Kata kunci: sex education, pendidikan Islam Pendahuluan - View of SEX EDUCATION DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM

  SEX EDUCATION DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM

  Faizal Amin Institut Agama Islam Negeri Pontianak, Indonesia

  E-mail: faizalamin@hotmail.com Ahmad Faisol Agus Ariyanto

  Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember, Indonesia E-mail: faisolagus86@gmail.com

  Abstrak

  Pendidikan seks yang Islami merupakan bagian dari kurikulum pendidikan Islam secara umum. Pendidikan seks Islami ini sangat perlu dan penting untuk diajarkan pada umat muslim sesuai dengan perkembangan usianya, karena pendidikan seks ini menekankan pada hukum-hukum ajaran Islam dan moralitas seksual, tidak seperti pendidikan seks barat yang lebih mementingkan pada gaya seks, seks bebas dan safe sex (seks aman)-nya saja, tidak peduli dengan siapa saja harus berhubungan seks, apa saja dampak buruknya melakukan seks bebas yang penting mereka puas dan aman dari penyakit hubungan seks. Fenomena demikian jelas sangat bertentangan dengan ideologi dan ajaran Islam yang sangat mulia. Islam telah mengajarkan pada umatnya untuk melampiaskan hasrat biologisnya (berhubungan seks) lewat jalan yang halal dan baik yakni pernikahan, jadi tidak sembarang melakukan hubungan seks. Setelah dianalisis, pendidikan seks islami sangat mutlak dan segera untuk di berikan pada umat muslim terutamanya pada kaum remaja. Pendidikan seks yang ditawarkan Islam ini merupakan bentuk perlindungan dari pendidikan seks barat yang tidak bermoral, umat muslim saat ini terutama remaja sudah penuh dengan ajaran seks barat sehingga mereka meniru dan melakukan pelanggaran-pelanggaran norma, pelecehan seksual, zina dan kekerasan ada dimana-mana semua itu karena pengaruh pendidikan seks barat yang tak bermoral tersebut.

  Kata kunci: sex education, pendidikan Islam Pendahuluan

  Pesatnya arus informasi lewat teknologi modern yang masuk ke masyarakat muslim saat ini adalah sebuah tantangan tersendiri untuk membentengi sekaligus mengajarkan sesuatu yang dulunya dianggap tabu dalam masyarakat kita, yakni seks. Dalam masyarakat agamis yang amat kolot, kata seks sudah pasti menjadi kata yang paling dihindari untuk diperbincangkan. Saat ini, seberapa pun kuatnya kita menahan anak-anak remaja dari belajar seks tampaknya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi zaman. Saat ini, betapa mudahnya masyarakat terutama para remaja mengakses

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

  internet untuk mendapatakan informasi tentang seks. Mereka juga bisa mendapatkannya lewat buku dan majalah. Belum lagi televisi dan video cd.

  Sangatlah tidak bijak kalau sebagai orang tua dan guru pendidikan agama Islam terutamanya melarang mereka mengakses internet, membeli buku atau majalah atau menjauhkan mereka dari televisi. Yang perlu dilakukan saat ini adalah memberikan solusi agar tetap dapat memperoleh informasi. Tidak bijak pula, jika kita tidak memberikan jawaban yang benar saat mereka bertanya tentang seks.

  Pendidikan seks yang benar sangat penting diajarkan kepada anak-anak sesuai dengan perkembangan umur mereka baik oleh orang tua mereka maupun oleh

  1 guru-guru mereka disekolah. Terutama dalam pandangan Islam.

  Mengapa pendidikan seks Islami diperlukan? karena kita selama ini terlalu sering diberikan pendidikan seks yang sama sekali jauh dari nilai-nilai agama, baik itu berupa film vulgar ala barat, gambar-gambar porno baik di dunia cetak atau di internet, atau gaya hidup bebas artis-artis yang kebarat-baratan. Hal ini diperparah dengan anggapan masyarakat pada umumnya bahwa apa yang datang dari barat itu selalu baik dan menjadi standar gaya hidup modern, dan memandang ketinggalan jaman atau bahkan jelek bila itu berasal dari budaya kita sendiri.

  Efek yang sangat tampak antara lain berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dimuat di halaman merdeka.com. Tercatat sepanjang 2015 ada 1.078 remaja usia sekolah di Yogyakarta yang melakukan persalinan. Dari jumlah itu, 976 di antaranya hamil di luar pernikahan.

  Data lain bersumber dari survei yang dilakukan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementerian Kesehatan, (Kemenkes) pada Oktober 2013 yang dimuat di kompasiana.com. Dalam grafik tersebut disebutkan bahwa sekitar 62, 7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah. 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja dan 21% di antaranya pernah melakukan aborsi. Lalu pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja.

1 Ahmad Fanani, Pendidikan Seks Untuk Keluarga Muslim (Yogyakarta: ORCHID, 2004), 2.

  Faizal Amin Fenomena itu sebenarnya merupakan lanjutan dari begitu banyak kemudahan yang diterima anak-anak, bahkan yang berasal dari para orangtua mereka sendiri, untuk mengakses konten-konten porno di medsos via gadget yang diperoleh pada usia terlalu dini tanpa dibekali aturan yang tepat dalam penggunaannya.

  Karena itu, pendidikan seks Islami sangat diperlukan keberadaannya bahkan mendesak untuk segera diberikan. Pendidikan seks yang benar yang berlandaskan pada nilai-nilai keberagaman adalah salah satu alat menghindarkan para remaja muslim dari pengaruh-pengaruh buruk yang banyak mencekoki mereka, baik dari media massa maupun teman-teman mereka.

  Sex Education Menurut Pendidikan Islam

  Pendidikan seks yang benar yang berlandaskan pada nilai-nilai keberagaman adalah salah satu alat menghindarkan para remaja muslim dari pengaruh-pengaruh buruk yang banyak mencekoki mereka, baik dari media massa maupun teman-teman

  2 mereka.

  Pada zaman Nabi Muhammad SAW, orang Islam laki-laki dan perempuan tidak pernah malu bertanya kepada Nabi tentang segala problem hidup yang mereka alami, termasuk masalah-masalah yang sangat pribadi seperti masalah tentang hubungan seksual terutama yang berkaitan dengan ajaran dan hukum-hukum Islam dalam hubungan seksual suami-isteri.

  Nabi Muhammad yang mulia dengan kesempurnaan dan kesucian ajaran yang dibawanya memberikan peluang yang besar kepada pemeluknya untuk menanyakan semua persoalan hidup tanpa terkecuali, sekalipun tentang permasalahan yang amat pribadi seperti persoalan seks.

  Nabi bersabda: “Tidak ada rasa malu dalam masalah-masalah Agama” dalam hal ini Aisyah r.a, isteri Nabi Muhammad Saw juga pernah berkata, “Semoga Allah memberkati orang-orang Anshar, rasa malu pada diri mereka tidak menghalangi mereka mencari pengetahuan tentang agama mereka”. Memang kenyataannya

2 Ibid., 23.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

  orang Islam pada saat itu tidak segan-segan bertanya langsung kepada Nabi, atau bertanya langsung kepada isteri-isteri Nabi, hal ini membuktikan bahwa persoalan- persoalan seks bukanlah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan.

  Semua yang hidup di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan, baik hewan, tumbuhan dan manusia semuanya memiliki pasangannnya masing-masing. Dan setiap pasangan tersebut tidak terlepas dari hubungan seksual. Sebagaimana firman Allah dalam surat Adh-Dzariyat: 49, menegaskan:

         

  Artinya: “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah (QS. Adz-Dzariyat, 51: 49)

  Hanya saja, manusia dalam melampiaskan dorongan seksualnya memiliki peraturan dan etika tersendiri yang telah ditetapkan Islam, tentunya peraturan itu tidak sama dengan hewan dan tumbuhan.

  Hal tersebut membuktikan bahwa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap masalah seksual, Islam memberikan rambu-rambu yang jelas dan nilai-nilai etika yang suci dalam hubungan seksual, itu berarti pendidikan seks juga merupakan bagian dari kurikulum pendidikan Islam.

  Orang tua memiliki peran terbesar dalam memberikan pendidikan seks kepada anak-anak mereka. Seorang ayah mendidik anak lelakinya dan seorang ibu mendidik anak perempuannya. Selain itu juga bisa kakak laki-laki yang sudah cukup pengetahuannya membimbing adik laki-lakinya demikian juga kaak perempuan membimbing adik perempuannya.

  Perlu diketahui, mengajarkan seks kepada para remaja berdarah panas dalam suatu kelas campuran tanpa menjelaskan nilai-nilai moral yang terkandung

  3 didalamnya seperti menyiramkan bensin diatas api yang membara.

  Dalam pendidikan seks Islami remaja yang bisa diajarkan adalah menekankan pada pentingnya menghindari hubungan seksual diluar nikah, pentingnya nilai-nilai

3 Ibid., 12.

  Faizal Amin pernikahan dan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan hubungan seksual. Dan tidak perlu mengajarkan kepada anak-anak remaja tentang teknik-teknik hubungan seks atau, nikmatnya melakukan seks dengan posisi-posisi tertentu karena hal ini hanya akan memicu dan merangsang keinginan mereka untuk melakukuan hubungan seksual sebelum menikah. Karena remaja puber cenderung meproklamasikan eksistensi mereka dengan tindakan yang sering menyimpang dari norma yang berlaku

  4 dalam masyarakat.

  Sedangkan pendidikan seks pada orang dewasa yang segera akan menikah dan atau yang sudah menikah bisa menekankan pada aturan-aturan Islam dalam hubungan seksual suami-isteri, teknik-teknik dan etika hubungan seks, dan tanggung jawab suami-isteri dalam membina hubungan rumah tangga. Perilaku seks yang menyimpang perlu diberikan juga pada remaja maupun dewasa supaya mereka tidak melakukan perilaku seks yang menyimpang tersebut.

  Pendidikan Seks Islami untuk Remaja

  1. Hijab Antara Laki-Laki dan Perempuan Kata hijab berarti penutup, karena menunjuk pada suatu alat penutup. Kewajiban menutup, yang telah ditetapkan bagi wanita Islam, bukan berarati mereka tidak boleh meninggalkan rumah-rumah mereka. Islam tidak berkehendak memingit

  5 kaum wanita.

  Seorang lelaki harus menutup auratnya minimal dari lutut hingga pusar, sedangkan perempuan wajib menutup auratnya mulai dari ujung kaki hingga ujung

  6 rambut, selain kedua telapak tangan dan wajahnya.

  Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba wanitanya agar menutup auratnya demi kehormatan kaum wanita itu sendiri, sehingga mudah dikenali dan

  7 terhindar dari kejahatan kaum lelaki.

  4 Simandjutak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 288.

  5 Fanani, Pendidikan Seks, 13.

  6 Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), 176.

  7 Ibid., 177.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

  Seperti firman Allah SWT yang terdapat pada beberapa surat dalam Al-Quran antara lain QS. Al-Azhab: 59, yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri- istri orang mukmin:”hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang

  ”. (QS. 33: 59). Dalam Islam masalah pandang-memandang sudah diatur dengan jelas dan mulia. Mahram laki-laki boleh memandang dada ke atas dan di bawah lutut mahram wanitanya jika syahwatnya atau syahwat mahram wanita itu tidak terpengaruh oleh nafsu birahi. Sedangkan jika terpengaruh oleh nafsu birahi, mereka tidak dihalalkan

  8

  memandang mahramnya. Ketentuan tersebut, dimaksudkan untuk menjaga pandangan liar dan untuk menghindari terjadinya perilaku-perilaku yang mengarah ke perbuatan zina, karena perbuatan zina diawali dengan kekaguman pada tubuh yang disebabkan oleh pandangan syahwat. Adapun mengenai orang yang melihat aurat diri sendiri tanpa ada kepentingan yang benar, maka hukumnya haram dan makruh. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qathan di dalam kitab Ahkamun Nazar bahwa: "orang yang melihat vagina itu akan dicoba melakukan zina maka hukumnya haram", sedangkan hukum makruh sebagaimana yang dikatakan syekh Penazam adalah untuk menghindari hal-hal yang menjerumuskan pada zina.

  Adapun untuk yang bukan mahramnya, seorang laki-laki tidak diperbolehkan memandang seorang wanita walaupun tidak dengan syahwat. Begitu juga, seorang wanita tidak diperbolehkan memandang laki-laki yang bukan mahramnya. Menurut ajaran Islam, terhadap perempuan yang hendak dinikahi saja hanya diperbolehkan

  9

  melihat wajah dan telapak tangannya, itu saja setelah dipinang. Seperti ditegaskan dalam Al- Qur’an surat An-Nur ayat 30-31.

  Sedangkan dalam fiqh Islam kitab yang berjudul At-Taqrib oleh Abu Suja ’ dalam

  10 Kauma, Laki-laki memandang perempuan diatur sedemikian rupa, antara lain

  8 Fanani, Pendidikan Seks, 16.

  9 Fuad Kauma dkk, Membimbing Istri, 46.

  10 Ibid., 45-46.

  Faizal Amin sebagai berikut: “Hukum laki-laki memandang perempuan ada tujuh macam, yaitu:

  

pertama, dilarang memandang perempuan bukan muhrimnya tanpa ada tujuan yang

  dibenarkan. Kedua, boleh memandang istri atau perempuan yang menjadi budaknya, selain kemaluannya. Ketiga, boleh memandang perempuan muhrimnya atau budak yang telah dinikahi orang lain, selain antara pusar dan lutut. Keempat, boleh melihat wajah dan telapak tangan perempuan yang akan dinikahi. Kelima, boleh melihat tempat yang sakit bagi dokter ketika akan mengobati penyakit perempuan. Keenam, boleh melihat perempuan yang menjadi saksi atau bermuamalah (jual-beli, sewa- menyewa dan lain-lain). Ketujuh, boleh melihat budak perempuan yang akan dibelinya, pada bagian-bagian yang perlu dilihat. Sedangkan untuk sesama jenis seorang laki-laki boleh memandang hanya di atas pusar dan di bawah lutut, dan untuk perempuan hanya diperbolehkan memandang sesama jenisnya hanya bagian di atas dada dan di bawah lutut.

  Memberikan hijab tentu bukan tanpa alasan. Setidaknya pertama, untuk ketenangan jiwa. Kecenderungan wanita untuk memamerkan dirinya berasal dari naluri pemburu ini, naluri kewanitaanlah yang karena sifat khasnya, berkehendak menangkap dan menguasai hati pria. Dengan demikian, penyelewengan dimulai oleh

  11

  naluri wanita, dan karena itulah perintah menutup aurat diturunkan guna menenangkan jiwa manusia agar tidak terganggu dengan aurat yang terhumbar.

  

Kedua, nilai wanita salah satunya tercermin dari cara dia berpakaian. Apabila wanita

  berpakaian yang mengundang libido laki-laki maka wanita sendiri yang akan menjadi

  12

  korban, baik dalam kekerasan maupun pelecehan seksual. Ketiga, yang menyebabkan lumpuhnya kekuatan wanita dan yang memenjarakan bakat-bakatnya adalah tiadanya hijab. Menutup seluruh tubuh bukanlah untuk menghalangi aktifitas- aktifitas kaum wanita. Yang melumpuhkan daya kerja adalah dirusaknya lingkungan

  13

  kerja oleh unsur-unsur yang mencari kepuasan seksual. Perkosaan saat ini sedang merebak termasuk hubungan incest, salah satu pemicunya adalah karena wanita tidak

  11 Fanani, Pendidikan Seks, 16.

  12 Ibid.

  13 Ibid., 18.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

  berpakaian yang telah dianjurkan oleh Islam. Menurut Psikolog Dadang Hawari mencerminkan masyarakat saat ini sedang sakit. Masyarakat sedang mengalami

  14 demoralisasi.

  2. Memilih Pasangan Islam menganjurkan agar memilih istri yang shaleh dan menyatakannya sebagai perhiasan yang terbaik yang sepatutnya dicari dan diusahakan mendapatkannya dengan sungguh-sungguh. Perempuan yang akan dipinang sepatutnya memenuhi

  15

  kriteria: Pertama, shalih. Rasulullah SAW menggariskan ketentuan tentang perempuan yang shalih, ”perempuan yang terbaik yaitu bila kau lihat menyenangkan, bila kamu perintah mematuhinya, bila kamu beri janji diterimanya dengan baik, dan bila kamu pergi dirinya dan hartamu dijaganya dengan baik”. (HR. Nasa’i dan lain- lain). Kedua, dari lingkungan terhormat, baik keturunannya (produktif), dan sehat jasmani maupun rohani. Ketiga, menyayangi dan pandai mengurus anak-anak.

  

Keempat, disunatkan agar istri diambil masih gadis. Sesuai dengan sabda Rasul

  berikut, yang artinya: ”Tatkala Jabir bin Abdillah kawin dengan seorang janda,

  Rasulullah Saw. Mengatakan kepadanya, alangkah baiknya seorang gadis saja, engkau akan dapat bergurau dengannya dan ia pun dapat bergurau denganmu

  ”. (al- Hadits).

  Sedangkan kepada wali yang akan memilihkan suami buat putrinya, hendaknya dipilih laki-laki yang berakhlak mulia dan baik keturunannya, agar nanti bisa menggaulinya dengan baik, dan kalau mau mentalaknya, ia akan mentalaknya dengan baik pula. Imam Ghazali dalam kitab Ihya

  ’nya berkata: “Berhati-hatilah menjaga hak anak perempuan; itu lebih penting, sebab dengan kawin dia menjadi budak yang tak gampang bisa lepas , sedang suaminya bisa mentalaknya kapan saja ia suka. Bila wali mengawinkan putrinya dengan laki-laki yang halim atau fasiq atau ahli bid`ah atau pemabuk berarti ia telah berbuat durhaka kepada kepada Agamanya dan rela menerima kutukan

  14 Abdul Wahid dan Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Bandung: Refika Aditama, 2001), 11.

  15 Fanani, Pendidikan Seks, 23.

  Faizal Amin Tuhan, karena ia telah putuskan tali keluarganya dengan memilihkan suami

  16 yang jahat kepada anaknya”.

  Seorang laki- laki pernah bertanya kepada Hasan bin Ali, “saya memiliki seorang putri, siapakah yang patut menjadi suaminya menurut Anda?” jawab beliau, “seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah. Sebab jika ia senang, ia akan menghormati

  17

  istrinya dan jika ia sedang marah, ia tak suka berbuat dzalim kepadanya .” 3.

  Pernikahan Menurut bahasa, kata nikah berarti adh-dammu wat tadaakhul (bertindih dan memasukkan). Sedangkan menurut istilah ilmu fikih, nikah berarti suatu akad

  (perjanjian) yang engandung keboehanmelakukan hubungan seksual dengan

  18 memakai kata-kata (lafazh) nikah atau tazwij.

  Pernikahan atau pernikahan adalah sebuah lembaga yang melalui itu seorang laki-laki dan seorang perempuan berpasangan dan secara sah bersatu untuk membentuk suatu keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan keluarga adalah

  19 masyarakat terkecil, terdiri minimal dari pasangan suami dan istri.

  Menurut Islam, pernikahan bukanlah semata-mata untuk menyalurkan dorongan syahwat belaka, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk membentuk keluarga, membentuk rumah tangga sejahtera bahagia yang akan melahirkan anak-anak shaleh,

  20 yang akan menjadi penerus generasi yang akan datang.

  Dalil tentang anjuran untuk menikah antara lain sebagai berikut: QS.Ar-Ruum: 21

                        Dan diantara tanda kekuasaan-Nya, dia telah menjadikan dari dirimu sendiri

  pasangan kamu, agar kamu hidup tenang bersamanya dan Dia jadikan rasa kasih sayang sesama kamu. Sesungguhnya dalam hal itu menjadi pelajaran bagi kaum yang berpikir.”

  16 Ghazali. Arbain Al-Ghazali (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 246.

  17 Fanani, Pendidikan Seks, 24.

  18 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 11-12.

  19 Fanani, Pendidikan Seks, 19.

  20 Yusuf Ridlwan, Seks Rohima Robbi (Jember: Center For Society Studies, 2007), 34.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

  Dan juga terdapat dalam hadits berikut, yang artinya:

  Jika seseorang di

  antaramu tertarik kepada seorang perempuan, hendaklah ia datangi istrinya, agar nafsunya dapat tersalurkan.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Mengenai hukum pernikahan, para ulama berbeda pendapat, sesuai dengan perbedaan penafsiran terhadap ayat tentang nikah. Di antara mereka, seperti Imam

  Abu Daud Adz-Dzahiri berpendapat bahwa nikah itu asal hukumnya wajib. Adapun

  21 Imam Syafii berpendapat bahwa nikah itu hukumnya mubah.

  Adapun syarat dan rukun nikah menurut versi as-Syafi`i yang kemudian

  22

  diadaptasi oleh Kompilasi Hukum Islam (Pasal 14 KHI). Yaitu; calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab dan qabul. Sedangkan syarat nikah, yakni: adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai, adanya ijab qabul, adanya mahar, adanya

  23 wali, dan adanya saksi-saksi.

  Selain hal tersebut di atas, nikah mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Tujuan pernikahan bukanlah hanya sekedar untuk pelampiasan hasrat biologis semata, tujuan pernikahan lebih dari itu. Pernikahan adalah satu-satunya syari`at Allah yang mengandung banyak aspek didalamnya. Aspek-aspek tersebut sebagai berikut: a.

  Aspek Personal Aspek personal ini meliputi dua macam. Pertama, untuk menyalurkan kebutuhan biologis. Kedua, untuk reproduksi generasi, sesuai dengan sabda rasul yang artinya sebagai berikut:

  ”nikahlah kamu, sesungguhnya aku menginginkan darimu umat yang banyak”.

  b.

  Aspek Sosial Aspek ini juga meliputi dua macam. Pertama, untuk membangun rumah tangga yang baik sebagai fondasi masyarakat yang baik. Kedua, untuk membuat manusi yang kreatif.

  c.

  Aspek Ritual

  21 Hakim, Hukum Perkawinan Islam, 13.

  22 Ibid., 82.

  23 Burhan Sodiq, Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran (Solo: Barokah Belia, 2008), 227.

  Faizal Amin Ajaran Islam mengenai pernikahan tidak menitikberatkan pada kebutuhan biologis saja dan bukan sekadar tata tertib administrasi. Pernikahan adalah bagian syari`at Islam. Pernikahan adalah suatu ibadah yang berarti melaksanakan perintah syari’at, sebagai refleksi ketaatan makhluk kepada khaliknya, bagian yang tak terpisahkan dari seluruh ajaran agama dan bukan sekedar tertib administrasi.

  d.

  Aspek Moral Manusia sesuai fitrahnya memiliki libido seksualitas yang juga dimiliki oleh makhluk hidup lainnya, tak terkecuali hewan. Manusia dan hewan sama-sama memerlukan pelampiasan terhadap lawan jenisnya. Adapun yang membedakannya dalam melaksanakan kebutuhan tersebut. Manusia dituntut untuk mengikuti aturan atau norma-norma Agama, moralitas Agama, sedangkan hewan tidak dituntut demikian.

  e.

  Aspek Kultural Pernikahan di samping membedakan manusia dengan hewan, juga membedakan antara manusia yang beradab dengan manusia yang biadab, ada juga antara manusia primitif dan manusia modern. Walaupun pada dunia primitif mungkin terdapat aturan-aturan pernikahan, namun dapat dipastikan aturan- aturan manusia saat ini jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Itu menunjukkan bahwa kita mempunyai kultur yang lebih baik daripada manusia-

  24 manusia purba atau manusia primitif.

  Penyakit Hubungan Seks (PHS)

  Penyakit Hubungan Seksual (PHS) ialah semua jenis penyakit yang disebabkan oleh perilaku hubungan seksual yang salah. Di dalam kedokteran istilah yang umum dipakai adalah veneral desease. Dulu penyakit hubungan seksual dikenal hanya ada lima jenis penyakit, yaitu sifilis, gonore,

24 Hakim, Hukum Perkawinan Islam, 15-26.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

ulkus mole, limfogranuloma vene-reum, dan granuloma inguinale. Kelima penyakit ini

  25 berpotensi besar untuk menular kepada orang lain (terutama melalui hubungan seks).

  Semua jenis penyakit di atas disebabkan oleh manusia-manusia yang tidak mengindahkan peraturan Islam, yaitu melakukan perilaku seksual yang diharamkan oleh Islam, seperti: masturbasi, homo atau lesbian dan zina, akibatnya mereka terjangkit penyakit hina dan keji tersebut.

  Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra` ayat 32:

           

  “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” Di antara macam-macam penyakit hubungan seks antara lain:

  1. Sifilis Penyakit ini disebabkan oleh kuman treponema pallidum. Organisme ini berbentuk seperti paku sekrup yang masuk melalui permukaan kulit lewat setiap

  26 lubang kecil luka yang terdapat pada selaput-selaput lendir.

  2. Gonore Penyakit Gonorea adalah jangkitan kelamin yang disebabkan oleh bakteria

  

Neisseria gonorrhoea. Bakteria itu boleh berjangkit dari seorang individu ke individu

  lain melalui hubungan seks vagina, dubur atau oral, walaupun individu yang berjangkit tidak menunjukkan gejala.

  Kejangkitan gonore yang palng tinggi terjadi pada saluran uretra (saluran kemih) baik pada wanita maupun pria. Pada anak yang usianya belum mencapai usia remaja, gonore sering ditemukan dalam selaput lendir vagina biasanya diperoleh dari orang tua mereka.

  3. Herpes Progenitalis

  25 Fanani, Pendidikan Seks, 42.

  26 Ibid., 44.

  Faizal Amin Herpes progenitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks yang secara teratur akan menjadi aktif selama beberapa bulan atau tahun, dan mengakibatkan

  27 luka-luka lecet yang menyakitkan pada alat kelamin pria dan wanita.

  4. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syindrome)

  28 Penelitian para pakar yang ditulis Fanani, menunjukkan bahwa penularan

  atau penyebaran virus HIV, penyebab penyakit maut AIDS, adalah 90% melalui kontak seksual di luar nikah; seperti pelacuran, pergaulan bebas, kumpul kebo, dan perilaku homoseksual. Pada situasi-situasi tersebut, resiko tertulari AIDS sangat tinggi, walaupun virus tersebut tidak akan aktif selama bertahun-tahun.

  Pendidikan Seks Islami Untuk Dewasa 1. Etika Melakukan Hubungan Seks

  Merujuk pada firman Allah dalam surat an-Nisa` ayat 19:

  

                   

                 

  "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (An-Nisaa`: 19).

  Sebuah hadits juga mengatakan, yang artinya: "Yang paling baik iman sorang mukmin adalah yang paling baik kepada istrinya". Dua landasan tersebut menganjurkan pada para suami untuk menggauli istrinya dengan baik. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menggauli istrinya dengan baik, yang pada akhirnya kembali kepada keahlian yang bersangkutan untuk membuat kehidupan keluarga yang harmonis.

  27 Ibid., 49.

  28 Ibid., 50.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam Banyak cara yang bisa dilakukan suami untuk membahagiakan istrinya,

  misalkan dalam hubungan seks seorang suami harus bisa memuaskan istri begitu juga sebaliknya.

  Dalam rumah tangga seorang suami harus bisa mencari kiat-kiat tertentu untuk mewujudkan suasana kondusif, suasana sakinah, mawadah, warohmah. Suami harus menghindari hal-hal yang dapat menyinggung perasaan istri, seperti sikap, perbuatan, serta kata-kata yang kasar, perasaan cemburu yang berlebihan sehingga

  29 mempersempit gerak istri. Etika dalam berhubungan seks setidaknya ada tiga hal.

  

Pertama, bersetubuh dalam satu selimut. Kedua, membaca doa. Ketiga,

  mengusahakan sang Istri mencapai orgasme. Sesuai dengan sabda rasul yang artinya sebagai berikut: “Apabila salah seorang dari kalian bersebadan dengan istrinya, hendaklah menyempurnakannya. Kemudian apabila hajatnya telah terpenuhi sebelum hajat istrinya selesai, maka janganlah mempercepat (meninggalkan) istrinya itu hingga selesai pula hajatnya.” (HR. Abdur Razzaq dan Abu Ya`la dari Anas).

  2. Mengatur Kelahiran

  Demi tercapainya keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah, keluarga muslim harus mengatur dan merencanakan kelahirannya dengan baik agar tidak terlalu pendek atau terlalu panjang jaraknya. Hal ini telah diatur sedemikian rupa dengan sangat rinci oleh Islam

  Cara-cara yang telah lama dilakukan oleh keluarga muslim di antaranya sebagai berikut: a. Menyempurnakan Masa Menyusui Selama Dua Tahun

  Sesuai dengan firman Allah berikut yang artinya:

  “Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh bagi orang-orang yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (Al-Baqarah: 233).

  b.

  Azl (Coitus Interruptis)

  29 Hakim, Hukum Perkawinan Islam, 100.

  Faizal Amin Azl adalah penarikan zakar dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, sehingga sperma tidak sampai masuk ke dalam rahim. Efek yang menonjol dari azl adalah kemungkinan pasangan suami-istri tidak akan memperoleh kepuasan seksual yang sempurna, terutama bagi pihak istri.

  c. KB Kalender KB Kalender dilakukan dengan cara menetukan perkiraan kapan ovulasi terjadi pada diri wanita setiap bulannya. Umumnya ovulasi akan terjadi dua belas sampai enam belas hari sebelum mulai mestruasi. Dengan mengetahui saat ovulasi ini mereka dapat berupaya mencegah kehamilan dengan tidak melakukan hubungan intim selama masa ovulasi.

  d.

  Metode Temperatur Metode ini dilakukan dengan cara mencatat temperatur badan seorang ibu setiap bangun dari tidurnya dipagi hari dan sebelum melakukan aktivitas apapun yang lain. Dalam satu bulan, akan ada saatnya terjadi kenaikan angka yang ditunjuk oleh thermometer, untuk kemudian turun lagi setelah beberapa hari.

  e.

  Metode lendir leher rahim Metode ini idenya berasal dari hasil penelitian terhadap sekresi vagina yang ternyata berbeda disaat ovulasi dan tidak. Untuk detil praktek dari metode ini sebaiknya ditanyakan kepada dokter kandungan terdekat mengingat ada beragam jenis lendir yang keluar lewat vagina dengan aneka macam penyebab pula.

  30 f.

  Dengan alat atau obat-obatan.

  3. Tanggung Jawab Suami-Istri Dalam Membina Rumah Tangga

  Berikut ini adalah beberapa hak dan kewajiban suami-istri sekitar urusan berumah tangga.

  a.

  Suami-Istri Harus Saling Menjaga Rahasia Suami-istri tidak boleh saling menyebarkan rahasia pribadi kepada orang lain, termasuk dalam masalah seksual diantara mereka. Sesuai dengan sabda rasul berikut:

  30 Fanani, Pendidikan Seks, 77-78.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

  “Sesungguhnya orang yang paling rendah martabatnya di hadapan Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang menyenggamai istrinya, dan istrinya pun melakukan persenggamaan, kemudian ia menceritakan rahasia (bersama) istrinya kepada orang lain.” (HR. Muslim).

  b. Suami Harus Mengajar Hak Dan Kewajiban Istri.

  Di dalam kitab syarah Al-Waghlisiyah, Syeh Ibnu Arabi mengatakan bahwa seorang suami juga berkewajiban mengajarkan atau memperbolehkan istrinya belajar tentang ilmu-ilmu Agama. Apabila tidak, atau istrinya tidak mau belajar, maka kedua- duanya berdosa. Jika istri mau mencari ilmu, akan tetapi suami mealarangnya, maka dia berdosa.

  c.

  Suami-Istri Wajib Mendidik Anaknya Agar Menjadi Anak yang Berbudi Luhur.

  Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah mendidik mereka dengan akhlak mulia yang jauh dari kejahatan dan kehinaan, serta bisa bergaul dengan orang lain melalui budi pekerti yang luhur. Adalah tugas orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka sejak dini mengenai konsep tentang Allah, tentang rukun Islam, iman, dan tentang pembentukan akhak yang

  31 mulia pada anak.

  Seorang anak memerlukan pendalaman dan penanaman nilai-nilai norma dan akhlak ke dalam jiwa mereka. Sebagaimana orang tua harus terdidik dan berjiwa suci, berakhlak mulia dan jauh dari sifat hina dan keji, maka mereka juga dituntut

  32 menanamkan nilai-nilai mulia ini ke dalam jiwa seorang anak.

  d.

  Menjaga Nama Baik Istri/ Suami Ketika Bercerai.

  Cerai adalah tindakan halal yang paling di benci Allah. Sesuai dengan sabda Rasul berikut:

  “Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah thalaq (bercerai dengan

istri)”. Namun kalau perceraian adalah jalan yang tidak bisa dihindari lagi, maka kedua

  31 Faramarz bin Muhammad Ahbar, Selamatkan Putera-Putrimu dari Lingkungan Tidak Islami (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), 29.

  32 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak (Jakarta: Lentera, 1999), 240.

  Faizal Amin belah pihak tidak boleh saling menjelek-jelekkan pribadi masing-masing di depan

  33 orang lain.

  Perilaku Seks yang Dilarang

  Perilaku seks yang dilarang ialah segala penyaluran seks di luar jalur pernikahan, baik dilakukan dengan lainjenis, sejenis, maupun dilakukan sendiri atau orang lain dengan prinsip penyaluran seks tersebut dilakukan tanp dilandasi dengan

  34 pernikahan yang sah.

  Berikut beberapa bentuk perilaku seks yang terlarang:

  1. Zina Zina oleh Taqiyuddin Abi Bakar dalam kifayatul akhyar didefinisikan sebagai memasukkan hasyafah dari kelamin laki-laki ke lubang vagina yang diharamkan secara tabiat manusia vagina itu diinginkan serta tidak ada kesyubhatan padanya.

  Zina adalah perbuatan dosa besar yang harus dihindari oleh masyarakat, karena perbuatan itu adalah perbuatan yang keji. Hal ini telah dilarang secara tegas oleh Al-Quran dalam bebarapa surat, diantaranya: Surat Al-Isra: 32.

           

  Artinya:

  “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan y ang keji dan merupakan jalan yang buruk.” (Al-Isra`: 32)

  2. Masturbasi/ Onani Masturbasi dalam kamus besar bahasa Indonesia, mempunyai beberapa istilah; antara lain onani atau rancap, yang berarti perangsangan organ seks sendiri dengan cara mengesek-gesekkan dengan tangan atau benda lain sehingga

  35 mengeluarkan sperma dan mencapai orgasme.

  Hukum-hukum tentang masturbasi/ onani merujuk pada firman Allah berikut:

  33 Fanani, Pendidikan Seks, 82.

  34 Ridlwan, Seks Rohima Robbi, 99.

  35 Burhani, Kamus Ilmiah Populer (Jombang: Lintas Media, 2002), 167.

  Sex Education dalam Paradigma Pendidikan Islam

                 

     

  “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya kecuali terhadap istrinya atau hamba sahayanya,maka yang demikian itu tidak tercela. Tetapi barang siapa mau yang selain itu, maka mereka itu adalah orang- orang yang melampaui batas.” (Al- Mu`minun: 5-7) Maka hukum onani bisa ditetapkan sebagai berikut: pertama, ulama-ulama

  Madzhab Maliki, Syafi`i, dan Zaidiyah mengharamkannya berdasarkan Al-Quran surat Al-Mu`minun ayat 5-7 tersebut. ulama-ulama madzhab Hanafi

  Kedua,

  mengharamkannya dalam sebagian keadaan, dan membolehkan bahkan mewajibkan dalam keadaan lain. Misalnya jika nafsu syahwat bangkit, padahal tidak memiliki istri yang dapat menjadi tempat penyaluran seksual yang sah, maka wajiblah ia menyalurkan nafsu seksualnya dengan onani. Ketiga, menurut Ibnu Hazm masturbasi/ onani itu hukumnya makruh dan tidak berdosa.

  3. Homo Seksual/Lesbian Homo seksualitas adalah suatu cara untuk memenuhi dorongan seks dengan sesama jenis, laki-laki dengan laki-laki (homo seks), atau perempuan dengan perempuan (lesbian). Lawan dari homoseksualitas adalah heteroseksualitas, yaitu hubungan seks antara dua orang yang berlainan jenis kelamin. Landasan utama yang sering dipakai untuk menolak relasi seksual sejenis adalah kisah Nabi Luth yang diabadikan surat Hud ayat 77-83. Dikisahkan bahwa Allah menghujani kaum Luth dengan batu dari langit lalu ditelungkupkan dan dihabiskan ke dalam bumi.

  Kurang lebih ada 4 hadits berkaitan dengan relasi seksual sejenis dan transgender. Pertama, "ketika seorang laki-laki menaiki laki-laki, istana Tuhan bergoncang." Kedua, "bunuhlah yang menyetubuhi dan bunuh juga yang disetubuhi."

  

Ketiga, "dikutuk laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang

  36 memakai pakaian laki-laki.

  Kesimpulan

  36 Moh. Alimi Yasir, Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial (Yogyakarta: LKiS, 2004), XXII.

  Faizal Amin Setelah digambarkan tentang Sex Education Dalam Paradigma Pendidikan

  Islam, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: sex education menurut pendidikan Islam ialah pendidikan seks yang menekankan pada moralitas hubungan seks itu sendiri yang sesuai dengan koridor dan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan seks islami ini sangat jauh berbeda dengan pendidikan seks barat yang menafikan sisi moralitasnya. Secara garis besar pendidikan seks yang Islami terdapat tiga poin yang harus diajarkan, yaitu: pendidikan seks islami untuk remaja, pendidikan seks islami untuk dewasa dan perilaku hubungan seks yang dilarang.

  Referensi Burhani. Kamus Ilmiah Populer. Jombang: Lintas Media, 2002.

  Fanani, Ahmad. Pendidikan Seks Untuk Keluarga Muslim. Yogyakarta: Orchid, 2004. Faramarz bin Muhammad Ahbar. Selamatkan Putera-Putrimu dari Lingkungan Tidak Islami. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 1998.

  Ghazali. Arbain Al-Ghazali. Jakarta: Bina Aksara, 1986. Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2000. Kauma, Fuad; dan Nipan. Membimbing Istri Mendampingi Suami. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.

  Mazhahiri, Husain. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera, 1999. Ridlwan, Yusuf. Seks Rohima Robbi. Jember: Center For Society Studies, 2007. Simandjutak. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Sodiq, Burhan. Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran. Solo: Barokah Belia, 2008. Wahid, Abdul; dan Irfan. Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual. Bandung: Refika Aditama, 2001.

  Yasir, Moh Alimi. Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial. Yogyakarta: LKiS, 2004.