masa skolastik awal adalah Augustinus (354-430 M), Boethius
(480-524 M), Santo Anselmus (1033-1109 M), dan
Peter Abaelardus (1079-1142 M).
a. Augustinus (354-430 M)

Foto Augustinus
Sumber: wikipedia.org

F i l s a f a t S a i n s | 10
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), pada 13 November 354.
Ayahnya, Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai
kematiannya pada tahun 370. Ibunya, Monnica, adalah penganut Kristen yang amat taat. Pada
tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan yang
memang sudah lam di jalaninya.
Menurut Augustinus dalam pemikirannya, dia mengatakan dibalik keteraturan dan
ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak
ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan
oleh Tuhan dari yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan
bertapa dan yang terpenting adalah cinta kepada Tuhan. Terpisah dari Tuhan tidak ada
realitas. (P.A. van der Weij. 2000:71-76)
b. Boethius (480-524 M)
Nama

lengkapnya

Severinus

adalah Anicius

Boethius

Manlius
dia adalah

seorang filsuf Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar
tahun 480. Boethius pernah menjabat sebagai
seorang pejabat tinggidibawah pemerintahan Kaisar
pemerintahan Kaisar Theodorik dan
Foto Boethius
Sumber: wikipedia.org

sebagai

pengkhianat

lalu

dibuang

ia
ke

dituduh
tempat

pengasingan.Akhirnya, Boethius dihukum mati pada

tahun 525 pada usiannya yang ke 44 tahun. Dia mendapat hukuman mati dengan tuduhan dia
dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof pertama skolastik.
Jasa Boethius adalah menterjemahkan logika aristoteles ke dalam bahasa latin dan menulis
beberapa traktat logika aristoteles.Ia adalah seorang guru logika pada abad pertengahan dan
mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad pertengahan. Pemikiran
Boethius memiliki pengaruh penting terhadap filsafat pada akhir era Filsafat Klasik dan juga
awal masa Abad Pertengahan. Selain itu, terjemahan dan komentar Boethius terhadap karyakarya Aristotels juga amat memengaruhi seluruh sejarah filsafat setelahnya. Karya Boethius
yang paling terkenal berjudul "Tentang Penghiburan dari Filsafat" yang ditulis sewaktu ia
dalam pembuangan. Isi karya tersebut adalah refleksi terhadap hakikat kebahagiaan manusia,
serta mengenai masalah kejahatan. Selain itu, karya itu juga mendiskusikan tema-tema
seperti takdir, kesempatan, kehendak bebas manusia, dan sebagainya. (Hakim dan Saebani .
2008:73).
c. Santo Anselmus (1033-1109 M)
Berbicara mengenai filsafat abad pertengahan,
anselmus tidak dapat dilewatkan begitu saja. Tokoh
inilah yang mengeluarkan pernyataan credo ut
intelligam (saya percaya agar saya paham) yang

Foto Anselmus
Sumber: wikipedia.org

F i l s a f a t S a i n s | 11
dianggap merupakan cirri utama filsafat abad pertengahan. Sekaliun pada umumnya filosof
pada masa skolastik awal seperti itu membicarakan mengenai hubungan akal dan iman,
Anselmuslah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu. Filsafat ini jelas berbeda dengan
sifat filsafat rasional yang lebih mendahulukan pengertian dari pada iman.
Di dalam filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman
kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita
memahami

pernyataannya, credo

ut

intelligam yang

terkenal

itu.

Ungkapan

ini

menggambarkan bahwa dia mendahulukan iman dari pada akal. Ungkapan itu dapat diartikan
dengan percayalah terlebih dahulu supaya mengerti. Dia mengatakan bahwa wahyu harus
diterima lebih dulu sebelum kita mulai berpikir). Jadi, akal hanyalah pembantu wahyu.
Pengaruh Plato besar dalam pemikirannya, seperti Plato Anselmus adalah seorang realis. Dia
percaya bahwa universal-universal (idea-idea pada Plato) memang benar-benar ada terpisah
dari sesuatu yang partikular. Idea-idea seperti kebenaran, keindahan, kebaikan itu ada dan
tidak memerlukan ada atau tidak adanya contoh di bumi ini. Adanya idea-idea itu autonom.
(Tafsir. 2010:56)
d. Peter Abaelardus (1079-1142 M)
Peter Abelardus lahir di Pallet (Palais), tidak jauh
dari Nantes, Perancis, pada tahun 1079. Dia
adalah anak tertua dari rumah Breton mulia.
Nama aslinya adalah Pierre de Palais. Nama
Abaelardus (juga ditulis Abailardus, Abaielardus,
Abelard,dan dalam berbagai cara lain) dikatakan
Foto Abaelardus
Sumber: wikipedia.org

korupsi dari Habelardus, kemudian diganti oleh
dirinya sendiri untuk nama panggilan Bajolardus

yang ditunjukkan untuknya saat menjadi siswa. Peter Abelardus adalah seorang filsuf dan
teolog yang terkenal pada Abad Pertengahan. Ia dipandang sebagai pendiri skolastisisme
bersama dengan Anselmus dari Canterbury. Dan Peter Ablardus meninggal pada tanggal
21 April 1142.Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di bidang etika adalah
tentang kemurnian sikap batin. Disamping itu dia juga berfikir bahwa peranan akal dapat
menundukan iman, iman harus mau didahului oleh akal. Berfikir itu berada di luar iman.
(di luar kepercayan). Oleh sebab itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Peter
Ablardus menberikan status yang tinggi kepada penalaran dari pada iman.
Semasa hidupnya Peter Ablardus termasuk orang yang dikenal sebagai
konseptualisme dan sarjana yang dikenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai
rasionalistik. Peter Abalardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman.
Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman

F i l s a f a t S a i n s | 12
hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada
bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan, (Anonim.2011).
3. Sumbangan Zaman Skolastik Awal terhadap Perkembangan Sains
Sumbangan pada zaman skolastik awal, adanya Perkembangan di Eropa mengalami
kemajuan yang luar biasa, karena berdirinya universitas-universitas dan perserikatanperserikatan biarawan yang ikut serta menyelenggarakan ilmu, jadi filsafat pun menerima
perhatian yang sangat besar dari pemikiran para tokoh dizaman pertengahan. Diantaranya
universitas di Eropa dan Oxford. Universitas-universitas ini merupakan sumber dan pusat ilmu
serta lebudayaan termasuk ilmu sains, (Siswandy. 2010: 83).
C. Zaman Kejayaan Skolastik
1. Faktor Pendorong Kejayaan Skolastik
a. Adanya pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, sejak abad ke-12 sampai ke-13 telah
tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Ini merupakan gabungan dari
beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal berdirinya Universitas di Paris, di
Oxford, Mont pellier, Cambridge dan lain-lain.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh- tokohnya memegang peran di bidang
Filsafat dan Teologi, seperti Albertus De Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J. D.
Scotus, William Ocham, (Simon. 2004: 102).
2. Tokoh Filosof dan Karakteristik Filsafat Sains Zaman Kejayaan Skolastik
Tokoh-tokohnya memegang peranan dibidang filsafat dan teologi, seperti Albertus De
Grote, Thomas Aquinas, Bonaventura, J.D. Scouts, William Ocham. Karakteristik pada zaman
kejayaan Skolastik ini ditandai dengan munculnya Universitas-universitas dan ordo-ordo,
yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan,
disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Adapun tokoh-tokoh yang memegang peranan dibidang filsafat dan teologi pada
masa keemasan Skolastik ini diantaranya, (Asmoro. 1995: 71)
a. Yohanes Duns Scotus (1266-1308)
Yohanes Duns Scotus adalahSeorang Skot dari
ordo Fransiskan. Ia belajar di Cambridge, Oxford
danParis yang kemudian menjabat menjadi guru besar

Foto Y. Duns Scotus
Sumber: wikipedia.org

F i l s a f a t S a i n s | 13
di paris. Tulisan-tulisannya sukar dimengerti, karena gaya bahasanya yang singkat. Ia adalah
seorang ahli piker yang tajam, yang menyusun pembuktian-pembuktiannya dengan ketajaman
yang mencolok dan mengupas argumentasi lawannya sampai habis. Ia bermaksud
mempertahankan tradisi ordo Fransiskan yang berjiwa Augustinis-Neoplatonis. Duns Scotus
berpendapat, bahwa ada hubungan yang selaras antara iman dan pengetahuan. Menurut Duns
Scotus nisbah antara teologia dan filsafat bahwa keduanya adalah dua ilmu yang
berdampingan, yang masing-masing memiliki pangkal keberangkatan serta metodenya
sendiri-sendiri, (Salam. 1995: 191).
Hal ini disebabkan karena filsafat adalah ilmu yang teoritis, sedang teologia adalah ilmu
yang praktis. Menurut Duns Scotus, kehendak adalah lebih penting daripada akal. Sebab
kehendaklah yang menentukan, sedang akal hanya dapat mengemukakan bermacam-macam
kemungkinan kepada kehendak, agar bisa ditentukan yang mana yang harus dilakukan.
Menurut Duns Scotus tentang Allah bahwa pada Allah akal dan kehendak adalah satu,
sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan, (Salam. 1995: 191).
b. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)
Puncak

kejayaan

masa

skolastik

dicapai

melalui pemikiran Thomas Aquinas (1225-1274 M) Ia
Lahir di Rocca sicca, Italia 1225 M dari suatu
keluarga bangsawan. Ia mendapat gelar “The Angelic
Doctor”, karena banyak pikirannya, terutama dalam
“Summa Theologia” menjadi bagian yang tak
Foto Thomas Aquinas
terpisahkan dari gereja. (Surajiyo. 2005. Hal:
Sumber: wikipedia.org
157).Menurutnya, pengetahuan berbeda dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat melalui
indera dan diolah akal. Namun, akal tidak mampu mencapai realitas tertinggi yang ada
pada daerah adikodrati. Ini merupakan masalah keagamaan yang harus diselesaikan dengan
kepercayaan, (Surajiyo. 2005: 157).
Thomas Aquinas merupakan theolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid
Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat
mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan
pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya
sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen.
(Salam. 1995. Hal: 191).Menurut Thomas Aquinas adalah aktus yang paling umum, actus
purus (aktus murni), artinya Allah sempurna adanya, tiada perkembangan pada-Nya, karena
pada-Nya tiada potensi.

Di dalam Allah segala sesuatu telah sampai kepada

perealisasiannya yang sempurna. Tiada sesuatu pun pada-Nya yang masih dapat
berkembang. Pada-Nya tiada kemungkinan, Allah adalah aktualitas semata-mata, (Salam.
199: 191).

F i l s a f a t S a i n s | 14
Thomas juga mengajarkan apa yang disebut theologia naturalis, yang mengajarkan
bahwa manusia dengan pertolongan akalnya dapat mengenal Allah, sekalipun pengetahuan
tentang Allah yang diperolehnya dengan akal itu tidak jelas dan tidak menyelamatkan.
Dengan akalnya manusia dapat tahu bahwa Allah ada, dan juga tahu beberapa sifat Allah.
Dengan akal orang dapat mengenal Allah, setelah ia mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
yang mengenai dunia dan mengenai manusia sendiri, (Rizal. 2009: 67).
Thomas mengajarkan bahwa Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse
subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang paling
tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat
Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat,
yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya
dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia
bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat
kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas
Aquinas, (Rizal. 2009: 67).
c.

Albertus Magnus (1203-1280 M)
Albertus

Magnus,Ia

lahir

dengan

nama

Albertus Von Bollstadt yang juga dikenal sebgai
doktoruniversitas

dan dokto

magnus, kemudian

bernama Albertus Magnus (Albert the Great) Ia
mempunyaikepandaian luar biasa. Di universitas
Foto Albertus Magnus
Sumber: wikipedia.org

Padua ia belajar artes liberales, belajar teologi di
Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223

M, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan kepandaian luar biasa. Terakhir dia
diangkat sebagai uskup agung. Pola pmikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis
tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu
biologi dan ilmu kimia, (Simon. 2004: 102).

3. Sumbangan Zaman Kejayaan Skolastik terhadap Perkembangan Pengetahuan Sains
Abad ke-13 menjadi abad kejayaan skolastik. Ada beberapa faktor yang memberi
sumbangan yang berguna bagi kejayaan skolastik. Beberapa faktor yang memberi sumbangan
yang berguna bagi abad ke-13 adalah:
a. Pertama, mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran yunani
dan dunia pemikiran arab, yaitu dengan peradaban yunani dari italia selatan, sisilia dan
dengan kerajaan bizantium disatu pihak, dan dengan peradaban arab yang ada di spanyol
dilain pihak. Melalui karya orang-orang arab dan yahudi eropa barat mulai lebih mengenal

F i l s a f a t S a i n s | 15
karya-karya Aristoteles melalui karya para Bapak gereja Timur yang pada masa itu dikenal
juga.
b. Kedua, munculnya Universitas-universitas. Telah dikemukakan bahwa pada abad ke-9 di
Eropa Barat muncul sekolah-sekolah karena perkembangan semakin maju ada sekolahsekolah yang membentuk persekutuan antara dosen dan mahasiswa dari satu jurusan
sehingga keduanya mewujudkan suatu kesatuan yang menyeluruh. Kesatuan ini disebut
universitas magistrorum et scolarum. Hal yang ketiga yang membantu perkembangan
skolastik ialah munculnya ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan dan ordo Dominikan.
Ordo pada Bapak gereja serta para ahli skolastik, (Hakim. 2008: 137).

D. Zaman Akhir Skolastik
1. Faktor Penyebab Berakhirnya Zaman Skolastik
Faktor penyebab berakhirnya zaman Skolastik, masa ini ditandai dengan adanya rasa
jenuh terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga
memperlihatkan stagnasi atau kemandegan. (Muzairi. 2009:100)
Dibawah ini adalah faktor penyebab berakhirnya zaman Skolastik terdapat beberapa
yang menjadi pemicunya, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a) Timbulnya Kejenuhan terhadap segala macam pemikiran filsafat. Awal dari berakhirnya
zaman skolastik ini dimulai pada abad ke 14, dimana timbul banyak kejenuhan terhadap
segala macam pemikiran filsafat yang kontruktif. Hal tersebut terjadi karena para ahli
pemikiran menampakkan gejala pembekuan yang memperlihatkan stagnasi (kemandegan)
pemikiran filsafat Skolastik Kristen.
b) Munculnya beberapa kelompok diantaranya adalah aliran Thomisme, Scotisme, via
antiqua (jalan kuna) dan via moderna (jalan modern). Aliran via antiqua merupakan
kelompok lebih kecil dan lebih lemah dimana mereka adalah pengikut dari Augustinus
dan Albertus Agung yang tidak memiliki pemikiran baru artinya asli. Berbanding terbalik
deangan aliran via moderna yang menolak pemikiran metafisis yang kontruktif. Selain itu
aliran via moderna lebih memperhatikan kepada hal-hal yang ilmiah dan positif, bukan
kepada persoalan-persoalan filsafati. Oleh karena itu dibidang teologia yang diperhatikan
adalah persoalan gerejani dan politik yang konkrit. William Dari Ockham adalah tokoh
yang memulai aliran via moderna.
c) Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan dengan Thomas
Aquinas, yaitu William Occam (1285-1349). Tulisan- tulisannya menyerang kekuasaan
gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai dan kemudian dipenjarakan
oleh Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar
Louis IV, sehingga ia terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William

F i l s a f a t S a i n s | 16
Occam merasa membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus
diterima atas dasar keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis
tidak dapat didemonstrasikan.
d) Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolous Cusanus (1401-1404 M.) Dari
filsafatnya ia beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena
menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai yang terhingga, obyek tertinggi
filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan. Dalam diri Allah semua hal yang
berlawanan mencapai kesatuan. Semua makhluk berhingga berasal dari Allah pencipta,
dan segalanyaakan kembali pula pada pencipta-Nya, (Suriasumantri. 2009:156).
Nicolous Cusanus sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa
Scholastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu: lewan indra,
akal, dan intuisi. Dengan indra akan mendapat pengetahuan tentang benda berjasad, yang
sifatnya tak sempurna. Dengan akal akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang
abstrak berdasarkan pada sajian atau tangkapan indera. Dengan intuisi, akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi, (Hanafi.1983: 80).

2. Tokoh Filosof Skolastik Arab (Islam)
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa
skolastik), yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, & Ibnu Rusyd. Peranan para ahli
pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut:
a. Al- Kindi (801- 865)
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin
Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin
Kays Al-Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir
pada tahun 185 H (801 M) di Kufah. Keturunan
dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak
Gambar: AL- kindi
Sumber: wikipedia.org

dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya
Ishaq Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur

di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.Nama
Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu
Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan
Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.Sebagai orang yang
dilahirkan di kalangan para intelektual, maka pendiidkan yang pertama-tama diterima
adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Disamping itu ia banyak mempelajari
tentang sastra dan agama, juga menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa
Syiria kuno, dan bahasa Arab.

F i l s a f a t S a i n s | 17
Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku
yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika, astronomi,
kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangankarangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme;
dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi
mengambil pendapat Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan
Plato.Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara kedua hal
ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran
atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan
ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.Mengenai hakikat
Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar), yang bukan
asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, ia selalu ada dan akan selalu
ada. Jadi Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak
berakhir wujudNya dan tidak wujud kecuali denganNya.
Unsur-unsur

filsafat

yang

kita

dapati

pada

pemikiran

Al-Kindi

ialah:

1) Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat;
2) Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al-Kindi
tidaksependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam;
3) Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan;
4) Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika;
5) Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan
Tuhan dan sifat-sifatNya;
6) Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayatayat Qur’an;
Haruslah diakui bahwa Al-Kindi tidak mempunyai sistem filsafat yang lengkap.
Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama-tama membuka pintu filsafat bagi
dunia Arab dan diberinya corak Arab keislaman, (Anonim. 2013).
b. AL- Farabi
Ia

adalah

Muhammad

bin

Abu

Nashr

Tharkhan.

Muhammad

bin

Sebutan Al-Farabi

diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan
pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang
Iran dan kawin dengan seorang wanita Turkestan.
Gambar: Al- farabi
Sumber: wikipedia.org

Kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan.
Karena

itu, Al-Farabi

dikatakan

berasal

dari

keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.Sejak kecilnya,
Al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa.
Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkistan, dan Kurdistan.

F i l s a f a t S a i n s | 18
Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu
pengetahuan

dan

filsafat

pada

waktu

itu.

Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat
pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu
Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu
logika.
Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan
mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita
maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika,
kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.Sebagian
besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat
Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika.
Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai
pengulas Aristoteles.
Di antara karangan-karangan milik Al-Farabiialah:
1) Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah;
2) Al-Jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan pendapat kedua filosof yakni
Plato dan Aristoteles);
3) Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan);
4) ‘Uyun al-Masail (Pokok-Pokok persoalan);
5) Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadhilah (Pikiran-Pikiran Penduduk Kota Utama Negeri
Utama).
6) Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu);
Menurut Dr. Ibrahim Madkour, filsafat Al-Farabi adalah filsafat yang bercorak
spiritual-idealis, sebab menurut Al-Farabi, dimana-mana ada roh. Tuhannya adalah Roh
dari segala Roh. Akal yang dikonsepsikannya yaitu ‘Uqul Mufariqah(akal yang terlepas
dari benda) merupakan makhluk rohani murni, sedang kepala negeri- utamanya, menguasai
badannya. Roh itu pula yang menggerakkan benda-benda langit dan mengatur alam di
bawah

bulan.

Meskipun Al-Farabi telah banyak mengambil dari Plato, Aristoteles dan Plotinus, namun ia
tetap memegangi kepribadian, sehingga pikiran-pikiranya tersebut merupakan filsafat Islam
yang berdiri sendiri, yang bukan filsafat stoa, atau Peripatetik atau Neo Platonisme.
Memeng bisa dikatakan adanya pengaruh aliran-aliran tersebut, namun bahannya yang
pokok adalah dari Islam sendiri, (Anonim. 2012).
c. Ibnu Sina(980-1037)
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan,
dimana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran,
dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah

Gambar: Ibnu Sina
Sumber: wikipedia.org

F i l s a f a t S a i n s | 19
kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota
Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan
Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447
H.Di antara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah Daulah Samani di Bukhara, dan di
antara khalifahnya ialah Nuh bin Mansur. Pada masanya, yaitu di tahun 340 H (980 M), di
suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan.
Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi,
sedangkan usianya baru sepuluh tahun.Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika
dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya,
seorang Masehi.
Belum lagi usianya melebihi enam-belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran
sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia
tidak cukup dengan teori-teori kedokteran, juga melakukan praktek dan mengobati orangorang sakit.Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya
pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik,
sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah
berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.
Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal ialah:
1) Asy-Syifa. Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, dan
trediri dari enpat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan);
2) An-Najat. Buku ini merupakan keringkasan buku as-Syifa, dan pernah diterbitkan
bersama-sama dengan buku al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di
Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir;
3) Al-Isyarat wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik, dan
pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke
dalam bahasa Perancis;
4) Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakan orang, karena tidak jelasnya
maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika;
5) Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan orang-orang Barat. Buku ini
pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan pernah menjadi buku standar untuk
universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas Masehi.
Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan,
sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan
atau pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat.Pengaruh Ibnu Sina
dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia piker Arab sejak abad
kesepuluh Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert
the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Bahkan juga ada pertaliannya
dengan pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.Hidup Ibnu Sina

F i l s a f a t S a i n s | 20
penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan
kepahitan hidu